BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Data Hasil Uji Instrumen Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen
yang telah dibuat oleh peneliti diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah mempelajari materi Algoritma dan Pemrograman yakni di kelas XI di sekolah berbeda yang bukan merupakan subjek penelitian. Tujuan dari dilakukannya uji coba instrumen ini adalah untuk mengetahui kelayakan soal yang digunakan dalam penelitian, yang ditinjau dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran soal. Instrumen yang diujicobakan merupakan tes hasil belajar yaitu terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan 4 essay, dimana untuk soal bertipe pilihan ganda setiap jawaban yang benar akan mendapat skor 1 dan jika jawaban salah atau tidak menjawab maka akan mendapat skor 0. Sedangkan jika menjawab dengan benar untuk soal berbentuk essay, soal nomor 1 mendapat skor 10, soal nomor 2 mendapat skor 5, soal nomor 3 mendapat skor 15, dan nomor 4 mendapat skor 20. Nilai total untuk pilihan ganda jika menjawab seluruh soal dengan benar maka akan memperoleh skor 15. Nilai total essay secara keseluruhan jika menjawab dengan benar maka akan mendapat skor 50. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan pada instrumen penelitian, didapat koefisien reliabilitas soal pretes pilihan ganda 0,78 yang berarti memiliki
52
53
interpretasi reliabilitas tinggi. Untuk koefisien reliabilitas soal postes pilihan ganda diperoleh 0,76 yang berarti memiliki interpretasi reliabilitas tinggi. Untuk koefisien reliabilitas soal pretes essay diperoleh 0,94 yang berarti memiliki interpretasi reliabilitas sangat tinggi. Sedangkan untuk koefisien reliabilitas soal postes essay diperoleh 0,93 yang berarti memiliki interpretasi reliabilitas sangat tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua instrumen layak digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya hasil uji instrumen untuk uji validitas dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 179. Untuk penghitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 183. Untuk penghitungan taraf kesukaran dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 184. Untuk penghitungan daya pembeda dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 186.
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian Data yang diambil dari lapangan merupakan data yang masih mentah,
agar data tersebut dapat lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, maka data harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut yaitu menganalisis data hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh didapatkan berdasar nilai tes pretes dan postes hasil belajar ranah kognitif dan nilai tes ranah psikomotor (praktikum) dengan menggunakan instrumen penelitian. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis berdasar data nilai yang didapat.
54
4.2.1
Analisis Data Pretes Adapun tujuan dilakukan pretes ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan dan pengetahuan awal siswa pada masing-masing kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen mengenai materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa dalam menerima materi yang akan diberikan oleh peneliti. Pretes dilakukan kepada masing-masing kelas sebelum diberikan perlakuan (treatment). Setelah dilakukan pengolahan data maka diperoleh hasil statistik deskriptif data nilai pretes kelas kontrol dan eksperimen, yang tergambar pada tabel dibawah ini :
Kelas
N
Eksperimen Kontrol
33 33
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes Nilai Xmin Xmax Rerata Total 243 2 15 7,45 297 3 17 8,55
S2
SD
10,19 12,07
3,19 3,48
Berdasarkan data Tabel 4.1, diketahui bahwa rata-rata nilai siswa kelas kontrol adalah 8,55 dan kelas eksperimen adalah 7,45. Sedangkan standar deviasi (simpangan baku) untuk kelas kontrol adalah 3,48 dan untuk kelas eksperimen adalah 3,19. Dilihat dari nilai rata-rata dan standar deviasi dapat disimpulkan bahwa saat pretes dilakukan kelas kontrol memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen atau kemampuan awal siswa kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Berikut ini data perbandingan nilai rata-rata pretes siswa kelas kontrol dan eksperimen yang digambarkan melalui grafik :
55
Diagram 4.1 Grafik Rata-Rata Pretes Di bawah ini merupakan grafik perbandingan nilai pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol :
Diagram 4.2 Grafik Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol
56
