BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan membina dan mendampingi kelompok pembudidaya dan UPR. BBII berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo. Secara administratif lokasi Balai Benih Ikan Inovatif (BBII) gorontalo terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo, yaitu Desa Bandungan Kecamatan Bolango, Kabupaten Bone Bolango, dengan Letak Geografis 0 24 102 Lintang Utara dan 121 59 123 32 Bujur Timur, yang berbatasan dengan : •
Sebelah Utara
: Sungai Bone Bolango
•
Sebelah Selatan
: Desa Pilohayanga
•
Sebelah Timur
: Kecamatan Tapa
•
Sebelah Barat
: Kecamatan Telaga
Sumber air di lokasi BBII berasal dari sungai Pilohayanga. Luas lahan BBII yang telah disiapkan oleh pemerinatah Provinsi Gorontalo, ±5 Ha. Aksebilitas Daerah lokasi Balai Benih Ikan Inovatif tidak terlalu jauh dari ibu kota Provinsi Gorontalo yaitu ±10 Km, yang dapat di jangkau dalam waktu ± 25 menit dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.
4.2 Pemeliharaan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 4.2.1 Persiapan Kolam Persiapan kolam yang dimaksud adalah Persiapan kolam pemeliharaan benih/ kolam pendederan. Luas kolam tidak lebih dari 15 x 20 m2. Dengan kedalam air sekitar 50 – 70 cm dengan kepadatan 100 ekor/m2. Adapun proses pengeringan berlangsung selama 2 – 3 hari tergantung cuaca dan pengeringan di hentikan jika tanah sudah mulai retak. Selama proses pengeringan berlangsung, perbaikan pematang air, pintu air, dan pembalikan tanah dasar. Proses persiapan kolam dapat di lihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Persiapan kolam pendederan 4.2.2 Proses Pengapuran Proses pengapuran berfungsi untuk menaikan nilai pH kolam, selain itu juga dapat membunuh hama dan penyakit yang ada di dalam kolam. Dosis pengapuran berkisar antara 25 – 50 gram/ m2.
4.2.3 Proses Pemupukan Setelah melakukan proses persiapan kolam ,kemudian memupuk lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menumbuhkan pakan alami. Pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang dari kotoran
sapi, ayam
atau puyuh. Namun pada proses
pemupukan di Balai Benih Ikan inovatif menggunakan pupuk dari kotoran ayam, dengan dosis 250 – 500 gram/ m2.
Gambar 4. Proses Pemupukan
4.2.4 Pengisian Air Setelah proses pengapuran dan pemupukan selesai, maka kolam di isi air dengan ketinggian 50 cm dan di biarkan selama 5 – 7 hari, agar air mengendap dan bahan organik menumbuhkan plankton yang berguna sebagai makanan untuk benih ikan. Dan pada hari ke 7 ketinggian air di tambah hingga 70 – 100 cm. Setelah sehari semalam air kolam tersebut ditebari ikan, pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang di tandai dengan perubahan warna pada air kolam menjadi kuning kehijauan.
4.2.5 Proses Pemeliharaan Benih Kolam pendederan yang telah disapkan sebelumnya ditebar benih dengan kepadatan 100 ekor/m2. Kolam-kolam pendederan yang ada di BBII bandungan umumnya berukuran 300m2. Penebaran larva ini disesuaikan dengan luasan kolam pemeliharan. Untuk kolam yang ukuran 300 m2 ditebar larva sebanyak 30.000 ekor. Selama masa pemeliharaan dilakukan pemberian pakan dengan dosis 10 -15 % dari bobot biomassa ikan. Pakan yang diberikan untuk minggu (I) pertama adalah pakan Crumble (Hancuran) dengan protein 30 – 35 %. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari dengan cara menebar pakan di sekeliling kolam.
Gambar 5. Benih ukuran 1 – 3 cm Pemberian pakan pada minggu (II) kedua sama dengan pemberian pakan pada minggu (I) pertama, hanya pada minggu (II) kedua dosis pakan yang diberikan adalah 5 – 10 % dari bobot biomassa. Selama masa pemeliharaan penggantian air dilakukan setelah benih berumur 10 hari yaitu dengan cara menurunkan air 30 – 50 % dan kemudian menabahkannya kembali seperti keadaan semula.
Minggu ke (III) ketiga pemeliharaan benih, pakan yang diberikan adalah pakan yang berbentuk pelet ukuran 1 mil. Pemberian pakan ini disesuaikan dengan bentuk mulut ikan. Dosis pakan yang diberikan 5% dan mulai dibiasakan pemberian pakan pada satu titik pemberian. Tujuannya adalah agar benih yang dipelihara mudah di awasi dan dikontrol baik kesehatan, pertumbuhan maupun kelangsungan hidup. Alat panen dapat menyebabkan lecet pada benih. Oleh karena itu, alat panen harus terbuat dari bahan yang halus. Bila menggunakan waring, bahannya harus dari kain. Sementara hapanya harus terbuat dari kait teriling atau dari bahan nilon halus. Penampungan dalam hapa tidak boleh terlalu padat karena dapat menyebabka ikan mabuk. Sebelum ditangani lebih lanjut, benih hasil panen dibiarkan selama semalam agar segar kembali,
Gambar 6. Benih Ukuran 3 – 5 cm 4.2.6 Kualitas Air Pada saat proses pemeliharaan berlangsung kualitas air dijaga agar tetap pada kisaran yang layak sebagai media pemeliharaan dari penetasan telur sehingga mendukung
proses perkembangan telur sampai menjadi larva dan benih. Data kualitas air selama proses pemeliharaan larva sampai benih, dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3. Parameter Kualitas Air NO
Parameter Kualitas Air
Kisaran
1
Suhu
250 - 300 C
2
pH
6,5 – 8,5
3
Kecerahan
>30 -50 cm
4.3 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Tingkat kelangsungan hidup benih yang dipelihara di BBII untuk pendederan I yaitu 70 %. Pada masa pemeliharan pendederan I yang dilakukan di BBII di peroleh SR (Survival Rate) 70%, dimana benih yang di panen sebanyak 21.000 pada pemeliharaan di kolam A1. Adapun menghitung SR adalah sebagai berikut.
}
{ SR = SR = SR = 70 %
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dalam pendederan I masih baik yaitu 70 %. Hal ini disebabkan karena selama pemeliharaan dilakukan persiapan kolam yang baik, pengontrolan kesehatan dan pemberian pakan, serta pengukuran kualitas air. Disamping itu teknik
pemanenan benih yang tidak baik dapat menyebabkan kematian benih sehingga harus dilakukan secara hati-hati. Pemilihan waktu pemanenan juga sangat penting, karena proses pemanenan larva yang tidak tepat waktu akan membuat larva/benih stress dan mengakibatkan kematian.