BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama menjelaskan pengembangan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian kedua, menjelaskan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian ketiga dikemukakan kelebihan dan kendala yang muncul dari penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian keempat dikemukakan kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan asesmen kesulitan belajar siswa. Pada bagian terakhir, menjelaskan tanggapan guru tentang penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. 1. Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Pengembangan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar terdiri dari dua bagian. Bagian pertama tentang pengembangan perangkat penilaian tes dan bagian kedua tentang pengembangan perangkat penilaian nontes. a. Pengembangan Perangkat Penilaian Tes 1) Pengembangan Soal Essay Studi kurikulum yang dilakukan dengan menganalisis berbagai SK dan KD yang terdapat pada kurikulum KTSP 2006 untuk SMP Kelas VII semester genap dan dianggap sulit oleh siswa, maka ditentukanlah sebuah SK yaitu
42
43
memahami keanekaragaman makhluk hidup, dengan KD yaitu mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Berdasarkan hasil studi kurikulum, kemudian dipilih subkonsep yang merupakan bagian dari konsep keanekaragaman makhluk hidup, yaitu tentang keanekaragaman tumbuhan. Berdasarkan subkonsep keanekaragaman tumbuhan kemudian diuraikan submateri dan analisis materinya yang kemungkinan besar dianggap sulit oleh siswa. Submateri-submateri tersebut meliputi dasar klasifikasi makhluk hidup, Kingdom Plantae, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji. Adapun rincian submateri dan analisis materi tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.1. Submateri-submateri yang telah dianalisis kemudian diuraikan ke dalam indikator-indikator yang memang banyak dianggap sulit oleh siswa. Indikator yang diuraikan sebanyak 20 macam indikator. Rincian lengkapnya seperti dalam Lampiran A.2, dengan proporsi sebagai berikut: empat indikator pada dasar klasifikasi makhluk hidup, dua indikator pada Kingdom Plantae, empat indikator pada tumbuhan lumut, lima indikator pada tumbuhan paku, dan lima indikator pada tumbuhan berbiji. Berdasarkan indikator-indikator yang telah dirumuskan, kemudian dibuat kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal ini sangat penting agar proporsi soal yang dibuat mencakup semua materi dan sesuai dengan tingkat kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom revisi. Tingkat kognitif soal yang digunakan terdiri dari C1 (mengingat) dan C2 (mengerti), karena sesuai dengan tuntutan KD minimal bagi
44
siswa dalam pencapaian KKM di sekolah. Kisi-kisi soal tersebut dimuat dalam Tabel 4.1: Tabel 4.1 Kisi-kisi Soal Essay Subkonsep Klasifikasi Tumbuhan No 1 2 3 4 5
Submateri C1 C2 Jumlah Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup 2 2 4 Kingdom Plantae 0 2 2 Tumbuhan Lumut 0 4 4 Tumbuhan Paku 0 5 5 Tumbuhan Berbiji 0 5 5 Jumlah 2 18 20
Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah soal yang dibuat yaitu berjumlah 20 butir, dengan proporsi jumlah soal untuk setiap submateri yaitu dasar klasifikasi makhluk hidup empat butir (20%), Kingdom Plantae dua butir (10%), tumbuhan lumut empat butir (20%), tumbuhan paku lima butir (25%), dan tumbuhan berbiji lima butir (25%). Tingkat kognitif soal terdiri dari C1 (mengingat) sebanyak dua butir (10%) dan C2 (mengerti) sebanyak 18 butir (90%). Berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat, kemudian disusun satu buah soal essay untuk setiap indikator. Penyusunan soal agar memudahkan maka dibuatlah tabel spesifikasi soal, seperti pada Lampiran A.3. Soal yang dibuat berjumlah 20 butir soal essay. Rincian soal essay beserta indikator dan jenjang kognitifnya selengkapnya terdapat dalam Lampiran A.4. Soal essay yang telah dibuat kemudian divalidasi atau di-judgement oleh dosen ahli sebelum diujicobakan ke siswa. Ketika kegiatan validasi soal, terdapat beberapa kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada soal yang telah dibuat dan harus diperbaiki, seperti yang dirangkum pada Tabel 4.2:
45
Tabel 4.2 Kesalahan yang terdapat pada Soal Essay Ketika Divalidasi No Kesalahan atau Kekurangan 1 Ketidaksesuaian antara indikator yang terdapat pada soal dengan jenjang kognitifnya, seperti soal yang sebenarnya berupa hafalan (C1) tetapi jenjang kognitifnya mengerti (C2). 2 Tidak ada soal yang menanyakan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku, namun yang ada adalah menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku. 3
Kurangnya soal yang memuat gambar tumbuhan, seperti soal yang menanyakan perbedaan antara tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji.
4
Soal yang ditanyakan tidak setara, ada yang ditingkat kingdom, ada pula yang ditingkat ordo dan familia.
Rekomendasi Perbaikan Indikator soal yang berupa hafalan jenjang kognitif yang seharusnya adalah C1 (mengingat) Menggantinya dengan soal yang menanyakan tentang karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku Menampilkan gambar tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji agar siswa dapat membedakannya dengan melihat langsung gambar. Soal yang ditanyakan harus setara, sebaiknya hanya pada tingkat kingdom, divisi, dan kelas saja.
Kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada soal kemudian diperbaiki, setelah selesai diperbaiki lalu divalidasi kembali oleh dosen ahli. Soal yang telah divalidasi dan dinyatakan baik, yang keseluruhannya berjumlah 20 butir soal, sebelum diujicobakan terlebih dahulu dikelompokkan menjadi dua, masingmasing berjumlah 10 butir soal dan indikator untuk setiap soal berbeda, seperti dalam Lampiran A.5. Pembagian soal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengerjakan soal yang terlalu banyak. Kedua kelompok soal tersebut kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VII H. 2) Pelaksanaan Uji Coba Soal Essay Pelaksanaan uji coba soal essay dilakukan di Kelas VII H yang jumlah seluruh siswanya pada kelas tersebut sebanyak 40 orang, pada pengujicobaan soal ini satu kelas dibagi menjadi dua, 20 orang mengerjakan soal bagian A dan
46
sisanya mengerjakan soal bagian B. Waktu mengerjakan soal ini selama satu jam yang dilaksanakan setelah jam pelajaran
di sekolah berakhir.
Ketika
pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang dirangkum dalam Tabel 4.3: Tabel 4.3 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Soal Essay No Aspek 1 Waktu
2
Setting Kelas
3
Pengawasan
4
Soal
5
Siswa
Identifikasi Masalah Waktu pelaksanaan setelah jam pelajaran di sekolah berakhir, hal ini membuat siswa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal, karena mereka sudah ingin cepat pulang sehingga terkesan terburu-buru dalam menjawab soal. Siswa duduk berdua dalam satu meja, sehingga mendorong peluang untuk saling menyontek. Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban soal yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Peneliti kurang tegas dalam mengawasi siswa sehingga membuka peluang yang lebih besar kepada siswa untuk dapat menyontek kepada temannya. Soal essay yang diujicobakan menurut siswa sulit, sehingga mereka menjawabnya kurang tepat karena menebak jawaban, dan terdapat beberapa soal yang tidak dijawab (kosong). Tidak semua siswa mengerjakan soal yang diberikan, pada soal bagian A hanya dikerjakan oleh empat orang siswa dan soal bagian B dikerjakan oleh 13 orang siswa.
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan uji coba soal essay terdapat beberapa kendala, seperti masalah waktu yang kurang efektif, setting kelas yang kurang baik, pengawasan yang kurang tegas, siswa menjawab soal dengan menebak karena soalnya sulit, dan tidak semua siswa mengerjakan soal yang diberikan. 3) Hasil Analisis Butir Soal Essay Hasil jawaban siswa kemudian dihitung skornya dan dianalisis reliabilitas, validitas, dan tingkat kesukarannya menggunakan program komputer Anatest.
