BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Profil Sekolah Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ialah SMA Negeri 4 Cimahi. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah negeri tingkat menengah atas yang berada di kota Cimahi. Profil SMA Negeri 4 Cimahi 1.
Nama Sekolah
: SMA Negeri 4 Cimahi
2.
Alamat
: Jln. Kihapit Barat No. 323 Cimahi Selatan
3.
Nomor Statistik Sekolah
: 301020803004
4.
Tahun didirikan
: 1992
5.
Tahun Beroperasi
: 1993
6.
Status Tanah
: Milik Sendiri
a. Surat Kepimilikan Tanah
: 726/JB/CMSH/1989
b. Luas Tanah
: 9.130 M2
Status Bangunan
: Permanen
a. Surat Ijin Bangunan
: -
b. Luas Bangunan
: 2.502
8.
Data Ruang Kelas
: 26 Ruang kelas baik
9.
Ruang Kepala Sekolah
: 1 Ruang
7.
56
57
10. Jumlah Rombongan Belajar
:
a. Kelas X
: 10 Ruang
b. Kelas XI
: 9 Ruang
c. Kelas XII
: 8 Ruang
11. Jumlah Guru Keseluruhan
: 75 Orang
b. Guru Tetap
: 71 Orang
c. Guru Tidak Tetap
: 4 Orang
d. Guru DPK
: -
e. Staf Tata Usaha
: 4 Orang
f. Staf TU Tidak Tetap
: 6 Orang
SMA Negeri 4 Cimahi lebih tersohor dengan sekolah sehat. Sekolah ini beberapa kali mengikuti perlombaan sekolah sehat tingkat provinsi. Namun demikian, SMA Negeri 4 Cimahi sangat memprioritaskan kegiatan yang bersifat akademik, yaitu dengan memfasilitasi siswa melelui kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran, seperti perpustakaan dengan koleksi buku yang beragam, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, serta adanya ruang multimedia yang sangat bermanfaat dalam menunjang proses pembelajaran.
2. Visi, Misi & Strategi Sekolah SMA Negeri 4 Cimahi SMA Negeri 4 Cimahi sebgai suatu lembaga pendidikan, mempunyai suatu operasional kinerjanya. Operasional kinerja tersebut diwujudkan dalam suau sususan visi, misi dan strategi. Adapun visi, misi dan strategi SMA Negeri 4 Cimahi sebagai berikut:
58
1.
VISI: Menuju pendidikan bermutu untuk mewujudkan insan Indonesia yang
takwa, cerdas dan kompetitif. 2. MISI 1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Guru, Pegawai Dan Siswa)
3. STRATEGI 1. Substansi Sumber Daya Manusia a. Meningkatkan disiplin semua warga sekolah b. Membangun komitmen untuk meningkatkan kinerja c. Mendorong semua personal untuk meningkatkan kompetensi baik melalui pelatihan formal maupun pendidikan dan latihan pengembangan profesi d. Membangun kultur sekolah yang berorientasi pada budaya mutu e. Menciptakan iklim kerja yang kondusif f. Membangun kerjasama yang sinergis, harmonis dan dinamis g. Meningkatkan kegiatan MGMP h. Membangun budaya pembelajaran aktif, kreatif dan efektif
59
i. Mengembangkan sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) j. Proses belajar mengajar bilingual k. Pelaksanaan pengayaan remidial l. Pembekalan keterampilan (life skills) m. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat Ikut serta lomba dan olimpiade sain 2. Meningkatkan Pelayanan Bagi 2. Substansi Partisipasi Masyarakat Masyarakat
a. Rapat-rapat dengan orang tua siswa/komite b. Sosialisasi program-program pendidikan c. Kerjasama dengan masyarakat d. Bakti sosial e. Pemeliharaan komunikasi dengan lingkungan f. Pelaksanaan gebyar seni dan hasil keterampilan Menciptakan sekolah sehat, aman, bersih, nyaman dan rindang
60
3. Meningkatkan Sistem Pembelajaran Berbasis TIK
3. Substansi Kelembagaan a. Pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran b. Penataan administrasi dengan data base c. Pemasangan jaringan d. Pemasangan Hot Spot e. Pemenuhan sarana dan prasarana perpustakaan
menuju
elektronic
library f. Membangun kontent pembelajaran jarak jauh (Elearning)
3. Keadaan Guru Jumlah kepegawaian di SMA Negeri 4 Cimahi secara umum terdiri atas Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah (4 orang), Pembantu Wakasek (4 Orang), Guru Tetap pada periode 2008-2009 berjumlah 71 orang (termasuk Kasek, dan Wakasek), guru tidak tetap 4 orang. Keadaan umum kepegawaian berdasarkan status pada periode 2009/2010 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
61
Tabel 4.1 Kualifikasi Tenaga Pengajar di SMA Negeri 4 Cimahi Berdasarkan Status Pada Periode 2006-2007, 2007-2008 dan 2009-2010 Kualifikasi
2009-2010 Jumlah 71
Persentase 93,42
Guru Tetap Yayasan Guru Negeri (PNS) Guru Tidak Tetap 4 6,57 (Honorer) 75 100 Total Sumber: SMA Negeri 4 Cimahi, 2008 (diolah)
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat peningkatan jumlah tenaga pengajar yaitu dengan penempatan pengangkatan dua pengajar baru, dan adanya mutasi guru ke lain tempat. Di lain pihak kebutuhan akan tenaga pengajar pengganti dipenuhi dengan pengangkatan tenaga pengajar honorer. Kualifikasi tenaga pengajar berdasarkan tingkat pendidikan di SMA Negeri 4 Cimahi menunjukkan bahwa pada tahun 2007, 82.86% tenaga pengajar telah menyelesaikan pendidikan Strata 1, sementara pengajar dengan tingkat pendidikan strata 2 baru berjumlah 2 orang, 1 orang masih dalam proses penyelesaian, dan 1 orang masih dalam proses penyelesaian strata 1. Tabel 4.2 Kualifikasi Tenaga Pengajar di SMA Negeri 4 Cimahi Berdasatkan Tingkat Pendidikan Terakhir Periode 2006-2007,2007-2008, dan 2008-2009 Kualifikasi Doktor (S-3)
2006-2007 Jumlah Persentase -
2007-2008 Jumlah Persentase -
2008-2009 Jumlah Persentase -
Magister (S-2)
2
2,94
2
2.86
2
2.66
Sarjana (S-1) Sarjana
57
83.82
58
82.86
66
88
6
11.76
7
12.86
6
8
62
Muda (D-III) Diploma II (D-II) Diploma I (D-I) SLTA Total
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 68
1.47 100
1 70
1.43 100
1 75
1.33 100
Sumber: SMA Negeri 4 Cimahi, 2008 (diolah)
Diharapkan jumlah tenaga pengajar yang menyelesaikan pendidikan Pascasarjana akan bertambah di tahun mendatang. Di lain pihak tenaga pengajar yang belum menyelesaikan pendidikan sarjana diarahkan untuk segera menyelesaikan pendidikan strata 1-nya dengan harapan dapat memenuhi standar stratifikasi guru dan pendidik. Jumlah tenaga Non-Pendidik pada periode 2006-2007, 2007-2008, dan 2008-2009 ditampilkan dalam Tabel 10. Tugas tenaga Non-Guru ditujukan sebagai penunjang lancarnya kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan bertambahnya ruang belajar, sarana dan prasarana di lingkungan SMA Negeri 4 Cimahi kebutuhan akan tenaga non-pendidik perlu ditambah sehingga penambahan personil tenaga untuk kebersihan dilakukan pada periode tahun 2007-2008.
4. Keadaan Siswa a. Jumlah Siswa Jumlah siswa SMA Negeri 4 Cimahi periode 2007-2008 dan periode 20082009 mengalami penurunan sebesar 3%. Penurunan tersebut disebabkan jumlah peminat lebih memilih pada sekolah kejuruan.
Data yang ditampilkan
63
menunjukkan pula bahwa secara umum jumlah siswa tahun 2007-2008 dan tahun 2008-2009. Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik Siswa SMA Negeri 4 Cimahi Periode 2007-2008 dan 2008-2009 Tahun 2007-2008 Kelas XI
Kelas XII
Jenis
Kelas
Kelamin
X
IPA
IPS
BHS
IPA
IPS
BHS
Laki-laki
190
68
96
-
53
90
-
497
Perempuan
200
114
79
-
109
92
-
624
Jumlah
390
182
175
-
162
182
-
1121
Total
Tahun 2008-2009 Laki-laki
168
76
110
-
67
85
-
506
Perempuan
232
93
75
-
110
79
-
589
Jumlah
400
169
185
-
177
164
-
1096
Sumber:Data SMA Negeri 4 Cimahi diolah (2008)
b. Prestasi Siswa SMA Negeri 4 Cimahi dalam Bidang Akademik dan Non Akademik Prestasi siswa SMA Negeri 4 Cimahi dalam bidang Akademik non kurikuler selama 3 tahun terakhir terus dibina dan ditingkatkan. Pada tahun 2004 siswa SMA Negeri 4 dapat memenangkan juara 3 olimpiade Fisika tingkat kota Cimahi, sedangkan prestasi siswa non Akademik cukup menonjol terutama pada bidang seni, bahasa, dan ekstrakurikuler.
64
Tabel 4.4 Prestasi Siswa non Akademik SMA Negeri 4 Cimahi pada Periode 2004-2006 Tingkat Prop Nasional
1 2 3
Jenis Prestasi Olah Raga Seni Seni
4 5
Olah Raga Olah Raga
2006 2008
1 2
X
6
Bahasa
2008
3
X
7
Bahasa
2008
3
X
8 9 10
Olahraga Seni Olahraga
2008 2008 2008
3 2 3
X X X
No
Tahun
Juara
2005 2005 2005
3 3 2
Kota
X X X
X
Ket. Paskibra Teater Seni Suara Paskibra Pencak Silat Bahasa Sunda Bahasa Inggris Pramuka Teater Bola Basket
11 Kebersihan 2008 1 X 12 Kebersihan 2008 2 X Sumber: Data SMA Negeri 4 Cimahi diolah (2008)
5. Keadaan Sarana dan Prasarana a. Ruang Kelas Kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan merupakan tuntunan yang harus dipenuhi. Upaya pemenuhan sarana dan prasarana tersebut terus dilakukan dan diperbaharui, terutama dalam upaya pemenuhan kriteria sekolah kategori Mandiri. Langkah perbaikan dan pemenuhan sarana rintisan sekolah katagori mandiri dilakukan secara bertahap mulai periode tahun ajaran 2007-2008 dan periode 2008-2009.
65
Tabel 4.5 Sarana Ruang Kelas di SMA Negeri 4 Cimahi Periode 2007-2008 dan 2008-2009 2007-2008 Kelas
Kelas
Kelas
X 10 X XI-IPA 4 XI-IPA XI-IPS 4 XI-IPS XII-IPA 4 XII-IPA XII-IPS 4 XII-IPS Total 26 Total Sumber: Data SMA Negeri 4 Cimahi diolah (2008)
2008-2009 Jumlah Ruang Belajar 10 4 5 4 4 27
Perubahan jumlah ruang kelas terjadi karena periode 2007-2008, sekolah sedang membangun 2 lokasi kelas tambahan dengan yang ditujukan sebagai pemenuhan standar kelas audio visual seperti yang dibutuhkan dalam kualifikasi sekolah mandiri. b. Perpustakaan Perpustakaan SMA Negeri 4 Cimahi memiliki luas 180 m2. Di dalam perpustakaan dilengkapi dengan komputer, TV, ruang penyimpanan dan administrasi, rak katalog, rak buku, rak koran, rak majalah, meja belajar, meja panjang dan akan terus dibenahi untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswi SMA Negeri 4 Cimahi, baik dalam penyediaan buku pelajaran, buku penunjang serta buku bacaan lainnya. Koleksi buku yang dimiliki di perpustakaan SMA Negeri 4 Cimahi dapat dilihat dalam Tabel 15 di bawah ini.
66
Tabel 4.6 Koleksi Buku Perpustakaan SMA Negeri 4 Cimahi Periode 2008-2009 Jenis Buku
Jumlah
Persentase
Buku Pelajaran
1500
75
Buku Penunjang
300
15
Buku Bacaan
200
10
Total
2000
100
Sumber: Data SMA Negeri 4 Cimahi diolah (2008) c. Lapangan Olah Raga Sarana olah raga yang dimiliki SMA Negeri 4 Cimahi sudah sangat memadai. Perbaikan dan pemeliharaan sarana olah raga dilakukan secara rutin dan kontinu, dengan harapan aktivitas kegiatan siswa dapat terpenuhi baik itu kegiatan intra sekolah maupun ekstra sekolah. Di samping sarana olahraga yang disediakan di dalam lingkungan sekolah, terdapat pula lapangan sepak bola yang dapat dimanfaatkan secara bersama di depan lingkungan sekolah.
d. Laboratorium dan Ruang Praktek Laboratorium yang tersedia di SMA Negeri 4 Cimahi ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman materi dalam proses belajar mengajar.
Perbaikan fasilitas laboratorium terus ditingkatkan dan dibenahi
melalui regenerasi alat-alat yang telah tua dan perlu dimutasi. Upaya perbaikan dan penambahan alat di laboratorium komputer perlu dilakukan
agar dapat meningkatkan kemampuan dan penggunaan informasi
teknologi komputer. Program ini erat kaitannya dengan program kerja jangka menengah menuju sekolah katagori mandiri, dan program kerja jangka panjang
67
sekolah katagori internasional. Dilain pihak peningkatan dan perbaikan alat di laboratorium Biologi seperti perbaikan mikroskop dan alat-alat lain perlu dilakukan di samping peningkatan dan kenyamanan ketika melakukan praktek. Inventaris masing-masing ruang laboratorium akan diperoleh di masing-masing ruangan, demikian juga inventaris dari sarana dan sarana lainnya.
6. Subjek Penelitian a. Profil Guru Guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang menjadi guru mitra dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bernama Kurniasih S.Pd yang lahir di Kuningan, 18 agustus 1966. Riwayat pendidikannya yaitu Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Kadu Agung lulusan tahun 1977, kemudian dilanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah di MTs Negeri Sindang Sari lulusan tahun 1981 dan kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Ilmu Kejuruan di SMIK Negeri Tasik Malaya lulusan tahun 1984. Setelah tamat SMA. Beliau melanjutkan kuliah ke jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Tinggi keguruan dan Ilmu Kependidikan Pasundan pada tahun 1986 dan lulus tahun 1991. Setelah lulus kuliah, beliau tidak langsung mengajar. pada tanggal 1 Desember 1994 beliau mengikuti tes menjadi pegawai negeri dan lulus. Beliau mengajar di SMA Negeri 1 Ciwaru sampai tahun 2002, Kuingan. Kemudian beliau mengajukan surat pindah dan mendapat SK untuk mengajar di SMA Negeri 4 Cimahi pada tahun 2003 sampai sekarang. Guru mitra mengajar bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.1, X.2, X.3, X.4, XI IPA 1, XI
68
IPA 2, XI IPS 1, dan XI IPS 2. Dimata siswa siswinya beliau merupakan guru yang baik dan lembut. Peneliti memilih beliau sebagi mitra karena peneliti mengenal beliau sebagai guru Dosen Luar Biasa ketika peneliti sedang mengikuti program PLP di SMA Negeri 4 Cimahi.
b. Profil Siswa Siswa yang dijadikan subjek penelitian ialah siswa kelas X.2 SMA Negeri 4 Cimahi yang teridiri dari 41 orang siswa. Dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 12 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 29 orang, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Keadaan Siswa Kelas X.2 Jenis kelamin siswa Jumlah siswa Laki-laki 12 Perempuan 29 Jumlah seluruh siswa 41 Sumber: Data SMA Negeri 4 Cimahi
Presentase (%) 29 70 100
Kelas X.2 dijadikan sedagai kelas penelitian, karena siswa di kelas ini pada umumnya memilki tingkat kemampuan mengemukakan pendapat yang rendah misalnya siswa tidak berani bertanya. Beberapa faktor kurangnya partisipasi dalam mengemukakan pendapat diantaranya yaitu pertama siswa malu pada teman- temannya karena takut pertanyaan yang diajukan tidak berbobot. Kedua, takut disalahkan dan takut dimarahi oleh guru apabila pertanyaan yang diajukan salah. Mayoritas siswa kelas X.2 berasal dari Cimahi, hanya ada beebrapa orang siswa saja yang berasal dari kota Cimahi. Bahasa yang mereka
69
gunakan sehari-hari adalah bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, tetapi terkadang juga mereka berbicara menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda. Pada saat pembelajaran di kelas berlangsung, terdapat berbagai macam karakter siswa yaitu pendiam, aktif, serius, serta ada juga beberapa orang siswa yang senang mengobrol ketika guru sedang menjelaskan materi. Di samping itu, beberapa orang siswa aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS dan UKR. Berdasarkan pmentauan peneliti, siswa X.2 dalam pergaulan di sekolah tidak hanya bergual dengan teman sekelas saja, melainkan dengan siswa kelas lainnya, hal ini terlihat ketika sebelum masuk kelas, pada saat istirahat dan pulang sekolah.
