BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Kemasan Untuk lebih memperjelas keadaan umum Desa Kemasan, maka terlebih dahulu penulis jelaskan tentang pengertian desa ditinjau dari segi geografis. Desa adalah suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisografis, sosial, ekonomi, politk dan kultural yang terdapat pada suatu daerah serta memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.1 Adapun unsur-unsur desa meliputi: 1. Daerah (wilayah), berfungsi antara lain sebagai pemukiman, pekarangan, persawahan, dan tegalan. 2. Penduduk, berkaitan dengan kuantitas, (jumlah kepadatan dan pertumbuhan) dan kualitas (mata pencaharian, pendidikan dan kesehatan). 3. Tata kehidupan, berkaitan dengan kebiasaan, aturan, adat istiadat, dan tata pergaulan. Keadaan umum wilayah di suatu daerah sangat menentukan sifat,karakter, dan tradisi masyarakatnya.Sehingga terdapat perbedaan karakteristik antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
1
https://subiantogeografi.wordpress.com/pengertian-desa-dan-kota/, tanggal 22 Maret 2016 pukul 20.44 WIB.
46
diakses
pada
47
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan kondisi suatu masyarakat, diantaranya: kondisi geografis, demografis, pendidikan, sosial, ekonomi serta agama. Begitu juga dengan masyarakat Desa Kemasan Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat setempat. Desa Kemasan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Pekalongan yang terletak dibagian Utara, dengan jarak +- 30 km dari Kabupaten Pekalongan.Dengan luas tanah kurang lebih 42,34Ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Kemasan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Batas wilayah Desa Kemasan LetakBatas Desa Kecamatan Utara Jajarwayang Bojong Selatan Wonorejo Wonopringgo Timur Surobayan Wonopringgo Barat Wiroditan Bojong Sumber: Data dari kantor Kepala Desa Kemasan
2. Aspek Demografis Berdasarkan data kependudukan Desa Kemasan, Jumlah penduduk secara keseluruhan pada akhir Tahun 2014 tercatat sebanyak 535 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 2625 jiwa. Jumlah penduduk tersebut apabila dikasifikasikan menurut beberapa faktor adalah sebagai berikut: a. Klasifikasi
jumlah
penduduk
membedakan umur, yaitu:
menurut
jenis
kelamin
tanpa
48
Tabel 4.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Laki-laki 1389 Jiwa Perempuan 1236 Jiwa Sumber Data: Kantor KepalaDesaKemasan
b. Klasifikasi jumlah penduduk menurut agama, yaitu: Tabel 4.3 Jumlah penduduk menurut agama No Agama Jumlah Penduduk 1 Islam 2625 2 Katholik 3 Kristen Prostetan 4 Hindu 5 Budha Sumber Data: Kantor Kepala Desa Kemasan c. Klasifikasi jumlah penduduk menurut mata pencaharian, yaitu: Tabel 4.4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian No Mata Pencaharian 1 Pedagang keliling 2 Karyawan swasta 3 Pengrajin Industri Rumah Tangga 4 Peternak 5 PNS 6 Pengusaha kecil dan menengah 7 Bidan swasta 8 Montir 9 Perawat swasta 10 Pembantu rumah tangga 11 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 12 Buruhjahit 13 Petani Sumber Data: Kantor Kepala Desa Kemasan
Jumlah Penduduk 63Jiwa 35jiwa 19jiwa 15jiwa 16jiwa 22jiwa 2jiwa 7 jiwa 10 jiwa 42 jiwa 6 jiwa 500 jiwa 67 jiwa
d. Klasifikasi jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan masyarakat yaitu:
49
Tabel 4.5 Tingakat pendidikan No Tingkat Pendidikan Masyarakat Jumlah Penduduk 1 Tidaktamat SD/sederajat 629 jiwa 2 Tamat SD/sederajat 979jiwa 3 Tamat SLTP/sederajat 330 jiwa 4 Tamat SLTA/sederajat 365 jiwa 5 Tamat D-1 21 jiwa 6 Tamat D-2 7 jiwa 7 Tamat D-3 8 Tamat S-1 38 jiwa 9 Tamat S-2 2jiwa Sumber Data: Kantor Kepala Desa Kemasan Untuk menunjang kualitas Sumber Daya Manusia, di Desa Kemasan telah menyediakan sarana dan prasarana dalam beberapa bidang diantaranya: 1) Sarana dalam bidang pendidikan, tersedia: a) Dua lembaga Taman Kanak-Kanak(TK), yaitu TK Pertiwi dengan jumlah guru sebanyak 4 orang dan jumlah siswanya sebanyak 60 murid. Sedangkan untuk TK Muslimat dengan jumlah guru sebanyak 5 orang dan jumlah siswanya sebanyak 70 murid. b) Satu buah Sekolah Dasar, dengan 5 orang guru yang berstatus sebagai PNS dan 4 orang guru swasta dan jumlah siswanya sebanyak 140 murid. c) Satu buah Madrasah Ibtida’iyah, dengan 4 orang guru yang berstatus sebagai PNS dan 6 orang guru swasta dan jumlah siswanya sebanyak 130 murid.
