BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB, dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung kepada pasien dan keluarga. Pada kasus ini pasien bernama Balita W, jenis kelamin laki - laki, umur 4 tahun, anak pertama dari Ny. K (22 tahun) dan Tn.E (24 tahun), berlamat di Sawah karang 004/023, Jebres, Jebres, Surakarta. Dari hasil anamnesa ibu mengatakan anaknya demam naik turun sejak 7 hari yang lalu, mual - muntah dan nafsu makan menurun. Pada umur 2 tahun anaknya pernah di rawat di Rumah Sakit dengan Bronkitis. Dari hasil pemeriksaan fisik didapat keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis, suhu 38,5⁰C, muka tampak pucat, lidah kotor, bibir kering, dan pecah – pecah, perut kembung dan nyeri perabaan di daerah ulu hati. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium uji widal ditemukan bahwa titer S.Thypi O dalam darah mencapai 1/320.
26
27
2. INTEPRETASI DATA DASAR Tanggal : 28 Maret 2016
Pukul : 15.15 WIB
a. Diagnosa Kebidanan Balita W umur 4 tahun dengan demam tifoid Data dasar DS = 1) Ibu mengatakan bahwa anaknya bernama balita W. 2) Ibu mengatakan anaknya berumur 4 tahun. 3) Ibu mengatakan anaknya demam sejak 7 hari yang lalu. 4) Ibu mengatakan anaknya mual, muntah 6 kali dalam semalam. 5) Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun. DO = 1) Keadaan Umum
: sedang
2) Kesadaran
: composmetis
3) TTV
: N : 124 x/menit R : 24 x/menit S : 38,50C
4) BB/TB
: 13,5 kg / 126 cm
5) LK/LLA
: 50 cm / 17 cm
6) Inspeksi
: lidah kotor, bibir kering dan pecah - pecah
7) Palpasi
: terdapat nyeri tekan pada daerah ulu hati
8) Perkusi
: terdapat kembung pada daerah abdomen
9) Titer S. Thypi O
: 1/320
b. Masalah 1) Anak tidak nafsu makan
28
2) Hipertermi c. Kebutuhan 1) Penuhi kebutuhan nutrisi / cairan anak 2) Pencegahan kenaikan suhu 3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI PENANGANANNYA Diagnosa Potensial dalam kasus ini adalah : a. Perdarahan usus b. Perforasi Antisipasi Penanganan : a. Monitor suhu tubuh b. Istirahat yang cukup 4. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi 5. PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH Tanggal : 28 Maret 2016
Pukul : 15.20 WIB
a. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign). b. Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang diderita anak serta anjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi anak. c. Kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diit makanan. d. Anjurkan pasien untuk banyak minum. e. Observasi intake/output
29
f. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi. g. Motivasi pasien untuk istirahat tirah baring selama demam. h. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar i. Dokumentasikan hasil tindakan dalam catatan rekam medik 6. PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN DAN AMAN Tanggal : 28 Maret 2016 a.
Pukul : 15.25 WIB
Melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign) tiap 6 jam.
b.
Memberikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang di derita anak bahwa anaknya menderita demam tifoid serta menganjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi anak.
c.
Melakukan kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diit makanan berupa bubur.
d.
Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau yang disukai) untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam.
e.
Melakukan observasi masukan (intake) yaitu cairan infus, gizi dan minum oral.
f.
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi yaitu: 1) Setelah infus RL, selanjutnya Ka EN3A 10 tpm makro 2) Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam (antibiotik)
30
3) Injeksi Ondansetron 2 mg/8 jam (antiemetik) 4) Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral (antipiretik) 5) Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral (vitamin) g.
Memberikan motivasi pada pasien untuk istirahat tirah baring selama demam.
h.
Menganjurkan ibu menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar.
i.
Mendokumentasikan hasil tindakan dalam catatan rekam medik
7. EVALUASI Tanggal : 28 Maret 2016
Pukul : 22.00 WIB
a. Observasi telah dilakukan Hasil : pukul 18.00 WIB KU : sedang
Kesadaran : composmentis
VS : N: 120 kali/menit S: 39,2⁰C
R: 28 kali/menit
b. Orang tua telah mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya dan bersedia anaknya dirawat di rumah sakit c. Telah berkolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diit makanan. d. Pasien bersedia untuk banyak minum. e. Observasi intake telah dilakukan. f.
Kolaborasi dokter spesialis anak telah dilakukan, pasien mendapat terapi: 1) Infus Ka EN3A 10 tpm makro telah diberikan pukul 20.35 WIB 2) Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam telah diberikan pukul 18.00 WIB, rencana selanjutnya pukul 06.00 WIB.
