BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45 WIB, didapatkan hasil pasien bernama Ny. J umur 31 tahun. Pasien mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 05.40 WIB secara normal dan tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya, pasien mengeluh mengeluarkan darah sur-sur an dari jalan lahirnya dan mengatakan bahwa perutnya tidak terasa mules, badannya terasa lemas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data fokus berupa muka terlihat sedikit pucat, pada pemeriksaan abdomen didapatkan tidak ada kontraksi uterus yang ditandai dengan uterus teraba lembek. Hasil tindakan eksplorasi didapatkan tidak terdapat jaringan plasenta yang tertinggal dalam kavum uteri. Pengeluaran pervaginam berupa perdarahan berwarna merah segar terdapat gumpalan darah sebanyak ± 500 cc. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 19.22 WIB. 2. Interpretasi Data Dasar a. Diagnosa Kebidanan Ny. J P2A0 umur 31 tahun postpartum 1 jam dengan atonia uteri.
35
36
Data Dasar DS
: 1) Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya secara normal pada tanggal 22 Maret 2016, pukul 05.40 WIB di RSUD Karanganyar, mengatakan mengeluarkan darah sur-sur an dari jalan lahir, saat ini ibu merasa lemas dan perut tidak terasa mules.
DO
: 1) Keadaan umum 2) Kesadaran
: Cukup : Composmentis
3) Vital Sign TD : 110/70mmHg S
: 36,50C
N
: 82x /menit
R
: 22x /menit
4) Inspeksi : muka terlihat sedikit pucat, terdapat pengeluaran darah yang cukup banyak. 5) Palpasi abdomen : tidak ada kontraksi uterus, yang ditandai dengan uterus teraba lembek. TFU : 2 jari dibawah pusat, kandung kemih : kosong. 6) Tindakan Eksplorasi :
tidak
terdapat
jaringan
plasenta yang tertinggal dalam kavum uteri. 7) PPV : perdarahan berwarna merah segar terdapat gumpalan darah sebanyak ± 500cc.
37
b. Masalah Cemas Dasar : Ibu mengatakan merasa cemas dengan darah yang keluar banyak dari jalan lahirnya. c. Kebutuhan Informasikan tentang penyebab perdarahan dan keadaannya. 3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Potensial terjadi syok hipovolemik. Antisipasi penanganan perdarahan karena atonia uteri oleh bidan : a.
Masase uterus.
b.
Melakukan rangsangan taktil melalui stimulasi puting susu pada ibu.
c.
Observasi keadaan umum, vital sign, kandung kemih dan perdarahan.
4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi dalam pemberian terapi dan tindakan yaitu: a.
Melakukan kompresi bimanual interna.
b.
Pemberian obat ergometrin (methergyn) 1 amp (0,2 mg) IV.
c.
Infus RL + 20 IU oksitosin (syntosinon) 40 tpm guyur.
d.
Berikan obat misoprostol (chromalux) 600 mcg per rectal.
5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh a.
Beritahu ibu tentang kondisi dan hasil pemeriksaan.
38
b.
Observasi KU, Vital sign, PPV dan kontraksi.
c.
Kosongkan kandung kemih untuk membantu kontraksi.
d.
Ajarkan ibu cara masase uterus.
e.
Berikan asupan nutrisi kepada ibu.
f.
Lakukan advice dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan penanganan atonia uteri : 1) Infus RL 40 tpm guyur. 2) Lakukan kompresi bimanual interna. 3) Pemberian obat ergometrin (methergyn) 1 amp (0,2 mg) IV. 4) Berikan obat misoprostol (chromalux) 600 mcg per rectal (tablet 200 mg).
g.
Lakukan penilaian kontraksi uterus dan PPV.
h.
Lakukan pendokumentasian pada buku register dan rekam medik pasien.
6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman a.
Memberitahu tentang kondisi ibu bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan ibu mengalami perdarahan pascapersalinan.
b.
Melakukan observasi KU, Vital sign, kontraksi dan PPV.
c.
Mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan kateter untuk membantu kontraksi uterus.
d.
Mengajarkan ibu cara masase uterus agar dapat merangsang kontraksi uterus sehingga perdarahan dapat terkontrol.
39
e.
Memberikan asupan nutrisi kepada ibu dengan cara meminta tolong keluarga untuk memberikan makanan dan minuman yang manis agar ibu tidak lemas.
f.
Melakukan advice dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan penanganan atonia uteri : 1) Memberikan drip oksitosin (syntosinon) 20 IU pada infus RL 40 tpm atau guyur. 2) Melakukan kompresi bimanual interna selama 10 menit dengan dibantu oleh tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat ergometrin (methergyn) 1 amp (0,2 mg) IV. 3) Memberikan obat misoprostol (misoprostol) 600 mcg per rectal (tablet 200 mg).
g.