B. Deskripsi Umum Pembelajaran 1. Observasi Awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) a. Pelaksanaan Observasi Awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Observasi awal dilakukan peneliti unutk mengetahui gambaran kelas yang akan diteliti meliputi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.2 serta kepedulian guru di kelas selama proses pembelajaran berlangsung, yang selanjutnya hal itu akan dijadikan bahan evaluasi untuk rencana tindakan. Observasi awal dilaksanakan pada hari rabu, 17 Februari 2010 tepatnya pada jam pelajaran keempat-kelima yang berlangsung dari pukul 09.45-11.15 WIB. Pengamatan pada observasi awal meliputi kegiatan awal yang teridi dari pra pembelajaran dan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup. Pada saat kegiatan awal, guru tidak hanya mengucapkan salam,
70
meminta siswa unutk tidak ribut, meminta ssiwa mendengarkan penjelasan guru di depan. Guru tidak melakukan presensi atas kehadiran siswa serta tidak melakukan apersepsi yaitu tidak mengkaitkan materi yang akan dibahas dengan materi yang sebelumnya telah dipelajari. Guru juga tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai siswa setelah pembelajaran selesai. Saat proses pembelajaran berlangsung, suasana kelas tidak kondusif karena sebelumnya guru tidak mengecek kebersihan kelas. Pada kegiatan inti, guru menggunakan metode ceramah, menjelaskan materi berdasarkan LKS. Metode ceramah yang digunakan guru terkesan monoton, hal ini dikarenakan guru dlam menyampaikan materi kepada siswa terlalu terpaku pada buku, sehingga selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa tidak memperhatikan denga baik penejalasan materi oleh guru. Selain itu, guru juga tidak melibatkan siswa unutk berpendapat dan bertanya, guru hanya mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan menunjuk pada satu siswa saja untuk menjawabnya. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan bertanya tidak terlatih dengan baik, sehingga pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kemampuan mengemukakan pendapat siswa rendah antara 30-50%, siswa tidak berani mengemukakan pendapat baik itu bertanya, berpendapat, maupun menjawab pertanyaan dari siswa dan guru. Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran guru tidak memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa unutk berpendapat dan bertanya tentang materi yang sedang dipelajari, sehingga siswa menjadi pasif dan keterampilan
71
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran belum terlihat dengan baik. Pada akhir pembelajaran, guru dengan siswa tidak menyimpulkan materi dan tidak melakukan evaluasi. Guru hanya mengingatkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya dan guru mengucapkan salam. Setelah melakukan observasi awal, peneliti mewawancarai beberapa siswa untuk dimintai keterangan mengenai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selama ini. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn bersifat monoton. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan menyuruh siswa untuk mengerjakan tugas LKS dan juga menyuruh siswa untuk merangkum materi. Dengan penggunaan metode tersebut, siswa kurang merespon terhadap pemebelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sehingga siswa merasa jenuh. Melalui wawancara, siswa mengungkapkan keinginan mereka untuk belajar dengan menggunakan metode atau model pembelajaran yang dapat membuat mereka semangat mengikuti pembelajaran.
b. Refleksi dan Rencana Penerapan Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi awal, ditemukan beberapa permasalahan dalam pemelajaran, permasalahan tersebut muncul baik dari pihak guru maupun pihak siswa. Permasalahan yang muncul dari pihak guru menurut pandangan peneliti yaitu:(1) proses belajar mengajar yang masih bersifat monoton dan tidak menarik perhatian siswa, (2) proses belajar mengajar masih bersifat teacher centered, (3) kurangnya pemahaman guru terhadap metode mengajar yang berpusat pada siswa, (4) guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk
72
bertanya, dan (5) pada akhir pembelajaran guru tidak melakukan evaluasi dan tidak membuat kesimpulan. Adapun permasalahan yang muncul dari pihak siswa adalah rendahnya kemampuan mengemukakan pendapat siswa dam pelbelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga siswa bersifat pasif. Hal tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang tidak melibatkan siswa untuk mengemukakan pendapatnya atau untuk bertanya mengenai materi yang sedang dipelajari. Permasalahan atau kelemahan selama observasi awal, secara terperinci dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Guru kurang mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Guru tidak melakukan apersepsi di awal pembelajaran serta tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran saat ini. Apersepsi sangat penting dilakukan guru karena untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya yang kemudian dihubungkan dengan materi yang akan dibahas, sedangkan penyampaian kompetensi kepada siswa juga tidak kalah penting, agar siswa mengetahui apa saja sasaran pembelajaran yang hendak dicapai siswa setelah pembelajaran selesai. 3) Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), sehingga guru lebih dominan dan pembelajaran lebih terfokus kepada guru, bukan kepada siswa. 4) Guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
73
5) Penggunaan model dan media pembelajaran yang bersifat monoton, seihingga kurag memfasilitasi serta menggali kemampuan mengemukakan pendapat siswa. 6) Siswa kurang berani untuk mengemukakan pendapatnya, dengan kata lain tidak bersikap kritis-analitis selama proses pembeljaran berlangsung. 7) Di akhir pembelajaran, guru tidak melakukan evaluasi dan tidak membuat kesimpulan materi.
c. Rencana Tindakan Berdasarkan hasil observasi awal, dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi siswa kelas X.2 selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) ialah rendahnya kemampuan mengemukakan pendapat siswa serta kurangnya partisipasi siswa pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung. Untuk mengatasai masalah tersebut, maka peneliti mencari solusi dalam mengatasi kesulitan belajar di kelas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengemukkan pendapat siswa. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL). Peneliti yang bertindak sebagai guru akan menerapkan model pembelajaran berbasais masalah (PBL) selama proses pemebelajaran dengan membuat silabus, RPP serta memperbaiki Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
74
2. Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi orientasi awal pembelajaran, peneliti juga sebagai pelaksana melaksanakan tindakan siklus 1 yang meliputi rencana pembelajaran dengan melakukan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa melalui model PBL, dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar proses pembelajaran terarah serta jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Pengkondisian siswa pada awal pembelajaran, agar siswa memiliki kesiapan belajar 3. Melakukan apersepsi untuk mengingatkan siswa pada materi sebelumnya serta kaitannya dengan materi yang akan dibahas, kemudian menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran saat ini, agar siswa mengetahui apa saja sasaran/target yangn hendak dicapai setelah pembelajaran selesai. 4. Membentuk kelompok diskusi agar siswa dapat belajar bekerjasama dan bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya. 5. Selama pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, sehingga siswa menjadi
lebih
aktif
dalam
bertanya,
mengemukakan
pendapat
dan
menyanggah. Guru lebih bersifat demokratis, artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat maupunmenyanggah tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu.
75
6. Model dan media yang digunakan harus sesuai dengan materi yang akan dibahas serta dapat menstimulus siswa untuk mengemukakan pendapat. 7. Melaksanakan kegiatan akhir pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan evaluasi. Selanjutnya, guru akan menginformasikan kepada siswa mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, agar siswa dapat belajar sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada tindakan siklus pertama, peneliti sekaligus sebagai pelaksana membahas materi “Warga Negara” dengan sub materi pokok “Persamaan Kedudukan Warga Negara Di Berbagai Aspek Kehidupan”. Selanjutnya selama pembelajaran, peneliti sebagai pelaksana/guru dan yang menjadi observer adalah dua rekan mahasiswa yang tidak lain teman dari peneliti yakni Ferayanti dan Tanti yang mengamati kegiatan pembelajaran dalam kelas, meliputi: 1) Kegitan pembelajaran dalam diskusi kelompok 2) Kegiatan belajar siswa secara individu maupun di dalam kelompok 3) Kegiaran guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model PBL serta dalam mengarahkan siswa agar ikut terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari Senin 08 Maret 2010 pukul 09.15-11.15 WIB. Siswa yang mengikuti proses pembelajaran berjumlah 41 orang., artinya semua siswa hadir.
76
Tindakan siklus I ini meliputi: 1) Materi Materi yang akan dibahas pada siklus I adalah “Warga Negara” dengan sub materi pokok “Persamaan Kedudukan Warga Negara Di Berbagai Aspek Kehidupan”. 2) Model Model pembelajaran yang digunakan adalah model berbasis masalah (PBL) dengan ceramah bervariasi, diskusi kelompok dan diskusi panel/presentasi. 3) Media Media yang digunakan ialah lima artikel dari internet yang diantaranya: a) artikel I berjudul “Penggusuran Pasar Barito” dalam http://adinfopondokindah. blogspot.com artikel ini menarik untuk didiskusikan karena di dalamnya mengkaji kasus penggusuran pasar yang dikaitkan dengan salah satu pasal mengenai hak warga negara untuk mengembangkan usaha-usaha dalam bidang ekonomi. b) Artikel 2 berjudul “Tari Jaipong Dicekal” dalam http://www.wartakota.co.id, artikel ini dikaitkan dengan salah satu pasal mengenai hak warga negara untuk mengembangkan kebudayaan. c) Artikel 3 berjudul “Jombang Heboh Video Pemilu Curang” dalam http://pemilu.inilah.com, artikel ini dikaitkan dengan hak warga negara untuk memilih dalam pemilu. d) Artikel 4 “Keadilan Rasa Nano-Nano Nenek Minah, Pencuri Semangka, & Anggodo” dalam http://news.okezone.com, artikel ini dikaitkan dengan pasal
77
mengenai hak warga negara untuk memperoleh keadilan dan kedudukan yang sama di dalam hukum. e) Artikel 5 berjudul “Ahmadiyah Sesat atau Terlihat Sesat ” dalam http://independen69.wordpress.com, artikel ini dikaitkan dengan salah satu pasal mengenai hak warga negara untuk bebas beragama sesuai dengan keyakinannya. 4) Evaluasi Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok. Teknik penilaian individu adalah semua anggota kelompok dinilai aktivitasnya pada saat melakukan diskusi kelompok, sedangkan penilaian kelompok dilakukan berdasarkan pada kekompakan setiap kelompok dalam mengerjakan tugas. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar siswa kemudian mengecek presensi siswa dengan menyebutkan nama siswa satu persatu. Guru membuka pembelajaran dengan menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini. Guru melakukan apersepsi secara singkat. Pembelajaran pun berlangsung, peneliti sebagai pelaksana menjelaskan materi “Persamaan Kedudukan Warga Negara Di Berbagai Aspek Kehidupan” dengan menggunakan media Undang-Undang No.12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan. Pada saat pembelajaran, susana kelas belum kondusif karena banyak siswa yang mengobrol juga acuh tak acuh terhadap penjelasan guru di depan kelas. Sesekali peneliti sebagai pelaksana meminta siswa agar memperhatikan penjelasan guru dan meminta untuk tidak ribut.
78
Setelah selesai menjelaskan materi, peneliti sekaligus sebagai pelaksana mencoba mensosialisasikan model pembelajaran berbasaisis masalah PBL, kemudian membagi siswa ke dalam lima kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan oleh peneliti sekaligus sebagai pelaksana dengan cara berhitung dari nomor 1 sampai 5. Siswa yang nomor 1 berkumpul dengan nomor 1 lainnya membentuk kelompok, dan siswa yang nomor 2,3,4 dan 5 berkumpul membentuk kelompok dengan nomor yang sama. Ketika pembagian kelompok berlangsung, siswa tampak antusias. Hal itu dikarenakan pembelajaran kali ini berlangsung tidak seperti biasanya. Guru tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk membentuk kelompok sendiri, dikarenakan siswa akan memilih teman dekatnya, sehingga siswa tidak berbaur satu sama lain. Bahkan siswa yang pintar cenderung akan berkumpul dengan siswa yang pintar pula, dengan demikian dominasi segelintir siswa dalam kelompok akan semakin tampak. Selain itu membentuk kelompok dengan cara berhitung dirasa lebih adil dibandingkan dengan siswa membentuk kelompoknya sendiri. Guru meminta siswa agar mencatat nama-nama teman sekelompoknya, kemudian menyuruh siswa duduk secara berkelompok. Adapun kelompok yang terbentuk sebanyakk lima kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak delapan sampai sepuluh orang. Kelompok siswa tersebut yaitu:
79
Tabel 4.8 Nama dan Anggota Kelompok Pada Pelaksanaan Tindakan Pertama Kelompok 1 Linggawati K
Kelompok 2 Rani E
Kelompok 3 Jenni
Kelompok 4 Fatmawati
Sarah Ulfanisa Deti Agustin Novi Kusrini Andy R Annisa F Adri Pratama Aldista Rian
Rizka N Satrio P Selvy P Vina L Wina K Yanwar R Fadhilah N Shofura
Desrina Riana Rikma Faros Thia Vallery
Aisyah Arif Y Erva N M Wisnu Peni P Maria H Sukma D
Kelompok 5 Ega Nur Saidah Fadhli Fredica L Komala Dewi Lia Nur L Nungki P Richa N Susilawati Finna F
Setelah semua anggota kelompok duduk menurut kelompoknya masingmasing, kemudian guru membagikan artikel yang berisi kasus yang diambil dari internet untuk dibahas dengan menggunakan model PBL. Guru menuliskan langkah-langkah model PBL dan kemudian menjelaskannya satu persatu. Setelah selesai menjelaskan langkah-langkah model PBL, peneliti sebagai guru mengingatkan siswa agar aktif dan bekerja sama dalam diskusi kelompok, sehingga akan diperoleh pemecahan masalah yang relevan dan tepat. Setelah siswa memahami penjelasan yang telah disampaikan oleh guru, siswa diminta untuk berdiskusi dengan langkah-langkah model PBL sebagai berikut: Pertemuan 1: 1. Mengklarifikasi masalah dan konsep 2. Merumuskan masalah 3. Menganalisis masalah 4. Menata gagasan secara sistematis 5. Menentukan tujuan pembelajaran
80
Pertemuan 2 (di luar kelas): 6. Mencari informasi tambahan dari berbagai sumber 7. Mensintesis dan menguji informasi baru Pertemuan 3: 8. Presentasi dan diskusi Selanjutnya siswa pun berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Guru membagikan format diskusi pada tiap-tipa kelompok yang nantinya akan diisi oleh masing-masing kelompok. Tiap-tiap kelompok memiliki seorang ketua kelompok yang bertanggung jawab mengatur serta mengkoordinasikan anggota kelompoknya dengan baik. Ketika berdiskusi, setiap kelompok memiliki aktivitas yang beragam. Beberapa kelompok tampak serius mengikuti mendiskusikan bahan diskusi deengan sesama anggota kelompoknya, sementara kelompok lainnya ada yang sambil ngobrol, ada juga sebagian anggota kelompok tampak pasif mengikuti diskusi dan saling mengandalkan anggota kelompoknya. Selama satu jam pelajaran diskusi kelompok berlangsung, kemudian tiaptiap kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil diskusinya pada format diskusi. Selanjutnya, guru menginformasikan pada tiap-tiap kelompok agar mencari informasi tambahan dari berbagai sumber mengenai bahan diskusi, kemudian dibuat dalam bentuk makalah, tidak lupa guru menginformasikan kepada siswa untuk mempersiapkan presentasi pada pertemuan minggu depan. Proses
pembelajaran
mengucapkan salam.
