BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian1 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam menjalankan fungsinya sebagai
garda terdepan diplomasi Republik Indonesia yang bebas aktif perlu didukung oleh organ-organ yang membantunya menjalankan fungsi tersebut. Pada awal masa kemerdekaan, Kementerian Luar Negeri (dahulu Departemen Luar Negeri) bertugas untuk menjalin diplomasi dengan negara-negara lain agar mereka bersimpati dan mendukung upaya bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, dan usaha-usaha untuk memperolah pengakuan negaranegara asing atas eksistensi dan kedaulatan Republik Indonesia. Sejalan dengan perkembangan jaman, pada akhir dekade 60-an Kementerian Luar Negeri memiliki tugas diplomatik untuk meraih dukungan internasional untuk integrasi Irian Barat dan Timor-Timur ke pangkuan Republik Indonesia. Disamping itu masih ada beberapa kerjasama yang terkait dengan program pembangunan, hukum laut, dan lainnya. Paska reformasi tahun 1998, tugas Kementerian Luar Negeri adalah Paska reformasi tahun 1998, tugas Kementerian Luar Negeri adalah mencegah potensi disintegrasi bangsa, upaya membantu pemulihan ekonomi paska krisis moneter yang menghantam Asa Tenggara, upaya untuk meningkatkan citra Indonesia di mata internasional, dan peningkatan kualitas pelayanan dan perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri. Guna menjalankan fungsi-fungsi tersebut di atas. Kementerian Luar Negeri memiliki struktur organisasi di dalamnya yang setiapnya memiliki peranan khusus. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang berperan 1
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, "Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 07 Tahun 2011," Kemlu, January 1, 2011, www.kemlu.go.id (accessed August 12, 2014).
10
untuk merumuskan dan mengimplementasikan kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional. Secara spesifik, Direktorat Jenderal ini memiliki fungsi sebagai berikut: 1.
Perumusan kebijakan bidang informasi dan diplomasi publik;
2.
Pelaksanaan kebijakan bidang informasi dan diplomasi publik;
3.
Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang informasi dan diplomasi publik;
4.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi bidang informasi dan diplomasi publik; dan
5.
Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik. Untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut di atas, terdapat Biro Diplomasi Publik yang
dipimpin oleh seorang Direktur. Direktorat ini terdiri atas: 1.
Subdirektorat Politik dan Keamanan
2.
Subdirektorat Ekonomi dan Pembangunan
3.
Subdirektorat Sosial dan Budaya
4.
Subdirektorat Isu-isu Aktual dan Strategis; dan
5.
Subbagian Tata Usaha. Pasal 691 Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri menyebutkan bahwa Subdirektorat Sosial dan Budaya mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Diplomasi Publik dibidang diplomasi publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan luar negeri terhadap pelaksanaan politik luar negeri Indonesia di bidang sosial, budaya, dan hubungan antarlembaga pemerintah dan nonpemerintah.
11
Dalam penyelenggaraan tugas yang termaktub dalam Pasal 691 tersebut di atas, Subdirektorat Sosial dan Budaya menjalankan fungsi sebagai berikut: 1.
Penyiapan penyusunan program pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang diplomasi publik di dalam dan di luar negeri terhdap pelaksanaan politik luar negeri Republik
Indonesia
di
bidang
sosial,
budaya,
dan
hubungan
antarlembaga
pemerintah/nonpemerintah; 2.
Koordinasi dan pelaksanaan program kebijakan dan standarisasi teknis dibidang diplomasi publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan luar negeri terhadap pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia di bidang sosial, budaya, dan hubungan antarlembaga pemerintah/nonpemerintah;
3.
Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang diplomasi publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan luar negeri terhadap pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia di bidang sosial, budaya, dan hubungan antarlembaga pemerintah/nonpemerintah; dan
4.
Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang diplomasi publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan luar negeri terhadap pelaksanaan politik laur negeri Republik Indonesia di bidang sosial, budaya, dan hubungan antarlembaga pemerintah/nonpemerintah. Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia adalah bagian dari program kerja dari Biro
Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Diplomasi dan Informasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Program ini dimulai tahun 2003 yang diikuti oleh negara-negara Southwest Pacific Dialogue. Hingga tahun 2014 telah menghasil 588 alumni dari negara sahabat, belum termasuk Indonesia sebagai negara tuan rumah dan penyelenggara. Sampai dengan tahun
12
2014 terdapat enam sanggar seni dan budaya yang menjadi mitra Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang menjadi tempat peserta Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia menjalani live-in dan belajar seni-budaya Indonesia. Sanggar-sanggar tersebut ada di Bandung, Solo, Jogjakarta, Surabaya, Bali, dan Makassar. Selama kurang-lebih tiga bulan penyelenggaraan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia, peserta diajak untuk belajar kesenian khas Indonesia; tarian, nyanyian, musik, kearifan lokal, dan bersentuhan langsung dengan penduduk Indonesia dimana mereka ditempatkan. Khusus untuk program di Jogjakarta selain program seni dan budaya juga diselenggarakan program kekhususan. Tahun 2014 program kekhususan ini bertema ‘The Future Indonesianist’. Peserta program ini mendapatkan materi-materi tentang Indonesia yang sifatnya lebih akademis. Materi-materi tersebut mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya, dan demokrasi dalam konteks Indonesia. UPN Veteran Jogjakarta menjadi tempat bagi para beswan selama program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berlangsung. Peserta dapat memilih apakah mereka mau ditempatkan di program reguler atau program kekhususan. Namun keputusan penempatan di program mana seorang calon penerima beasiswa akan ditempatkan ada di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kriteria diterimanya adalah kesesuaian latar belakang pelamar dengan tema yang sedang diusung oleh program kekhususan tersebut. Untuk penyelenggaraan program kekhususan ini di tahun 2015 akan mengambil tema ASEAN Community 2015. Sehingga yang berhak mengikuti program kekhususan ini adalah peserta warga negara ASEAN, Timor Leste, dan ASEAN +3. Tujuan dari program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia bertujuan agar pesertanya memiliki pengalaman nyata dan langsung tentang Indonesia. Lebih lanjut, diharapkan program ini akan semakin mengintensifkan kontak antarbangsa (people to people contact). Pemuda yang
13
menjadi target beasiswa ini dipilih dari mereka yang telah menunjukkan potensi sebagai pemimpin di masa depan. Hal ini ditunjukkan dengan aktifnya mereka di komunitas atau daerah dari mana mereka berasal. Misalkan, calon peserta yang memiliki latar belakang kesenian, budaya, atau bahasa Indonesia akan diprioritaskan dengan alasan memiliki kemungkinan untuk kemudian segera mengimplementasikan, mengembangkan, dan mempromosikan apa yang mereka dapatkan di program beasiswa ini. Kriteria lainnya adalah hubungan bilateral yang dimiliki Indonesia dengan suatu negara; jumlah komunitas warga negara Indonesia di suatu negara; jumlah keturunan orang Indonesia di suatu negara; dan pertimbangan histories. Misalnya Suriname dan Kaledonia Baru yang banyak warga negara tersebut memiliki orangtua dan leluhur berdarah Jawa dan Bugis. Program ini ingn mengembalikan dan memperkenalkan kembali akar budaya nenek moyang mereka langsung di sumbernya, yaitu Indonesia. Selain itu tujuan dari Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia adalah untuk menciptakan jejaring yang kuat, solid, dan tersebar dimana saja yang kemudian bisa berperan sebagai dutaduta Indonesia, yang mau dan mampu berbicara tentang dan untuk Indonesia dengan nada yang positif. Misalkan dalam hal promosi wisata atau investasi di Indonesia di Jerman, akan lebih mudah dipercaya jika yang berbicara tentang Indonesia adalah orang Jerman itu sendiri yang sudah pernah berkunjung dan tinggal di Indonesia. Beberapa penerima Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia bahkan secara sukarela mendirikan organisasi, antara lain Indonesia-Nederlands Youth Society di Belanda. Salah satu tujuan dari organisasi ini adalah untuk mengintensifkan kontak antarpemuda dan warga negara Indonesia-Belanda di bidang sosial-budaya dan profesional, yang pada akhirnya akan mempromosikan dan meningkatkan citra positif Indonesia di Belanda. Organisasi juga
14
