perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. Ibu merasa kenceng-kenceng sejak tanggal 11 April 2014 pukul 07.00 WIB dan merasa sedikit pusing serta mengeluarkan lendir darah. Dari data objektif didapatkan hasil, pada pemeriksaan dalam sudah ada pembukaan 2 cm, pemeriksaan ektremitas atas dan bawah terlihat adanya oedem dan pada pengukuran tekanan darah 140/100 mmHg. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium urine diperoleh hasil protein urine kualitatif +1. Pemeriksaan palpasi abdomen terdapat kontraksi 12x/10 menit durasi 25 detik, kepala masuk PAP 4/5 bagian, TFU 32 cm, TBJ 3255 gram. Auskultasi abdomen terdengar denyut jantung janin pada punggung kanan dengan frekuensi 140 x/menit. 2. Interpretasi Data Dasar Diagnosa kebidanan dari kasus ini adalah Ny. R, umur 17 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 38+2 minggu, janin tunggal hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, penurunan kepala 4/5 bagian, inpartu kala I fase laten dengan preeklamsia ringan.
39
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data subjektif dan objektif, hari pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 17 Juli 2013. Pada pemeriksaan dalam sudah ada pembukaan 2 cm, pemeriksaan ektremitas atas dan bawah terlihat adanya oedem dan pada pengukuran tekanan darah 140/100 mmHg. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium urine diperoleh hasil protein urine kualitatif +1. Pemeriksaan palpasi abdomen terdapat kontraksi 1-2x/10 menit durasi 25 detik, kepala masuk PAP 4/5 bagian, TFU 32 cm, TBJ 3255 gram. Auskultasi abdomen terdengar denyut jantung janin pada punggung kanan dengan frekuensi 140 x/menit. Masalah yang muncul adalah ibu merasa cemas dan gelisah menghadapi persalinan. Kebutuhan yang muncul adalah informasi tentang keadaan ibu dan janin. 3. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Antisipasi Penanganannya Pada kasus ini potensial terjadi preeklamsia berat. Antisipasi bidan dengan mengobservasi vital sign dan DJJ secara ketat. 4. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Kolaborasi dengan Dokter Sp.OG untuk pemberian terapi dan tindakan lebih lanjut yaitu pemberian nifedipin 10 mg/8 jam jika 1 jam berikutnya tekanan darah lebih dari 150/90 mmHg, pemasangan infuse RL 20 tetes/ menit dan injeksi oksitosin 5 IU /drip. Proses persalinan ini akan dilakukan dengan tindakan partus pervaginam dengan induksi.
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh a. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu tiap jam. b. Observasi pembukaan serviks dan kemajuan persalinan. c. Laksanakan hasil kolaborasi dengan Dokter Sp.OG d. Pantau keseimbangan cairan yang masuk dan keluar tubuh. e. Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan tidak meneran se belum pembukaan lengkap serta ajarkan teknik relaksasi. f. Berikan motivasi dan support mental pada ibu dalam menghadapi persalinan. g. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang pre eklamsia ringan. h. Berikan informed consent pada keluarga untuk tindakan induksi. i.
Siapkan partus set.
j.
Siapkan perlengkapan ibu dan bayi.
k. Dokumentasikan tindakan 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman a. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu tiap jam. Tekanan darah, Nadi, Respirasi setiap 30 menit; Suhu setiap 2 jam. b. Mengobservasi pembukaan serviks dan kemajuan persalinan tiap 4 jam, his dan DJJ tiap 30 menit. c. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan Dokter Sp.OG untuk pemberian terapi berupa nifedipin 10 mg/8 jam jika 1 jam berikutnya tekanan darah lebih dari 150/90 mmHg, pemasangan infuse RL 20 tetes/ menit dan injeksi oksitosin 5 IU /drip dimulai dari 8 tpm.
