BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016
Pukul : 10.30 WIB
Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga datang memeriksakan diri ke Poli Kandungan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 10.30 WIB dengan keluhan mengalami perdarahan sejak 26 Februari 2016 hingga sekarang. Pasien mengeluarkan darah banyak dan bergumpal, serta merasakan mulas dan tidak enak badan. Berdasarkan anamnesa yang telah dilakukan, pasien menarche pada umur 12 tahun dengan siklus menstruasi 28 hari. Pasien mengatakan lama menstruasi normalnya selama 6 sampai 7 hari, namun sejak tanggal 26 Februari 2016 sampai 22 Maret 2016 menstruasi selama 26 hari dengan ganti pembalut 2 sampai 3 kali/hari. Sifat darah yang dikeluarkan saat menstruasi normal adalah encer dengan warna merah tua, namun sejak 26 Februari 2016 disertai dengan gumpalan. Pasien tidak pernah merasa nyeri hebat yang dapat mengganggu aktifitasnya sehari-hari saat menstruasi datang. Pasien mengatakan sudah menikah sejak 32 tahun yang lalu saat masih berumur 18 tahun. Pernah menggunakan alat kontrasepsi IUD selama 18 tahun sejak 1996 hingga 2014, dan sekarang pasien tidak
menggunakan KB. Pada saat menggunakan IUD dulu, pasien tidak ada keluhan apapun. Pasien mengatakan sudah pernah melahirkan empat orang anak. Anak pertama dengan jenis kelamin laki laki pada tahun 1986, anak kedua dengan jenis kelamin perempuan pada tahun 1988, anak ketiga dengan jenis kelamin perempuan pada tahun 1992, dan anak keempat dengan jenis kelamin perempuan pada tahun 1995. Ibu mengatakan menerima keadaannya saat ini, namum sedikit cemas karena menstruasinya tidak segera berhenti. Berdasarkan data obyektif yang didapatkan pada saat pertama kali pasien datang ke poli untuk memeriksakan diri terlihat keadaan pasien yang sehat, tidak pucat, terlihat gelisah. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg, nadi 88 kali permenit, nafas 22 kali permenit, dan suhu mencapai 36,7oC. Conjungtiva berwarna merah muda. Terdapat pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna merah tua dengan sedikit stolsel pada pembalut yang dipakai pasien. Dilakukan pemeriksaan laboratorium tanggal 22 Maret 2016 pukul 10.30 WIB untuk mengantisipasi kadar Hb pasien akibat perdarahan yang sudah terjadi kurang lebih selama 26 hari terakhir ini. Hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukan kadar Hb 11,1 gr/dl. Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan pada pasien adalah USG pada pukul 10.43 WIB. USG : vulva uretra terisi cukup, tampak uterus ukuran 9,3 x 6,1 x 4,0 cm3, adnexa kanan kiri dalam batas normal, ukuran uterus normal 8 x 6 x 4 cm3. Kesimpulan : tidak ada kelainan ginekologis.
2. Interpretasi Data Dasar a. Diagnosa kebidanan Ny. T P4A0 umur 50 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional. Data dasar : Data subyektif : 1) Pasien mengatakan berusia 50 tahun 2) Pasien mengatakan sudah pernah melahirkan 4 kali 3) Pasien mengatakan mengalami perdarahan sejak 26 Februari 2016 hingga sekarang serta disertai rasa mulas dan tidak enak badan 4) Pasien mengatakan menggunakan KB sejak tahun 1996 hingga 2014 dan sekarang sudah tidak menggunakan KB. Data obyektif : Saat pertama kali pasien datang memeriksakan diri terlihat keadaan pasien yang sehat, tidak pucat, terlihat gelisah. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg, nadi 88 kali permenit, nafas 22 kali permenit, dan suhu mencapai 36,7oC. Conjungtiva berwarna merah muda. Terdapat pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna merah tua dengan sedikit stolsel pada pembalut yang dipakai pasien. Dilakukan pemeriksaan laboratorium terutama kadar Hb pada
tanggal
22
Maret
2016
pukul
10.30
WIB
untuk
mengantisipasi anemia akibat perdarahan yang sudah terjadi
kurang lebih selama 26 hari terakhir ini. Hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukan kadar Hb 11,1 gr/dl. Pemeriksaan penunjuang lain yang dilakukan pada pasien adalah USG pada pukul 10.43 WIB. USG : vulva uretra terisi cukup, tampak uterus ukuran 9,3 x 6,1 x 4,0 cm3, adnexa kanan kiri dalam batas normal, ukuran uterus normal 8 x 6 x 4 cm3. Kesimpulan : tidak ada kelainan ginekologis. b. Masalah Pasien cemas dengan keadaannya karena perdarahan tidak berhenti sejak 26 Februari 2016 hingga sekarang. c. Kebutuhan 1) Memberikan informasi tentang kondisi dan perdarahan yang sedang dialami pasien 2) Memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi rasa cemas 3. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Diagnosa potensial
: Anemia
Antisipasi
: observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan pervaginam.