pun
selesai,
guru
menutup
pembelajaran
dengan
81
Pertemuan kedua tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 15 Maret 2010, Pelaksanaan tindakan siklus I berlanjut. Pada pertemuan kali ini siswa akan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru membatasi kelompok yang akan presentasi karena alokasi waktu belajar tidak cukup. Kelompok yang terpilih untuk menyajikan hasil pekerjaan kelompoknya adalah kelompok 1. Kelompok 2, dan kelompok 3. Guru memulai pembelajaran dengan meminta siswa untuk memilih salah satu anggota kelompoknya sebagai perwakilan yang nanti maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru tidak lupa mengingatkan siswa agar mengumpulkan makalah terlebih dahulu sebelum presentasi dimulai. Perwakilan kelompok pun maju ke depan kelas. Ketika
perwakilan
kelompok
mempresentasikan
hasil
pekerjaan
kelompoknya di depan kelas, siswa atau anggota kelompok lainnya menjadi audience kurang menyimak dan memperhatikan presentasi tiap kelompok. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengobrol dan bersikap acuh terhadap temannya di depan yang sedang presentasi. Pada saat presentasi berlangsung, terjadi tanya jawab antara siswa sebagai perwakilan kelompok dengan siswa lain yang berbeda kelompok. Tanya jawab tersebut berlangsung belum efektif karena guru kurang mengarahkan, sehingga suasana kelas ribut, ada siswa yang asik mengobrol, ada pula siswa yang dengan serius mengikuti proses diskusi panel. Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa (audience) untuk bertanya. Seketika itu pula ada enam orang siswa yang mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan. Ketika ada beberapa pertanyaan atau pernyataan yang
82
diajukan siswa (audience) tidak dapat atau kurang dimengerti siswa yang sedang presentasi maka guru sebagai fasilitator membantu meluruskan pertanyaan agar dapat dimengerti oleh siswa yang presentasi juga dimengerti oleh semua siswa yang memperhatikan. Guru tidak meluruskan hal-hal yang tidak dimengerti pada semua pertanyaan atau pernyataan, tetapi hanya beberapa pertanyaan atau pernyataan. Diskusi panel berjalan kurang tertib. Pada saat diskusi panel, tidak semua siswa terlibat aktif berpartisipasi berupa mengajukan pertanyaan atau sanggahan. Hal ini dapat terlihat pada saat proses diskusi panel ada banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan dari siswa yang sedang mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Pada akhir pembelajaran, guru melakukan tidak melakukan evaluasi pembelajaran pada saat diskusi panel berlangsung, guru hanya membuat kesimpulan sendiri dan tidak melibatkan siswa atau kelompok mengenai pembahasan kasus yang telah diskusikan dengan menggunakan model PBL. Sebelum mengucapkan salam, guru menginformasikan menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan guru mengucapkan salam.
c. Observasi Dalam kegiatan observasi, yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah Ferayanti dan Tanti yang tidak lain rekan dari peneliti, yang mengamati cara mengajar peneliti yang sekaligus sebagai guru dan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok selama proses pengerjaan artikel yang berisi kasus yang diberikan dalam model PBL dengan menggunakan format obervasi yang telah
83
dibuat oleh peneliti sebelum penelitian berlangsung. Pengamatan ini sangat penting untuk melihat adakah peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui penerapan model PBL.
d. Refleksi Tahap refleksi dilakukan atas hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan terhadap jalannya proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan model PBL. Dalam tahap refleksi ini, hasil observasi, hasil evaluasi, dan hasil wawancara dikumpulkan kemudian dianalisis.
3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I a. Hasil Observasi Hasil observasi pada pembelajaran tindakan siklus I ini tampak mengalami sedikit perubahan. Perubahan itu terlihat dari cara guru mitra mengajar maupun respon siswa ketika mengikuti pembelajaran. Siswa sangat antusias ketika pembagian kelompok dan merespon kasus yang diberikan guru untuk didiskusikan. Perubahan dari guru dapat dilihat dari pembuatan RPP sebelum mengajar. Pembuatan RPP selain harus dilakukan agar pembelajaran terarah juga kali ini pembuatan RPP wajib dilakukan guru yang sekaligus sebagai peneliti karena sedang mengikuti Program Latihan Profesi. Sebelumnya guru mitra setiap kali mengajar jarang membuat RPP.
84
Pembentukan kelompok secara acak dengan cara berhitung dari nomor 1 sampai 5 belum pernah dilakukan pada pembelajaran sebelumnya, merupakan salah satu cara peneliti sekaligur bertindak sebagai guru untuk menarik perhatian siswa agar termotivasi untuk melakukan diskusi. Selain itu, penggunaan media serta bahan ajar yang menarik yaitu dengan mengkaji lima artikel dari internet yang diantaranya artikel I berjudul “Penggusuran Pasar Barito” dalam http://adinfopondokindah.blogspot.com artikel ini menarik untuk didiskusikan karena di dalamnya mengkaji kasus penggusuran pasar yang dikaitkan dengan salah satu pasal mengenai hak warga negara untuk mengembangkan usaha-usaha dalam bidang ekonomi. Artikel 2 berjudul “Tari Jaipong Dicekal” dalam http://www.wartakota.co.id, artikel ini dikaitkan dengan salah satu pasal mengenai hak warga negara untuk mengembangkan kebudayaan. Artikel 3 berjudul “Jombang Heboh Video Pemilu Curang”dalam http://pemilu.inilah.com, artikel ini dikaitkan dengan hak warga negara untuk memilih dalam pemilu. Artikel 4 “Keadilan Rasa Nano-Nano Nenek Minah, Pencuri Semangka, & Anggodo” dalam http://news.okezone.com, artikel ini dikaitkan dengan pasal mengenai hak warga negara untuk memperoleh keadilan dan kedudukan yang sama di dalam hukum. Artikel 5 berjudul “Ahmadiyah Sesat Atau Terlihat Sesat ” dalam http://independen69.wordpress.com, artikel ini dikaitkan dengan salah satu pasal mengenai hak warga negara untuk bebas beragama sesuai dengan keyakinannya. Melalui diskusi yang mengkaji artikel tersebut dapat melatih kemampuan siswa dalam menganalisis suatu masalah yang kemudian harus diberikan pemecahan
85
masalahnya. Selain itu, melalui kasus-kasus tersebut, siswa belajar untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri. Pada saat diskusi berlangsung, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dapat terlihat ketika ada beberapa anggota kelompok aktif bertanya kepada guru untuk meminta penjelasan dan pengarahan mengenai pembuatan makalah. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dapat juga dilihat ketika presentasi berlangsung. Begitu juga kemampuan siswa dalam menganalisis masalah sudah terlihat ktika diskusi kelompok. Hal itu dapat dilihat dari respon siswa yang beradu pendapat dengan sesama anggota kelompoknya serta dapat dilihat dari hasil kerja kelompok secara tertulis. Namun demikian, masih banyak siswa yang bersikap acuh tak acuh tidak memperdulikan tugas kelompoknya, hanya mengandalkan teman sesama anggota kelompoknya yang mereka anggap pintar untuk mengerjakan tugas kelompok. Akan tetapi, hal tersebut merupakan perubahan menuju pada kemajuan atau peningkatan yang cukup berarti dibandingkan pada saat peneliti melakukan observasi awal penelitian. Meskipun
sudah
mengalami
beberapa
perubahan
dan
telah
memperlihatkan peningkatan dalam proses pembelajaran, tetapi siklus I ini belum dapat dikatakan berhasil, karena peneliti masih banyak menemukan kekurangankekurangan dalam pembelajaran di kelas. Misalnya pada pra pembelajaran, peneliti sebagai guru melakukan apersepsi dengan singkat. Seharusnya, apersepsi dilakukan untu mengulas materi yang lalu dan menghubungkannya dengan materi yang akan diajarkan. Peneliti sebagai guru juga tidak mengecek kesiapan siswa
86
dan kebersihan siswa terlebih dahulu. Hal itu diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Fokus observasi trhadap siswa pada tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan Siklus I dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa Alam Kelompok
No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa Dalam Kelompok Kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan model PBL Kemampuan mengembangkan permasalahan yang diberikan guru Mampu merumuskan masalah Mampu menganalisis masalah Mampu merumuskan hipotesis/jawaban sementara Mampu mengumpulkan data dari sumber lain sebagai bahan Mampu menggabungkan sumbersumber yang relevan Mampu mencari alternative pemecahan dari setiap permasalahan Mampu membuat kesimpulan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa Secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bekerja sama dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok Menyimak, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru Mampu mengajukan pertanyaan dan tidak menyimpang dari topik Mampu menjawab pertanyaan Mampu memberikan argumentasi berupa sanggahan/komentar/kritikan
Kriteria Penilaian Ya Tidak F (%) F (%)
Total F (%)
7 (17)
34 (82)
41 (100)
17 (41) 17 (41) 12 (29)
24 (58) 24 (58) 39 (95)
41 (100) 41 (100) 41 (100)
7 (17)
34 (83)
41 (100)
7 (17)
34 (83)
41 (100)
7 (17)
34 (83)
41 (100)
12 (29)
29 (71)
41 (100)
16 (39)
25 (61)
41 (100)
10 (24)
31 (76)
41 (100)
20 (49)
21 (51)
41 (100)
6 (19)
35 (84)
41 (100)
7 (17) 5 (12)
34 (82) 36 (87)
41 (100) 41 (100)
87
7. 8. 9.
Mampu menggunakan bahasa yang baik Mampu menerima adanya perbedaan pendapat Membaca dan menelaah buku, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau mendapatkan informasi pendukung
15 (36)
26 (63)
41 (100)
12 (29)
29 (71)
41 (100)
6 (15)
35 (85)
41 (100)
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan fokus observasi terhadap siswa yang peneliti lakukan sebanyak 17 indikator dan yang telah menunjukkan hasil yang cukup baik baru tiga indikator saja, sedangkan yang lainnya yakni sebanyak 14 indikator belum menunjukkan hasil peningkatan seperti yang diharapkan. Indikator yang telah menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu jumlah siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran sebanyak 16 (39%), jumlah siswa yang sudah mampu menyimak, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru sebanyak 20 (49%), serta jumlah siswa yang mampu menyimak dan menanggapi pendapat orang lain sebanyak 15 (36%). Dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, model PBL diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengklarifikasi konsep dan istilah yang belum jelas, dengan membaca dan menganalisis isi kasus,siswa sudah dapat memahami dan mengerti beberapa istilah yang ada pada artikel sehingga guru hanya mengarahkan. 2. Merumuskan masalah, dengan membaca dan menganalisis isi kasus,siswa sudah dapat merumuskan masalah diantaranya: a. Kelompok 1: Bagaimana sikap pedagang pasar barito menghadapi penggusuran?
88
Bagaimana tindakan yang dilakukan pemerintah setempat setelah dilakukannya penggusuran tersebut? Apa dampak yang dirasakan para pedagang pasar barito dengan adanya penggusuran pasar? b. Kelompok 2: Bagaimana sikap gubernur menghadapi masalah isu pencekalan tari jaipong? Apa yang melatar belakangi pencekalan terhadap kesenian tari jaipong? Bagaimana upaya/tindakan yang dilakukan Gubernur Jawa Barat terhadap masalah tersebut? c. Kelompok 3: Apa latar belakang terjadinya kecurangan dalam pemilihan umum? Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap terjadinya kecurangan tersebut? d. Kelompok 4: faktor apa sajakah yang mempengaruhi lemahnya hukum di Indonesia? Bagaimana solusi untuk mengatasi ketidak adilan hukum di Indonesia? e. Kelompok 5: Bagaimana tanggapan MUI terhadap aliran ahmadiyah? Bagaimana cara masyarakat menanggapi aliran ahmadiyah sebagai aliran sesat? Apa upaya pemerintah dalam mengantisipasi aliran ahmadiyah agar tidak meresahkan masyarakat?
89
3. Menganalisis masalah:masalah yang telah dirumuskan, kemudian dianalisis kembali untuk mencari penyebabnya. Adapun pendapat siswa mengenai penyebab masala yang telah dirumuskan: a. Kelompok 1:sikap yang ditunjukkan para pedagang barito mau tidak mau harus menerima penggusuran yang dilakukan pemerintah DKI Jakarta, tindakan yang dilakukan pemerintah setelah penggusuran yaitu diadakan relokasi/penyediaan tempat baru untuk para pedangan barito, dampak bagi para pedagang setelah penggusuran yaitu para pedangan pasar barito tidak merasa nyaman dipindahkan/direlokasikan ke tempat baru b. Kelompok 2:Gubernur Jawa Barat mengaku tidak pernah mencekal seni tari jaipong sebagai tari yang berdampak negative bagi masyarakat akan tetapi Gubernur menghimbau bahwa agar mengurangi 3G (goyang, geol, giteuk) bagi para penari jaipong, latar belakang pencekalan tersebut dikarenakan tari jaipong dapat mengundang hal-hal negative bagi masayarakat dengan goyangannya, Gubernur mengupayakan agar seni tari jaipong tidak untuk dicekal tetapi untuk dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan c. Kelompok 3:latar belakang kecurangan dapat terjadi karena orang yang mencalonkan ingin menang, untuk mengatasi kecurangan tersebut pemerintah berupaya agar BAWASLU dan panitia bersikap jujur dan terbuka demi kelancaran pemilu d. Kelompok 4:faktor yang mempengaruhi lemahnya hukum yaitu kekuasaan dan materi kekayaan, untuk mengatasi hal tersebut perlunya tindakan tegas dari pemerintah serta aparat penegak hukum agar tidak mudah disuap atau
90
membalikan fakta sehingga yang salah ataupun yang benar dapat dengan mudah di ketahui. e. Kelompok 5:MUI memberikan pernyaan bahwa aliran ahmadiyah adalah aliran yang sesat, sehingga masyarakat resah dan takut terhadap keberadaan aliran ahmadiyah, agar aliran ahmadiyah tidak meluas pemerintah bertindak langsung terhadap pimpinan aliran tersebut dan menahannya beserta para pengikut aliran ahmadiyah lainnya. 4. Menata gagasan dan menganalisisnya:siswa setelah menganalisis masalah kemudian memikirkan keterkaitan hubungan analisisnya dengan masalah yang ada. 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran:siswa dengan kelompok sudah dapat merumuskan tujuan pembelajarankarena tujuan pembelajaran berkaitan dengan analisis masalah. 6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain:siswa melalui diskusi dengan anggota kelompok sudah dapat membagi tugas untuk mencari laternatif sumber informasi sebagai bahan yang dapat mendukung untuk memecahkan masalah 7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan:pada
tahap
siswa
dengan
anggota
kelompok
sudah
dapat
menggabungkan data-data yang dikumpulkan. Hal ini terlihat pada pembuatan makalah. Meskipun dalam pembuatan makalah masih banyak kekurangan diantaranya belum bisa memilih data yang lebih relevan yang dapat
91
mendukung pemecahan masalah, cara pengetikan, dan sistematika makalah yang masih acak-acakan.
b. Hasil Refleksi Berdasarkan hasil observasi tindakan I, peneliti menemukan beberapa kekurangan yang berkaitan dengan penerapan model PBL untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa, antara lain: 1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat peneliti baik RPP maupun skenario pembelajaran sudah baik, akan tetapi dalam pelaksanaanya guru tidak dapat mengembangkan pembelajaran dengan sendirinya, sehingga guru masih terlihat kaku selama pembelajaran berlangsung. Hal itu dikarenakan guru belum terbiasa mengajar dan masih belajar. 2. Pada pra pembelajaran, guru tidak mengkondisikan siswa terlebih dahulu sehingga siswa seperti belum siap ketika pembelajaran berlangsung. 3. Pada awal pembelajaran guru tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran serta tidak melakukan penguatan (reinforcement) di awal pembelajaran. 4. Selama pembelajaran berlangsung guru belum mampu membangun suasana yang demokratis, yaitu guru tidak memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat juga perhatian guru tidak menyeluruh ke semua siswa. 5. Guru kurang memantau dan memonitoring setiap kelompok ketika diskusi. Guru hanya mendekati beberapa siswa yang aktif bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
92
6. Siswa belum memahami langkah-langkah model PBL dengan baik, sehingga hasil pekerjaan siswa belum tersusun secara sistematis. 7. Kelompok belajar siswa belum bisa bekerja sama dengan baik,, hal tersebut tampak dari sikap beberapa siswa yang bersikap individual serta saling mengandalkan teman. 8. Pada akhir pembelajaran, guru tidak memberikan kesimpulan serta ridak memberikan evaluasi baik di awal, di tengan, ataupun di akhir pembelajaran.
