BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan menggunakan rancangan penelitian
pre and post test control group design,
dengan tujuan untuk mengetahui makna penambahan latihan hidroterapi pada terapi bobath dalam meningkatkan kecepatan berjalan pada cerebral palsy spastik diplegi. Subjek penelitian dibagi dua kelompok, Kelompok perlakuan adalah subjek yang mendapatkan pelayanan fisioterapi berupa penambahan latihan Hidroterapi, sedangkan Kelompok kontrol adalah subjek yang mendapatkan perlakuan terapi Bobath. Adapun bentuk rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut:
P
R
S
O1
P1
O2
O3
P2
04
RA
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : P
: Populasi
R
: Randomisasi
S
: Sampel
54
55
RA
: Random Alokasi
O1
: Penilaian kelompok I sebelum perlakuan (pre tes)
P1
: Perlakuan kelompok perlakuan
O2
: Penilaian kelompok I setelah perlakuan (post tes)
O3
: Penilaian kelompok II (kontrol) sebelum mendapatkan perlakuan (pre tes)
P2
: Perlakuan kelompok II (kontrol)
O4
: Penilaian kelompok (II) setelah mendapatkan perlakuan (post tes)
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Fisioterapi Unit Rehabilitasi Medik YPAC Surakarta Jalan Slamet Riyadi Surakarta pada bulan 11 Maret 2015 β 18 April 2015. 4.3 Penentuan Sumber Data Penentuan sumber data dimulai dari menentukan populasi target yang akan diteliti, kemudian didapat populasi terjangkau, menentukan sampelnya, kriteria eligibilitas, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel. 4.3.1 Populasi target Dalam penelitian ini populasi target adalah pasien-pasien Cerebral Palsy Spastic Diplegi yang memenuhi kriteria dalam penelitian. 4.3.2 Populasi terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien Cerebral Palsy yang bisa mengikuti program yang dilakukan oleh peneliti. 4.3.3 Sampel Jumlah sampel yang diambil dari populasi terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria eligibilitas.
56
4.3.4 Kriteria eligibilitas Kriteria egibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik populasi terjangkau, yaitu ; Kriteria inklusi, kriteria ekslusi dan kriteria drop out 1.
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi: a.
pasien anak CP Spastik Diplegi berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan,berusia 9 β 12 tahun.
b.
bersedia mengikuti program fisioterapi selama kurang lebih 4 minggu,
c.
tidak ada gangguan sensibilitas,
d.
tidak ada penyakit penyerta yang potensial cidera,
e.
dengan nilai GMFM minimal 50 %
2.
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi : a.
Terdapat kelainan club foot atau CTEV,
b.
Pasien memiliki gangguan kognitif yang mengganggu jalannya program penelitian
3.
Kriteria drop out
Penderita dikatakan termasuk kriteria drop out apabila: a. Pasien tidak menyelesaikan program perlakuan secara penuh, b. Pasien tidak hadir pada saat evaluasi akhir, c. Pasien yang tidak mengikuti prosedur penelitian dengan baik, d. Pasien tidak hadir mengikuti latihan lebih dari 5 kali.
57
4.3.5 Besaran Sampel Rumus Pocock Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus (Pocock, 2008). Rumus : π =
2π 2 π2 β π1
2
π πΌ, π½
Keterangan : n = Jumlah Sampel ο³ = Simpang baku ο‘ = Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) Interval kepercayaan (1ο οο ο‘ )ο ο½ 0,95 ο’ = Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20) Tingkat kekuatan uji / power of test 0.80 ο²(ο‘ ,ο ο’ ) = Interval kepercayaan 7,9
ο1 = Rerata nilai pada kelompok kontrol ο 2 = Rerata nilai pada kelompok perlakuan Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yong-Nam Kim tahun 2014 didapatkan hasil rerata ,ο ο1 = 18,5, Standar deviasi ο³ = 0,8 rerataο ο 2 = 19,7, dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut :
π =
2(0,8)2 π₯7,9 (19,7 β 18,5)2 1,28
π = 1,44 π₯7,9 π = 7,02 Maka jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan jadi 8 orang pada setiap kelompok, jadi total semua sampel berjumlah 16 orang. Untuk menghindari
58
kemungkinan drop out sample ditambah 20%, yang berarti jumlah sample 20 orang. 4.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 4.4.1 Variabel terikat: Kecepatan berjalan Kecepatan berjalan pada anak Cerebral Palsy Spastik Diplegi diukur menggunakan 10 metre walk test. 4.4.2 Variabel bebas: Latihan Hidroterapi dan Terapi Bobath Perlakuan berupa latihan Hidroterapi dan terapi Bobath setelah didapat sample memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan sample telah diacak secara random alokasi. 4.5 Definisi Operasional 4.5.1 Cerebral Palsy Spastik Diplegi Cerebral Palsy (CP) diplegia spastik merupakan salah satu klasifikasi CP yang dikarakteristikkan dengan kelainan pada keempat anggota gerak, namun kedua anggota gerak atas masih bisa bergerak secara fungsional. 4.5.2 Latihan Hidroterapi Hidroterapi merupakan program terapi di dalam air, dimana sifat-sifat air dimanfaatkan untuk mencapai tujuan terapeutik (sifat yang menyembuhkan). Seperti sifat fisik air antara lain daya apung, tekanan hidrostatik, tekanan turbulensi, dan refraksi. Tujuan hidroterapi untuk meningkatkan kemampuan anak, memperbaiki postural kontrol , melatih keseimbangan, mengontrol gerakangerakan yang involunter dan mengurangi spastisitas.
