BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah PT. Konimex. Perusahaan ini bergerak dalam bidang farmasi, tetapi Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain seperti kembang gula, produk alami, dan makanan ringan. Semua produk yang di produksi PT. Konimex mengandung bahan-bahan alami untuk kesehatan konsumen karena masih dekat dengan usaha inti yaitu bidang farmasi.
4.1.1
Visi dan Misi Perusahaan Visi dari PT. Konimex adalah: Membangun citra merek yang kuat. Misi dari PT. Konimex adalah: Ditetapkannya 3MU yaitu, mutu produk, mudah diperoleh, dan murah harganya. •
Mutu, maksudnya kami harus jualan produk yang kualitasnya baik.
•
Mudah, artinya kami sengaja mendistribusikan secara luas supaya orang gampang membelinya,
•
4.1.2
Murah, karena harganya terjangkau. Murah, tapi tidak murahan.
Perkembangan Perusahaan Empat puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 8 Juni 1967,
PT. Konimex
Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha pada waktu itu adalah perdagangan obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi dengan serta-merta. karena sesungguhnya usaha “jual obat” telah dirintis sejak tahun 1949.
58
59
PT. Konimex merupakan perusahaan di Jawa Tengah yang sukses berbisnis dalam bidang farmasi. Kebanyakan pengusaha di daerah ini sukses bermain di bisnis jamu. Mungkin karena tuntutan teknologi produksi, bisnis farmasi ini tidak bisa dibilang mudah. Namun, Djoenaedi Joesoef bisa membuktikannya. Prestasi Djoenaedi mengembangkan obat-obatan kelas rakyat memang fantastis, karena adanya perpanduan antara jiwa kewirausahaan dan feeling bisnis yang tajam. Sebagai anak pedagang, sejak kecil telah terbiasa dengan bisnis, membantu orang tuanya berjualan. Akibat banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga pendidikannya terbengkalai. Setelah menikah dengan Juniati pada pertengahan 1950-an, Pria kelahiran 6 Juni 1933 ini –bersama sang istri– mendirikan perusahaan di bidang usaha pedagang besar farmasi, bernama PT. Kondang Sewu, yang menjual obat-obatan serta alat-alat kesehatan dan laboratorium seperti mikroskop. Djoenaedi juga mendirikan Apotik Kondang Waras, yang hingga kini masih terbesar di Solo. Setelah menjalankan bisnis distribusi obat-obatan dan alat kesehatan beberapa tahun, akhirnya Djoenaedi terpikir membuat obat sendiri. Guna merealisasi impiannya, tahun 1967 Djoenaedi mengubah nama perusahaannya dari PT. Kondang Sewu menjadi PT. Kondang Impor-Expor (disingkat Konimex). Peningkatan skala bisnis juga dimungkinkan karena sebelumnya Djoenaedi membeli saham PT. Djasuka (Jakarta) yang lalu digabung dalam PT. Kondang Impor Expor (Konimex) Pharmaceutical Laboratories. Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Djoenaedi optimis dapat memproduksi sendiri obat-obatan. Alasan lain juga karena ia mengenal para apoteker dan ahli farmasi serta sering bertanya dan belajar tentang obat. Sejumlah apoteker dan orang yang berpengalaman eks karyawan perusahaan Balanda banyak yang didekatinya. Dulu, apoteker hanya belajar teori, jika akan praktik membuat obat, bahannya tidak tersedia. Sehingga, Djoenaedi memutuskan mencari bahan, dan
60
para apoteker ini menyelesaikannya dengan membuat obat. Dari situlah akhirnya Konimex mulai memproduksi obat sendiri. Memasuki usia kesepuluh, skala usaha semakin besar menuntut sistem pengelolaan yang lebih professional. Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977 mulai dilakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program pelatihan, serta merekrut tenaga professional. Tahun 1979 dibangun pabrik baru di Sanggrahan, sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Konimex mulai berekspansi ke bisnis nonfarmasi, tetapi hanya consumer
goods. Setahun kemudian, pada tahun 1980, mengikuti peraturan pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara produsen obat dengan distributornya, maka didirikan PT. Sinar Intermark. Di kompleks baru ini berdirilah pabrik kembang gula Nimm’s. ini merupakan awal diversifikasi Konimex ke industri makanan. Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986 didirikan perusahaan distributor yang kedua, PT. Marga Nusantara Jaya. Satu
dasawarsa
kemudian,
tahun
1993,
berdirilah
PT.
Solonat
yang
memproduksi berbagai makanan ringan khusus dari bahan kacang-kacangan. Tahun berikutnya, 1994, pabrik biscuit dan coklat Sobisco mulai didirikan. Sejak tahun 1996, Konimex sudah menggarap pasar ekspor, antara lain Nigeria, Singapura, Malaysia, Hong Kong, Filipina, Taiwan, Myanmar, dan Bangladesh. Tidak mudah untuk melakukan ekspor ini. Kendalanya, nama Indonesia tidak harum.dan berkonotasi Indonesia itu jelek, apalagi tentang mutunya. Yang pasti, Konimex tidak menangani ekspor sendirian, tetapi menunjuk distributor lokal yang dipercaya di masingmasing negara. Dan saat ini, untuk mengantisipasi kecenderungan masyarakat kembali ke alam, mulai dikembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami. Semua
61
perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tidak lepas dari kerja keras, berkemauan untuk terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilai-nilai ini akan terus dijaga, dalam melanjutkan perjalanan panjang menuju “Hidup Bahagia”.
4.1.3 Sistem Berjalan Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun tujuh
puluhan
telah
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Meningkatnya
kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi. Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha inti.
Farmasi Divisi farmasi menjadi tulang punggung kelompok usaha Konimex, saat ini telah memiliki 59 merek produk. Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran, yaitu membangun citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat. Pada
mulanya
hanya
memproduksi
obat-obat
bebas
(OTC),
kini
juga
mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (Ethical) serta produk vitamin. Semula sediaan obat hanya berbentuk tablet, kini memiliki berbagai variasi sediaan, seperti, sirup, salep, krim, kapsul, serta tablet effervescent. Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat ini, Konimex merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan sekali pakai dengan teknologi sterile closed system. Beberapa merek produk farmasi Konimex yang popular di masyarakat, antara lain Konidin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Fit-Up, Feminax, dan Braito.
