186
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Pertama kali yang harus penulis sampaikan adalah penjelasan secara deskripsi hasil penelitian, hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Dalam deskripsi hasil penelitian ini akan dikemukakan: (1) hasil skoring data berdasarkan dimensi/indikator variabel untuk mengetahui bagaimana persepsi guru di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat terhadap Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik Guru dan Prestasi Siswa; (2) hasil skoring dan penelitian berdasarkan kecenderungan skor yang diperoleh responden atas variabel Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik dan Prestasi Siswa. Untuk menafsirkan hasil tersebut, maka dilakukan penskoran setiap variabel yang diteliti berdasarkan indikatornya,
yang
kemudian
dicari
prosentase
dari
masing-masing
dimensi/indikator-nya. 1. Prestasi Siswa Prestasi Siswa di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat nampak bahwa kondisi Prestasi siswa mayoritas didominasi oleh indikator Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan rata-rata kecenderungan skor 3,29. Sementara untuk indikator Output Kognitif berada pada posisi yang paling rendah, yang hanya mencapai 3,01. Hal ini 194
195
menujukkan bahwa Prestasi Siswa di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat masih memerlukan upaya-upaya untuk dapat ditingkatkan. Kondisi yang demikian pada dasarnya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, dimana dalam pelaksanaan tugasnya para guru di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat lebih melihat pelaksanaan peran dan tugasnya sebagai guru secara rutin dan monoton, sehingga upaya untuk mengimplementasikan hal-hal baru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kurang mendapatkan respon yang positif (Lihat Tabel 4.3). Kondisi kecenderungan skor rata-rata
Prestasi Siswa di SMA
kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat dapat ditunjukkan pada diagram berikut. Tabel 4.1. N0 1 2 3 4
HASIL PERHITUNGAN WMS VARIABEL Y Rentang RataSub Variabel Skor Rata Aktivitas siswa dalam 2,80 - 3,88 3,29 pembelajaran Angka ketuntasan (KKM, Kenaikan, 3,11 - 3,36 3,27 Kelulusan) 2,16 - 3,66 3,16 Sikap (karakter siswa) 2,92 - 3,09 3,01 Output kognitif 3,18 Rata-Rata =
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik
196
Gambar 4.1 HASIL PERHITUNGAN WMA VARIABEL Y 3,01
3,29
3,16
3,27 1
2
3
4
2. Implementasi Sistem Manajemen Mutu Implementasi Sistem Manajemen Mutu untuk kondisi di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat berdasarkan hasil skoring terhadap angket yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap Implementasi Sistem Manajemen Mutu, diperoleh skor
bahwa
Implementasi Sistem Manajemen Mutu di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat tertinggi pada dimensi Proses Penyusunan Perencanaan Implementasi SMM, yaitu mencapai rata-rata kecenderungan skor 3,19, kemudian diikuti oleh dimensi Monitoring dan Evaluasi, yaitu mencapai 3,04. Sedangkan Implementasi Perencanaan SMM ISO 9001:2008 menempati pada posisi paling rendah, dengan ratarata kecenderungan skor 2,98. (Lihat Tabel 4.1) Kondisi kecenderungan skor rata-rata Implementasi Sistem Manajemen Mutu di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat dapat ditunjukkan pada diagram berikut.
197
Tabel 4.2. HASIL PERHITUNGAN WMS VARIABEL X1 No. 1 2 3
Sub Variabel Proses Penyusunan Perencanaan Implementasi SMM Implementasi Perencanaan SMM ISO 9001:2008 Monitoring dan Evaluasi
Rentang Skor
RataRata
Kategori
2,75 – 3,67
3,19
Baik
2,33 – 3,68
2,98
Baik
2,98 – 3,19
3,04
Baik
3,07
Baik
Rata=rata =
Gambar 4.2
HASIL PERHITUNGAN WMS VARIABEL X1
3,19
3,04
3,98 1 2 3 3. Layanan Akademik Guru Layanan Akademik oleh masing-masing individu guru di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat akan menjiwai, mendorong kepada pelaksanaan pekerjaannya sebagai pendidik. Hasil skoring terhadap variabel Layanan Akademik menunjukkan bahwa Layanan Akademik paling tinggi dibentuk oleh indikator Kegiatan Pra KBM, dengan rata-rata skor 3,74, sedangkan indikator Guru membantu mengembangkan perilaku positif siswa menduduki posisi yang paling rendah dengan rata-rata skor 3,08 (Lihat Tabel 4.2).
198
Kondisi kecenderungan skor rata-rata Layanan Akademik di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat dapat ditunjukkan pada diagram berikut. Tabel 4.3 HASIL PERHITUNGAN WMS VARIABEL X2 N0
Sub Variabel
1 2 3 4
Kegitan Pra KBM Membuka Proses KBM Mengelola Kegiatan Pembelajaran Inti Mengorgnisasikan waktu dan siswa Guru membantu mengembangkan perilaku positif siswa Melaksanakan penilaian dan evaluasi Menutup kegiatan pembelajaran Kegitan post KBM Rata-rata =
5 6 7 8
Rentang Skor 3,74 - 3,75 3,05 - 3,34 2,16 - 3,93 3,11 - 3,74 2,15 - 3,64 2,84 - 3,64 3,13 - 3,18 3,12 - 3,23
RataRata 3,74 3,18 3,16 3,36 3,08 3,16 3,15 3,12 3,24
Gambar 4.3 HASIL PERHITUNGAN WMS VARIABEL X2 3,12
3,74
3,15
3,18
3,16 3,08 1
2
3
3,36 4
5
6
3,16
7
8
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
199
B. Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis Dalam rangka melakukan analisis data untuk menguji hipotesis sebagaimana yang telah dikemukakan, maka diperlukan terlebih dahulu untuk menguji persyaratan yang diperlukan. Adapun persyaratan analisis yang akan dikemukakan adalah uji normalitas data dan uji linieritas data. a) Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah distribusi data tiap variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata penyebaran data berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan statistik paramametris dan apabila penyebaran datanya tidak normal, maka analisis dialanjutkan dengan statistika non parametris. Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas distribusi data digunakan analisis Chi Kuadrat, dengan ketentuan: Bila harga Chi Kuadrat (hitung) lebih kecil dari pada harga Chi Kuadrat (tabel) (χ2 hitung
< χ2 tabel ), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila harga
Chi Kuadrat (hitung) lebih besar dari pada Chi Kuadrat (tabel) (χ2 hitung > χ2 tabel ), maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal. 1) Uji Normalitas Data Implementasi Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan hasil perhitungan, data Implementasi Manajemen Mutu diperoleh harga χ2 hitung = 10,21. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga χ2 tabel , dengan dk (derajat kebebasan, dk = 6 – 1 = 5. Bila dk = 5 dan taraf kesalahan 5%, maka
200
diperolehh χ2 tabel = 11,07. Ternyata harga χ2 hitung < χ2 tabel (10,21 < 11,07), berarti data Implementasi Sistem Manajemen Mutu berdistribusi normal, dan analisis data dapat dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametris (Perhitungan Uji Normalitas Data Implementasi Sistem Manajemen Mutu pada Lampiran 4.1).