59
Dalam prakteknya, hidroterapi menggunakan air yang suhunya tak boleh lebih tinggi dari suhu tubuh manusia. Yaitu, antara 36,6ΒΊC-37,5ΒΊC. Bila temperatur air lebih tinggi maka panas akan ditransfer ke tubuh anak sehingga suhu tubuhnya menjadi lebih tinggi (hipertemia). Efek terapeutik tersebut bermanfaat dalam menimbulkan relaksasi otot dan mengurangi spastisitas. Pada penelitian ini latihan Hidroterapi dilakukan seminggu 3 kali selama 1 bulan dengan dosis latihan 30 menit. Pada setiap latihan diberikan metode Halliwick dan merode Bad Ragaz yang terlampir pada lampiran. 1. Metode Halliwick Ada sepuluh tahapan dalam metode halliwick akan tetapi terapis tidak melaksanakan semua tahapan oleh karena kondisi pasien. a. Mental adjustment Pasien dengan support terapis berada di dalam air, dengan melakukan latihan adaptasi terhadap air. Salah satu bentuk latihan tersebut adalah loncatloncat didalam air. Terapis memfiksasi pasien di kedua axilla dengan posisis berhadapan, kemudian terapis mengangkat pasien (loncat) pelan-pelan dan teratur. Pada tahap akhir melompat diikuti berputar 360ΒΊ. b. Turbulent gliding Posisi pasien berbaring terlentang, terapis menyangga pasien dengan bahu dan fiksasi di axilla. Kemudian pasien digerakkan ke arah samping kanan-kiri (membentuk turbulent). Tujuan dari latihan ini adalah untuk rileksasi terutama pada trunk. Apabila pasien mencapai rileks fiksasi dipindah ke kepala dengan arah gerakan yang sama.
60
c. Combined rotation Posisi pasien berdiri,terapis bisa berdiri di belakang, samping atau depan pasien sesuai respon yang diharapkankan terapis terhadap pasien. Kemudian terapis memberi instruksi kepada pasien untuk berguling ke kanan dan kiri. Kemudian jalan ke depan dan belakang, jalan ke samping kanan dan kiri, jalan jongkok, memeluk lutut satu per satu. Semua dilakukan masing-masing 7 kali atau 7 langkah. d. Balance in stillness Posisi pasien berdiri. Posisi terapis di belakang atau di depan pasien. Pasien berusaha mempertahankan posisi diam sesuai kemampuan pasien ,terapis menghitung berapa detik atau berapa menit yang bisa dilakukan pasien untuk dapat mempertahankan posisi berdiri. 2. Metode Bad Ragaz a. Bilateral symmetrical Posisi pasien terlentang dengan support ring (pelampung), posisi terapis berada di ujung dengan fiksasi pada kaki. Gerakan ke arah abduksi hip, knee ekstensi, plantar fleksi dan eversi ankle, dan kembali ke arah adduksi fleksi hip dan knee, dorsal fleksi inverse ankle. Dilakukan sebanyak 7 kali. b. Bilateral reciprocal Posisi pasien terlentang dengan support ring (pelampung) di pelvic dan cervical. Posisi terapis di ujung kaki dengan fiksasi ankle, gerakan tungkai menyilang atau saling berlawanan dengan posisi hip kanan fleksi, knee ekstensi,
61
dorsal fleksi ankle, sedangkan hip kiri ekstensi, knee fleksi, plantar fleksi ankle. Gerakan di ulang 7 kali secara bergantian. 4.5.3 Pelaksanaan Terapi Bobath Terapi Bobath adalah suatu metode yang didasarkan pada neurologi dan reflek-reflek primitif dan fasilitasi dari keseimbangan yang lebih tinggi dari reflek righting yang dipersiapkan untuk ketrampilan (skill) dikemudian hari. Pada penelitian ini terapi bobath yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi pasien dilakukan seminggu 3 kali selama 1 bulan. 4.5.4 Kecepatan berjalan Kecepatan berjalan adalah waktu yang ditempuh dalam melakukan aktifitas berjalan yang diukur dengan 10 metre walk test.10 metre walk test adalah suatu bentuk tes untuk mengukur kecepatan berjalan. Pelaksanaan tes ini adalah berjalan sejauh 10 meter yang diukur dengan stopwatch.
