BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian dapat tercapai dengan data yang diperoleh dari objek penelitian. Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul terdiri dari data tes awal dan data tes akhir. Data tes awal diperoleh untuk mengetahui keadaan sebelum diadakan perlakuan. Sedangkan data tes akhir diperoleh untuk mengetahui keadaan objek penelitian setelah diberikan perlakuan tertentu. Data hasil tes awal digunakan untuk mengelompokkan subjek penelitian berdasarkan rasio panjang tungkai : tinggi badan. Dari tes awal tersebut kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu rasio panjang tungkai : tinggi badan besar, rasio panjang tungkai : tinggi badan kecil. Kedua kelompok tersebut diambil dari dua kelas yang berbeda. Selanjutnya, dari dua kelas yang berbeda kemudian diberi perlakuan pada latihan lari 100 meter. Satu kelas di bagi menjadi dua dan dilakukan latihan UP Hill Sprin tdan latihan Down Hill Sprint. Berdasarkan pengelompokan di atas, kemudian disusun rancangan penelitian dengan faktorial 2 x 2. Adapun hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data yang kemudian dianalisis yang meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensial atau analisis untuk mengkaitkan antara satu variabel dengan variabel lain. Berdasarkan hasil analisis maka dapat dikemukakan deskripsi data, pengujian prasyarat analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan. A. Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Data Berdasarkan hasil penelitian data dari hasil tes rasio panjang tungkai-tinggi badan dari
seluruh populasi yang berjumlah 50 siswa. Data tersebut diperoleh dari sampel penelitian yang tersebar dalam dua kelompok perlakuan dengan rincian 20 data yang diberi perlakuan menggunakan up hill sprint, 20 data yang diberi perlakuan menggunakan down hill sprint. Masing-masing kelompok perlakuan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi, dan 20 siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan yang rendah. Data selengkapnya bisa dilihat di lampiran 7, 8, dan 9. Deskripsi hasil analisis data hasil latihan lari 100 meter sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4. 1. Deskripsi Hasil Analisis Data Tes Peningkatan Lari 100 m
Rasio
Hasil Tes Hasil Tes Peningkatan
Panjang Perlakuan
Tungkai
Awal
Akhir
(detik)
(detik)
(detik)
Jumlah
152,81
148,79
4,02
Rerata
15,281
14,879
0,402
SD
0,574
0,548
0,071
Jumlah
153,79
150,78
3,01
Rerata
15,379
15,078
0,301
SD
0,521
0,520
0,035
Jumlah
152,46
147,91
4,55
Rerata
15,246
14,791
0,455
SD
0,442
0,414
0,067
Jumlah
152,6
148,84
3,76
Rerata
15,260
14,884
0,376
SD
0,670
0,645
0,054
Statistik
: Tinggi Badan
Besar UP
Hill
Sprint Kecil
Besar Down
Hill
Sprint Kecil
Prosentasi peningkatan
2,631 %
1,957 %
2,984 %
2,464 %
Hal-hal yang mendapat perhatian dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel di atas adalah sebagai berikut : 1.
Pada rasio panjang tungkai : tinggi badan besar, kelompok latihan menggunakan up hill sprint mempunyai rata-rata tes awal 15,281 detik dan tes akhir 14,879 detik dengan ratarata peningkatan 0,402 detik. Pada kelompok latihan menggunakan down hill sprint mempunyai rata-rata tes awal 15,246 detik dan tes akhir 14,791 detik dengan rata-rata peningkatan 0,455 detik. Dengan demikian latihan lari 100 meter menggunakan latihan down hill sprint lebih baik dari pada menggunakan latihan up hill sprint.
2.
Rasio panjang tungkai : tinggi badan yang rendah, kelompok latihan up hill sprint mempunyai rata-rata tes awal 15,379 detik dan tes akhir 14,791 detik dengan rata-rata peningkatan 0,455 detik. Pada kelompok latihan menggunakan down hill sprint mempunyai rata-rata tes awal 15,260 detik dan tes akhir 14,884 detik dengan rata-rata peningkatan 0,376 detik. Dengan demikian latihan lari 100 meter menggunakan latihan up hill sprint lebih baik dari pada menggunakan latihan down hill sprint.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap dari nilai rata-rata peningkatan waktu lari 100 meter untuk masing-masing faktor utama penelitian, perlu dibuat perbandinganperbandingannya. Masing-masing sel (kelompok latihan) peningkatan kecepatan lari 100 meter yang berbeda. Nilai rata-rata peningkatan waktu lari 100 meteryang dicapai tiap kelompok latihan disajikan dalam bentuk histogram. Gambaran menyeluruh dari nilai ratarata perubahan peningkatan waktu lari 100 meter, maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
Rata-Rata Hasil Up-Hill Tes Awal dan Akhir 15,379 16
15,281
15,078 14,879
15
Besar
14
Kecil
13 12
Kecil
11
Besar
10 Tes Awal
Tes Akhir
Gambar 4.1. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Peningkatan waktu lari 100 meter Tiap Kelompok Menggunakan latihan UP Hill Sprint.