47
Hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk soal essay bagian A selengkapnya disajikan pada Lampiran B.1 dan B.2. Skor tertinggi yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal essay bagian A adalah 50 dan skor terendah 34. Adapun skor rata-ratanya yaitu 42,25. Hasil ini menandakan bahwa seluruh siswa yang mengerjakan soal essay bagian A tidak ada yang memperoleh nilai diatas KKM yang batas minimalnya adalah 70. Oleh karena itu, hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Kesulitan siswa terlihat dari rendahnya perolehan skor pada soal nomor 5, 6, 8, dan 9. Soal nomor 5 berhubungan dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, nomor 6 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, nomor 8 indikatornya ialah menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut, dan soal nomor 9 yang indikatornya adalah mengelompokan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Jadi, keempat indikator tersebut adalah indikator yang termasuk sulit dipahami oleh siswa. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas untuk soal essay bagian A yaitu 0,21 (tergolong rendah) dan validitas soal adalah 0,12 (tergolong sangat rendah). Proporsi tingkat kesukaran soal adalah soal mudah berjumlah dua butir (20%), soal sedang dua butir (20%), dan soal sukar enam butir (60%). Pada soal essay bagian B, hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk soal essay bagian B selengkapnya disajikan pada Lampiran
48
B.3 dan B.4. Hasil perolehan skor siswa setelah mengerjakan soal essay bagian B yaitu nilai terbesar dan nilai rata-ratanya lebih besar bila dibandingkan dengan perolehan skor pada soal essay bagian A. Nilai tertinggi pada soal bagian ini adalah 77 dan nilai terendahnya 32, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 46,31. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan soal bagian B sebagian besar mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Kesulitan siswa dapat terlihat dari adanya soal yang kosong (tidak dikerjakan), yaitu soal nomor 1, 4, 7, 8, 9, dan 10. Indikator-indikator yang sulit dipahami oleh siswa pada soal tersebut secara berurutan yaitu menjelaskan dasar pengelompokan makhluk hidup, membedakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan lumut, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, mengidentifikasi perbedaan tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup, dan menjelaskan ciri tumbuhan monokotil. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas dan validitas untuk soal essay bagian B jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dan validitas pada soal essay bagian A. Tingkat reliabilitas untuk soal bagian ini yaitu sebesar 0,98 (tergolong sangat tinggi), sedangkan nilai validitas untuk soal bagian ini yaitu sebesar 0,95 (tergolong sangat tinggi). Proporsi tingkat kesukaran soal bagian B lebih merata bila dibandingkan dengan soal bagian A. Soal dengan kategori mudah berjumlah tiga butir (30%), soal sedang empat butir (40%), dan soal dengan kategori sukar berjumlah tiga butir (30%).
49
4) Pengembangan Soal Pilihan Ganda Kisi-kisi soal dan indikator yang digunakan dalam penyusunan soal pilihan ganda mengacu pada kisi-kisi soal dan indikator yang digunakan dalam penyusunan soal essay. Distraktor/pengecoh jawaban yang digunakan sebagian disusun dari hasil jawaban siswa hasil pengerjaan soal essay, dengan dimaknai terlebih dahulu, karena banyak jawaban siswa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau diluar konteks, dan sebagian lagi diambil dari buku mata pelajaran yang biasa digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Penyusunan soal pilihan ganda agar memudahkan menggunakan tabel spesifikasi soal, seperti pada Lampiran B.5. Soal pilihan ganda yang telah selesai disusun, sebelum diujicobakan kepada siswa soal tersebut di-judgement terlebih dahulu kepada dosen ahli. Hasil judgement menunjukkan bahwa soal-soal tersebut masih terdapat kesalahan atau kekurangan, seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.4: Tabel 4.4 Kesalahan yang terdapat pada Soal Pilihan Ganda Ketika Divalidasi No
Kesalahan atau kekurangan
1
Ketidaksesuaian antara indikator yang terdapat pada soal dengan jenjang kognitifnya, seperti soal yang sebenarnya berupa hafalan (C1) tetapi jenjang kognitifnya mengerti (C2).
2
Pilihan jawaban yang tidak homogen, seperti ada yang memuat nama spesies, genus, dan divisi. Disamping itu ada pilihan jawaban yang panjangnya tidak sama.
3
Gambar tumbuhan yang ditampilkan tidak memperlihatkan habitusnya secara utuh.
Rekomendasi Perbaikan Indikator soal yang berupa hafalan jenjang kognitif yang seharusnya adalah C1 (mengingat) Pilihan jawaban harus homogen, bila nama divisi semuanya harus nama divisi, dan panjangnya harus sama. Gambar tumbuhan yang ditampilkan habitusnya harus utuh, terlihat bagian akar, batang, daun, dan bunganya.
50
No
Kesalahan atau kekurangan
4
Ada soal yang memuat tentang struktur tumbuhan, bukan tentang klasifikasi tumbuhan.
5
Jumlah titik diakhir soal yang tidak konsisten, ada yang empat atau lima.
Rekomendasi Perbaikan Fokus pada soal yang berkaitan dengan klasifikasi tumbuhan. Jumlah titik diakhir soal harus konsisten, jika empat maka semuanya harus empat pula.
Semua kekurangan tersebut diperbaiki dan setelah divalidasi kembali serta dinyatakan baik, soal pilihan ganda yang berjumlah 19 butir selengkapnya terdapat pada lampiran A.6, diujicobakan kepada siswa kelas VII I. 5) Pelaksanaan Uji Coba Soal Pilihan Ganda Pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda ini dilakukan pada waktu jam pelajaran IPA. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang dirangkum dalam Tabel 4.5: Tabel 4.5 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Soal Pilihan Ganda No 1 2
3
4
5
Aspek Waktu
Identifikasi Masalah Waktu pelaksanaan ketika jam pelajaran IPA dan siswa tidak terburu-buru dalam menjawab soal. Setting Kelas Siswa duduk berdua dalam satu meja dan mendorong peluang untuk saling menyontek. Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban soal yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Pengawasan Kurang tegasnya peneliti dalam mengawasi siswa sehingga membuka peluang yang lebih besar kepada siswa untuk dapat menyontek kepada temannya. Soal Soal pilihan ganda yang diujicobakan menurut siswa sulit, sehingga mereka menjawabnya kurang tepat karena menebak jawaban, dan terdapat beberapa soal yang tidak dijawab (kosong). Siswa Beberapa siswa ada yang mengobrol dan membuat kegaduhan sehingga membuat siswa lain terganggu konsentrasinya.