memfasilitasi mobiltas kaum pekerja dari Indonesia yang hendak bekerja di Belanda maupun dari Belanda ke Indonesia. Peserta dari program ini juga aktif dalam program-program yang dilaksanakan oleh kedutaan-kedutaan besar Republik Indonesia maupun konsulat jenderal, dan konsulat Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang kerap melibatkan partisipasi aktif alumni Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia antara lain; Pasar Malam Indonesia, Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan berbagai macam kegiatan seni dan budaya Indonesia yang tak jarang penampilnya adalah alumni Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Ada pula alumni yang sekembalinya ke negara masing-masing memilih menjadi guru tari tarian Indonesia. Ini adalah efek domino yang menjadi tujuan dari pelaksanaan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Satu orang yang diajari kesenian dan budaya Indonesia kemudian menjadi guru tari bagi lebih banyak orang, yang bukan mustahil mereka yang diajarkan kemudian akan mengajarkan lagi pada orang lain. Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia berbuah dan berlipat ganda efeknya. Selain berefek di luar negeri, Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia juga membawa pengaruhnya di dalam negeri Indonesia, tempat pelaksanaannya. Pada akhir program, peserta akan dikumpulkan di atas satu panggung untuk menunjukkan kebolehan mereka setelah tiga bulan mempelajari seni dan budaya Indonesia dalam bentuk tarian, nyanyian, drama, dan lainnya di suatu pagelaran kolosal Acara ini dinamai Indonesia Channel ini dinikmati oleh para tamu undangan yang sebagian besar adalah orang Indonesia dan pemuda-pemudi Indonesia. Pagelaran yang diawaki oleh warga asing ini diharapkan untuk menumbuhkan kesadaran akan budaya dan seni Indonesia di dalam diri pemuda Indonesia. Bahwa orang asing mempelajari dan mampu menampilkan kesenian Indonesia, maka tumbuhlah rasa memiliki yang lebih kuat dari dalam diri
15
pemuda-pemudi Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa sasaran program Beasiswa Seni dan
Budaya Indonesia memiliki sasaran ke dalam dan luar negeri. Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia unik jika dibandingkan dengan program sejenisnya yang diselenggarakan kementerian atau lembaga lainnya. Peserta program ini selama 24 jam dalam sehari selama program mendapatkan kesempatan untuk mengenal Indonesia seluas-luasnya. Hal ini dimungkinkan karena Kementerian Luar Negeri yang mendesain dan mengimplementasikan sendiri kurikulum dan pelaksanaannya, namun di lapangan bekerjasama dengan pihak sanggar seni. Para peserta mendapat kesempatan untuk belajar bahasa Indonesia, kearifan lokal masyarakat setempat, kunjungan ke pemerintah lokal, audiensi dengan pejabat, berpartisipasi dalam kegiatan komunitas, wisata, dan kunjungan ke media nasional dan lokal. Program ini terarah dan padat sehingga penerima bisa mendapatkan persepsi dan citra yang baik dan utuh dari berbagai sudut pandang terhadap Indonesia. Pada usia yang relatif muda, 12 tahun, program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berencana untuk membangun sinergi dengan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan
untuk semakin memperluas cakupan penerima dan
memperkaya materi program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia ini. Selain itu terdapat pula rencana untuk membentuk wadah formal atau organisasi/asosiasi alumni penerima beasiswa ini di tiap-tiap negara sebagai sarana untuk alumninya berkumpul, bertukar ide dan wacana, dan bersatu dalam gerak nyata sebagai duta-duta lokal Indonesia dimanapun mereka berada. Hal ini dimulai dengan penyusunan basis data alumni di tiap negara, menyelenggarakan pertemuan, dan program kerja. Harapan lainnya adalah ditambahnya anggaran Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia agar semakin banyak pemuda-pemudi berkesempatan untuk menikmati program ini.
16
Kerjasama dengan pihak luar, antaranya sanggar-sanggar kesenian di enam kota telah melampaui batas-batas profesionalisme. Namun para pengelola sanggar-sanggar seni tersebut, terlepas dari ketatnnya anggaran dan inflasi yang melampaui anggaran, tetap mendukung penuh program ini karena alasan idealisme pribadi. Mengingat peserta tidak hanya belajar seni, namun juga tinggal dan hidup bersama para pengelola sanggar seni setempat, termasuk makan dan akomodasi sesuai standar Kementerian Luar Negeri. Hal ini hanya dimungkinkan karena timbulnya rasa kekeluargaan antara peserta dan pengelola sanggar seni yang menjadikan mereka tidak hanya sebagai mitra atau guru dan murid, namun sebuah keluarga antarbangsa yang melibatkan sisi emosional. Hal ini diperkuat dengan keyakinan para pengelola sanggar bahwa kesenian dan budaya Indonesia yang mereka ajarkan akan kemudian dipromosikan oleh para penerima beasiswa sekembalinya mereka ke negara masing-masing.2
4.2.
Hasil Penelitian Hal-hal yang didapat melalui wawancara yang dilakukan kepada jajaran Biro Diplomasi
Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan alumni penerima Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia adanya kampanye yang dilakukan oleh Biro Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam mensosialisasikan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Kampanye ini dilaksanakan dengan mengimplementasikan strategi dan perencanaan tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama.
2
Widodo, Purno, interview by Yuvino Sinji Tanimura. Tentang BSBI (Oktober 29, 2014).