Rata-Rata Hasil Down Hill Tes Awal dan Akhir 15,260 16
15,246
14,884 14,791
15 Besar
14
Kecil
13 12
Kecil
11
Besar
10 Tes Awal
Tes Akhir
Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Peningkatan waktu lari 100 meter Tiap Kelompok Berdasarkan latihan Menggunakan Down Hill Sprint.
Masing-masing sel (kelompok latihan) memiliki perubahan peningkatan waktu lari 100 meter yang berbeda. Nilai perubahan peningkatan waktu lari 100 meter masing-masing sel (kelompok latihan) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. 2. Nilai Peningkatan waktu lari 100 meter Masing-Masing Sel (Kelompok Latihan) rasio panjang tungkai : Peningkatan Hasil waktu lari
Latihan
tinggi badan
100 meter
Latihan up hill Tinggi
4,02
Detik
sprint
3,01
Detik
Latihan down hill Tinggi
4,55
Detik
sprint
3,76
Detik
Rendah
Rendah
Gambaran dari nilai perubahan peningkatan waktu lari 100 meter pada masing-masing kelompok berdasarkan latihan lari 100 meter dan kategori rasio panjang tungkai-tinggi badan dapat dilihat pada histogram sebagai berikut : PENINGKATAN HASIL LATIHAN LARI 100 METER 5
4,550 4,020
3,760
4
3,010
3 Series1
2 1 0 Besar
Kecil
Besar
Up Hill
Kecil Down Hill
Gambar 4.3. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan waktu lari 100 meter tiap Kelompok Berdasarkan latihan lari 100 meter dan Kategori rasio panjang tungkai : tinggi badan. Tabel 4.3. Nilai Rata-rata Peningkatan waktu lari 100 meter rasio panjang tungkai : Latihan latihan
tinggi badan. Tinggi
Rendah
UP Hill Sprint
0,402
0,301
0,703
Down Hill Sprint
0,455
0,376
0,831
0,857
0,677
Kelompok siswa yang mendapat Latihan up hill sprint dan Latihan down hill sprint memiliki peningkatan waktu yang berbeda-beda. Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihanup hill sprint dan down hill sprint dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok latihan down hill sprint memiliki peningkatan waktu lari 100 meter yang lebih besar dari pada kelompok yang mendapat latihan up hill sprint. Perbedaan kategori rasio panjang tungkai : tinggi badan juga berpengaruh pada perubahan/ penurunan peningkatan waktu lari 100 meter. Jika antara kelompok siswa yang memiliki kategori rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi, dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kategori rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi memiliki peningkatan kecepatan yang lebih baik dari pada kelompok siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan yang rendah. 2.
Uji Prasyarat Analisis Untuk memenuhi persyaratan analisa statistik terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
terhadap data penelitian. Ujian tersebut meliputi a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan nilai dari tes pertama dan kedua. Dalam hal ini, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan hasil tes awal pada latihan lari 100 meter. Hasil uji reliabilitas tes awal dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: Tabel 4.4 Koefisisen Nilai Reliabilitas Hasil tes
Koefisien Reliabilitas
Kategori
Tes Awal
0,763
Tinggi sekali
Tes Akhir
0,799
Tinggi sekali
b. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji terhadap distribusi data untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan metode lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada setiap kelompok penelitian disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok
N
Lo
Lt
Kesimpulan
A1B1
10
0,120456
0,421
Distribusi normal
A1B2
10
0,276145
0,421
Distribusi normal
A2B1
10
0,15628
0,421
Distribusi normal
A2B2
10
0,100953
0,421
Distribusi normal
A1B1= Kelompok Latihan Lari 100 meter Menggunakan Latihan Up Hill Sprint dengan Rasio Panjang Tungkai : Tinggi Badan “Tinggi” A1B2= Kelompok latihan lari 100 meter menggunakan latihan up hill sprint dengan rasio panjang tungkai : tinggi badan “rendah” A2B1= Kelompok latihan lari 100 meter menggunakan latihan down hill sprint dengan rasio panjang tungkai : tinggi badan “tinggi” A2B2= Kelompok latihan lari 100 meter menggunakan latihan down hill sprint dengan rasio panjang tungkai : tinggi badan“rendah” c.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui variasi sampel pada tiap-tiap
kelompok penelitian. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data hasil penelitian dengan menggunakan uji bartlett. Hasil perhitungan uji homogenitas dengan rumus bartlett adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Tabel Hasil Uji Bartlett ∑Kelompok