50
d) Satu buah madrasah Diniyah dengan murid sebanyak 60 anak dan guru sebanyak 6 orang guru. 2) Sarana dalam bidang olahraga, tersedia: a) Satu buah lapangan sepakbola b) Satu buah lapangan bulu tangkis 3) Sarana dalam bidang pemerintahan , terdapat: Balai desa dan aulanya dengan pegawai sebanyak 11 orang yang terdiri dari 1 orang kepala desa, 1 orang sekretaris desa, 1 kaur umum dengan 1 pembantu kaur pemerintahan, 1 kaur umum dengan 2 pembantu kaur umum serta beberapa fasilitas lain seperti telefon dan komputer. 4) Sarana dalam bidang keagamaan, terdapat: a) Satu buah masjid b) Empat buah mushola
3. Keadaan Sosial Keagamaan Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Kemasan semuanya adalah agama Islam. Masyarakat desa Kemasan sudah baik dalam melaksanakan ajaran agamanya. Sehingga wajar saja jika dalam masyarakat desa tersebut banyak terdapat organisasi atau kegiatan yang bernuansakan keagamaan, seperti: 1) Organisasi Muslimat 2) Organisasi fatayat
51
3) Organisasi IPNU/IPPNU 4) Organisasi Karang Taruna 5) Kegiatan rutinan yasin dan tahlil yang dilakukan oleh bapak/bapak yang dilakukan seminggu sekali yaitu pada malam jum’at. 6) Kegiatan rutinan tahlilan yang dilakukan oleh Ibu-ibu yang dilakukan seminggu dua kali yaitu pada hari kamis dan sabtu setelah dhuhur. 7) Kegiatan mengaji yang dilakukan oleh anak-anak pada setiap harinya. 8) Kegiatan rutinan “Ngaji Kuping” yang dilakukan oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang dilakukan seminggu dua kali yaitu malam senin dan malam kamis.2 9) Kegiatan rutin pembacaan kitab Al-Barjanzi yang dilakukan oleh kelompok remaja putra dan putrid pada setiap seminggu sekali yaitu pada malam jum’at. 10) Kegiatan kesenian rebana Meskipun masyarakat sudah cukup baik pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam, tetapi masyarakat desa Kemasan belum sepenuhnya mampu meninggalkan tradisi-tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari praktikpraktik upacara adat seperti Pelaksanaan upacara menyambut kelahiran bayi, yaitu:
2
Wawancara dengan bapak Nur Hakim (Sekretaris Desa), pada tanggal 1 April 2015
52
a) Ngapati dilakukan pada waktu kandungan berumut 4 bulan. b) Mitoni dilakukan pada waktu kandungan berumur 7 bulan 4. Praktik Pembagian Harta Warisan Berdasarkan bukti tabeltentang jumlah penduduk menurut agama di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kemasan Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan adalah semua beragama Islam dan taat menjalankan ibadah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non formal, sarana beribadah dan organisasi-organisasi masyarakat Islam. Walaupun begitu, masyarakat desa Kemasan Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan mempunyai budaya hukum tersendiri yang mana sudah menjadi keyakinan mereka dan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Diantara budaya hukum tersebut yang utama adalah dalam hal kewarisan. Setiap daerah di Indonesia ini mempunyai keunikan budaya yang berbeda-beda yang mana setiap daerah yang satu dengan yang lain berbeda caranya maupun pelaksanaannya. Khususnya pada masyarakat desa Kemasan yang semua masyarakatnya beragama Islam mempunyai kebiasaan dalam membagikan harta warisan dengan jalan musyawarah keluarga. Biasanya musyawarah dipimpin oleh anak yang paling tua, sehingga dalam pembagian tersebut nampak suasana persaudaraan dengan penuh kehangatan dan keakraban sehingga mudah diambil kesepakatan.
