BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salangano Kecamatan Totikum Kabupaten Banggai Kepulauan. Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi jenis kata ganti, dan penggunaan kata ganti dalam bahasa Banggai. 4.1.1 Jenis-jenis Pronomina dalam Bahasa Banggai 4.1.1.1 Pronomina Intratekstual Data yang menunjukan pronomina intratekstual terdiri atas dua buah dalam penggunaannya pronomina ini digunakan secara anaforis dan kataforis sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut : 1) Pronomina Intratekstual yang bersifat anaforis Seperti yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka pronomina intratekstual yang bersifat anaforis dalam bahasa Banggai bentuk sapaan yang disertai nama diri dan kata sapaan yang tidak disertai nama diri. a) Sapaan yang tidak disertai nama diri Pa guru do mangajar doi kalas tolu, kona boloki binaba doi bonua masakit. „Pak guru yang mengajar di kelas tiga, istrinya dibawah ke rumah sakit‟ Pa Amin, kongga tololibai potil, kona banua odon tu „Pak Amin tukan panjat kelapa kami, rumahnya jau sekali‟ Bu Anisa mumondondok do konoano, I kapala dusun naboloki
„Bu Anisa yang baik hati itu, isterinya kepala dusun‟
Pronomia Pa dan Bu tersebut digunakan oleh orang yang mempunyai gelar dan bisa juga digunakan kepada orang yang umurnya sudah lebih tua. Selanjutnya ketika bertutur dengan guru, kepala desa, pemangku adat dan orang yang lebih tua umurnya daripada yang mempunyai gelar bisa saja disebut namanya menggunakan pronomina Pa dan Bu. Di dalam suatu pertemuan formal atau pun nonformal orang yang mempunyai gelar dan orang yang tidak mempunyai gelar bisa saja disebut dirinya menggunakan pronomina Pa dan Bu. b) Sapaan yang disertai nama diri Ani kokulito mouteh kongga ade, konabuk ndo bulusan „Ani yang berkulit putih adik kami, rambutnya yang panjang‟ Anton rajin nabalajar,kona nilai monondok „Anton rajin belajar dia mendapatkan nilai yang bagus‟ Tumbeno Hardi nakito kona basinduan nakokil „Pertama kali Hardi melihat pacarnya menangis‟ Santi biol sikolah doi Palu, kona buk poloba „Santi pindah sekolah di Palu, rambutnya jadi pendeks„
Pronomina seperti di atas digunakan ketika berbicara dengan lawan bicara yang seumuran maupun di bawah umur atau lebih muda dari pembicara.
Yaku sidutu sayange I nene „aku selalu menyangi nenek‟ I tete sidutu namanjaku „Kakek selalu memanjakanku‟
Pronomina nene „nenek„ dan tete „kakek„ digunakan ketika berbicara dengan orang tua kandung dari ibu atau bapak. Nggu taus loloyo I mama taus doi kombung „saya ikut ibu ke kebun‟ Sunsul olo I papa nangampal mompoli doi „setiap hari ayah pergi bekerja mencari uang‟ Pronomina mama „ibu„ dan papa „ayah„ digunakan apabila berbicara dengan orang tua kandung. Sedangkan di kalangan keluarga yang orang tuanya pegawai anaknya sudah diajarkan untuk memanggil ibu dan ayah sudah tidak menggunakan pronomina mama dan papa. Kaka mu taus doiya „Kakak kamu pergi ke mana„ Kaka I mama nateteba inapa ndd tunduyo doi kombung „Kakak tadi Ibu berpesan kita menyusul ke kebun„ Pronomina ini digunakan ketika berbicara dengan saudara kandung yang tertua.Tetapi pronomina ini bisa juga digunakan ketika bertutur dengan kakak sepupu.