62
Kembang Gula Kembang gula menjadi pilihan pertama Konimex melakukan diversifikasi usaha ke industri makanan sehat pada tahun 1980. Selain karena faktor peluang pasar, pilihan ini juga dengan mempertimbangkan bahwa manajemen produksi kembang gula tak jauh berbeda dengan farmasi. Divisi kembang gula Nimm’s sejak berdiri telah dilengkapi dengan mesin-mesin canggih dan mutakhir. Hal ini untuk mengantisipasi perkembangan permintaan pasar– terutama pangsa remaja yang dinamis. Hingga kini, Nimm’s telah mengembangkan bermacam bentuk kembang gula, antara lain hard candy, chewy candy, deposit candy, dan compressed candy. Inovasi dalam hal rasa juga telah menghasilkan berbagai variasi kembang gula rasa unik. Saat ini Nimm’s memiliki 11 merek, antara lain Hexos, Nano-Nano, Mr.Sarmento, Eski, dan Frozz.
Produk Alami Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan kecenderungan masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh alam–going to nature. Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong Konimex untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami. Direncanakan, dalam waktu dekat produk-produk alami ini dapat beredar di masyarakat untuk
melengkapi
sediaan
produk
Konimex.
Dengan
menyelamatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.
demikian,
usaha
“ikut
63
Makanan Ringan Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan, memperbesar keyakinan Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri makanan merupakan langkah tepat. Sehingga, pada tahun 1993 didirikan PT. Solonat yang memproduksi makanan ringan, khusus dari bahan kacang-kacangan yang sangat digemari kaum muda. Produkproduk cemilan Solonat yang popular antara lain, Ono Nuts dan Lekker. Langkah pengembangan Kelompok Usaha Konimex berlanjut dengan berdirinya Sobisco pada tahun 1994. Sobisco adalah pabrik biskuit dan coklat yang dilengkapi dengan fasilitas mesin-mesin canggih berkapasitas besar. Di antara produk-produk Sobisco yang terkenal di masyarakat, antara lain Snips, Snaps, Wafero, Tini Wini Biti, dan Kido. Secara keseluruhan, kedua pabrik makanan tersebut kini telah memiliki 11 merek produk.
Dari Sanggrahan Ke Pelanggan Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex telah melewati mata rantai pemasaran yang panjang. Dari tahap produksi, distribusi hingga promosi, semuanya direncanakan secara terpadu. Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada falsafah usaha 3MU konimex, yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu tinggi, mudah diperoleh, serta relatif murah harganya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mutu Produk Prioritas pertama pada mutu produk, karena mutu yang tinggi merupakan jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, diterapkan prosedur produksi sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan.
64
Konimex merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Selanjutnya, menghadapi era pasar bebas di masa yang akan datang, Konimex mulai menetapkan manajemen mutu yang sesuai dengan tuntutan standar internasional ISO. Dengan demikian, produk-produk konimex juga akan diterima baik di luar negeri. Mutu yang baik tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian mutu yang berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di Konimex dilakukan pada setiap tahap proses produksi. Sejak kedatangan bahan baku, proses seleksi, pencampuran, pencetakan, hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, juga selalu dipantau kestabilan mutu produk konimex di pasar. Semua itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen Konimex mengenai mutu. Mudah Diperoleh Komitmen berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat seluasluasnya untuk memperoleh produk-produk Konimex di mana pun mereka berada. Oleh karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi dan memperluas wilayah jangkauan, Konimex mendirikan dua perusahaan distributor khusus, yaitu PT. Sinar Intermark dan PT. Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan 43 cabang di hampir semua kota besar utama di Indonesia, serta didukung oleh ratusan armada distribusi, sehingga semua produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga tingkat pengecer. Di masa mendatang, jumlah cabang akan ditambah, agar dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas, terutama Indonesia bagian timur. Proyeksi pada tahun ini produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh para konsumen di berbagai pelosok Indonesia.
65
Sedangkan untuk keperluan ekspor, dirintis jalur Distribusi Asia Pasifik dengan menunjuk distributor di masing-masing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Filipina, dan Taiwan. Pasar luar negeri memang memperlihatkan peluang yang menantang. Namun demikian, sesuai komitmen, Konimex tetap akan mengutamakan pasar dalam negeri. Murah Harganya Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai falsafah dasarnya, produk-produk konimex memang tidak dibuat sebagai barang eksklusif. Semakin luas masyarakat pengguna produk Konimex, semakin berhasil misi “ikut menyelamatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu produk Konimex berstandar internasional, namun dalam kebijakan harga tetap mempertimbangkan kemampuan lokal. Kebijakan ini dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian, maka produk-produk Konimex yang bermutu akan semakin mudah dijangkau oleh masyarakat luas.
Teliti Sebelum Melangkah Memahami customer value kini menjadi suatu keharusan untuk meraih sukses suatu produk di pasar. Menyadari pentingnya hal itu, Konimex merasa perlu membentuk bagian riset sendiri. Namun untuk melengkapi data, masih memanfaatkan data sekunder dari biro riset luar, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Kini, di tengah persaingan yang semakin ketat, selera dan nilai konsumen cenderung berubah semakin cepat. Oleh karena itu, di dalam menciptakan produk baru, penjajakan selera konsumen menjadi sangat penting. Riset konsumen, diharapkan dapat
66
mencegah pemborosan biaya pemasaran serta mengurangi risiko kegagalan produk di pasar. Saat ini, Konimex memiliki dua bagian riset yaitu, Product Research &
Development (R&D) serta Marketing Research (MR). Tugas-tugas pokok bagian R&D adalah melakukan penelitian, eksperimen dan mencari berbagai kemungkinan baru untuk mengembangkan produk-produk yang inovatif. Sedangkan bagaian Marketing Research menyediakan informasi yang berguna bagi para eksekutif pemasaran untuk mengambil keputusan yang tepat dalam penyusunan strategi pemasaran. Langkah riset pemasaran ini dapat meliputi produk maupun pasar. Manusia, Sumber Daya Utama Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya manusia memiliki peran sangat startegis. Mengantisipasi hal tersebut, Konimex berusaha memberdayakan setiap karyawan agar terus mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai program pengembangan. Di masa persaingan mendatang, karyawan yang berkualitas, berdisiplin tinggi, serta memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok, akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karenanya, tanpa kecuali, mulai dari tingkat pelaksana di lini terdepan, penyelia, pengatur, hingga tingkat pengarah, semua wajib mengikuti program pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing. Perhatian khusus pada program pengembangan itu mendorong Konimex untuk memisahkan Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia dari Bagian Personalia dalam struktur organisasi pada tahun 1995. Pada struktur baru ini, diperkenalkan system Management Center, yaitu pusat pengembangan dan pelatihan untuk calon pemimpin, mulai dari lini pertama di seluruh Kelompok Usaha Konimex.