53
Seperti fakta yang ada di atas, bahwa dapat diketahui masyarakat desa Kemasan mayoritas beragama Islam yang taat menjalankan perintah agama. Namun, mereka tetap menggunakan adat dalam membagi warisan. Awalnya pembagian warisan di Desa Kemasan mengikuti cara yang diajarkan para kiai dengan istilah “sepikul segendong”. Bagi ahli waris laki-laki mendapat sepikul karena laki-laki menjadi kepala keluarga yang mempunyai tanggung jawab mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari istri dan anak. Sedangkan bagi ahli waris perempuan mendapat segendong, karena tanggung jawab seorang perempuan tidak seberat laki-laki. Namun dengan perkembangan zaman, ketentuan sepikul segendong itu tidak digunakan lagi. Sebab baik laki-laki maupun perempuan saat ini sama-sama bekerja mencari nafkah untuk kehidupan keluarga dan anak-anak. Lebih jelasnya, masyarakat desa Kemasan sebenarnya mengerti tentang cara pembagian harta warisan menurut hukum Islam. Namun dalam membagikan harta kekayaan dari orang tua, masyarakat desa Kemasan lebih memilih menggunakan dengan cara adat dalam menyelesaikan persoalan waris. Cara adat telah berlaku sejak zaman duludan tetap membudaya hingga kini. Cara adat telah diyakini mencerminkan rasa persaudaraan, kehangatan, keakraban, perdamaian, keadilan dan saling tolong menolong antar sesama ahli waris. Proses pewarisan merupakan suatu cara bagaimana seorang pewaris berbuat untruk meneruskan atau mengalihkan harta kekayaan yang akan
54
ditinggalkanya kepada para ahli waris ketika pewaris masih hidup serta bagaimana cara harta warisan tersebut diteruskan penguasaan dan pemakaiannya. Untuk terjadinya proses pewarisan harus memenuhi ketiga unsur terlebih dahulu, yaitu pewaris, adanya harta warisan dan adanya ahli waris, karena pewarisan adalah perbuatan antara ketiga unsur tersebut. Dalam praktik pembagian harta warisan harus memenuhi ketiga unsur terdahulu yaitu adanya pewaris, adanya harta waris dan adanya ahli waris. Di Desa Kemasan yang termasuk kategori ahli waris adalah istri/suami,dan anak kandung. Yang termasuk harta waris di Desa Kemasan adalah perhiasan, tanah dan rumah. Sedangkan pewaris adalah pihak yang mempunyai harta warisan. Dalam masalah kewarisan masyarakat desa Kemasan mempunyai tata cara tersendiri dalam pembagian harta warisan sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. Cara pembagian harta warisan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat desa Kemasan adalah sebelum harta warisan dibagikan kepada ahli waris yang bersangkutan, terlebih dahulu harus di selesaikan hala-hal sebagai berikut: a) Penyelenggaraan jenazah samapi dikuburkan. b) Mengadakan acara tahlilan untuk si mayit dari hari pertama sampai hari ke tujuh. c) Membayar hutang si mayit dan menerima piutang yang ada pada orang lain. d) Membayar nazar.
55
e) Membayar wasiat3 Adat desa Kemasan Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan mengenal dua cara pembagian harta warisan, yaitu: Pertama, Harta kekayaan dibagi ketika orang tua masih hidup. Dalam hal ini biasanya orang tua mengumpulkan anak-anaknya, pada waktu itulah orang tua membagikan harta yang kelak menjadi harta warisan dengan jalan musyawarah keluarga. Biasanya hal itu dilakukan ketika si anak sudah menikah atau berkeluarga guna membantu kelangsungan hidup rumah tangga mereka. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Khudhori (60 tahun) mengungkapkan: “ mumpung aku isek urip, warisan palongo tak bagi, ben anak-anakku mengko nek aku wes meninggal orak podo rebutan lan gelut goro-goro warisan”.4 Sedangkan bagi anak yang belum cukup umur atau belum menikah, jatah warisan tidak langsung diberikan. Sebelum si anak belum pantas menerima warisan, jatahnya dikelola terlebih dahulu oleh orang tuaatau pewaris. Adapun contoh pembagian harta kekayaan ketika orang tua masih hidup, yaitu: 1) Amat Sadeli mempunyai harta warisan terdiri dari tanah pekarangan seluas 800 m2, rumah seluas 370 m2 dan perhiasan seberat 20gram. Yang mana tanah pekarangan seluas 800 m2 dibagi dua untuk anak laki-laki (Syakirin) dan perempuan nya (Hj.Ruwaidah) yang masing-masing bagiannya 400 m2. Begitupun dengan perhiasan seberat 20gram juga dibagi dua.