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
d. Memantau keseimbangan cairan yang masuk dan keluar tubuh. e. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan tidak meneran sebelum pembukaan lengkap serta ajarkan teknik relaksasi. f. Memberikan motivasi dan support mental pada ibu dalam menghadapi persalinan. g. Memberi informasi pada ibu dan keluarga tentang pre eklamsia ringan. h. Memberikan informed consent pada keluarga untuk tindakan induksi. i.
Menyiapkan partus set.
j.
Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.
k. Mendokumentasikan tindakan 7. EVALUASI a. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu telah dilakukan. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis Vital Sign (terlampir). b. Observasi DJJ, His, dan pembukaan telah dilakukan (terlampir). c. Hasil kolaborasi dengan Dokter Sp.OG telah dilakukan Pukul : 13.15 WIB telah dipasang infuse RL 20 tetes/ menit Pukul : 16.00 WIB mulai pemberian injeksi oksitosin 5 IU /drip dimulai dari 8 tpm dinaikkan 4 tetes/15 menit maksimal 60 tpm setelah keluarga pasien menandatangani lembar informed consent. d. Keseimbangan cairan yang masuk telah dipantau namun cairan yang keluar tidak dipantau.
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
e. Ibu memilih posisi yang nyaman dengan tidur miring kiri dan tidak meneran sebelum pembukaan lengkap serta mampu mempraktikan teknik relaksasi yang benar saat ada kontraksi. f. Rasa cemas ibu berkurang setelah mengetahui keadaannya dan keadaan janinnya baik. g. Ibu dan keluarga telah mengetahui tentang Pre eklamsia ringan h. Keluarga telah menyetujui tindakan yang akan dilakukan untuk pertolongan persalinan dengan induksi. i.
Partus set telah disiapkan.
j.
Perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan.
k. Semua hasil tindakan telah didokumentasikan
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan Perkembangan
Pada tanggal 11 April 2014, pukul 17.30 WIB pada pasien Ny. R mengatakan perutnya kenceng-kenceng semakin sering. Setelah dilakukan pemeriksaan, diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, tekanan darah 140/90 mmHg, respirasi rate 24x/menit, nadi 88x/menit dan suhu 36,3 0C. Pengeluaran pervaginam lendir darah. Saat dilakukan palpasi, kontraksi uterus 3x/10 menit, durasi 35 detik. Detak jantng janin diperiksa menggunakan dopler adalah 140x/menit, serta dilakukan pemeriksaan dalam diperoleh hasil porsio tebal dan lunak, pembukaan 4 cm, kulit ketuban (+), air ketuban jernih, presentasi kepala, kepala turun di hodge II-III. Tangan kiri terpasang infus RL dengan oksitosin 5 IU. Analisa kasus tersebut adalah Ny R, umur 17 tahun, G 1P0A0, Umur kehamilan 38+2 minggu, janin tunggal hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, penurunan kepala 3/5 bagian, inpartu kala 1 fase aktif dengan preeklamsia ringan. Perencanaan asuhan yang dilakukan bidan adalah melanjutkan observasi DJJ, kontraksi dan nadi setiap 15 menit, suhu setiap 2 jam dan tekanan darah setiap 4 jam serta melakukan observasi kemajuan persalinan dalam lembar partograf. Diperoleh hasil, telah dilakukan observasi dan pendokumentasian kemajuan persalinan dalam lembar partograf yaitu kondisi ibu baik, tekanan darah 140/100 mmhg, pembukaan 10 cm pada pukul 19.00 WIB. Detak jantung janin 140 mmhg dan kontraksi his 5x/10 menit durasi 45 detik.