c. Persepsi Guru Dan Siswa Penerapan model PBL dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memberikan kesan tersendiri bagi guru dan siswa. Khususnya siswa yang ikut terlibat dan berpastisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. 1) Persepsi Guru Kelebihan: a. Melalui penerapan model PBL, dapam memacu siswa untuk memecahkan suatu permasalahan b. Dengan langkah-langkah model PBL dapat melatih siswa dalam menganalisis suatu permasalahan dan dicari solusi/penyelesaiannya. c. Melatih siswa untuk berinterkasi, bertukar pikiran sesame teman serta aktif berpartisipasi dalam pembelajaran d. Melalui model PBL dapat melatih siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan pendapat
93
Kelemahan: a. Guru merasa bahwa langkah-langkah model PBL ini terlalu sulit b. Guru pun melihat siswa merasa kesulitan dalam memahami langkahlangkah model PBL, sehingga hasil pekerjaan siswa belum memuaskan c. Semua siswa belum berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya, artinya masih saling mengandalakan temannya. 2) Pengalaman Siswa Kelebihan: a. Penerapan model PBL dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat
meningkatkan
kemampuan
mengemukakan
pendapat
siswa,meskipun hanya untuk sebagain saja. Bagi mereka pembelajaran dengan menggunakan model PBL terasa lebih menyenangkan dan suasana belajar terasa santai. b. Melalui model PBL, siswa dapat mengetahui dan memahami kasus-kasus yang muncul dalam kehidupan masyarakat serta melatih siswa untuk berpikir kritis dalam mencari solusi/pemecahan masalah dari kasus-kasus tersebut. Kelemahan: a. Siswa belum memahami langkah-langkah model PBL sehingga dalam mengerjakan tugas tidak sistematis b. Terdapat siswa ynag saling mengandalkan temannya untuk mengerjakan tugas kelompok, sehingga terlihat jelas siswa yang acuh tak acuh dengan siswa yang aktif dengan pekerjaan kelompoknya.
94
d. Temuan Penelitian Untuk Perbaikan Siklus Berikutnya (Siklus II) Berdasarkan hasil temuan dan refleksi pada tindakan siklus I maka perlu dilakukan perbaikan terhadap kekurangan dalam penerapan model PBL, agar pelaksanaan berikutnya lebih baik lagi. Perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru akan berusaha untuk mendekatkan diri dengan siswa sehingga pembelajaran tidak berlangsung kaku serta dapat mengembangkan pembelajarannya sendiri. 2) Pada pra pembelajaran, guru akan melakukan pengkondisian siswa terlebih dahulu, sehingga ketika pembelajaran di mulai, semua siswa sudah siap untuk belajar. 3) Pada awal pembelajaran, guru akan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
siswa
dan
melakukan
penguatan
(reinforcement)
di
awal
pembelajaran. 4) Selama pembelajaran berlangsung, guru akan berusaha membangun suasana yang demokratis, memberikan perhatian secara menyeluruh tidak hanya pada siswa yang aktif saja dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. 5) Ketika diskusi kelompok, guru akan memantau dan memonitoring siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas kelompoknya serta pada saat presentasi siswa bersama teman kelompoknya saling membantu dalam memberikan pertanyaan, tanggapan, sanggahan maupun mempertahankan pendapat kelompoknya.
95
6) Guru akan memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya mengenai langkahlangkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan model PBL, sehingga siswa memahami serta dapat menerapkan model PBL dengan sebaik-baiknnya. 7) Pada akhir pembelajaran, guru akan memberikan kesimpulan dengan melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan serta memberikan evaluasi baik di awal, ditengah, maupun diakhir pembelajaran.
4. Penelitian Siklus II a. Perencanaan Perencanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan tindakan sebelumnya. Peneliti dan guru akan membahas materi “Warga Negara” dengan sub materi pokok “Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Suku, Agama, Ras, golongan dan gender”. Adapun persiapan untuk melaksanakan siklus II sebagai berikut: 1) Mempersiapkan RPP yang akan digunakan 2) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBL melalui teknik diskusi 3) Guru akan memfokuskan pada perannya sebagai fasilitator yaitu mengarahkan dalam diskusi juga saat presentasi termasuk mengarahkan siswa dalam menghadapi pertanyaan yang diajukan. 4) Guru akan berusaha membangun suasana belajar yang demokratis 5) Guru akan memotivasi siswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi kasus, pertanyaan, pendapat yang diajukan temannya serta aktif berpartisipasi selama pembelajaran berlangsung. 6) Guru akan lebih memonitoring siswa dalam kelompok secara ketat.
96
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari Senin, 22 Maret 2010. Siswa yang mengikuti proses pembelajaran berjumlah 40 orang dari 41 orang, artinya 1 orang tidak hadir tanpa keterangan. Tahap pelaksanaan ini merupakan kegiatan utama penelitian yaitu dengan menerapkan rencana-rencana yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan siklus II ini meliputi: 1) Materi Materi yang akan dibahas pada siklus II adalah “Warga Negara” dengan sub materi pokok “Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Suku, Agama, Ras, golongan dan gender”. 2) Model Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan ceramah bervariasi dan diskusi kelompok serta diskusi panel dilakukan pada saat presentasi. Masing-masing perwakilan kelompok maju berbicara ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok. Pada diskusi panel, anggota kelompok yang lain ikut membantu menjawab atau memberikan tanggapan. 3) Media Media yang digunakan ialah artikel yang dari internet diantaranya “Cerita Perempuan Yang Ingin Jadi Kades (http://www.langitperempuan.com/2008/05/ cerita-perempuan-yang/)”, “suku anak dalam yang kini tak lagi terasingkan (http://www.indosiar.com)”, “diskriminasi agama (http://www.rsyaifoel.multiply.
97
com)”,
“Parti
Gagal
Menjadi
Parpol
Bertekad
Terus
Berjuang
(http://indonesia.faithfreedom.org)”, dan “Aktivis Bukhtar Tabuni dan Paradigma Separatisme (http://www.politik.lipi.go.id)”. 4) Evaluasi Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok. Teknik penilaian individu adalah semua anggota kelompok dinilai pada saat melakukan diskusi dan presentasi terutama pada saat memberikan pendapat berupa tanggapan/komentar yaitu menjawab pertanyaan, menyanggah, mengomentari pernyataaan yang diajukan kelompok lain. Sedangkan penilaian kelompok dilakukan pada saat kelompok menyajikan hasik pekerjaan kelompok dan penilaian dilakukan pada pembuatan makalah kelompok. Pada pelaksanaan siklus II, sebelum pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu mengucapkan salam, mengecek kebersihan kelas. Pada pertemuan kali ini, keadaan kelas jauh lebih nyaman dan bersih dibandingkan pada saat pembelajaran sebelumnya. Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan mengingatkan siswa agar tidak rebut ketika pembelajaran berlangsung. Kemudian guru mengecek presensi siswa. Guru mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi tentang materi sebelumnya yaitu “Persamaan Kedudukan Warga Negara di berbagai aspek keidupan”. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan diajarkan serta tidak lupa menyampaikan kompetensi yang akan dicapai siswa pada pembelajaran kali ini. Memasuki kegiatan inti, guru menjelaskan tentang materi “Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Suku, Agama, Ras, golongan dan
98
gender” yang dihubungkan dengan pasal-pasal dalam UUD 1945. Setelah itu, guru mmenginstruksikan kepada siswa agar duduk secara berkelompok. Kemudian guru membagikan artikel kepada masing-masing kelompok agar didiskusikan. Guru kembali menuliskan langkah-langkah model PBL dan menjelaskan sekedar mengingatkan kembali mengenai langkah-langkah model PBL satu per satu. Pada saat guru menjelaskan materi dan langkah-langkah pembelajaran, suasana kelas hening dan semua siswa memperhatikan guru. Kemudian guru menyuruh siswa agar aktif dalam diskusi kelompok. Guru memantau masing-masing kelompok dan memotivasi siswa agar turut serta bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok. Pada pembelajaran kali ini, sebagian siswa ikut mengerjakan tugas kelompok karena guru memantau berlangsungnya diskusi kelompok.
Selama empat puluh lima menit diskusi
berlangsung, semua kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil catatan pekerjaan kelompknya. Proses pembelajaran pun berakhir. Selanjutnya guru menginformasikan kepada siswa untuk mencari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah, membuat makalah dan mempersiapkan kelompoknya untuk presentasi pada pertemuan berikutnya. Guru menutup pelajaran dengan megucapkan salam. Pada pertemuan kedua Senin, 29 Maret 2010 pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan kegiatan diskusi panel/presentasi. Pada kegiatan presentasi ini, tidak semua kelompok menyajikan hasil pekerjaannya dikarenakan waktu tidak mencukupi. Kelompok yang maju ke depan hanya kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok yang tidak presentasi ke depan di minta guru agar aktif bertanya dan
99
mengemukakan pendapatnya. Sebelum diskusi panel dimulai guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil pekerjaan kelompoknya berupa makalah. Guru menginstruksikan untuk memulai diskusi panel dan meminta perwakilan kelompok 1 dan kelompok 2 maju ke depan kelas untuk presentasi. Masingmasing perwakilan kelompok tersebut antara lain:sarah dan anisa (kelompok 1), wina dan vina (kelompok 2). Ketika tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, siswa atau anggota kelompok lain yang menjadi audience menyimak dengan seksama presentasi setiap kelompok. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, kemudian guru memberikan
kesempatan
pada
siswa
(audience)
untuk
bertanya
dan
mengemukakan pendapatnya terhadap kelompok presentasi yang tampil. Seketika itu pula, terdapat delapan orang siswa yang mmengangkat tangan untuk bertanya, antara lain Sukma, Adri, faros, valery, linggawati, fadilah, arif dan Rian. Masingmasing mengajukan pertanyaan pada kelompok yang berbeda. Pada saat beberapa siswa mengajukann pertanyaan, guru memberikan kebebasan kepada masing-masing perwakilan kelompoknya untuk mendiskusikan dengan anggota anggota kelompoknya yang lain agar memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditujukkan. Akan tetapi ada juga beberapa anggota kelompok yang diam saja/pasif. Setelah semua pertanyaan ditampung, guru mempersilahkan
perwakilan
pertanyaan-pertanyaan
yang
masing-masing
kelompok
untuk
menjawab
diajukan
audience.
Ketika
presentasi
oleh
berlangsung, siswa yang aktif maupun yang pasif dapat terlihat jelas. Guru meniai
100
dan mencatat siswa yang aktif bertanya, menjawab, menjanggah ataupun menambahkan. Setelah satu jam dua puluh menit diskusi pun berlangsung. Pada kegiatan akhir, setelah semua pertanyaan yang diajukan terjawab, guru menutup diskusi dengan memberikan reward berupa tepuk tangan atas penampilan setiap kelompok. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, serta mengintruksikan siswa untuk melakukan persiapan sebelum pembelajaran dimulai. Setelah itu guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model PBL yang menggunakan pedoman observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Pengamatan ini sangat penting untuk melihat adakah perubahan yang terjadi dalam pembelajaran dengan model PBL.
d. Refleksi Sebagaimana pelaksanaan siklus I, pada siklus II ini pun dilakukan refleksi atau hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan terhadap jalannya pembelajaran dengan menerapkan model PBL. Dalam tahap refleksi ini, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisi, selain itu dianalisis pula hasil evaluasi siswa dan wawancara.
101
5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan Penelitian a. Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi pada saat penerapan model PBL dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan tindakan siklus II ketika pembelajaran berlangsung,
peneliti
menemukan
bahwa
kemampuan
siswa
dalam
mengemukakan pendapat pada siklus II ini sudah mulai tumbuh dan terdapat kemajuan dibandingkan pada saat tindakan siklus I. hal ini dapat dilihat dari banyaknya yang mengajukan pendapat ataupun pertanyaan, kemudian dapat dilihat dari keterlibatan/partisipasi aktif mereka dalam diskusi kelompok maupun diskusi panel, serta antusiasme mereka dalam mengajukan pertanyaan, pendapat maupun sanggahan. Meskipun masih terdapat siswa yang masih pasif serta masih ada siswa yang bersikap acuh terhadap jalannya diksusi panel. Fokus penelitian terhadap siswa pada tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan Siklus II dengan Fokus Penelitian Terhadap Siswa dalam Kelompok
No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa Dalam Kelompok Kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan model PBL Kemampuan mengembangkan permasalahan yang diberikan guru Mampu merumuskan masalah Mampu menganalisis masalah Mampu merumuskan hipotesis/jawaban sementara Mampu mengumpulkan data dari sumber lain sebagai bahan Mampu menggabungkan sumbersumber yang relevan
Kriteria Penilaian Ya Tidak F (%) F (%)
Total F (%)
14 (34)
24 (58)
41 (100)
18 (43) 18 (43) 12 (29)
23 (56) 23 (56) 29 (70)
41 (100) 41 (100) 41 (100)
8 (19)
33 (80)
41 (100)
8 (19)
33 (80)
41 (100)
102
7.
8. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Mampu mencari alternatif pemecahan dari setiap permasalahan Mampu membuat kesimpulan Kemampuan mengemukakan pendapat siswa Secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bekerja sama dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok Menyimak, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru Mampu mengajukan pertanyaan dan tidak menyimpang dari topik Mampu menjawab pertanyaan Mampu memberikan argumentasi berupa sanggahan/komentar/kritikan Mampu menggunakan bahasa yang baik Mampu menerima adanya perbedaan pendapat Membaca dan menelaah buku, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau mendapatkan informasi pendukung
10 (24)
31 (75)
41 (100)
12 (29)
29 (70)
41 (100)
18 (44)
23 (56)
41 (100)
15 (36)
26 (63)
41 (100)
25 (61)
16 (39)
41 (100)
8 (19)
33 (80)
41 (100)
8 (19) 8 (19)
33 (80) 33 (80)
41 (100) 41 (100)
20 (48)
21 (51)
41 (100)
20 (48)
21 (51)
41 (100)
8 (19)
33 (80)
41 (100)
Adapun perbandingan hasil observasi siswa pada tindakan siklus II dengan sikus I dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Perbandingan hasil observasi siklus I dan siklus II dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa
No
A.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa Dalam Kelompok Kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan model PBL
Kriteria Penilaian Siklus I Ya F (%)
Tidak F (%)
Kriteria Penilaian Siklus II Ya Tidak F (%) F (%)
Total F (%)
103
1.
2.
Kemampuan mengembangkan permasalahan yang diberikan guru Mampu merumuskan masalah
3.
Mampu menganalisis masalah
4.
Mampu merumuskan hipotesis/jawaban sementara Mampu mengumpulkan data dari sumber lain sebagai bahan Mampu menggabungkan sumber-sumber yang relevan Mampu mencari alternative pemecahan dari setiap permasalahan Mampu membuat kesimpulan
5. 6. 7.