4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Kolaborasikan dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi berupa cairan infus RL 20 tpm, pemberian 2 gastrul pukul 05.00 WIB, puasa 6
jam sebelum kuretase, dan tindakan kuretase. Kolaborasi dengan laboran untuk pemeriksaan laboratorium terutama kadar Hb.
5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh Tanggal
: 22 Maret 2016
pukul : 10.50 WIB
a. Informasikan mengenai penyakit yang diderita pasien b. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pengeluaran pervaginam c. Berikan informed concent pada pasien dan keluarga untuk tindakan kuretase d. Kolaborasikan dengan dokter SpOG untuk tindakan terapi hormonal maupun tindakan lanjut e. Berikan support mental dan motivasi pada pasien untuk mengurangi rasa cemas f. Dokumentasikan tindakan dalam status pasien 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien dan Aman Tanggal
: 22 Maret 2016
pukul : 10.55 WIB
a. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang sedang diderita, bahwa pasien sedang mengalami perdarahan uterus disfungsional, yaitu perdarahan per vaginam terjadi di dalam maupun diluar siklus haid dengan jumlah darah banyak dan waktu yang lama tanpa disertai kelainan organik. Perdarahan ini dapat diobati dengan memberikan terapi untuk menghentikan perdarahan
serta dilakukan kuretase. Perdarahan uterus disfungsional juga dapat berulang, yaitu dengan ciri mengalami perdarahan kembali dengan jumlah yang banyak dan waktu yang lama setelah dilakukan pengobatan b. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan, serta pengeluaran pervaginam dilakukan secara teratur c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada keluarga untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan pemberian terapi dan penatalaksanaan berupa kuretase kepada pasien d. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi lanjut, hasil advice dokter 1) Rawat inap di rumah sakit 2) Pasang infus RL 20tpm 3) Advice dokter dalam pemberian terapi : a) Rencana melakukan terapi untuk pembukaan dilatasi servik melalui pemberian gastrula 2 tablet pada pukul 05.00 WIB tanggal 23 Maret 2016 sebelum kuretase b) Puasa 6 jam sebelum tindakan kuretase c) Rencana kuretase pada tanggal 23 Maret 2016 e. Memberikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dengan cara menjelaskan bahwa setelah dilakukan tindakan kuretase pasien dapat sehat kembali seperti semula serta menganjurkan kepada
pasien untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar memberi keselamatan dan kesehatan serta mengikutsertakan peran keluarga juga dalam pemberian motivasi. f. Mendokumentasikan tindakan 7. Evaluasi Tanggal
: 22 Maret 2016
pukul : 12.10 WIB
a. Pasien dan keluarga telah paham dengan kondisi yang di alami pasien. Pasien dan keluarga bersedia rawat inap dan dilakukan tindakan kuterase. b. Observasi telah dilakukan pukul 12.00 WIB 1) Keadaan Umum
: Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: Tekanan Darah
4) PPV
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Respirasi
: 22x/menit
Suhu
: 36,7oC
: darah encer warna merah tua dengan sedikit stolsel, ganti pembalut 2-3 kali per hari, ± 50 cc
c. Inform consent telah di tanda tangani oleh keluarga pasien. d. Terapi sesuai advice dokter SpOG yang telah diberikan, hasil : 1) Pasien rawat inap di bangsal Mawar 2) Infus RL 20 tpm terpasang pada tangan sebelah kiri pukul 13.00 WIB
3) Advice dokter dalam pemberian terapi : a) Rencana melakukan terapi untuk pembukaan dilatasi servik melalui pemberian gastrula 2 tablet pada pukul 05.00 WIB tanggal 23 Maret 2016 sebelum kuretase b) Pasien telah paham untuk berpuasa 6 jam sebelum kuretase dimulai pukul 02.00 WIB tanggal 23 Maret 2016 c) Rencana kuretase pada tanggal 23 Maret 2016 e. Pasien sudah siap dilakukan kuterase karena motivasi yang diberikan oleh keluarga f. Tindakan telah didokumentasikan