Ade inai kai mukokil „Adik jangan menangis„ Ade maimo ndda taus sikolah singgat-singat „Adik, mari kita perigi ke sekolah bersama-sama‟ Pronomina ini digunakan ketika berbicara dengan saudara kandung yang bungsu. Pronomina ini bisa juga digunakan ketika bertutur dengan adik sepupu. Santi namalat hadia lue doi Basang Santi mendapatkan hadia dari Basang Mama tua napa sida potaus doi Luwuk
„Mama tua sebentar jadi pergi ke Luwuk‟ Papa tua danomo doi bonua masakit „Papa tua sekarang berda di rumah sakit„ Pronomina ini digunakan ketika berbicara dengan saudara Ibu atau saudara Bapak yang perempuan atau laki-laki yang pertama. Maina popokon nggu loloyo i Usi taus doi kona kombung „besok pagi saya pergi ke kebunnya Usi„ Pronomina ini digunakan ketika berbicara dengan saudara ibu atau saudara bapak yang perembuan dari anak ke dua. Basal namalat susum badang „Basal mendapatkan ikan yang banyak„ Yaku taus doi Basal Ani nabonua „Aku pergi ke rumahnya Basal Ani‟ Inapa danggu taus doi Basal Siti nakombung „ sebentar saya pergi di kebunnya Basal Siti Tododon I Basal Anto namantile nababaku doi Luwuk „tadi katanya Basal Anto dia membawaku ke Luwuk‟ Pronomina di atas digunakan ketika bertutur dengan dua orang suadara tertua dari ibu atau bapak. Pronomina basal tanpa diikuti nama tidak dapat digunakan, karena orang yang akan mendengarkan menjadi binggung, makanya harus digunakan pronomina basal Ani dan basal Anto, agar orang yang mendengarkan tuturan tidak binggung. Papa tenga bukuan nalit „Papa tenga selalu marah‟ Mama tenga ndo nabonua babasal tuno „rumahnya mama tenga besar sekali‟
Mama tenga nabotokonggu taus mongoli labue „Mama tenga menyuruhku membeli beras‟ Mama satu noianan i Ani naosoanan do „Mama satu kapan pesta pernikahannya Ani„ Pronomina papa tenga dan mama tenga digunakan ketika bertutur dengan saudara yang ketiga dari Ibu atau Bapak. Mama pau nabotokanaku mule doi bonua „Mama pau menyuruhku pulang ke rumah‟ Papau nabenggu doi meng kojuta „Papau memberikan aku uang satu juta‟ Kololubongi Mama ade napoliton tukon kona langkai „tadi malam Mama ade berkelahi dengan suaminya‟ Ia napa nasunggkoloya nggu taus doi Sinta na bonua „Ia sebentar siang saya pergi di rumahnya Sinta‟ Pronomina mama pau, papau, mama ade, dan ia, digunakan ketika bercakap dengan saudara ibu atau bapak yang terakhir. 2) Pronomina intratekstual yang bersifat kataforis Tukon kona pandean do Indah mola nalungkuiyo sosaibino komuritdoi nasikolaan „Dengan kepintarannya, Indah bisa mengalahkan semua murid yang ada di sekolahnya‟ Tukon kona buk ndo mubulusan, Ani sinayang kona orang tua „Dengan rambutnya yang panjang, Ani disanyang orang tuanya „ Tukon kona pau nabalambinan Sitina tokoluknon lue na kombung „Dengan gendongan anaknya Siti turun di kebun„
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kalimat atau contoh di atas masih terdapat dimasyarakat artinya bahwa tuturan tersebut masih digunakan dalam masyarakat. 