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tanggal 11 April 2014, pukul 19.00 WIB pada pasien Ny.R mengatakan sudah tidak tahan lagi untuk meneran. Setelah dilakukan pemeriksaan, diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, tekanan darah 140/100 mmHg. Saat dilakukan palpasi, kontraksi uterus 5x/10 menit, durasi 45 detik. Detak jantung janin diperiksa menggunakan dopler adalah 140x/menit, serta dilakukan pemeriksaan dalam diperoleh hasil porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, kulit ketuban (-), air ketuban jernih, presentasi kepala, kepala turun di hodge III-IV. Tangan kiri terpasang infus RL dengan oksitosin 5 IU. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh analisa Ny. R, umur 17 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 38+2 minggu, janin tunggal hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, penurunan kepala 1/5 bagian, inpartu kala II dengan preeklamsia ringan. Perencanaan asuhan yang dilakukan bidan adalah melakukan observasi kemajuan persalinan dan bersiap untuk melakukan pertolongan persalinan. Pada
pelaksanaan
asuhan
dilakukan
episiotomi
mediolateralis
serta
implementasi dari perencanaan. Diperoleh hasil pada tanggal 11 April 2014 pukul 19.30 WIB lahir bayi dengan jenis kelamin laki-laki, menangis lemah, tidak ada kelainan kongenital, apgar score menit pertama 6, anus berlubang, BB: 3000 gram, PB:52 cm, LK/LD : 32 cm / 33 cm, tubuh bayi telah dikeringkan kecuali telapak tangan. Pada tanggal 11 April 2014, pukul 19.31 WIB pada pasien Ny. R mengatakan telah melahirkan bayinya dan saat ini perutnya masih terasa mules. Berdasar pemeriksaan diperoleh data objektif keadaan umum ibu baik, tekanan
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
darah 140/100 mmHg, ibu telah melahirkan bayi laki-laki secara spontan pada pukul 19.30 WIB, fundus uteri setinggi pusat, perdarahan pervaginam 100 cc serta pada tangan kiri terpasang infus RL dengan drip oksitosin 5 IU. Analisa kasus tersebut adalah Ny. R G1P0A0 umur 17 tahun inpartu kala III. Perencanaan asuhannya adalah melakukan managemen aktif kala III dan pada pelaksanaan diberikan drip oksitosin 10 IU dalam larutan RL 150 ml 20 tpm. Pukul 19.40 WIB plasenta lahir spontan, bentuk cakram, kesan lengkap, panjang tali pusat ± 50 cm. Pada tanggal 11 April 2014, pukul 19.45 WIB pada pasien Ny. R mengatakan perutnya masih mules. Hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum baik, tekanan darah ibu 140/100 mmHg. Pukul 19.40 WIB plasenta lahir spontan lengkap, perineum terdapat laserasi derajat II. Dilakukan palpasi abdomen terdapat kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat. Analisa kasus tersebut adalah Ny. R, umur 17 tahun P 1A0 inpartu kala IV dengan preeklamsia ringan. Pelaksanaan asuhan pada Ny. R adalah melakukan penjahitan laserasi jalan lahir derajat II dengan jahitan jelujur, membersihkan dan memberikan rasa nyaman pada ibu serta melakukan observasi vital sign, kontraksi dan perdarahan 1 jam pertama setiap 15 menit, dan 1 jam kedua setiap 30 menit. Hasil pelaksanaan asuhan adalah ibu sudah bersih dan merasa nyaman, serta terdapat tabel pengawasan kala IV dalam lembar partograf.
