49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal 11 – 30 November 2013, didapatkan data sebagai berikut a. Karakteristik lokasi penelitian Lokasi penelitian ini adalah RSIA Amanah Ibu, rumah sakit ini bergerak dalam pelayanan khususnya pada kesehataN ibu dan anak. Saat ini RSIA Amanah Ibu berencana ikut berpatisipasi untuk mencapai MDG’S yaitu untuk menurunkan angka kematian bayi. Salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. b. Karakteristik Umur Tabel 4.1 menunjukkan dari 57 subyek penelitian yang diteliti didapatkan hasil umur < 20 tahun sebanyak 3 orang ( 3,5%), 18 orang berusia 21 -25 tahun ( 31,5%), 20 orang berusia 26-30 tahun ( 35%), 12 orang berusia 31-35 tahun ( 21,3%), 5 orang berusia > 35 tahun (8,7%). commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Klasifikasi Umur
Jumlah
%
< 20 tahun
3
3,5
21-25 tahun
18
31,5
26-30 tahun
20
35
31-35
12
21,3
>35
5
8,7
Jumlah
57
100
Tabel 4.1 : Distribusi umur c. Karakteristik Pendidikan Tabel
4.2
menunjukkan
distribusi
pendidikan
responden.
Responden dengan tingkat pendidikan SLTP/Sederajat12 orang (21,1%), tingkat pendidikan SLTA / Sederajat (59,6%), perguruan tinggi 11 orang (19,3%) Karakteristik pendidikan
Jumlah
%
SLTP / Sederajat
12
21,1
SLTA / Sederajat
20
35
Perguruan Tinggi
25
43,9
Jumlah
57
100
Tabel 4.2 : distribusi pendidikan responden
d. Karakteristik pekerjaan responden Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik pekerjaan responden. Bekerja sebagai wiraswasta sebanyak orang (42,1%), bekerja sebagai ibu commit to24user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga sebanyak 28 orang ( 49,1%), bekerja sebagai PNS sebanyak 5 orang (8,8%) Karakteristik pekerjaan
Jumlah
%
Wiraswasta
24
42,1
IRT
28
49,1
PNS
5
8,8
Jumlah
57
100
Tabel 4.3 : distribusi pekerjaan responden 2. Hasil penelitian a.
Hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini pelaksanaan IMD tdk melaksanakan melaksanakan
dukungan suami
Total
tdk mendukung
12 (54,5%)
10 (45,5%)
22( 100%)
mendukung
8( 22,8%)
27( 77,2%)
35( 100%)
Total
20 37 57 35% 65% 100% Tabel 4.4 : Dukungan suami terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini Tabel 4.4 menunjukan distribusi dukungan suami Dari uji di atas didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.015 (< 0.05). Karena lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini PELAKSANAAN IMD TDK MELAKSANAKAN IMD PERAN BIDAN
MELAKSANAKAN IMD
Total
RENDAH
17( 85%)
3(15%)
20( 100%)
TINGGI
8(21,6%)
29(78,4%)
37(100%)
25
32
57
44%
56%
100%
Total
Tabel 4.5 : hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini Tabel
4.5
menunjukan
hubungan
peran
bidan
dengan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Didapatkan nilai signifikasi 0,00 (< 0.05). Karena lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
c. Hubungan dukungan suami dan peran bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini Tabel 4.6: Distribusi Hubungan Dukungan Suami dan Peran Bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pelaksnaan IMD Total Tidak Melaksanakan Melaksanakan IMD IMd Suami Mendukung Peran bidan tinggi 9(39%) 14(61%) 23(100%) Peran bidan rendah 8(67%) 4(33%) 12(100%) Suami tidak mendukung Peran bidan tinggi 6(42,8%) 8(57,2%) 14(100%) Peran bidan rendah 3(37,5%) 5(62,5%) 8(100%) commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hubungan dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisisasi menyusu dini ditentukan dengan uji regresi logistik. Variabel Independen
CI 95% Batas atas 12,814
Batas bawah 1.280
Odd Ratio 0,087
P 0,15
Dukungan suami 88.073 4.781 0,005 0,00 Peran Bidan N = 57 Tabel 4.7 : uji regresi logistic hubungan dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisisasi menyusu dini
Hasil uji regresi logistic munjukkan nilai OR (exp B) secara berturut – turut 0,085 dan 0,005. Variabel dukungan suami (X1) dan peran bidan (X2) dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Y) menunjukan hasil bahwa dukungan suami dan peran bidan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
