43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Data Hasil Penelitan Sebagaimana telah dijelaskan pada BAB III bahwa penelitian ini memiliki desain True Eksperimental Design dengan menggunakan metode The Post-test Only Control Group Design. Data yang diperoleh dari Post-test untuk kelas eksperimen, skor minimum yaitu 50 dan skor maksimum yaitu 100, rata-rata posttest untuk kelas eksperimen yaitu 71,82. Skor minimum untuk tes akhir kelas kontrol yaitu 50, dan skor yang paling tinggi yaitu 100, sedangkan rata-rata tes akhir untuk kelas kontrol yaitu 69,52. Dari rata-rata tes akhir untuk kelas eksperimen dan kontrol, dapat di lihat bahwa ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1.2 Analisis Data 1.2.1
Uji Normalitas Sebelum mengadakan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t,
terlebih dahulu diadakan uji normalitas data. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilakukan. Dalam pengujian normalitas ini, menggunakan uji Liliefors. Tabel pengujian normalitas dapat di lihat pada lampiran 7. Pengujian normalitas kelas eksperimen pada Post-test nilai mutlak yang paling tinggi yaitu 0,147275758. Kriteria pengujian normalitas dengan
44
menggunakan uji Liliefors, yaitu data dikatakan berdistribusi normal jika Lhitung tidak lebih besar dari Ltabel. Untuk kelas eksperimen memiliki 33 siswa, dengan Ltabel=
0,886 0,154 . Dari nilai mutlak selisis antara F ( zi ) dan S ( zi ) dari Post 33
Test, dapat dilihat bahwa harga Lhitung > Ltabel. Hal ini menunjukan bahwa data Posttest kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk kelas kontrol yang memiliki 31 siswa, pada post-test nilai mutlak antara selisih F ( zi ) dan S ( zi ) paling tinggi yaitu 0,158667742. Harga Ltabel untuk n=31 adalah Ltabel=
0,886 0,159 . Dapat dilihat 31
bahwa Lhitung < Ltabel. Ini menunjukan bahwa data yang diperoleh dari kelas kontrol berdistribusi normal. 1.2.2
Uji Homogenitas Salah satu kriteria dalam pengujian hipotesis penelitian dengan
menggunakan uji t, yaitu data harus berasal dari populasi yang homogen. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan tes Bartlet dengan taraf nyata
0,05 . Tabel pengujian homogenitas dapat di lihat pada lampiran 2. Berdasarkan pada pengujian homogenitas pada lampiran 2 di peroleh X2hitung = 0,5503. Nilai X2tabel
dengan dk=32 adalah 43,8. Kriteria pengujian homogenitas dengan
menggunakan tes Bartlet yaitu jika X2hitung lebih kecil dari X2tabel maka populasi tersebut homogen. 0,5503< 43,8. Hal ini menunjukan bahwa populasi tersebut homogen. 1.2.3
Uji Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas, yaitu bahwa data
berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen sehingga dapat dilakukan
45
pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan uji t. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan kesamaan dua rata-rata uji dua pihak. Tabel pengujian hipotesis dapat dilihat pada lampiran 6, dari tabel pada lampiran 6 diperoleh thitung= 3,523, dengan db= n1+n2-2= 33+31-2=62. Harga t(11/ 2 ) 1,67 dan t(11/ 2 ) 1,67 . Kriteria H0 terima jika t(11/ 2 ) t t(11/ 2 ) dalam kondisi lain H0 ditolak. Dengan melihat thitung > -ttabel dan thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak. Jadi kesimpulan terdapat perbedaan antara kelas yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan kelas yang menggunakan pendekatan pembelajaran ilustratif dengan menggunakan media grafis.
Gambar 8: kurva penerimaan dan penolakan 1.3 Pembahasan Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran ilustratif dengan menggunakan media grafis. Perbedaan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada rata-rata post-test hasil belajar di setiap butir soal berdasarkan jenjang kognitif.