2) Uji Normalitas Data Layanan Akademik Guru Berdasarkan hasil perhitungan data, Layanan Akademik diperoleh harga χ2
hitung
= 7,91. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan harga χ2 tabel , dengan dk (derajat kebebasan, dk = 6 – 1 = 5. Bila dk = 5 dan taraf kesalahan 5%, maka diperolehh χ2
tabel
=
11,07. Ternyata harga χ2 hitung < χ2 tabel (7,91 < 11,07), berarti data Layanan Akademik berdistribusi normal, dan analisis data dapat dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametris (Perhitungan Uji Normalitas Data Layanan Akademik pada Lampiran 4.2). 3) Uji Normalitas Data Prestasi Siswa Berdasarkan hasil perhitungan, data Prestasi Siswa diperoleh harga χ2
hitung
= 8,03. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
harga χ2 tabel , dengan dk (derajat kebebasan, dk = 6 – 1 = 5. Bila dk = 5 dan taraf kesalahan 5%, maka diperolehh χ2
tabel
= 11,07.
Ternyata harga χ2 hitung < χ2 tabel (8,03 < 11,07), berarti data Prestasi Siswa berdistribusi normal, dan analisis data dapat dilanjutkan
201
dengan menggunakan statistik parametris (Perhitungan Uji Normalitas Data Prestasi siswapada Lampiran 4.3). b) Uji Linieritas Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel dipendent membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2008:265). Uji
linieritas
dilakukan
dengan
menggunakan
estimasi
kurve/garis secara analisis varian. Kriteria keputusannya adalah apabila nilai Fhitung < Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti garis regresi berpola linier dan apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti garis regresi tidak berpola linier. 1)
Uji Linieritas Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dengan Prestasi Siswa(Y). Hasil perhitungan uji linieritas Implementasi Sistem Manajemen Mutu dengan Prestasi siswa diperoleh Fhitung = -0,55 dan Ftabel = 1,91 (pada taraf signifikansi α = 0,05). Ternyata Fhitung < Ftabel (-0,55 < 1,91), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi garis regresi Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dan Prestasi Siswa(Y) berpola linier (Perhitungan Uji Linieritas Implementasi Sistem Manajemen Mutu selengkapnya terdapat pada lampiran 4.4)
202
2)
Uji Linieritas Layanan Akademik Guru (X2) dengan Prestasi siswa (Y). Hasil perhitungan uji linieritas Layanan Akademik dengan Prestasi Siswa diperoleh Fhitung = -0,16 dan Ftabel = 1,84 (pada taraf signifikansi α = 0,05). Ternyata Fhitung < Ftabel (-0,16 < 1,84), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi garis regresi Layanan Akademik (X2) dan Prestasi Siswa(Y) berpola linier (Perhitungan Uji Linieritas Layanan Akademik selengkapnya terdapat pada lampiran 4.5)
3)
Uji Linieritas Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dengan Layanan Akademik Guru (X2). Hasil perhitungan uji linieritas Implementasi Sistem Manajemen Mutu dengan Layanan Akademik diperoleh Fhitung = 0,75 dan Ftabel = 1,91 (pada taraf signifikansi α = 0,05). Ternyata Fhitung < Ftabel (-0,75 < 1,91), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi garis regresi Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dan Layanan Akademik (X2) berpola linier (Perhitungan Uji Linieritas Prestasi Siswa selengkapnya terdapat pada lampiran 4.6) Karena hubungan anatara varaiabel independent dan dependent, yaitu; Implementasi Manajemen Mutu (X1) terhadap Prestasi Siswa(Y), Layanan Akademik (X2) terhadap Prestasi Siswa(Y), dan Implementasi Manajemen Mutu (X1) terhadap
203
Layanan Akademik (X2) semuanya berpola linier, maka analisis dapat dilanjutkan. 2. Pengujian Hipotesis Karena hasil uji persyaratan analisis menunjukkan bahwa hubungan antar variabel normal dan linier, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. a) Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) terhadap Prestasi Siswa (Y). Hipotesis pertama menyatakan bahwa Implementasi Sistem Manajemen Mutu berpengaruh terhadap Prestasi Siswa. Untuk menguji hipotesis ini digunakan analisis regresi sederhana. Analisis regresi ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu terhadap Prestasi Siswa. Analisis ini didahului dengan mencari nilai korelasi (r), yang kemudian dilanjutkan dengan mencari nilai koefisien persamaan regresi, sehingga diperoleh bentuk persamaan regresinya. Bentuk persamaan regresi yang diperoleh akan diuji signifikansi persamaan regresinya, kemudian dilanjutkan dengan uji linieritas persamaan regresi, dan dilanjutkan dengan mencari koefisien determinasi. 1) Mencari nilai korelasi. Dengan merumuskan hipotesis: Ho : tidak ada korelasi positif dan signifikan Ha : ada korelasi positif dan signifikan
204
Dengan ketentuan: Ha direima bila t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) Ho direima bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t-hitung < t-tabel) Dengan menggunakan rumus: rxy
xy
(Sugiyono, 2008:259)
( x 2 ) ( y 2 )
diperoleh nilai rx1Y = 0,44, yang kemudian dilanjutkan dengan uji signifikansi dengan menggunakan rumus: t
r n2 1 r 2
diperoleh nilai t = 4,56 Untuk kesalahan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2 = 89, diperoleh t-tabel = 2,00 Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) atau (4,56 > 2,00), maka kesimpulannya adalah ada korelasi positif dan signifikan antara variabel X1 dengan Y (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.7). 2) Menentukan koefieisen regresi. Persamaan regresinya adalah: Y ab X
Dimana: a
(Yi )(X i2 ) (X i )(X iYi ) NX i2 (X i ) 2
b
NX iYi (X i )(Yi ) NX i2 (X i ) 2
205
Perhatikan tabel perhitungan berikut (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.7): Tabel 4.4 Coefficients Unstandardised Model
(Constant)
t
Coefficients
Sig.