4.1.1.2 Pronomina takrif Dalam bahasa Banggai pronomina takrif terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Pronomina persona I tunggal : yaku„aku‟ Nggu„ saya‟ Bajan „saya „ Contoh : yaku taus mongkita mian malabak bal „Aku pergi melihat orang bermain bola‟ I pa guru namantile yaku malat nilai mondondok „katanya pak guru kalau aku mendapatkan nilai yang bagus‟ Yaku nia tambongan, ko pauboine badang kotosu-tosumpiton na kitayo yaku. „Aku ini tampan, semua gadis akan jatuh hati ketika memandang wajahku. Pronomina tersebut digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih muda dari si pembicara, pronomina yaku „ aku „ tidak dipergunakan ketika sedang berbicara dengan orang yang lebih tua dari si pembicara. Mama inapa kinobian danggu taus molo doi nene nabonua „Ibu sebentar malam saya pergi tidur di rumanhya nenek‟ Papa napa nggu mule sikoh taus bapeka susum „ Ayah sebentar sore saya memancing ikan‟
Kata nggu „saya‟ dalam kalimat di atas, digunakan ketika berbicara dengan orang tua, atau bisa saja ketika berbicara di dalam pertemuan yang formal ataupun non formal. Bajan tininggal sunsungo „saya ditinggal sendiri‟ Kata bajan „saya‟ jarang digunakan di dalam bercakap, karena kata bajan diguanakan pada kalimat perenungan terhadap nasip diri sendiri. 2) Pronomina persona I jamak : Ikami „kami„ Ikita „kita„ Ndda „kita‟ Kongga „kami„ Contoh : Kolubongi ikami nilailolo asu „semalam kami dikejar anjing‟ Papa nateteba doi kami, inai sidutu popodulak „Ayah berpesan kepada kami jangan selalu bertengkar„ Kata ikami „kami „ dalam kalimat di atas ditujukan keberapa orang atau lebih dari satu orang. Alayomo kea posiuk noko ikita do „ambil saja sendok itu kita punya‟ Maimo ikita taus doi nene na bonua „marikita pergi ke rumah nenek „ Kata ikita „kita‟ pada kalimat di atas bisa digunakan ketika memerintahkan seseorang mengambil sesuatu barang yang menjadi milik kita bersama dan bisa juga digunakan untuk mengajak seseorang pergi kesuatu tempat.
Mai ndda sapit doi moloan „ marikita pergi bersembunyi di kamar „ Inai ndda dampas napa basosuaro polong doi masigi „ jangan lari, sebentar sampai di mesjit kita akan berkeringat „ Maina na modoa nai mulapesena ndda taus doi kobung „ Besok pagi janggan lupa kita pergi di kebun „ Pronomina nnda „kita„ digunakan ketika berbicara dengan seumuran dan lebih baiknya lagi ketika berbicara dengan orang yang dibawah umur dari pembicara. Pronomina ini tidak baik dan tidak sopan digunakan ketika bertutur dengan orang tua, alangkah baiknya menggunakan pronomina yaku „aku„ nggu „saya„ Kongga mbembe monsungo „kambing kami sudah melahirkan „ Nia kongga pakarajaan kolompok „ ini tugas kelompok kami „ Kongga kombung odon „ kebun kami jauh „ Kata kongga „ kami „ dalam kalimat di atas bisa digunakan atau dituturkan dalam kalimat yang menunjukan kepemilikan. 3) Pronomina persona II tunggal : Ikomuyu „kamu„ Iikoo ‘engkau„ Contoh : ikomuyu dambabula „kamu sedang berbuat apa„ Pintanga kokinobian bunia ikomuyu potaus doiya „Tengah malam begini kamu pergi kemana„
Pototidiyo luluk ikomuyu po taus doiya „tunggu sebentar, kamu mau pergi kemana‟ Kata ikomu pada kalimat di atas digunakan ketika kita bertanya kepada seseorang, baik dia teman sebaya maupun orang tua kandung atau orang yan lebih tua umurnya. Maina ikoo sida taus doi Tendetung „besokengkau jadi berangkat di Tendetung„ Kata ikoo digunakan ketika berbicara dengan lawan bicara yang seumuran atau yang lebih muda dari pembicara. Pronomina ini tidak sopan bila digunakan ketika berbicara kepada orang tua. 4) Pronomina persona II jamak : potoiyo ‘ kalian’ Contoh : Potoiyo,I pa kapala desa do napau mosikolah doi Jakarta lubatotadon popokon „ Kalian sudah tau anaknya pak kepala desa yang sekolah di Jakartasudah tiba tadi pagi „ Asalo potoiyondea boine mubulusan kona buk I Anto nabasinduan „Kalian sudah tau, cewek yang berambut panjang itu pacarnya Anto‟ Papa,tukon mama potoiyo tadon I kaka na umbasaku „ Ayah dengan ibu, kalian tau tadi kakak memukili aku „ Kata potoiyo bisa digunakan dikalangan remaja ketika mereka sedang berbicara dan bisa juga di gunakan ketika sedang berbicara dengan orang tua. 5) Pronomina Persona III Tunggal : Yana „Dia„ Basalo „Baginda„
