17
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang diuji terdiri atas 10 galur hasil mutasi gen dan 2 varietas pembanding, seperti berikut: A
Galur 1 =
PMG 01/Psj
B
Galur 2 =
PMG 02/Psj
C
Galur 3 =
PMG 03/Psj
D
Galur 4 =
PMG 04/Psj
E
Galur 5 =
PMG 05/Psj
F
Galur 6 =
PMG 06/Psj
G
Galur 7 =
PMG 07/Psj
H
Galur 8 =
PMG 08/Psj
Y
Galur 9 =
PMG 09/Psj
K
Galur 10 = PMG 10/Psj
L
Varietas =
Limboto
M
Varietas =
Lokal
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 petak perlakuan. Perlakuan ditandai dengan kode pemulia yaitu huruf A sampai M.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah (LKDTIB) di Dusun Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli,
18
Provinsi Bali, dengan curah hujan rata-rata 2.899 mm tahun-1 dan ketinggian 750 meter dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus tahun 2014 sampai bulan Pebruari 2015. Beberapa variabel yang diamati dianalisis di Balai Penelitian Tanah (Jalan Tentara no. 12) Bogor, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Laboratorium Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar.
4.3 Bahan dan Alat Penelitian 4.3.1 Bahan-bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo, pupuk kandang sapi, Urea, Ponska, dan bahan-bahan yang digunakan dalam analisis meliputi bahan kimia untuk analisis tanah, kandungan hara daun, kandungan gula total daun, dan gula pereduksi daun. 4.3.2 Alat-alat penelitian Alat-alat yang digunakan antara lain alat pengolahan tanah (traktor, cangkul, sabit, tugal, caplak), meteran, timbangan, kadar air, tali rafia, amplop, kantong plastik, alat tulis, hand refraktometer, chlorophyll meter, pisau, gunting, ember, timbangan analitik, oven, lampu nion, cawan, dan alat-alat yang digunakan untuk analisis di Laboratorium. 4.4 Pelaksanaan Penelitian 4.4.1 Persiapan lahan Tanah diolah sebanyak 2 kali dengan menggunakan traktor pada pengolahan pertama dan pada pengolahan ke dua menggunakan cangkul. Pada pengolahan tanah ke dua dilakukan pembentukan petak dengan ukuran 4 m x 5 m.
19
Jarak antar petak perlakuan 0,5 m dan jarak antar ulangan 1,0 m. Denah tata letak petak percobaan di lapangan disajikan pada Gambar 4.1.
A
K
F
E 0,5 m
C
G
Y
H I
L
B
M
D 1,0 m
A
H
F
Y
C
D
G
L
0,5 m II E
M
K
B 1,0 m
G
D
C
M 0,5 m
Y
K
F
E III
A
Selatan
H
B
L
Utara
Keterangan: A (PMG 01/Psj), B (PMG 02/Psj), C (PMG 03/Psj), D (PMG 04/Psj), E (PMG 05/Psj), F (PMG 06/Psj), G (PMG 07/Psj), H (PMG 08/Psj), Y (PMG 09/Psj), K (PMG 10/Psj), L (Varietas Limboto), M (Varietas Lokal)
Gambar 4.1 Denah Tata Letak Percobaan di Lapangan
20
4.4.2 Penanaman Penanaman dilakukan secara tugal dengan 3 butir benih per lubang pada kedalaman 5 cm. Jarak tanam yang digunakan yaitu 25 cm x 25 cm, sehingga ada 320 rumpun per petak. Tata letak tanaman disajikan pada Gambar 4.2
25 cm 25 cm
4,00 m m
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
5,00 m
Keterangan: Ukuran petak = 4,00 m x 5,00 m X
= sampel pengamatan = ubinan dengan ukuran 1,50 m x 2,00 m atau (6 x 8 ) rumpun.
Gambar 4. 2. Tata Letak Ubinan dan Sampel Tanaman yang Diamati
21
4.4.3 Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan cara sebar berdasarkan dosis rekomendasi umum yang berlaku menurut Permentan 40 Tahun 2007 untuk per ha (200 kg urea, 300 kg ponska, 500 kg organik), dengan tahapan pemberian pupuk sebagai berikut: pupuk kotoran sapi ditebar sebelum tanam, pupuk dasar (5-7 hst) = 1/3 dosis Urea + 1/2 dosis Ponska/ha, pupuk susulan I (4 Mst) = 1/3 dosis Urea + 1/4 dosis Ponskal/ha, pupuk susulan II (7 Mst) = 1/3 dosis Urea+ 1/4
dosis
Ponska/ha.
4.4.4 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman yang dilakukan pada umur 1 3 minggu setelah tanam, penyiangan gulma dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan 3 kali secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan yaitu pada umur 3, 6, dan 9 minggu setelah tanam. Pengendalian penyakit dilakukan secara intensif sesuai Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
4.5 Panen Panen dilakukan pada masak fisiologis yang ditandai dengan buah sudah berwarna kuning atau 90% tanaman padi di masing-masing petak telah menguning. Hasil panen yang diambil adalah petak percobaan seluas 1,5 m x 2 m atau (6 rumpun x 8 rumpun). Hasil panen langsung dimasukkan dalam karung untuk mencegah kehilangan hasil karena tercecer pada saat panen. Panen dilakukan dengan gunting yang tajam untuk mengurangi getaran, sehingga kerontokan gabah dapat dihindari.