SPSS
Excel
SPSS
Excel
28,62
28,62
-
-
-
0,42
0,42
4,56
4,56
0.009
Implementasi 1
Sistem Manajemen Mutu
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai a = 28,62 dan b = 0,42, sehingg diperoleh persamaan regresi sederhana, yaitu: Ŷ = 28,62 + 0,42 X1, dengan ketentuan Ŷ = Prestasi siswa, dan X1 = Implementasi Sistem Manajemen Mutu. 3) Melakukan uji signifikansi Rumus yang digunakan adalah : Fhitung
RJK Re g (b / a ) RJK Re s
Hipotesis yang dirumuskan adalah: Ha : koefisien regesi signifikan Ho : koefisien regresi tidak signifikan Kaidah pengujian signifikansi: Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan
206
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Dengan taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%, diperoleh Ftabel = 3,96. Hasil Fhitung pada tabel berikut (Perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.7): Tabel 4.5 ANOVAb F
Model 1
Regression
SPSS
Excel
20,82
20,82
Sig. 0,009
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung = 20,82 dan Ftabel = 4,08 Karena Fhitung > Ftabel (4,48 > 4,08), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti koefisien regresi signifikan. 4) Melakukan uji linieritas Dengan merumuskan hipotesis: Ha : data berpola linier Ho : data tidak berpola linier Dengan ketentuan: Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho ditolak, berarti berpola linier, dan Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho diterima, berarti tidak berpola linier Dengan menggunakan rumus: Fhitung
Diperoleh F-hitung = 0,55
RJK TC RJK E
207
Dengan signifikansi α = 0,05 diperoleh F-tabel = 1,91 Karena F-hitung < F-tabel atau (0,55 < 1,91), maka data berpola linier. 5) Mencari koefisien Determiniasi Koefisien determinasi adalah besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil perhitungannnya seperti pada tabel berikut (perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.7). Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R
R Square
SPSS
Excel
SPSS
Excel
0,44
0,44
0,19
0,19
a. Predictor: (Constant), Implementasi Sistem Manajemen Mutu. b. Dependent Variabel: Prestasi Siswa Kefisien determinasi R2 = 0,19 menunjukkan bahwa Prestasi Siswa19% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sedangkan sisanya 81% ditentukan oleh faktor lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gamabar 4.1 beikut. Gambar 4.4. Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) terhadap Prestasi Siswa(Y) rx1y = 0,44
X1
R2 = 0,19 Ŷ = 28,62 + 0,42 X1
Y
208
Sedangkan arah garis regresinya dapat ditunjukkan pada gambar 4.1b berikut. Gambar 4.5. ARAH GARIS REGRESI X1 TERHADAP Y Y
Ŷ = 28,62 + 0,42 X1 32,82 Tang 22o78’ = 0,42 28,62 X1 0
5
10
b) Pengaruh Layanan Akademik Guru (X2) terhadap Prestasi Siswa (Y). Hipotesis
kedua
menyatakan
bahwa
Layanan
Akademik
berpengaruh terhadap Prestasi Siswa. Untuk menguji hipotesis ini digunakan analisis regresi sederhana. Analisis regresi ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh Layanan Akademik terhadap Prestasi Siswa. Analisis ini didahului dengan mencari nilai korelasi (r), yang kemudian dilanjutkan dengan mencari nilai koefisien persamaan regresi, sehingga
diperoleh bentuk persamaan regresinya. Bentuk
persamaan regresi yang diperoleh akan diuji signifikansi persamaan regresinya, kemudian dilanjutkan dengan uji linieritas persamaan regresi, dan dilanjutkan dengan mencari koefisien determinasi.
209
1) Mencari nilai korelasi. Dengan merumuskan hipoteisis: Ho : tidak ada korelasi positif dan signifikan Ha : ada korelasi positif dan signifikan Dengan ketentuan: Ha direima bila t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) Ho direima bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t-hitung < t-tabel) Dengan menggunakan rumus: rxy
xy ( x 2 ) ( y 2 )
(Sugiyono, 2008:259)
diperoleh nilai rx2Y = 0,45, yang kemudian dilanjutkan dengan uji signifikansi dengan menggunakan rumus: t
r n2 1 r 2
diperoleh nilai t = 4,71 Untuk kesalahan 5% dengan derajat kebebasab (dk) = n – 2 = 91 – 2 = 89, diperoleh t-tabel = 2,00 Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) atau (4,71 > 2,00), maka kesimpulannya adalah ada korelasi positif dan signifikan antara variabel X2 dengan Y (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.8).
210
2) Menentukan koefieisen regresi. Persamaan regresinya adalah: Y ab X
Dimana:
a
(Yi )(X i2 ) (X i )(X iYi ) NX i2 (X i ) 2
b
NX iYi (X i )(Yi ) NX i2 (X i ) 2
Perhatikan tabel perhitungan berikut (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.8): Tabel 4.7 Coefficients Unstandardised
(Constant) 1
T
Coefficients
Model
Layanan Akademik
Sig.
SPSS
Excel
SPSS
Excel
27,31
27,31
-
-
-
0,44
0,44
4,71
4,71
0.017
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai a = 27,31 dan b = 0,44, sehingg diperoleh persamaan regresi sederhana, yaitu: Ŷ = 27,31 + 0,44 X2, dengan ketentuan Ŷ = Prestasi Siswa, dan X2 = Layanan Akademik. 3) Melakukan uji signifikansi Rumus yang digunakan adalah : Fhitung
RJK Re g (b / a ) RJK Re s
211
Hipotesis yang dirumuskan adalah: Ha : koefisien regesi signifikan Ho : koefisien regresi tidak signifikan Kaidah pengujian signifikansi: Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Dengan taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%, diperoleh Ftabel = 3,96. Hasil Fhitung pada tabel berikut (Perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.8).