a. Uji Normalitas Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data yang kita gunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode chi-kuadrat, sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Kelas Eksperimen Kontrol
Rerata 7,45 8,55
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes SD χ2hitung χ2tabel 3,19 2,46 7,815 3,48 2,67
Kesimpulan Terdistribusi Normal Terdistribusi Normal
Berdasarkan perhitungan uji normalitas maka pada kelas kontrol diperoleh χ2hitung = 2,67 dan pada kelas eksperimen diperoleh χ2hitung = 2,46. Dengan membandingkan χ2hitung pada χ2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 diketahui χ2tabel = 7,815 maka diperoleh χ2hitung < χ2tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelas memiliki penguasaan yang sama atau homogen, atau mempunyai varians yang sama. Berikut ini adalah data uji homogenitas berdasarkan perhitungan yang dilakukan :
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes SD S2 Fhitung Ftabel 3,19 10,19 1,18 1,81 3,47 12,07
Kesimpulan Homogen
57
Berdasarkan data Tabel 4.3 diketahui bahwa pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Fhitung < Ftabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Hipotesis dalam pengujian perbedaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut: H0
: Tidak ada perbedaan nilai pretes antara kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. H1
: Terdapat perbedaan nilai pretes kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pengujian dilakukan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Ho = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel H1 = - ttabel > thitung > ttabel Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 1,33 dan ttabel = 1,69. Ini berarti bahwa H0 diterima. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dari uji hipotesis di atas bahwa tidak ada perbedaan nilai pretes kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model
58
pembelajaran konvensional. Dapat dikatakan pula bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sama. 4.2.2 Analisis Data Postes Postes dilakukan untuk mengetahui hasil akhir nilai siswa setelah diberikan perlakuan (treatment) baik itu pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Berikut ini adalah data analisis statistik deskriptif data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas
N
Eksperimen Kontrol
33 33
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Postes Nilai Xmin Xmax Rerata Total 2472 43 94 75,18 946 14 54 28,67
S2
SD
182,40 72,48
13,51 8,51
Dari data Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat kenaikan pada nilai postes baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol jika dibandingkan dengan nilai pretes. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen adalah 75,18 dan kelas kontrol 28,67. Begitu juga dengan standar deviasi pada kelas eksperimen yakni sebesar 13,51 dan kelas kontrol 8,51. Berdasarkan tabel di atas pula dapat diketahui bahwa kelas eksperimen mengalami kenaikan rata-rata yang cukup besar dari nilai pretes jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Berikut ini adalah grafik rerata nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol:
59
Diagram 4.3 Grafik Rata-Rata Postes Di bawah ini merupakan grafik perbandingan nilai postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol:
Diagram 4.4 Grafik Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
60
a. Uji Normalitas Pada postes juga dilakukan uji normalitas terhadap nilai siswa di kelas kontrol dan eksperimen. Berikut ini adalah analisis data yang diperoleh:
Kelas Eksperimen Kontrol
Rerata 75,18 28,67
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Postes SD χ2hitung χ2tabel 13,51 6,87 7,815 8,51 6,40
Kesimpulan Terdistribusi Normal Terdistribusi Normal
Dari data di atas diketahui χ2hitung kelas kontrol adalah 6,40 dan χ2hitung kelas eksperimen adalah 6,87. Dengan membandingkan χ2hitung pada χ2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh χ2hitung < χ2tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Pada penghitungan uji homogenitas nilai postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data sebagai berikut :
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Postes SD S2 Fhitung Ftabel 13,51 182,40 0,40 1,81 8,51 72,48
Kesimpulan Homogen
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai Fhitung adalah 0,40 dan nilai Ftabel adalah 1,81. Pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Fhitung < Ftabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).