8. B. 1. 2.
3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
Kemampuan mengemukakan pendapat siswa Secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bekerja sama dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok Menyimak, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru Mampu mengajukan pertanyaan dan tidak menyimpang dari topik Mampu menjawab pertanyaan Mampu memberikan argumentasi berupa sanggahan/komentar/kritikan Mampu menggunakan bahasa yang baik Mampu menerima adanya perbedaan pendapat Membaca dan menelaah buku, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau mendapatkan informasi pendukung
7 (17)
34 (82)
14 (34)
24 (58)
41 (100)
17 (41) 17 (41) 12 (29) 7 (17)
24 (58)
23 (56)
34 (83)
18 (43) 18 (43) 12 (29) 8 (19)
33 (80)
7 (17)
34 (83)
8 (19)
33 (80)
7 (17)
34 (83)
10 (24)
31 (75)
41 (100) 41 (100) 41 (100) 41 (100) 41 (100) 41 (100)
12 (29)
29 (71)
12 (29)
29 (70)
41 (100)
16 (39) 10 (24)
25 (61)
18 (44) 15 (36)
23 (56)
41 (100) 41 (100)
20 (49)
21 (51)
25 (61)
16 (39)
41 (100)
6 (19)
35 (84)
8 (19)
33 (80)
41 (100)
7 (17)
34 (82)
8 (19)
33 (80)
5 (12)
36 (87)
8 (19)
33 (80)
41 (100) 41 (100)
15 (36) 12 (29) 6 (15)
26 (63)
20 (48) 20 (48) 8 (19)
21 (51)
24 (58) 39 (95)
31 (76)
29 (71) 35 (85)
23 (56) 29 (70)
26 (63)
21 (51) 33 (80)
41 (100) 41 (100) 41 (100)
104
Adanya peningkatan pada beberapa indikator di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada tindakan siklus II ini sudah mulai meningkat. Hal itu dapat dilihat dari keterlibatan/partisipasi siswa dalam bertanya, berpendapat maupun menyanggah selama diksusi panel berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, model PBL diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengklarifikasi konsep dan istilah yang belum jelas, dengan membaca dan menganalisis isi kasus,siswa sudah dapat memahami dan mengerti beberapa istilah yang ada pada artikel sehingga guru hanya mengarahkan. 2. Merumuskan masalah, dengan membaca dan menganalisis isi kasus,siswa sudah dapat merumuskan masalah diantaranya: a. Kelompok 1: bagaimana pola kehidupan suku anak dalam?, bagaimana upaya dari masayarakat dan pemerintah untuk memberdayakan suku anak agar membuka diri dan berinterkasi dengan dunia luar? b. Kelompok 2: apa yang melatarbelakangi kolom penganut kepercayaan tidak tercantum di dalam KTP? c. Kelompok 3: mengapa golongan tionghoa merasa mengalami perlakuan diskriminasi? d. Kelompok 4: mengapa orang asli papua mengalami diskriminasi?, bagaimana tanggapan dari aktifitas HAM nasional maupun internasional terhadap kasus tersebut? e. Kelompok 5: apa yang menjadi masalah sehingga seorang perempuan dalam artikel ini tidak lolos menjadi kepala desa?
105
3. Menganalisis masalah: masalah yang telah dirumuskan, kemudian dianalisis kembali untuk mencari penyebabnya. Adapun pendapat siswa mengenai penyebab masala yang telah dirumuskan: a. Kelompok 1: pola kehidupan suku anak dalam diantaranya laki-laki dan perempuan hanya mengenakan cawat dari kain, untuk bertahan hidup mereka menggantungkan hidup dari hutan, rumah mereka tinggan disebut sudung hanya terdiri dari atar rumbia dengan lantai anak kayu. Pemerintah dan msyarakat yang pedili terhadap suku anak dalam mengupayakan agar cara hidup suku anak dalam seperti manusia biasa. Salah satu upayanya adalah suku anak dalam diberikan pengertian bahwa agama mengajarkan agar manusia menutup aurat, mereka juga diberi pengertian bahwa pakaian melindungi tubuh dari cuaca maupun hewan dan tumbuhan, masih banyak upaya lain. b. Kelompok 2: Negara Indonesia secara formal hanya mengakui lima Negara yang dicantumkan pada kolom di KTP yaitu islam, Kristen katholik, Kristen protestan, budha dan hindu. Tetapi Negara pun mengakui liranaliran kepercayaan lain selagi itu tidak bertentangan dengan norma kehidupan. c. Kelompok 3: karena Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan judicial review Lieus terhadap sejumlah pasal dalam UU Parpol Nomor 31 Tahun 2002 dan para wakil rakyat secara aklamasi menyetujui Rancangan Undang-undang Partai Politik menjadi undang-undang pengganti UU Nomor 31 Tahun 2002 yag salah satunya adalah Pasal 2 ayat (3) huruf b.
106
Dalam UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, pasal itu menyaratkan pendirian partai politik harus memiliki pengurus sekurangkurangnya 50 persen dari jumlah provinsi dan 50 persen dari jumlah kota/kabupaten yang ada di provinsi. Di undang-undang yang baru, syarat jumlah pengurus dinaikkan menjadi 60 persen dari jumlah provinsi. d. Kelompok 4: banyak permasalahan diskriminasi rasial antara lain hal perlakuan status derajat, etnis papua yang diperlakukan sebagai yang terbelakang, selain itu adanya kelopmok etnis papua yang diperlakukan sebagai orang takberderajat, mereka sering dikucilkan. e. Kelompok 5: perempuan mencalonkan diri dalam pemilihan kepala desa di salah satu desa di Kabupaten Siantar Propinsi Sumatera Utara. Alasannya klise, yaitu karena perempuan tidak dapat menjadi pemimpin. Juga ada seorang perempuan yang lahir dan besar di Jawa Timur dan seorang Muslim dan bekerja sebagai guru. Dari kasus tersebut persoalan yang dihadapi hampir sama, yaitu bagaimana sulitnya perempuan merebut kepemimpinan dan duduk di ranah publik atas dasar motif yang berbedabeda. 4. Menata gagasan dan menganalisisnya: siswa setelah menganalisis masalah kemudian memikirkan keterkaitan hubungan analisisnya dengan masalah yang ada. Pada langkah ini siswa sudah dpat menata gagasannya meskipun dalam menganalisisnya masih dengan sederhana. 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran: siswa dengan kelompok sudah dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran berkaitan dengan analisis masalah.
107
6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain:siswa melalui diskusi dengan anggota kelompok sudah dapat membagi tugas untuk mencari alternatif sumber informasi sebagai bahan yang dapat mendukung untuk memecahkan masalah. Ketua dari tiap-tiap kelompok sudah dapat bersikap tegas agar anggota kelompokny ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok. 7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan: pada tahap ini, siswa dalam kelompok belum dapat menggabungkan data-data yang dikumpulkan. Hal ini terlihat pada pembuatan makalah. Meskipun dalam pembuatan makalah masih banyak kekurangan diantaranya belum bisa memilih data yang lebih relevan yang dapat mendukung pemecahan masalah, cara pengetikan, dan sistematika makalah yang masih acak-acakan. Peran guru sebagai fasilitator sudah dijalankan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari sikap guru yang dapat membangun suasana kelas yang demokratis, yaitu ketika proses diskusi kelompok guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak dimengerti serta berpartisipasi aktif dalam diskusi. Kemudian ketika presentasi, guru mengarahkan langkah-langkah dalam diskusi panel sehingga presentasi dapat berjalan secara sistematis. Guru juga mencona meluruskan dengan memberikan klarifikasi dan penjelasan terhadap komentar siswa yang kurang tepat dan mulai menyimpang dari topik diskusi. Guru sesekali memberikan pengetahuan yang relevan bagi siswa serta menghubungkannya dalam kehidupan nyata.
108
Selain itu, guru pun sudah memonitoring pembelajaran. Meskipun belum secara menyeluruh, guru hanya memantau siswa yang terlibat dalam diskusi saja sedangkan siswa lainnya yang masih pasif tidak diperhatikan. Disisi lain, guru sudah dapat mengapresiasi siswa dengan memberikan reward, baik berupa katakata pujian, gerak tubuh seperti tepuk tangan maupun berupa nilai bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran. Di samping itu, kerja sama sebagian kelompok belum tampak selama diskusi panel berlangsung, hal ini terlihat dari anggotaanggota kelompoknya tidak berusaha saling membantu atau masih bersikap acuh. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra terlihat memberikan penilaian, hal ini dapat diperoleh dari lembaran kertas yang selalu dibawa oleh guru dalam memantau proses pembelajaran, salah satunya dengan mencatat siswa yang aktif.
b. Hasil Refleksi Berdasarkan hasil observasi di lapangan pada tindakan silklus II, peneliti masih menemukan beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan guru berkaitan dengan kekurangan dalam proses pembelajaran. Kekurangan pada tindakan siklus II antara lain: 1) Guru hanya memantau siswa yang terlibat aktif dalam diskusi saja sedangkan siswa lainnya yang pasif tidak diperhatikan 2) Guru tidak membatasi dominasi siswa. Hal tersebut dapat terlihat dari siswasiswa tertentu saja yang berpendapat atau bertanya, sedangkan siswa lainnya hanya diam mendengarkan pendapat atau pertanyaan temannya.
109
3) Tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya secara sistematis berdasarkan langkah-langkah model PBL. 4) Siswa sudah mulai berpartisipasi aktif dengan berani mengemukakan pendapatnya, meskipun sebagian dari pendapat mereka masih berupa pernyataan sederhana dan kurang sistematis. Selain itu mereka juga belum bisa mempertahankan pendapatnya serta belum bisa menerima pendapat orang lain. 5) Guru beserta siswa tidak menyimpulkan hasil diskusi.
c. Persepsi Guru Dan Siswa 1) Persepsi Guru Kelebihan: a. Penerapan model PBL dapat melatih kemampuan mengemukakan pendapat siswa juga menumbuhkan kepekaan siswa dalam menanggapi suatu permasalahan yang terjadi. Selain itu, dapat pula melatih siswa dalam belajar mandiri dan dapat mengembangkan rasa percaya diri (self confidence) di kalangan siswa, terutama dalam mengajukan pendapat ataupun pertanyaan. b. Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, karena disertai upaya menghubungkan materi yang bersifat teoritis dengan realita kehidupan yang nyata. c. Dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa juga keterampilan pembelajaran.
berpartisipasi
aktif
siswa
di
kelas
selama
proses
110
Kelemahan: a. Penerapan model PBL tidak akan berhasil apabila guru kurang kreatif. Selain itu, siswa yang tidak membaca pun dapat menghamabt keberhasilan penerapan model PBL. b. Tingginya sikap keegoisan siswa, artinya muncul perasaan dalam diri siswa bahwa pendapatnya yang paling benar dan relevan dalam memecahkan kasus yang dibahasnya. c. Kendala yang timbul ketika model PBL diterapkan adalah dalam merumuskan berbagai pendapat yang dilontarkan siswa. 2) Pengalaman Siswa Kelebihan: a. Siswa lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan b. Melalui masalah yang disajikan, siswa dapat belajar untuk menganalisis dan mencari solusi dari masalah tersebut dengan cara bertukar pikiran dengan sesama siswa. c. Memacu keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat Kelemahan: a. Diskusi panel hanya dikuasai oleh siswa-siswa tertentu saja sedangkan siswa lainnya tidak ikut serta. b. Pembicaraan dalam dikusi dapat menjadi meluas sehingga menyimpang dari permasalahan c. Dalam diskusi, emosi siswa dapat terpancing sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman
111
d. Temuan Penelitian Untuk Perbaikan Siklus Berikutnya (Siklus III) Berdasarkan hasil temuan penelitian dan refleksi pada tindakan siklus II, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap beberapa kekurangan dalam penerapan model PBL, agar pelaksanaan tindakan berikutnya berjalan lebih baik lagi. Perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perlu persiapan yang lebih matang baik guru ataupun siswa dalam pembelajaran, sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran gutu dan siswa dapat saling berinterkasi dengan baik. 2. Dalam diskusi panel, diperlukan adanya pembatasan dominasi siswa dalam mengemukakan
pendapatnya,
sehingga
pasrtisipasi
aktif
siswa
tidak
didominasi oleh siswa atau kelompok tertentu. 3. Guru lebih memperdalam makna model PBL, sehingga siswa dapat memahami arah model PBL serta melaksanakannya dengan baik secara sistematis. 4. Guru hendaknya mendorong siswa agar melakukan persiapan sebelum belajar, sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat mengemukakan pendapat dalam diskusi panel 5. Guru beserta siswa akan menyimpulkan hasil diskusi, agar siswa dapat mengambil makna dari kegiatan diskusi tersebut.
6. Penelitian Siklus III a. Perencanaan Perencanaan tindakan siklus III ini, peneliti yang bertindak sebagai guru akan membahas materi “Sistem Politik” dengan sub materi pokok “Peran Serta Dalam Sistem Politik Di Indonesia”. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain:
112
1) Mempersiapkan RPP dengan menggunakan model PBL dan diskusi panel 2) Mempersiapkan media pembelajaran yaitu kasus-kasus dari internet yang akan dibahas pada saat diskusi kelompok dan dikusi panel. 3) Guru berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran yaitu mengarahkan siswa dalam memberikan pendapat, pertanyaan, maupun sanggahan agar lebih terarah, sistematis, serta tidak menyimpang dari topic diskusi. 4) Memotivasi siswa agar lebih kritis dan lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran di kelas. 5) Menetapkan alokasi waktu bagi semua kelompok siswa.