Tabel 4.8 ANOVAb Model 1
Regression
F SPSS
Excel
22,14
22,14
Sig. 0,017
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung = 22,14 dan Ftabel = 3,96 Karena Fhitung > Ftabel (22,14 > 3,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti koefisien regresi signifikan. 4) Melakukan uji linieritas Dengan merumuskan hipotesis: Ha : data berpola linier Ho : data tidak berpola linier Dengan ketentuan: Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho ditolak, berarti berpola linier, dan
212
Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho diterima, berarti tidak berpola linier Dengan menggunakan rumus: Fhitung
RJK TC RJK E
Diperoleh F-hitung = 0,16 Dengan signifikansi α = 0,05 diperoleh F-tabel = 1,84 Karena F-hitung < F-tabel atau (0,16 < 1,84), maka data berpola linier. 5) Mencari koefisien Determiniasi Koefisien determinasi adalah besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil perhitungannnya seperti pada tabel berikut (perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.8). Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R
R Square
SPSS
Excel
SPSS
Excel
0,45
0,45
0,20
0,20
c. Predictor: (Constant), Layanan Akademik. d. Dependent Variabel: Prestasi Siswa Kefisien determinasi R2 = 0,20 menunjukkan bahwa Prestasi siswa20% ditentukan oleh Layanan Akademik, sedangkan sisanya 80% ditentukan oleh faktor lain.
213
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gamabar 4.2 beikut.
Gambar 4.6. Layanan Akademik Guru (X2) terhadap Prestasi siswa(Y) rx2y = 0,45
X2
Y
R2 = 0,20 Ŷ= 27,31 + 0,44 X2 Sedangkan arah garis regresinya dapat ditunjukkan pada gambar 4.7. berikut. Gambar 4.7. ARAH GARIS REGRESI X2 TERHADAP Y Y
Ŷ = 27,31 + 0,44 X2 31,71 tang 23o75’= 0,44 27,31 X2 0
5
10
214
c) Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) terhadap Layanan Akademik Guru (X2). Hipotesis ketiga menyatakan bahwa Implementasi Sistem Manajemen Mutu berpengaruh terhadap Layanan Akademik. Untuk menguji hipotesis ini digunakan analisis regresi sederhana. Analisis regresi ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu terhadap Layanan Akademik. Analisis ini didahului dengan mencari nilai korelasi (r), yang kemudian dilanjutkan dengan mencari nilai koefisien persamaan regresi, sehingga diperoleh bentuk persamaan regresinya. Bentuk persamaan regresi yang diperoleh akan diuji signifikansi persamaan regresinya, kemudian dilanjutkan dengan uji linieritas persamaan regresi, dan dilanjutkan dengan mencari koefisien determinasi. 1) Mencari nilai korelasi. Dengan merumuskan hipoteisis: Ha : ada korelasi positif dan signifikan Ho : tidak ada korelasi positi dan signifikan Dengan ketentuan: Ha direima bila t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) Ho direima bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t-hitung < t-tabel) Dengan menggunakan rumus: rxy
xy ( x ) ( y ) 2
2
(Sugiyono, 2008:259)
215
diperoleh nilai rx1x2 = 0,40, yang kemudian dilanjutkan dengan uji signifikansi dengan menggunakan rumus: t
r n2 1 r 2
diperoleh nilai t = 4,08. Untuk kesalahan 5% dengan derajat kebebasab (dk) = n – 2 = 91 – 2 = 89, diperoleh t-tabel = 2,00 Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung > t-tabel) atau (4,08 > 2,00), maka kesimpulannya adalah ada korelasi positif dan signifikan antara variabel X1 dengan Y (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.9). 2) Menentukan koefieisen regresi. Persamaan regresinya adalah: Y ab X
Dimana:
a
(Yi )(X i2 ) (X i )(X iYi ) NX i2 (X i ) 2
b
NX iYi (X i )(Yi ) NX i2 (X i ) 2
216
Perhatikan tabel perhitungan berikut (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.9): Tabel 4.10 Coefficients Unstandardised
t
Coefficients
Model
(Constant)
Sig.
SPSS
Excel
SPSS
Excel
31,10
31,10
-
-
-
0,38
0,38
4,08
4,08
0.031
Implementasi 1
Sistem Manajemen Mutu
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai a = 31,10 dan b = 0,38, sehingg diperoleh persamaan regresi sederhana, yaitu: X2^ = 31,10 + 0,38 X1, dengan ketentuan X1 = Implementasi Sistem Manajemen Mutu, dan X2 = Layanan Akademik. 3) Melakukan uji signifikansi Rumus yang digunakan adalah : Fhitung
RJK Re g (b / a ) RJK Re s
Hipotesis yang dirumuskan adalah: Ha : koefisien regesi signifikan Ho : koefisien regresi tidak signifikan Kaidah pengujian signifikansi: Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan
217
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Dengan taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%, diperoleh Ftabel = 3,96 Hasil Fhitung pada tabel berikut (Perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.9). Tabel 4.11 ANOVAb F
Model 1
Regression
SPSS
Excel
16,61
16,61
Sig. 0,031
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung = 16,61 dan Ftabel = 3,96 Karena Fhitung > Ftabel (16,61> 3,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti koefisien regresi signifikan. 4) Melakukan uji linieritas Dengan merumuskan hipotesis: Ho : data tidak berpola linier Ha : data berpola linier Dengan ketentuan: Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho ditolak, berarti berpola linier, dan Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho diterima, berarti tidak berpola linier Dengan menggunakan rumus: Fhitung
Diperoleh F-hitung = 0,75
RJK TC RJK E
218
Dengan signifikansi α = 0,05 diperoleh F-tabel = 1,91 Karena F-hitung < F-tabel atau (-075 < 1,91), maka data berpola linier. 5) Mencari koefisien Determiniasi Koefisien determinasi adalah besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil perhitungannnya seperti pada tabel berikut (perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.9).
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R
R Square
SPSS
Excel
SPSS
Excel
0,0
0,40
0,16
0,16
a. Predictor: (Constant), Implementasi Sistem Manajemen Mutu. b.Dependent Variabel: Layanan Akademik Koefisien determinasi R2 = 0,16 menunjukkan bahwa Layanan Akademik 16% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sedangkan sisanya 84% ditentukan oleh faktor lain.
