77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Tinjauan Umum Perusahaan 4.1.1.1 Sejarah Singkat Bank Permata Syariah Bank Permata dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali, Tbk, PT Bank Universal, Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International, Tbk mengambil alih Bank Permata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap Bank Permata, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006. Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama Bank Permata. Dengan 276 cabang (termasuk cabang pembantu, kantor kas dan cabang syariah), 234 office channeling syariah, didukung oleh 549 ATM di 55 kota di seluruh Indonesia, Bank Permata yakin akan dapat meningkatkan komitmen untuk menyediakan solusi inovatif yang dapat menjawab kebutuhan finansial nasabah Bank Permata. Dalam rangka mengembangkan bank syariah di Indonesia, Bank Permata memiliki Unit Usaha Syariah yaitu Bank Permata Syariah. Bank ini resmi
78
didirikan pada bulan November 2004. Bank Permata Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai berikut: a. Bapak Prof. Dr. Amin Suma SH, MM b. Bapak KH. Masyuri Syahid MA c. Bapak Prof. Muhammad Syafi’I Ma’arif, MA d. Bapak KH. Masdar Farid Mas’udi MA Dalam menjalankan usahanya, Bank Permata Syariah berusaha untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun visi dan misi tersebut sebagai berikut: 1. Visi Menjadi penyedia jasa keuangan syariah yang terkemuka dan profesional, yang memiliki hubungan yang erat dengan nasabah dan secara konsisten memberikan pengalaman interaksi yang terbaik bagi nasabah. 2. Misi Menjalankan usaha dengan berhati-hati dan berkesinambungan untuk mendapatkan hasil yang optimal, menyediakan produk dan jasa keuangan syariah yang memberikan solusi atas kebutuhan keuangan nasabah dengan menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme, mempekerjakan karyawan dengan membekali pelatihan-pelatihan serta memberikan penghargaan atas prestasi kerja, melayani seluruh lapisan masyarakat dengan mempertahankan standar kualitas yang tinggi serta berusaha menjadi panutan dalam pelaksanaan tata kelola usaha yang baik (good corporate governance).
79
Bank Permata Syariah secara terus menerus dikembangkan dan diperkokoh dengan memanfaatkan jaringan dan infrastruktur yang dimiliki oleh Bank Permata. Pada akhir tahun 2008, Bank Permata Syariah menjalankan kegiatan operasional syariah melalui cabang yang terletak di 9 kota utama di Indonesia dan 234 kantor layanan syariah (office channeling), memberikan pilihan produk bagi nasabah yang sesuai dengan prinsip prinsip syariah. Selama tahun 2008, Bank Permata Syariah meneruskan sinerginya dengan Bank Permata konvensional dalam memasarkan produk syariah melalui jaringan cabang yang tersedia, di samping juga menekankan prinsip kehati-hatian maupun prinsip-prinsip syariah dalam mengembangkan usaha Bank Permata Syariah. Dengan demikian, kualitas aktiva produktif tetap terjaga di tengah pertumbuhan pembiayaan yang agresif. Mayoritas pembiayaan tahun 2008 dilakukan dalam bentuk channeling (joint finance bekerjasama dengan perusahaan multifinance), mencakup 58% dari total piutang, diikuti dengan KPR (25%), komersial (13%), UKM (3%), dan kredit kendaraan bermotor (kurang dari 1%). Memasuki tahun 2009, Bank Permata Syariah akan terus melanjutkan sinergi dengan Bank Permata konvensional, baik di segmen ritel maupun komersial untuk memasarkan produk syariah melalui cabang-cabang Bank Permata yang ada. Di samping itu, Bank Permata Syariah juga akan terus menekankan penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko yang kokoh demi mempertahankan kualitas aktiva produktif. Fokus lainnya di tahun 2009 meliputi pengembangan atas produk ritel yang sudah ada dan peluncuran produk baru baik untuk segmen ritel maupun
80
komersial, perluasan and optimalisasi jaringan office channelling, penerapan manajemen risiko operasional dan peningkatan sinergi dengan teknologi dan operasi dengan tujuan meningkatkan efisiensi melalui penggunaan infrastruktur perbankan konvensional.
4.1.1.2 Produk Bank Permata Syariah 1. Permata Tabungan Syariah Permata Tabungan Syariah adalah tabungan yang diselenggarakan oleh Bank Permata Syariah untuk memberikan keleluasaan dan kemudahan dalam penyimpanan dana maupun bertransaksi serta berbagai keuntungan lainnya. Permata Tabungan Syariah didasarkan pada prinsip mudharabah al-muthlaqah. Dengan prinsip ini tabungan nasabah diperlakukan sebagai investasi, dan nasabah sebagai pemilik dana memberi kebebasan penuh kepada Bank Permata Syariah untuk mengelola investasi nasabah. Tabungan nasabah akan dimanfaatkan secara produktif dalam investasi yang
sesuai
dengan
prinsip
syariah.