22
4.6 Variabel Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan, hasil dan variabel pendukung. Variabel tersebut adalah: 1. Bentuk rumpun tanaman dilihat dari kompak/berseraknya pertunasan, tegak/terkulainya daun diukur dengan penggaris derajat (elevasi daun) pada umur 60 hari setelah tanam (hst) di daun kedua dari pucuk. 2. Tinggi tanaman fase vegetatif (umur 60 hari dan 73 hari), diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun paling atas yang ditegakkan. 3. Jumlah anakan
vegetative ditentukan dengan menghitung 10 (sepuluh)
rumpun tanaman sampel yang ditentukan secara acak di dalam petak untuk masing-masing ulangan, kemudian dirata-ratakan. 4. Umur berbunga 50% dihitung jumlah hari mulai dari tanggal tanam sampai 50% dari rumpun berbunga. 5. Jumlah anakan produktif dihitung pada semua anakan yang keluar malainya, dihitung pada saat tanaman berumur 80% masak (bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman). 6. Umur panen dihitung dari hari tanam benih, sampai pada saat tanaman telah menguning atau masak 90%. 7. Bobot 1000 butir dihitung dengan cara menimbang 1000 butir gabah isi dan ukur kadar airnya segera setelah penimbangan. Data kadar air pada saat penimbangan tersebut, hitung berat 1000 butir gabah pada kadar air 14 % dengan rumus sebagai berikut:
23
(100 – Kadar Air gabah)% Bobot 1000 butir KA 14% = -----------------------------(100 – 14)%
x Berat 1000 butir
8. Panjang malai diperoleh dengan mengukur 10 malai pada 10 rumpun tanamam sampel yang ditentukan secara acak di dalam petak untuk masing-masing ulangan, kemudian dirata-ratakan. 9. Jumlah gabah isi/malai dihitung jumlah gabah isi dari 3 rumpun contoh yang diambil secara acak pada arah diagonal, kemudian bagi dengan jumlah malai dari 3 rumpun contoh tersebut. 10. Jumlah gabah hampa/malai dihitung jumlah gabah hampa dari 3 rumpun contoh yang diambil secara acak pada arah diagonal, kemudian bagi dengan jumlah malai dari 3 rumpun contoh tersebut. 11. Hasil gabah kering giling (GKG) (ton/ha), pengukuran berat kering giling adalah: (100 – Kadar Air gabah)% = ----------------------------------- x 10.000/luas plot x berat ubinan. (100 – 14)% 12. Kandungan Air Relatif (KAR) daun, diukur dengan cara mengambil sampel daun sebanyak tiga helai, kemudian dimasukkan ke dalam termos berisi es. Tiga lembar contoh daun tersebut diambil 18 potongan daun menggunakan gunting, kemudian ditimbang berat segarnya (BS). Setelah ditimbang, potongan-potongan daun tersebut dimasukkan ke dalam cawan berisi air dan disinari dengan cahaya fluorescent 40 watt pada suhu kamar selama lima jam. Setelah itu potongan-potongan daun diangkat, air yang masih menempel dibersihkan hati-hati memakai tissue kemudian ditimbang berat turgidnya
24
(BT). Setelah itu potongan-potongan daun tersebut dikeringkan dengan oven pada suhu 700C selama 24 jam lalu ditimbang beratnya (BKO) di Laboratorium Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Nilai KAR dihitung dengan rumus: Berat segar (BS) – berat kering oven (BKO) KAR = -------------------------------------------------------- X 100%. Berat turgid (BT) – berat kering oven (BKO)
13. Kandungan klorofil daun diukur dengan alat chlorophyll meter SPAD-502. Pengukuran dilakukan pada daun, dengan cara mengukur 10 helai daun secara acak pada masing-masing perlakuan, kemudian tiap-tiap daun diukur sebanyak 10 titik. Dengan menekan tombol “average” pada alat bersangkutan, diperoleh angka rata-rata kandungan klorofil daun bersangkutan. Pemilihan titik contoh dilakukan sedemikian rupa agar tidak mengenai tulang daun. 14. Kandungan zat endogen tanaman meliputi, gula total , gula pereduksi dan sukrosa daun, untuk pengambilan sampel dilakukan sekali menjelang pembungaan. Kandungan gula total, gula pereduksi dan sukrosa daun dianalisis untuk mengetahui kecukupan fotosintat untuk menginduksi terjadinya bunga. Analisis dikerjakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayanan. Prosedur analisis gula total, gula pereduksi dan sukrosa daun mengikuti metode Apriantono et al. (1994) yaitu gula total dengan menggunakan metode Anthrone, gula pereduksi dengan metode Nelson-Somogyi, sedangkan kandungan sukrosa dihitung dari gula total dikurangi gula pereduksi dikalikan 0,95.
25
15. Berat Kering Oven Akar dan panjang akar, sampel diambil pada saat panen kemudian diukur panjangnya kemudian dioven dan ditimbang. 16. Analisis tanah diambil pada 10 titik sampel diambil secara acak dari hamparan lahan kering yang hampir seragam pada kedalaman 0-20 cm dan selanjutnya dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar no 12 Bogor. Pengujian kandungan unsur hara pada tanah, dilakukan sebelum penelitian dengan metode sebagai berikut: N (Metode Kjeldhall), P dan K (Metode Bray 1), KTK ( Metode ekstraksi NH4, OAc.1 N.pH7), C-Organik (Metode Walkey & Black) dan pH dengan pH meter (Sudjadi et al., 1971).
4.7 Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila hasil yng diperoleh menunjukkan pengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap variabel yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT taraf 5%). Uji korelasi sebagai lanjutan analisis untuk melihat keeratan hubungan antar variabel pendukung hasil akhir (Gomez dan Gomez, 2007).