219
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gamabar 4.3 beikut. Gambar 4.8. Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) terhadap Layanan Akademik Guru (X2) X1
rx1x2 = 0,40
X2 R2 = 0,16 X2^ = 31,10+ 0,38 X1
Sedangkan arah garis regresinya dapat ditunjukkan pada gambar 4.3b berikut. Gambar 4.9. ARAH GARIS REGRESI X1 TERHADAP X2 X2
X2^ = 31,10 + 0,38X1 34,90 tang 20o81’= 0,38 31,10 X1 0
5
10
220
d) Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dan Layanan Akademik Guru (X2) secara bersama-sama terhadap Prestasi Siswa (Y). Hipotesis keempat menyatakan bahwa Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik secara bersama-sama berpengaruh terhadap Prestasi Siswa. Untuk menguji hipotesis ini digunakan analisis regresi ganda. Analisis regresi ganda ini dimaksudkan
untuk
menguji
pengaruh
Implementasi
Sistem
Manajemen Mutu dan Layanan Akademik secara bersama-sama terhadap Prestasi Siswa. Analisis ini didahului dengan mencari koefisien persamaan regresi ganda, sehingga
diperoleh bentuk
persamaan regresinya, dilanjutkan dengan mencari nilai korelasi gandanya dan kemudian dicari nilai kontribusi korelasi ganda tersebut. Bentuk persamaan regresi ganda yang diperoleh akan diuji signifikansi persamaan regresinya. Dan langkah-langkahnya adalah: 1) Menentukan koefieisen regresi. Persamaan regresi gandanya adalah: Y a b1 X 1 b2 X 2
Dimana, Y
an
b1X 1
X 1Y a X 1 b1X
2 1
b2 X 2 . . .
(1)
b2 X 1 X 2 . . . (2)
X 2Y aX 2 b1X 1 X 2 b2 X 22 . . .
(3)
221
Dan hasil perhitungannya dapat diperhatikan pada tabel berikut (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.10). Tabel 4.13 Coefficients Unstandardised
(Constant) 1
t
Coefficients
Model
Sig.
SPSS
Excel
SPSS
Excel
18,58
18,58
-
-
-
0,29
0,29
-
-
-
0,32
0,32
-
-
-
Implementasi Sistem Manajemen Mutu
2
Layanan Akademik
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai a = 18,58 dan b1 = 0,29 dan b2 = 0,32 sehingga diperoleh persamaan regresi ganda, yaitu: Ŷ = 18,58 + 0,29 X1 + 0,32 X2, dengan ketentuan Ŷ = Prestasi Siswa, X1 = Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan X2 = Layanan Akademik. (2) Melakukan uji signifikansi Rumus yang digunakan adalah : Fh
R2 / k (1 R 2 ) / (n k 1)
Hipotesis yang dirumuskan adalah: Ho : koefisien regesi tidak signifikan Ha : koefisien regresi signifikan Kaidah pengujian signifikansi:
222
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti signifikan Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak signifikan Dengan taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%, diperoleh Ftabel = 3,11. Hasil Fhitung pada tabel berikut (Perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.10):
Tabel 4.14 ANOVAb Model 1
Regression
F SPSS
Excel
16,98
16,98
Sig. 0,007
Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung = 16,98 dan Ftabel = 3,11 Karena Fhitung > Ftabel (16,98 > 3,11), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti koefisien regresi signifikan. 3) Mencari koefisien Determiniasi Koefisien determinasi adalah besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil perhitungannnya seperti pada tabel berikut (perhitungan secara lengkap terdapat pada lampiran 4.10).
223
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R
R Square
SPSS
Excel
SPSS
Excel
0,53
0,53
0,28
0,28
a. Predictor: (Constant), Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik b. Dependent Variabel: Prestasi Siswa Kefisien determinasi R2 = 0,28 menunjukkan bahwa Prestasi Siswa 28% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik, sedangkan sisanya 72% ditentukan oleh faktor lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gamabar 4.4 beikut. Gambar 4.10. Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dan Layanan Akademik Guru (X2) terhadap Prestasi Siswa (Y).
X1 Rx1x2y = 0,53 Y X2
R2x1x2y = 0,28 Ŷ = 18,58 + 0,29 X1 + 0,32 X2
224
Sedangkan arah garis regresinya dapat ditunukkan pada gamar 4.4b berikut. Gambar 4.11. ARAH GARIS REGRESI X1 DAN X2 TERHADAP Y Y
Ŷ = 18,58 + 0,29 X1 + 0,32 X2 24,68 tang 24o29’ = 0,61 18,58 X1 dan X2 0
5
10
Jadi hasil analisis data secara keseluruhan dapat ditunukkan pada gambar 4.12 berikut. Gambar 4.12 X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, X1 terhadap X2, serta X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y
rx1y = 0,44 X1 Rx1x2y = 0,53 rx1x2 = 0,40
Y X2 rx2y = 0,45
225
C. Pembahasan Masalah pokok pada penelitian ini adalah dalam rangka meningkatkan prestas siswa. Melalui penelitian terhadap beberapa faktor, yang dalam penelitian ini disebut variabel, yang dapat mempengaruhi atau berpengaruh terhadap prestasi siswa. Adapun faktor atau variabel yang memungkinkan dapat mempengaruhi prestasi siswa dalam penelitian ini adalah Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik, yang dalam dalam hal ini sebagai variabel yang mempengaruhi (independent variabel). Sedangkan variabel yang dipengaruhi (dependent variable) adalah Prestasi Siswa.
1. Kondisi umum Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik dan Prestasi Siswa. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang kompleks, di dalamnya terdapat berbagai faktor yang perlu mendapat perhatian. Salah satu faktor penting yang cukup menentukan adalah faktor guru, kinerja guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik di sekolah akan berdampak pada prestasi siswa. Dengan demikian upaya untuk terus meningkatkn prestasi siswa menjadi suatu keharusan, sebab apapun kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan akan tidak efektif apabila dalam tataran mikro pembelajaran, dimana guru amat berperan, tidak terjadi perubahan dan perbaikan ke arah implementasi kebijakan tersebut. Oleh karena itu layanan akademik guru amat penting dalam upaya peningkatan prestasi siswa.
226
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prestasi Siswa di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat masih memerlukan upaya pengembangan dan peningkatan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan tuntutan perubahan. Demikian juga dengan faktor Implementasi Sisgtem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik. Berdasarkan temuan dalam penelitian, secara umum kondisi faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.16 Distribusi skor respon responden untuk variabel X1, X2 dan Y No
Variabel
Skor
Skor Pencapaian Kategori Maksimum (%)
Sistem 1
Manajemen
11.828
19.110
61
Baik
8.761
13.650
64
Baik
6,904
10.920
63
Baik
Mutu Layanan 2 Akademik 3
Prestasi Siswa
Dari tabel di atas nampak bahwa Implementasi Sistem Manajemen Mutu menurut persepsi guru berada pada posisi baik dengan pencapaian presentasi 61%, Layanan Akademik juga pada posisi baik dengan pencapaian prosentasi 64%. Sedangkan untuk Prestasi siswaberada pada posisi baik, dengan pencapaian prosentase 63%.
