BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Subjek Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasr Negeri Jetis 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahu Ajaran 2011/2012 dengan subjek penelitian siswa kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Letak Sekolah Dasar Negeri Jetis 01 berada di Wilayah Kelurahan Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Jarak tempuh Sekolah Dasar Negeri Jetis 01 dengan pusat kota adalah ± 30 km. Suasana SDN Jetis 01 masih sangat asri dengan suasana pedesaan, Letak SDN Jetis 01 dekat dengan pemukiman penduduk desa Jetis. Sekolah Dasar Negeri Jetis 01 merupakan SD inti satu-satunya yang ada di di Kelurahan Jetis dengan kelas yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah keseluruhan adalah 208 siswa. Ruangan Sekolah Dasar Negeri Jetis 01 terdapat 8 ruangan. Dengan rincian enam kelas yang digunakan untuk kelas 1 sampai kelas 6, 1 ruang kantor guru dan 1 ruang adalah ruang kosong yang dijadikan gudang. Ruang kelas sudah cukupnya baik, dengan penerangan dan ventilasi yang cukup. Di Sekolah dasar Negeri Jetis 01 juga menyediakan 3 toilet yag terdiri dari 2 toilet untuk siswa laki-laki dan perempuan dan 1 toilet untuk guru. Selain ruangan dan toilet, Sekolah Dasar Negeri Jetis juga memiliki halaman yang cukup luas yang digunakan sebagai lapangan upacara sekaligus digunakan sebagai lapangan bola dan voly. Tenaga pengajar atau guru yang ada di SDN Jetis 01 sudah cukup, jumlah tenaga pengajar atau guru terdiri dari 10 guru salah satunya kepala sekolah, dengan rincian 1 Kepala Sekolah dengan pendidikan terakhir S1, 7 guru kelas dengan pendidikan terakhir S1, 2 guru dengan pendidikan terakhir S.Pg, yang terdiri atas 8 PNS, 2 orang guru wiyata (guru kelas 2 dan guru bahasa inggris), 1 guru olahraga dengan pendidikan terakhir S.Pg, dan 1 guru agama dengan pendidikan terakhir S1, 1 guru bahasa inggris dengan pendidikan terakhir S1. Adapun 1 karyawan yang bertugas sebagai penjaga sekolah dan TU.
53
4.1.1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bulan Februari sampai dengan Maret 2012. Sebelum memulai penelitian dikelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui data siswa. Hasil dari observasi itu adalah kelompok eksperimen yaitu dikelas V SD Negeri Jetis 01 ada 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan kelompok kontrol yaitu dikelas V SDNegeri Nampu 01 berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 15siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kelompok kontrol diampu oleh guru dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional.
Sedangkan
kelompok
eksperimen diampu oleh guru dengan menggunakan metode Make a Match. Penelitian dengan menggunakan metode Make a Match dilakukan kolaborasi yaitu oleh guru kelas V sebagai pengajar. Dalam penelitian ini juga dibutuhkan guru observer sebagai pengamat jalannya pembelajaran sesuai apa yang diharapkan, guru observer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah. Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pembuat RPP yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas V SDN 01 Jetis. Pelaksanaan uji coba validitas soal dilakukan pada hari Sabtu, 03 Maret 2012 dengan responden 22 siswa kelas V SDN Telawah 01 sebagai SD uji coba. Setelah mendapatkan data validitas soal dari SD uji coba tersebut, peneliti menganalisis validitas dan reliabilitas. Dari hasil uji coba berjumlah 40 soal dan responden 22 siswa memperoleh 25 soal yang valid dan 15 soal yang tidak valid dengan ketentuan corrected item total correlation > 0,25 dan memperoleh reabilitas 0,900 yang artinya reliabilitasnya baik. Soal yag valid tersebut merupakan soal yang nantinya akan digunakan sebagai pretest dikelas ekserimen maupun kontrol. Pelaksanaan uji coba atau tretmen atau perlakuan dilakukan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012 dikelas V SDN Jetis 01 yang dilakukan oleh guru kelas V yaitu Bapak Supardi. Uji coba tretmen ini dilakukan guru untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Dalam uji coba ini terlihat guru sedikit canggung dan grogi mungkin itu dikarenakan di SD tersebut jarang sekali diberi metode pembelajaran selain konvensional akan tetapi,
54