CATATAN PERKEMBANGAN I (PERSIAPAN KURETASE) Data subjektif pasien mengatakan telah berpuasa sejak tadi malam, telah menganti pembalut 2 kali, dan siap menjalani tindakan kuretase. Data objektif keadaan umum pasien baik, kesadaran Composmentis. Tekanan darah pasien 120/80 mmHg, nadi 82 kali permenit, nafas 22 kali permenit, dan suhu mencapai 36,7o C. Inspeksi konjungtiva berwarna merah muda dan terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kiri. Terdapat pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna merah tua dengan sedikit stolsel. Assesment yaitu Ny. T P4A0 umur 50 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional persiapan kuretase. Planning terdiri dari diagnosa potensial yaitu anemia dengan antisipasi observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan pervaginam. Kebutuhan terhadap tindakan segera berupa kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penanganan terapi pasien dan dengan laboran untuk pemantauan kadar Hb. Penatalkasaan
meliputi pemberikan 2 tablet gastrul pervaginam pada pasien
pukul 05.00 WIB sesuai advice dokter. Menganjurkan pasien berpuasa dan pasien telah bersedia berpuasa sejak tadi malam dan siap untuk tindakan kuretase. Pukul 08.00 WIB dilakukan pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan pervaginam. Hasil observasi yaitu keadaan umum pasien baik, kesadaran Composmentis, tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi 84x/menit,
pernafasan 24x/menit, suhu 36,6oC, dan perdarahan pervaginam berupa darah encer dengan sedikit stolsel warna merah tua banyaknya ±40 cc. Pasien dipersiapkan untuk kuretase pukul 08.15 WIB dengan pemasangan baju operasi
dan melepas celana. Berkolaborasi dengan dokter SpOG, dokter anastesi untuk tindakan kuretase. Tindakan kuretase berlangsung pukul 08.40 WIB sampai 09.00 WIB. Pukul 09.30 WIB dilakukan observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan pervaginam. Hasil observasi yaitu keadaan umum lemah dan belum sadar sepenuhnya, tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 80x/menit,
pernafasan 22x/menit, suhu 36,8o C, dan perdarahan pervaginam berupa darah warna merah tua banyaknya ±10 cc. Pasien sadar penuh pukul 12.00 WIB dan diberikan minum sedikit-sedikit oleh keluarga pasien. Pukul 16.00 WIB dilakukan observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan pervaginam. Hasil observasi yaitu keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 86x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,6o C, dan
perdarahan pervaginam berupa darah warna merah tua banyaknya ±10 cc. Bidan melakukan advice dokter SpOG dalam pemberian terapi yaitu pemberian terapi oral Cefadroxil 500mg 1 tablet, Asam Tranexamat 500mg 1 tablet, Asam Mefenamat 500mg 1tablet pada pukul 18.00 WIB dan terapi injeksi Sharox 750mg pada pukul 20.00 WIB. Pukul 21.00 WIB dilakukan observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan pervaginam. Hasil observasi yaitu keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, tekanan darah 120/80mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,8o C, dan perdarahan pervaginam berupa darah warna merah tua banyaknya ±10 cc.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis dalam asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. T P4A0 dengan perdarahan uterus disfungsional, penulis menyimpulkan bahwa : 1. Pengumpulan/pengkajian diperoleh data Ny. T mengalami perdarahan sejak 26 hari yang lalu dengan merasakan mengeluarkan darah banyak dan bergumpal serta merasakan mulas dan tidak enak badan. Data obyektif keadaan umum pasien baik, kesadaran Composmentis. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg, nadi 88kali permenit, nafas 22 kali permenit, dan suhu mencapai 36,7o C. Inspeksi konjungtiva berwarna merah muda. Terdapat pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna merah tua dengan sedikit stolsel.