227
Dengan melihat deskripsi data tentang Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik dan Prestasi Siswa, nampak bahwa secara umum Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik dan Prestasi Siswa sudah tergolong baik, namun masih diperlukan peningkatan yang lebih baik lagi. Sehingga diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong pada peningkatan faktor-faktor tersebut, supaya kualitas pendidikan akan semakin meningkat dan efektif dalam penerapannya di lapangan. Sementara itu Layanan Akademik guru di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat sudah mencapai apa yang diharapkan. Kondisi ini menuntut perlu adanya upaya pengembangan Layanan Akademik yang lebih baik lagi sebagai bagian dari upaya untuk menjadikan Sekolah Menengah Atas kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat makin kompetitif, baik secara institusi maupun dilihat dari sudut kualitas lulusannya. Upaya untuk mendorong terbentuknya Layanan Akademik guru yang adaptif terhadap perubahan terus dilakukan di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Dengan kondisi yang demikian, serta kaitannya Layanan Akademik dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, maka upaya untuk mendorong dan mengembangkan kualitas pendidikan memerlukan suatu Layanan Akademik yang kondusif bagi tumbuhnya sikap kreatif dan inovatif di lingkungan sekolah. Dalam hal ini Dinas Pendidikan di Kota
228
Bandung menyadari bahwa sampai sejauh ini upaya untuk mendorong peningkatan Layanan Akademik belum dilakukan secara khusus, dengan memperhatikan seluruh aspek dari kehidupan sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat, mengindikasikan bahwa Layanan Akademik belum menjadi perhatian, dan pelaksanaana kerja di sekolah oleh para guru cenderung lebih bersifat mekanistis dengan berbagai kegiatan rutin serta target rutin yang selalu ingin dicapai tiap tahun, seperti kesuksesan dalam Ujian Nasional. Hal ini diperkuat dengan berbagai arahan dan pembinaan yang lebih bersifat instruktif, baik oleh kalangan pejabat Dinas Pendidikan Kota maupun dari Provinsi. Kondisi ini jelas kurang mendukung pada berkembangnya nilai-nilai yang mendorong pada kreativitas dan inovasi yang amat diperlukan dewasa ini. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya.
229
2. Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) terhadap Prestasi Siswa (Y). Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdiknas, 2003). Dalam penelitian akan diuji pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu terhadap Prestasi Siswa di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat. Implementasi Sistem Manajemen Mutu untuk kondisi di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat berdasarkan hasil skoring terhadap angket yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap Implementasi Sistem Manajemen Mutu, diperoleh skor
bahwa
Implementasi Sistem Manajemen Mutu di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat tertinggi pada dimensi Proses Penyusunan Perencanaan
Implementasi
SMM,
yaitu
mencapai
rata-rata
kecenderungan skor 3,19, kemudian diikuti oleh dimensi Monitoring dan Evaluasi, yaitu mencapai 3,04. Sedangkan Implementasi Perencanaan SMM ISO 9001:2008 menempati pada posisi paling rendah, dengan ratarata kecenderungan skor 2,98. a. Faktor Pengaruh Perolehan Skor Terendah Pada sub variable Implementasi SMM ISO 9001:2008 Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa guru dan anggota komite sekolah di SMA lokasi penelitian, rendahnya perolehan skor pada sub variable Implementasi SMM ISO 9001:2008 dapat
230
diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya: (a) kurangnya sosialisasi tentang SMM, (b) Pemahaman personel sekolah yang multi tafsir, (c) sulit merubah kebiasaan/budaya/paradigma lama, (d) kurangnya komitmen
dalam
konsistensi/keajegan
pelaksanaan dalam
SMM,
pelaksanaan
SMM,
(e) (f)
kurangnya kurangnya
pengawasan dalam pelaksanaan SMM,
b. Solusi Terhadap Perolehan Skor Terendah Pada sub variable Implementasi SMM ISO 9001:2008. Untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) komunikasi lanjutan antara pihak manajemen dengan semua personel yang terlibat, (b) Sosialisasi kembali tentang SMM, (c) RTM (Rapat Tinjauan Manajemen yang membahas tentang temuan-temuan/bukti-bukti pada masing-masing bidang untuk diadakan penyesuaian/perbaikan terhadap SOP yang telah dibuat, (d) pembuatan SOP baru terhadap kegiatan yang belum disusun SOPnya. Manajemen
peningkatan
mutu,
terkandung
upaya:
(a)
mengendalikan proses yang berlangsung, (b) melibatkan proses diagnosa dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosa, (c) memerlukan partisipasi semua pihak: Tujuan lembaga pendidikan, termasuk, sasaran dan target harus dirumuskan secara tertulis dengan: (a) jelas, (b) mudah dipahami oleh semua fihak yang terlibat dalam
231
lembaga pendidikan, sehingga mereka tahu untuk apa mereka semua bekerja keras, (c) setiap pihak yang terlibat di lembaga pendidikan memahami apa kaitan yang dilakukan dengan pencapaian tujuan yang telah ditentukan, serta (d) kemajuan lembaga harus dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan (quality in perception). Mutu yang didefinisikan oleh pelanggan jauh lebih penting dibandingkan harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa, karyawan menjadi jauh lebih berenergi ketika mereka memiliki kesempatan
untuk
memberikan
layanan
yang
bermutu
atau
menghasilkan produk yang bermutu (Edward Sallis, 2008:53) Pada bagian ini penliti membahas pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu terhadap Prestasi Siswa. Dengan menggunakan regresi sederhana, diperoleh hubungan pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Prestasi Siswa dalam bentuk persamaan linier. Berdasarkan perhitungan diperoleh korelasi antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Prestasi Siswa sebesar 0,44, dan kontribusi terhadap Prestasi siswasebesar 19%. Pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Prestasi Siswa ditunjukkan dalam persamaan Ŷ = 28,62 + 0,42 X1, dengan ketentuan Ŷ = Prestasi Siswa dan X1 = Implementasi Sistem Manajemen Mutu. Harga 28,62 merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika tidak ada
232
keterlibatan sama sekali dari Implementasi Sistem Manajemen Mutu, maka Prestasi Siswa sebesar 28,62. Sedangkan harga 0,42 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan Implementasi Sistem Manajemen Mutu
sebesar 1, maka akan ada
kenaikan nilai Prestasi siswa sebesar 0,42, dan setiap adanya kenaikan Implementasi Sistem Manajemen Mutu sebesar 10, maka akan diikuti kenaikan Prestasi siswa sebesar 4,2. Determinasi R2 = 0,19 menunjukkan bahwa Prestasi Siswa 19% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sisanya 81% ditentukan oleh faktor lain. Faktor lain itu diantaranya adalah Layanan Akademik, sistem kompensasi, kesejahteraan, pendidikan, iklim kerja, budaya organisasi dan lain-lain.
