perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I
: Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap
Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu Ny. U umur 36 tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang kedua. Ibu merasa kenceng-kenceng sejak tanggal 27 Maret 2014 pukul 00.30 WIB dan merasa sedikit pusing serta mengeluarkan lendir darah. HPHT tanggal 27 Juni 2013, HPL tanggal 4 April 2014, UK 38+6 minggu. Pada data obyektif didapatkan hasil yaitu pemeriksaan fisik dalam batas normal. Palpasi abdomen terdapat kontraksi 3x/10 menit durasi 30 detik, bagian atas teraba bokong, bagian kanan teraba ekstremitas janin, bagian kiri teraba punggung janin, kepala sudah masuk PAP 3/5 bagian, TFU 35 cm, TBJ 3720 gram.
Auskultasi abdomen terdengar denyut
jantung janin pada kuadran kiri bawah pusat dengan frekuensi 130x/menit, teratur. Pemeriksaan dalam diperoleh hasil pembukaan 6 cm dan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil 170/110 mmHg, serta pada pemeriksaan laboratorium urine diperoleh hasil protein urine kualitatif +2.
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Langkah II
: Intrepretasi data dasar
a. Diagnosis kebidanan Ny. U G 2 P 1 A 0 umur 36 tahun, hamil 38+6 minggu, janin tunggal hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, punggung kiri, kepala masuk PAP 3/5 bagian, inpartu dengan preeklamsia berat. b. Masalah Kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan c. Kebutuhan Memberikan dukungan moril dan penjelasan mengenai kondisinya dan janinnya 3. Langkah III
: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
a. Pada ibu
: eklamsia atau kejang
b. Pada janin
: hipoksia
c. Antisipasi bidan dengan mengobservasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan, his, dan denyut jantung janin secara ketat. 4. Langkah IV
: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Kolaborasi dengan dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk pemberian terapi dan tindakan yaitu memasang infus Ringer Laktat 18 tetes per menit, pemberian obat antihipertensi Nifedhipine 10mg per oral dan selanjutnya pemberian tindakan akselerasi dengan oksitosin 5 IU per drip dengan tetesan pertama 12 tetes/menit. 5. Langkah V
: Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
a. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
b. Tekanan darah, Nadi, Respirasi setiap1 jam, Suhu setiap 2 jam. c. Observasi pembukaan serviks dan kemajuan persalinan tiap 4 jam, his dan DJJ tiap 30 menit. d. Laksanakan hasil kolaborasi dengan dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk pemberian terapi dan tindakan : 1) Infus Ringer Laktat 18 tetes per menit. 2) Pemberian obat antihipertensi Nifediphine 10mg per oral 3) Tindakan partus pervaginam dengan akselerasi dengan oksitosin 5 IU per drip dimulai dari 12 tetes/menit. e. Pantau keseimbangan cairan yang masuk dan keluar tubuh. f. Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan tidak meneran sebelum pembukaan lengkap serta ajarkan teknik relaksasi. g. Berikan motivasi dan support mental pada ibu dalam menghadapi persalinan. h. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang preeklamsia berat. i.
Berikan informed consent pada keluarga untuk tindakan akselerasi.
j.
Siapkan partus set.
k. Siapkan perlengkapan ibu dan bayi. l.
Dokumentasikan semua tindakan
6. Langkah VI
: Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
a. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu. Tekanan darah, Nadi, Respirasi setiap 1 jam, Suhu setiap 2 jam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
b. Mengobservasi pembukaan serviks dan kemajuan persalinan tiap 4 jam, his dan DJJ tiap 30 menit. c. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk pemberian terapi dan tindakan : 1) Memasang infus Ringer Laktat 18 tetes per menit. 2) Memberikan obat antihipertensi Nifediphine 10mg per oral 3) Melakukan tindakan akselerasi dengan oksitosin 5 IU per drip dimulai
dari
12
tetes/menit,
setelah
keluarga
pasien
menandatangani lembar informed consent. d. Memantau keseimbangan cairan yang masuk ke dalam tubuh. e. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan tidak meneran sebelum pembukaan lengkap serta mengajarkan ibu teknik relaksasi yang benar yaitu mengambil nafas panjang dari hidung dan menghembuskannya secara perlahan lewat mulut. f. Memberikan motivasi dan support mental pada ibu dalam menghadapi persalinan, menenangkan hati ibu, memberitahu keadaan janinnya, dan memuji sikap kooperatif ibu. g. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang preeklamsia berat. Preeklamsia berat adalah hipertensi disertai protein urine selama hamil, persalinan, dan atau nifas. h. Menyiapkan partus set dan peralatan resusitasi. 1) Partus set
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Sarung tangan steril, gunting tali pusat, 2 klem tali pusat, umbilical klem, gunting episiotomi, kom betadin, kassa steril, jarum, nail folder, pinset, gunting, benang catgut, spuit 3cc, oksitosin 10 IU, suction set dan vit K 0,1 mg. 2) Peralatan resusitasi Balon resusitasi dan sungkup. i.
Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi: Baju ganti ibu, pakaian dalam ibu, pembalut, kain bersih/jarik, baju bayi, popok, kain bedong, topi bayi, sarung tangan dan sarung kaki bayi.
j.