17
Strategi kampanye Biro Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, secara umum, telah dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah kegiatan kampanye public relations dengan menggunakan serangkaian strategi yang teratur dan memiliki tujuan yang jelas. Setelah melakukan wawancara di Biro Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, pengamatan pada pelaksanaan kampanye Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia, maka penulis menemukan beberapa hal untuk dikemukakan3. Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berlangsung antara bulan Maret hingga Juni tiap tahunnya. Sekira tiga bulan dua pekan dilalui oleh peserta program ini. Hanya satu bulan setelah program beasiswa ini berakhir, di bulan Agustus panitia segara terbentuk dan melakukan persiapan untuk penyelenggaraan program di tahun berikutnya. Pada tahapan perencaan ini penyelenggara menentukan apakah program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia tahun berikutnya akan memiliki program kekhususan tertentu. Jika diputuskan bahwa akan nada program kekhususan bertema tertentu, maka apa tema yang cocok. Tahun 2014 tema program kekhususan adalah Future Indonesianist/Indonesianis Masa Depan, sehingga yang sudah terpilih adalah mereka yang sedang atau pernah belajar tentang Indonesia dari pelbagai aspek; seni, budaya, bahasa, sastra, politik, sosial, dan lainnya. Pada tahun 2015 mendatang tema yang telah dipilih adalah Komunitas ASEAN 2015, sehingga panitia penyelenggara akan fokus memilih mereka yang berasal dari negara-negara Asosiasi BangsaBangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang
anggotanya terdiri dari Kamboja, Laos, Thailand,
Vietnam, Myanmanr, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Indonesia. Tujuan dari program kekhususan kali ini adalah terkait dengan semakin dekatnya implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Community 2015 yang akan memberikan keleluasaan
3
Widodo, Purno, interview by Yuvino Sinji Tanimura. Tentang BSBI (Oktober 29, 2014).
18
lebih bagi warga negara-negara anggota ASEAN untuk berpergian/mobilitas, bekerja, dan tinggal di negara ASEAN lainnya. Program kekhususan ini diharapkan semakin mengintensifkan kontak antarmanusia, menumbuhkan semangat saling pengertian dalam keragaman budaya dan kebiasaan, serta saling mengenal masyarakat dan kearifan lokal yang ada di Indonesia. Menentukan tujuan akhir sedari awal kampanye sosialisasi program Beasiswa Seni Budaya Indonesia ini penting agar panitia penyelenggara bisa menemukan cara-cara yang efektif dan efisien untuk mengeksekusi sebuah kampanye public relations.4 Setelah tema program kekhususan ditentukan, maka panitia mulai bekerja dengan melakukan pembagian tugas-tugas spesifik. Asisten Deputi Biro Diplomasi Publik bertindak sebagai Ketua Pelaksana Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia ini dengan dibantu oleh pegawai yang ada di Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Strategi kampanye Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia secara utama terintegrasi dalam portal milik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Informasi yang dimasukkan ke dalam portal ini secara otomatis dan real-time juga tersaji di laman-laman daring miliki perwakilan pemerintah Republik Indonesia di tiap-tiap negara dan/atau wilayah akreditasi. Perwakilan ini bisa merupakan kedutaan besar, konsulat jenderal, atau konsulat. Adanya informasi terpampang laman daring ini membuat akses informasi mengenai Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja, dan kapan saja selama ada koneksi internet yang memadai. Kemudian untuk lebih memperluas jangkauannya, biasanya tiaptiap perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri memiliki laman-laman sosial media; Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya untuk menjangkau audiens secara informal. Maka informasi mengenai Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia kemudian dipampang pula di laman-
4
Gregory, Anne. Planning and Managing a Public Relations Campaign. New Delhi: Kogan Page Publishing House, 2003.
19
laman sosial media popular tersebut.
Selain itu informasi mengenai beasiswa ini juga
terpapmpang di situs-situs yang secara khusus memang menyajikan berbagai informasi beasiswa dari berbagai negara, baik yang dengan gelar atau non gelar, akademik ataupun non akademik. Sosialisasi program Beasiswa Seni Budaya Indonesia kemudian menyasar ke komunitaskomunitas yang berhubungan dengan Indonesia. Misalnya perguruan-perguruan tinggi yang memiliki program studi Indonesia, misalnya Bahasa dan Sastra Indonesia, Studi Indonesia, komunitas masyarakat atau mahasiswa yang mempelajari suatu hal tentang Indonesia, atau bisa juga komunitas masyarakat diaspora Indonesia yang ada di luar negeri. Tapi dapat pula yang melamar belum jadi seseorang yang menekuni Indonesia. Misalnya ia adalah guru tari, mahasiswa antropologi, dan lainnya, sehingga diharapkan agar sekembalinya ia dari Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia ia akan mennyebarluaskan ilmu yang didapatnya untuk memperkenalkan Indonesia. Ia juga diharapkan semakin mengenal sesuatu yang baru terkait program studinya setelah ia mengikuti program. Hal Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Anne Gregory5 bahwa pendidikan dan minat seseorang terhadap sesuatu akan mempengaruhinya dalam menerima informasi dalam suatu kampanye public relations. Di dalam negeri, yang menjadi sasaran adalah kampus-kampus yang mahasiswanya memiliki ketertarikan dan rekam jejak dalam mengembangkan seni dan budaya khas Indonesia. Hal ini akan menjadi nilai tambah bagi pelamar dan meyakinkan panitia bahwa jika kemudian si calon peserta terpilih, maka ia berpotensi untuk menyebarkan apa yang didapatnya selama program beasiswa dan akan mengamalkannya setelah selesai program. Panitia juga akan menyeleksi mereka yang memiliki rekam jejak baik dalam bidang kepemimpinan dan berpotensi menjadi pemimpin masa depan
5
Anne Gregory, Planning and Managing Public Relations Campaign, 3rd Edition (London: KoganPage, 2010).