Keuntungan
dari
investasi
akan
dibagihasilkan antara nasabah dan bank sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama sebelumnya. 2. Permata Pendidikan Syariah Permata Pendidikan Syariah adalah investasi pendidikan jangka panjang yang fleksibel dengan hasil optimal. Dilindungi asuransi jiwa syariah secara cuma-cuma dan manfaat rawat inap untuk asuransi tambahan.
81
Permata Pendidikan Syariah menggunakan prinsip mudharabah almuthlaqah, sehingga nasabah sebagai pemilik dana memberi kebebasan penuh kepada Bank Permata Syariah untuk mengelola investasinya. Keuntungan dari pengelolaan akan dibagihasilkan antara nasabah dan bank sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama. 3. Permata Deposito Syariah Permata Deposito Syariah merupakan produk khusus bagi nasabah yang menginginkan investasi dengan pola bagi hasil (nisbah) yang optimal. Permata Deposito Syariah menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah dimana nasabah memberi kebebasan penuh kepada Bank Permata Syariah untuk mengelola dana secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah/porsi yang telah disepakati sebelumnya. 4. Permata PPR Syariah Permata PPR Syariah dari Bank Permata Syariah merupakan program pembiayaan rumah, ruko, apartemen, villa, kavling, renovasi atau untuk konstruksi/pembangunan rumah. Dengan menggunakan akad murabahah, yaitu prinsip jual beli dimana harga jual ditetapkan berdasarkan harga beli ditambah keuntungan (margin) yang disepakati bersama. 5. Permata PPM Syariah Permata PPM Syariah merupakan program pembiayaan dari Bank Permata Syariah untuk kepemilikan kendaraan bermotor berupa mobil baru atau mobil bekas. Permata PPM Syariah menggunakan akad murabahah yaitu prinsip jual
82
beli dimana harga jual ditetapkan berdasarkan harga beli ditambah keuntungan (margin) yang disepakati bersama. 6. Pembiayaan Usaha a. Permata Syariah Pembiayaan Mudharabah Program Bank Permata Syariah untuk membantu nasabah memenuhi kebutuhan modal kerja, dimana bank menyediakan seluruh modal untuk pembiayaan tersebut dan nasabah sebagai pengelola dana. Keuntungan yang diperoleh dibagihasilkan dengan tingkat nisbah yang disepakati. Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan bisnis. b. Permata Syariah Pembiayaan Musyarakah Kerjasama penyertaan dana (syirkah) antara Bank Permata Syariah dengan nasabah untuk modal kerja. Dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan bisnis. 7. Permata Tabungan iB Optima Permata Tabungan iB Optima memberikan keleluasaan berinvestasi dengan akses transaksi yang mudah, cepat dan aman serta menginginkan bagi hasil setara deposito syariah dan bebas biaya serta berbagai keuntungan lainnya. Tabungan iB Optima didasarkan pada prinsip mudharabah al-muthlaqah. Dengan prinsip ini tabungan nasabah diperlakukan sebagai investasi, dan nasabah sebagai pemilik dana memberi kebebasan penuh kepada Bank Permata Syariah untuk mengelola investasi nasabah.
83
Tabungan nasabah akan dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari pembiayaan akan dibagihasilkan antara nasabah dan bank sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama sebelumnya. 8. Layanan Anda Beramal Layanan Anda Beramal adalah suatu bentuk layanan perbankan dari Bank Permata Syariah yang memberikan kemudahan bagi nasabah/karyawan dalam melakukan pembayaran zakat, infaq, shadaqah, dan waqaf, yang akan didebet langsung dari rekening nasabah/karyawan sebesar jumlah/nominal pembayaran yang diinginkan.
4.1.2 Deskripsi Variabel yang Diteliti Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil pada Bank Permata Syariah. Variabelvariabel yang diteliti pada penelitian ini adalah dana pihak ketiga sebagai variabel bebas (X) dan jumlah pembiayaan bagi hasil sebagai variabel terikat (Y).
4.1.2.1 Dana Pihak Ketiga Bank Permata Syariah Dana pihak ketiga merupakan aspek yang sangat penting bagi usaha bank syariah, dimana dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan kembali kepada masyarakat dengan aktivitas pemberian pembiayaan.