67
Untuk menjaring calon pimpinan yang berkualitas, digunakan berbagai alat seleksi, yaitu, wawancara, tes psikologi, Leaderless group Discussion dan paket pelatihan BASTRA (Basic Management Training). Para manajer juga dididik untuk menjadi pelatih dan pembimbing yang baik. Hasilnya, dalam waktu dua tahun terakhir, Konimex sudah memiliki instruktur sendiri, antara lain untuk Paket Pelatihan Peningkatan Keterampilan Manajerial, Production
Management, Financial for Non Financial Management, Sales Force Management, The 7 Habits of Highly Effective People. Untuk memperkuat orientasi pada perbaikan mutu, Konimex menyelenggarakan
Continuous Improvement Program yang mencakup Gugus kendali Mutu, Tim CI (Continuous Improvement) dan Sistem Saran yang dijalankan sepanjang tahun bagi tingkat supervisor dan tingkat di bawahnya. Fasilitas dan jaminan keejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam bentuk Asuaransi Kesehatan, Tunjangan Pengobatan, Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun. Bagi karyawan yang telah memenuhi persyaratan, perusahaan juga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan rumah. Fasilitas umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga disediakan. Di bidang keorganisasian untuk mendukung inisiatif karyawan, dilakukan pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dan Koperasi Karyawan Mandiri “SEHAT”. Pada tahun 1967 Konimex memiliki 70 karyawan, sedangkan tahun 1997, telah berkembang manjadi 1600 karyawan. Hal ini merupakan indikasi yang menggembirakan bagi perkembangan usaha. Namun sekaligus juga merupakan tantangan besar perusahaan untuk mengelola secara baik. Perusahaan menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang unggul, tidak ada cara lain kecuali harus melakukan berbagai pelatihan secara konsisten.
68
Di samping itu, juga akan terus mengembangkan berbagai konsep baru pembinaan SDM, termasuk cara-cara pemeliharaan tingkat kualifikasi yang telah berhasil dicapai. Dengan demikian, keunggulan Konimex di bidang SDM ini juga akan menjadi daya tarik yang kuat dalam perekrutan calon-calon staf baru yang berkualitas. Bersahabat Dengan Lingkungan Menyadari bahwa keberadaan Konimex tidak terlepas dari lingkungan, baik lingkungan alam, maupun lingkungan sosial, maka Konimex bukan saja peduli, melainkan berusaha bersahabat dengan lingkungan. Lingkungan alam, disamping memberikan daya dukungan kehidupan bagi masyarakat luas, juga diperlukan untuk kelangsungan usaha. Kebutuhan masyarakat terhadap air dan udara bersih misalnya, juga menjadi kebutuhan Konimex untuk industri. Adalah wajar, bila Konimex berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan alam. Untuk penanggulangan limbah cair, sejak awal pembangunan pabrik, Konimex tidak segan menginvestasikan dana yang besar untuk membangun instalasi pengolahan limbah cair sesuai standar pemerintah. Sistem pengolahan limbah cair Konimex berhasil mendapat peringkat cukup baik dalam Proper Prokasih yang diselenggarakan oleh Badan Pengendalian mengenai Dampak Lingkungan (Bapedal). Demikian pula untuk limbah bentuk lain, Konimex memasang instalasi penyaringan debu serta sistem perendam kebisingan suara mesin dan untuk memelihara kesegaran udara, Konimex melakukan penghijauan lingkungan di kawasan pabrik. Lingkungan sosial, ibarat kampung halaman bagi Konimex. Yaitu tempat dimana Konimex hidup dan berkembang. Kepedulian Konimex lebih menyerupai persahabatan, bahkan persaudaraan. Saling menenggang dan saling membantu. Secara fisik, kepedulian tersebut diwujudkan antara lain dengan membangun jalan beraspal berserta penerangannya di lingkungan sekitar pabrik. Kemudian,
69
membantu berbagi kegiatan masyarakat dan instansi sekitar, mengajak masyarakat berkunjung ke pabrik untuk mengenal dan memperoleh penyuluhan tentang kesehatan. Harmoni, itulah yang dijadikan pengikat persahabatan. Termasuk pula dalam kebijakan
pembinaan
tenaga
kerja.
Modernisasi
yang
Konimex
lakukan
tidak
menghalangi harmonisasi dan tenaganya, keseimbangan antara kebijakan padat modal dengan padat karya.
4.1.4
Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan
1. Struktur Organisasi Struktur Organisasi merupakan suatu susunan mengenai hubungan-hubungan diantara fungsi bagian-bagian maupun personil yang menunjukan kedudukan tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu organisasi. Struktur organisasi dipengaruhi oleh besarnya organisasi, bagian-bagian yang ada dalam organisasi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Struktur organisasi dari PT. Konimex di Jakarta dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
70
Ethical Business Division Manager
Field Service Manager (FSM) JABO (JATE & JATI)
Product Sales Manager Ethical
Product Sales Manager Occulary
Finance & Administrative Officer
KPP Medan
Ka Sie Adm & Keu
KPP Medical Service Coordinators Medical Service Representative Senior Medical Representative
Medical Service Coordinators Medical Service Representative Senior Medical Representative
Penata Administrasi
Kasir
Ka Sie RT & Transportasi
Driver
Petugas Kantor
Ka Sie Sekretariat & Keamanan
Sekretaris
Petugas Keamanan
GAMBAR 4.1.4 STRUKTUR ORGANISASI PT. Konimex di Jakarta Sumber: PT. Konimex di Jakarta
71
2. Uraian Jabatan Berikut adalah uraian tugas, pertanggungan jawab, dan wewenang dari masingmasing bagian: •
MED. REPS Tugas: 1. Penanganan sales dan grows 2. Membuat rancangan kerja harian 3. Koordinator Medical Service Coordinators (MSC), Senior Medical
Representative (SMR). Pertanggungan jawab: 1. Pencapaian sales dan grows 2. Memberi tanggapan atau komentar atas pertanyaan-pertanyaan PDN tentang produk atau perusahaan. Wewenang: 1. Membawahi anak buah 2. Merancang penjualan sesuai ketentuan perusahaan 3. Mencari peluang-peluang pasar •