Berdasarkan Tabel 4.5, ada beberapa kejadian penting yang muncul dalam pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda ini. Kejadian-kejadian penting tersebut
51
diantaranya adalah waktu pelaksanaan uji coba yang lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan pelaksanaan uji coba soal essay. Namun, masih terjadi kegiatan saling kerja sama karena posisi duduk siswa yang berdua dalam satu meja, hal ini diperparah dengan masih kurang tegasnya pengawasan. Soal yang sulit menurut mereka masih menjadi kendala dan mendorong siswa menjawab soal dengan menebak dan bahkan ada soal yang tidak dijawab. Hambatan lain juga muncul dengan kondisi kelas yang gaduh karena ada siswa yang mengobrol dan mengganggu siswa lain yang serius mengerjakan soal. 6) Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Pilihan Ganda Hasil jawaban siswa kemudian dihitung skornya dan dianalisis reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya menggunakan program komputer Anatest. Hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk hasil uji coba soal pilihan ganda selengkapnya disajikan pada Lampiran B.6 dan B.7. Pada perolehan skor hasil uji coba soal pilihan ganda, jumlah jawaban benar terbesar yang diperoleh siswa adalah 12 (skor 63,16) dan jumlah jawaban benar terendahnya adalah 4 (skor 21,05) dari 19 butir soal. Skor rata-ratanya adalah 7,64 (skor 40,21). Hasil tersebut menunjukkan bahwa uji coba soal ini dapat mendeteksi kesulitan belajar siswa, dengan rendahnya perolehan skor siswa, karena semua siswa yang mengikuti kegiatan uji coba tidak ada yang memperoleh nilai diatas KKM. Kesulitan yang dialami siswa terlihat dengan adanya soal yang memiliki perolehan skor benar terendah, seperti soal nomor 9, 12, dan 17. Hal ini
52
menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami indikator yang terkandung dalam soal tersebut. Indikator-indikator tersebut secara berurutan yaitu menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, dan mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas soal pilihan ganda hasil uji coba yaitu 0,74 (tergolong tinggi), sedangkan untuk validitas soal adalah 0,59 (tergolong cukup). Daya pembeda soal adalah yang tergolong jelek 36,84%, cukup 10,53%, baik 42,11%, dan baik sekali 10,53%. Proporsi tingkat kesukaran pada soal tersebut adalah soal mudah 5,26%, sedang 63,18%, dan sukar 31,58%. b. Pengembangan Perangkat Penilaian Nontes 1) Pengembangan Angket Terbuka Selain menyusun perangkat penilaian tes, disusun pula perangkat penilaian nontes, yaitu berupa angket. Pada penyusunan angket, terlebih dahulu dibuat angket terbuka, kisi-kisi angket terbuka terdiri dari enam aspek yang mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa, selengkapnya disajikan pada Lampiran A.7. Setiap aspek-aspek tersebut kemudian dirumuskan dua hingga empat indikator, dan berdasarkan indikator tersebut dibuat satu buah pertanyaan yang semuanya berjumlah 21 butir. Format pertanyaan angket terbuka selengkapnya terdapat pada Lampiran A.8. Angket terbuka yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh dosen ahli. Hasil validasi menunjukkan terdapat kesalahan atau kekurangan yang terdapat
53
pada pertanyaan angket terbuka. Kesalahan atau kekurangan tersebut dirangkum pada Tabel 4.6: Tabel 4.6 Kesalahan atau Kekurangan yang terdapat pada Pertanyaan Angket Terbuka Hasil Validasi Dosen No Kesalahan atau kekurangan 1 Tidak menanyakan media apa yang digunakan guru. 2 Tidak menanyakan apakah guru menggunakan media spesimen tumbuhan asli 3 Tidak menanyakan apakah ada tugas yang diberikan guru 4 Tidak menanyakan apakah pembelajaran klasifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi
Rekomendasi Perbaikan Menanyakan media apa yang digunakan guru. Menanyakan apakah guru menggunakan media spesimen tumbuhan asli Menanyakan apakah ada tugas yang diberikan guru Menanyakan apakah pembelajaran klasifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi
Kesalahan atau kekurangan yang muncul ketika kegiatan validasi kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki, dilakukan validasi kembali dan setelah dinyatakan baik, angket terbuka lalu diujicobakan kepada siswa kelas VII H. 2) Pelaksanaan Uji Coba Angket Terbuka Kegiatan uji coba angket terbuka dilakukan setelah pelaksanaan uji coba soal essay. Ketika pelaksanaan uji coba angket terdapat beberapa kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.7: Tabel 4.7 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Angket Terbuka No 1
Aspek Waktu
2
Pertanyaan angket
3
Siswa
Identifikasi Masalah Waktu pelaksanaan setelah uji coba soal essay membuat siswa terburu-buru dalam mengisi angket terbuka karena ingin cepat pulang. Ada beberapa pertanyaan angket terbuka yang tidak dimengerti oleh siswa sehingga ada jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, bahkan ada beberapa yang dibiarkan kosong. Dari 40 orang siswa hanya 18 orang saja yang mengisi angket terbuka, karena mereka sudah banyak yang pulang setelah mengerjakan uji coba soal essay.
54
Berdasarkan Tabel 4.7, ada beberapa kejadian penting yang terjadi selama kegiatan uji coba angket terbuka. Kejadian penting tersebut diantaranya yaitu waktu pelaksanaan yang dilakukan setelah pengerjaan uji coba soal essay, hal ini dirasa kurang efektif dan efisien karena siswa sudah ingin pulang sehingga mereka mengerjakannya dengan terburu-buru. Pertanyaan yang terdapat pada angket terbuka ada yang kurang dimengerti maksudnya sehingga ada jawaban yang tidak sesuai dengan yang diminta, bahkan ada beberapa soal yang kosong. Siswa yang mengerjakan uji coba angket terbuka hanya 18 orang dari total 40 orang siswa, hal ini karena sebagian besar dari mereka sudah tidak sabar ingin cepat pulang setelah mengerjakan uji coba soal essay. 3) Analisis Hasil Uji Coba Angket Terbuka Hasil jawaban angket terbuka cukup mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.8. Hasil angket diantaranya dapat mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan juga kendala-kendala yang dihadapi. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran klasifikasi tumbuhan dilakukan melalui kegiatan praktikum. Beberapa kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum dan menyebabkan mereka kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan disajikan dalam grafik pada Gambar 4.1:
55
12.00% 10.00%
11.11%
11.11%
8.00% 6.00% 5.56%
4.00% 2.00% 0.00% Sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan
Guru Banyak siswa menerangkan yang materi terlalu mengobrol cepat
Gambar 4.1 Grafik Kendala yang Dialami Siswa selama Kegiatan Praktikum Klasifikasi Tumbuhan.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.1, kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum klasifikasi tumbuhan yaitu sebagian kecil karena sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan guru (11,11%), guru menerangkan materi terlalu cepat (11,11%), dan banyak siswa yang mengobrol (5,56%). Hal ini tentu saja membuat siswa kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum klasifikasi tumbuhan dengan baik, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. 4) Pengembangan Angket Tertutup Setelah menganalisis hasil jawaban angket terbuka, kemudian disusun angket tertutup berdasarkan kisi-kisi angket terbuka dan ditambah dua aspek (minat siswa terhadap konsep klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan termasuk konsep sulit), sehingga kisi-kisi angket tertutup semuanya terdiri dari delapan aspek yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.9. Pertanyaan pada angket tertutup menggunakan pilihan jawaban yang berasal dari jawaban
56
hasil uji coba angket terbuka yang telah dimaknai terlebih dahulu. Agar memudahkan maka dalam penyusunannya dibuat tabel spesifikasi penyusunan angket tertutup seperti yang disajikan pada Lampiran B.9. Format pertanyaan angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.10. Pertanyaan pada angket tertutup setelah disusun dan sebelum diujicobakan divalidasi terlebih dahulu kepada dosen ahli. Setelah divalidasi terdapat beberapa kesalahan atau kekurangan seperti yang dirangkum pada Tabel 4.8: Tabel 4.8 Kesalahan atau Kekurangan yang terdapat pada Pertanyaan Angket Tertutup Hasil Validasi Dosen No Kesalahan atau kekurangan 1 Tidak menanyakan media apa yang digunakan guru. 2 Pilihan jawaban yang digunakan tidak setara. 3 Menggunakan kata-kata yang kurang baku. 4 Tidak menanyakan siapa yang membuat dasar pengelompokan pada kunci determinasi.
Rekomendasi Perbaikan Menanyakan media apa yang digunakan guru. Pilihan jawaban yang digunakan harus setara. Menggunakan kata-kata yang baku. Menanyakan siapa yang membuat dasar pengelompokan pada kunci determinasi, apakah siswa atau guru.
Kesalahan atau kekurangan yang muncul ketika kegiatan validasi kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki, dilakukan validasi kembali dan setelah dinyatakan baik, angket tertutup lalu diujicobakan kepada siswa kelas VII I. 5) Pelaksanaan Uji Coba Angket Tertutup Kegiatan uji coba angket tertutup dilakukan setelah pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda. Ketika pelaksanaan uji coba angket tertutup terdapat beberapa kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.9:
57
Tabel 4.9 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Angket Tertutup No Aspek 1 Waktu
2
Pertanyaan angket
3
Siswa
Identifikasi Masalah Waktu pelaksanaan setelah uji coba soal pilihan ganda dan waktu jam pelajaran IPA masih tersedia sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakannya. Pertanyaan angket tertutup cukup dimengerti oleh siswa karena disertai dengan pilihan jawaban sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Dari 40 orang siswa semuanya mengisi angket tertutup, dan terlihat cukup antusias dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.9, pelaksanaan uji coba angket tertutup di Kelas VII I secara umum berlangsung dengan tertib dan lancar. Hal ini terlihat dari antusiasnya siswa dalam mengerjakan angket tersebut, karena semua siswa yang berjumlah 40 orang turut serta dalam menjawab setiap pertanyaan. Waktu pelaksanaan pun cukup efisien dan efektif, karena kegiatan uji coba yang dilaksanakan setelah uji coba soal pilihan ganda dan jam pelajaran IPA masih berlangsung. Pertanyaan pada angket pun direspon dengan cukup baik karena siswa sudah mengerti maksud dari setiap pertanyaan yang dilengkapi dengan pilihan jawaban. 6) Analisis Hasil Uji Coba Angket Tertutup Hasil jawaban uji coba angket tertutup dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan secara lebih lengkap bila dibandingkan dengan hasil angket terbuka. Hal ini karena dalam angket tertutup terdapat indikator tambahan yang menanyakan apakah siswa menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau menganggap sulit konsep klasifikasi tumbuhan, serta indikator-indikator dalam konsep tersebut yang dianggap sulit oleh siswa. Hasil selengkapnya dapat dilihat
58
pada Lampiran B.10. Beberapa hasil jawaban angket siswa dituangkan dalam grafik pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3:
Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Siswa yang Menyukai Konsep Klasifikasi Tumbuhan dan Menganggap Sulit Konsep Klasifikasi Tumbuhan.