Melakukan penilaian kontraksi uterus dan PPV.
h.
Melakukan pendokumentasian pada buku register dan rekam medik pasien.
7. Evaluasi a.
Ibu telah mengetahui kondisi dan hasil pemeriksaan.
b.
KU : cukup, kesadaran : composmentis, TD : 110/70 mmHg, Nadi: 82 x / menit, Respirasi : 22 x / menit, Suhu : 36,50C Kontraksi : tidak ada, PPV : lochea rubra, ± 500 cc, warna merah segar terdapat gumpalan darah.
c.
Kandung kemih kosong.
d.
Ibu dapat melakukan masase uterus.
40
e.
Ibu telah mengkonsumsi makanan berupa roti dan teh manis.
f.
Advice dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan penanganan atonia uteri telah dilakukan: 1) Telah diberikan drip oksitosin (syntosinon) 20 IU pada infus RL 40 tpm atau guyur. 2) Telah dilakukan kompresi bimanual interna selama 10 menit dengan dibantu oleh tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat ergometrin (methergyn) 1 amp (0,2 mg) IV.. 3) Obat misoprostol (chromalux) 600 mcg per rectal (tablet 200 mg) telah diberikan.
g.
Kontraksi uterus keras dan PPV dalam batas normal.
h.
Telah dilakukan pendokumentasian pada buku register dan rekam medik pasien.
41
CATATAN PERKEMBANGAN Catatan perkembangan 1 penulis kumpulkan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 13.00 WIB di Bangsal Ponek. Berdasarkan data subyektif ibu mengatakan masih nyeri luka jahitan, perut terasa mulas, badannya sudah tidak terasa lemas dan darah yang keluar sudah tidak sur – sur an. Data obyektif menunjukkan keadaan umum ibu cukup, kesadaran composmentis, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 36,7oC. Pemeriksaan palpasi dengan hasil kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Hasil pemeriksaan inspeksi didapatkan PPV berupa lochea rubra ± 50cc, terpasang infuse RL 200 cc pada tangan kanan dengan tetesan 20 tpm, luka jahitan basah, tidak ada tanda-tanda infeksi. Setelah menganalisa data diperoleh diagnosa Ny. J P2A0 umur 31 tahun postpartum 6 jam dengan riwayat perdarahan atonia uteri. Setelah diagnosa ditentukan, penulis menyusun perencanaan asuhan yaitu. Rencana pertama pukul 13.00 WIB Melakukan observasi KU, TTV, Kontraksi, TFU, dan PPV, hasilnya kondisi ibu sudah normal. Selanjutnya menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti duduk, hasilnya ibu sudah dapat duduk sendiri dan tidak merasa pusing. Pada pukul 13.05 WIB menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan makanan yang bergizi seimbang agar kondisi ibu tidak lemas serta produksi ASI lancar, hasilnya ibu bersedia makan makanan yang bergizi seimbang. Rencana selanjutnya yaitu menganjurkan ibu untuk memerah ASInya untuk diberikan ke bayi selama tidak dirawat gabung, hasilnya ibu telah memerah ASI nya, kemudian
42
menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan dengan cara jika cebok dari atas kebawah dan di keringkan dengan handuk atau kain bersih sampai kering. Pada pukul 13.10 WIB melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk melanjutkan terapi yaitu : Parenteral berupa Infus RL 20 tpm, Amoxillin X 500 mg tab 3x1/hari, Inbion X (tab 60 mg/hari) 1x1/hari, Asam Mefenamat 500 mg X tab 3x1/hari dan Ibu sudah dapat di pindah ke bangsal teratai. Rencana terakhir yaitu mendokumentasikan tindakan dalam rekam medis. Catatan perkembangan 2 penulis kumpulkan pada tanggal 23 Maret 2016 pukul 08.00 WIB. Dari data subyektif ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan kondisinya sudah membaik. Ibu mengatakan sudah berani BAK dan BAB sendiri di kamar mandi. Data objektif yang penulis kumpulkan menunjukkan keadaan umum pasien baik. Tanda-tanda vital pasien yaitu tekanan darah 120/70mmHg, suhu tubuh 36,5oC, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Hasil pemeriksaan inspeksi didapatkan PPV berupa lochea rubra ± 10cc, terpasang infuse RL 100 cc pada tangan kanan 20 tpm, luka jahitan basah, tidak ada tanda-tanda infeksi. Setelah menganalisis data diperoleh diagnosa Ny. J P2A0 umur 31 tahun postpartum hari ke-1 normal. Setelah diperoleh diagnosa, penulis menyusun sebuah rencana asuhan, rencana pertama dilakukan pukul 08.00 WIB Melakukan observasi KU, TTV, Kontraksi, TFU, PPV dan hasilnya dalam keadaan normal. Pada pukul 08.05 WIB menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup dengan tidur siang dan malam yang teratur, hasilnya ibu telah beristirahat cukup. Pukul 08.10 WIB menganjurkan ibu untuk
43
memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan makanan yang bergizi seimbang, hasilnya ibu bersedia makan makanan bergizi seimbang. Pada pukul 08.15 WIB Menganjurkan ibu untuk ambulasi bertahap untuk melatih otot- otot yang kaku, hasilnya ibu telah berjalan – jalan disekitar tempat tidur. Selanjutnya pukul 08.20 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan bahwa hari ini ibu diperbolehkan pulang, hasilnya ibu telah di aff infus serta mendapatkan terapi untuk dibawa pulang. Pukul 08.30 WIB menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas dan memberitahu ibu untuk segera datang ke pelayanan kesehatan apabila mengalami hal tersebut seperti perdarahan hebat, demam, payudara bengkak, sakit kepala, nyeri ulu hati, hasilnya ibu telah paham dan bersedia datang ke pelayanan kesehatan apabila mengalami gejala tanda bahaya masa nifas. Pukul 08.35 WIB menganjurkan ibu untuk kontrol ulang pada hari ke 6 yaitu tanggal 29 Maret 2016, hasilnya ibu bersedia untuk melakukan kontrol ulang pada hari ke 6 yaitu tanggal 29 Maret 2016. Rencana terakhir ibu diperbolehkan
pulang
dan
memberikan
surat
untuk
kontrol,
serta
mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan. B. PEMBAHASAN 1.
Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Kasus ibu nifas dengan atonia uteri data subjektif diperoleh Ny. J
mengeluh merasa lemas, mengeluarkan darah sur-sur an dari jalan lahirnya dan perutnya tidak terasa mules. Data objektif pada Ny. J saat pemeriksaan palpasi abdomen tidak ada kontraksi yang ditandai dengan uterus teraba
44
lembek, TFU 2 jari dibawah pusat, dan PPV ± 500 cc, hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2012) bahwa tanda dan gejala dari kasus perdarahan karena atonia uteri yaitu uterus tidak berkontraksi dan hal ini didukung oleh teori Saifuddin (2009) bahwa terjadi perdarahan sebanyak 500 - 1000 cc. Tanda dan gejala tersebut timbul karena ketika proses persalinan ibu mengalami komplikasi persalinan yaitu persalinan lama yang mengakibatkan overdistensi uterus sehingga otot uterus terlalu lama relaksasi akibatnya otot uterus tidak mampu berkontraksi, hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2012) bahwa perdarahan karena atonia uteri dapat disebabkan karena partus lama. Dalam pengumpulan data ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik di lahan. 2.
Interpretasi Data Dasar Berdasarkan data yang dikumpulkan diperoleh diagnosa kebidanan Ny. J,
P2A0,umur 31 tahun, postpartum 1 jam dengan atonia uteri, hal ini sesuai dengan teori menurut Nugroho (2012) bahwa diagnosa ini diperoleh berdasarkan munculnya keluhan yaitu uterus tidak berkontraksi yang ditandai dengan uterus teraba lembek, dan hal ini didukung oleh teori Saifuddin (2009) bahwa terdapat adanya perdarahan 500-1000 cc. Masalah yang terjadi pada Ny. J adalah rasa cemas yang timbul akibat dari pengeluaran darah yang banyak, hal ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2009) bahwa masalah yang sering kali dirasakan ibu dengan perdarahan postpartum karena atonia uteria dalah kecemasan karena perdarahan yang banyak dari jalan lahirnya. Kebutuhan pada kasus ini adalah informasikan
45
tentang penyebab perdarahan dan keadaannya, hal ini sesuai dengan teori Maritalia (2012) bahwa kebutuhan yang diperlukan pada kasus ini adalah menginformasikan kepada ibu tentang penyebab perdarahan yang dialami karena atonia uteri. Sehingga pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. 3.
Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Diagnosa potensial pada kasus Ny. J dengan atonia uteri yaitu syok
hipovolemik, hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2012) bahwa diagnosa potensial pada kasus atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan banyak yang mengarah pada terjadinya syok hipovolemik. Antisipasi penanganan perdarahan karena atonia uteri oleh bidan yaitu bidan melakukan masase uterus, melakukan rangsangan taktil melalui stimulasi puting susu dan mengobservasi keadaan umum, vital sign, kandung kemih dan perdarahan, hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2012) bahwa antisipasi penanganan perdarahan karena atonia uteri adalah masase uterus, menurut pendapat Rukiyah dkk. (2010) melakukan rangsangan taktil melalui stimulasi puting susu pada ibu, dan menurut teori Saifuddin (2011) mengobservasi keadaan umum, vital sign, kandung kemih dan perdarahan. Sehingga pada tahap ini kasus Ny. J tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
46
4.
Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Tindakan segera yang dilakukan oleh bidan untuk menentukan tindakan
selanjutnya pada kasus Ny. J dengan atonia uteri yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi dan tindakan : melakukan kompresi bimanual interna, pemberian obat ergometrin (methergyn) 1 amp (0,2 mg) IV, Infus RL + 20 IU oksitosin (syntosinon) 40 tpm guyur, dan pemberian misoprostol (chromalux) 600 mcg per rectal, hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2009) bahwa tindakan segera pada kasus atonia uteri yaitu melakukan kompresi bimanual interna, menurut Saifuddin (2011) perlu ditambahkan tindakan pemberian obat ergometrin 1 amp IV, menurut Marmi (2012) pemasangan infuse RL 500 ml+ 20 IU oksitosin 40 tpm guyur, dan menurut Nugroho (2012) pemberian misoprostol 600 – 1000 mcg per rectal (Tablet 200 mg). Sehingga pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lahan. 5.
Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh Rencana asuhan yang dilakukan pada kasus Ny. J dengan perdarahan
karena atonia uteri adalah beritahu ibu tentang kondisi dan hasil pemeriksaan, observasi KU, Vital sign, PPV dan kontraksi, kosongkan kandung kemih untuk membantu kontraksi, ajarkan ibu cara masase uterus, berikan asupan nutrisi kepada ibu, lakukan advice dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan penanganan atonia uteri : Infus RL 40 tpm guyur, lakukan kompresi bimanual interna. berikan injeksi ergometrin 1 Amp (0,2 mg) per IV, berikan obat misoprostol 600 mcg per rectal (tablet 200 mg). Lakukan penilaian
47
kontraksi uterus dan PPV, lakukan pendokumentasian pada buku register dan rekam medik pasien, hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2011) bahwa penanganan pada kasus atonia uteri yaitu melakukan observasi KU, vital sign, PPV dan kontraksi, menurut Marmi (2012) melakukan masase fundus uteri, dan menurut Saifuddin (2011) menambahkan dengan mengosongkan kandung kemih, kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan pasang infus RL 40 tpm atau guyur, hal ini sesuai dengan teori Marmi (2012) bahwa perlu dilakukan tindakan pemasangan infuse RL 40 tpm guyur, lakukan tindakan kompresi bimanual interna, hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2012) bahwa tindakan kompresi bimanual, Saifuddin (2011) menambahkan dengan memberikan obat ergometrine 0,2 mg IV dan menurut Nugroho (2012) menmbahkan tindakan pemberian misoprostol 600-1000 mcg per rectal (tablet 200 mg). Sehingga dalam langkah perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. 6.
Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim
kesehatan lainnya. Proses pelaksanaan kebidanan dilakukan sesuai dengan kewenangan
bidan
dengan
memberikan
asuhan
kebidanan
secara
komprehensif. Pada kasus Ny. J pelaksanaan rencana asuhan yang telah disusun dilaksanakan sesuai dengan teori Saifuddin (2011) yaitu pemeriksaan TTV, kandung kemih, PPV dan kontraksi, Marmi (2012) menambahkan tindakan masase fundus uteri, pemberian terapi dan tindakan telah dilaksanakan oleh bidan sesuai dengan advice dokter, dalam hal pelaksanaan
48
tindakan kompresi bimanual interna selama 10 menit tidak sesuai dengan teori Nugroho (2012) bahwa tindakan kompresi bimanual interna dilakukan selama 5 menit, jika muncul kontraksi teruskan kompresi bimanual interna selama 2 menit. Sehingga pada langkah pelaksanaan terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. 7.
Evaluasi Evaluasi dari pemberian asuhan tersebut, Ny. J diperbolehkan pulang
pada hari pertama postpartum dengan keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri sesuai dengan proses involusi, perdarahan dalam batas normal, pada luka jahitan tidak terdapat tanda-tanda terjadinya infeksi. Ibu sudah merasa tenang dengan kondisinya yang telah membaik, ibu juga telah diberikan KIE yang sesuai selama masa nifas. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan Nugroho (2012), bahwa evaluasi yang diharapkan pada ibu nifas dengan atonia uteri tidak mengarah pada syok hipovolemik karena perdarahan dapat tertangani dengan baik, serta dapat menjalani masa nifas dengan baik tanpa adanya komplikasi masa nifas.