46
Persentase Post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap butir soal dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik Persentase Post-test/butir soal 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No soal Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 9. Grafik persentase Post-test Berdasarkan pada grafik di atas, kelas kontrol lebih dominan di banding kelas eksperimen apabila di tinjau dari persentase setiap butir soal. Hal ini dapat dilihat pada tingkat persentase butir soal nomor 2, 4, 5, 8, 9, dan 10. Butir-butir soal yang tingkat persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen, merupakan soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi di bandingkan dengan soal yang lain. Hal diatas dikarenakan pembobotan setiap butir soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi berbeda dengan pembobotan butir soal yang tingkat kesulitannya kurang. Perbedaan skor kelas kontrol lebih tinggi di banding kelas eksperimen ditinjau dari persentase per butir soal, hal ini bukan menandakan bahwa pendekantan pembelajaran yang diterapkan dikelas eksperimen tidak lebih baik di banding pendekatan pembelajaran yang diterapkan dikelas kontrol. Banyak faktor penentu dalam penggunaan keberhasilan dalam penggunaan pendekatan kontekstual, salah satunya dibutuhkan waktu lebih dalam proses pembelajaran. Melihat dengan waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang ± 2 bulan,
47
menyebabkan hal ini berakibat pada hasil penelitian untuk kelas eksperimen. Dengan membutuhkan lebih banyak waktu, kelas kontrol lebih dominan dibandingkan dengan kelas eksperimen karena pendekatan yang diterapkan di kelas kontrol, waktu tidak terlalu mempengaruhi terhadap pemaksimalan penggunaan pendekatan pembelajaran tersebut. Perbedaan rata-rata hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Post-test
71,82 72 71,5 71 70,5 70 69,5 69 68,5 68
69,52 Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 10. Grafik rata-rata post test Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor untuk kelas eksperimen adalah 71,82 dan rata-rata skor untuk kelas kontrol yaitu 69,52. Dalam hal ini, kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dan kelas kontrol mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran ilustratif dengan menggunakan media grafis. Dari perbandingan rata-rata skor setelah mendapat perlakuan, dapat dilihat bahwa kelas eksperimen yang memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan hasil belajar tes akhir ditinjau berdasarkan jenjang kognitif :
48
Persentase tes akhir berdasarkan jenjang kognitif 100 80 60 40 20 0 C1
C2
C3
Aspek Kognitif Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 11. Grafik persentase post test berdasarkan jenjang kognitif Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa untuk penguasaan jenjang kognitif untuk C1 kelas eksperimen memperoleh 71,21% dan untuk kelas kontrol yaitu 68,28. Sedangkan untuk jenjang kognitif C2 kelas eksperimen memperoleh 64,65% dan kelas kontrol memperoleh 61,69%. Sedangkan untuk jenjang kognitif C3 kelas eksperimen memperoleh 74,24% dan untuk kelas kontrol memperoleh 86,56%. Dengan melihat data di tersebut, untuk penguasaan CI dan C2 kelas eksperimen masih lebih unggul dibanding dengan kelas kontrol, untuk penguasaan C3 kelas kontrol mesih lebih tinggi, tetapi selisih penguasaan C3 antara kelas eksperimen dan kontrol hanya memiliki selisih yang dekat. Jika dilihat pada grafik diatas, penguasaan butir soal kelas kontrol lebih dominan dipenguasaan C3, butir soal yang mengandung C3 atau aplikasi merupakan butir soal yang termasuk tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding dengan tingkatan jenjang kognitif C1 dan C2, hal ini menyebabkan guru atau peneliti harus membutuhkan waktu yang lebih dalam menjelaskan soal-soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, sebagaimana
49
telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, salah satu kelemahan dari pendekatan kontekstual adalah membutuhkan waktu yang lebih untuk dapat melaksanakan tahap demi tahap proses pembelajarannya, hal tersebut yang menyebabkan kelas kontrol lebih dominan pada butir soal yang jenjang kognitifnya lebih tinggi, meskipun selisihnya hanya sedikit.