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN Setelah penulis melaksanakan studi kasus pada Ny. R dengan induksi atas indikasi preeklamsia ringan di VK RSUD Sukoharjo, penulis membandingkan antara teori
dan
penatalaksanaan
di
lahan. Penulis menggunakan
asuhan kebidanan 7 langkah Varney sebagai berikut : 1. Pengumpulan/ penyajian data dasar secara lengkap Dari hasil anamnesis pada Ny. R didapatkan data ibu merasa kenceng-kenceng sejak tanggal 11 April 2014 pukul 07.00 WIB dan merasa sedikit pusing serta sedikit mengeluarkan lendir darah. Pada pemeriksaan dalam diperoleh hasil pembukaan 2 cm dan pada pengukuran tekanan darah didapatkan hasil tekanan darah 140/100 mmHg, serta pada pemeriksaan laboratorium urine diperoleh hasil protein urine kualitatif +1. Hal tersebut didukung dengan teori bahwa preeklamsia ringan dapat didiagnosis melalui beberapa pemeriksaan diantaranya adalah anamnesis,
laboratorium (protrin urine +1) (Edwin, 2013). Berdasarkan dari teori yang ada dan hasil penatalaksanaan yang dilakukan di lahan, tidak didapatkan adanya kesenjangan teori. 2. Interpretasi data dasar a. Diagnosis kebidanan Diagnosis kebidanan dari kasus ini adalah Ny. R umur 17 tahun, G1P 0A0, umur kehamilan 38+2 minggu, janin tunggal hidup intrauterine,
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
letak memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, kepala masuk PAP 4/5 bagian, inpartu kala 1 fase laten dengan preeklamsia ringan. Diagnosis tersebut dapat ditegakkan berdasarkan pengumpulan data yang didapatkan pada ibu berupa keterangan ibu sedang hamil yang ke 1, belum pernah keguguran, HPHT pada tanggal 17 Juli 2013 dan sekarang mengatakan kenceng-kenceng. Dari hasil pemeriksaan didapatkan leopold dalam batas normal, TD 140/100 mmHg dan hasil pembukaan 2 cm serta hasil laboratorium protein urin +1. Hal ini sesuai teori bahwa proses persalinan dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks (Varney, 2007). Dan didukung oleh Edwin (2013) bahwa preeklamsia ringan ditandai dengan peningkatan tekanan darah hingga 140/90mmHg dan protein urine kualitatif (+1). b. Masalah Masalah yang dialami pasien dalam kasus ini adalah perasaan cemas. Hal ini didukung oleh teori dari Norwitz (2007) bahwa masalah pada pasien preeklamsia ringan yang bisa muncul adalah ibu merasa cemas terhadap kondisi dirinya dan keselamatan janinnya. c. Kebutuhan Kebutuhan pasien yang harus dipenuhi bidan untuk mengatasi pasien dalam kasus ini adalah memberikan informasi keadaan ibu dan janin serta memberikan informasi tindakan pertolongan persalinan. Hal ini sesuai dengan teori Varney (2007) bahwa kebutuhan ibu terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
konseling mengenai rasa cemas sebagai cara untuk mengatasi rasa takut pasien. Berdasarkan dari teori yang ada dan hasil penatalaksanaan yang dilakukan di lahan, tidak didapatkan adanya kesenjangan teori. 3. Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial Pada kasus Ny. R diagnosis atau masalah potensialnya yaitu terjadi Pre eklamsia Berat pada ibu dan hipoksia pada janin, dengan dasar ibu mengalami pusing, sedangkan untuk antisipasi penanganan dengan mengobservasi Vital sign dan DJJ pada ibu yang dilakukan dengan cepat dan tepat dan pemberian obat antihipertensi. Dalam teori menurut Edwin (2013), data dasar diagnosa potensial ibu mengalami preeklamsia berat adalah selain ibu mengalami pusing/ nyeri kepala, ibu juga mengalami gangguan penglihatan dan nyeri abdomen sehingga antisipasi penanganan dengan pemberian antikonvulsan. Hal ini menunjukkan tidak didapatkan adanya kesenjangan teori. 4. Kebutuhan terhadap tindakan segera Pada kasus persalinan Ny R. kebutuhan tindakan segera yaitu kolaborasi dengan dr. Sp.OG untuk pemberian nifedipin 10 mg/8 jam jika 1 jam berikutnya tekanan darah lebih dari 150/90 mmHg, pemasangan infus dan injeksi oksitosin 5 IU /drip. Hal tersebut sesuai dengan teori Edwin (2013 bahwa pada persalinan dengan preeklamsia ringan antara lain: menilai keadaan umum, vital sign, kemajuan persalinan, menentukan keadaan janin, memantau keseimbangan cairan masuk (infus) dan keluar