Field Service Manager Tugas: 1. Memimpin kegiatan KPP 2. Joint visit / terjamin terlaksananya peraturan perusahaan Pertanggungan jawab: 1. Terjadinya pertumbuhan pada sales dan produk availability 2. Menjadi pemimpin 3. Melakukan promosi penjualan/operasional
72
4. Asset perusahaan 5. Membentuk
perilaku
anak
buah
yang
dapat
menunjang
kemajuan perusahaan 6. Melakukan perbaikan kinerja Wewenang: 1. Memberikan teguran 2. Melakukan promosi penjualan •
Medical Service Coordinators (MSC) Tugas: 1. Memimpin kegiatan KPP 2. Joint visit / terjamin terlaksananya peraturan perusahaan Pertanggungan jawab: 1. Terjadinya pertumbuhan pada sales dan produk availability 2. Menjadi pemimpin 3. Melakukan promosi penjualan/operasional 4. Asset perusahaan 5. Membentuk
perilaku
anak
kemajuan perusahaan 6. Melakukan perbaikan kinerja Wewenang: 1. Memberikan teguran 2. Melakukan promosi penjualan
buah
yang
dapat
menunjang
73
•
Senior Medical Representative (SMR) Tugas: 1. Pencapaian sales dan grows sesuai FAT 2. Memberikan tanggapan atau komentar atas produk Pertanggungan jawab: 1. Perbaikan kinerja kontiyu 2. Perbaikan atas peraturan perusahaan Wewenang: 1. Memberikan teguran 2. Melakukan promosi penjualan
•
Product dan Sales Manager Tugas: 1. Menciptakan ide atau usul mengenai pengembangan produk baru, promosi baru, dan sebagainya (STP). 2. Melakukan design pemasaran 3. Membuat product knowledge dengan fokus pada features Pertanggungan jawab: 1. Alokasi biaya promosi penjualan dan realisasinya 2. Melakukan eveluasi penjualan pada KPP 3. Design produk baru / existing yang dievaluasi secara kontiyu 4. Membuat perencanaan kebutuhan tenaga pemasaran Wewenang: 1. Menentukan prioritas program pemasaran produk-produk fokus (existing, naru, mendesign, dan sebagainya) 2. Mengalokasikan besaran biaya promosi penjualan
74
3. Menghentikan
program
promosi
penjualan
yang
terjadi
penyimpangan •
Ka Sie Finance & Administrative
Tugas: 1. Membuat laporan up to date pada seluruh kegiatan 2. Mengalokasikan anggaran belanja operasional dan anggaran investasi perusahaan 3. Melakukan dan melaksanakan tugas-tugas 4. Mengembangkan dan membuat rekomendasi program perbaikan kinerja dan anggota teamnya Pertanggungan jawab: 1. Arus keluar masuk kas, bank tersusun perencanaan tahunan, bulanan, mingguan / harian 2. Arus keluar masuk kas karyawan termasuk biaya-biaya 3. Bertindak
sebagai
wakil
perusahaan
dan
menjaga
citra
perusahaan 4. Membina perilaku anak buah Wewenang: 1. Menentukan prioritas pembayaran sesuai perencanaan •
Ka Sie Rumah Tangga & Transportasi Kantor Ethical Tugas: 1. Memahami semua peraturan yang berlaku 2. Mengembangkan dan membuat rekomendasi program perbaikan kinerja sesuai peraturan yang ada 3. Melakukan tugas-tugas yang diberikan atasan
75
4. Membudayakan dan mengembangkan skill anak buah termasuk mutasi, penilaian prestasi 5. Menerima tamu-tamu perusahaan 6. Atur pemeliharaan kendaraan secara periodik Pertanggungan jawab: 1. Membina perilaku yang terfokus pada kepuasan pelanggan 2. Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam event tertentu di luar perusahaan sesuai tugasnya 3. Menjaga citra perusahaan dengan menjaga semua kerahasian perusahaan Wewenang: 1. Menentukan prioritas bagi kendaraan yang akan digunakan 2. Menentukan atau mengantar yang bertugas
4.1.5 Keunggulan Bersaing/Porter Analisis Dalam menganalisis kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kondisi persaingan bisnis perusahaan dapat digunakan pendekatan lima kekuatan persaingan yang dikemukan oleh Michael Porter. Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsick dari suatu pasar atau segmen pasar. Analisis Porter pada PT. Konimex dapat diuraikan sebagai berikut: Ancaman Pendatang Baru: Yang merupakan ancaman pendatang baru bagi Hexos adalah Wybert, Fisherman’s friend, davos (PT. Slamet Langgeng), golia, Relaxa, Woods (PT. Kalbe Farma), Tolak Angin (PT. Sido Muncul), dan masih banyak lagi. Awalnya merek-merek tersebut bermain di pasarlain seperti jamu, obat-obatan, dan kembang gula (permen)
76
biasa, namun belakangan mereka juga bermain di pasar permen untuk kesehatan. Para pendatang baru ini menjadi ancaman bagi Konimex, karena mereka juga bermain dalam segmen pasar menengah ke bawah dan mereka menawarkan produk kembang gula dengan harga, fungsi, mutu, segmen yang hampir sama dengan Konimex. Konimex perlu berhati-hati dengan ancaman pendatang baru ini, mengingat dewasa ini konsumen menjadi agak selektif dalam memilih produk kembang gula, apalagi untuk konsumen menengah ke bawah yang sangat sensitive terhadap harga. Harga yang relatif lebih murah, konsumen tentu akan berpindah kepada pendatang baru ini. Ancaman Produk Pengganti: Produk kembang gula yang sudah beredar sebelumnya dapat menjadi ancaman bagi Konimex. Dewasa ini, tuntutan kebutuhan hidup semakin berat, menyebabkan konsumen akan menjadi semakin selektif dalam menentukan prioritas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika konsumen tidak mendapatkan kepuasan dengan mengkonsumsi suatu merek kembang gula (permen) tertentu maka konsumen akan kembali membeli merek kembang gula lainnya, supaya apa yang mereka cari dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan mereka. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok: Yang merupakan pemasok bagi Hexos adalah produsen produk dalam bentuk divisi kembang gula Nimm’s. Pemasok Hexos adalah berasal dari pemasok lokal. Yang merupakan pemasok untuk Hexos adalah PT. Konimex yang berada di Solo. Kekuatan tawar menawar pemasok untuk Hexos dapat dikatakan cukup rendah, mengingat produk-produk dari pemasok tersebut merupakan produk kebutuhan dasaryang tersedia di toko-toko, mini market, dan swalayan, dan Hexos bukanlah barang langka, lagipula variasi rasa yang ditawarkan di pasar juga sangat beragam.