20
dan mampu mempengaruhi atau setidaknya memberi warna pada opini publik, sehingga mereka mampu bicara dengan nada positif dan mendukung Indonesia. Kampanye lainnya adalah melalui jejaring alumni yang pernah mengikuti program beasiswa ini. Para alumni diajak berpartisipasi untuk mempromosikan acara ini melalui komunitas, institusi, dan laman sosial media mereka. Cara yang lazim disebut word of mouth atau getok tular ini efektif karena penerima pesannya biasanya lebih memperhatikan jika pesan dikirim oleh pihak yang mereka sudah kenal sebelumnya. Cara yang sama dilakukan oleh seluruh panitia seleksi Beasiswa Seni Budaya Indonesia. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta juga melakukan usaha aktif selain menyajikan informasi melalui portal mereka yang terintegrasi dengan laman daring milik tiap perwakilan di luar negeri. Para Duta Besar atau yang mewakili negara-negara sahabat darimana peserta Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berasal diundang untuk datang ke Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia guna menerima informasi tentang program beasiswa nongelar ini. Diharapkan agar mereka kemudian menginformasikan berita ini ke tiaptiap kementerian luar negeri negara asal mereka. Segera setelah menerima informasi tentang program ini, kementerian atau departemen luar negeri negara-negara sahabat akan mengumumkannya di laman daring milik mereka, agar warganya tertarik untuk mendaftar. Panitia penyelenggara memiliki jadwal apa-apa saja yang perlu mereka kerjakan. Hal ini tertuang di dalam sebuah dokumen berjudul Timeline Pelaksanaan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2014. Kegiatan yang terjadwal yang disajikan di dalamnya adalah sebagai berikut: 1.
Sosialisasi Program dilakukan sebelum pekan terakhir bulan September tiap tahunnya dan dilakukan utamanya secara daring melalui portal milik Kementerian Luar Negeri
21
Republik Indonesia yang terhubung dengan situs-situs milik Perwakilan Indonesia di berbagai negara. Informasi yang masuk melalui portal ini secara real-time terpampang di laman daring Perwakilan Indonesia. 2.
Pendaftaran (22 September – 31 Oktober 2013) Peserta mendaftar melalui Perwakilan Pemerintah Republik Indonesia, baik Kedutaan Besar, Konsulat Jenderal, maupun Konsulat tempat mereka berdomisili. Peserta yang berasal dari Indonesia langsung melamar ke Biro Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta. Perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri kemudian menseleksi berkas yang masuk, menyaring dan mencermati kesesuaian latar belakang dan motivasi pendaftar dengan semangat dan tujuan program. Lima besar hasil seleksi oleh Perwakilan akan dikirimkan ke Kementerian Luar Negeri di Jakarta untuk kemudian ditentukan peserta terpilih yang jumlahnya bervariasi tiap negara. Jika belum ditemukan kandidat yang cocok, maka Kementerian Luar Negeri akan kembali meminta kandidat lainnya dari Perwakilannya di luar negeri.
3.
Pengumuman Peserta (31 Oktober 2013) Peserta yang lolos seleksi diumumkan secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, dan pemberitahuan segera disampaikan ke calon peserta terpilih bahwa ia akan mengikuti Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia.
4.
Proses Lelang (Desember 2013 – Januari 2014) Proses lelang mengundang calon-calon penyedia jasa pendukung Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Penyedia jasa transportasi, penginapan, makanan diundang untuk memasukkan proposal mereka untuk kemudian dipilih penawar terbaik yang mampu
22
menyediakan jasa sesuai standar dan anggaran yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 5.
Persiapan/Tinjauan Sanggar (Januari 2014) Sanggar-sanggar kesenian dan kebudayaan yang ada di Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Makasar ditinjau untuk kemudian dijajaki dengan seksama mengenai kesediaan dan kesanggupan mereka menjadi tuan rumah bagi peserta Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia selama tiga bulan penyelenggaraannya. Komponen yang dilihat adalah sanggar mampu menyediakan materi, pengajar, dan sarana-prasarana pengajaran kesenian dan kebudayaan lokal dimana peserta ditempatkan. Selain itu sanggar mampu menampung peserta dengan menyediakan akomodasi yang sehat dan aman, serta dan konsumsi yang layak bagi seluruh peserta.