84
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Rata-rata dana pihak ketiga pada Bank Permata Syariah periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Dana Pihak Ketiga Bank Permata Syariah Periode Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008 Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata dana pihak ketiga Bank Permata Syariah periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 memperlihatkan trend peningkatan sebesar Rp 38.769.666.666,67 pada tahun 2005 menjadi Rp 853.009.000.000 pada tahun 2008. Peningkatan dana pihak ketiga terjadi karena kenaikan giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah meningkatkan jumlah bagi hasil yang diberikan kepada nasabah, memperluas jaringan, penerapan kebijakan pembukaan layanan syariah di ratusan kantor cabang induk Bank Permata (office
85
channelling), mengembangkan teknologi, memberikan services prima pada nasabah dan melakukan penguatan aspek finansial. Adapun perkembangan dana pihak ketiga pada Bank Permata Syariah periode kuartal II tahun 2005 sampai dengan kuartal I tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Permata Syariah Periode kuartal II Tahun 2005 sampai dengan Kuartal I Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah)
Periode
Giro Wadiah
Tabungan Mudharabah
Deposito Mudharabah
Dana Pihak Ketiga
Perkembangan Rp
%
2005 Kuartal II
10.680
3.633
11.609
25.922
-
-
Kuartal III
17.104
4.427
20.866
42.397
16.475
63,56
Kuartal IV
13.107
7.023
27.860
47.990
5.593
13,19
Kuartal I
21.751
10.309
40.167
72.227
24.237
50,50
Kuartal II
24.438
14.743
74.434
113.615
41.388
57,30
Kuartal III
17.098
27.106
103.199
147.403
33.788
29,74
Kuartal IV
13.970
27.289
171.326
212.585
65.178
44,21
Kuartal I
13.959
35.789
155.611
205.359
-7.226
-3,39
Kuartal II
20.659
39.950
194.198
254.807
49.448
24,08
Kuartal III
32.750
46.592
204.608
283.950
29.143
11,44
Kuartal IV
81.037
59.514
257.561
398.112
114.162
40,20
Kuartal I
86.471
67.418
421.197
575.086
176.974
44,45
Kuartal II
52.520
79.864
732.694
865.078
289.992
50,43
Kuartal III
79.482
84.276
737.956
901.714
36.636
4,06
Kuartal IV
351.664
96.760
621.734
1.070.158
168.444
18,68
184.657
204.955
588.710
978.322
-91,836
-8,58
2006
2007
2008
2009 Kuartal I
Sumber : Laporan Keuangan Bank Permata Syariah (Data diolah)
86
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dana pihak ketiga tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV tahun 2008 sebesar Rp 1.070.158.000.000 dan terendah sebesar Rp 25.922.000.000 pada kuartal II tahun 2005. Sedangkan rata-rata dana pihak ketiga Bank Permata Syariah adalah Rp 387.170.563.000. Untuk perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada pada kuartal III tahun 2005 sebesar Rp 16.475.000.000 atau 63,56% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 42.397.000.000. Sedangkan perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal I tahun 2009 dengan penurunan sebesar Rp 91.836.000.000 atau 8,58% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 978.322.000.000. Agar lebih detailnya akan dijelaskan dibawah ini: Pada
tahun
2005,
rata-rata
dana
pihak
ketiga
sebesar
Rp
38.769.666.666,67. Dana pihak ketiga tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 47.990.000.000 dan terendah sebesar Rp 25.922.000.000 pada kuartal II. Untuk perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada kuartal III sebesar Rp 16.475.000.000 atau 63,56% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 42.397.000.000. Kenaikan dana pihak ketiga berawal pasca keluarnya fatwa MUI pada akhir tahun 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank itu haram kemudian pada tahun 2005
87
Bank Permata Syariah mulai beroperasi dalam menghimpun dana pihak ketiga. Sehingga pada tahun ini dana pihak ketiga mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 rata-rata dana pihak ketiga Bank Permata Syariah sebesar Rp 136.457.500.000 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 38.769.666.666,67 pada tahun 2005. Dana pihak ketiga tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 212.585.000.000 dan terendah sebesar Rp 72.227.000.000 pada kuartal I. Untuk perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada kuartal II sebesar Rp 41.388.000.000 atau 57,30% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 113.615.000.000. Kenaikan dana pihak ketiga terjadi karena penerapan kebijakan pembukaan layanan syariah di ratusan kantor cabang induk Bank Permata (office channelling) sehingga memudahkan nasabah dalam menabung di Bank Permata Syariah. Pada tahun 2007 rata-rata dana pihak ketiga Bank Permata Syariah sebesar Rp 285.557.000.000 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 136.457.500.000 pada tahun 2006. Dana pihak ketiga tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 398.112.000.000 dan terendah sebesar Rp 205.359.000.000 pada kuartal I. Untuk perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 114.162.000.000 atau 40,20% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 398.112.000.000. Sedangkan perkembangan dana pihak ketiga
88
Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan hanya terjadi pada kuartal I dengan penurunan sebesar Rp 7.226.000.000 atau 3,39% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 205.359.000.000. Kenaikan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah terjadi karena penambahan kantor, jaringan, tenaga marketing dan peluncuran produk baru yaitu produk SafeSaving AlliSya, bekerja sama dengan perusahaan asuransi Allianz dalam penyediaan produk investasi syariah yang digabung dengan asuransi syariah dari Allianz. Pada tahun 2008 rata-rata dana pihak ketiga Bank Permata Syariah sebesar Rp 853.009.000.000 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 285.557.000.000 pada tahun 2007. Dana pihak ketiga tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 1.070.158.000.000 dan terendah sebesar Rp 575.086.000.000 pada kuartal I. Untuk perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada kuartal II sebesar Rp 289.992.000.000 atau 50,43% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 865.078.000.000. Kenaikan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah terjadi karena pada tahun ini jumlah bagi hasil yang diberikan Bank Permata Syariah kepada nasabah terus mengalami peningkatan dan peluncuran produk baru yaitu produk tabungan iB Optima. Produk tabungan ini memiliki fungsi sebagai tabungan investasi dan transaksional dengan nisbah bagi nasabah sebesar 55 persen.