pelaksanaan pembelajarannya tetap berjalan dengan lancar dan siswapun tetap antusias mengikuti proses pembelajaran. Siswa lebih terlihat aktif dan senang serta kreatif dalam setiap aktivitas pembelajaran. Setelah tretmen ini berhasil diuji cobakan maka pelaksanaan penelitian pada kelompok eksperimen dapat dilakukan. Peneliti membagikan pretes di kelas V SDN Jetis 01 sebagai kelompok eksperimen dan di kelas V SDN 01 Nampu sebagai kelompok kontrol pada hari sabtu, 10 Maret 2012. Dari data pretes peneliti menganalisis normalitas dan homogenitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada tanggal 22,23 dan 24 Maret 2012 peneliti meneliti dikelompok eksperimen dengan menggunakan metode Make a Match yang diampu oleh guru kelas V yaitu Bapak Supardi dan sebagai observer yang dilakukan oleh kepala sekolah Bapak Djarot Joko Widodo. Pada tanggal 26,27 dan 28 Maret 2012 peneliti meneliti pada kelompok kontrol yang diampu oleh Bapak Suwadi sebagai guru kelas V dengan menggunkan pembelajaran konvensional. Pelaksanaan tindakan pertama dilakukan pada hari Kamis, 22 Maret 2012 di mana pembelajaran dilakukan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.15 – 08.25 WIB. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen membahas materi proses pembentukan tanah dengan subpokok batuan beku. Guru memberi salam dan mengajak siswa untuk berdo’a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Gurumenyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu jawaban atau soal.Guru mengontrol kerja siswa dalam mencari pasangannya dan membantu siswa jika terdapat hal-hal yang belum dipahami dengan kata lain guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Tiap siswa memikirkan jawaban dari kartu yang dipegangnya. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.Setiap siswa berpikir, menganalisis, menyelesaikan tugasnya dalam mencocokan kartu soal dan jawaban dengan benar. Siswa berkompetensi secara sehat dalam mencari pasangannya, disini yang dimaksud adalah siswa tidak saling berebutan dalam mencari
55
pasangannya. Setiap siswa berpasangan membacakan kartu yang telah dicocokannya didepan kelas. Siswa berpasangan menempelkan kartunya yang telah dicocokan dipapan tulis. Guru bersama-sama dengan siswa mencocokan hasil kerja yang telah dilakukan oleh siswa. Kemudian guru menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar. Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan bersama – sama dan diakhiri dengan penginformasian materi pertemuan selanjutnya. Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Jumat, 23 Maret 2012 dimana pembelajaran dilakukan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.15 – 08.25 WIB. Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen membahas materi tentang proses pembentukan tanah dengan subpokok batuan endapan. Guru memberi salam dan mengajak siswa untuk berdo’a. Sebelum mulai ke materi guru melakukan refleksi terhadap siswa dengan menanyakan materi sebelumnya. Setelah itu guru menyiapkan kartu yang terdiri dari kartu soal dan jawaban. Kemudian siswa satu per satu maju ke depan untuk mengambil kartu tersebut. Siswa mulai mencari dan mencocokan kartu yang sesuai dengan kartu yang dipegangnya. Selama proses pembelajaran berlangsung guru memberikan bimbingan dan mengamati kegiatan siswa akan tetapi disini guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Siswa membacakan atau mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas dan dilanjutkan dengan menempelkan kartu secara berpasangan dipapan tulis. Guru bersama-sama dengan siswa mencocokan hasil kerja yang telah dilakukan oleh siswa. Kemudian guru menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar.Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan bersama – sama dan diakhiri dengan memberi informasi kepada siswa untuk bereksplorasi lebih jauh pada kegiatan pembelajaran berikutnya serta memberikan motivasi kepada siswa yang masih kurang aktif dan terlihat malu-malu. Pelaksanaan tindakan yang ketiga dilakukan pada hari Sabtu, 24 Maret 2012, pembelajaran dilakukan selama 2 x 35 menit dan dimulai pada pukul 07.15 – 08.25 WIB. Pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen membahas materi tentang proses pembentukan tanah dengan subpokok batuan malihan. Guru
56