Mendokumentasikan semua tindakan.
7. Langkah VII : Evaluasi a. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu telah dilakukan. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis Vital Sign (terlampir). b. Observasi DJJ, His, dan pembukaan telah dilakukan (terlampir). c. Hasil kolaborasi dengan dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk pemberian terapi dan tindakan telah dilakukan : Pukul : 08.25 WIB telah dipasang infuse RL 18 tetes/ menit, obat antihipertensi Nifediphine 10mg per oral telah di minum pasien. Pukul
: 08.30 WIB mulai pemberian akselerasi oksitosin 5 IU per drip dimulai
dari
12
tetes/menit,
menandatangani informed consent.
dan
keluarga
telah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
d. Keseimbangan cairan yang masuk dan cairan yang keluar telah dipantau sampai akhir kala IV. e. Ibu memilih posisi yang nyaman dengan tidur miring kiri dan tidak meneran sebelum pembukaan lengkap serta mampu mempraktikan teknik relaksasi yang benar saat ada kontraksi. f. Rasa cemas ibu berkurang setelah mengetahui keadaannya dan keadaan janinnya baik. g. Ibu dan keluarga telah mengetahui tentang keadaan ibu dan janin. h. Partus set telah disiapkan. i. Perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan. j. Semua tindakan telah di dokumentasikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Catatan Perkembangan Pada catatan perkembangan I tanggal 27 Maret 2014 pukul 10.25 WIB, didapatkan data subyektif bahwa ibu mengatakan kenceng semakin sering dan ingin meneran. Data obyektif berupa hasil pemeriksaan dalam yaitu pembukaan lengkap 10 cm. Diagnosa kebidanan adalah Ny. U G 2 P 1 A 0 umur 36 tahun, inpartu kala II dengan preeklamsia berat. Perencanaan yang dilakukan yaitu memimpin persalinan. Hasilnya adalah bayi lahir spontan pukul 10.40 WIB, jenis kelamin laki – laki, BB : 3500 gram, PB : 50 cm. Pada catatan perkembangan II tanggal 27 Maret 2014 pukul 10.42 WIB, didapatkan data subyektif bahwa ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. Data obyektif berupa hasil pemeriksaan palpasi abdomen yaitu kontraksi keras dan TFU setinggi pusat. Diagnosa kebidanan adalah Ny. U G 2 P 1 A 0 umur 36 tahun, inpartu kala III dengan preeklamsia berat. Perencanaan yang dilakukan yaitu melakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III. Hasilnya adalah plasenta lahir spontan lengkap pukul 10.50 WIB. Pada catatan perkembangan III tanggal 27 Maret 2014 pukul 10.55 WIB, didapatkan data subyektif bahwa ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. Data obyektif berupa hasil pemeriksaan palpasi abdomen yaitu kontraksi keras dan TFU 2 jari dibawah pusat. Diagnosa kebidanan adalah Ny. U P 2 A 0 umur 36 tahun, dalam pengawasan kala IV dengan preeklamsia berat. Perencanaan yang dilakukan yaitu melakukan observasi 2 jam postpartum. Hasil observasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan dalam keadaan normal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
B. PEMBAHASAN Setelah penulis melaksanakan studi kasus pada Ny. U dengan stimulasi atas
indikasi
membandingkan
preeklamsia
berat
di
RSUD
Karanganyar,
penulis
antara asuhan kebidanan ibu bersalin dengan preeklamsia
berat di lahan dengan teori preeklamsia berat dengan menggunakan langkah manajemen kebidanan 7 langkah Varney. Hasil análisis yang ditemukan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data dasar Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat mengenai kondisi pasien baik dari hasil anamnesa dengan pasien, suami atau keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan data penunjang. (Varney, 2007) Penulis memperoleh data subjektif
dari klien berupa identitas
pasien yaitu Ny. U umur 36 tahun, merasa kenceng-kenceng sejak tanggal 27 Maret 2014 pukul 00.30 WIB dan merasa sedikit pusing. HPHT tanggal 27 Juni 2013, HPL tanggal 4 April 2014, UK 38+6 minggu. Pada data obyektif didapatkan hasil yaitu kontraksi 3x/10 menit durasi 30 detik, bagian atas teraba bokong, bagian kanan teraba ekstremitas janin, bagian kiri teraba punggung janin, kepala sudah masuk PAP 3/5 bagian. Auskultasi abdomen terdengar denyut jantung janin pada kuadran kiri bawah pusat dengan frekuensi 130x/menit, teratur.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Pemeriksaan dalam diperoleh pembukaan 6 cm dan pengukuran tekanan darah 170/110 mmHg, serta hasil protein urine kualitatif +2. Berdasarkan dari teori Varney yang ada dan hasil pengumpulan data dasar baik subjektif maupun objektif yang dilakukan di lahan, tidak didapatkan adanya kesenjangan. 2. Interpretasi data dasar Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil data yang telah terkumpul, sehingga dapat merumuskan diagnosis kebidanan, masalah, dan kebutuhan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ny.U dapat ditegakkan diagnosa kebidanan sebagai berikut : “Ny. U umur 36 tahun G 2 P 1 A 0 hamil 38+6 minggu, janin tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, punggung kiri, kepala masuk PAP 3/5 bagian, inpartu dengan preeklamsia berat”. Pada kasus ini data yang digunakan untuk menegakkan diagnosa klinis yaitu leopold normal, TD 170/110 mmHg dan hasil pembukaan 6 cm serta hasil laboratorium protein dalam urin secara kualitatif sebesar +2, sehingga tidak ada kesenjangan antar teori dan praktik. Masalah yang ditemukan pada kasus ini adalah adanya kecemasan yang dialami oleh Ny. U mengenai kondisinya dan kondisi janinnya. Hal tersebut telah sesuai dengan teori menurut Cuningham (2013), yaitu ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