61
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Hipotesis dalam pengujian perbedaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut: H0
: Hasil belajar antara kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic tidak lebih baik dibandingkan
dengan
kelas
kontrol
yang
menggunakan
model
pembelajaran konvensional. H1
: Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik dibandingkan dengan
kelas
kontrol
yang
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional. Pengujian dilakukan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Ho = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel H1 = - ttabel > thitung > ttabel Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 16,74 dan ttabel = 1,69. Ini berarti bahwa H1 diterima. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dari uji hipotesis di atas bahwa terdapat perbedaan nilai postes kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dapat dikatakan pula bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe
62
Kinesthetic lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 4.2.3 Analisis Data Praktikum Data praktikum yang diambil dari lapangan berdasarkan penskoran dan interpretasi hasil belajar berupa rubrik yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Poin penilaian psikomotor terdiri dari 10 poin. Setiap poin penilaiannya memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan tingkat kesukaran tes. poin 1 sampai 3 memiliki bobot 15%, Poin 4 sampai 6 memiliki bobot 25%, poin 7 sampai 10 memiliki bobot 60%. Untuk mengetahui kriteria penilaian lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran B.4 halaman 159. Agar penilaian lebih objektif, peneliti membuat kriteria penilaian berdasarkan bobot. Berikut ini skor penilaian rubrik beserta interpretasinya : Tabel 4.7 Interpretasi Rata-rata Bobot 15% Rentang Bobot 15% Interpretasi 1,00 ≤ R ≤ 1,50 Sangat Tidak Tepat 1,50 < R ≤ 2,50 Tidak Tepat 2,50 < R ≤ 3,50 Agak Tepat 3,50 < R ≤ 4,50 Tepat 4,50 ≤ R ≤ 5,00 Sangat Tepat
Tabel 4.8 Interpretasi Rata-rata Bobot 25% Rentang Bobot 25% Interpretasi 1,70 ≤ R ≤ 2,50 Sangat Tidak Tepat 2,50 < R ≤ 3,60 Tidak Tepat 3,70 < R ≤ 5,30 Agak Tepat 5,40 < R ≤ 7,00 Tepat 7,00 ≤ R ≤ 8,30 Sangat Tepat
63
Tabel 4.9 Interpretasi Rata-rata Bobot 60% Interpretasi Rentang Bobot 60% 3,00 ≤ R ≤ 4,50 Sangat Tidak Tepat 4,50 < R ≤ 7,50 Tidak Tepat 7,50 < R ≤ 10,50 Agak Tepat 10,50 < R ≤ 13,50 Tepat 13,50 ≤ R ≤ 15,00 Sangat Tepat
Sedangkan pada Tabel 4.10 digambarkan lebih lanjut mengenai penyebaran jumlah siswa pada masing-masing skor rubrik penilaian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.10 Persentase Penyebaran Skala Penilaian Psikomotor Siswa Skala 1 2 3 4 5 0 0 0 17 16 Eksperimen (N) 0% 0% 0% 51,52% 48,48% Persentase 0 7 24 2 0 Kontrol (N) 0% 21,21% 72,73% 6,06% 0% Persentase
Berikut ini adalah diagram penyebaran kemampuan psikomotor:
Diagram 4.5 Grafik Penyebaran Kemampuan Psikomotor Siswa
64
Berdasarkan perhitungan rubrik penilaian masing-masing kemampuan psikomotor siswa baik pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol maka didapat rata-rata kemampuan psikomotor kelas eksperimen sebesar 4,51 yang masuk dalam kategori sangat tepat dan kemampuan psikomotor kelas kontrol sebesar 2,73 yang masuk dalam kategori agak tepat. Tabel 4.11 Rata-rata Kemampuan Psikomotor Siswa Kelas Rata-rata 4,51 Eksperimen 2,73 Kontrol
Berikut ini digambarkan perbandingan rata-rata kemampuan psikomotor siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol :
Diagram 4.6 Grafik Rata-Rata Kemampuan Psikomotor
65