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus III pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari Senin, 19 April 2010. Siswa yang hadir dan mengikuti proses pembelajaran berjumlah 40 orang , artinya satu siswa tidak hadir tanpa keterangan. Tahap pelaksanaan meliputi: 1) Materi Materi yang akan dibahas pada siklus III adalah “Sistem Politik” dengan sub materi pokok “Peran Serta Dalam Sistem Politik Di Indonesia”. 2) Model Model pembelajaran yang digunakan adalah model PBL (berbasis masalah) dengan ceramah bervariasi, diskusi kelompok dan diskusi panel. 3) Media Media yang digunakan adalah artikel yang berisi kasus yang mempunyai keterkaitan dengan materi pelajaran yaitu “Peran Serta Dalam Sistem Politik
113
Di Indonesia”. Kelima artikel tersebut diambil dari internet. Artikel-artikel tersebut antara lain:“Mereka yang Nongol di Permukaan :Sudah Longgar, Masih Dihajar, UU Pornografi (http://swaramuslim.net)”, “Kenaikan BBM Picu Demo, Mahasiswa Makassar Sandera Mobil Tangki (http://www. tempointeraktif.com)”, “Julia Perez berkunjung ke pacitan (Jawaposhttp: //pilkadaponorogo.com)”, “Hak Penyandang Cacat pada Pemilu (http://www. vhrmedia.com)”, dan “Wartawan Tuntut Penganiaya Jurnalis Ditindak (http://www.korantempo.com)”. 4) Evaluasi Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok. Teknik penilaian individu adalah semua anggota kelompok dinilai pada saat melakukan diskusi kelompok serta diskusi panel yaitu dalam memberikan tanggapan/komentar, menjawab pertanyaan, menyanggah dan mempertahankan pendapat. Penilaian juga melihat sejauh mana mereka menghargai pendapat temannya yang lain, sedangkan penilaian kelompok diperoleh dari hasi pekerjaan kelompoknya berupa makalah serta ketika kelompok menyajikan prsentasihasil pekerjaan kelompoknya dalam diskusi panel. Pada pelaksanaan tindakan siklus III, sebelum pembelajaran dimulai (pra pembelajaran), guru terlebih dahulu mengucapkan salam, menanyakan kabar, melakukan presensi kehadiran. Guru tidak lupa melakukan apersepsi serta menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran saat ini. Sebelum guru memulai pembelajaran tidak lupa memeriksa kebersihan dan
114
mengkondisikan siswa siap belajar dan pembelajaran berjalan nyaman juga tidak gaduh. Memasuki kegiatan inti, guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan diajarkan yaitu “Peran Serta Masyarakat Dalam Sistem Politik”. Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa memperhatikan penjelasan guru di depan dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai penjelasan yang sudah disampaikan. Kemudian guru menginstruksikan kepada siswa untuk berkumpul dengan teman sekelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan artikel satu persatu kepada masing-masing kelompok. Guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan kembali langkah-langkah model PBL yang harus mereka terapkan dalam membahas artikel/kasus yang disajikan, sehingga hasi pekerjaan siswa untuk mengkaji/menganalisis isi artikel/kasus tersebut sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Di samping itu, guru memotivasi siswa agar aktif ikut serta dalam diskusi kelompok, sehingga tidak ada lagi siswa yang saling mengandalkan teman sekelompoknya. Guru memantau siswa yang sedang berdiskusi secara menyeluruh karena untuk meenghindari sikap siswa yang individual. Selama diskusi kelompok berlangsung, terlihat siswa-siswa belajar dengan semangat. Hal itu ditunjukkan oleh sikap siswa saling membantu serta bekerjasama dengan sesama anggota kelompok dalam mengerjakan tugas kelompoknya. Siswa tidak lagi mengandalkan temannya yang mereka anggap lebih pintar, meskipun masih ada siswa yang terlihat pasif. Dalam proses diskusi,
115
guru mengembangkan pembelajaran dengan memantau dan memeriksa hasi pekerjaan tiap-tiap kelompok. Saat memantau guru pun memberikan pertanyaanpertanyaan yang dapat memancing siswa untuk bertanya ataupun berpendapat. Kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada proses ini dapat terlihat dengan jelas karena ada beberapa siswa yang aktif bertanya mengenai konsep-konsep atau hal lain yang mereka tidak mengerti ketika menganalisis artikel. Setelah semua kelompok selesai mendiskusikan artikel/kasus bersama anggota kelompoknya, gru mengintruksikan kepada tiap-tiap kelompok untuk bersiap-siap mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya pada pertemuan berikutnya dan mengingatkan siswa untuk membuat makalah sesuai sistematika yang telah dijelaskan guru sebelumnya. Pada hari Senin, 26 April 2010 Pelaksanaan tindakan siklus III berlanjut. Pada pertemuan kali ini siswa akan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru membatasi kelompok yang akan presentasi karena alokasi waktu belajar tidak cukup. Kelompok yang terpilih untuk menyajikan hasil pekerjaan kelompoknya adalah kelompok 3. Kelompok 4, dan kelompok 5. Guru memulai pembelajaran dengan meminta siswa untuk memilih salah satu anggota kelompoknya sebagai perwakilan yang nanti maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru tidak lupa mengingatkan siswa agar mengumpulkan makalah terlebih dahulu sebelum presentasi dimulai. Perwakilan kelompok pun maju ke depan kelas. Guru memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan argument, pertanyaan maupun sanggahan selama diskusi panel berlangsung. Di samping itu, guru tidak lupa mengingatkan siswa agar
116
saling membantu teman kelompoknya dalam mempertahankan pendapat kelompok maupun dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dari kelompok lain, serta tidak saling mengandalkan teman/anggota kelompok yang berada di depan saja. Ketika
perwakilan
kelompok
mempresentasikan
hasil
pekerjaan
kelompoknya di depan kelas, siswa atau anggota kelompok lainnya menjadi audience menyimak dan memperhatikan presentasi tiap kelompok. Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, kemudian guru member kesempatan kepada siswa (audience) untuk bertanya. Seketika itu pula ada sembilan orang siswa yang mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan. Ketika ada pertanyaan atau pernyataan yang diajukan siswa (audience) tidak dapat atau kurang dimengerti siswa yang sedang presentasi maka guru sebagai fasilitator membantu meluruskan pertanyaan agar dapat dimengerti oleh siswa yang presentasi juga dimengerti oleh semua siswa yang memperhatikan. Diskusi panel berjalan dengan tertib. Pada saat diskusi panel siswa terlihat aktif dalam mengajukan pertanyaan, pendapat, sanggahan/komentar, dan menambahkan pernyataan sebelumnya. meskipun tidak semua siswa terlibat aktif berpartisipasi berupa mengajukan pertanyaan atau sanggahan tetapi mereka bersemangat mengikuti diskusi. Hal ini dapat terlihat pada saat siswa mengemukakan pendapat atau sanggahan, siswa lain memberikan penghargaan berupa tepuk tangan atau sorak sorai. Pada akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi pembelajaran pada saat diskusi panel berlangsung, juga guru membuat kesimpulan dengan melibatkan
117
siswa berdasarkan pendapat juga jawaban-jawaban dari setiap siswa atau kelompok
mengenai
pembahasan
kasus
yang telah
diskusikan
dengan
menggunakan model PBL. Selain itu, guru menginformasikan kepada siswa bahwa inti dari pembelajaran menerapkan model PBL yaitu siswa belajar mandiri, siswa belajar menghadapi masalah serta dapat menemukan alternative pemecahan maslaah tersebut. Guru memberikan reward berupa tepuk tangan kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran pada saat diskusi panel. Kemudian menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan guru mengucapkan salam.
c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model PBLyang menggunakan pedoman observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat peneliti. Pengamatan ini sangat penting untuk melihat adakah perubahan atau peningkatan yang
terjadi
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
dengan
menerapkan model PBL terhadap kemampuan mengemukakan pendapat siswa.
d. Refleksi Sebagaimana pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II, pada siklus III pun dilakukan refleksi atau hasil observasi atau pengamatan ynag telah dilakukan terhadap jalannya pembelajaran dengan menerapkan model PBL. Dalam tahap ini,
118
hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis, selain itu dianalisis pula hasil evaluasi siswa dan wawancara.
7. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus III dan Temuan Penelitian a. Hasil Observasi Hasil observasi dari tindakan siklus III menunjukkan peningkatan dibandingkan tindakan siklus I dan siklus II. Penerapan model PBL dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X.2 nampaknya telah berhasil meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban, mengemukakan pendapat, sanggahan/komentar, dan menambahkan penjelasan dari pernyataan sebelumnya selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu juga terlihat peningkatan pada saat pelaksanaan pembelajaran, mulai dari kegiatan awal samapi dengan kegiatan akhir pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat peneliti. Model PBL sudah dapat diterapkan dengan baik, menggunakan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Mengklarifikasi konsep dan istilah yang belum jelas:dengan membaca dan menganalisis isi kasus, siswa sudah dapat memahami dan mengerti beberapa istilah yang ada pada artikel sehingga guru hanya mengarahkan. Adapun terdapat istilah yang belum dapat dimengerti diantaranya:Kelompok 2 mengajukan pertanyaan mengenai pengertian dari aksestabilitas
119
2. Merumuskan masalah, dengan membaca dan menganalisis isi kasus,siswa sudah dapat merumuskan masalah yang sedang dibahas. Rumusan masalah dibuat oleh tiap kelompok siswa diantaranya: a. Kelompok 1: Apa yang menjadi penyebab Julia Peres mencalonkan diri menjadi wakil bupati Pacitan? Bagaimana usaha yang dilakukan Julia Peres demi menunjang karirnya menjadi wakil Bupati? b. Kelompok 2: Bagaimana bentuk diskriminasi dari pemerintah kepada para penyandang cacat? Adakah fasilitas yang diberikan pemerintah untuk penyandang cacat? c. Kelompok 3: Apa yang menjadi penyebab terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa makasar? d. Kelompok 4: Apakah semua kegiatan yang berbau pornografi dilarang oleh pemerintah dan MUI? Apa yang melandasi pemerintah dan MUI mengeluarkan peraturan tentang pornografi? e. Kelompok 5: Apa yang menyebabkan terjadinya penganiayaan pada ketiga wartawan yang sedang meliput pengadilan kasus korupsi?
120
Bagaimana tindakan ketiga wartawan tersebut agar masalah tindakan penganiayaan dapat diselesaikan? 3. Menganalisis masalah: masalah yang telah dirumuskan, kemudian dianalisis kembali untuk mencari penyebabnya. Adapun pendapat siswa mengenai penyebab masala yang telah dirumuskan: a. Kelompok 1: Jupe bertemu Bupati Sujono dan berkunjung ke Ponpes Al Fattah, Desa Kikil, Arjosari. Dalam dialognya, Jupe memperkenalkan diri dan latar belakang keluarganya. Jupe sempat mengajari santriwati berhitung angka dalam bahasa Prancis dan Belanda. Selain itu, Jupe memotivasi para santri. ”Jangan takut salah dan harus optimistis. Kalian harus punya mimpi dan ini yang membuat saya bisa seperti sekarang. b. Kelompok 2: pemerintah tidak menyediakan balik suara dan alat bantu memilih yang layak untuk penyandang cacat, selain itu para penyandanng cacat kurang mendapat informasi mengenai pemelihan kepala dareah. Fasilitas atau alat bantu yang disediakan pemerintah berupa kertas dengan huruf braile, itupun tipis sehingga para pengandang cacat merasa kesulitan. c. Kelompok 3: demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa Makassar dikarenakan pemerintah menaikkan harga BBM d. Kelompok 4: tidak, kegiatan yang termasuk tindakan aksi pornografi dan pornoaksi itu apabila mempunyai dampak negative yang ditimbulkan, latar belakang adanya rancangan udang-undang pornografi dan pornoaksi adalah berbagai jenis pornografi dan pornoaksi dengan leluasan beredar tanpa aturan.
121
Pornoaksi pun tak ada yang membatasi. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak hingga anak-anak dan nenek- nenek pun bisa menikmati pornoaksi. e. Kelompok 5: Wartawan dilarang meliput, padahal sidang terbuka untuk umum. Larangan itu memicu terjadinya pertengkaran. Sehingga beberapa pegawai datang mengeroyok wartawan hingga luka-luka. Sekitar 100 wartawan dan puluhan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ambon menggelar aksi unjuk rasa di Pengadilan Negeri Ambon kemarin. Mereka menuntut Ketua Pengadilan Negeri Ambon Ewit Soetriadi menindak pegawai pengadilan setempat yang diduga menganiaya tiga wartawan saat meliput di pengadilan tersebut. 4. Menata gagasan dan menganalisisnya:setelah siswa menganalisis masalah kemudian memikirkan keterkaitan hubungan analisisnya dengan masalah yang ada. 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran: siswa dengan kelompok sudah dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran berkaitan dengan analisis masalah. 6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain: siswa melalui diskusi dengan anggota kelompok sudah dapat membagi tugas untuk mencari alternatif sumber informasi sebagai bahan yang dapat mendukung untuk memecahkan masalah/kasus. 7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan:pada
tahap
siswa
dengan
anggota
kelompok
sudah
dapat
menggabungkan data-data yang dikumpulkan. Hal ini terlihat pada pembuatan
122
makalah. Meskipun dalam pembuatan makalah masih ada kekurangan, tetapi siswa sudah dapat memilih data yang lebih relevan yang dapat mendukung pemecahan masalah dan sistematika makalah sudah mengalami peningkatan karena tersusun dengan rapi. Hasil observasi pelaksanaann pembelajaran pada tindakan siklus III dengan focus penelitian dan penilaian terhadap siswa selama proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran dalam penerapan model PBL di kelas X.2 digambarkan dalam bentuk tabel pengamatan yang terdiri dari 17 indikator yang diamati, sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan Siklus III Dengan Focus Penelitian Terhadap Siswa dalam Kelompok No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. B. 1.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa Dalam Kelompok Kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan model PBL Kemampuan mengembangkan permasalahan yang diberikan guru Mampu merumuskan masalah Mampu menganalisis masalah Mampu merumuskan hipotesis/jawaban sementara Mampu mengumpulkan data dari sumber lain sebagai bahan Mampu menggabungkan sumbersumber yang relevan Mampu mencari alternative pemecahan dari setiap permasalahan Mampu membuat kesimpulan Kemampuan mengemukakan pendapat siswa Secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Kriteria Penilaian Ya Tidak F (%) F (%)
Total F (%)
20 (48)
21 (51)
41 (100)
25 (60) 25 (60) 26 (63)
16 (39) 16 (39) 21 (51)
41 (100) 41 (100) 41 (100)
15 (36)
26 (63)
41 (100)
12 (29)
29 (70)
41 (100)
17 (41)
24 (58)
41 (100)
21 (51)
20 (48)
41 (100)
27 (65)
14 (34)
41 (100)
123
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Bekerja sama dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok Menyimak, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru Mampu mengajukan pertanyaan dan tidak menyimpang dari topik Mampu menjawab pertanyaan Mampu memberikan argumentasi berupa sanggahan/komentar/kritikan Mampu menggunakan bahasa yang baik Mampu menerima adanya perbedaan pendapat Membaca dan menelaah buku, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau mendapatkan informasi pendukung
29 (70)
12 (29)
41 (100)
37 (90)
4 (9)
41 (100)
14 (34)
27 (65)
41 (100)
15 (36) 13 (31)
26 (63) 28 (68)
41 (100) 41 (100)
30 (73)
11 (26)
41 (100)
31 (75)
9 (21)
41 (100)
20 (48)
21 (51)
41 (100)
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa pada umumnya 17 indikator penilaian yang diamati oleh peneliti telah menunjukkan peningkatan dari tindakan sebelumnya. Agar lebih jelas, berikut ini tabel perbandingan hasil observasi terhadap siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I, II dan III. Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan Siklus II dan III Dengan Focus Penelitian Terhadap Siswa
No
A.
1.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa Dalam Kelompok Kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan model PBL Kemampuan mengembangkan permasalahan yang diberikan guru
Kriteria Penilaian Siklus II
Kriteria Penilaian Siklus III Ya Ya Tidak Tidak F (%) F (%) F (%) F (%)
14 (34)
24 (58)
20 (48)
21 (51)
Total F (%)
41 (100)
124
2. 3. 4. 5.
6. 7.
8. B.
1. 2.
3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
Mampu merumuskan 18 masalah (43) Mampu menganalisis 18 masalah (43) Mampu merumuskan 12 hipotesis/jawaban sementara (29) Mampu mengumpulkan data 8 (19) dari sumber lain sebagai bahan Mampu menggabungkan 8 (19) sumber-sumber yang relevan Mampu mencari alternative 10 pemecahan dari setiap (24) permasalahan Mampu membuat 12 kesimpulan (29) Kemampuan mengemukakan pendapat siswa Secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bekerja sama dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok Menyimak, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru Mampu mengajukan pertanyaan dan tidak menyimpang dari topik Mampu menjawab pertanyaan Mampu memberikan argumentasi berupa sanggahan/komentar/kritikan Mampu menggunakan bahasa yang baik Mampu menerima adanya perbedaan pendapat Membaca dan menelaah buku, atau sumber lain untuk mengerjakan tugas dan atau mendapatkan informasi pendukung
23 (56) 23 (56) 29 (70) 33 (80)
25 (60) 25 (60) 26 (63) 15 (36)
16 (39) 16 (39) 21 (51) 26 (63)
41 (100) 41 (100) 41 (100) 41 (100)
33 (80) 31 (75)
12 (29) 17 (41)
29 (70) 24 (58)
41 (100) 41 (100)
29 (70)
21 (51)
20 (48)
41 (100)
18 (44)
23 (56)
27 (65)
14 (34)
41 (100)
15 (36)
26 (63)
29 (70)
12 (29)
41 (100)
25 (61)
16 (39)
37 (90)
4 (9)
41 (100)
8 (19)
33 (80)
14 (34)
27 (65)
41 (100)
8 (19)
33 (80) 33 (80)
15 (36) 13 (31)
26 (63) 28 (68)
41 (100) 41 (100)
21 (51) 21 (51) 33 (80)
30 (73) 31 (75) 20 (48)
11 (26) 9 (21)
41 (100) 41 (100) 41 (100)
8 (19)
20 (48) 20 (48) 8 (19)
21 (51)
125
Secara umum pelaksanaan tindakan siklus III sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan presentase pada setiap indicator penilaian yang mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. tabel di atas, menunjukkan adanya peningkatan presentase dari tindakan siklus I, II dan III. Ini menunjukkan penerapan model PBL telah berhasil meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswapada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Persepsi Guru Dan Siswa 1) Persepsi Guru Guru berpendapat bahwa penerpan model PBL dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Walaupun demikian guru mengutarakan bahwa tidak dapat dipungkiri dalam penerapan model PBL ini, menuntut guru harus lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran, termasuk di dalam pemilihan masalahh yang akan disajikan harus mengandung isu-isu controversial sehingga dapat memotivasi siswa untuk mencoba mencari solusi dari permasalahan tersebut. Dengan model PBL, terdapat peningkatan pada beberapa indikator di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada tindakan siklus
III
ini
sudah
mulai
meningkat.