B. PEMBAHASAN 1. Dukungan suami terhadap inisiasi menyusu dini. Dari penelitian yang dilakukan di RSIA AMANAH IBU Surakarta dari tanggal 11 – 30 November 2013 didapatkan 57 responden. Responden yang mendapat dukungan suami untuk melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 35 responden (61,4%), sedangakan responden yang tidak mendapat dukungan suami sebanyak 22 responden (38,6%). Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Idris, 2011) Dukungan suami merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan menyusui ( Arianti, 2010 ). Dukungan suami dalam proses menyusui tidak hanya memberikan sentuhan lembut pada sang ibu, peran suami lainya juga sangat penting utamanya dalam mendukung ibu selama memberikan ASI. Menurut Fatimah (2009), dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan dari keluarga yang tidak bisa diremehkan, karena akan memberikan efek yang positif bagi ibu menyusui. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Devi ( 2011) dimana dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada hubungan yang significan antara dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami atau yang di kenal dengan supporting father. Termasuk dukungan suami pada ibu post partum dalam melaksanakan inisiasi menyusui dini. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh familly health research ( 2009 ) menyatakan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan yaitu mendapat dukungan suami cenderung mau untuk melakukan IMD, sedangkan pada kelompok kontrol lebih banyak tidak melakukan IMD. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian responden (suami) ikut berperan dalam keberhasilan ibu menyusui dini terutama dengan hadir dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
memberikan dukungan kepada ibu saat melahirkan dan membangun percaya diri ibu agar mau dan mampu menyusui. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Paramita (2008) bahwa seorang suami yang mampu memperlihatkan rasa sayang dan perhatian kepada ibu dan anak, dapat mengakibatkan seorang ibu merasa lebih nyaman dan menghasilkan ASI yang berlimpah, serta akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Sebaiknya ayah membantu menghangatkan bayi hingga ibu sadar dan siap melakukan IMD.Jika ibu tetap belum sadar maka pindahkanlah ibu dan bayi ke kamar rawat dengan tetap mempertahankan proses skin to skin contact. Setelah ibu sadar dan siap melakukan IMD, segera lakukan IMD tersebut (JNPK-KR, 2007 ; Indrawati et al, 2009).
Tipe-tipe peran ayah meliputi perannya dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI dan pemberian makan bayi, keterlibatan ayah dalam pembuatan keputusan mengenai cara pemberian makan anak saat ini, pemilihan tempat untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan/imunisasi,dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan pengasuhan anak. Tipe peran ini adalah peran yang paling umum dilakukan ayah (Febrihartanti,2010)
Keterlibatan ayah dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI diketahui sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap praktek inisiasi menyusui segera. Sedangkan keterlibatan ayah dalam pembuatan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusan mengenai cara pemberian makan anak saat ini serta adanya sikap yang positif terhadap kehidupan pernikahannya adalah dua faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif. Namun, sangat disayangkan bahwa partisipasi ayah selama kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan ditemukan sebagai faktor yang tidak mendukung praktek pemberian ASI. Secara umum, proporsi ayah yang memiliki semua peran yang mendukung adalah kurang dari setengah. Selain itu, proporsi ayah yang memiliki peran yang berpengaruh terhadap praktek pemberian ASI jauh lebih rendah lagi.