3. Pengaruh Layanan Akademik Guru (X2) terhadap Prestasi Siswa (Y). Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Bila peserta didik mendapatkan nilai tinggi, maka guru mendapat pujian. Pantas menjadi guru, dan harus dipertahankan, walaupun tetap disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, yakni para peserta didik mendapat nilai yang rendah, maka serta merta juga kesalahan ditumpahkan kepada guru. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada
233
guru. Sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Guru harus diberikan kepercayaan, untuk melaksanakan tugasnya melakukan proses belajar mengajar yang baik. Kepada guru perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan jaman. Agar dapat meningkatkan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru, dia harus memahami, menguasai, dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru di dirinya. Tugas guru selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah, (Saiful Bahri Djamarah, 2002). Hasil skoring terhadap variabel Layanan Akademik menunjukkan bahwa Layanan Akademik paling tinggi dibentuk oleh indikator Kegiatan Pra KBM, dengan rata-rata skor 3,74, sedangkan indikator Kegiatan Post KBM menduduki posisi yang paling rendah dengan rata-rata skor 3,07
234
a. Faktor Pengaruh Perolehan Skor Terendah Pada sub variabel Layanan Akademik Guru. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa guru dan anggota komite sekolah di SMA lokasi penelitian, rendahnya perolehan skor pada sub variable Layanan Akademik Guru dapat diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya: (a) guru tidak tuntas dalam menyampaikan materi, (b) guru kurang mampu dalam mengelola waktu, (c) paparan/isi yang disampiakan tidak sesuai dengan materi pelajaran, (d) guru telat masuk kelas sehingga waktu keburu habis, (e) tidak berpedoman pada administrasi mengajar, (f) guru kurang menguasai metode mengajar
b. Solusi Terhadap Perolehan Skor Terendah Pada sub variable Layanan Akademik Guru. Untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) guru masuk kelas tepat waktu, (b) berpedoman kepada administrasi mengajar, (c) dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik, (d) menguasaikan metode mengajar, (e) memotivasi siswa harus sesuai dengan isi dan tujuan pelajaran. Dalam penelitian ini akan dibahas pengaruh Layanan Akademik Guru terhadap Prestasi Siswa. Dengan menggunakan regresi sederhana, diperoleh hubungan pengaruh antara Layanan Akademik Guru dan Prestasi Siswa dalam bentuk persamaan linier. Berdasarkan perhitungan diperoleh korelasi antara Layanan Akademik dan Prestasi Siswa sebesar
235
0,45, dan kontribusi terhadap Prestasi Siswa Sebesar 20%. Pengaruh antara Layanan Akademik dan Prestasi Siswa ditunjukkan dalam persamaan Ŷ = 27,31 + 0,44 X2, dengan ketentuan Ŷ = Prestasi Siswa dan X2 = Layanan Akademik. Harga 27,31 merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika tidak ada keterlibatan sama sekali dari Layanan Akademik, maka Prestasi Siswa sebesar 27,31. Sedangkan harga 0,44 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan Implementasi Sistem Manajemen Mutu sebesar 1, maka akan ada kenaikan nilai Prestasi Siswa sebesar 0,44, dan setiap adanya kenaikan Implementasi Sistem Manajemen Mutu sebesar 10, maka akan diikuti kenaikan Prestasi Siswa sebesar 4,4. Determinasi R2 = 0,20 menunjukkan bahwa Prestasi Siswa 20% ditentukan oleh Layanan Akademik, sisanya 80% ditentukan oleh faktor lain. Faktor lain itu diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, implementasi
sistemem
manajemen
mutu,
sistem
kompensasi,
kesejahteraan, kompetensi guru, iklim kerja, budaya organisasi dan lainlain.
4. Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) terhadap Layanan Akademik (X2). Dalam usaha peningkatan mutu ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan; pertama, perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement). Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola
236
senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan secara terus menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah mencapai standar mutu yang ditetapkan. Kedua, menentukan standar mutu (quality assurance). Standar mutu pendidikan misalnya dapat berupa kemampun dasar pada masing-masing bidang pembelajaran, dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh. pihak manajemen juga harus menentukan standar mutu materi kurikulum dan standar evaluasi yang akan dijadikan sebagai alat untuk mencapai standar kemampuan dasar. Standar mutu proses pembelajaran harus pula ditetapkan. Pembelajaran yang dimaksud sekurang-kurangnya memenuhi karakteristik; menggunakan pendekatan pembelajaran pelajar aktif (student active learning), pembelajaran koperatif dan kolaboratif, pernbelajaran konstruktif, dan pembelajaran tuntas (mastery learning). Begitu pula pihak pengelola pendidikan menentukan standar mutu evaluasi pembelajaran. Standar mutu evaluasi harus dapat mengukur tiga bentuk penguasaan peserta didik atas standar kemampuan dasar, yaitu penguasaan materi (content objectives), penguasaan metodologis (methodological objectives), dan penguasaan ketrampilan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari (life skill objectives).Ketiga, perubahan kultur (change of culture). Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasional. Jika manajemen ini ditetapkan di institusi pendidikan, maka pihak pimpinan harus berusaha membangun kesadaran para anggotanya, mulai dari
237
pemimpin sendiri, staf, guru, pelajar, dan berbagai unsur terkait. Keempat, perubahan organisasi (upside-down organization). Jika visi dan misi, serta tujuan organisasi sudah berubah atau mengalami perkembangan, maka sangat
dimungkinkan
terjadinya
perubahan
organisasi.