5.
Kedatangan Peserta (28 Februari – 1 Maret 2014) Calon peserta datang dari negara masing-masing. Perjalanan dibiayai oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
6.
Pekan Orientasi dan Dinamika Kelompok (2 – 6 Maret 2014) Selama pekan orientasi berlangsung peserta berkesempatan untuk saling mengenal satu dan lainnya. Peserta diharapkan mulai membuka diri untuk dikenali dan berkendak baik pula untuk mengenali peserta lainnya yang berasal dari berbagai negara, bahasa, dan latar belakang. Peserta kemudian diajak untuk mau mengakui, menerima, dan mampu berdampingan, dan bisa bekerjasama dengan mereka yang berbeda dengannya. Bagian terpenting dari fase ini adalah peserta diperkenalkan terhadap budaya dan kebiasaan yang lazimnya dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia secara umum. Ini
23
perlu agar peserta mampu mengelola dan mengolah gegar budaya yang akan mereka alami selama program berlangsung. Dinamika kelompok diadakan agar antarpeserta semakin tercipta kebersamaan dan mampu berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim, mengolah emosi dan manajemen stress dalam kelompok. 7.
Pembukaan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia 2014 (3/4 Maret 2014) Acara ini biasanya berlangsung di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia atau pejabat yang mewakili membuka secara resmi Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Turut menyaksikan adalah para tamu undangan yang terdiri dari Korps Diplomatik negaranegara peserta, perwakilan organisasi kepemudaan di Jakarta, tokoh-tokoh pemuda di Jakarta, dan lainnya.
8.
Keberangkatan Peserta ke Sanggar (7 Maret 2014) Peserta berangkat menuju sanggar masing-masing dimana mereka akan belajar seni dan budaya selama tiga bulan ke depan. Mereka yang mengikuti program kekhususan ASEAN Community 2015 akan belajar di Universitas Pembangunan Nasional Veteran di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengikuti kelas-kelas perkuliahan tentang Indonesia.
9.
Pelatihan (8 Maret – 6 Juni 2014) Peserta menjalani masa pelatihan seni dan budaya Indonesia di sanggar-sanggar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tiap sanggar diisi oleh peserta dari berbagai negara
sehingga terjadi kontak antarmanusia yang multi kultur dan multi ras. Tidak hanya belajar seni dan budaya seni lokal Indonesia, mereka juga belajar adat istiadat setempat,
24
kearifan lokal, kunjungan ke destinasi wisata, audiensi dengan pemerintah setempat, berinteraksi dengan masyarakat lokal, kunjungan ke media lokal, dan banyak lagi. 10.
Keberangkatan ke Bandung untuk Indonesia Channel (7 Juni 2014) Seluruh peserta dan tim pendukung dari enam sanggar di Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Makasar berkumpul di Bandung untuk unjuk kebolehan mereka di acara yang bertajuk Indonesia Channel.
11.
Indonesia Channel (11 Juni 2014) Ini adalah ajang unjuk kebolehan peserta setelah belajar seni dan budaya Indonesia secara intensif selama tiga bulan. Ragam seni tari, nyayian, wastra adat, dan pakaian tradisional dipertontonkan dari atas panggung dengan didukung tata-suara dan cahaya yang baik. Acara in dihadiri oleh pihak Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, perwakilan Korps Diplomatik, keluarga angkat peserta, keluarga/kerabat/teman peserta, perwakilan organisasi kepemudaan, tokoh pemuda, dan warga Indonesia lainnya.
12.
Yogyakarta City Tour (12-13 Maret 2014) Penyegaran bagi peserta setalah Indonesia Channel 2014
13.