77
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli: Pembeli disini adalah perorangan atau individu. Kekuatan posisi tawar menawar pembeli berkembang jika mereka menjadi lebih terkonsentrasi atau terorganisir, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tersebut tidak terdiferensiasi, biaya perpindahan ke pemasok atau produk lain rendah, pembeli peka terhadap harga karena laba yang rendah. Jadi, kekuatan tawar menawar pembeli untuk industri produk ini dapat dikatakan relatif kuat mengingat target permen Hexos adalah kalangan menengah ke bawah yang peka terhadap harga. Untuk melindungi diri, Hexos dapat memilih pembeli yang memiliki kekuatan posisi tawar paling rendah atau pembeli yang loyal. Pertahanan yang lebih baik adalah mengembangkan tawaran unggul yang tidak dapat di tolak oleh para pembeli yang kuat. Persaingan Sesama Industri: Persaingan antar perusahaan sesama di dalam industri ini dapat dikatakan cukup berat. Pesaing Hexos antara lain Woods (PT. Kalbe Farma), Tolak Angin (PT. Sido Muncul), Relaxa, dan lainnya. Di kelas diversivikasi ini, Hexos dan nano-nano masih menjadi yang terbaik dalam hal kembang gula. Berdasarkan data yang diperoleh dari SWA No. 19/XX/16-29 September 2004, Konimex memiliki sejumlah merek yang terbilang populer di semua lapisan masyarakat seperti Konidin, Inza, Nano-Nano, Hexos, Frozz, Paramex, dan lainlain. Kinerja sejumlah merek tersebut sebenarnya relatif bisa terlihat dari aktivitas pemasaran yang dilakukan dan kondisi produk tersebut di lapangan, termasuk bujet iklan. Menurut Nielsen Media Research (NMR), Hexos mencatat total belanja iklannya sepanjang tahun 2003 mencapai Rp 5,82 miliar, sedangkan periode Januari-Juli 2004 mencapai Rp 4,12 miliar sehingga ditaksir bujet iklan tahun ini lebih besar daripada tahun sebelumnya.
78
Dalam hal ini yang menjadi pesaing utama bagi Hexos adalah produk permen pelega tenggorokan yang melakukan diversifikasi ke permen penyegar pernafasan dan dengan kemasan satuan, misalnya Golia dan Blaster. Berdasarkan data yang diperoleh dari Majalah Marketing tahun 2008, dimana Top Of Mind (TOM) dari permen Hexos sebesar 3,4%, permen Golia sebasar 3,2%, sedangkan permen Blaster sebesar 3,5%.
Bentuk model lima kekuatan Porter adalah sebagai berikut:
Kemungkinan masuknya pesaing/pendatang baru
Kekuatan tawar menawar penjual/pemasok
Persaingan antar perusahaan/industri sejenis
Kekuatan tawar menawar pembeli/konsumen
Potensi pengembangan produk pengganti/substitusi
GAMBAR 4.1.5 Lima Kekuatan yang Menentukan Daya tarik Struktural Segmen Sumber: Philip Kotler (2005, p.266)
79
4.2
Profile Responden Berikut merupakan profile responden yang terkait dengan beberapa variabel responden dari yang dilaksanakan tentang media lini atas, media lini bawah, dan minat beli konsumen yang melibatkan 94 orang responden.
4.2.1
Responden Berdasarkan Umur Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil
responden berdasarkan umur. Keterangan:
1. ≤ 18 tahun 2. 19 tahun 3. 20 tahun 4. 21 tahun 5. ≥ 22 tahun Tabel 4.2.1 Usia
No
Usia
Frequency
Percent
1
≤ 18 tahun
10 Orang
10.63%
2
19 tahun
11 Orang
11.70%
3
20 tahun
21 Orang
22.34%
4
21 tahun
28 Orang
29.78%
5
≥ 22 tahun
24 Orang
25.53%
94 Orang
100%
Total Sumber: Data Kuesioner
80
29%
22%
26% 12%
11%
≤ 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun ≥ 22 tahun
Gambar 4.2.1 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan Umur Sumber: Data Kuesioner
Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.1 dan Gambar 4.2.1, yang berusia ≤ 18 tahun sebanyak 10 orang atau 11 %, berusia 19 tahun sebanyak 11 orang atau 12 %, berusia 20 tahun sebanyak 21 orang atau 22 %, berusia 21 tahun sebanyak 28 orang atau 29 %, dan yang berusia diatas 22 tahun sebanyak 24 orang atau 26 %. Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa permen Hexos lebih diminati pada segmen usia 21 tahun yaitu sebanyak 28 orang. Walaupun ternyata ada beberapa usia diatas atau dibawah dari dari segmen yang mengkonsumsi permen Hexos, namun yang lebih cenderung adalah mereka yang berusia 21 tahun. Hal ini dikarenakan sasaran segmen permen Hexos adalah memang anak muda yang dinamis. Penelitian ini juga sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini.
81
4.2.2
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil
responden berdasarkan jenis kelamin Keterangan:
1. Laki-laki 2. Perempuan Tabel 4.2.2 Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Frequency
Percent
1
Laki-laki
49 Orang
52.12%
2
Perempuan
45 Orang
47.87%
94 Orang
100%
Total Sumber: Data Kuesioner
48% Laki-laki
Perempuan
52%
Gambar 4.2.2 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan jenis kelamin Sumber: Data Kuesioner
82
Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.2 dan Gambar 4.2.2, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang atau 52 % dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 orang atau 48 %. Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa permen Hexos lebih cenderung diminati laki-laki. Hal ini juga berkaitan dengan usia, dimana lakilaki muda dan biasanya yang suka merokok lebih cenderung memilih Hexos karena rasanya yang segar di tenggorokan sebagai pengganti untuk menghilangkan mulut asam karena tidak merokok. Penelitian ini juga sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini.