memberi salam dan mengajak siswa untuk berdo’a.Di pertemuan yang ketiga ini guru mulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan semangat siswa dan antusias siswa yaitu memberikan reward (bintang) bagi siswa yang mampu mencocokan kartunya dengan benar dengan waktu yang cepat akan tetapi siswa yang tidak mampu mencocokan kartunya dengan benar akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati (siswa diminta menyanyi didepan kelas). Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru kembali menyiapkan kartu yang terdiri dari kartu jawaban dan kartu soal. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang terdiri dari kartu soal dan jawaban. Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. Setiap siswa kembali berpikir, menganalisis, menyelesaikan tugasnya dalam mencocokan kartu dan bertindak rasa takut. Selama proses pembelajaran berlangsung guru memberikan bimbingan dan mengamati kegiatan siswa akan tetapi disini guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Siswa secara berpasangan membacakan atau mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas. Siswa berpasangan menempelkan kartunya yang telah cocok pada papan tulis. Guru bersama-sama dengan siswa mencocokan hasil kerja yang telah dilakukan oleh siswa. Guru menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran.Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa tes yang berbentuk pilihan ganda sebagai postes. Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dalam tiga kali pertemuan, dilaksanakan pada hari Senin, 26 Maret 2012; Selasa, 27 Maret 2012; dan Rabu, 28 Maret 2012. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas V dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang diampu oleh Bapak Suwadi. Pembelajaran terfokus pada guru, di mana guru menjelaskan dan siswa memperhatikan. Pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan pada jam pertama dan kedua. Sama dengan kelompok eksperimen. Pada pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin, 26 Maret 2012 pembelajaran dilakukan pada jam pertama dan kedua, dimana pembelajaran membahas materi tentang proses
57
pembentukan tanah dengan subpokok batuan beku. Pertemuan kedua pada hari Selasa, 27 Maret 2012 pada jam pertama dan kedua, dimana pembelajaran membahas materi tentang proses pembentukan tanah dengan subpokok batuan endapan. Sedangkan, pada pertemuan ketiga yang dilakukan pada hari Rabu, 28 Maret 2012 pada jam pertama dan kedua, dimana pembelajaran membahas materi tentang proses pembentukan tanah dengan subpokok batuan malihan yang kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil belajar siswa yaitu berupa tes berbentuk pilihan ganda. Pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat menjadikan suatu pembelajaran yang inovasi dan dapat bermanfaat untuk semuanya. Untuk itu sebelum data dianalisis peneliti bersama guru kelas dan guru observer beserta beberapa siswa melakukan diskusi tentang pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yang telah dilaksanakan. Dalam diskusi tersebut membahas tentang evaluasi adakah pengaruhnya pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match bagi guru kelas, observer, siswa dan juga peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran serta guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dirasa mudah diterima, dipahami, dan siswa lebih mampu mengeksplor diri untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan bagi guru observer pembelajaran tersebut telah memberikan sumbang saran bagi guru-guru yang lain untuk dapat lebih kreatif dalam mengemas materi pelajaran dengan menggunakan metode yang menyenangkan seperti Make a Match. Bagi peneliti sendiri yang kelak menjadi guru juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam menerapkan metode pembalajaran Make a Match yang nantinya menjadi alternatif baru yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dan ternyata metode Make a Match mempengaruhi perilaku anak dimana siswa yang kurang aktif menjadi aktif, siswa aktif semakin antusias untuk meningkatkan keaktifannya.
58
Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match menekankan pada bentuk kerjasama antar siswa. Sudah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu pada pembelajaran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar terjadi benarbenar terjadi dominan siswa dengan siswa.