Rubrik skor penilaian selengkapnya untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel D.1.3 halaman 192 dan Tabel D.2.3 halaman 197. Sementara itu untuk mengetahui tingkat kemampuan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol pada masing-masing poin penilaian maka dilakukan penghitungan rata-rata skala yang diperoleh berdasarkan jumlah seluruh nilai per poin yang diperoleh pada tiap kelas kemudian dibagi banyaknya jumlah siswa pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk lebih jelas mengetahui tingkat interpretasi pada masing-masing poin penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dapat di lihat pada Tabel 4.12 berikut ini : Tabel 4.12 Rata-rata Skala Tiap Poin Penilaian Pada Kelas Eksperimen No. Rata-rata Interpretasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.82 4.91 4.73 7.68 7.60 7.74 13.82 13.55 13.18 12.09
Sangat Tepat Sangat Tepat Sangat Tepat Sangat Tepat Sangat Tepat Sangat Tepat Sangat Tepat Sangat Tepat Tepat Tepat
Pada kelas eksperimen umumnya siswa telah mampu menyelesaikan tes praktikum dalam skala interpretasi sangat tepat, hal ini juga didukung oleh data
66
yang telah disajikan sebelumnya yaitu rata-rata kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen sebesar 4,51 yang masuk dalam kategori sangat tepat. Pada kelas kontrol juga dilakukan hal yang sama, yakni dilakukan interpretasi pada masing-masing poin penilaian psikomotor berdasarkan rata-rata skala yang diperoleh berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan. Hasil penghitungan tersebut digambarkan pada Tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.13 Rata-rata Skala Tiap Poin Penilaian Pada Kelas Kontrol No. Rata-rata Interpretasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.73 Sangat Tepat Tepat 4.18 Tepat 4.00 Tepat 5.63 Tepat 5.78 5.28 Agak Tepat 7.18 Tidak Tepat 6.09 Tidak Tepat 6.00 Tidak Tepat 5.73 Tidak Tepat
Berdasarkan data Tabel 4.13 dapat disumpulkan bahwa pada kelas kontrol umumnya siswa belum mampu menyelesaikan tes praktikum dengan baik, hal ini juga didukung oleh data yang telah disajikan sebelumnya yaitu rata-rata kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen sebesar 2,73 yang masuk dalam kategori tidak tepat. Untuk melihat lebih jelas perbandingan poin penilaian psikomotor antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Diagram 4.7 di bawah ini :
67
Diagram 4.7 Grafik Perbandingan Poin Penilaian Psikomotor Untuk mendukung data yang disajikan berdasarkan skala dan kriteria melalui rubrik penilaian, maka dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan dua rata-rata pada nilai praktikum yang diperoleh saat penelitian. Analisis data praktikum dilakukan berdasarkan nilai praktikum yang telah diperoleh siswa baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan psikomotor pada masingmasing kelas yakni kelas eksperimen dan kontrol. Berikut ini adalah data analisis statistik deskriptif data nilai praktikum kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Data Praktikum Nilai N Xmin Xmax Rerata S2 Total 33 2974 77 97 89,11 40,12 33 1802 35 76 53,91 71,27
SD 6,33 8,44
68
Rata-rata
nilai
praktikum
yang
diperoleh
masing-masing
kelas
eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 89,11dan 53,91. Sedangkan standar deviasi yang diperoleh masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 6,33 dan 8,44. Berdasarkan nilai rerata yang diperoleh masing-masing kelas maka dapat disimpulkan bahwa nilai praktikum kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berikut ini adalah grafik rerata nilai praktikum kelas eksperimen dan kelas kontrol :
Diagram 4.8 Grafik Rata-Rata Nilai Praktikum Di bawah ini merupakan grafik perbandingan nilai praktikum siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol :
69
Diagram 4.9 Grafik Nilai Praktikum Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a. Uji Normalitas Pada data praktikum juga dilakukan uji normalitas terhadap nilai siswa di kelas kontrol dan eksperimen. Berikut ini adalah analisis data yang diperoleh :
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 4.15 Uji Normalitas Data Praktikum Rerata SD χ2hitung χ2tabel Kesimpulan 89,11 6,33 6,67 Terdistribusi Normal 7,815 53,91 6,69 Terdistribusi Normal 8,44