Contoh : Sunsul olo yana bapeka doi tobui „setiap hari dia memancing ikan di laut„ Tadodon pa guru namantile tungo yana komalat nilai mondondok „ tadi pagi pak guru mengatakan kalau dia mendapatkan nilai yangbaik „ Yana nia sunsul oloyo pinalukono kalu mule doi sikolah inai tongo malalabak. „ setiap hari dia sudah diberitahu kalau pulang sekolah jangan langsung bermain „ Kata yana „dia„ digunakan ketika berbicara dengan sesama umur, bisa juga dengan orang di bawah umur daripada penutur. Bulamo kokabaro basalo „Bagaimana kabarnya baginda„ I basalo mondondok konoano „Baginda baik hatinya„ nia kinobian nia I basalo napau osoano „malam ini pesta pernikan anaknya baginda„ Pronomina basalo di gunakan ketika berbicara kepada kaum raja atau yang sekarang ini lebih dihormati atau yang dipertuankan. 6) Pronomina Persona III Jamak : yanila „Mereka‟ Contoh : yanila malalabak bal malat juara meng „Mereka bermain bola mendapat juara satu„ Mama, yanila taus doi kombung mongkita bolosukon moyo „ibu , mereka pergi kekebun mengambil buah durian„
Kata yanila ‟mereka„ bisa digunakan ketika berbicara sesama teman bisa juga digunakan ketika berbicara dengan orang tua. 4.1.1.3 Pronomina tak takrif Pronomina yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu Nia Iledona langge „barang siapa‟ Koila „apa„ Sun-sunggu „sendiri„ Unu- unu „sesuatu„ Contoh : Siti nia iledona langge motobingkakon doi meja „Sitibarang siapa yang di atas meja itu„ Iledo na langge nia mutobusal doi soan „barang siapa yang berhamburan dilantai„ Koila kobinantil do „apa yang dibicarakan tadi„ Sungsungguna taus molokon doi kombung „dia tidur sendiri di kebun„ Ani namangabos dea unu-unudo doi meja bulito „Ani menyembunyikan sesuatu di bawah mejah„ Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan bahwa contoh-contoh tersebut masih digunakan dalam masyarakat Banggai khususnya di desa Salangano dalam berkomunikasi. 4.1.2 Penggunaan pronomina dalam Bahasa Banggai Penggunaan pronomina dalam masyarakat Banggai yang berada di desa tetap dipertahankan dalam tuturuan sehari-hari, masyarakat tetap menggunakan pronomina dalam bahasa Banggai. Pronomina yang dimaksudkan adalah pronomina persona I
seperti: aku, saya, kami, kita. Pronomina persona II seperti:kamu, kalian, engkau, kamu sekalian. Pronomina persona III seperti : ia, dia, mereka, beliau mereka semua. Penggunaan pronomina yang bersifat anaforis dalam bentuk sapaan yang tidak disertai nama diri misalnya seorang guru muda (laki-laki ) disapa dengan pa „pak„ oleh orang tua muridnya, begitu juga guru muda wanita disapa dengan kata bu „ibu„ walaupun orang tua murid itu lebih tua umurnya daripada guru-guru itu. Kata sapaan Bapak dan Ibu dipakai sebagai panggilan kehormatan. Contoh lain : seorang wanita tua menyapa dengan kata pa „Bapak„ terhadap seorang perwira yang masih muda. Seorang kepala kantor, kepala sekolah (wanita) dipanggil bu „ibu„ oleh