89
Pada kuartal I tahun 2009 perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah mengalami penurunan sebesar Rp 91.836.000.000 atau 8,58% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 978.322.000.000. Penurunan dana pihak ketiga terjadi karena menurunnya jumlah bagi hasil yang diberikan kepada nasabah sehingga beberapa nasabah menarik dananya untuk disimpan di bank konvensional dengan bunga yang lebih tinggi.
4.1.2.2. Jumlah Pembiayaan Bagi Hasil Bank Permata Syariah Jumlah pembiayaan bagi hasil adalah jumlah keseluruhan penyaluran dana atau investasi dengan sistem profit and loss sharing dimana terdapat pembagian hasil usaha oleh bank kepada pihak lain berdasarkan prinsip syariah. Dalam pemberian pembiayaan bagi hasil, bank syariah menyerahkan modal kepada manajer professional yang berkewenangan dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan operasional maupun strategis berkaitan dengan usaha yang dikelola. Pembiayaan bagi hasil meliputi pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah. Rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil pada Bank Permata Syariah periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
90
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Jumlah Pembiayaan Bagi Hasil Bank Permata Syariah Periode Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008 Berdasarkan pembiayaan dengan
Gambar
4.2
menunjukkan
bahwa
bagi hasil Bank Permata Syariah periode
tahun
2006
memperlihatkan
trend
rata-rata
jumlah
tahun 2005 sampai
peningkatan
sebesar
13.472.333.333,33 pada tahun 2005 menjadi Rp 18.869.250.000 pada
Rp tahun
2006. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan 2008 menunjukkan tren penurunan
sebesar Rp
16.492.250.000
pada tahun
2007
menjadi
Rp
11.372.000.000 pada tahun 2008. Penurunan jumlah pembiayaan bagi hasil terjadi karena penurunan pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah menekankan aspek kehatihatian dalam menyalurkan pembiayaan guna menghindari timbulnya pembiayaan bermasalah yang lebih besar, lebih mengutamakan pembiayaan jual beli (murabahah) karena memberikan return dengan risiko yang kecil dan permintaan
91
nasabah terhadap pembiayaan jual beli (murabahah) semakin meningkat terutama pembiayaan untuk keperluan kendaraan bermotor dan perumahan. Adapun perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil pada Bank Permata Syariah periode kuartal II tahun 2005 sampai dengan kuartal I tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Pembiayaan Bagi Hasil Bank Permata Syariah Periode Kuartal II Tahun 2005 sampai dengan Kuartal I Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah) Periode 2005 Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2006 Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2007 Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2008 Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2009 Kuartal I
Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Mudharabah
Jumlah Pembiayaan Bagi Hasil
5.678 6.758 6.944
6.322 7.152 7.563
10.827 11.496 10.954 10.156
Perkembangan Rp
%
12.000 13.910 14.507
1.910 597
15,92 4,29
8.764 7.501 7.727 8.052
19.591 18.997 18.681 18.208
5.084 -594 -316 -473
35,05 -3,03 -1,66 -2,53
9.519 9.059 7.143 8.318
8.689 8.517 7.856 6.868
18.208 17.576 14.999 15.186
0 -632 -2.577 187
0 -3,47 -14,66 1,25
6.124 6.796 6.549 3.982
6.805 5.872 6.025 3.335
12.929 12.668 12.574 7.317
-2.257 -261 -94 -5.257
-14,86 -2,02 - 0,74 -41,81
3.299
2.851
6.150
-1.167
-15,95
Sumber : Laporan Keuangan Bank Permata Syariah (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan bagi hasil tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal I tahun 2006 sebesar Rp 19.591.000.000 dan terendah sebesar Rp 12.000.000.000
92
pada kuartal II tahun 2005. Sedangkan rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah adalah Rp 14.594.000.000. Untuk perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada pada kuartal I tahun 2006 sebesar Rp 5.084.000.000 atau 35,05% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 19.591.000.000. Sedangkan perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal IV tahun 2008 dengan penurunan sebesar Rp 5.257.000.000 atau 41,81% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 7.317.000.000. Agar lebih detailnya akan dijelaskan dibawah ini: Pada tahun 2005 rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 13.472.333.333,33. Jumlah pembiayaan bagi hasil tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 14.507.000.000 dan terendah sebesar Rp 12.000.000.000 pada kuartal II. Untuk perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada kuartal III sebesar Rp 1.910.000.000 atau 15,92% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 13.910.000.000. Pada kuartal II Bank Permata Syariah mulai menyalurkan pembiayaan bagi hasil sehingga pada tahun ini jumlah pembiayaan bagi hasil mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 18.869.250.000 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
93
sebesar Rp 13.472.333.333,33 pada tahun 2005. Jumlah pembiayaan bagi hasil tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal I sebesar Rp 19.591.000.000 dan terendah sebesar Rp 18.208.000.000 pada kuartal IV. Untuk perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan terjadi pada kuartal I sebesar Rp 5.084.000.000 atau 35,05% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 19.591.000.000. Sedangkan perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal II dengan penurunan sebesar Rp 594.000.000 atau 3,03% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 18.997.000.000. Kenaikan jumlah pembiayaan bagi hasil karena meningkatnya permintaan nasabah untuk mengajukan pembiayaan bagi hasil. Hal ini dikarenakan mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia sehingga sektor riil mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2007 rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 16.492.250.000 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 18.869.250.000 pada tahun 2006. Jumlah pembiayaan bagi hasil tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal I sebesar Rp 18.208.000.000 dan terendah sebesar Rp 14.999.000.000 pada kuartal III. Untuk perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan hanya terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 187.000.000 atau 1,25% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 15.186.000.000. Sedangkan perkembangan jumlah