3
Wawancara dengan bapak Khudhori, di Desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 19 Maret 2016 4 Wawancara dengan Bapak Khudhori di Desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 20 November 2015
56
Sedangkan untuk rumah 370m2 diberikan kepada anak ragil (Hj. Ruwaidah) karena Bapak Amat Sadeli beserta istri yang mengurus adalah anak ragil.5 2) Keluarga pasangan Darso (Alm) dan Kasmirah (Almarhumah) Mereka berdua mempunyai harta kekayaan yang diwariskan kepada anakanaknya. Pewarisan harta kekayaaan tersebut mereka lakukan dengan jalan hibah (sebelum orang tua meninggal). Harta itu terdiri atas tanah seluas 350 m2 dan rumah seluas 100 m2. Adapun masing-masing bagian yang diperoleh anak-anaknya dari hibah itu adalah: a. Turah, dia mendapat harta warisan berupa: -
Tanah seluas 200 m2
b. Khadiroh, dia mendapat harta warisan berupa: -
Tanah seluas 150 m2 Bagian-bagian
tersebut
diberikan
berdasarkan
musyawaroh
keluarga pada waktu orang tua mereka masih hidup. Jadi jumlah perolehan tersebut berdasarkan kesepakatan pewaris beserta seluruh ahli warisnya. Diantara mereka ada yang mendapat tambahan harta warisan berupa rumah seluas 100m2. Ahli waris tersebut adalah Khadiroh, karena ia telah merawat Darso (Orang tua yang meninggal terakhir).6
5
Wawancara dengan Ibu Hj. Ruwaidah (Anak Ragil) di Rumah kediaman beliau Desa Kemasan Rt: 007, Rw: 003 pada tanggal 15 November 2015 6 Wawancara dengan Ibu Khadiroh, di Rumah kediaman Desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 16 Maret 2016
57
3) Keluarga pasangan Bapak Cas’an dengan Ibu Samijah Mereka memiliki harta kekayaan berupa sawah dengan luas 150 m2, tanah seluas 335 m2 dan rumah seluas 213m2 untuk dibagikan kepada ahli warisnya. Adapun jumlah ahli waris mereka 4 orang yang urutan dari baginya adalah: a. warisudin, dia diberi harta warisan berupa: -
Tanah seluas 335 m2
b. Zainal arifin, dia diberi harta warisan berupa: -
Sawahdenganluas 75 m2
c. Mustarom, dia diberi harta warisan berupa: -
Sawahdenganluas 75 m2
d. M. Agus Rizal, dia diberi harta warisan berupa: -
Tanah seluas 100 m2
Bagian-bagian tersebut diberikan berdasarkan musyawarah keluarga pada waktu orang tua mereka masih hidup. Jadi jumlah perolehan tersebut berdasarkan kesepakatan pewaris beserta seluruh ahli warisnya. Diantara mereka ada yang mendapat tambahan harta warisan berupa rumah seluas 213 m2. Ahli waris tersebut adalah M. Agus Rizal (anak ragil), karena ia telah merawat Ibu Samijah (Orang tua yang meninggal terakhir.7
7
Wawancara dengan Ibu Samijah di Rumah kediaman beliau desa Kemasan Rt: 005, Rw: 002 pada tanggal 13 Maret 2016.
58
Alasan mereka membagi warisan ketika orang tua masih hidup adalah menjaga agar tidak terjadi sengketa diantara para ahli warisnya. Umumnya orang tua khawatir ahli waris tidak dapat berlaku adil, sehingga hartanya harus dibagi sebelum meninggal. Orang tua juga bertindak sebagai juri dalam pelaksanaan pembagian harta waris tersebut. Dengan demikian, anak-anak diharapkan patuh menerima apa yang diberikan oleh orang tua kepadanya.8 Kedua, Harta warisan dibagi setelah pewaris meninggal. Meskipun masyarakat desa Kemasan memiliki adat membagi harta warisan sebelum meninggal, terkadang terjadi kejadian yang di luar dugaan. Belum sempat hartanya dibagikan ke semua ahli waris, ternyata pewaris meninggal terlebih dahulu, sehingga pembagian harta warisan terpaksa dilaksanakan setelah pewaris meninggal dunia. Pembagian harta warisan setelah pewaris meninggal dunia, biasanya dilakukan setelah upacara selametan 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan seribu hari meninggalnya pewaris.9 Masyarakat disana dalam pembagian harta waris, anak terakhir (ragil) mendapatkan harta lebih bagiannya dari yang lainnya, baik laki-laki maupun perempuan. Praktik pembagian seperti ini hampir berlangsung lama dan telah menjadi kebijakan masyarakat setempat dan mereka menganggap bahwa ini bukanlah salah satu pelanggaran karena melihat besarnya tanggung jawab anak ragil tersebut, biasanya anak ragil disamping mendapat harta warisan sebagaimana anak yang lain, anak ragil mendapat bagian tambahan yaitu
8