Dalam penelitian ini membuktikan bahwa responden dengan dukungan
suami dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini berhasil
melaksnakan inisiasi menyusu dini. Hal ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan inisiasi menyusui dini sangat memerlukan dukungan dari suami dimana dukungan tersebut yang paling dibutuhkan oleh ibu menyusui. Hal ini sesuai dengan pendapat Roesli (2008) bahwa kondisi emosi yang stabil menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami turut mendukung. Proses pemberian susu pada bayi melibatkan tiga hubungan insani. Ibu yang memberikan ASI, si anak yang diberikan dan suami sebagai penyeimbang hubungan. Namun pada kenyataannya, banyak kaum suami yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini dan cenderung commit to userASI anak pada ibunya saja. Serta menyerahkan segala urusan pemberian
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merasa tidak perlu ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan seorang suami dalam proses ini akan memberi motivasi ibu untuk menyusui. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimistis bisa menyusui, air susu pun akan berhamburan (Paramita,2008). Sedangkan pada responden dengan tidak mendukung, diantaranya tidak berhasil inisiasi menyusui dini pada bayi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa suami merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui karena dukungan suami akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Masih banyak suami yang berpendapat salah dimana menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap bahwa cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui oleh karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu (Roesli, 2008). Jenis dari dukungan termasuk memberi informasi, emosi dan memberi pertolongan. Dukungan informasi termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat menyusui bayinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Roesli bahwa dalam tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum, dianjurkan untuk suami mendampingi ibu saat persalinan.
2. Peran bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini Dari penelitian yang dilakukan di RSIA AMANAH IBU Surakarta dari tanggal 11 – 30 November 2013 didapatkan 57 responden. Responden yang menyatakan bidan turut berperan tinggi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebanyak 37 responden (64,9%). Sedangkan responden yang menyatakan ada keterlibatan bidan akan tetapi rendah sebanyak 20 responden ( 35,1%).
Apabila berbicara mengenai pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif, akan banyak sekali faktor yang berperan -yang mendukung atau menghambat- termasuk di dalamnya adalah ibu yang melahirkan bayinya. Seorang ibu, dalam hal ini adalah 'sasaran' yang akan atau tidak akan melaksanakan program IMD dan ASI Eksklusif tersebut (Idris,2011). Menurut penelitian Roslina (2010) variabel yang berpengaruh dalam pelaksanaan IMD adalah adanya peran tenaga kesehatan. Peran tersebut antara lain adalah memberi informasi tentang IMD, meningkatkan rasa percya diri, dan memberi dukungan. Pada penelitian lain disebutkan tidak ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan IMD. Sebagian besar bidan sudah melaksanakan IMD dengan baik, namun masih ada beberapa bidan yang belum mempraktikkan IMD dengan baik. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Praktik IMD yang dilakukan oleh bidan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan bidan tentang IMD (Niswah, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Niswah (2010) didapatkan hasil bahwa dari 45 responden didapatkan hasil sebanyak 28 bidan (62%) mempunyai sikap positif atau mendukung terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sikap yang positif terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berarti bahwa bidan sudah memiliki reaksi atau respon yang mendukung namun belum dinyatakan dalam suatu tindakan. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku . Peran bidan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD. Peran bidan antara lain pada saat sebelum melahirkan atau kehamilan memberikan informasi tentang IMD. Sedangkan pada saat memasuki masa persalinan bidan membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu bersalin dengan memberi kepercayaan bahwa ibu bisa melakukan IMD (JNPK-KR, 2007). Berbagai
hambatan
terhadap
pelaksanaan
IMD
pada
ibu
melahirkan adalahrendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar serta kurangnya pelayanan konseling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan, disamping berbagai faktor lainnya (Idris et al,2010). Dalam peneilitian tentang peran faktor perilaku dalam IMD (Idris et al, 2010) didapati bahwa, pengetahuan ibu mengenai manfaat kolostrum termasuk faktor pendukung pelaksnaan IMD. Akan tetapi komponen pengetahuan yang lain seperti manfaat, frekuensi dan cara menyusui yang benar serta pengetahuan tentang IMD itu sendiri, tidak berperan terhadap praktek inisiasi menyusu dini.