bawahannya atau pembantu-pembantunya walaupun wanita itu masih muda. Sedangkan pemakaian pronomina pada masyarakat yang berada di pusat kota sudah mulai bergeser, bahkan generasi muda yang hidup di kota tidak tahu berbahasa Banggai lagi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penyerapan bahasa lain kedalam bahasa Banggai. Untuk pronomina yang berhubungan dengan tingkat kekerabatan seperti mama pau dan usi masih ada keluarga yang menggunakannya dan ada juga yang sudah tidak menggunakannya lagi. Dikarenakan ada anaknya yang sekolah di kota, ketika mereka pulang ke desa sudah tidak terbiasa lagi memanggil saudara dari ibu atau ayah yang terakhir dengan sebutan mama pau dan usi, karena sudah terpengaruh dengan lingkungan di kota. 4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analis data yang di temukn pronamina dalam bahasa Banggai dapat digunakan oleh masyarakat Banggai yang mampu berbahasa Banggai dimana saja dan kapan saja. Pronomina dalam bahasa Banggai terdiri atas dua bagian dalam penggunaannya pronomina ini digunakan secara anaforis dan kataforis. Pronomina intratekstual yang bersifat anaforis dalam bahasa Banggai bentuk sapaan yang tidak disertai nama diri sepeti Pa „Pak‟ dan Bu „Ibu‟ pronomina ini dipakai sebagai panggilan kehormatan dan bisa juga di pakai kepada orang yang lebih tua umunya dari pada orang yang mempunya gelar. Dan kata sapaan yang disertai nama diri seperti Ani, Anti, Iman, Anto, Sandi. Digunakan ketika berbicara dengan sesame teman dan lebih baiknya kita menggunakan ketika bercakap dengan orang yang di bawa umur dari si pembicara. Sedangkan pronomina intratekstual yang bersifat kataforis hanya bersifat intra kalimat. Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya. Berdasarkan hal ini pronomina terdiri dari : pronomina takrif dan pronomina tak takrif. Dengan demikian, penggunaan pronomina dalam bahasa Banggai dapat dilihat dari masyarakat yang berada di desa dan di kota. Masyarakat di desa masih memperhatikan dan masih tetap menggunakan bahasa banggai itu sendiri, sedangkan masyarakat yang berada di pusat perkotaan sudah bergeser, bahkan generasi muda yang hidup di kota tidak tahu berbahasa Banggai lagi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penyerapan bahasa lain ke dalam bahasa Banggai. Menurut Kridalaksana, (2006:76) pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikan itu disebut anteseden.
Menurut Badudu (182 : 126-127) pronomina dibagi menjadi tiga macam kata ganti yaitu : a) kata ganti orang pertama = si pembicara, b) kata ganti orang kedua = lawan bicara atau orang yang diajak bicara, c) kata ganti orang ketiga = orang yang dibicarakan. Masing-masing terbagi pula atas tunggal dan jamak. Semua pronomina orang yang disebut di atas dinamai kata ganti orang yang sebenarnya. Di samping pronomina orang yang sebenarnya itu ada pula pronomina orang yang tidak sebenarnya, yaitu kata-kata nama benda yang dipakai menggantikan pronomina orang yang sebenarnya itu ; Bapak, Ibu, Kakak, Nenek, Kakek, Abang, Adik, Paman, Bibi, Paktua, Maktua, Saudara(i), Tuan, Nyonya, Encik, Nona, Ua (k) , Mamang, Juragang (sunda ), Sampean, Ndoro, Raden (jawa), Andi (Bugis, Makasar) ; pengaruh Belanda : Papa, Mama, Papi, Mami, (di sunda papih, mamih ), oom (jadi “om“ atau “ um “), Tante. Menurut Badudu (1982:128-129) Penggunaan pronomina orang