Wawancara dengan Bapak khudhori di Rumah kediaman beliau desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 20 November 2015 9 Wawancara dengan Bapak Ust Khaedhowi, di Rumah kediaman beliau desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada Tanggal 24 November 2015
59
berupa rumah. Sehingga bagiannya lebih besar dibanding yang lainnya. Hal ini disebabkan adat desa Kemasan memandang bahwa anak ragil lebih mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap kebutuhan orang tua seharisehari. Pemberian harta warisan berupa rumah kepada anak ragil, biasanya didasarkan pada wasiat dari orang tua yang disaksikan oleh ahli waris lain. Kesaksian tersebut dimaksudkan agar nantinya tidak terjadi sengketa perebutan harta warisan berupa rumah tersebut. Apabila orang tua tidak berwasiat mengenai pembagian harta warisan tersebut, maka semua ahli waris akan berkumpul untuk memusyawarahkan hal tersebut dengan pertimbangan jasa anak yang telah merawat orang tua. Jika dalam musyawarah tersebut tidak dipertimbangkan jasa tersebut maka anak yang merawat orang tua akan mengusulkannya. Dan biasanya dengan adanya usul tersebut anak yang merawat orang tua akan diberikan haknya atas dasar kerelaan antara sesama ahli waris. Sebagai contoh dapat dilihat kasus berikut: 1. H. Amat Afdhol meninggal tahun 2000, ia meninggalkan warisan kepada ahli waris yang terdiri atas seorang istri, 1 anak laki-laki (Abdul Rozak) dan 1 anak perempuan (Yuli Zakiroh). Harta itu terdiri atas tanah seluas 600 m2 , tanah sawah seluas 600 m2 dan rumah seluas 250 m2. Harta warisan dibagi melalui musyawaroh keluarga yang dipimpin oleh orang yang ahli dalam bidang pembagian waris yaitu Bapak Murtadho.10
10
Wawancara dengan Ibu Yuli Zakiroh, pada tanggal 28 Februari 2016
60
Ket: A
B
A: Pewaris B: Istri Pewaris
C
D
C dan D: Anak-anak Pewaris Pembagian harta warisab tersebut terdiri atas: 1) B ( istri Pewaris ) pada awalnya mendapat bagian rumah seluas 250m2 tapi karena istri pewaris semasa hidup diurus kepada anak ragil ( D ) maka bagian rumah itu dialihkan oleh anak ragil ( D ) 2) C mendapat bagian tanah seluas 600 m2 3) D mendapat bagian tanah sawahseluas 600 m2 2. Sobari meninggal tahun 1985. Ia meninggalkan harta warisan kepada ahli warisnya yang terdiri atas seorang istri dan 2 orang anak perempuan serta 1 anak laki-laki. Harta itu terdiri atas 500m2 tanah sawah dan 200m2 tanah pekarangan serta rumah dengan luas 230m2. Harta tersebut dibagi pada tahun 1998.11 Keterangan: A
B
A: Pewaris C
D
B: Istri Pewaris E
C, D dan E: anak-anak pewaris Adapun bagian yang diterima ahli waris adalah:
11
Wawancara dengan ibu Yusriyati, di Rumah kediaman beliau desa KemasanRt: 006, Rw: 003 pada tanggal 19 Februari 2016
61
1) C mendapat 250 m2 tanah sawah. 2) D mendapat 200m2 tanah pekarangan 3) E mendapat 250 m2 tanah sawah dan rumah dengan luas 230m2 4) B tidak mendapat harta warisan, karena B tinggal serumah bersama dengan E dan seluruh biaya kehidupannya ditanggung oleh E. Musyawarah pembagian harta warisan yang dilakukan oleh ahli waris Sobari tersebut dapat terlaksana karena adanya kerukunan diantara para ahli waris. 3. Marsinah meninggal tahun 1999. Ia meninggalkan harta warisan kepada ahli warisnya yang terdiri atas seorang suami dan 3 orang anak perempuan serta 2 anak laki-laki. Harta itu terdiri atas 300 m2 tanah pekarangan dan rumah dengan luas 50 m2. Harta tersebut dibagi pada tahun 2005. Keterangan: A
B
A: Suami pewaris B: Pewaris
C
D
E
F
G
C, D, E, F, dan G : anak-anak pewaris
Adapun bagian yang diterima ahli waris adalah: 1) A : Tidak mendapat harta warisan, tetapi kehidupannya ditanggung oleh si G, dan tinggal bersama dengan G dalam satu rumah. 2) C : mendapat bagian tanah pekarangan seluas 50 m2 3) D : mendapat bagian tanah pekarangan seluas 50 m2
62
4) E : mendapat bagian tanah pekarangan seluas 50 m2 5) F : mendapat bagian tanah pekarangan seluas 50 m2 6) G : mendapat bagian tanah pekarangan seluas 50 m2 Dari seluruh jumlah harta yang dibagikan, dari harta warisan tersebut masih tersisa harta kekayaan berupa rumah seluas 50 m2. Adapun yang mendapat sisa harta warisan berupa rumah adalah si G (anak ragil), karena ia telah merawat si A ( orang tua yang meninggal terakhir). 12 4. Keluarga pasangan H. Dahlan dan Hj. Carkiyah Mereka memiliki harta kekayaan berupa perhiasan dengan berat 20 gram, tanah seluas 1100m2 dan rumah seluas 300m2 untuk dibagikan kepada ahli warisnya. Adapun jumlah ahli waris mereka 5 orang yang urutan dari baginya adalah: a. Chusnan, dia diberi harta warisan berupa: -