Kepulangan ke Negara dan Provinsi Asal (14-15 Juni 2014) Peserta kembali ke negara masing-masing, peserta Indonesia pulang ke provinsi masingmasing. Sekembalinya ke negara asalnya, tiap peserta membawa kenangan yang indah tentang
Indonesia, manusia dan budayanya. Tiga bulan hidup bersama secara komunal dengan masyarakat Indonesia, mempelajari secara intensif kesenian dan budaya Indonesia, serta
25
kemudian mempraktikkannya dalam suatu pagelaran menjadi pengalaman tersendiri bagi tiaptiap peserta. Bahkan mereka kemudian tanpa ragu menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi rumah kedua setelah tanah airnya masing-masing. Keramahan masyarakat Indonesia yang mereka temui menumbuhkan persepsi positif tentang Indonesia. Bahkan yang telah mempunyai citra positif tentang Indonesia, program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia semakin mengukuhkan citra posotif itu melalu pengalaman nyata selama tiga bulan menjalani program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Alumni-alumni program ini kemudian berpartisipasi aktif dalam mempromosikan budaya dan kesenian Indonesia, baik jika mereka sedang berada di negaranya atau bahkan saat mereka di negara lain untuk keperluan lain. Brian Lima de Ambullo dari Filipina adalah alumni BSBI angkatan 2013. Ia kini berada di Norwegia untuk studi magister di bidang seni dan budaya. Bri, begitu ia biasa dipanggil, aktif berhubungan dengan komunitas masyarakat Indonesia di Oslo. Ia menghadiri Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Norwegia dan ia menampilkan kesenian Indonesia dalam rangka perayaan tersebut. 6 Di Belanda, Juniarti Sadjid, warga negara Belanda sebagai Alumni BSBI angkatan 2010 berpartisipasi aktif sebagai pembawa acara setiap acara tahunan Pasar Malam Indonesia di Den Haag, dan Pesta Rakyat di Wassenar yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia untuk Belanda. Juniarti yang peranakan Indonesia-Belanda kerap menggunakan kebaya di setiap acara dimana ia menjadi pembawa acara. Ia menyatakan bangga akan akar budaya Indonesia yang ia miliki. Ia kerap mengundang kawan-kawannya untuk mencicipi masakan Indonesia buatannya. 7
6 7
De Lima, Ambulo Brian Jay, interview by Yuvino Sinji Tanimura. About BSBI (Desember 1, 2014). Sadjid, Juniarti Bekkema, interview by Yuvino Sinji Tanimura. About BSBI (November 26, 2014).
26
4.3. Pembahasan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia telah berhasil mempengaruhi persepsi mantan pesertanya dan membuat mereka untuk melakukan sesuatu yang nyata guna mempromosikan Indonesia di kehidupan mereka sehari-hari. Kampanye Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia Biro Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Demografis Kampanye ini jelas menyasar pemuda, baik yang bekerja maupun yang masih bersekolah. Rentang usia yang hendak disasar adalah 18 hingga 30 tahun. Memiliki pendidikan yang cukup dan mampu untuk bergaul dan bekerjasama dengan orang-orang yang berbeda latar belakang kebangsaan, ras, bahasa, agama,/keyakinan, dan haluan politik, serta norma hidup yang dianut. Sejak awal panitia Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berkeinginan kuat untuk menciptakan atmosfir keberagaman yang kuat di antara para pesertanya.
2.
Psikografis Sasaran calon peserta adalah mereka yang dinamis, suka berkomunikasi dengan orang lain, mampu mengelola emosi pribadi dan konflik yang akan dihadapi. Kedewasaan emosional dituntut ketika peserta hidup dalam keberagaman.
3.
Kekuatan Tersembunyi Calon peserta diharapkan telah atau memiliki potensi sebagai orang yang mampu mempengaruhi opini orang lain atau komunitas disekitarnya. Hal ini agar peserta mampu menceriterakan Indonesia dengan baik dan menimbukan citra yang positif sekembalinya dari program ini.
27
Merencanakan sebuah kegiatan kampanye public relations sangat mungkin merupakan tahapan yang amat krusial. Anne Gregory 8 menyatakan bahwa perencanaan yang baik akan memfokuskan usaha, meningkatkan efisiensi, kesinambungan, hemat biaya, meminimalisir kekacauan, menekan potensi terjadinya konflik, dan menyediakan ruang bagi pelakunya untuk proaktif dalam melaksanakan tugasnya. Tahapan-tahapan yang dilalui oleh panitia Beasiswa Seni dan Budaya dalam mengkampanyekan program ini adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan Tujuan Panitia menentukan tujuan dari kampanye program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia untuk mengetahui taktik dan strategi apakah yang mereka perlu mereka implementasikan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dengan memiliki pengetahuan akhir apa yang hendak dicapai, maka pelaksanan kampanye juga kemudian akan mengetahui jalan mana yang mesti mereka tempuh; pihak mana saja yang mereka perlu libatkan; dan melalui saluran apa saja kampanye tersebut dapat mereka sampaikan. Tujuan dari kampanye kegiatan beasiswa ini tentunya adalah semakin dikenalnya Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia dan meningkatnya jumlah pendaftar yang dapat diseleksi untuk mengikuti program ini.
2.
Strategi Kampanye Penyelenggara sebagai institusi resmi yang memiliki hubungan dan jaringan diplomatik di berbagai negara kemudian menggunakannya sebagai saluran untuk menyebarkan informasi mengenai program beasiswa ini.
3.
8
Taktik
Gregory, Anne. Planning and Managing a Public Relations Campaign. New Delhi: Kogan Page Publishing House, 2003.