94
pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal III dengan penurunan sebesar Rp 2.577.000.000 atau 14,66% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 14.999.000.000. Penurunan jumlah pembiayaan bagi hasil dikarenakan Bank Permata Syariah menekankan aspek kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan guna menghindari timbulnya pembiayaan bermasalah yang lebih besar dan mengutamakan pembiayaan yang memberikan return dengan risiko yang kecil yaitu pembiayaan jual beli (murabahah). Pada tahun 2008 rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 11.372.000.000 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 16.492.250.000 pada tahun 2007. Jumlah pembiayaan bagi hasil tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal I sebesar Rp 12.929.000.000 dan terendah sebesar Rp 7.317.000.000 pada kuartal IV. Untuk perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal IV sebesar Rp 5.257.000.000 atau 41,81% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 7.317.000.000. Penurunan jumlah pembiayaan bagi hasil dikarenakan Bank Permata Syariah menekankan aspek kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan guna menghindari timbulnya pembiayaan bermasalah yang lebih besar dan mengutamakan pembiayaan jual beli (murabahah) untuk komersial sesuai dengan segmen Bank Permata Syariah. Pada kuartal I tahun 2009, perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah mengalami penurunan sebesar Rp 1.167.000.000 atau
95
15,95% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 6.150.000.000. Penurunan jumlah pembiayaan bagi hasil dikarenakan Bank Permata Syariah menekankan aspek kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan guna menghindari timbulnya pembiayaan bermasalah yang lebih besar dan mengutamakan pembiayaan jual beli (murabahah) untuk konsumen ritel (kredit konsumtif).
4.1.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik didasarkan atas asumsi bahwa populasi atau sampel dari penelitian harus berdistribusi normal maka penelitian ini menggunakan uji normalitas. Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil, maka dilakukan analisis statistik dengan menggunakan analisis korelasi product moment, analisis regresi linier sederhana dan koefisien determinasi. Data yang digunakan dalam pengujian statistik adalah dana pihak ketiga sebagai variabel X dan jumlah pembiayaaan bagi hasil sebagai variabel Y.
4.1.3.1 Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan analisis grafik Normal Probability Plots of Regression Standardized Residual dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS versi 16.0.
96
Berikut ini adalah grafik Normal Probability Plots of Regression Standardized Residual sebagai berikut:
Gambar 4.3 Normal P-Plots of Regression Standardized Residual Menurut Singgih Santoso (2005:347) mengemukakan bahwa “Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus”. Terlihat bahwa sebaran data pada gambar di atas bisa dikatakan tersebar di sekeliling garis lurus tersebut (tidak terpencar jauh dari garis lurus). Sehinggga dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data tersebut adalah normal, dengan demikian syarat untuk pengujian statistik parametrik terpenuhi.
4.1.3.2 Analisis Korelasi Product Moment Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dana pihak ketiga dengan jumlah pembiayaan bagi hasil. Pada
97
penelitian ini, analisis korelasi product moment dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS versi 16.0. Berdasarkan analisis korelasi yang dilakukan, didapat harga koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y sebesar 0,750 seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Correlations P.B.Hasil Pearson Correlation P.B.Hasil
1.000
-.750
-.750
1.000
.
.000
.000
.
P.B.Hasil
16
16
DPK
16
16
DPK Sig. (1-tailed)
P.B.Hasil DPK
N
DPK
Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X (dana pihak ketiga) dengan variabel Y (jumlah pembiayaan bagi hasil), harga tersebut dikonsultasikan pada batas-batas nilai R seperti pada Tabel 3.2. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa harga koefisien 0,750 terletak diantara 0,60 – 0,799, hal ini menunjukan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil, dimana hubungan tersebut termasuk kedalam kategori kuat. Tanda negatif (-) menunjukkan bahwa hubungan antara dana pihak ketiga dengan jumlah pembiayaan bagi hasil adalah tidak searah. Maknanya adalah apabila dana pihak ketiga meningkat maka jumlah pembiayaan bagi hasil akan menurun.
98
4.1.3.3 Analisis Koefisien Determinasi Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus koefisien korelasi determinasi yaitu: Kd = r2 X 100% = (0,750)2 X 100% = 0,5625 X 100% = 56,25% Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi determinasi di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh dana pihak ketiga terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil adalah 56,25%, sedangkan 43,75% dipengaruhi oleh faktor lainnya di luar dana pihak ketiga seperti profit, NPF (Non Performing Financing) dan faktor kualitatif diantaranya kemampuan sumber daya insani bank syariah, kepercayaan nasabah dan kualitas karakter nasabah.