31
3) Injeksi Ondansetron 2 mg/8 jam telah diberikan pukul 22.00 WIB, rencana selanjutnya pukul 06.00 WIB. 4) Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral telah diberikan pukul 18.00 WIB, rencana selanjutnya pukul 24.00 WIB. 5) Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral telah diberikan pukul 18.00 WIB, rencana selanjutnya pukul 06.00 WIB. g. Ibu bersedia untuk menjaga pola istirahat anak selama demam h. Ibu bersedia menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar i. Hasil tindakan telah didokumentasikan dalam catatan rekam medik CATATAN PERKEMBANGAN Catatan Perkembangan I Pada tanggal 29 Maret 2016, Ibu mengatakan anaknya sudah tidak demam seperti kemarin dan keluhan mual - muntah sudah tidak dirasakan lagi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital keadaan umum sedang, anak sudah tidak demam lagi (suhu 36,4⁰C), inspeksi lidah kotor, bibir kering dan pecah – pecah, palpasi terdapat nyeri tekan pada daerah ulu hati, perkusi abdomen kembung. Diagnosa kebidanannya yaitu Balita W umur 4 tahun dengan demam tifoid dalam perawatan hari kedua. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dengan hasil keadaan umum sedang, vital sign (suhu : 36,4⁰C
nadi : 106 x/menit respirasi : 26 x/menit), melakukan observasi
tanda-tanda vital tiap 6 jam dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis dokter (Infus Ka EN3A 10 tpm makro, Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12
32
jam, Injeksi Ondansetron 2 mg/8 jam, Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral, Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral)melanjutkan kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit makanan dengan hasil pasien telah makan bubur yang diberikan dari Rumah Sakit, menganjurkan pasien dan keluarga agar tidak jajan sembarangan dengan hasil Ibu dan pasien bersedia untuk tidak jajan sembarangan, menganjurkan keluarga agar anaknya tirah baring dan istirahat yang cukup dengan hasil pasien telah istirahat tirah baring. Catatan Perkembangan II Hari ketiga (30 Maret 2016) Ibu mengatakan anaknya masih sakit perut tetapi anak sudah mau makan lebih banyak. Hasil pemeriksaan keadaan umum cukup, suhu tubuh 36,70C, inspeksi lidah kotor, bibir kering dan pecah – pecah, palpasi terdapat nyeri tekan pada daerah ulu hati, perkusi abdomen kembung. Diagnosa kebidanannya yaitu Balita W umur 4 tahun dengan demam tifoid dalam perawatan hari ketiga. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dengan hasil keadaan umum baik, vital sign (suhu 36,7⁰C nadi 112 x/menit respirasi 30 x/menit), melakukan observasi tandatanda vital tiap 6 jam dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis dokter (Infus Ka EN3A 10 tpm makro, Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam, Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral, Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral), melanjutkan kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit makanan dengan hasil pasien telah makan bubur yang diberikan dari Rumah Sakit, menganjurkan orangtua untuk tetap memberikan nutrisi pada anaknya dengan cara memberi
33
makanan sedikit-sedikit tapi seringdengan hasil orangtua bersedia memberikan kebutuhan nutrisi pada anak dengan memberi makan sedikit tapi sering, menganjurkan ibu menjaga kebersihan badan anak dengan cara mandi/sibin 2 kali sehari dan ganti baju 2 kali/hari dengan hasil pasien telah disibin dan ganti baju pukul 06.30 WIB. Catatan Perkembangan III Pada hari keempat perawatan (31 Maret 2016) pasien tidak memiliki keluhan apapun dan besok sudah boleh pulang, keadaan umum baik dan suhu tubuh 36,3⁰C, inspeksi mulut dan bibir sudah tidak kering, anak sudah lebih sehat dan lebih bersemangat serta nafsu makan anak kembali pulih, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi tidak ada kembung. Diagnosa kebidanannya yaitu Balita W umur 4 tahun dalam perawatan hari keempat. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dengan hasil keadaan umum baik, vital sign (suhu : 36,3⁰C nadi : 100 x/menit respirasi : 26 x/menit), melakukan observasi tandatanda vital tiap 6 jam dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis dokter (Infus Ka EN3A 10 tpm makro, Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam, Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral, Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral), menganjurkan ibu untuk memberikan makan yang telah disediakan rumah sakit berupa bubur dan lauk-pauk kepada anaknya dengan cara memberikannya sedikit-sedikit tetapi sering dengan hasil anak mau makan sediki-sedikit tetapi sering, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dan makanan yang diberikan pada anak serta menjaga pola makan anak dengan hasil ibu
34
mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan, mengingatkan ibu dan pasien agar tidak jajan sembarangan dengan hasil ibu dan pasien bersedia untuk tidak jajan sembarangan. Catatan Perkembangan IV Pada hari Jum’at, 1 April 2016 pasien tidak ada keluhan, nafsu makan anak bertambah, keadaan umum baik, suhu 36,6⁰C, inspeksi mulut dan bibir sudah tidak kering, anak sudah lebih sehat dan lebih bersemangat serta nafsu makan anak kembali pulih, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi tidak ada kembung. Diagnosa kebidanannya yaitu Balita W umur 4 tahun dalam perawatan hari kelima. Pelaksanaan yang dilakukan yaitu memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dengan hasil keadaan umum baik, vital sign (suhu : 36,6⁰C nadi : 110 x/menit respirasi : 30 x/menit), melanjutkan terapi sesuai advis dokter (Infus Ka EN3A 10 tpm makro, Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam, Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral, Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral), memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa anak boleh pulang dan infus akan dilepas (Ibu telah mengerti bahwa anaknya boleh pulang dan infus telah di lepas pukul 14.00 WIB), menganjurkan pada orangtua untuk tetap memberikan nutrisi pada anaknya berupa makanan yang mengandung protein seperti telur, daging, susu dan lain-lain dengan cara memberi makanan sedikitsedikit tapi sering dan disajikan dalam tampilan yang menarik agar nafsu makan anak bertambah (Ibu bersedia memberikan nutrisi pada anaknya), memberikan terapi pulang sesuai advis dokter (pasien mendapat terapi oral :
35
Cefixime 2 x 70 mg, Ranivel 2 x ¾ sendok takar, Mulsanol 2 x 1 sendok takar), menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dan makanan yang diberikan pada anak serta menjaga pola makan anak (ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan), memberikan informasi pada ibu untuk mencegah terjadinya penyakit tifoid, yaitu dengan cara memasak air hingga matang sebelum dikonsumsi, melarang anak untuk membeli makanan yang dijual di pinggir jalan dan menerapkan cuci tangan pada anak sebelum menyentuh
makanan
(ibu
mengerti
dan
bersedia
melakukannya),
memberitahukan ibu untuk membawa anaknya kontrol pada tanggal 4 April 2016 (ibu bersedia membawa anaknya kontrol pada tanggal 4 April 2014 di poli anak RSUD Surakarta). B. PEMBAHASAN Berdasarkan data-data yang didapatkan akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil dibandingkan dengan teori yang ada, pelaksanaan studi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, kebutuhan terhadap tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dibawah ini akan di uraikan mengenai pembahasan dan identifikasi adanya perbedaan antara teori dan praktik. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari hasil anamnesa didapatkan identitas pasien dalam kasus ini adalah balita W umur 4 tahun, dengan keluhan pada saat masuk rumah
36
sakit yaitu demam naik turun sejak 7 hari yang lalu, mual - muntah serta adanya penurunan nafsu makan pada anak. Data obyektif pada balita W yaitu keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis, suhu 38,5⁰C, perut kembung, lidah kotor, bibir kering dan pecah - pecah, terdapat nyeri perabaan pada ulu hati, sedangkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji widal dengan hasil titer S.Thypi O 1/320 sehingga dari hasil pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa anak menderita demam tifoid. Hal ini sesuai dengan teori Sodikin (2012) bahwa demam tifoid sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun dan keluhan utama menurut Ranuh (2013), Widagdo (2012) berupa berupa demam, mual – muntah, sakit perut, sakit kepala, tidak nafsu makan, dan badan terasa lemas. Selain itu, menurut Susilaningrum, dkk (2013) untuk membuat diagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih. Sehingga dalam langkah pengkajian data dasar antara teori dan kasus Balita W dengan demam tifoid tidak ditemukan adanya kesenjangan. 2. Interpretasi Data Dasar Interpretasi data dasar meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pasien. Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Balita W umur 4 tahun dengan demam tifoid. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif. Masalah yang muncul adalah anak tidak nafsu makan dan hipertermi. Berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada,
37
kebutuhan pasien adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi/cairan tubuh dan mencegah kenaikan suhu. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan. Praktik yang dilakukan di lahan sudah sesuai dengan teori Susilaningrum, dkk (2013) bahwa dari masalah yang muncul berupa anak tidak nafsu makan dan gangguan suhu tubuh maka kebutuhannya adalah penggantian cairan tubuh dan pencegahan kenaikan suhu. 3. Diagnosa Potensial dan Antisipasi Penanganan Pada kasus balita W umur 4 tahun diagnosa potensial yang mungkin muncul yaitu perdarahan usus dan perforasi. Antisipasi penanganannya terhadap kasus tersebut adalah monitor suhu tubuh dan istirahat yang cukup. Hal ini sesuai dengan teori Sodikin (2011) adalah terjadinya komplikasi yang berupa perdarahan usus, perforasi, peritonitis, dan komplikasi di luar usus. Sedangkan antisipasi yang dapat dilakukan bidan menurut Susilaningrum, dkk (2013) adalah kebutuhan nutrisi/cairan elektrolit, observasi intake/output, monitor suhu tubuh dan istirahat yang cukup. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik. 4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada kasus Balita W umur 4 tahun dengan demam tifoid berupa kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi yaitu infus Ka EN3A 10 tpm makro,
38
injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam, injeksi Ondansetron 2 mg/8 jam, Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral, Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kebutuhan terhadap tindakan segera pada pasien demam tifoid adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi berupa terapi simptomatik dan antibiotik (Kepmenkes, 2006). Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik. 5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh Dalam kasus Balita W umur 4 tahun dengan demam tifoid, perencanaan asuhan yang dilakukan oleh bidan adalah observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign), berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang diderita anak serta anjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi anak, kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diit makanan, anjurkan pasien untuk banyak minum, observasi intake/output, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, motivasi
pasien untuk istirahat tirah baring selama
demam, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar, dokumentasikan hasil tindakan dalam catatan rekam medik. Perencanaan asuhan pada balita dengan demam tifoid menurut Kepmenkes (2006), Susilaningrum dkk (2013), Sodikin (2011) yaitu motivasi pasien untuk istirahat yang cukup agar demam turun, pemberian nutrisi berupa cairan parenteral dan oral, observasi intake/output, anjurkan pasien untuk banyak minum, observasi suhu tubuh, respirasi dan nadi,
39
monitor dan evaluasi gejala klinis maupun laboratoris setiap hari secara teratur selama masa perawatan, beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya bahwa penderita demam tifoid dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit, anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan pada anak dan lingkungan sekitar, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi. Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktik yaitu pada perencanaan tidak dilakukan monitor gejala laboratoris setiap hari secara teratur selama masa perawatan. 6. Pelaksanaan Asuhan Dengan Efisien Dan Aman Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus ini merujuk pada perencanaan yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Pelaksanaan pada kasus demam tifoid ini meliputi melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign) tiap 6 jam, memberikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang di derita anak bahwa anaknya menderita demam tifoid serta menganjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi anak, melakukan kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diit makanan berupa bubur, menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau yang disukai) untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam, melakukan observasi masukan (intake) yaitu cairan infus, gizi dan minum oral, melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi (Setelah rehidrasi infus RL, selanjutnya Ka EN3A 10 tpm makro, Injeksi Ceftriaxon 600 mg/12 jam
40
(antibiotik), Injeksi Ondansetron 2 mg/8 jam (antiemetik), Progesic 4 x ¾ sendok takar per oral (antipiretik), Mulsanol 2 x 1 sendok takar per oral (vitamin)), memberikan motivasi pada pasien untuk istirahat tirah baring selama demam, menganjurkan ibu menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar, mendokumentasikan hasil tindakan dalam catatan rekam medik. Pelaksanaan asuhan pada balita dengan demam tifoid menurut Kepmenkes (2006), Susilaningrum dkk (2013), Sodikin (2011) yaitu memotivasi pasien untuk istirahat yang cukup agar demam turun, memberikan nutrisi berupa cairan parenteral dan oral, mengobservasi intake/output, menganjurkan pasien untuk banyak minum, mengobservasi suhu tubuh, respirasi dan nadi, memonitor dan mengevaluasi gejala klinis maupun laboratoris secara teratur selama masa perawatan, memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya bahwa penderita demam tifoid dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit, menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan pada anak dan lingkungan sekitar, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi. Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan yaitu tidak dilakukannya observasi output. Selain itu dalam pelaksanaan juga terdapat perbedaan antara teori dan praktik di rumah sakit yaitu monitor gejala laboratoris. Hal itu tidak sesuai dengan teori Kepmenkes (2006) tentang monitor gejala laboratoris pada demam tifoid.
41
7. Evaluasi Pada langkah evaluasi ini, setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Balita W selama 5 hari di rumah sakit, pasien dinyatakan sembuh berdasarkan gejala klinis pada waktu pulang. Pasien diperbolehkan pulang atas dasar hasil pemeriksaan terakhir yang sudah menunjukkan perbaikan, ditandai dengan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, S : 36,6ºC, N: 110 kali/menit, R: 30 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan anak tidak demam dalam 24 jam terakhir, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, mulut dan bibir sudah tidak kering, abdomen tidak kembung, tidak ditemukan nyeri perabaan pada abdomen, dan anak sudah lebih bersemangat. Menurut Sodikin (2011) prognosis demam tifoid pada anak baik apabila pasien cepat berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat kurang lebih 6%. Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang penulis kaji.