Hal ini terlihat dari respon yang
menunjukkan bahwa baik ibu IMD maupun ibu bukan IMD tidak mempunyai pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini. Ibu IMD ketika melakukannya untuk pertama kali tidak berdasarkan pada pengetahuannya, melainkan semata-mata karena kepercayaannya kepada petugas penolong persalinan. Jadi, dalam peneilitian di atas menunjukkan bahwa, meskipun tanpa adanya pengetahuan sebelumnya mengenai IMD itu sendiri, seorang responden atau ibu melahirkan akan mau melaksanakan IMD apabila petugas kesehatan -dalam hal ini bidan, menganjurkan untuk melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, tingkat kepatuhan terhadap petugas kesehatan merupakan faktor pendukung terlaksananya IMD oleh ibu melahirkan
3. Hubungan dukungan suami dan peran bidan terhadap pelaksanaan IMD Pelaksanaan IMD adalah hasil interaksi antara pengetahuan dan sikap commitberbagai to user faktor lain, yang berupa respons ibu hamil mengenai IMD dengan
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
/ tindakan. Hal ini terjadi akibat paparan informasi mengenai IMD yang diterima oleh ibu tersebut pengetahuan dan sikap ibu mengenai IMD termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu faktor yang berasal dari dalam ibu tersebut. Agar pengetahuan dan sikap ibu dapat direalisasikan dalam bentuk tindakan perlu adanya faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor pendukung adalah faktor yang berupa lingkungan fisik yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup ketrampilan dan sumber daya seperti sarana kesehatan dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pendorong adalah faktor yang dapat menguatkan kemungkinan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup dukungan dari petugas kesehatan dan anggota keluarga terdekat ( Indrawati et al, 2009 ; Aprilia 2009 ). Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD di Indonesia belum terlaksana secara optimal (Virarisca et al, 2010). Pemberian ASI secara dini adalah salah satu intervensi yang dapat secara signifikan mengurangi angka kematian bayi. ASI yang diproduksi selama hari-hari pertama kelahiran, mengandung kolustrum yang dapat melindungi bayi dari penyakit( Fika&Syafiq, 2009) Namun, di Indonesia hanya 44% yang mendapat ASI 1 jam pertama setelah lahir dan hanya 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir. Hal ini juga
menunjukkan
(Fika&Syafiq, 2009)
bahwa
IMD
belum
commit to user
terlaksana
dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau inisiasi menyusu dini. Idealnya proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya 20-30 menit setelah melahirkan. Ada 2 alasan mengapa menyusui perlu dilakukan sesegera mungkin dalam waktu setengah jam setelah pesalinan. Yang pertama penghisapan oleh bayi paling kuat dilakukan dalam waktu setengah jam setelah lahir. Isapan bayi pada putting akan merangsang hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Kerja hormon tersebut akan membuat kolostrum lebih cepat keluar. Yang kedua, baik ibu maupun bayi siaga setelah persalinan. Tatalaksana inisiasi menyusu dini yang dianjurkan adalah Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya kecuali kedua tangannya, lemak putih (verniks) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan. Lalu tali pusat dipotong dan diikat, bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu, posisi kontak kulit dipertahankan minimum 1 jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi. Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin K dan tetes mata bayi ditunda (Roesli, 2008 : Aris,2009) commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 11 – 30 November dididapatkan 57 responden. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir setidaknya satu jam bahkan lebih hingga bayi berhasil menyusu sendiri (Roesli, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang mendapat dukungan suami untuk melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 35 responden (61,4%), sedangakan responden yang tidak mendapat dukungan suami sebanyak 22 responden (38,6%). Responden yang menyatakan bidan turut berperan tinggi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebanyak 37 responden (64,9%). Sedangkan responden yang menyatakan ada keterlibatan bidan akan tetapi rendah sebanyak 20 responden ( 35,1%). Hal ini memberikan gambaran bahwa tempat ibu bersalin yang dipilih oleh responden pada dasarnya telah menerapkan program inisiasi menyusui dini. Namun karena masih ada responden yang tidak mendukung maka program tersebut tidak sepenuhnya berhasil diterapkan pada semua ibu bersalin. Faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan
menyusui
dini
diantaranya adalah faktor biomedik atau kondisi dari ibu dan bayi sendiri, tenaga kesehatan sebagai pemberi informasi dan pelayanan, serta faktor psikologi ibu dimana ibu membutuhkan kondisi yang nyaman untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
menghasilkan ASI yang dapat diperoleh dari dukungan suami saat menyusui. Dari hasil sebuah studi juga menyebutkan bahwa untuk dapat membantu ibu mempraktekkan inisiasi menyusui segera setelah bayi dilahirkan, suami harus memberikan suatu tindakan dukungan tertentu yang sangat spesifik dalam periode waktu yang sangat singkat. Namun sayangnya, sebagian besar suami tidak mengetahui peran mereka pada periode tersebut.Keberadaan mereka di dalam ruang bersalin sebagian besar karena ingin memberikan dukungan emosional kepada ibu atau karena mereka ingin ada secara fisik sehingga dapat memberikan persetujuannya sewaktu-waktu jika pada persalinan tersebut diperlukan tindakan lebih jauh oleh penolong persalinan (Februhartanty, 2008). Petugas kesehatan dalam IMD sangat penting karena ibu membutuhkan bantuan dan fasilitasi dari petugas kesehatan untuk dapat melakukan IMD. Petugas kesehatan yang memiliki sifat positif terhadap pelaksanaan IMD seperti memberikan informasi tentang pentingnya IMD, senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, dan membantu pelaksanaan IMD akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyukseskan pelaksanaan IMD. Dukungan ini sebaiknya dilakukan baik pada saat prenatal ataupun post natal karena hal ini diyakini secara efektif dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD dan meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif. Namun sering petugas kesehatan tidak memfasilitasi ibu untuk melaksanakan IMD, hal ini karena commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kurangnya informasi pada petugas kesehatan. Untuk itu penyuluhan terhadap petugas kesehatan harus dilakukan ( Roesli, 2008; Virarisca et al, 2010;. Haider et al, 2010). Selain dukungan tenaga kesehatan, Dukungan anggota keluarga pun sangat penting, terutama dukungan suami akan menciptakan lingkungan yang kondusif yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam melaksanakan IMD ( faswita, 2010 ;Shams, 2011) Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang significan antara dukungan suami dan peran bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan dari keluarga yang tidak bisa diremehkan, karena akan memberikan efek yang positif bagi ibu menyusui. Bidan juga berperan dalam pelaksnaan inisiasi menyusu dini. Peran tersebut antara lain adalah memberi informasi tentang IMD, meningkatkan rasa percya diri, dan memberi dukungan.
C. Keterbatasan Penelitian Upaya maksimal telah dilakukan peneliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan ideal, namun keterbatasan - keterbatasan masih ada dalam penelitian ini seperti sebagai berikut: 1. Penelitian tentang pelaksanaan IMD hanya dibatasi dari segi dukungan suami dan peran bidan saja dikarenakan adanya keterbatasan waktu, biaya serta tenaga peneliti sehingga diharapkan nantinya penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi peneliti lain. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jumlah sampel dalam penelitian ini tidak terlalu besar sehingga belum dapat mendeteksi adanya faktor – faktor lain yang mendukung pelaksanaan IMD. 3. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner tertutup, yang dapat menyebabkan terjadinya bias, misalnya dikarenakan responden yang tidak jujur, asal menjawab, terpengaruh responden lain, tidak bisa menangkap informasi dengan jelas.
commit to user