Dengan membandingkan χ2hitung pada χ2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh χ2hitung < χ2tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Pada penghitungan uji homogenitas nilai praktikum siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data sebagai berikut :
70
Tabel 4.16 Uji Homogenitas Data Praktikum Kelas SD S2 Fhitung Ftabel Kesimpulan 40,12 Eksperimen 6,33 1,78 1,81 Homogen Kontrol 8,44 71,27
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas diketahui nilai Fhitung adalah 1,78 dan nilai Ftabel adalah 1,81. Pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Fhitung < Ftabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Hipotesis dalam pengujian perbedaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut: H0
: Tidak ada perbedaan kemampuan psikomotor antara kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. H1
: Terdapat perbedaan kemampuan psikomotor kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pengujian dilakukan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Ho = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
71
H1 = - ttabel > thitung > ttabel Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 19,16 dan ttabel = 1,69. Ini berarti bahwa H1 diterima. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dari uji hipotesis di atas bahwa terdapat perbedaan kemampuan psikomotor kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Dapat dikatakan pula bahwa kemampuan psikomotor kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. 4.2.4 Analisis Indeks Gain Ternormalisasi Analisis indeks gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan perubahan peningkatan kemampuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah data rata-rata indeks gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol : Tabel 4.17 Rata-Rata Indeks Gain Ternormalisasi Kelas Rata-Rata Gain Kriteria Indeks Kontrol 0,21 Rendah Eksperimen 0,73 Tinggi
Berdasarkan data pada Tabel 4.17 maka dapat disimpulkan bahwa indeks gain ternormalisasi kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berikut ini adalah grafik rerata gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol :
72
Diagram 4.10 Grafik Rata-Rata Indeks Gain Ternormalisasi Di bawah ini merupakan grafik perbandingan indeks gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol :
Diagram 4.11 Grafik Indeks Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol
73
4.2.5 Hasil Analisis Observasi Observasi yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yang telah dirancang sebelumnya di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berdasarkan data yang diperoleh dari observer dapat dilihat bahwa model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic mampu meningkatkan kemampuan siswa baik itu dalam ranah kognitif maupun psikomotor. Agar dapat melakukan penelitian dengan baik serta sesuai dengan tahapan model pembelajaran yang digunakan maka peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi siswa serta lingkungan sekolah. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menginformasikan kepada siswa mengenai prosedur model pembelajaran yang akan digunakan. Peneliti telah melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, hal ini dapat dilihat pada Lembar Observasi Guru pada Lampiran B.6 halaman 161 dan Lembar Observasi Siswa yang terdapat pada Lampiran B.7 halaman 163. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic mampu memberikan dampak yang positif bagi diri pribadi siswa maupun dalam hal kemampuan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Siswa terlihat lebih rileks dan santai dalam belajar, mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik antar sesama teman, lebih mudah bergerak dan tidak kaku dalam belajar, mampu menyerap informasi dengan baik, cenderung lebih antusias dalam menyelesaikan suatu tugas, lebih ceria dan semangat dalam belajar.