Berdasarkan Grafik pada Gambar 4.2, tanggapan siswa mengenai apakah mereka menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau tidak, yaitu sebagian besar siswa (51,22%) kurang menyukai, hampir setengahnya (39,02%) menyukai, dan sebagian kecil (9,76%) saja yang tidak menyukai konsep tersebut. Tanggapan siswa mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, yaitu sebagian besar (65,85%) menganggap ap cukup sulit, sebagian kecil (17,07%) menganggap sulit, dan sebagian kecil (14,63%) yang lain menganggap bahwa konsep klasifikasi tumbuhan sangat sulit.
59
50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 41.46%
25.00% 20.00%
26.83%
29.27%
43.90%
29.27%
15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Menjelaskan ciri Menjelaskan dasar Menjelaskan ciri Mendeskripsikan ciri Menjelaskan dasar pergiliran keturunan pengelompokan pergiliran keturunan Kingdom Plantae pengelompokan paku Kingdom Plantae lumut divisi tumbuhan lumut
Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator pada Konsep Klasifikasi Tumbuhan yang dianggap sulit.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3, ada lima indikator yang dianggap paling sulit untuk dapat dipahami siswa. Kelima indikator tersebut yaitu 26,83% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, 29,27% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan dasar-dasar dasar pengelompokan Kingdom Plantae, 29,27% atau hampir setengahnya indikator or dalam menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, 41,46% atau hampir setengahnya indikator dalam mendeskripsikan ciri-ciri ciri Kingdom Plantae, dan 43,90% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut.
60
7) Pengembangan Pedoman Wawancara Guru Pedoman wawancara yang disusun untuk mengetahui tanggapan guru mengenai pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa, terdiri dari lima indikator, indikator tersebut yaitu pendapat guru mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, pengetahuan guru tentang asesmen kesulitan belajar, pengetahuan guru tentang langkah-langkah penerapan asesmen kesulitan belajar, kelebihan penerapan asesmen kesulitan belajar, dan kekurangan penerapan asesmen kesulitan belajar Pertanyaan wawancara yang disusun sebanyak dua buah untuk setiap indikator yang telah dibuat. Format pedoman wawancara guru selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.13. Pedoman wawancara guru yang telah disusun kemudian divalidasi atau di-judgement kepada dosen ahli. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pertanyaan wawancara setelah kegiatan validasi kemudian diperbaiki sebelum digunakan.
2. Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Perangkat penilaian yang telah dikembangkan kemudian diterapkan untuk menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Penerapan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar terdiri dari dua bagian. Bagian pertama tentang penerapan perangkat penilaian tes dan bagian kedua tentang penerapan perangkat penilaian nontes.
61
a. Penerapan Perangkat Penilaian Tes 1) Instrumen Penilaian Tes Perangkat penilaian tes berupa soal pilihan ganda
yang telah
dikembangkan dan diujicobakan, selanjutnya diterapkan di Kelas VII C untuk menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Soal pilihan ganda hasil uji coba sebelum diterapkan terlebih dahulu diperbaiki kekurangannya yang muncul setelah dianalisis secara kuantitaif, seperti memperbaiki pengecoh yang kurang berfungsi dengan baik. Soal pilihan ganda yang digunakan pada pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar dapat dilihat pada Lampiran A.11. Setelah selesai diperbaiki kemudian soal tersebut di-judgement kembali dan setelah dinyatakan baik, soal tersebut kemudian dipakai untuk menerapkan asesmen kesulitan belajar siswa. Penerapan soal ini dilakukan untuk menilai kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. 2) Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Tes Pelaksanaan penerapan perangkat penilaian tes berupa soal pilihan ganda dilakukan di Kelas VII C. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa kejadian penting yang tercatat oleh peneliti. Kejadian-kejadian penting tersebut dirangkum dalam Tabel 4.10:
62
Tabel 4.10 Catatan Penting Pelaksanaan Penerapan Soal Pilihan Ganda No Aspek 1 Waktu
2
3
4
5
Identifikasi Masalah Pelaksanaan yang dilakukan setelah Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) membuat siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan soal, karena mereka merasa sudah bebas. Setting Kelas Posisi duduk siswa yang duduk berdua dalam satu meja membuat mereka saling bekerja sama dalam mengerjakan soal pilihan ganda. Pengawasan Kurang tegasnya peneliti dalam mengawasi siswa yang mengerjakan soal membuat siswa semakin merasa bebas dalam melakukan perbuatan saling menyontek jawaban dalam mengisi soal yang diberikan. Soal Soal yang diberikan menurut siswa sulit, sehingga mereka cenderung menebak jawaban dan bahkan ada soal yang dibiarkan kosong (tidak dijawab). Siswa Konsentrasi siswa sedikit terganggu karena di lapangan sekolah waktu itu sedang ada perlombaan olahraga antar kelas dan situasinya sangat ribut, hal ini membuat siswa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal.
Berdasarkan Tabel 4.10, terjadi beberapa kejadian penting selama pelaksanaan penerapan perangkat penilaian tes. Kejadian penting tersebut diantaranya adalah waktu pelaksanaan yang kurang efektif, karena dilaksanakan setelah UKK dan membuat siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan soal. Konsentrasi mereka juga terganggu karena situasi di luar kelas yang ribut. Setting kelas yang kurang baik juga membuat siswa saling menyontek jawaban. Hal ini didukung dengan lemahnya pengawasan yang dilakukan peneliti. Soal yang menurut siswa dianggap sulit membuat mereka menebak jawaban dan bahkan ada beberapa soal yang tidak dikerjakan. 3) Analisis Butir Soal Hasil Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Tes Hasil jawaban siswa kemudian dihitung perolehan skornya. Hasil perolehan skor selengkapnya disajikan pada Lampiran B.11. Dari 19 butir soal, jumlah jawaban yang benar terbesar adalah 12 (skor 63,16) dan yang terkecil
63
adalah 5 (skor 26,32), sedangkan untuk rata-ratanya adalah 8,85 (skor 46,58). Hasil ini menunjukkan bahwa soal tersebut mampu mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini terlihat dari rendahnya perolehan skor siswa, dimana tidak ada seorang pun siswa yang mencapai nilai KKM yang disyaratkan kurikulum (nilai KKM 70). Ini berarti seluruh siswa pada kelas tersebut mengalami kesulitan belajar. Kesulitan tersebut terdeteksi dengan adanya indikator-indikator yang dianggap sulit oleh siswa, hal ini dapat dilihat dari adanya soal yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh satu siswa pun, seperti soal nomor 12, 13, 15, dan 17. Indikator yang terkandung dalam soal tersebut secara berurutan yaitu membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, dan mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Sementara itu masih ada soal yang tidak dijawab atau dibiarkan kosong, yaitu soal nomor 9 dan 10. Indikator dari kedua soal tersebut yaitu menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut. Indikator-indikator tersebut merupakan indikator yang sulit dipahami oleh siswa. Hasil analisis kuantitatif terhadap soal pilihan ganda yang telah diterapkan menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas soal yaitu 0,65 (tergolong tinggi), sedangkan untuk validitas soal adalah 0,49 (tergolong cukup). Proporsi daya pembeda pada soal tersebut yaitu kategori jelek 47,37%, cukup 26,32%, baik 5,26%, dan baik sekali 21,05%. Proporsi tingkat kesukaran soal yaitu kategori
64
mudah 26,32%, sedang 36,84%, dan sukar 36,84%. Hasil analisis kuantitatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.12. 4) Uji Kecocokkan Kesulitan Belajar Siswa Uji Kecocokkan atau validasi kesulitan belajar bertujuan untuk melihat apakah kesulitan belajar siswa yang terungkap dengan perangkat asesmen sama dengan kondisi sebenarnya. Validasi kesulitan belajar siswa dilakukan dengan membandingkan jawaban siswa hasil penerapan soal pilihan ganda dengan jawaban soal essay yang ditanyakan secara lisan. Uji cuplik ini dilakukan kepada seorang siswa yang memperoleh skor terendah pada penerapan soal pilihan ganda. Hasil validasi tersebut disajikan pada Tabel 4.11: Tabel 4.11 Uji Kecocokkan Kesulitan Belajar Siswa
No
1 2 3 4 5 6 7 8
9
Indikator Menjelaskan dasar pengelompokan makhluk hidup Menyebutkan manfaat penggunaan kunci determinasi Menyebutkan fungsi klasifikasi makhluk hidup Menjelaskan aturan penamaan ilmiah Sistem Binomial Nomenklatur Mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae Menjelaskan dasar-dasar pengelompokan Kingdom Plantae Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut Membedakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan lumut Menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut
Kesulitan Siswa Hasil Tes Wawancara Pilihan Soal Essay Ganda
Keterangan (Cocok/Tidak Cocok)
BENAR
Tidak tahu
Tidak Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
BENAR
Tidak tahu
Tidak Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
BENAR
BENAR
Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
SALAH
Cocok
BENAR
Tidak tahu
Tidak Cocok
BENAR
Tidak tahu
Tidak Cocok
65
No
10 11 12 13
14 15 16
17
18 19
Indikator Menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan paku Membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku Menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku Membedakan ciri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku Menjelaskan pengertian tumbuhan biji Mengelompokan tumbuhan paku berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup Mengelompokan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil
Kesulitan Siswa Hasil Tes Wawancara Pilihan Soal Essay Ganda
Cocok/Tidak Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
SALAH
Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
Tidak tahu
Cocok
SALAH
SALAH
Cocok
SALAH
SALAH
Cocok
SALAH
SALAH
Cocok
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil uji kecocokkan menunjukkan bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa yang terungkap dengan perangkat asesmen pada umumnya sama dengan kondisi sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari total 14 atau 73,68% indikator yang memperlihatkan kecocokkan kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut. Hanya sebagian kecil yaitu satu indikator saja (mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae) yang membuktikan siswa tidak mengalami kesulitan, hasil ini terbukti dari hasil tes dan juga wawancara.