Sedangkan pada data pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil pemeriksaan USG yang menunjukan tidak ada kelainan ginekologis dan data pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 11,1gr/dl. Dokter memutuskan untuk tidak dilakukan pemeriksaan patologi anatomi karena dari hasil pemeriksaan USG tidak tampak tanda keganasan. 2. Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan yaitu Ny. T P4A0 umur 50 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional. Masalah yang dihadapi adalah cemas dengan keadaan yang dialaminya. Kebutuhan Ny. T adalah
informasi mengenai kondisi ibu serta memberikan support mental pada ibu untuk mengurangi rasa cemas. 3. Diagnosis potensial yaitu anemia tidak terjadi karena dilakukan antisipasi tindakan yang tepat berupa observasi keadaan umum, pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, perdarahan pervaginam. 4. Kebutuhan terhadap tindakan segera yaitu kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian advice yaitu cairan infus dan penatalaksanaan tindakan kuretase. Kolaborasi dengan laboran untuk pemeriksaan laboratorium terutama kadar Hb. 5. Rencana
asuhan
meliputi
pemberian
informasi
mengenai
hasil
pemeriksaan kepada pasien dan keluarga, observasi keadaan umum dan tanda tanda vital, berikan informed concent pada pasien untuk tindakan kuretase, kolaborasikan dengan dokter SpOG untuk tindakan terapi berupa infus RL 20tpm, pemberian gastrula 2 tablet pukul 05.00 WIB pada 23 Maret 2016, terapi injeksi Sharox 750mg / 12 jam (24 jam), terapi oral Cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, Asam Mefenamat 500mg 2x1, berikan support mental dan motivasi pada pasien untuk mengurangi rasa cemas. 6. Penatalaksanaan asuhan mengacu pada perencanaan yang telah ditetapkan. Memberian informasi mengenai hasil pemeriksaan, observasi keadaan umum dan tanda tanda vital, memberikan informed concent untuk tindakan kuretase, mengkolaborasikan dengan dokter SpOG untuk tindakan terapi berupa infus RL 20tpm, memberian gastrula 2 tablet, injeksi Sharox
750mg / 12 jam (24 jam), oral Cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, Asam Mefenamat 500mg 2x1, memberikan support mental dan motivasi pada pasien untuk mengurangi rasa cemas. Hasil akhir asuhan yang telah diberikan dapat tercapai sesuai dengan harapan, yaitu ibu mendapat terapi sehingga keluhannya berkurang. Perdarahan post kuretase berupa spotting, diagnosis potensial tidak terjadi, pasien pulang dalam kondisi baik. Pasien telah mendapatkan informasi mengenai perdarahan dan bersedia untuk kembali bila perdarahan kembali. 7. Evaluasi telah dilakukan yaitu pasien mengerti tentang penyakitnya, keadaan
umum
baik,
kesadaran
Composmentis,
tekanan
darah
120/80mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,7oC, dan pengeluaran pervaginam berupa darah encer merah tua dengan sedikit stolsel, ganti pembalut 2-3 kali per hari, ±50 cc. diagnosis potensial tidak terjadi. Diberikan terapi yaitu infus RL 20tpm, gastrul 2 tablet injeksi Sharox 750mg / 12 jam (24 jam), terapi oral Cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, Asam Mefenamat 500mg 2x1. Hari ke 2 perawatan perdarahan berkurang ±10 cc. Perdarahan berupa spotting pada hari ke 3 perawatan dan pasien di ijinkan pulang. Kunjungan ulang perdarahan sudah berhenti. Pasien paham kembali ke tenaga kesehatan bila terjadi perdarahan berulang diluar siklus haid berupa perdarahan bercak maupun perdarahan yang berkepanjangan.
8. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Ny. T P4A0 dengan perdarahan uterus disfungsional.
B. Saran 1. Instansi pelayanan kesehatan RSUD Kota Surakarta diharapkan mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP) penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional sebagai pedoman dalam memberikan asuhan dan mempertahankan kualitas pelayanan pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional. 2. Profesi Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk mempertahankan kualitas asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi wanita dengan perdarahan uterus disfungsional. 3. Klien dan Masyarakat Klien dan masyarakat diharapkan mengerti mengenai perdarahan uterus disfungsional dan segera memeriksakan diri pada tenaga kesehatan jika mengalami perdarahan pervaginam yang lama dan banyak, sehingga segera mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kasus yang dialami. Diharapkan pasien paham dengan penyakitnya dan menerima keadaannya.
CATATAN PERKEMBANGAN II (POST KURETASE) Data subjektif pasien mengatakan darah yang keluar sudah berkurang dan menganti pembalut 1 kali sejak semalam, pasien sudah tidak mulas, dan pasien merasa tenang serta lebih sehat. Data objektif keadaan umum pasien
baik, kesadaran Composmentis.
Tekanan darah pasien 120/80 mmHg, nadi 84kali permenit, nafas 22 kali permenit, dan suhu mencapai 36,8o C. Inspeksi konjungtiva berwarna merah muda dan terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kiri. Terdapat pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna merah tua ± 10 cc. Assesment yaitu Ny. T P4A0 umur 50 tahun post kuretase hari ke 1 atas indikasi perdarahan uterus disfungsional. Planning berupa penatalaksanaan dengan melakukan observasi tandatanda vital dalam batas normal, pengeluaran pervaginam berupa spotting. Menjalankan advice dokter SpOG dalam pemberian terapi yaitu pemberian terapi oral Cefadroxil 500mg 1 tablet, Asam Tranexamat 500mg 1 tablet, Asam Mefenamat 500mg 1 tablet pada pukul 06.10 WIB dan terapi injeksi Sharox 750mg pada pukul 08.00 WIB telah diberikan. Dokter SpOG melakukan visite pukul 09.00 WIB dengan hasil pasien diperbolehkan pulang, infus sudah boleh dilepas, terapi oral dilanjutkan di rumah, dan kontrol pada tanggal 28 Maret 2016. Bidan menjalankan advice dokter yaitu melepas infus pukul 11.00 WIB. Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang dan pasien telah paham untuk
melakukan kunjungan ulang pada tanggal 28 Maret 2016. Pasien telah pulang pukul 12.00 WIB. CATATAN PERKEMBANGAN III (KUNJUNGAN ULANG) Pada tanggal 28 April 2016, pasien melakukan kunjungan ulang. Data subjektif pasien mengatakan sudah tidak mengalami perdarahan dan merasa sehat. Data objektif keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, tekanan darah 120/80mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,6oC. Assesment yaitu Ny. T P4A0 umur 50 tahun post kuretase hari ke 5 atas indikasi perdarahan uterus disfungsional Planning berupa penatalaksanaan dengan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan pasien telah paham bahwa sekarang kondisinya dalam keadaan baik. Memberikan konseling kepada pasien dan pasien telah paham tentang menopouse. Menganjurkan pasien memeriksakan diri ke tenaga kesehatan jika terjadi perdarahan kembali dan pasien bersedia memeriksakan diri ke tenaga kesehatan apabila terjadi perdarahan kembali.
B. Pembahasan 1. Pengumpulan Data Dasar a. Data Subjektif 1) Berdasarkan anamanesa terdapat tanda-tanda terjadinya perdarahan uterus disfungsional yaitu Ny. T umur 50 tahun termasuk dalam usia perimenapouse, mengeluh mengalami perdarahan banyak selama 26 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut per hari.