4.2.3
Responden Berdasarkan Pengeluaran Rutin Per Bulan Berikut ini disajikan data-data yang di dalam kuesioner mengenai profil
responden berdasarkan pengeluaran rutin per bulan. Keterangan:
1. ≤ Rp. 300.000,00 2. Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 3. Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00 4. Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00 5. ≥ Rp. 1.500.000,00 Tabel 4.2.3 Pengeluaran per bulan
No
Pengeluaran
Frequency
Percent
1 2 3 4
≤ Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00 Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00
14 Orang 21 Orang 20 Orang 17 Orang
14.89% 22.34% 21.27% 18.08%
5
≥ Rp. 1.500.000,00
22 Orang
23.40%
94 Orang
100%
Total Sumber: Data Kuesioner
83
≤ Rp. 300.000,00 24%
15%
18% 21%
22%
Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00 Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00 ≥ Rp. 1.500.000,00
Gambar 4.2.3 Pie Chart Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran per bulan Sumber: Data Kuesioner
Dari data yang terkumpul, diperoleh hasil bahwa dari 94 responden yang telah mengisi kuesioner dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.2.5 dan Gambar 4.2.5, pengeluaran rutin per bulan yang sebesar ≤ Rp. 300.000,00 sebanyak 14 orang atau 15 %, Rp. 300.000,00 – Rp. 700.000,00 sebanyak 21 orang atau 22 %, Rp. 700.000,00 – Rp 1.100.000,00 sebanyak 20 orang atau 21 %, Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00 sebanyak 17 orang atau 18 %, dan lebih besar dari
Rp. 1.500.000,00
sebanyak 22 orang atau 24 %. Berdasarkan hasil data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa responden permen Hexos cenderung memiliki pengeluaran rutin per bulan ≥ Rp. 1.500.000,00 hal ini juga berkaitan erat dengan hasil penelitian diatas, dimana sebelumnya dikatakan bahwa yang mengkonsumsi permen Hexos lebih cenderung anak muda yang berusia 21 tahun. Dimana penghasilan yang mereka peroleh mungkin diatas
84
rata-rata yang akhirnya mempengaruhi pengeluaran rutin mereka atau alasan lain seperti mereka mulai mencoba-coba bekerja part time, menjadi asisten pengajar lab. menejemen, sehingga mereka mendapatkan penghasilan lebih selain dari orang tua mereka.
4.3
Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Umar (2005, p.190), uji validitas dan reliabilitas sangat disarankan agar
jumlah responden untuk diuji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Dalam penelitian ini menggunakan 94 orang sebagai responden. Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan Hipotesis Ho = Nilai butir berkorelasi positif dengan nilai faktor H1 = Nilai butir tidak berkorelasi positif dengan nilai faktor 2. Menentukan nilai r tabel Untuk Df : jumlah kasus –2, dalam hal ini Df = 94 – 2 =92. Tingkat signifikansi 10%. Diperoleh nilai r tabel = 0,133 3. Mencari r nilai Masukkan data jawaban responden untuk diolah dengan Software SPSS. Disini r hasil untuk tiap item bisa dilihat pada kolom CORRECTED ITEM _ TOTAL CORELATION dari tampilan Software SPSS. 4. Menentukan keputusan Dasar pengambilan keputusan: •
Jika r hasil positif, dan r hasil > r tabel, maka butir tersebut valid
•
Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir tersebut tidak valid
85
Sedangkan untuk menguji reliabilitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan Hipotesis Ho = Nilai butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya H1 = Nilai butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya 2. Menentukan nilai r tabel Untuk Df : jumlah kasus –2, dalam hal ini Df = 94 – 2 =92. Tingkat signifikansi 10%. Diperoleh nilai r tabel = 0,133 3. Mencari r nilai Disini r hasil adalah angka ALPHA (terletak diakhir output) di tampilkan Software SPSS. 4. Menentukan keputusan Dasar pengambilan keputusan: a. Jika r Alpha positif, dan r Alpha > r tabel, maka butir tersebut Reliabel b. Jika r Alpha tidak positif, dan r Alpha < r tabel, maka butir tersebut tidak Reliabel
4.3.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Media Lini Atas Tabel 4.3.1 (Tabel 1) Uji Validitas Media Lini Atas
NO. ITEM aValid 1 2 3 4 5 6 7 8
KOEFISIEN KORELASI (t tabel) 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291
Corrected ItemTotal Correlation MEDIA LINI ATAS (r hitung) 0,631 0,531 0,592 0,657 0,580 0,593 0,593 0,556
MEDIA LINI ATAS (r tabel)
KEPUTUSAN
0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
86
9 10 11 12 13 14
1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291
0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133
0,520 0,704 0,559 0,600 0,684 0,650
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Media Lini Atas di peroleh kesimpulan bahwa dari 14 item yang dinyatakan valid, ada 14 item yaitu: item No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r
tabel
= 0,133
Tabel 4.3.1 (Tabel 2) Reliabilitas Media Lini Atas
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh kesimpulan bahwa 14 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,905 lebih besar dari nilai rtabel 0,133 Jadi untuk variable X1, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14.
87
4.3.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Media Lini Bawah Tabel 4.3.2 (Tabel 1) Uji Validitas Media Lini Bawah
NO. ITEM aValid 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
KOEFISIEN KORELASI (t tabel) 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291
Corrected Item-Total Correlation MEDIA LINI BAWAH (r hitung) 0,584 0,462 0,583 0,529 0,539 0,629 0,406 0,558 0,536 0,528 0,601
MEDIA LINI BAWAH (r tabel) 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133
KEPUTUSAN
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Media Lini Bawah di peroleh kesimpulan bahwa dari 11 item yang dinyatakan valid, ada 11 item yaitu: item No. 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r
tabel
= 0,133
Tabel 4.3.2 (Tabel 2) Reliabilitas Media Lini Bawah
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh kesimpulan bahwa 11 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,853 lebih besar dari nilai rtabel 0,133
88
Jadi untuk variable X2, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25.
4.3.3
Uji Validitas dan Reliabilitas Minat Beli Konsumen Tabel 4.3.3 (Tabel 1) Uji Validitas Minat Beli Konsumen
NO. ITEM aValid 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
KOEFISIEN KORELASI (t tabel) 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291
Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN (r hitung) 0,299 0,350 0,036 0,197 0,231 0,539 0,468 0,464 0,315 0,207 0,196
MINAT BELI KONSUMEN (r tabel)
KEPUTUSAN
0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133
Valid Valid Non Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di peroleh kesimpulan bahwa dari 11 item ternyata ada 1 item yang dinyatakan tidak, yaitu No. 28, sehingga item yang tidak valid tersebut perlu dihilangkan. Selanjutnya diuji lagi ke-10 item pertanyaan valid, yaitu: item No. 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36.