66
b. Penerapan Perangkat Penilaian Nontes 1) Instrumen Angket Tertutup Perangkat penilaian nontes yang digunakan untuk mengungkap faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa dalam pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar, berasal dari hasil perbaikan angket tertutup hasil uji coba, dengan menambah satu pertanyaan tentang penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, sehingga jumlah semua pertanyaan menjadi 27 butir. Angket tertutup yang digunakan dalam penerapan asesmen ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.12. 2) Pelaksanaan Penerapan Angket Tertutup Kegiatan penerapan angket tertutup dilakukan di Kelas VII C setelah pelaksanaan penerapan soal pilihan ganda. Selama pelaksanaan terdapat beberapa kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.12: Tabel 4.12 Catatan Penting Pelaksanaan Penerapan Angket Tertutup No 1
Aspek Waktu
2
Pertanyaan angket
3
Siswa
Deskripsi Waktu pelaksanaan setelah penerapan soal pilihan ganda dan ada siswa yang akan ikut perlombaan olahraga sehingga mereka mengerjakannya terburu-buru. Pertanyaan angket tertutup cukup dimengerti oleh siswa karena disertai dengan pilihan jawaban sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Dari 40 orang siswa semuanya mengisi angket tertutup, dan terlihat cukup antusias dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat bahwa waktu pelaksanaan penerapan angket yang dilakukan setelah siswa mengerjakan soal pilihan ganda, membuat mereka mengerjakannya dengan terburu-buru. Hal ini terjadi karena ada sejumlah siswa yang akan mengikuti perlombaan olahraga. Pertanyaan pada angket tersebut
67
dikerjakan oleh seluruh siswa, dan cukup dimengerti oleh siswa dengan tidak adanya siswa yang menanyakan tentang maksud dari suatu pertanyaan, dan sesuainya nya jawaban siswa dengan pertanyaan yang ditanyakan. 3) Hasil Analisis Jawaban Penerapan Angket Tertutup Hasil penerapan angket tertutup dapat mengungkap faktor-faktor faktor yang menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan, serta dapat mengungkap indikator apa saja yang dianggap sulit oleh siswa. Hasil penerapan angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.13. Berikut ditampilkan beberapa hasil penerapan angket angket yang mengungkap penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.4) dan indikator yang dianggap sulit yang terdapat dalam konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.5):
Gambar 4.4 Grafik Grafik Tanggapan Siswa Tentang Penyebab Sulitnya Konsep Klasifikasi Tumbuhan
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4, penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan menurut siswa pada umumnya (77,78%) yaitu karena banyak terdapat
68
istilah Latin. Sementara itu hampirr setengahnya disebabkan oleh cakupan materi yang cukup banyak (27,78%) serta sulit dalam memahami dan menghafal istilah Latin (41,67%). Mendeskripsikan ciri tumbuhan paku Mendeskripsikan ciri Kingdom Plantae
30.56%
44.44%
33.33% 36.11%
Membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil
36.11% Mendeskripsikan ciri tumbuhan lumut Membedakan ciri pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku
Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator Sulit yang Terdapat Dalam Materi Klasifikasi Tumbuhan
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5, ada lima indikator yang dianggap sulit oleh hampir setengah jumlah siswa. Indikator tersulit adalah membedakan ciri iri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku dengan persentase 44,44%. Kemudian diikuti dengan membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil (36,11%), mendeskripsikan ciri-ciri ciri ciri tumbuhan lumut (36,11%), mendeskripsikan ciri-ciri ciri Kingdom Plantae (33,33%), dan mendeskripsikan ciriciri ciri tumbuhan paku (30,56%). Hasil angket pada siswa yang memperoleh skor terendah pada hasil tes yaitu ia menyukai materi klasifikasi tumbuhan, namun menurutnya materi tersebut tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini karena ia menganggap materinya sangat
69
sulit yang disebabkan oleh banyaknya istilah Latin dalam konsep tersebut. Indikator yang ia anggap sulit diantaranya yaitu mendeksripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil.
3. Kelebihan dan Kelemahan yang dimiliki oleh Perangkat Penilaian Perangkat penilaian yang telah dikembangkan untuk menilai kesulitan belajar siswa memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut diantaranya yaitu: 1) berdasarkan hasil pengembangan dan penerapan soal essay maupun pilihan ganda, perangkat penilaian tersebut dapat mengukur subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa; 2) hasil angket terbuka maupun tertutup yang telah dikembangkan dan diterapkan, menunjukkan bahwa penerapan angket tersebut bisa mengungkap penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Kelebihan asesmen ini yang didapat dari hasil wawancara guru mengatakan bahwa “asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat melihat keberhasilan guru dalam mengajar, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, dan sebagai feedback terhadap kemampuan siswa...”. Adapun kelemahan dari perangkat penilaian tersebut diantaranya yaitu: 1) soal tes menurut siswa terlalu sulit, karena ada beberapa soal yang dibiarkan kosong; 2) soal tes sulit dimengerti karena ada istilah Latin yang tidak diketahui siswa; 3) soal tes pilihan ganda yang diterapkan membuka peluang bagi siswa
70
untuk menebak jawaban; dan 4) angket kurang dapat mengungkap semua penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa.
4. Kendala yang dihadapi dalam Menerapkan Perangkat Penilaian Perangkat penilaian yang digunakan untuk mengukur kesulitan belajar siswa yang telah dikembangkan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, namun berdasarkan catatan peneliti terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan asesmen kesulitan belajar siswa ini diantaranya yaitu: 1) kurang efektifnya waktu dalam pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa; 2) setting kelas yang masih kurang maksimal; dan 3) adanya soal yang kosong (tidak terisi oleh siswa) ketika pelaksanaan asesmen kesulitan belajar. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengungkapkan bahwa “kendala dalam pelaksanaan asesmen kesulitan belajar yaitu guru merasa lelah dalam memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih dan siswa merasa jenuh karena terlalu sering mengerjakan soal...”.