Tanah seluas 200 m2
b. Kapsah, dia diberi harta warisan berupa: -
Tanah seluas 200 m2
-
Perhiasan seberat 5gram
c. Alimah, dia diberi harta warisan berupa: -
Tanah seluas 150m2
-
Perhiasan seberat 5gram
d. Fatimah, dia diberi harta warisan berupa: 12
Tanah seluas 250 m2
Wawancara dengan Ibu Nurul Qomariyah di Rumah kediaman beliau desa Kemasan Rt: 004, Rw: 002 pada Tanggal 9 Maret 2016
63
-
Perhiasan seberat 5gram
e. H. Amanah, dia diberi harta warisan berupa: -
Tanah seluas 300 m2
-
Perhiasan seberat 5gram Sedangkan sisa harta warisan berupa rumah seluas 300m2 itu setelah Hj. Carkiyah meninggal rumah itu diberikan kepada Hj. Amanah. Alasan mengapa sisa harta warisan berupa ruamah itu diberikan kepada Hj. Amanah karena ia telah merawat Hj. Carkiyah.13
5. Alasan Anak Ragil Mendapat Pemberian Rumah Metode orang Jawa dalam menangani tuntutan atas harta kekayaan lebih banyak di dasarkan pada pertimbangan yang konkrit atau nyata. Dalam pembagian warisan harta yang dibagi kepada pihak laki-laki dan perempuan pada hakikatnya sama, namun dalam pelaksanaannya harta yang dibagi tergantung situasi para ahli waris, bisa saja pihak perempuan mendapatkan harta yang lebih banyak dari laki-laki begitu juga sebaliknya laki-laki bisa saja mendapatkan harta yang lebih hal ini bisa disebabkan karena keadaan ekonomi ahli waris. Yang mana tujuannya adalah mendapat keadilan yang sebenar-benarnya dimana yang lebih membutuhkan menjadi prioritas dengan persetujuan dari semua pihak yang bersangkutan.
13
Wawancara dengan Ibu Fatimah di Rumah kediaman beliau desa Kemasan Rt: 007, Rw: 003 pada tanggal 2 Maret 2016
64
Berdasarkan pengamatan penulis mengenai praktik pemberian rumah dari orang tua kepada anak ragil di Desa Kemasan Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, ada hal yang menjadi alasan anak ragil mendapat bagian rumah dari orang tuanya yaitu anak ragil dalam masyarakat desa Kemasan baik laki-laki maupun perempuan mempunyai tanggung jawab yang besar yakni menanggung kebutuhan orang tuanya sehari-hari (ketika orang tua masih hidup), memgurus biaya pemakaman, melunasi hutang-hutang orang tua jika orang tua sudah meninggal. Dan bahkan biaya untuk acara 7 hari, 40 hari, 100hari meninggalnya orang tua, anak ragil yang membiayai itu semua. 14
B. ANALISIS Tujuan hukum islam adalah kemaslahatan hidup manusia baik rohani mapun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Abu Ishaq al Shatibi15 merumuskan lima tujuan hokum islam, yaitu memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, (5) harta yang biasa disebut dengan Al- Maqashid Al Khamsah atau Al Maqashid Al Syariah. Menurut ajaran islam, harta adalah pemberian Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat mempertahankan hidup dan melangsungkan hidupnya. Oleh karena itu, hukum Islam melindungi hak manusia untuk memperoleh
14
Wawancara dengan Bapak Khudhori (selaku RT) di Rumah kediaman beliau desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 19 Maret 2016 15 Mustofa danAbdul Wahid, Hukum Islam danKontemporer, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 6
65
harta dengan cara-cara yang halal dan serta melindungi kepentingan harta seseorang, masyrakat, Negara, misalnya dari penipuan (QS. An Nisa:29), penggelapan (QS. An Nisa: 38), perampasan (QS. Al Maidah: 33), pencuran (QS. Al Maidah:38), dan kejahatan lain terhadap orang lain. Peralihan harta seseorang setelah ia meninggal dunia pun diatur dengan baik dan adil berdasarkan fungsi dan tangung jawab seseorang dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat (QS. An Nisa: 7, 11, 12, 176, dan lain-lain).16 Hukum tentang waris, pembagiannya telah diatur secara rinci dalam AlQur’an, namun dalam praktiknya di masyarakat terkadang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Al-Qur’an sebagaiman yang terjadi di sebagian masyarakat Kemasan Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang beragama muslim melaksanakan pembagian harta warisan dengan cara pembagian menurut adat dimana anak ragil dalam adat masyarakat desa Kemasan mendapat bagian tambahan yaitu berupa rumah dari orang tuanya. Salah satu alasan yang mereka kemukakan adalah karena pembagian harta warisan dalam Al-Qur’an dinilai rumit, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Samijah.17 Padahal jika diperhatikan, disadari dan di imani prinsip yang diterapkan Allah untuk menegakkan keadilan dalam pembagian harta warisan berdasarkan