Ni
S2
2hitung
2tabel
Kesimpulan
4
10
0,2057
3,565
7,815
Homogen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 2hitung lebih kecil dibandingkan dengan 2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan demikian persyaratan homogenitas sampel dalam penelitian ini dapat terpenuhi. Perhitungan uji homogenitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. 3.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interpretasinya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis varians (anava) dengan faktorial 2 x 2. Selanjutnya dilakukan uji lanjut anava dengan menggunakan uji rentang Newman Keuls, yaitu uji rata-rata setelah anava. Uji rentang Newman Keuls dilakukan untuk mengetahui pengaruh kelompok yang mana yang lebih baik dari setiap kelompok penelitian. Hasil analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Ringkasan Nilai Rata-Rata Peningkatan kecepatan lari Berdasarkan panjang tungkai dan tinggi badan. MetodeLatihan
A1
A2
rasio panjang tungkaii : tinggi badan
B1
B2
B1
B2
Hasil tes awal
15,281
15,379
15,246
15,260
Hasil tes akhir
14,879
15,078
14,791
14,884
Peningkatan
0,4020
0,301
0,455
0,376
(Lampiran 2) Keterangan: A1= latihanlari 100 meter up hill sprint A2= latihanlari 100 meter down hill sprint B1= Kelompok Rasio Panjang Tungkai : Tinggi Badan Kategori Tinggi B2= Kelompok Rasio Panjang Tungkai : Tinggi Badan Kategori Rendah Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber
dk
JK
RJK
Fo
Ft
A
1
0,04
0,04
7,69
4,11
B
1
0,082
0,082
15,76
4,11
AB
1
0,002
0,002
0,385
4,11
Kekeliruan 36
0,187
0,0052
Total
0,311
Variasi Rata-rata
(Lampiran 2) Kesimpulan: Fo > Ft maka ada pengaruh yang signifikan. Tabel 4. 9 Ringkasan Hasil Analisis Rentang Newman Keuls A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
RST
Mean
0,655
0,402
0,376
0,301
a=0.05
A1B1
0,655
0
-
-
-
A2B1
0,402
0,253*
0
-
-
0,208
A1B2
0,376
0,279*
0,026
0
-
0,250
A2B2
0,301
0,354*
0,101
0,075
0
0,275
KP
(Lampiran 2) Keterangan : Yang bertanda * signifikansi pada P ≤ 0.05 Dari keterangan tabel diatas secara rinci terdapat pada lampiran 2 yang terdapat pada halaman belakang. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada perbedaan pengaruh antara metode up hill sprint dan down hill sprint terhadap peningkatan sprint 100 meter (Hipotesis 1) Berdasarkan keterangan tabel diatas dapat dilihat bahwa latihan up hill sprint dapat memberikan peningkatan peningkatan waktu lari 100 meter. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan up hill sprint mempunyai peningkatan yang yang berbeda dengan down hill sprint. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 7,69< Ftabel 4,11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan up hill sprint dengan down hill sprint terhadap peningkatan waktu lari 100 meter. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa, ternyata pengaruh latihan up hill sprint memiliki peningkatan kecepatan yang lebih kecil dari pada latihan menggunakan down hill sprint, dengan rata-rata peningkatan ketepatan masing-masing yaitu 0,703dan 0,831.
2.
Ada perbedaan peningkatan sprint 100 meter antara siswa yang memiliki rasio panjang tungkai-tinggi badan yang tinggi dengan siswa yang memiliki rasio panjang tungkaitinggi badan yang rendah (Hipotesis 2) Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa, siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan
tinggi dan rendah memiliki peningkatan waktu lari 100 meter yang berbeda. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 15,76> Ftabel = 4,11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan peningkatan kecepatanlari 100 meter yang signifikan antara siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggi dan rendah. Dari analisis lanjutan dapat dikemukakan bahwa siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggi memberikan peningkatan hasil belajar lari sprint 100 meter jauh lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori rendah dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 0,857 dan 0,677. 3.
Ada interaksi antara metode latihan dan rasio panjang tungkai dan tinggi badan terhadap peningkatan sprint 100 meter (Hipotesis 3) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, tidak terdapat interaksi yang signifikan antara latihan lari 100 meter dan rasio panjang tungkai : tinggi badan bermakna. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 0,402> Ftabel = 4,11 (Fo > Ft) pada taraf signifikasi 5%.
Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti tidak terdapat
interaksi yang signifikan antara lari 100 meter dan rasio panjang tungkai : tinggi badan terhadap peningkatan waktu lari 100 meter. B. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : (1) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian, (2) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor (3) Tidak terdapat pengaruh interaksi down hill sprint dengan rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggidan rendah terhadap prestasi lari sprint 100 meter. Berdasarkan simpulan tersebut, dapat diperjelas dalam paparan sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Metode latihan up hill sprint dan latihan down hill sprint prestasi lari 100 meter. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan up hill sprint dan kelompok siswa yang mendapatkan latihan down hill sprint terhadap peningkatan prestasi lari 100 meter. Pada kelompok siswa yang mendapat latihan up hill sprint memberikan dampak peningkatan prestasi waktu lari 100 meteryang lebih kecil dibandingkan dengan
kelompok siswa yang mendapat latihan down hill sprint. Pola gerakan latihan up hill sprint lebih sesuai dengan karakteristik keterampilan gerak lari 100 meter. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase hasil lari 100 meter yang dihasilkan oleh latihan up hill sprint lebih rendah 0,860% dari pada dengan latihan down hill sprint. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Fhitung = 7,69>Ftabel = 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara metode latihan up hill sprint dan down hill sprint terhadap hasil waktu lari 100 meter pada siswa putera ekstrakurikuler dapat diterima kebenarannya. 2. Perbedaan Hasil Prestasi Lari 100 Meter antara Siswa yang Memiliki Rasio Panjang Tungkai : Tinggi Badan Kategori Tinggi dan Rendah. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada pebedaan yang signifikan antara kelompok yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan besar, dan kecil dalam melakukan latihan lari down hill sprint. Kelompok yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggi memiliki potensi peningkatan lari yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan kategori rendah. Hal ini karena rasio panjang tungkai : tinggi badan merupakan salah satu faktor dalam gerakan lari 100 meter. Rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggi disertai kecepatan yang baik mempunyai peran yang penting untuk melakukan dalam usaha lari 100 meter secepat mungkin. Rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi memungkinkan memiliki jangkauan kaki yang lebih jauh dan panjang, sehingga hal ini akan mempengaruhi langkah kaki yang dilakukan. Lain halnya dengan siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan yang kecil akan memiliki jangkaun yang kaki pendek, sehingga hasil langkah dalam berlari juga tidak maksimal dibandingkan dengan pelari yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Fhitung = 15,76> Ftabel = 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada perbedaan hasil latihan lari 100 meter antara siswa yang memiliki rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggi dan rendah dapat diterima kebenarannya. 3. Interaksi Antara Metode Latihan Lari 100 Meter dan Rasio Panjang Tungkai : Tinggi Badan Terhadap Prestasi Lari Sprint 100 Meter Berdasarkan
pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tidak terdapat
interaksi yang signifikan antara metode latihan lari 100 meter dan rasio panjang tungkai : tinggi badan terhadap prestasi lari 100 meter. Pada kelompok dengan latihan down hill
sprint dan rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi memiliki peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Jika dilihat dari hal tersebut, metode latihan lari 100 meter dan rasio panjang tungkai : tinggi badan sangat berpengaruh pada prestasi lari 100 meter. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Fh = 0,385> Ft = 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode latihan lari 100 meter dan rasio panjang tungkai : tinggi badan terhadap prestasi lari sprint 100 meter, dapat diterima kebenarannya. Untuk lebih memahami pengaruh latihan up hill sprint dan latihan down hill sprint, serta tingkat rasio panjang tungkai : tinggi badan kategori tinggi dan rendah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Pengaruh Interaksi Faktor Utama dan Sederhana Terhadap Peningkatan hasil latihan lari 100 meter. Faktor
A = Metode Latihan Lari 100 meter
B = Rasio PT : TB Rerata
Taraf
A1
A2
Rerata
B1
0,402
0,301
0,3515
B2
0,455
0,376
0,4155
0,4285
0,3385
Peningkatan rerata sebelum dan sesudah perlakukan dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 4.4 Bentuk Interaksi hasil latihan lari 100 meter Kelompok Metode Latihan lari 100 meter
0,5
0,455 0,402
0,376
0,4
0,301 0,3 Down Hill Up Hill
0,2
0,1
0 Besar
Kecil
Gambar 4.5 Bentuk Interaksi hasil latihan lari 100 meter Kelompok rasio panjang tungkai : tinggi badan. 0,5
0,455 0,402
0,4
0,376
0,301 0,3 Besar Kecil
0,2
0,1
0 Up Hill
Down Hill
Berdasarkan dua gambar di atas menunjukkan bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai peningkatan hasil latihan lari 100 meter antara kelompok rasio panjang tungkai : tinggi badan yang tinggi dan rendah terdapat perbedaan. Sedangkan efek latihan dapat dilihat bahwa pada metode latihan down hill sprint memiliki peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan latihan up hill sprint. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Fh = 0,385 lebih besar dari Ft = 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode latihan up hill sprint dan down hill sprint dengan rasio panjang
tungkai : tinggi badan kategori tinggi dan rendah terhadap hasil lari 100 meter dapat diterima kebenarannya.