5. Tanggapan Guru terhadap Penerapan Perangkat Penilaian Pengembangan dan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa yang masih tergolong baru ini menimbulkan rasa ingin tahu peneliti untuk mengungkap tanggapan dari guru terhadap pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa untuk menilai kesulitan siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Tanggapan ini dijaring dengan melakukan wawancara terhadap guru. Hasil wawancara guru selengkapnya disajikan dalam Lampiran B.14. Berikut beberapa
71
tanggapan guru mengenai pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.13: Tabel 4.13 Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Menilai Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Konsep Klasifikasi Tumbuhan No Indikator 1 Pendapat guru mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan 2 Pengetahuan guru tentang asesmen kesulitan belajar 3 Pengetahuan guru tentang langkah-langkah penerapan asesmen kesulitan belajar 4
Kelebihan pelaksanaan asesmen kesulitan belajar
5
Kelemahan pelaksanaan asesmen kesulitan belajar
Tanggapan Guru Guru mengatakan bahwa konsep keanekaragaman tumbuhan adalah salah satu konsep yang terbilang sulit, hal ini disebabkan karena terlalu banyak materinya, banyak istilah Latin, dan siswa kurang terampil dalam mengklasifikasikan tumbuhan. Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar adalah asesmen yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai KKM. Guru mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan asesmen kesulitan belajar yaitu melihat nilai siswa yang rendah atau tidak mencapai KKM, menganalisis KD dan indikator yang lemah atau dianggap sulit, memberikan soal yang sama dengan soal tes formatif, dan menurunkan tingkat kesukaran soal bila siswa belum mampu mencapai KKM. Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat melihat keberhasilan guru dalam mengajar, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, dan sebagai feedback terhadap kemampuan siswa. Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelemahan, seperti membuat siswa merasa jenuh karena terus-menerus mengerjakan soal dan guru merasa lelah dalam memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih.
B. Pembahasan 1. Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Perangkat penilaian yang telah dikembangkan dalam menilai asesmen kesulitan belajar siswa, baik perangkat penilaian tes (soal essay dan pilihan ganda) maupun nontes (angket dan wawancara), secara umum dapat menilai kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.
72
Selain itu pula dapat ditelusuri indikator dari subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa serta dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa. Pada pengembangan perangkat penilaian tes, yang terdiri dari soal essay dan pilihan ganda, menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya skor rata-rata yang diperoleh siswa, skor rata-rata untuk hasil uji coba essay adalah 42,25 (essay bagian A) dan 46,31 (essay bagian B). Sementara itu skor rata-rata untuk hasil uji coba pilihan ganda adalah 40,21. Berdasarkan standar KKM yang ditetapkan oleh sekolah tempat dilakukannya penelitian, yaitu 70, maka skor rata-rata siswa hasil uji coba ini tidak memenuhi KKM. Oleh karena itu, pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan karena rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Ashlock (Wulan et al., 2010) bahwa siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Ketika pengujicobaan soal essay, seperti pada soal essay bagian A ada beberapa soal yang tidak dijawab oleh siswa, seperti soal nomor 6 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku. Hal ini menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami indikator tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa siswa yang tidak mengisi/tidak merespon soal-soal uraian adalah siswa
73
yang berkesulitan belajar. Penyebabnya kemungkinan besar karena siswa tidak memahami konsep tersebut. Selain soal yang kosong, ada pula soal yang perolehan skornya rendah karena tidak ada siswa yang mampu menjawabnya dengan benar. Seperti soal essay bagian A nomor 5 dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, kebanyakan jawaban siswa menjawabnya dengan menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut, bukan menjelaskan bagaimana karakteristik pergiliran keturunan lumut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada indikator tersebut yang disebabkan karena mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa salah satu kemungkinan kesulitan belajar yang dialami siswa berdasarkan pola jawaban tes uraian adalah siswa mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip. Hasil analisis soal essay secara kuantitatif, yang meliputi reliabilitas, validitas, dan tingkat kesukaran, menunjukkan bahwa kedua soal essay bagian A dan B memiliki kualitas yang berbeda. Hal ini terlihat dari nilai reliabilitas dan validitas yang berbeda, dimana soal A memiliki nilai reliabilitas yang rendah (0,21) dan nilai validitas sangat rendah (0,12), serta proporsi tingkat kesukaran soal yaitu soal mudah dan sedang 20% sedangkan sukar 60%. Reliabilitas soal essay A yang rendah ini disebabkan oleh terlalu sulitnya soal, hal ini terlihat dari dominannya soal kategori sukar yaitu sebanyak 60%. Fakta ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1989) yang menyatakan bahwa tes
74
yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. Nilai validitas yang sangat rendah dikarenakan banyaknya soal kategori sulit, waktu pengerjaan yang kurang efektif karena setelah jam pelajaran berakhir, situasi kelas yang ribut, dan ada siswa yang melakukan kecurangan dengan saling bertukar jawaban. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sukardi (2010) bahwa nilai validitas dipengaruhi oleh tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa, waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa, adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang belajar dengan yang melakukan kecurangan, serta ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga para siswa tidak dapat konsentrasi dengan baik. Hasil analisis kuantitatif ini menunjukkan bahwa soal tersebut kualitasnya kurang baik, karena soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas dan validitas yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar (Sudjana, 1989). Namun, walaupun begitu soal tersebut masih bisa mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa, hal ini terlihat dari rendahnya perolehan skor siswa. Soal essay bagian B memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada soal A, karena memiliki nilai reliabilitas (0,98) dan validitas (0,95) yang sangat tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya lebih merata yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar. Hal tersebut sesuai dengan syarat kualitas soal yang baik menurut Sudjana (1989), bahwa soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas
75
dan validitas yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar. Pada hasil uji coba soal pilihan ganda, menunjukkan bahwa masih ada beberapa soal yang tidak direspon oleh beberapa siswa dan perolehan skornya rendah, seperti soal nomor 9 dan 12. Soal nomor 9 dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, hanya mampu dijawab benar oleh tiga orang siswa. Sementara itu soal nomor 12 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, hanya seorang siswa yang mampu menjawab benar soal ini. Hal ini menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami kedua indikator tersebut. Indikator pada soal nomor 9 merupakan salah satu yang dianggap sulit oleh siswa, hal tersebut didukung oleh hasil angket yang menyatakan bahwa hampir setengah siswa atau 29,27% menganggap bahwa indikator tersebut sulit dipahami. Kualitas soal pilihan ganda hasil uji coba tergolong cukup baik, karena memiliki nilai reliabilitas yang tinggi (0,74), nilai validitas cukup (0,59), daya pembeda soal dominan yang baik 42,11% serta proporsi jumlah soal dengan tingkat kesukaran sedang paling dominan sebesar 63,18%. Hasil uji coba angket diantaranya dapat mengungkap kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum klasifikasi tumbuhan. Kendala-kendala yang dialami yaitu sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan guru, hal ini membuat siswa tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum dengan baik karena ia tidak memiliki tumbuhan yang akan diamati; guru menerangkan materi terlalu cepat, akibatnya siswa tidak mengetahui konsep awal yang mendasari kegiatan
76
praktikum yang akan dilakukan; dan banyak siswa yang mengobrol, keadaan ini membuat suasana kelas menjadi gaduh dan mengganggu konsentrasi siswa lain yang mengikuti kegiatan praktikum dengan sungguh-sungguh. Kendala-kendala tersebut membuat siswa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Kendala guru menerangkan materi terlalu cepat termasuk faktor eksternal yang merupakan faktor instrumental penyebab kesulitan belajar siswa, sedangkan banyak siswa yang mengobrol merupakan faktor lingkungan. Seperti yang dinyatakan Burton (Abin, 2002: 325-326; Kuntjojo, 2009) bahwa penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor instrumental diantaranya yaitu kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai dan faktor lingkungan antara lain lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif.
2. Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Hasil perolehan skor pada penerapan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar soal pilihan ganda menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa adalah 46,58. Skor ini berada dibawah nilai KKM yaitu 70 dan tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai diatas KKM, karena skor tertinggi adalah 63,16. Hasil perolehan skor yang rendah ini menunjukkan bahwa seluruh siswa pada kelas tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan, seperti yang dinyatakan oleh Ashlock (Wulan, et al., 2010) bahwa siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
77
Pada hasil jawaban siswa masih terdapat soal yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh satu siswa pun, seperti soal nomor 12, 13, 15, dan 17. Soal nomor 12 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku,
soal nomor 13 dengan indikator menjelaskan karakteristik
pergiliran keturunan tumbuhan paku, soal nomor 15 dengan indikator menjelaskan pengertian tumbuhan biji, dan soal nomor 17 dengan indikator mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa sangat kesulitan dalam memahami indikator-indikator tersebut. Terutama indikator pada soal nomor 13, dengan indikator menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku. Karena berdasarkan hasil angket, indikator ini ditanggapi oleh hampir setengah jumlah siswa sebagai salah satu indikator yang sulit untuk dipahami. Hasil analisis kuantitatif soal pilihan ganda menunjukkan bahwa soal ini tergolong cukup baik, dengan reliabilitas 0,65 (tergolong tinggi) dan validitas 0,49 (tergolong cukup). Walaupun proporsi daya pembeda pada soal tersebut didominasi oleh kategori jelek sebanyak 47,37% dan proporsi tingkat kesukaran kategori sedang dan sukar sama yaitu 36,84%. Berdasarkan hasil penerapan soal pilihan ganda, secara keseluruhan konsep klasifikasi tumbuhan memang termasuk konsep yang sulit untuk dipelajari, hal ini karena skor rata-rata yang rendah hasil pengerjaan soal pilhan ganda dan diperkuat oleh hasil angket. Hasil angket menunjukkan bahwa penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan menurut siswa pada umumnya karena banyak terdapat istilah Latin, hampir setengahnya karena cakupan materi
78
cukup banyak serta sulit memahami dan menghafal istilah Latin. Hasil wawancara guru juga memberikan hasil yang hampir sama, guru mengatakan bahwa “konsep keanekaragaman tumbuhan adalah salah satu konsep yang terbilang sulit, hal ini disebabkan karena terlalu banyak materinya, banyak istilah dalam bahasa Latin...”. Uji kecocokkan yang dilakukan dapat membuktikan kesulitan belajar yang dialami siswa, dalam hal ini yang memperoleh skor terendah, yang terungkap dengan hasil tes sama dengan kondisi sebenarnya. Siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajari 73,68% indikator yang terdapat dalam konsep klasifikasi tumbuhan. Hasil ini didukung dengan hasil angket yang menurutnya ia merasa kesulitan dalam memahami beberapa indikator, seperti mendeksripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil. Ia hanya dapat memahami satu indikator saja yaitu mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae. Penyebab kesulitan yang dialami siswa tersebut dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan berdasarkan hasil angket, yaitu menurutnya konsep tersebut tidak menarik untuk dipelajari. Kecenderungan ini membuat minat dan motivasi belajar siswa rendah sehingga terjadilah kesulitan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Burton (Abin, 2002: 325-326; Kuntjojo, 2009) bahwa faktor internal yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar dintaranya yaitu minat terhadap mata pelajaran kurang dan motivasi belajar rendah.
79
3. Kelebihan dan Kelemahan yang dimiliki oleh Perangkat Penilaian Kelebihan yang dimiliki oleh perangkat penilaian tes yang telah dikembangkan yaitu dapat mengukur subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa indikator pada subkonsep yang terdapat pada konsep klasifikasi tumbuhan yang ternyata sulit untuk dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil penerapan soal pilihan ganda tidak ada seorang siswa pun yang dapat menjawab dengan benar soal yang berhubungan dengan indikator tersebut. Indikator-indikator tersebut yaitu membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Kelebihan yang muncul dari perangkat penilaian nontes yaitu angket tertutup hasil uji coba atau ketika penerapan dapat mengungkap penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hasil angket tertutup hasil uji coba menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang menyukai konsep klasifikasi tumbuhan dan menganggapnya sebagai konsep yang cukup sulit. Sementara itu hasil angket tertutup pada penerapan menunjukkan bahwa pada umumnya siswa menganggap sulit konsep klasifikasi tumbuhan karena banyak terdapat istilah Latin, sedangkan hampir setengah dari seluruh siswa menganggap bahwa sulitnya konsep tersebut disebabkan oleh cakupan materi yang cukup banyak serta sulit memahami dan menghafal istilah Latin.
80
Adapun kelemahan dari perangkat penilaian tersebut diantaranya yaitu soal tes menurut siswa terlalu sulit, sehingga ada beberapa soal yang dibiarkan kosong. Hal ini terjadi karena sebelumnya tidak dilakukan telaah kedalaman materi klasifikasi tumbuhan pada jenjang SMP dan SMA secara lebih mendalam, sehingga ada soal yang memuat materi yang seharusnya ada pada jenjang SMA dan sulit dijawab oleh siswa karena mereka belum mempelajari sebelumnya. Temuan ini terlihat dari proporsi tingkat kesukaran pada soal pilihan ganda yang diterapkan kurang memenuhi syarat kualitas soal yang baik, dimana soal kategori mudah 26,32%, soal kategori sedang dan sukar 36,84%. Menurut Sudjana (1989) kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut, sesuai karakteristik siswa khususnya dalam perkembangan intelektual.. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 34-3, artinya 30% soal mudah, 40% soal sedang, dan 30% soal sukar; atau perbandingan lain 3-5-2, 30% soal mudah, 50% soal sedang, dan 20% soal sukar. Kelemahan lain yang muncul adalah soal tes pilihan ganda yang diterapkan membuka peluang bagi siswa untuk menebak jawaban. Soal pilihan ganda yang tergolong tes objektif menurut Sudijono (2007) terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal. Ini dapat terjadi, sebab bagi testee yang sekalipun sebenarnya tidak tahu jawabannya, namun karena pada setiap butir soal sudah dipasang kemungkinan-kemungkinan jawabannya, maka tidak ada kesulitan sama sekali
81
bagi testee untuk menebak salah satu diantara kemungkinan jawaban yang telah tersedia.
4. Kendala yang dihadapi dalam Menerapkan Perangkat Penilaian Kendala yang dihadapi pada penerapan perangkat penilaian kesulitan belajar yaitu kurang efektifnya waktu dalam pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa, hal ini terlihat dari catatan peneliti yang menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan penilaian yang diselenggarakan setelah UKK (karena ada perlombaan olahraga) membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal, karena mereka terganggu oleh situasi lingkungan sekolah yang ramai dan sangat ribut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sudijono (2007), yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan soal tes para peserta tes seharusnya mendapat ketenangan. Seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu lalangnya orang. Setting kelas yang masih kurang maksimal merupakan kendala lain yang muncul dalam penerapan asesmen kesulitan belajar ini. Berdasarkan catatan peneliti, menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan asesmen kesulitan belajar posisi duduk siswa yaitu berdua dalam satu meja, hal ini memberi peluang kepada siswa untuk dapat saling bekerja sama. Oleh karena itu terdapat pola jawaban yang sama antara siswa yang satu dengan lainnya. Masalah ini dapat mengganggu kegiatan analisis kesulitan belajar, karena kurang dapat menilai kesulitan belajar yang
82
dialami siswa secara mendetail disebabkan oleh pola jawaban yang sama akibat dari kerja sama tersebut. Kendala lain yang terungkap yaitu guru merasa lelah dalam melakukan asesmen kesulitan belajar dan siswa merasa jenuh. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
guru yang mengungkapkan bahwa kendala dalam pelaksanaan
asesmen kesulitan belajar yaitu guru merasa lelah dalam memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih dan siswa merasa jenuh karena terlalu sering mengerjakan soal.