4.1.3.4 Analisis Regresi Sederhana Regresi digunakan untuk memprediksi berubahnya nilai variabel terikat (Y) bila variabel bebas (X) diubah. Pada penelitian ini analisis regresi sederhana dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 16.0. Secara rinci hasil penelitian ini menghasilkan analisis regresi yang bisa dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
99
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
17739.018
1008.546
-.008
.002
DPK
Beta
t
-.750
Sig.
17.589
.000
-4.239
.001
a. Dependent Variable: P.B.Hasil
Dari Tabel 4.4 di atas dapat diperoleh persamaan regresi antara dana pihak ketiga dengan jumlah pembiayaan bagi hasil sebagai berikut: Y = a + bX Y = 17.739,018 – 0,008X Arti persamaan: •
Intersep atau konstanta sebesar 17.739,018, nilai ini mengandung pengertian bahwa regresi memotong sumbu Y pada titik 17.739,018 dan merupakan nilai variabel dependen taksiran pada saat X sama dengan nol. Jika tidak ada dana pihak ketiga maka jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar 17.739,018.
•
Arah hubungan, dari persamaan ”-” yang menggambarkan hubungan negatif ini berarti bahwa peningkatan perubahan dana pihak ketiga akan menurunkan jumlah pembiayaan bagi hasil.
•
Koefisien regresi -0,008, setiap kenaikan perubahan dana pihak ketiga sebesar satu akan menurunkan jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar
100
0,008 atau setiap kenaikan perubahan dana pihak ketiga sebesar 1% akan menurunkan jumlah pembiayaan bagi hasil sebesar 0,008%. •
Dana pihak ketiga pada kuartal I tahun 2008 sebesar Rp 575.086.000.000, maka jumlah pembiayaan bagi hasil menjadi: Y = 17.739,018 – 0,008 (575.086) Y = 17.739,018 – 4.600,688 Y = 13.138,33 atau Rp 13.138.330.000 Dana pihak ketiga pada kuartal II tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi Rp 865.078.000.000 maka jumlah pembiayaan bagi hasil menjadi: Y = 17.739,018 – 0,008 (865.078) Y = 17.739,018 – 6.920,624 Y = 10.818,394 atau Rp 10.818.394.000 Dari kedua contoh di atas dapat terlihat jelas bahwa semakin tinggi dana pihak ketiga maka jumlah pembiayaan bagi hasil akan semakin rendah.
4.2 Pembahasan Kegiatan usaha utama bank adalah penghimpunan dana dan penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan. Sehingga penghimpunan dana dari masyarakat atau disebut dana pihak ketiga perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien. Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat yang dihimpun oleh bank untuk disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan. Dana
101
pihak ketiga dihimpun melalui giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah periode kuartal II tahun 2005 sampai kuartal I tahun 2009 secara umum mengalami kenaikan. Dana pihak ketiga tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal IV tahun 2008 sebesar Rp 1.070.158.000.000. Jumlah tertinggi ini terjadi karena kenaikan giro wadiah dan tabungan mudharabah. Hal ini dikarenakan masuknya dana beberapa perusahaan di Bank Permata Syariah dalam bentuk giro wadiah dan Bank Permata Syariah mengeluarkan produk baru yaitu produk tabungan iB Optima. Dana pihak ketiga terendah pada Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal II tahun 2005 sebesar Rp 25.922.000.000. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah belum lama menjalankan penghimpunan dana pihak ketiga sehingga belum banyak menghimpun dana pihak ketiga. Sedangkan rata-rata dana pihak ketiga Bank Permata Syariah adalah Rp 387.170.563.000. Untuk perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada pada kuartal III tahun 2005 sebesar Rp 16.475.000.000 atau 63,56% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp. 42.397.000.000. Kenaikan tertinggi ini terjadi karena kenaikan giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah bagi hasil yang diberikan Bank Permata Syariah kepada nasabah sehingga dapat menghimpun lebih banyak dana dari masyarakat.