yang pertama pada kata aku untuk pengganti diri sendiri ketika berbicara dengan orang yang lebih muda atau lebih rendah “statusnya” dari sipembicara. Kata aku tidak boleh dipergunakan terhadap orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya dari sipembicara. Antara dua orang bersahabat, pemakaian kata aku terasa lebih intim. Pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari orang merasa pemakaian kata aku agak kasar, karena itu orang mempergunakan kata saya yang terasa lebih halus. Dan kata kami dipergunakan oleh pembicara apabila yang dimaksudkan dirinya sendiri dan kawan-kawan yang diwakilkannya. Apabila pembicara memasukkan orang lawan bicaranya kedalam lingkunggannya, jadi yang dimaksudkannya dia (si pembicara)
dengan orang yang diajaknya bicara, maka haruslah dia mempergunakan kata kita. Jadi kami di luar lawan bicara, sedangkan kita termasuk lawan bicara. Kata kita dalam pengertiannya meliputi : a) aku dengan enggkau, b) kami dengan engkau, c) aku dengan kamu (sekalian ), d) kami dengan kamu sekalian. Contoh pemakainnya dalam kalimat : 1. Amin berkata kepada Amir, “ Ayu, mari kita berangkat sekarang juga ! “ (aku + engkau 2. Guru bertanya kepada murid-muridnya, “Bagaimana caranya supaya negara kita ini bisa lekas maju ? “ (akau + kamu ) Contoh pemakain kata kami : Si Didi berkata kepada ibunya, “Bu, sekolah kami pada hari sabtu yang akan datang, akan bertamasya ke pelabuhan ratu.“ Penggunaan pronomina orang kedua pada kata engkau setaraf dengan kata aku. Biasanya kata engkau dipergunakan terhadap orang yang sederajat atau yang lebih rendeh kedudukannya atau yang lebih muda daripada si pembicara, misalnya : orang tua terhadap anaknya, guru terhadap muridnya, majikan terhadap bawahannya. Kata ini biasanya disingkat menjadi kau. Dalam hubungannya yang intim, kata engkau tidak terasa kasar. Walaupun demikian, kata ini sering diganti dengan kata kamu, yang mulanya mempunyai pengertian orang kedua jamak. Jadi kata kamu dapat dipakai untuk pengertian jamak dapat juga untuk tunggal. Untuk pengertian jamak biasanya ditambahkan kata semua atau sekalian menjadi kamu semua, atau kamu sekalian. Dalam bahasa tutur, biasanya kata itu disingkatkan menjadi kalian, seperti dalam kalimat, “kalian hendak keman ?”. Dan penggunaan Pronomina pada orang
ketiga tunggal yaitu pada kata ia. Apila mendapat tekanan (dipentingkan), maka dipakai kata dia, misalnya, dalam kalimat : “dialah yang bersalah, bukan saya.” Dengan melihat teori di atas maka masyarakat Banggai yang khususnya di desa Salangano masi menggunakan pronomina dalam bahasa Banggai ketika bercakap, pronominaa itu seperti : yaku „aku‟ nggu „saya„ ikami „kami„ ikita „kita„ bajan „saya„ ndda „kita„ kongga „kami„ semua pronomina ini termasuk kedalam pronomina takrif, pronomina takrif ini mengantikan nomina yang referennya jelas. Jenis ini terbatas pada pronomina persona. Sedangkan pronomina nene „nenek „ tete „kakek„ mama „ibu„ papa „ayah „kaka„ kakak „ade„ adik „mama tua, papa tua, basal, papa tenga, mama tenga, mama pau, papau, mama ade. Pronomina ini termasuk kedalam bagian pronomina intratekstual yang bersifat anaforis. Dalam bahasa Banggai ada juga pronomina tak takrif seperti : nia ile na langge „barang siapa„ koila „apa„ sun-sunggu „sendiri„ unu-unu „sesuatu„. Pronomina ini tidak menunjukan pada orang atau benda tertentu.