Hal itu sudah sesuai dengan teori Baziad (2008) menjelaskan perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada usia perimenapouse. Keluhan yang muncul yaitu perdarahan di luar siklus haid dalam jumlah banyak dalam jangka waktu lama. 2) Status perkawinan pada kasus ini yaitu Ny. T menikah selama 32 tahun, menikah pada usia 18 tahun dan ini merupakan pernikahan pertama pasien. Dalam kasus ini akan dilakukan tidakan kuretase. Keadaan ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa riwayat perkawinan akan mempengaruhi pengobatan perdarahan uterus disfungsional. Perempuan yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual dapat dilakukan tindakan kuretase. (Manuaba, 2008). 3) Hasil anamnesa data psikososial pada kasus ini, Ny. T sudah menerima keadaan penyakitnya saat ini. Ny. T merasa cemas karena perdarahannya tidak kunjung berhenti. Hal ini sesuai dengan teori Anwar (2011) kecemasan pasien dapat muncul karena ketidakpahaman pasien tentang penyakit yang diderita dan menimbulkan frustasi pada pasien. b. Data Objektif Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Ny. T melalui inspeksi dan palpasi didapatkan bahwa keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan kepala sampai eksteremitas tidak ada kelainan, pada genetalia terdapat pengeluaran darah warna merah tua
dengan sedikit stolsel. Gejala ini sesuai dengan teori Norwitz (2007) tentang keluhan yang biasanya dirasakan pasien dengan perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan di luar siklus haid, bisa perdarahan banyak maupun perdarahan bercak (spotting). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. T dalam menegakkan kasus ini adalah USG dan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan USG (22 Maret 2016) menunjukan vulva uretra terisi cukup, tampak uterus ukuran 9,3 x 6,1 x 4,0 cm3, adnexa kanan kiri dalam batas normal, ukuran uterus normal 8 x 6 x 4 cm3. Dari pemeriksaan darah lengkap diperoleh kadar Hb 11,1 g/dl. Kesimpulan : tidak ada kelalinan ginekologis sehingga dokter SpOG memutuskan tidak perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Kasus perdarahan uterus disfungsional perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap terutama kadar hemoglobin untuk mengantisipasi terjadinya anemia, pemeriksaan USG, dan patologi anatomi untuk mengkaji tingkat keganasan yang mungkin dialami pasien (Baziad, 2008). Tahap ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. 2. Interpretasi Data Dasar Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan, masalah dan kebutuhan. Dari pengumpulan data dasar dapat ditegakkan diagnosis kebidanan yaitu Ny. T P4A0 umur 50 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional. Dasar untuk menegakkan diagnosis pada Ny. T diperoleh
dari data subjektif dan data objektif sesuai dengan teori Varney (2007). Data subjektif terdiri dari umur pasien yang termasuk pada usia perimenapouse dan mengeluh mengalami perdarahan banyak selama 26 hari sesuai dengan teori Baziad (2008). Data objektif yaitu inspeksi ginetalia terdapat pengeluaran pervaginam darah merah tua dengan sedikit stolsel sesuai dengan teori Norwitz (2007). Masalah pada kasus perdarahan uterus disfungsional adalah timbulnya rasa cemas karena perdarahan yang dialaminya. Kebutuhan pasien dalam hal ini yaitu memberikan informasi tentang kondisi dan perdarahan yang sedang dialami pasien serta memberikan support mental pada pasien untuk mengurasi rasa cemas. Hal ini telah sesuai dengan Anwar (2011) yaitu masalah yang muncul pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap keadaan yang dialami. Kebutuhan untuk menangani diagnosis kebidanan dan masalah yang timbul dalam kasus ini adalah memberikan informasi pada pasien tentang kondisinya, serta memberikan support mental agar rasa cemas pada pasien berkurang. Dalam tahap ini tidak terdapat kesenjangan teori dengan kasus nyata. 3. Identifikasi diagnosis/masalah potensial dan antisipasi penanganan Diagnosa potensial untuk Ny. T adalah anemia. Antisipasi penanganan yang dilakukan adalah observasi perdarahan dengan cara melakukan pemeriksaan inspeksi pada mata dan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 10.30 WIb untuk cek kadar Hb dengan