102
Sedangkan perkembangan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal I tahun 2009 dengan penurunan sebesar Rp 91.836.000.000 atau 8,58% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah dana pihak ketiga pada saat itu sebesar Rp 978.322.000.000. Penurunan tertinggi ini terjadi karena penurunan giro wadiah dan deposito mudharabah. Hal ini dikarenakan menurunnya jumlah bagi hasil yang diberikan kepada nasabah sehingga beberapa nasabah menarik dananya untuk disimpan di bank konvensional dengan bunga yang lebih tinggi. Peningkatan dana pihak ketiga terjadi setelah adanya fatwa MUI pada akhir tahun 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank haram, sehingga terjadi peningkatan dana pihak ketiga pada bank syariah dan sampai tahun 2008 terus menerus mengalami peningkatan. Peningkatan dana pihak ketiga Bank Permata Syariah terjadi karena peningkatan giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah meningkatkan jumlah bagi hasil yang diberikan kepada nasabah, memperluas jaringan, penerapan kebijakan pembukaan layanan syariah di ratusan kantor cabang induk Bank Permata (office channelling), mengembangkan teknologi, memberikan services prima pada nasabah dan melakukan penguatan aspek finansial. Perluasan jaringan atau ekspansi cabang Bank Permata Syariah tetap berlanjut walaupun krisis terjadi. Menurut Adrian A. Gunadi (2009), Kepala Bank Permata Syariah mengemukakan bahwa:
103
Hingga tahun 2009 Bank Permata Syariah hadir di 55 kota yang didukung oleh 276 kantor cabang dan 547 ATM serta tergabung di 17 ribu ATM Jaringan. Sembilan kantor cabang di antaranya berada di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Pekanbaru, Medan, Aceh dan yang terbaru di Palembang merupakan Kantor Cabang Syariah (KCS). Dana pihak ketiga adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan bagi hasil. Dalam Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami (EKSIS), menurut Maryanah (2008:14) mengemukakan bahwa “Ada tiga faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) adalah jumlah dana pihak ketiga (DPK), profit dan non performing financing (NPF)”. Kemudian Asyari dalam Maryanah (2008:3) menyatakan bahwa “Tingkat perubahan dana pihak ketiga mempengaruhi jumlah pembiayaan bagi hasil”. Menurut Adiwarman A. Karim (2008), Direktur Utama Karim Business Consulting mengemukakan bahwa: Saat ini usaha bank syariah telah jauh dari hakekat dasarnya, bank tidak siap menanggung kerugian, sehingga produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya untuk menjadi pendamping operasional perbankan syariah. Kondisi ini amat memprihatinkan karena mengingat dasar yang dibangun oleh bank syariah yaitu mengedepankan bagi hasil. Pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu keunggulan bank syariah dibandingkan bank konvensional karena mengedepankan prinsip kemitraan dan keadilan. Dalam pembiayaan bagi hasil, bank saling terbuka membicarakan perkembangan usaha. Jika ada kesulitan maka diambil jalan keluar yang menguntungkan. Tantangan dalam pengembangan perbankan syariah antara lain rendahnya pembiayaan bagi hasil.
104
Perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah periode kuartal II tahun 2005 sampai kuartal I tahun 2009 secara umum mengalami penurunan. Jumlah pembiayaan bagi hasil tertinggi yang berhasil dilakukan Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal I tahun 2006 sebesar Rp 19.591.000.000. Jumlah tertinggi ini terjadi karena kenaikan pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia sehingga meningkatkan permintaan nasabah untuk mengajukan pembiayaan bagi hasil. Jumlah pembiayaan bagi hasil terendah Bank Permata Syariah terjadi pada kuartal II tahun 2005 sebesar Rp 12.000.000.000. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah baru memulai pembiayaan bagi hasil sehingga belum banyak menyalurkan pembiayaan bagi hasil. Sedangkan rata-rata jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah adalah Rp 14.594.000.000. Untuk perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami kenaikan tertinggi terjadi pada pada kuartal I tahun 2006 sebesar Rp 5.084.000.000 atau 35,05% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 19.591.000.000. Kenaikan tertinggi ini terjadi karena kenaikan pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia sehingga meningkatkan permintaan nasabah untuk mengajukan pembiayaan bagi hasil. Sedangkan perkembangan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kuartal IV tahun 2008
105
dengan penurunan sebesar Rp 5.257.000.000 atau 41,81% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah pembiayaan bagi hasil pada saat itu sebesar Rp 7.317.000.000. Penurunan tertinggi ini terjadi karena penurunan pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah menekankan aspek kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan guna menghindari
timbulnya
pembiayaan
bermasalah
yang
lebih
besar
dan
mengutamakan pembiayaan jual beli (murabahah) untuk komersial sesuai dengan segmen Bank Permata Syariah. Penurunan jumlah pembiayaan bagi hasil Bank Permata Syariah terjadi karena penurunan pada pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan Bank Permata Syariah menekankan aspek kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan guna menghindari timbulnya pembiayaan bermasalah yang lebih besar, lebih mengutamakan pembiayaan jual beli (murabahah) karena memberikan return dengan risiko yang kecil dan permintaan nasabah terhadap pembiayaan jual beli (murabahah) semakin meningkat terutama pembiayaan untuk keperluan kendaraan bermotor dan perumahan. Berdasarkan uraian diatas terjadi ketidakseimbangan dimana peningkatan dana pihak ketiga tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pembiayaan bagi hasil pada Bank Permata Syariah. Menurut Adrian A. Gunadi (2008), Kepala Bank Permata Syariah mengemukakan bahwa: Bank Permata Syariah belum mau banyak menyalurkan pembiayaan bagi hasil karena pembiayaan ini lebih tinggi risikonya. Bank Permata Syariah belum lama beroperasi sehingga memiliki kecenderungan untuk membatasi pembiayaan berisiko tinggi dan cenderung menyalurkan pembiayaan yang berisiko rendah.