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
(urine), berikan terapi induksi, dan antihipertensi. Berdasarkan teori dengan penatalaksanaan di lahan tersebut, tidak didapatkan adanya kesenjangan. 5. Rencana asuhan yang menyeluruh Dalam kasus ini rencana asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. R adalah : a. Observasi KU dan vital sign b. Observasi pembukaan serviks, his, DJJ dan kemajuan persalinan, hal ini untuk mengobservasi tanda-tanda persalinan (Prawirohardjo, 2008). c. Laksanakan hasil kolaborasi dengan Dokter Sp.OG dalam pemberian terapi berupa nifedipin 10 mg/8 jam jika 1 jam berikutnya tekanan darah lebih dari 150/90 mmHg, pemasangan infuse RL 20 tetes/ menit dan injeksi oksitosin 5 IU /drip dimulai dari 8 tpm. d. Pantau keseimbangan cairan yang masuk dan keluar tubuh. e. Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri dengan tujuan agar uterus tidak menekan vena cava inferior (Wiknjosastro, 2008) dan tidak meneran sebelum pembukaan lengkap serta ajarkan teknik relaksasi, karena meneran sebelum pembukaan lengkap bisa mengakibatkan edema hingga robekan serviks (Saifuddin, 2008). f. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang preeklamsia ringan. g. Berikan motivasi pada ibu untuk mengurangi rasa cemas. h. Berikan informed consent pada keluarga untuk tindakan induksi. i.
Siapkan partus set.
perpustakaan.uns.ac.id
j.
51 digilib.uns.ac.id
Siapkan perlengkapan ibu dan bayi.
k. Dokumentasikan tindakan Dalam menentukan rencana tindakan pada kasus Ny. R dengan preeklamsia ringan terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lahan, bahwasanya menurut Cuningham (2013), perlu dilakukannya auskultasi paru-paru untuk mengantisipasi terjadinya oedem paru, tetapi di lahan tidak ada rencana tindakan tersebut. Sesuai advis dokter, auskultasi paruparu hanya dilakukan pada pasien preeklamsia berat. 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pelaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan asuhan pada kasus ini terdapat kesenjangan yaitu tidak adanya observasi secara ketat untuk mengetahui keseimbangan cairan input dan output (urine). Meskipun pasien sudah terpasang infus namun sesuai advis dokter, pada pasien preeklamsia ringan tidak dilakukan untuk pemasangan kateter. Pemasangan kateter hanya dilakukan pada pasien preeklamsia berat. 7. Evaluasi Pada tahap ini, dilakukan evaluasi terhadap rencana tindakan. Hasil yang didapatkan pada kasus Ny. R yaitu bayi lahir operatif pervaginam dengan induksi, jenis kelamin laki-laki, menangis lemah, tidak ada kelainan, apgar skor 6-7-8, sesuai advis dokter SpA bayi di rawat di ruang
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
NICU. Telah dilaksanakan manajemen aktif kala III, hasilnya plasenta lahir lengkap. Namun perut ibu masih terasa mules dan terdapatnya laserasi derajat 2, sehingga sudah dijahit teknik jelujur dengan benang catgut. Kondisi Ibu pasca persalinan dalam keadaan baik, kontraksi uterus baik, keras, perdarahan ± 150 cc. dan TFU 1 jari dibawah pusat. Hasil observasi tersebut dalam keadaan normal dengan tekanan darah pada dua jam postpartum 130/90 mmHg dan tidak terjadi kejang. Hal ini sudah sesuai dengan teori yaitu tidak terjadinya kejang atau eklamsia, membaiknya kondisi ibu, dan janin lahir dengan selamat merupakan tujuan penatalaksanaan preeklamsia (Prawirohardjo, 2008).