janinnya sehingga ia takut untuk melahirkan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Kebutuhan yang diperlukan dalam kasus Ny. U berupa pemberian informasi mengenai hasil pemeriksaan pada ibu dan janin serta dukungan emosional kepada pasien. Menurut teori, kebutuhan bagi ibu bersaalin dengan preeklamsia berat antara lain : informasi hasil pemeriksaan, dukungan emosional, dan keterlibatan suami serta keluarga dapat memperkuat dukungan terhadap ibu. (Chapman, 2006). Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. 3. Diagnosa potensial dan antisipasi penanganannya Diagnosa potensial terjadi untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul dari kondisi yang ada atau yang sedang terjadi. Menurut teori dari Norwitz (2007), diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus PEB adalah terjadinya kejang (eklamsia). Pada kasus Ny.U tidak terjadi kejang atau eklamsia di karenakan ibu sudah dalam kemajuan persalinan yang sangat baik. Antisipasi yang dapat dilakukan oleh bidan adalah memantau ketat tekanan darah, vital sign, DJJ, observasi cairan yang masuk dan yang keluar serta protein urine (Saifuddin, 2009). Pada kasus ini, antisipasi tindakan segera sebagai bidan yaitu dengan mengobservasi keadaan umun, tekanan darah, vital sign, kemajuan persalinan, his, dan DJJ sehingga tidak terdapat kesenjangan terhadap teori yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
4. Kebutuhan terhadap tindakan segera Dalam kasus ibu bersalin dengan preeklamsia berat , bidan harus bertindak segera untuk keselamatan ibu dan janin. Dalam hal ini, bidan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan (SpOG) untuk pemberian antikonvulsan untuk mencegah terjadinya kejang, antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah, serta penatalaksanaan persalinan. Serta kolaborasi dengan pihak laboratorium untuk pemeriksaan protein urine dan darah (Chapman, 2006). Pada kasus Ny.U dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian penanganan pada kasus persalinan dengan preeklamsia berat yaitu dengan pemberian obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan pemberian akselerasi oksitosin 5 IU per drip, tetapi tidak diberikan antikonvulsan sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. 5. Rencana tindakan Menurut teori, rencana tindakan pada kasus ibu bersalin dengan preeklamsia berat antara lain : menilai keadaan umum, vital sign, kemajuan persalinan, menentukan keadaan janin, memantau keseimbangan cairan masuk (infus) dan keluar (urine), tindakan induksi, antikonvulsan (magnesium sulfat atau Diazepam) dan antihipertensi. (Edwin, 2013) Pada kasus ini, rencana tindakan yang dilakukan yaitu pemberian obat antihipertensi yaitu nifediphine 10 mg, akselerasi dengan oksitosin untuk mempercepat persalinan, namun tidak ada rencana untuk pemberian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
antikonvulsan untuk mencegah terjadinya kejang, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lahan. 6. Pelaksanaan a. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu tiap jam. b. Observasi pembukaan serviks dan kemajuan persalinan tiap 4 jam, his dan DJJ tiap 30 menit. c. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang preeklamsia berat. Berikan konseling pada keluarga. d. Pasang infus Ringer Laktat dan memantau keseimbangan cairan masuk (infus) dan keluar (urine). e. Anjurkan suami atau keluarga untuk menemani ibu menghadapi persalinan. f. Posisikan ibu yang nyaman. g. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
pemberian
terapi
induksi,
antikonvulsan (magnesium sulfat atau Diazepam) dan antihipertensi. (Edwin, 2013) Pada kasus ini, tidak diberikan antikonvulsan (magnesium sulfat) sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kenyaataan di lahan. 7. Evaluasi Evaluasi terhadap kasus bersalin dengan preeklamsia berat, diharapkan rencana asuhan benar-benar efektif dalam pelaksanaannya, sehingga kondisi janin dan ibu sejahtera serta tidak terjadi eklamsia atau kejang yang dapat menyebabkan kematian pada ibu. (Edwin, 2013).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah melakukan langkah – langkah penanganan berdasarkan pada rencana tindakan pada kasus Ny. U didapatkan ibu bersalin secara normallami asfiksia ringan, placenta lahir lengkap, dan kala IV berjalan baik serta preeklamsia berat yang dialami ibu tidak berkembang menjadi eklampsia atau kejang