89
Tabel 4.3.3 (Tabel 2) Uji Validitas Minat Beli Konsumen yang kedua
NO. ITEM aValid 26 27 29 30 31 32 33 34 35 36
KOEFISIEN KORELASI (t tabel) 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291
Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN (r hitung) 0,269 0,316 0,120 0,245 0,538 0,456 0,479 0,292 0,243 0,228
MINAT BELI KONSUMEN (r tabel)
KEPUTUSAN
0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133
Valid Valid Non Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di peroleh kesimpulan bahwa dari 10 item ternyata ada 1 item yang dinyatakan tidak, yaitu No. 29, sehingga item yang tidak valid tersebut perlu dihilangkan. Selanjutnya diuji lagi ke-9 item pertanyaan valid, yaitu: item No. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36. Tabel 4.3.3 (Tabel 3) Uji Validitas Minat Beli Konsumen yang ketiga
NO. ITEM aValid 26 27 30 31 32 33 34 35 36
KOEFISIEN KORELASI (t tabel) 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291 1.291
Corrected Item-Total Correlation MINAT BELI KONSUMEN (r hitung) 0,269 0,316 0,245 0,538 0,456 0,479 0,292 0,243 0,228
MINAT BELI KONSUMEN (r tabel)
KEPUTUSAN
0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133 0.133
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
90
Hasil Uji coba instrument penelitian untuk variabel Minat Beli konsumen di peroleh kesimpulan bahwa dari 9 item yang dinyatakan valid, ada 9 item yaitu: item No. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36, dengan taraf signifikan ∂ = 0,10 dan derajat kebebasan (df) = 94-2 = 92 diperoleh r
tabel
= 0,133
Tabel 4.3.3 (Tabel 4) Reliabilitas Minat Beli konsumen
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Hasil uji coba instrument penelitian diatas diperoleh kesimpulan bahwa 9 butir pertanyaan tersebut reliabel, dengan nilai rAlpha = 0,666 lebih besar dari nilai rtabel 0,133
Jadi untuk variable Y, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses analisa selanjutnya adalah data jawaban atas pertanyaan 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36.
4.4
Teknik Analisis 4.4.1
Regresi Berganda Dalam uji regresi berganda ini variabel independent, yaitu Media Lini Atas
dan Media Lini Bawah terhadap variabel dependen, yaitu Minat Beli Konsumen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS relase 15.0 sehingga diketahui
besarnya
independent.
pengaruh
variabel-variabel
dependen
terhadap
variabel
91
Tabel 4.4.1 (Tabel 1) Variables Entered/Removedb
Analisis: Tabel Variables Entered/Removed menunjukan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan atau dengan kata lain kedua variabel independent
dimasukan
dalam perhitungan regresi.
Tabel 4.4.1 (Tabel 2) Model Summary
Analisis: 1. Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel Model Summary, maka nilai koefisien korelasinya adalah R= 0,840 (84%) yang menunjukkan bahwa faktor Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli konsumen memiliki hubungan yang sangat kuat karena angka R>0,5. 2. Angka R Square (koefisien determinasi) adalah 0,705 (70,5%). Hal ini berarti 70,5% Minat Beli Konsumen dipengaruhi oleh Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Sedangkan sisanya 29,5% (100%-70,5% = 29,5%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 3. Standard Error of the Estimate adalah sebesar 0,23579580 (satuan yang dipakai adalah variabel terikat/dependent yang dalam hal ini adalah Minat Beli
92
konsumen). Oleh karena semakin kecil standar deviasi Minat Beli konsumen, maka model regresi semakin baik (tepat) bertindak sebagai predicator (memprediksi variabel dependent) Minat Beli Konsumen daripada rata-rata keputusan (Minat Beli konsumen) itu sendiri.
Tabel 4.4.1 (Tabel 3) Anovab
Analisis: Dari uji Anova atau F test, di dapat F hitung adalah 108,939 dengan tingkat signifikan 0,000 karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi Minat Beli Konsumen atau bisa dikatakan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah secara bersama-sama berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen.
Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa
Uji Koefisien Regresi berdasarkan probabilitas tingkat signifikan: H0 : Koefisien regresi tidak signifikan
93
H1 : Koefisien regresi signifikan •
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
•
Jika probabilitas < 0,05, maka H1 ditolak.
Keputusan: Terlihat bahwa pada kolom signifikansi Tabel 4.4.1 (Tabel 4), variabel X1 dan X2 mempunyai signifikan 0,000 atau probabilitas jauh dibawah 0,05, maka H0 ditolak atau koefisien regresi signifikan, yang artinya faktor X1 dan X2 benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap Minat beli Konsumen (Y).
Analisis Tabel 4.4.1 (Tabel 4): 1. Tabel selanjutnya (Coefficients) menggambarkan persamaan regresi: Y = a + b1X1 + b2X2 Y = 1,421 + 0,311 X1 + 0,300 X2 Dimana: Y = Minat Beli Konsumen X1 = Media lini Atas X2 = Media Lini bawah 2. Pada Persamaan regresi di atas, dapat diketahui konstanta sebesar 1,421 menyatakan bahwa tidak ada Media Lini Atas dan Media Lini Bawah, maka Minat Beli Konsumen sebesar 1,421. 3. Koefisien regesi X1 sebesar 0,311 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1 Media lini Atas akan meningkatkan Minat Beli Konsumen sebesar 0,311. 4. Koefisien regesi X2 sebesar 0,300 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1 Media lini Bawah akan meningkatkan Konsumen sebesar 0,300.
Minat Beli
94
Tabel 4.4.1 (Tabel 5) Tests of Normality X1
Tabel 4.4.1 (Tabel 6) Tests of Normality X2
Tabel 4.4.1 (Tabel 7) Tests of Normality Y
Analisis: Pada Tabel Tests pf Normality
X1, X2, dan Y yang terdapat kolom Kolmogorov-
Smirnova bahwa baik variabel X1, X2, dan Y memiliki Signifikansi yang normal sebesar 0,200. Hasil ini lebih besar dari >0,05.
95
4.4.2
Korelasi Product Moment (Korelasi Pearson) Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations
Dimana:
Y = Minat Beli Konsumen X1 = Media Lini Atas X2 = Media Lini Bawah Tabel 4.4.2 (Tabel 2) Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Analisis: 1. Besar hubungan antara variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,751. Ini menandakan bahwa
96
Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), karena angka 0,751 berada pada kisaran koefisien korelasi 0,60-0,799. 2. Hubungan variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah adalah sebesar 0,751. Ini menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif). Secara teoritis, karena korelasi antara Minat Beli Konsumen dan Media Lini Bawah berkisar antara 0,60-0,799, maka variabel Media Lini Atas lebih berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen. 3. Hubungan antara variabel Media Lini Atas dan Media Lini Bawah adalah sebesar 0,598. Ini menandakan bahwa hubungannya kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), karena 0,598 < 0,5. 4. Tingkat signifikansi koefisien satu sisi dari output menghasilkan angka 0,000. Oleh karena angka tersebut < 0,05, maka korelasi diantara variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sangat signifikan.