Hal
itu
dapat
dilihat
dari
keterlibatan/partisipasi siswa dalam bertanya, berpendapat maupun menyanggah selama diksusi panel berlangsung. Ini
membuktikan
bahwa
dengan
model
PBL
ternyata
mampu
meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam bentuk partisipasi aktif siswa dalam
126
mengajukan pertanyaan, berpendapat, menyanggah, menjawab pertanyaan dan menambahkan pendapat/pernyataan dengan baik dari guru/siswa lain maupun dalam hal bekerja sama dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok. Selain itu, guru berpendapat bahwa melalui masalah-masalah yang disajikan dalam model PBL benar-benar menyiapkan serta melatih siswa untuk hidup di masayarakat kelak di kemudian hari. Pendapat lain menurut guru, walaupun penerapan model PBL ini telah berhasil meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa, namun masih terdapat kelemahan yaitu tidak jarang pendapat/argument yang dikeluarkan siswa keluar dari topic yang sedang dibahas, sehingga arah pembicaraan menjadi meluas dan terkadang menyimpang. Dengan
diterapkannya
model
PBL,
guru
termotivasi
untuk
mengujicobakan model-model pembelajaran lainnya. Guru menyadari walaupun telah mengetahui sejumah model pembelajaran, namun seringkali model pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan materi dan kondisi siswa yang menyebabkan guru kembali pada metode konvensional. 2) Pengalaman Siswa Dalam pelaksanaan tindakan siklus III siswa merasa lebih siap serta lebih focus dalam menerapkan langkah-langkah model PBL dalam membahas/mengkaji masalah/kasus. Kesiapan mereka dipicu oleh peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang dapat mengeloladan mengarahkan mereka dengan baik. Siswa merasakan dengan diterapkannya model PBL dalam pembelajaran PKn membuat mereka menjadi mandiri ketika belajar serta menantang mereka dalam
127
menemukan solusi dari masalah tersebut. Di samping itu, model PBL juga memudahkan mereka dalam memahami materi yang diajarkan, karena selain mendapatkan penegtahuan yang disampaikan oleh guru, mereka pun memperoleh pengetahuan, ide dan informasi dari temannya, sehingga memotivasi mereka agar terlibat aktif dalam pembelajaran.
c. Temuan Penelitian Siklus III Berdasarkan hasil penelitian pada tindakan siklus III, maka peneliti menemukan beberapa temuan yang berhubungan dengan pembelajaran melalui model PBL untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa, yaitu: 1) Pada siklus ini, penerapan model PBL semakin efektif dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa 2) Siswa sudah dapat menunjukkan sikap aktif terlibat dalam pembelajaran 3) Siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dengan baik. 4) Siswa dalam kelompoknya sudah terlihat adanya kerjasama yang baik, ini terlihat dari ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok, bertukar pikiran dengan sesama teman sekelompoknya serta dapat menghargai pendapat temannya. 5) Guru sebagai fasilitator pembelajaran telah menjalankan perannya dengan baik 6) Guru sudah mampu membangun suasana kelas yang demokratis, yaitu melibatkan siswa, memberikan kesemapatan siswa untuk bertanya, dan
128
memberikan perhatian secara menyeluruh kepada siswa, sehingga memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari tiga siklus, peneliti sekaligur bertindak sebagai guru merasakan bahwa masalah pokok dalam penelitian ini sudah terjawab. Kemampuan mengemukakan pendapat siswa telah terbukti dapat meningkat melalui penerapan model PBL pada siklus III. Hal itu terlihat dari siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan,
memberikan
sanggahan,
menambahkan
penjelasan/pernyataan terhadap pendapat temannya dengan baik.
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas Dalam Penerapan Model Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini didasarkan pada hasil temuan selama penelitian di lapangan, berupa data yang terkumpul baik dari hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan (field notes) mulai dari observasi awal sampai siklus III. Adapun pembahasan akan diuraikan berdasarkan hasil temuan di lapangan yang berpedoman pada kajian teori yang relevan. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, penerapan model berbasis masalah (Problem Based Learning) telah mampu meningkatkan kemampuan mengemukakan
pendapat
siswa
Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.2.
dalam
pembelajaraan
Pendidikan
129
Adapun nilai lebih dari hasil penelitian ini, melalui penerapan model berbasis masalah (Problem Based Learning) mampu menjadikan siswa aktif dalam mengemukakan pendapat baik itu bertanya, berpendapat, menyanggah maupun menambahkan yang sebelumnya pada awal observasi kemampuan mengemukakan
pendapat
siswa
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) cenderung rendah. Melalui penerapan model berbasis masalah (Problem Based Learning) siswa dalam kelompok dapat bekerja sama mencari solusi
suatu permasalahan dengan
berpikir kritis dan analitis serta
menggunakan berbagai sumber yang relevan sehingga siswa aktif dalam pembelajaran terutama kemampuan mengemukakan pendapat siswa dapat terlatih dengan baik. Dutch dalam TAufik Amir (2009;21) menyatakan bahwa: ‘PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar ‘‘belajar untuk belajar’’, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai’’. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berpihak pada siswa (student centered). Menurut para ahli model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang dimaksudkan agar siswa berpartisipasi dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini dianggap dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas, karena model pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa aktif sementara guru lebih banyak memfasilitasi. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan guru dalam mengimplementasikan PBL, sebagai berikut:
130
Fase Aktivitas guru: 1. Fase 1:Mengorientasikan siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih 2. Fase 2:Mengorganisasi siswa untuk belajar membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi 3. Fase 3:Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan 4. Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Fase 5:Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, diperlukan penerapan model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Tujuan dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah agar siswa mampu menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Melalui langkah-langkah PBL yang diterapkan secara sistematis, siwa mampu mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Taufiq Amir (2009:24-26) terdapat 7 langkah proses PBL sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Langkah 1: Mengklarifikasi Istilah dan Konsep yang belum jelas Langkah 2: Merumuskan masalah Langkah 3: Menganalisis Masalah Langkah 4: Menata Gagasan dan secara Sistematis Menganalisisnya dengan dalam 5. Langkah 5: Memformulasikan Tujuan Pembelajaran 6. Langkah 6: Mencari Informasi Tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
131
7. Langkah 7: Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan Model pembelajaran
pembelajaran PKn
dengan
berbasis
masalah
langkah-langkah
(PBL)
diterapkan
diantaranya:siswa
pada
diberikan
masalah/kasus yang memilki konteks dengan dunia nyata, dari masalah yang diberikan ini siswa bekerjasama dalam kelompok mencoba memecahkan masalah dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan kemudian mencari informasiinformasi baru yang relevan untuk solusinya sebagai pemecahan masalah/kasus tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Tan (dalam Taufik Amir, 2009:22) mengenai ciri-ciri dalam pembelajaran dengan model berbasis masalah (PBL): 1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran 2. Masalah yang digunakan merupakan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata 3. Masalah menuntut perspektif majemuk 4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru 5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learing) 6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak satu sumber saja 7. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperaif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan melakukan presentasi. Berdasarkan pernyataan di atas, ciri-ciri penerapan model PBL dalam pembelajaran PKn dapat dilihat dari langkah-langkah pembelajarannya. Melalui penerapan langkah-langkah model PBL dapat dilihat ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu ketika pembelajaran berlangsung siswa mampu mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisis masalah, menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya, merumuskan tujuan pembelajaran, mencari
132
informasi tambahan dari sumber lain, menggabungkan informasi-informasi baru, dan kemudian dituangkan dalam bentuk laporan atau makalah. Dengan demikian siswa dapat terlatih untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Selain itu, siswa juga dapat terlatih untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran baik pada saat diskusi kelompok maupun presentasi. Berdasarkan pengamatan di kelas, guru mampu menerapkan model pembelajaran PBL dengan baik. Meskipun dalam pelaksanaannya, guru menghadapi berbagai kendala dalam menerapkan model pembelajaran ini. Pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, siswa sulit memahami langkah-langkah model pembelajaran ini sehingga pembelajaran tidak berjalan dengan efektif, tetapi pada siklus II dan siklus III siswa sudah mampu memahami dan menerapkan model pembelajaran PBL ini dengan baik. Langkah-langkah model PBL diterapkan pada saat proses diskusi kelompok berlangsung yakni pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah/artikel oleh guru kepada masing-masing kelompok. Kemudian guru meminta siswa dengan kelompok membaca artikel tersebut dengan teliti, setelah selesai membaca siswa diminta untuk mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisis masalah, menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya, merumuskan tujuan pembelajaran, mencari informasi tambahan dari sumber lain, menggabungkan informasiinformasi baru, dan kemudian dituangkan dalam bentuk laporan atau makalah. Berdasarkan hasil pengamatan dari siklus I, siklus II dan siklus III, siswa mampu menerapkan langkah-langkah model PBL dengan baik. Ini terlihat ketika siswa
133
diberikan masalah oleh guru, mereka langsung membacanya dan menemukan inti masalah yang terdapat dalam artikel tersebut. Kemudian siswa dengan kelompok mulai mencari penjelasan tentang konsep-konsep yang belum dimengerti. Dalam hal ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila di dalam artikel tersebut terdapat konsep-konsep yang tidak dimengerti. Langkah berikutnya, siswa dengan kelompok merumuskan masalah. Pada siklus I, siswa belum mengerti bagaimana cara merumuskan masalah, tetapi dengan pengarahan yang dilakukan guru, siswa mulai mengerti dan mampu merumuskan masalah meskipun masih jauh dari yang diharapkan. Sehingga ketika siklus II dan III, guru tidak banyak membantu siswa dalam merumuskan masalah karena pada saat siklus I siswa sudah mulai mengerti. Langkah berikutnya siswa dengan kelompok menganalisis masalah, pada tahap ini terjadi diskusi, siswa mengeluarkan berbagai informasi dan pengetahuan yang dimilikinya. Meskipun pada tahap ini hanya beberapa siswa yang mampu menganalis masalah, tetapi di sini siswa di tuntut untuk bekerja sama dan saling membantu menuangkan segala informasi yang ada dalam pikirannya sehingga siswa lain yang belum mengerti dapat dibantu oleh siswa yang sudah dapat menganalisis masalah. Langkah selanjutnya, siswa dengan kelompok menata gagasan. Pada tahap ini ide-ide atau gagasan-gagasan yang sebelumnya telah diungkapkan oleh beberapa siswa kemudian di catat oleh ketua kelompok. Kemudian siswa menentukan tujuan pembelajaran, pada tahap ini dari siklus I, II dan III siswa sudah mampu menentukan tujuan oembelajaran karena sebelumnya siswa mampu menganalisis masalah. Langkah berikutnya adalah siswa mencari
134
informasi tambahan dari sumber lain, menggabungkan informasi-informasi baru, dan kemudian dituangkan dalam bentuk laporan atau makalah. Ketiga langkah tersebut, dilakukan siswa pada saat diskusi kelompok di luar kels. Berdasarkan hasil wawancara siswa pada siklus I, diperoleh keterangan bahwa pada tahap ini tidak semua siswa turut ambil bagian dalam mengerjakan tugas kelompok,. Tetapi dengan pengarahan dan penjelasan lebih lanjut dari guru, pada pelaksanaan tindakan siklus II dan III, hampir seluruh siswa turut ambil bagian dalam mengerjakan tugas kelompok. Pada tahap ini, guru meminta ketua kelompok agar lebih tegas dalam membagi tugas kelompok. Sehingga pada siklus II dan III siswa tidak saling mengandalkan dalam mengerjakan tugas kelompok. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan di kelas. melalui penerapan model PBL pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.2 terbukti mampu meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa yaitu pada saat diskusi kelompok dan presentasi. Pada saat diskusi kelompok, siswa mengemukakan berbagai gagasan dan ide untuk memperoleh solusi dari permasalahan yang ada. Pada saat presentasi, siswa berani mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab, memberikan kritikan/sanggahan dan menambahkan. Ini menegaskan bahwa model PBL tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran PKn karena model PBL mengandung isu-isu actual dan controversial yang terjadi di masyarakat sehingga siswa terlatih untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
135
2. Tuntutan Proses Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Guru dan Siswa Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan acauan dasar
dalam membentuk warga negara yang baik. Hal itu sejalan dengan fungsi PKn yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar, Depdiknas (2006); Sebagai wahana untuk membentuk warga Negara cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Siswa sebagai bagian dari warga Negara yang mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan perlu dibekali suatu keterampilan agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang. Penerapan
model
pembelajaran
berbasis
masalah
(PBL)
dalam
pemebelajaran PKn merupakan salah satu upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Model PBL merupakan cara belajar yang berlandaskan pada masalah yang memerlukan solusi melalui proses berpikir secara sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan dengan membahas artikel yang berisi kasus/masalah yang disajikan dapat melati siswa untuk berpikir kritis analistis dalam menganalisis masalah dan mencari solusi dari masalah tersebut. Tujuan model pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya untuk melatih siswa bagaimana menemukan solusi dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan menerapkan model PBL pada pembelajaran PKn melalui diskusi kelompok siswa diharapkan mendapatkan lebih banyak keterampilan tidak
136
hanya terampil dalam memecahkan masalah saja. Keterampilan yang dapat diperoleh siswa melaui PBL menurut Taufiq Amir (2009:49) diantaranya: Keterampilan memecahkan masalah (problem solving skills), keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), keterampilan bekerja sama dalam kelompok (team work skills), keterampilan berkomunikasi (communication skills), serta keterampilan pencarian dan pengolahan informasi. Melalui model PBL yang diterapkan dalam pembelajaran PKn di kelas X.2 menuntut siswa untuk meningkatkan komunikasi siswa, terutama dalam mengemukakan pendapat, gagasan atau ide agar dengan mudah siswa dapat memperoleh suatu solusi untuk memecahkan masalah. Donalds Woods dalam Taufik Amir (2008:13) menyebutkan bahwa PBL dapat membantu siswa membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim/kelompok, dan berkomunikasi. Tujuan dari penerapan model pembelajaran berbasais masalah (PBL) pada dasarnya agar siswa mampu dan terampil dalam memecahkan masalah. Selain itu model PBL mampu memberikan keterampilan lain. Keterampilan-keterampilan yang akan dikuasi oleh siswa adalah tujuan dari penerapan model PBL. Selain dari pendapat Taufik Amir, keterampilan-keterampilan yang dapat dikuasi siswa melalui penerapan model PBL ini diungkapkan (dalam
http://bismillah36.
wordpress.com) diantaranya: 1. Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa. 2. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah. 3. Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. 4. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen 5. Keterampilan berfikir tingkat tinggi
137
Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) di kelas X.2 dapat melatih siswa terampil bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Melalui masalah yang disajikan siswa dapat mengkaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis atas materi pelajaran yang dibahas. Selain itu, PBL menuntut siswa untuk berpikir kritis analitis serta menggunakan sumber belajar yang sesuai. Melalui penerapan model PBL pada pembelajaran PKn di kelas X.2, keterampilan-keterampilan di atas mengalami peningkatan dari pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus III. Hal itu dapat dilihat ketika siswa mengikuti diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok siswa bersama anggota kelompok mampu bekerja sama dan sailng membantu agar sudah dapat mencari suatu solusi untuk memecahkan masalah. Artinya, ketika proses diskusi kelompok keterampilan berkomunikasi yakni interaksi siswa dengan sesama anggota kelompoknya sangat dibutuhkan sehingga dapat menjalin kerja sama yang baik dalam mengerjakan tugas kelompok. Selain itu keterampilan berpikir, keterampilan
mencari informasi juga dapat dikuasai siswa pada saat diskusi
kelompok. Berdasarkan pengamatan di kelas X.2, penerapan model PBL menuntut siswa agar dapat memecahkan masalah. Pada pelaksanaanya di kelas, sebelum siswa dapat memecahkan masalah terlebih dahulu siswa dituntut untuk menganalisis masalah sehingga muncul berbagai pendapat dari setiap anggota kelompok, pendapat-pendapat tersebut disampaikan oleh masing-masing anggota
138
kelompok dengan tujuan untuk memperoleh satu pendapat sebagai alternatif pemecahan
masalah.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
keterampilan
siswa
berkomunikasi dan berinteraksi sudah mulai terlatih. Meskipun pada saap pelaksanaan siklus I, siswa masih banyak yang pasif, hanya beberapa siswa yang mampu mengemukakan pendapatnya dan mengkomunikasikan kepada anggota kelompok lain. Tetapi pada pelaksanaan siklus II dan III, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat sebagai salah satu bagian dari keterampilan berkomunikasi dapat meningkat denga baik. Beberapa siswa sudah mulai berani mengungkapkan gagasan mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa sebelum diterapkan model PBL siswa sangat pasif dalam mengemukakan pendapat. Keterampilan berkomunikasi siswa tidak terlatih terutama kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat. Hal ini disebabkan oleh meodel pembelajaran
yang digunakan guru tidak mampu melatih kemampuan
mengemukakan pendapat siswa. Dari hasil wawancara, guru mengaku hanya menggunakan model pembeljaran ceramah saja, sehingga siswa terlihat jenuh dan tidak dapat mengembangkan kemampuan dalam mengemukakan pendapatnya. Melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis, keterampilan bekerja sama dalam
kelompok
dapat
terlatih
dengan
baik.