5. Rekomendasi Penelitian yang dilakukan dalam menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan hanya melalui perangkat penilaian tes dan nontes saja, tetapi tidak melakukan observasi selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan menilai kesulitan belajar siswa sebaiknya didahului dengan mengobservasi kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas dalam mempelajari klasifikasi tumbuhan. Hal ini penting untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Jadi tidak hanya menilai kesulitan belajar melalui perangkat penilaian tes dan nontes saja, tetapi dilakukan pula kegiatan observasi selama proses pembelajaran. Penyusunan perangkat penilaian tes sebaiknya diawali dengan melakukan telaah kedalaman materi pada jenjang SMP dan SMA secara lebih mendalam. Kegiatan ini perlu dilakukan agar soal yang mencakup materi yang seharusnya ada pada tingkat SMA, tidak muncul di soal jenjang SMP. Sehingga soal yang
83
digunakan tidak terlalu sulit dan dapat dijawab oleh siswa serta kesulitan belajar yang dihadapi siswa dapat terungkap. Waktu pelaksanaan asesmen kesulitan belajar sebaiknya dilaksanakan pada waktu yang tepat, agar kegiatan asesmen kesulitan belajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Waktu yang dapat digunakan untuk melakukan asesmen kesulitan belajar yaitu sebelum atau sesudah tes formatif. Sebelum pelaksanaan tes formatif dimaksudkan agar kesulitan belajar yang dialami siswa terhadap konsep tertentu selama kegiatan pembelajaran dapat terdeteksi secepat mungkin, hal ini agar kesulitan belajar siswa dapat segera diatasi dan ketika menjalani tes formatif maka kemungkinan besar ia dapat mencapai KKM yang disyaratkan oleh kurikulum. Sementara itu waktu pelaksanaan asesmen kesulitan belajar setelah tes formatif bertujuan agar sebelum mempelajari konsep selanjutnya, kesulitan belajar yang dialami siswa dapat diatasi terlebih dahulu dengan melakukan tes diagnostik kepada siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Penentuan tempat berlangsungnya tes diagnostik sebaiknya berada di tempat yang tenang dan jauh dari keramaian, agar siswa dapat mengerjakan soal dengan penuh konsentrasi. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Sudijono (2007), yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan soal tes para peserta tes seharusnya mendapat ketenangan. Seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu lalangnya orang. Sudijono (2007) menyarankan dalam pelaksanaan tes, khususnya tes kesulitan belajar, tempat duduk sebaiknya diatur dengan jarak tertentu yang
84
memungkinkan tercegahnya kerja sama yang tidak sehat diantara testee. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan setting kelas yang baik, karena akan berpengaruh positif terhadap hasil analisis asesmen kesulitan belajar. Seperti dalam pengaturan posisi duduk, sebaiknya siswa duduk sendiri-sendiri dalam satu meja, hal ini sangat penting agar tidak terjadi saling tukar jawaban. Karena kegiatan menyontek jawaban akan membuat hasil analisis kesulitan belajar kurang berjalan optimal, hal ini disebabkan oleh kesulitan belajar yang dialami siswa tidak terukur secara detail. Ketegasan pengawas juga sangat diperlukan ketika pelaksanaan tes, agar tidak terjadi kegiatan saling kerja sama dalam mengerjakan tes diagnostik. Uji kecocokkan atau uji cuplik dalam melihat kesulitan belajar siswa yang terungkap dengan hasil tes dan wawancara sebaiknya tidak hanya dilakukan kepada siswa yang memperoleh skor terendah. Tetapi lebih baik dilakukan kepada beberapa orang siswa dari setiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan perolehan skor hasil tes kesulitan belajar. Hal ini penting agar indikator yang kemungkinan sulit dipelajari siswa dapat terdeteksi secara lebih detail dan diperoleh siswa yang benar-benar mengalami kesulitan belajar. Waktu pelaksanaan uji cuplik sebaiknya tidak terlalu lama dari selang waktu tes kesulitan belajar, karena jika terlalu lama maka yang menjadi pengukuran adalah retensi siswa terhadap konsep tertentu, bukan kesulitan belajar yang dialami siswa. Bentuk soal yang digunakan dalam menilai kesulitan belajar siswa sebaiknya bukan soal pilihan ganda biasa, tetapi lebih baik soal pilihan ganda beralasan. Hal ini karena soal berbentuk pilihan ganda, agar analisis respon bebas
85
dari faktor tebakan, salah satu caranya adalah siswa diminta menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih alternatif jawaban (Depdiknas, 2007). Jika menggunakan soal berbentuk uraian (essay) yang jumlahnya banyak, agar siswa tidak merasa jenuh maka sebaiknya ketika pelaksanaan tes kesulitan belajar, soal tersebut dibagi menjadi dua bagian. Dalam melakukan penilaian kesulitan belajar, dapat dilakukan dengan teknik penilaian tes maupun non tes. Penilaian tes dapat berupa soal essay atau pilihan ganda, sedangkan penilaian nontes bisa dilakukan melalui pemberian angket dan melakukan wawancara. Penilaian kesulitan belajar terdiri dari beberapa tahapan, seperti yang disajikan dalam Tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Panduan Asesmen Kesulitan Belajar Tahapan Merancang Perangkat Penilaian
Langkah-langkah 1. Mengindentifikasi Kompetensi Dasar yang Bermasalah Bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak dapat dimunculkan. 2. Menentukan Kemungkinan Sumber Masalah Kemungkinan sumber masalah, yaitu: 1) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; 2) terjadinya miskonsepsi; dan 3) rendahnya kemampuan memecahkan masalah. 3. Menentukan Bentuk dan Jumlah Soal yang Sesuai Perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan ganda, essay, maupun kinerja.
Sumber Informasi Hasil penelitian, Depdiknas, 2007. Panduan Penilaian Diagnostik Sekolah Menengah Pertama
Rasional Kompetensi bermasalah yaitu SK dan KD yang sulit dicapai oleh siswa.
Masalah yang timbul karena siswa tidak memahami konsep dengan benar dan utuh.
Teknik penilaian harus tepat sesuai dengan sumber masalah yang diduga.
86
Tahapan Merancang Perangkat Penilaian
Langkah-langkah
4. Menyusun Kisi-kisi Soal Kisi-kisi setidaknya memuat: 1) kompetensi dasar beserta indikator bermasalah; 2) materi pokok; 3) dugaan sumber masalah; 4) bentuk dan jumlah soal; dan 5) indikator soal 5. Menulis Soal Harus diperhatikan jawaban atau respon yang diberikan siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialami siswa. 6. Mereview Soal Sebaiknya soal yang telah ditulis guru divalidasi terlebih dahulu sebelum diteskan ke siswa, bisa divalidasi oleh dosen ahli atau guru-guru sejenis dalam MGMP. 7. Menyusun Kriteria Penilaian Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery, yaitu sudah menguasai KD. Atau belum mastery, yaitu belum menguasai. Menguji 1. Menguji Coba Soal yang Coba telah ditulis Perangkat Soal yang telah ditulis Penilaian diujicobakan ke sampel lain. Bila soal bentuk essay jumlahnya banyak, sebaiknya dibagi menjadi dua agar siswa tidak jenuh. 2. Menganalisis hasil uji coba Analisis secara kuantitatif, meliputi reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Melaksanaka 1. Sebelum Tes Formatif n Perangkat Agar kesulitan belajar yang Penilaian dialami siswa terhadap konsep Kesulitan tertentu selama kegiatan Belajar pembelajaran dapat terdeteksi secepat mungkin. Hal ini agar pada pelaksanaan tes formatif siswa dapat mencapai KKM.
Sumber Informasi Hasil penelitian, Depdiknas, 2007. Panduan Penilaian Diagnostik Sekolah Menengah Pertama
Rasional Agar soal yang digunakan dapat mengungkap kesulitan belajar yang dialami siswa secara tepat dan akurat. Soal diagnostik memiliki karakteristik berbeda dengan soal tes lain Butir soal yang baik memiliki validitas isi, yaitu kejituan tes ditinjau dari isi tes tersebut Untuk mengetahui siswa yang mengalami masalah dilihat dari skor yang diperolehnya. Untuk mengetahui kualitas soal apakah baik atau tidak.
Mengetahui kualitas soal secara kuantitatif. Kesulitan belajar siswa dapat diatasi dan ketika menjalani tes formatif dapat mencapai KKM.
87
Tahapan
Langkah-langkah
Melaksanaka n Perangkat Penilaian Kesulitan Belajar
2. Setelah Tes Formatif Agar sebelum mempelajari konsep selanjutnya, kesulitan belajar yang dialami siswa dapat diatasi terlebih dahulu.
Identifikasi Sumber Masalah
1. Melakukan Penskoran Kegiatan penskoran harus mampu merekam type error yang ada dalam respon siswa.
Pemberian Umpan Balik
2. Membuat kode spesifik untuk setiap type error Membuat kode spesifik, seperti: A: terjadi miskonsepsi B: kesalahan mengubah satuan C: kesalahan menggunakan formula D: kesalahan perhitungan 3. Menentukan batas pencapaian (passing score) Bila tes diagnostik dibangun oleh sejumlah butir soal perlu dilakukan batas pencapaian untuk menentukan bahwa siswa tersebut bermasalah. 1.Kegiatan umpan balik dilakukan secara cermat berdasarkan hasil tes diagnostik Umpan balik yang diberikan harus sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa. 2.Kegiatan umpan balik diberikan secara bertahap dan berkelanjutan Kegiatan umpan balik perlu diatur agar tidak terjadi tumpang tindih.
Sumber Informasi Hasil penelitian, Depdiknas, 2007. Panduan Penilaian Diagnostik Sekolah Menengah Pertama
Rasional Dapat memahami konsep prasyarat untuk pembelajaran selanjutnya. Mengetahui siswa dengan skor terendah atau responnya paling minim. Untuk memudahkan identifikasi
Untuk mengetahui siswa yang bermasalah.
Agar kesulitan yang dialami siswa bisa teratasi.
Supaya tidak memberatkan siswa maupun guru