atas
prinsip
keadilan
(‘adl)
dan
kesetaraan/persamaan
(musawah).18 Sayyid Quthbdalam tafsirnya mengungkapkan bahwa system
16
Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam dan Kontemporer, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 8-9 17 Wawancara dengan ibu Samijah, kediaman beliau desa Kemasan Rt: 005, Rw: 002 pada tanggal 13 Maret 2016 18 Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqh Islam Kontemporer. Terj. Sahiroh Syamsuddindan Burhanudin, (Yogyakarta: Elsaq Press, 20040), hlm. 33
66
kewarisan ini merupakan sistem yang adil dan sejalan dengan fitrah juga relevan dengan realitas kehidupan keluarga dan kemanusiaan dalam semua keadaan. Hal ini tampak jelas ketika dibandingkan dengan sistem manapun yang dikenal manusia pada zaman jahiliyyah kuno maupun jahiliyyah modern, di tempat manapun di muka bumi ini.19 Menurut pendapat Quraisy Shihab bahwa kalau merujuk kepada teks keagamaan, baik di dalam Al-Qur’an maupun Sunnah ditemukan fungsi dan tugas yang dibebankan kepada mereka. Pria dibebankan oleh agama membayar mahar, membelnjai istri dan anak-anaknya. Sedangkan wanita tidak demikian. Maka bagaimana mungkin Al-Quran dan Sunnah akan mempersamakan bagian mereka?20 Thabathaba’I menambahkan dalam analisisnya bahwa pemberian untuk laki-laki dua kali lipat untuk perempuan, bukan saja di samping mereka mempunyai kewajiban memberi nafkah kepada istri dan keluarganya, tetapi juga karena laki-laki memiliki keistemewaan dalam bidang pengendalian emosi yang lebih tinggi dari wanita. Ini menunjukkan bahwa pengendalian harta atas dasar pertimbangan akal harus didahulukan daripada pengendaliannya atas dasar emosi.21 Sistem pembagian harta warisan yang dijelaskan Al-Qur’an ini, merupakan aturan yang paling adil dalam semua perundangan yang dikenal
19
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Di Bawah naungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), Terj. As’ad Yasin, dkk, jilid II, hlm. 295. 20 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, hlm. 369. 21 Hasbiyallah, Belajar Mudah Ilmu Waris, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 10.
67
selama ini. Secara garis besar keadilan sistem tersebut terangkum dalam halhal berikut:22 Pertama, hukum waris ditetapkan oleh syariat bukan oleh pemilik harta, tetapi itu tanpa mengabaikan keinginan pemilik, karena ia masih berhak menetukan sepertiga dari harta yang ditinggalkannya itu sebagai wasiat kepada siapa yang dinilainya membutuhkan atau wajar diberi selain dari yang berhak menerima bagian warisan. Tetapi wasiat itu tidak boleh dilaksanakan bila bermotifkan maksiat atau mendorong berlanjutnya kemaksiatan. Kedua, harta warisan ditetapkan Allah pembagiannya itu, diberikan kepada kerabat tetdekat, tanpa membedakan antara yang kecil dan yang besar. Anak-anak mendapat bagian yang lebih banyak dari lainnya karena mereka merupakan pelanjut dari orang tuanya yang meninggal yang pada galibnya masih lemah. Meskipun demikian, selain mereka masih ada yang berhak menerima seperti itu, nenek, bapak, kakek walau dalam jumlah yang lebih kecil. Ketiga, dalam pembagian diperhatikan juga sisi kebutuhan. Atas dasar ini, bagian anak menjadi lebih besar. Sebab kebutuhan mereka lebih banyak dan mereka diduga masih menghadapi masa hidup yang lebih panjang. Pertimbangan kebutuhan ini pula menjadikan bagian perempuan separuh dari bagian laki-laki sebab kebutuhan laki-laki terhdap harta lebih besar, seperti tuntutan memberi nafkah kepada anak dan istri. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia dimana wanita bertanggung jawab mengatur rumah dan mengasuh 22
M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, hlm. 370-371.