4.5
Uji Hipotesis Tabel 4.5 Coefficientsa
Pengujian Hipotesis dilakukan untuk masing-masing variabel independent, yaitu Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Proses pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan t
hitung
dengan t
tabel.
97
•
Jika statistik t
hitung
>t
tabel,
maka H0 ditolak.
•
Jika statistik t
hitung
tabel
maka H0 diterima.
Nilai t Statistik t
hitung
dapat dilihat pada Tabel 4.5 kolom t. : Tingkat signifikansi (a) = 10%
tabel
: Derajat kebebasan (df) = jumlah data – 2 atau 94-2 = 92 : Uji dilakukan dua sisi, nilai t tabel didapat angka 1,29062 Uji Hipotesis yang dilakukan untuk masing-masing variabel independent adalah sebagai berikut: Hipotesis Pertama: H0 = Tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas dengan Minat Beli Konsumen Hexos. H1 = Ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas dengan Minat Beli Konsumen Hexos. Nilai t Karena t
hitung
hitung
>t
untuk Media lini Atas 6,620, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t
tabel
tabel.
(6,620 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain, Ada
hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Atas berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen. Hipotesis Kedua: H0 = Tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah dengan Minat Beli Konsumen Hexos. H1 = Ada hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah dengan Minat Beli Konsumen Hexos. Nilai t Karena t
hitung
hitung
>t
untuk Media lini Bawah 6,622, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t
tabel
tabel.
(6,622 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain, Ada
98
hubungan antara Pemanfaatan Media Lini Bawah berpengaruh terhadap Minat Beli Konsumen.
Hipotesis Ketiga: H0 = Tidak ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah Terhadap Minat Beli Konsumen Hexos. H1 = Ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah Terhadap Minat Beli Konsumen Hexos. Nilai t tabel.
Karena t
hitung
hitung
untuk Minat Beli Konsumen 10,598, dimana nilai ini lebih besar dari nilai t
>t
tabel
(10,598 > 1,29062) maka H0 ditolak (terima H1). Dengan kata lain,
ada pengaruh antara Pemanfaatan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli Konsumen.
4.6
Hasil Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan Pemanfaatan Media Lini Atas
dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli Konsumen. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen Hexos. Terdapat satu variabel dependen yakni, Minat Beli Konsumen dan dua variabel independent yakni, Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Variabel-variabel tersebut diuji dengan menggunakan metode regresi berganda dan korelasi berganda. Dari hasil kuesioner yang terkumpul menggunakan Software SPSS versi 15.0, dilakukan uji validitas dan reliabilitas, untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner valid atau tidak valid, serta reliable atau tidak. Selanjutnya data yang terkumpul diuji dengan menggunakan metode regresi berganda dan korelasi berganda, maka dapat diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
99
1. Pada profile responden, dapat di simpulkan bahwa dari 94 responden yang berusia ≤ 18 tahun sebanyak 10 orang (11%), berusia 19 tahun sebanyak 11 orang (12%), berusia 20 tahun sebanyak 21 orang (22%), berusia 21 tahun sebanyak 28 orang (29%), dan yang berusia ≥ 22 orang sebanyak 24 orang (26%). Dari 94 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang (52%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 orang (48%).
Dari 94 responden berdasarkan pengeluaran rutin per bulannya
didapatkan pengeluaran ≤ Rp. 300.000,00 sebanyak 14 orang (15%), pengeluaran Rp 300.000,00 – Rp. 700.000,00 sebanyak 21 orang (22%), pengeluaran Rp. 700.000,00 – Rp. 1.100.000,00 sebanyak 20 orang (21%), pengeluaran Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.500.000,00 sebanyak 17 orang (18%), dan pengeluaran ≥ Rp. 1.500.000,00 sebanyak 22 orang (24%). 2. Dari Tabel 4.4.1 (Tabel 2) Model Summary, maka nilai koefisien korelasinya adalah R= 0,840 (84%) yang menunjukkan bahwa faktor Media Lini Atas dan Media Lini Bawah terhadap Minat Beli konsumen memiliki hubungan yang sangat kuat karena angka R>0,5. 3. Angka R Square (koefisien determinasi) adalah 0,705 (70,5%). Hal ini berarti 70,5% Minat Beli Konsumen dipengaruhi oleh Media Lini Atas dan Media Lini Bawah. Sedangkan sisanya 29,5% (100%-70,5% = 29,5%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 4. Dari Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa, dapat digambarkan pada persamaan Y = 1,421 + 0,311 X1 + 0,300 X2. Nilai yang paling besar adalah Media Lini Atas (X1) sebesar 0,311 selanjutnya adalah Media Lini Bawah (X2) sebesar 0,300. 5. Pada Tabel 4.4.1 (Tabel 4) Coefficientsa, Koefisien regesi X1 sebesar 0,311 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1% Media lini Atas akan meningkatkan Minat Beli Konsumen sebesar 31,1%. Dan Koefisien regesi X2 sebesar 0,300 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) 1% Media lini Bawah akan meningkatkan Minat Beli Konsumen sebesar 30%.
100
6. Terlihat bahwa pada kolom signifikansi Tabel 4.4.1 (Tabel 4) tepatnya dalam kolom
significance, variabel X1 dan X2 mempunyai signifikan 0,000 atau probabilitas jauh dibawah 0,05, maka H0 ditolak atau koefisien regresi signifikan, yang artinya faktor X1 dan X2 benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap Minat beli Konsumen (Y). 7. Dari Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations, hubungan antara variabel Minat beli Konsumen dengan Media Lini Atas koefisien korelasi adalah 0,751 (kisaran 0,60-0,799), ini menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), sedangkan untuk variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah adalah sebesar 0,751 (kisaran 0,60-0,799), ini menandakan bahwa Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Bawah memiliki hubungan yang kuat dan berbanding lurus (angkanya positif), maka variabel Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sama-sama berpengaruh sebesar 0,751 terhadap Minat Beli Konsumen. 8. Pada Tabel 4.4.2 (Tabel 1) Correlations, tingkat signifikansi koefisien satu sisi dari output menghasilkan angka 0,000. Oleh karena angka tersebut < 0,05, maka korelasi diantara variabel Minat Beli Konsumen dengan Media Lini Atas dan Media Lini Bawah sangat signifikan.