106
Menurut Ascarya (2007), seorang peneliti perbankan syariah dari Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa: Pada pembiayaan bagi hasil bank syariah menyalurkan dana dalam bentuk kas atau setara kas, rate of returnnya tidak ditentukan dimuka tapi bagi hasil dihitung berdasarkan prediksi penjualan atau pendapatan dimana besarnya akan sangat tergantung pada kondisi usaha yang dibiayai, sehingga hasilnya bisa positif dan bisa negatif. Akibatnya hal ini sangat berisiko terhadap fluktuasi bisnis, salah satu risiko yang dihadapi adalah munculnya pembiayaan bermasalah pada pembiayaan yang disalurkan. Apalagi di Indonesia yang kondisi usahanya masih sangat rawan akibat tingkat keamanan dan stabilitas nasional yang masih rendah. Berdasarkan hal diatas bank syariah menanggung risiko yang lebih besar atas pembiayaan bagi hasil yang timbul karena adanya pembiayaan bermasalah yang lebih besar. Menurut Muhammad (2004:220) mengemukakan bahwa “Prioritas utama sebagai dasar pertimbangan kebijakan penyaluran pembiayaan adalah sektor yang menghasilkan keuntungan dengan risiko terkecil”. Hal ini berarti dari hasil funding, bank syariah akan menentukan alokasi
pembiayaan yang diberikan
(financing) pada pembiayaan yang memberikan return dengan risiko terkecil. Pembiayaan jual beli (murabahah) merupakan pembiayaan yang memberikan return dengan risiko yang kecil karena memiliki kepastian akan return-nya. Sedangkan pembiayaan bagi hasil tidak dapat memastikan return yang akan diperoleh karena memiliki risiko pendapatan yang tidak pasti. Pembiayaan di bank syariah meliputi pembiayaan jual beli (murabahah), pembiayaan bagi hasil, pembiayaan dengan sewa dan pembiayaan dengan akad pelengkap. Pembiayaan pada Bank Permata Syariah hanya meliputi pembiayaan jual beli (murabahah) dan pembiayaan bagi hasil.
107
Bank Permata Syariah sangat berhati-hati dalam menyalurkan dananya, sehingga lebih memilih jenis pembiayaan yang memberikan return dengan risiko yang kecil karena memiliki kepastian akan return-nya. Oleh karena itu Bank Permata Syariah dalam mengalokasikan pembiayaan lebih banyak disalurkan kepada pembiayaan jual beli (murabahah) daripada pembiayaan bagi hasil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Permata Syariah Periode Kuartal II Tahun 2005 sampai dengan Kuartal I tahun 2009 (dalam jutaan rupiah)
Periode 2005 Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2006 Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2007 Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2008 Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV 2009 Kuartal I Rata-rata
Dana Pihak Ketiga
Pembiayaan Jual Beli (Murabahah) Komposisi Jumlah (%)
25.922 42.397 47.990
19.474 48.681 84.347
72.227 113.615 147.403 212.585
Pembiayaan Bagi Hasil Jumlah
Komposisi (%)
61,87 77.78 85,32
12.000 13.910 14.507
38,13 22,22 14,68
107.243 154.879 163.244 145.858
84,55 89,07 89,73 88,91
19.591 18.997 18.681 18.208
15,45 10,93 10,27 11,09
205.359 254.807 283.950 398.112
138.035 163.678 335.523 490.617
88,35 90,31 95,72 97,00
18.208 17.576 14.999 15.186
11,65 9,69 4,28 3,00
575.086 865.078 901.714 1.070.158
597.902 747.540 873.400 911.941
97,83 98,33 98,58 99,21
12.929 12.668 12.574 7.317
2,17 1,67 1,42 0,79
978.322 387.170
1.000.588 373.934
99,39 90,12
6.150 14.594
0,61 9,88
Sumber : Laporan Keuangan Bank Permata Syariah (Data diolah)
108
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan jual beli (Murabahah) sebesar 90,12% dan rata-rata pembiayaan bagi hasil sebesar 9,88%. Berdasarkan hal di atas, dana pihak ketiga mengalami peningkatan maka sebagian besar dana disalurkan untuk peningkatan pembiayaan jual beli (murabahah) sehingga pembiayaan bagi hasil mengalami penurunan. Dalam Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis (EKSIS), Maryanah (2008) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri. Adapun faktor-faktor yang digunakan pada penelitian Maryanah adalah jumlah dana pihak ketiga (DPK), profit dan non performing financing (NPF). Pada penelitian Maryanah dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga memberikan pengaruh terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil di Bank Syariah Mandiri. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, berdasarkan hasil perhitungan yang diukur dengan menggunakan analisis regresi korelasi menunjukan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil, dimana hubungan tersebut termasuk kedalam kategori kuat. Dari hasil perhitungan regresi sederhana yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi dana pihak ketiga terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil menunjukan hubungan yang negatif. Hal ini berarti apabila dana pihak ketiga meningkat maka jumlah pembiayaan bagi hasil akan menurun. Dengan hipotesis yang penulis ajukan yaitu dana pihak ketiga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil terbukti kebenarannya sehingga hipotesis dapat diterima.