62
4.6 Alur Penelitian
Populasi Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi Sampel
Random Alokasi
Kelompok I
Pre Test
Terapi Bobath (kontrol)
Penambahan Hidroterapi
Kelompok I
Kelompok II
Post Test
Analisa Data
Hasil
Gambar 4.2 Alur Penelitian
Kelompok II
63
4.7 Alat Penelitian Penilaian kecepatan berjalan dengan 10 metre walk test. Caranya pasien berjalan sejauh 10 meter dan diukur menggunakan stopwatch. Waktu untuk mulai mengukur pada jarak 2 meter dan berhenti mengukur pada jarak 8 meter. Nilai kemampuan berjalan : Normal : 1,2 β 10.0 detik Sedang : 10,0 β 12,5 detik Buruk
: 12,5 β 25,5 detik
4.8 Prosedur penelitian 1. Tahap awal Langkah pertama setelah mendapatkan ijin dari Kepala YPAC Surakarta, peneliti mengadakan pendekatan pada orangtua
untuk mendapatkan ijin dan
persetujuan bahwa anak menjadi sample penelitian. Langkah kedua yaitu mengumpulkan sampel anak dengan cerebral palsy diplegi spastik sebanyak 16 anak yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan perekrutan tenaga fisioterapi lain yang bertugas memberikan hidroterapi dan terapi rutin selama penelitian. Langkah ketiga, dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah subyek masuk dalam kriteria penerimaan, kemudian setelah melakukan pemeriksaan subyek diberikan penjelasan tentang hidroterapi dan pilihan latihannya dalam penelitian ini. Kemudian ditanya apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, selanjutnya dijelaskan mengenai jalannya penelitian. Subyek yang
64
bersedia berpartisipasi mendatangani persetujuan tindakan terapi (informed consent). 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan (1) subyek atau sampel dengan anak cerebral palsy spastik diplegi mengambil nomor 1-16, bernomor absen ganjil sebagai kelompok perlakuan I dan anak bernomor absen genap sebagai kelompok perlakuan II, (2) melakukan pre test pada kedua kelompok subyek penelitian, (3) pemberian perlakuan yang dilakukan oleh tenaga lapangan, kelompok perlakuan diberikan tambahan latihan Hidroterapi selama 1 bulan dengan dosis latihan 3 kali setiap minggu selama 30 menit, dan kelompok perlakuan kontrol diberikan terapi Bobath selama 1 bulan dengan dosis latihan 3 kali setiap minggu selama 45 menit, (4) setelah latihan sesi ke 12 dilakukan post test. Pengukuran ini akan dilakukan oleh tenaga lapangan yang sudah terlatih. 4.9 Analisis Data Dalam menganalisis data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan beberapa uji statistik, antara lain: Uji deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas dan uji kompabilitas. Uji deskriptif digunakan untuk menggambarkan karateristik data yang didapatkan dari hasil penelitian. Analisis deskriptif dipakai untuk menganalisis variable identitas data dan beberapa variable lainnya. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil pengukuran 10 metre walk test berdistribusi normal, maka dilakukan
65
pengujian normalitas distribusi dengan menggunakan Saphiro Wilk Test dengan p>0,05. Mengetahui homogenitas varian, maka dilakukan pengujian homogenitas hasil pengukuran 10 metre walk test dengan menggunakan Laveneβs test dengan p>0,05. Uji kompabilitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan sebelum perlakuan. Karena distribusi data normal maka untuk uji pre-post test pada masing kelompok menggunakan paired t test . Uji post test antara kelompok I dengan kelompok II mengunakan independent t test.