Perubahan
organisasi ini bukan berarti perubahan wadah organisasi, melainkan sistem atau struktur organisasi yang melambangkan hubungan-hubungan kerja dan kepengawasan dalam organisasi. Perubahan ini menyangkut perubahan kewenangan, tugas-tugas dan tanggung jawab, struktur organisasi dapat berubah terbalik dibandingkan dengan struktur konvensional. Jika dalam struktur konvensional berturut-turut dari atas ke bawah; senior manager, middle manager, teacher dan support staff. Sedangkan struktur yang baru, yaitu dalam struktur organisasi layanan, keadaannya berbalik dari atas ke bawah berturut-turut; learner, team, teacher and support, staff, dan leader. Kelima, mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the customer). Karena organisasi pendidikan menghendaki kepuasan pelanggan, maka perlunya mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan menjadi sangat penting. Berbagai informasi dan masukan dari pelanggan harus terus menerus diperhatikan, agar institusi pendidikan senantiasa dapat melakukan perubahanperubahan yang diperlukan, terutama berdasarkan perubahan sifat dan pola tuntutan serta kebutuhan pelanggan. Semua masukan itu selanjutnya akan diolah dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu proses dan hasil-hasil pembelajaran. Untuk keberhasilan penerapan Manajemen Mutu
238
Terpadu tersebut memang tidak mudah, diperlukan komitmen dan kerjasama yang baik antara instansi terkait, antara pusat dengan daerah serta institusi pendidikan setempat sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
5. Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu (X1) dan Layanan Akademik Guru (X2) secara bersama-sama terhadap Prestasi Siswa (Y). Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan naisonal. Manajeman
peningkatan
peningkatan
mutu
yang
mutu
pendidikan
bertumpu
pada
adalah lembaga
suatu
metode
itu
sendiri,
mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga pendidikan untuk secara berkesimbangunan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam manajemen peningkatan mutu, terkandung upaya: (a) mengendalikan proses yang berlangsung, (b) melibatkan proses diagnosa dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosa, (c) memerlukan partisipasi semua pihak: Tujuan lembaga pendidikan, termasuk, sasaran dan target harus dirumuskan secara tertulis dengan: (a) jelas, (b) mudah dipahami oleh semua fihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan,
239
sehingga mereka tahu untuk apa mereka semua bekerja keras, (c) setiap pihak yang terlibat di lembaga pendidikan memahami apa kaitan yang dilakukan dengan pencapaian tujuan yang telah ditentukan, serta (d) kemajuan lembaga harus dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Disamping itu guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut, diperlukan berbagai kemampuan serta kepribadian. Sebab, guru juga dianggap sebagai contoh oleh siswa sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang guru. Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan, dan contoh-contoh. Pengalaman Anwar dan Sagala (2006) menunjukkan bahwa sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi dengan amal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain, dkk, (1989) menyebutkan ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab seorang
240
guru, antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prestasi Siswa di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat nampak bahwa kondisi Prestasi siswa mayoritas didominasi oleh indikator Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan rata-rata kecenderungan skor 3,29. Sementara untuk indikator Output Kognitif berada pada posisi yang paling rendah, yang hanya mencapai 3,01. Hal ini menujukkan bahwa Prestasi Siswa di SMA kategori RSBI Kota Bandung Propinsi Jawa Barat masih memerlukan upaya-upaya untuk dapat ditingkatkan. a. Faktor Pengaruh Perolehan Skor Terendah Pada sub variable Prestasi Siswa Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa guru dan anggota komite sekolah di SMA lokasi penelitian, rendahnya perolehan skor pada sub variable Implementasi SMM ISO 9001:2008 dapat diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya: (a) setiap akhir bahasan, beberapa guru tidak mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, (b) guru kurang menguasai materi, sehingga siswa
241
kurang mengertia apa yang disampaikan guru (c) siswa kurang menguasai materi pelajaran, (d) catatan guru ataupun siswa kurang terstruktur/sistematis, (e) guru kurang memperhatikan sikap/karakter siswa/kelas, (f) tidak ada pengayaan/pemantapan materi.
b. Solusi Terhadap Perolehan Skor Terendah Pada sub variable Prestasi Siswa. Untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a) setiap selesai pelajaran selalu diadakan evaluasi/tes/ulangan, (b) memberikan penguatan materi pelajaran, (c) diadakan pengayaan, (d) diadakan response bagi siswa yang dianggap kurang dalam menguasai materi pelajaran, (e) membuat catatan yang sistematis, (f) guru memperhatikan sikap/karakter siswa/kelas. Penelitian
ini
membahas
pengaruh
Implementasi
Sistem
Manajemen Mutu dan Layanan Akademik Guru terhadap Prestasi Siswa. Dengan menggunakan regresi ganda, diperoleh hubungan pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik Guru dan Prestasi Siswa dalam bentuk persamaan linier. Berdasarkan perhitungan diperoleh korelasi antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu, Layanan Akademik dan Prestasi Siswa sebesar 0,53, dan kontribusi terhadap Prestasi siswa sebesar 28%. Pengaruh antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik secara
242
bersama-sama terhadap Prestasi Siswa ditunjukkan dalam persamaan Ŷ = 18,58 + 0,29 X1 + 0,32 X2, dengan ketentuan Ŷ = Prestasi Siswa, X1 = Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan X2 = Layanan Akademik. Harga 18,58 merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika tidak ada keterlibatan sama sekali dari Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik, maka Prestasi Siswa sebesar 18,58. Sedangkan harga 0,29 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan Implementasi Sistem Manajemen Mutu sebesar 1, maka akan ada kenaikan nilai Prestasi siswa sebesar 0,29, dan setiap adanya kenaikan Implementasi Sistem Manajemen Mutu sebesar 10, maka akan diikuti kenaikan Prestasi siswa sebesar 2,9. Demikian juga harga 0,32 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan Layanan Akademik sebesar 1, maka akan ada kenaikan nilai Prestasi siswa sebesar 0,32, dan setiap adanya kenaikan Layanan Akademik sebesar 10, maka akan diikuti kenaikan Prestasi siswa sebesar 3,2. Determinasi (Rx1x2Y)
2
= 0,28 menunjukkan bahwa Prestasi Siswa
28% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, dan Layanan Akademik guru secara bersama-sama, sisanya 72% ditentukan oleh faktor lain. Faktor lain itu diantaranya adalah sistem kompensasi, kesejahteraan, kompetensi, iklim kerja, budaya organisasi dan lain-lain yang tidak termasuk variabel yang diteliti dalam penelitian ini.