28
Setelah panitia menentukan negara-negara mana saja yang pada tahun berjalan akan mengikuti program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Kemudian perwakilan luar negeri Republik Indonesia yang berada di wilayah akreditasi tersebut dihubungi guna membantu proses penyebaran informasi dan proses seleksi.Informasi mengenai program ini dipampang di halaman-halaman daring milik Perwakilan Indonesia di luar negeri yang negaranya termasuk dalam undangan untuk mengikuti Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. Hal ini masih ditambah dengan menggunakan jaringan alumni yang dimiliki untuk mensosialisasikan program ini. 1. Skala Waktu Sebagaimana lazimnya suatu program kampanye, panitia Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia memiliki skala waktu dari tahap perencanaan hingga berakhirnya program ini. 4.
Sumberdaya Para pekerja yang membantu program kampanye ini utamanya adalah pegawai Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang ada di Biro Diplomasi Publik. Mahasiswa magang yang berasal dari berbagai perguruan tinggi yang sedang menjalani masa magangnya di Biro Diplomasi Publik juga dilibatkan dalam kegiatan ini sebagai pelaksana dan pembantu pelaksana. Selain itu kampanye juga melibatkan pegawai Perwakilan Indonesia di misi luar negeri untuk mengkampanyekan program ini. Keterlibatan komunitas daring juga membantu dengan menyebarkan informasi mengenai program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia di laman-laman sosial media milik mereka sehingga gaung program ini menjadi lebih luas lagi. Tak kalah penting adalah keterlibatan para alumni yang aktif mensosialisasikan program ini kepada komunitas dan orang yang mereka kenal melalui metode word of mouth
29
5.
Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh pejabat Biro Diplomasi Publik yang dalam hal ini dilakukan oleh Direktur Diplomasi Publik yang dibantu oleh Deputi Direktur Biro Diplomasi Publik untuk memastikan kampanye program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berjalan sesuai dengan rencana.
6.
Evaluasi Evaluasi dilakukan karena sebuah kampanye yang menjadi aktivitas public relations senantiasa dituntu untuk memberikan hasil yang dapat diukur. 9 Secara berkala dilakukan pertemuan-pertemuan untuk mengevalusasi kampanye ini. Hal ini untuk membahas sejauh mana efektivitas kampanye dalam mensosialisasikan program ini dilihat dari jumlah pendaftar yang masuk. Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) sebagai program kerja
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Biro Diplomasi Publik telah menampakkan hasilnya sebagai salah satu sarana memperkenalkan manusia dan budaya Indonesia ke masyarakat internasional dan mempererat hubungan kaum muda antarbangsa-bangsa di dunia. Hasil dari implementasi kampanye Biro Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam mensosialisasikan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia adalah terjadinya peningkatan jumlah pendaftar hampir dua kali lipat untuk tahun program 2015. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purno Widodo selaku Asisten Deputi Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, yang juga berperan sebagai Ketua Pelaksana di Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia. 9
Cutlip, Scott M, Allen H Center, and Glen M Broom. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
30
Penulis dapat mengemukakan pula bahwa Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia telah membawa tiga hasil-hasil10 berikut bagi peserta dan alumninya: 1.
Hasil Pengetahuan Peserta yang sebelumnya memiliki pengetahuan sangat minim atau bahkan tidak tahu apapun mengenai Indonesia, kemudian mengenal masyarakat dan seni budaya Indonesia melalui hidup bersama dan kontak langsung dengan masyarakat Indonesia secara terus menerus selama tiga bulan kepesertaan mereka.
2.
Hasil Predisposisi/Sikap Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berhasil mencapai tujuan yang hendak dicapainya, yaitu peserta memiliki citra yang positif tentang Indonesia dan masyarakatnya.
3.
Perilaku Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia berhasil mempengaruhi perilaku pesertanya. Hal ini terlihat dari keaktifan para alumninya bekerjasama dengan masyarakat Indonesia dan misi diplomatik Indonesia di negara asal maupun di negara lain dimana mereka berada untuk mempromosikan Indonesia melalui kesenian dan kebudayaan.
Dari hasil-hasil tersebut di atas, mereka kemudian menjadi Indonesianis-Indonesianis muda yang mampu menampilkan dan menyuarakan Indonesia secara positif di mata dunia dimana pun mereka berada. Para alumninya kemudian berkontribusi nyata dalam memperkenalkan Indonesia melalui pagelaran kesenian, baik yang dikelola oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia ataupun masyarakat Indonesia di mancanegara. Selain itu, keuntungan ekonomis lainnya adalah para alumni kerap kembali ke Indonesia untuk wisata dan kembali bertemu dengan keluarga angkatnya.
10
Anne Gregory, Planning and Managing Public Relations Campaign, 3rd Edition (London: KoganPage, 2010).
31