hasil 11,1 gr/dl. Hal ini sesuai teori yang dinyatakan oleh Baziad (2008) bahwa pada perdarahan uterus disfungsional perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap terutama kadar hemoglobin untuk mengantisipasi terjadinya anemia. Untuk tindakan antisipasi dilakukan observasi perdarahan dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar Hb akibat perdarahan (Baziad, 2008). Penulis tidak menemukan kesenjangan teori dan praktik dalam identifikasi diagnosa/masalah potensial dan antisipasi penanganan. 4. Identifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera Tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan kasus perdarahan uterus disfungsional adalah melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi berupa infus RL 20tpm, pemberian gastrul 2tablet pukul 05.00 WIB, puasa 6 jam sebelum kuretase, tindakan kuretase pada 23 Maret 2016. Terapi post kuretase berupa injeksi Sharox 750mg / 12jam (24 jam), terapi oral cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, dan Asam Mefenamat 500mg 2x1 dan tindakan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium (Norwitz, 2007). Tahap ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik dalam penetapan kebutuhan terhadap tindakan segera. 5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Perencanaan dalam kasus perdarahan uterus disfungsional pada Ny. T yaitu pemberian informasi mengenai hasil pemeriksaan kepada
pasien dan keluarga, observasi keadaan umum dan tanda tanda vital, berikan informed concent pada pasien untuk tindakan kuretase, kolaborasikan dengan dokter SpOG untuk tindakan terapi berupa infus RL 20tpm, pemberian gastrula 2 tablet pukul 05.00 WIB pada 23 Maret 2016, terapi injeksi Sharox 750mg / 12 jam (24 jam), terapi oral Cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, Asam Mefenamat 500mg 2x1, berikan support mental dan motivasi pada pasien untuk mengurangi rasa cemas. Dari uraian diatas penelitian tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik dalam perencanaan asuhan. 6. Pemeriksaan langsung asuhan dengan efisien dan aman Pelaksanaan
sesuai
dengan
perencanaan
yaitu
memberian
informasi mengenai hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga, observasi keadaan umum dan tanda tanda vital, memberikan informed concent pada pasien untuk tindakan kuretase, mengkolaborasikan dengan dokter SpOG untuk tindakan terapi berupa infus RL 20tpm, memberian gastrula 2 tablet pukul 05.00 WIB pada 23 Maret 2016, menjalankan terapi injeksi Sharox 750mg / 12 jam (24 jam), terapi oral Cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, Asam Mefenamat 500mg 2x1, memberikan support mental dan motivasi pada pasien untuk mengurangi rasa cemas. Semua tindakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. 7. Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi wanita pada Ny. T P4A0 umur 50 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional adalah pasien mengerti tentang penyakitnya, keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, tekanan darah 120/80mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,7oC, dan pengeluaran pervaginam berupa darah encer merah tua dengan sedikit stolsel, ganti pembalut 2-3 kali per hari, ±50 cc. diagnosis potensial tidak terjadi karena telah dilakukan tindakan kuretase. Terapi yang diberikan dokter telah dilakukan yaitu infus RL 20tpm, memberian gastrula 2 tablet pukul 05.00 WIB pada 23 Maret 2016, menjalankan terapi injeksi Sharox 750mg / 12 jam (24 jam), terapi oral Cefadroxil 500mg 2x1, Asam Tranexamat 500mg 2x1, Asam Mefenamat 500mg 2x1. Telah dilakukan support mental dan motivasi pada pasien untuk mengurangi rasa cemas. Perdarahan post kuretase berupa spotting dan kondisi pasien sehat. Kunjungan ulang pada hari ke 5 post kuretase perdarahan sudah berhenti dan ibu merasa sudah sehat. Kesimpulan keadaan pasien membaik hingga perdarahan berhenti. Keadaan tersebut sesuai dengan teori yaitu pasien diharapkan mengerti tentang penyakitnya setelah diberikan penjelasan oleh bidan, mendapat asuhan yang menyeluruh sesuai kebutuhan, mendapatkan terapi dan tindakan untuk mengatasi keluhan yang dideritanya serta perdarahan yang dialami dapat berhenti (Baziad, 2008). Penulis tidak menemuan kesenjangan antara teori dan praktik pada langkah evaluasi.