Khususnya
keterampilan
berkomunikasi siswa meningkat, hal ini dapat dilihat ketika presentasi berlnagsung. Pada saat presentasi, siswa berani mengemukakan gagasan baik berupa pertanyaan, menjawab maupun menambahkan.
139
Selain itu, untuk menemukan alternatif pemecahan masalah, siswa melalui penerapan model PBL dituntut agar terampil dalam mencari informasi lain dan mengolahnya kemudian dituangkan dalam bentuk makalah. Berdasarkan pengamatan di kelas, keterampilan tersebut dapat dikuasai siswa dengan baik pada saat pelaksanaan tindakan siklus III. Hal ini terlihat ketika pada saat proses pembelajaran berlangsung guru menginformasikan kepada ketua kelas agar lebih tegas dalam membagi tugas kelompok. Ini berkaitan dengan pembagian tugas oleh ketua kelompok kepada anggota kelompoknya dalam mencari informasi dan pembuatan makalah. Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menuntut guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa mencari dan menemukan solusi yang diperlukan atas masalah yang disajikan. Sebagaimana menurut Tan (dalam Taufiq Amir, 2009:43) pada proses PBL guru haruslah: 1. Memfasiitasi, proses pembelajaran dengan PBL mulai dari mengubah kerangka pikir siswa, mengembangkan kemampuan bertanya, membuat siswa terlibat dalam pembelajaran kelompok. 2. Menuntut siswa dalam mendapatkan strategi pemecahan masalah serta berpikir kritis analittis. 3. Memediasi, proses mendapatkan informasi, mulai dari mencari sumber informasi, membuat hubungan antara satu sumber dengan sumber lain dan memberikan isyarat. Selain itu, menurut Taufiq Amir (2009:44-49) proses pembelajaran melalui PBL menuntut guru agar: 1. 2. 3. 4.
Memfasilitasi proses berpikir Guru sebagai coach Menggunakan perangkat untuk memfasilitasi Memberikan penekanan pada belajar kelompok
140
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak hanya sebagai pendengar saja tetapi guru harus mampu meciptakan suasana pembelajaran yang berpihak pada siswa yaitu dengan melibatkan siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan suasana penuh interaksi antara dirinya dengan siswa secara individu juga siswa dalam kelompok. Pada pelaksanaannya, guru dalam menerapkan model PBL ini memiliki kelemahan. Adapun kelemahannya yaitu memerlukan waktu yang banyak terutama pada saat kerja kelompok dan presentasi. Kelemahan tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh hasibuan dan mudjiono (dalam Imas F, 2008:112) bahwa ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan diskusi kelompok diantaranya: 1. Memerlukan waktu relative banyak 2. Dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negative 3. Anggota yang pemalu, rendah diri, pendiam sering tidak mendapatkan kesempatan dalam mengemukakn pendapatnya. Pada pelaksanaanya, guru dalam menerapka model PBL tidak hanya dituntut terampil dalam menciptakan suasana interaktif ketika diskusi berlangung tetapi untuk menghasilkan pembelajaran yang menarik dan bermakna guru juga harus dapat menyediakan alat untuk memudahkan penilaian terhadap aktifitas siswa. Dalam hal ini, guru membuat formulir pertemuan kesatu untuk menilai aktifitas siswa ketika diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, guru mampu membangun dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa seperti keterampilan memecahkan masalah, ketrampilan bekerjasama dan keterampilan mencari informasi. Pada saat kerja kelompok, siswa dituntut untuk
141
belajar mandiri, mengembangkan pemikirannya untuk mencari sutau solusi atas masalah. Pembelajaran dengan PBL memang membebaskan siswa untuk berpikir sesuai pengetahuan yang dimilikinya dan guru hanya memfasilitasi saja, tetapi guru juga harus melibatkan diri agar siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan, guru dalam menerapkan model PBL pada pembelajaran PKn di kelas X.2 menjadi fasilitator yang baik. Pada saat siklus I, diperoleh hasil berdasarkan pengamatan dan observasi, guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal itu terlihat ketika proses diskusi, guru tidak memantau dan memonitoring semua kelompok, guru hanya memantau sebagian siswa yang terlihat aktif saja, sedangkan siswa dan kelompok yang masih pasif tidak dihiraukan oleh guru, sehingga pada siklus ini siswa kurang mendapat pengarahan dan bimbingan dari guru. Pada saat pelaksanaan siklus II, guru lebih intens dalam memantau dan memonitoring siswa ketika diskusi berlangsung. Pada saat siklus III, guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa dan memotivasi siswa agar mengerjakan tugas kelompok dengan baik. Guru juga memberikan pengarahan pada setiap kelompok mengenai sumber-sumber informasi yang relevan dan memberikan saran-saran yang dapat membangun motivasi siswa ketika diskusi. Selain itu pada saat presentasi berlangsung, terlihat guru berusaha mendorong siswa untuk aktif bertanya dan megemukakan pendapatnya. Berdasarkan hasil wawacara, diperoleh keterangan bahwa guru mengaku menghadapi berbagai kendala dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator. Akan tetapi, guru berusaha untuk memperbaiki pembelajaran dengan menerapkan
142
model PBL di kelas X.2 dari setiap siklus ke siklus berikutnya, sehingga pada siklus ke III, guru mampu menjalankan perannya dengan dan tujuan pembelajaran dengan model PBL dapat tercapai.
3. Hambatan atau Kendala dan Upaya Guru dalam Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) a. Hambatan Atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam pembelajaran model berbasais masalah (PBL) yang dilaksanakan di kelas X.2, guru mengalami beberapa hambatan dan kendala. Hambatan atau kendala yang dialami guru terutama terjadi pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, kendala-kendala tersebut di anataranya: Kendala pertama yang dihadapi guru pada pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah guru terpaku pada buku sumber, sehingga guru tidak bebas mengembangkan pembelajaran di kelas serta guru terlihat kaku selama pembelajaran berlangsung, guru berulang kali melihat buku sumber ketika sedang menjelaskan materi. Hal ini mengakibatkan siswa kurang respon ketika guru sedang menjelaskan materi serta siswa tidak dapat dikondisikan karena perhatian guru tertuju pada buku sumber saja. Kendala kedua yang dihadapi guru di dalam kelas adalah guru mengalami kesulitan membangun suasana kelas yang demokratis. Kendala ini terutama dialami guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, guru seringkali tidak member kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Guru hanya menunjuk siswanya untuk menjawab
143
pertanyaan yang ia ajukan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut, atau mengemukakan pendapatnya sehingga peran guru sebagai fasilitator pembelajaran belum dapat dilaksanakan dengan baik pada tindakan siklus I. akan tetapi guru sesekali menyuruh dan mengingatkan siswa untuk bekerja sama dan bertukar pendapat dalam mengerjakan tugas kelompok. Namun tentunya tidak cukup hanya dengan menyuruh dan mengingatkan sajamelainkan guru harus melibatkan diri dalam memfasilitasi siswa selama pembelajaran berlangsung. Kendala ketiga adalah siswa belum sepenuhnya memahami langkahlangkah model pembelajaran berbassis masalah (PBL). Mereka masih mengalami kesulitan dalam membahas artikel yang berisi kasus sesuai dengan langkahlangkah model PBL, sehingga hasil pekerjaan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I belum sistematis. Berdasarkan penjelasan di atas dapat terlihat bahwa ternyata masih banyak kendala yang dihadapi guru maupun siswa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada pembelajaran PKn di kelas X.2. melihat banyaknya kendala yang dihadapi maka guru sebagai pengelola kelas harus dapat mengatasi dan meminimalisir kendala tersebut. Karena tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran mengharuskan guru terampil dalam mengelola kelas. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar akan efektif apabila guru dapat memotivasi siswa untuk belajar sehingga akan tercipta suasana belajar yang dapat menarik perhatian siswa dan siswa merasa senang. Bahkan bila
144
dalam belajar tidak terdapat kendala, siswa dan guru dapat menikmati pembelajaran yang dapat menciptakan interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, dalam hal ini guru harus mampu mengarahkan siswa untuk belajar dengan berdasarkan pada masalah yang memerlukan solusi, sedangkan siswa dapat terlatih untuk mencari solusi/ pemecahan masalah dari setiap masalah yang dihadapi.
b. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses penelitian berlangsung dengan melihat berbagai hambatan atau kendala yang dihadapi guru ketika penerapan model Problem Based Learning (PBL) sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Oleh karena itu, hambatan-hambatan tersebut harus dapat diidentifikasi dan dicarikan solusinya. Masalah yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas, dapat dikatakan sebagai hambatan dalam pembelajaran, sehingga guru harus mampu mengindentifikasi dan mencari solusi untuk memecahkan kendala tersebut. Adapun upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilaksanakan di kelas X.4 sebagai berikut: a. Adanya
pemahaman
pembelajaran
Problem
dari
guru
Based
mengenai Learning
langkah-langkah (PBL)
sehingga
model dalam
pelaksanaannya guru dapat memberikan pengarahan yang jelas dan
145
sistematis kepada siswa tentang langkah-langkah model Problem Based Learing (PBL) dan kemudian siswa dapat lebih memahami langkah-langkah model pembelajaran tersebut serta timbul motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran PKn. b. Guru berusaha untuk lebih baik lagi menjalankan perannya sebagai fasilitator dengan lebih mendorong siswa agar aktif mengikuti pembelajaran dan berusaha meningkatkan partisipasi siswa c. Guru berusaha untuk lebih baik lagi menjalankan perannya sebagai fasilitator Guru berusaha untuk lebih baik lagi menjalankan perannya sebagai fasilitator dengan membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif. d. Guru berusaha menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyampaikan pendapatnya. Ini bertujuan agar lebih banyak siswa yang terlibat aktif dan berpartisipasi mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh siswa-siswa tertentu. Dengan pemberian reward kepada siswa bertujuan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi guru ketika mengelola kelas sehingga penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) lebih efektif dan optimal yang dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.
146
4. Penilaian atau Evaluasi Tentang Keberhasilan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak dan penggunaan model pembelajaran berhasil atau tidak dalam mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu penilaian yang senantiasa harus dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penerapan model berbasais masalah (PBL) pada pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas X.2, menggunakan penilaian-penilaian dengan maksud untuk mengetahui apakah dengan model PBL tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Penilaian tersebut dilakukan pada saat diskusi kelompok, diskusi panel/presentasi dan penilaian tertulis hasil pekerjaan kelompok yang berupa makalah. Untuk menilai keatifan dan partisipasi siswa ketika pembelajaran berlangsung dapat digunakan penilaian pada saat proses diskusi berlangsung. Ketika diskusi kelompok berlangsung, guru dapat mengetahui siswa yang aktis terlibat dalam mengerjakan tugas kelompok dan siswa yang terlihat pasif atau acuh terhadap pekerjaan kelompok. Seperti yang yang diungkapkan oleh Taufik Amir (299;93) bahwa penilaian pembelajaran dengan model PBL sebagai berikut; 1. Proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas (pertemuan kesatu) 2. Proses belajar kelompok di luar kelas (pertemuan kedua) 3. Presentasi laporan serta paper laporan (pertemuan ketiga) Fungsi guru sebagai penilai pada saat diskusi kelompok berlangsung dilakukan dengan cara melibatkan diri dengan siswa. Guru mengajukan
147
beberapa pertanyaan kepada kelompok untuk mengetes pemahaman siswa mengenai artikel/kasus yang sedang dibahas. Guru juga melakukan penilaian pada saat proses belajar di luar kelas dengan cara memberikan formulir pertemuan kedua kepada tiap-tipa kelompok yang di dalamnya berisi tentang waktu dan tempat belajar kelompok dilaksanakan, serta siapa saja yang ikut dan tidak ikut serta dalam mengerjakan kelompok. Pada saat presentasi, guru melakukan penilaian terhadap aktifitas siswa. Ada
ynag
menggebu-gebu
ingin
mengemukakan
pendapat,
ada
yang
mengemukakan pendapat apabila disuruh, kemudian ada yang tidak berpendapat sama seklai. Hal tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nu’man Soemantri (dalam Imas F, 2008:31) yaitu: 1. Stone citizen yaitu karakterisktik pelajar yang sukar menerima pendapat orang lain dan sukar mengemukakan pendapatnya sendiri 2. Sponge citizen yaitu karakteristik pelajar yang mau menerima pendapat orang lain, agak aktif dan mau berpartisipasi, tetapi masih sukar mengemukakan pendapat atau ide. 3. Generator citizen yaitu karakterisktik pelajar yang maun menerima pendapat orang lain, menilai secara kritis pendapat tersebut, dan mau mengemukakan pendapatnya sendiri. Pada siklus I, kemampuan mengemukakan pendapat siswa dapat dikatakn rendah, namun pada siklus II dan III kemampuan mengemukakan pendapat siswa meningkat. Hal ini dikarenakan guru terlibat aktif dalam presentasi, guru mendorong siswa untuk bertanya dan berpendapat. Guru juga membantu siswa dalam mengklarifikasi konsep-konsep atau istilah yang tidak dapat dimengerti siswa sehingga siswa dapat terpancing untuk berpendapat. Ketika presentasi berlangsung, guru tidak hanya menilai pada aspek kemampuan siswa dalam mengemukkan pendapat siswa saja, tetapi untuk
148
mengetahui apakah siswa mampu menuangkan gagasan
mereka ke dalam
bentuk tertulis dilakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan kelompok yaitu makalah. Penilaian laporan tertulis berupa makalah peniting dilakukan oleh guru, beberapa kriteri yang dapat dinilai menurut Taufik Amir (2009:96) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Perumusan tujuan pembelajaran Sistematika penulisannya Sejauh mana informasi yang diperoleh oleh siswa Kreativitas siswa Rasional atas strategi penyelesaian masalah
Pada siklus I, siswa masih bingung dalam menyusun makalah yang baik dan benar. Hal itu dapat terlihat dari sistematika makalah yang cak-acakan, tetapi pada siklus berikutnya yaitu siklus II dan III, siswa mulai mengalami perubahan dan peningkatan dalam menyusuna makalah. Hal ini terlihat dari sistematika makalah diurutkan oleh siswa dengan baik. Isi makalah pun mengalami perbaikan, dimana siswa dapat meggabungkan sumber-sumber atau data-data pendukung
dengan baik. Tetapi dari siklus persiklus yang telah
dilaksanakan, siswa secara keseluruhan belum mampu membuat analisis yang lebih bermakna atau berbobot. Analisis yang dituangkan ke dalam makalah masih sederhana, berbeda pada saat diskusi panel/prsentasi berlangsung, siswa mampu menganalisis masalah secara lisan dengan baik. Hal itu dapat terlihat dari pengguanaan bahasa yang berbobot ketika siswa bertanya, berpendapat, maupun menyanggah.
149
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat dapat meningkat melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Peningkatan tersebut dapat dilihat saat proses diskusi berlangsung, dan dengan dibantu oleh penilaian yang dilakukan guru jelas terlihat bahwa dari siklus I, suklus II dan siklus III terjadi perubahan-perubahan yang cukup memuaskan. Artinya siswa mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik serta mampu berpikir kritis analisis dalam mengkaji masalah.