74
4.3
Pembahasan Observasi awal dilakukan peneliti sebelum dilakukan penelitian di
sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan yaitu SMK Teknik Informatika Garuda Nusantara Cimahi. Peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan guru mengenai materi yang akan diberikan, RPP, serta kondisi siswa dan juga lingkungan sekolah. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic pada siswa berdasarkan data mentah pretes, postes, dan praktikum yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan analisis perhitungan yang telah dijelaskan pada Bab III. Saat penelitian dilakukan, peneliti memberikan soal pretes dan postes yaitu terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan 4 essay. Sedangkan untuk tes praktikum, kriteria penilaian praktikum dapat di lihat di Lampiran B.5 halaman 160. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa siswa, pemahaman dan kesiapan siswa pada materi yang akan diberikan. Dari hasil pengujian data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol terbukti bahwa keduanya merupakan populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas dan diketahui pula bahwa kedua kelas tersebut berasal dari populasi yang variansnya homogen. Lalu dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikansi 0,05 dan diperoleh bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
75
Analisis data pretes telah didapatkan, kemudian penelitian dilakukan dengan memberikan treatment yang sesuai pada masing-masing kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan treatment model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic sedangkan kelas kontrol diberikan treatment kegiatan pembelajaran konvensional. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat, treatment yang diberikan sebanyak 3 kali pertemuan. Selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, siswa kelas eksperimen tampak lebih rileks dan santai dalam belajar namun dapat memahami dan memcerna materi yang diberikan dengan baik, lebih ceria dan bebas bergerak, mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik antar sesama teman, mampu menyerap informasi dengan baik, cenderung lebih antusias dalam menyelesaikan suatu tugas, lebih ceria dan semangat dalam belajar. Soal praktikum diberikan oleh peneliti saat pertemuan terakhir, setiap siswa mengerjakan masing-masing. Data penilaian tugas praktikum diperoleh berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti, peneliti menghitung
penilaian
psikomotor
siswa
berdasarkan
skala
nilai
dan
interpretasinya, disini dikemukakan penyebaran kemampuan psikomotor siswa berdasarkan skala nilai beserta rata-rata skala nilai dari masing-masing kelas yakni kelas eksperimen dan kontrol. Disini juga dikemukakan interpretasi tiap poin penilaian berdasarkan rata-rata baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Lalu data interpretasi poin penilaian pada masing-masing kelas dibandingkan untuk mengetahui perbedaan rata-rata poin penilaian pada kelas
76
eksperimen dan kontrol yang dapat dilihat melalui Diagram 4.7 halaman 67. Untuk mendukung data psikomotor berdasarkan skala nilai, peneliti juga melakukan pengolahan data praktikum. Hasil analisis data praktikum uji normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, dimaan berdasarkan perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama. Kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikansi 0,05 dan berdasarkan pengolahan data diperoleh bahwa kemampuan psikomotor kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dapat ditarik kesimpulan juga bahwa kemampuan psikomotor kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik
daripada
kemampuan
psikomotor
kelas
kontrol
yang
kegiatan
pembelajarannya berlangsung secara konvensional. Kegiatan pembelajaran selama 3 kali pertemuan telah selesai dilaksanakan, kemudian selanjutnya dilakukan postes untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa eksperimen dan kelas kontrol, atau jika ada peningkatan maka seberapa besar peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol serta seberapa besar perbedaan peningkatannya antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil analisis data postes diketahui bahwa hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang
77
menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama. Tahap berikutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikansi 0,05. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik daripada kemampuan kelas kontrol yang kegiatan pembelajarannya berlangsung secara konvensional. Terakhir, dilakukan analisis data indeks gain ternormalisasi untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dari pengolahan data gain diketahui bahwa rata-rata nilai gain kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Dari hasil uji gain diperoleh bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen
yang menggunakan model
pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik daripada peningkatan kemampuan kelas kontrol yang kegiatan pembelajarannya berlangsung secara konvensional. Berdasarkan keseluruhan data yang telah analisis, yakni pretes, postes, praktikum, dan indeks gain dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Algoritma dan Pemrograman. Dapat juga diartikan bahwa model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic mempunyai pengaruh dan daya guna serta membawa hasil, maksudnya penggunaan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang baik dalam kegiatan
78
belajar-mengajar serta mempunyai pengaruh atau hasil yang baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan mengimplementasikan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan baik dan benar dalam kegiatan pembelajaran adalah keputusan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, hipotesis yang dibuat di Bab I terbukti benar dan diterima bahwa : “Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik daripada siswa yang mengunakan model pembelajaran konvensional.”