68
anak, sedangkan laki-laki bekerja mencari nafkah di luar rumah dan menyediakan anggaran kebutuhan rumah tangga. Demikian keadilan diukur dengan kebutuhan, karena bukanlah keadilan apabila keduanya diperlakukan sama sementara kebutuhan dan kewajiban masing-masing berbeda. Keempat, ketentuan pembagian warisan ini, adalah distribusi bukan monopoli. Sehingga harta warisan tidak hanya dibagikan kepada anak sulung saja, atau laki-laki saja atau anak-anak yang meninggal saja. Kerabat yang lain, seperti orang tua, saudara, paman, juga berhak. Bahkan hak waris juga bisa merata dalam satu suku, meskipun dalam prakteknya diutamakan yang terdekat. Hampir tidak pernah terjadi, harta warisan diterima oleh satu orang saja. Kelima, wanita tidak dihalangi menerima warisan, seperti yang terjadi dalam masyarakat Arab dahulu. Dengan demikian, Islam menghargai wanita dan memberikan hak-hanya secara penuh. Bahkan hukum waris ini, memberi juga bagian warisan kepada kerabat pihak perempuan, seperti saudara laki-laki dan perempuan dari ibu. Hal ini merupakan penghargaan terhadap wanita, yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dalam analisis atas pemberian rumah kepada anak ragil dan alasan yang mendasarinya, bahwasannya hal tersebut tidak sesuai hokum kewarisan Islam yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Menurut Ustadz Khaedhowi tidak dipakainya hukum kewarisan Islam karena hukum kewarisan adat lebih dahulu muncul keberadaannya sebelum agama Islam, serta penggunaannya terasa
69
berbelit-belit dan sulit menyebabkan hukum faraid dianggap punah.23 Sedangkan menurut Ustadz Hudan berpendapat tidak dipakainya hukum kewarisan Islam (faraidh) karena sebagian masyarakat di desa Kemasan kurang
mengetahui
tentang
hukum
waris
Islam.
Masyarakat
lebih
mementingkan masalah ibadah saja, persoalan muamalat kurang mendapatkan perhatian dalam pelaksanaannya, sebab yang terpenting bagi masyarakt bagaimana caranya pembagian harta warisan berjalan damai tanpa konflik, sehingga yang diutamakan adalah rasa persatuan keluarga, rasa saling rela dan rasa saling menerima. Alasannya untuk menjaga keutuhan dan kerukunan keluarga.24 Fenomena yang terjadi pada masyarakat desa Kemasan Kecamatan Bojong dalam pembagian harta warisan yang tidak menggunakan hukum kewarisan Islam terkesan mendua. Disatu sisi merupakan muslim taat beragama, tetapi di sisi lain tidak menjalankan syariat secara utuh. Peneliti memandangkarena kurang kuatnya peran ulama dalam mensosialisasikan hukum faraid, sehingga mereka lebih mengerti masalah kewarisan adat yang sudah turun temurun dipraktikan. Dalam konteks ini tidak dapat divonis bahwa praktik masyarakat desa Kemasan Kecamatan Bojong adalah hal yang melanggar hukum. Karena apabila dipahami praktik pembagian waris kepada anak ragil sebenarnya sudah sesuai dengan salah satu asas kewarisan hukum islam yakni asas keadilan
23
Wawancara dengan ust. Khaedhowi, kediaman beliau desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 15 Maret 2016 24 Wawancara dengan ust. Hudan, kediaman beliau desa Kemasan Rt: 006, Rw: 003 pada tanggal 14 Maret 2016
70
berimbang. Asas ini mengandung pengertian bahwa harus ada keseimbangan antara hak yang diperoleh seseorang dari harta warisan dengan kewajiban atau beban biaya kehidupan yang harus ditunaikanya Misalnya. Laki-laki dan perempuan mendapatkan hak yang sebanding dengan kewajiban yang dipikulnya masing-masing (kelak) dalam kehidupan bermasyarakat seorang laki laki menjadi penanggung jawab daalam kehidupan keluarga. Mencukupi keperluan hidup anak dan istrinya sesuai kemampuanya. Anak ragil dalam adat masyarakat desa Kemasan mepunyai tanggung jawab yang besar yaitu memperhatikan dan membiayai kehidupan orang tua. sehingga apa yang didapat oleh anak ragil sesuai dengan apa yang dilakukan. Selain sudah sesuai dengan salah satu asas kewarisan islam, masyarakat desa Kemasan Kecamatan Bojong dalam praktik pembagian waris kepada anak ragil juga tetap mengedepankan musyawarah keluarga dalam menyelesaikan kewarisan, dimana yang menjadi prinsipnya adalah kesepakatn antar ahli waris. Akan tetapi praktik pemberian rumah peninggalan kepada anak ragil, mempunyai dampak negatif, diantaranya: 1. Anak yang selain ragil kurang memperdulikan orang tua, dalam hal perawatannya, karena dia berfikir bahwa anak ragil yang nantinya akan mendapatkan rumah peninggalan dari orang tuanya. Padahal setiap anak berkewajiban memperhatikan orang tua apalagi yang kondisinya sudah lemah. 2. Dengan adanya praktik pemberian rumah peninggalan kepada ragil justru akan terjadinya perselisihan antara ahli waris yang lain.
71
3. Dengan adanya praktik tersebut maka ketentuan dalam ilmu faraid sulit diterapkan di Desa Kemasan karena masih menjalankan adat tersebut.