4.2. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini akan diuraikan hasil penelitian dari variabel pembelajaran Make a Match, Gender, dan Hasil Belajar. 4.2.1. Penerapan Make a Match Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada bentuk kerjasama antar siswa. Pada pembelajaran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar terjadi benarbenar terjadi dominan siswa dengan siswa.
Deskripsi pembelajaran Make a
Match dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi ini dilakukan pada saat guru menerapkan perlakuan pembelajaran di dalam kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran Make a Match. Lembar observasi yang dibuat tersebut didasarkan dengan ketentuan – ketentuan atau langkah – langkah pembelajaran Make a Match. Observasi tindakan dilakukan oleh kepala sekolahyaitu Bapak Djarot Joko Widodo yang memantau secara langsung jalannya proses pembelajaran. Dari hasil observasi, didapatkan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan Make a Match berlangsung dengan baik
59
dan sesuai dengan prosedur dan teori yang digunakan. Lebih jelasnya hasil observasi yang diisi oleh kepala sekolah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 4.1. Hasil Data Observasi Penerapan PembelajaranIPA dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match di SDN Jetis 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Kegiatan
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Akhir
Aspek yang diamati Guru memberikan salam dan mengajak siswa berdo’a Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompeten si dasar yang akan dicapai Guru menyiapkan beberapa kartu yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban. Setiap siswa memikirkan soal dan jawaban dari kartu yang dipegangnya. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Setiap siswa berpikir, menganalisis, menyelesai kan tugasnya dalam mencocokan kartu dan bertindak tanpa rasa takut. Siswa berkompetensi secara sehat mencari pasangan yang tepat dalam menemukan kartu soal maupun kartu jawaban dengan benar. Guru mengontrol kerja siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran berlangsung. Setiap siswa berpasangan membacakan atau mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas. Siswa secara berpasangan menempelkan kartu soal dan jawaban atau hasil kerjanya dipapan tulis. Guru bersama-sama dengan siswa mencocokan hasil kerja yang telah dilakukan oleh siswa. Guru sebagai fasilitator dan moderator. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran. Guru memberikan evaluasi kepada siswa yaitu berupa tes pilihan ganda.
F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ─ √ √ √ √ √ √ √ √
─ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan: √ : Melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP ─ : Tidak melaksankan kegiatan sesuai RPP Berdasarkan tabel diatas, frekuensi merupakan rangkuman kegiatan yang dilakukan oleh guru pada pertemuan, kedua, dan ketiga. Simbol (√) artinya guru
60
telah melaksanakan pebelajara sesuai denga RPP sedangkan simbol (─) artinya guru tidak melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Dari hasil observasi pembelajaran IPA dengan menerapkan Make a Match yang dilakukan oleh guru observer, didapatkan bahwa pembelajaran
menerapkan Make a Match
berlangsung dengan baik dan sesuai dengan prosedur dan teori yang digunakan serta langkah-langkah yang dibuat. Pada pertemuan pertama hanya sedikit ada masalah yaitu siswa masih malu-malu dalam mengutarakan pendapatnya didepan kelas sehingga siswa kurang antusias akan tetapi itu diimbangi dengan penguatan atau motivasi dari guru sehingga pada pertemuan kedua dan ketiga siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan kedua aspek yang diamati sudah terlaksana dengan baik, siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar dengan teknik mencari pasangan sehingga proses pembelajaran terlihat menyenangkan sehingga suasana pembelajaran sudah mengarah kepada metode pembelajaran Make a Match.Siswapun aktif bertanya hal ini dibuktikan ketika guru menjelaskan, ada beberapa siswa yang merasa belum menguasai materi mau bertaya untuk meminta penjelasan ulang dari guru. Maka dari itu tugas guru sebagai fasilitatorpun terlaksana. Pada pertemuan ketigapun semua aspek telah dilaksanakan hal ini dibuktikan pada saat pembelajaran semua siswa ikut berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar yaitu ketika siswa laki-laki mendapat kartu soal dan jawabannya pada siswa peremuan, siswa tidak malumalu lagi untuk maju ke depan dan membacakan hasil kerjanya secara berpasangan. Suasana dalam pembelajaranpun terlihat menyenangkan. Hal ini telah sesuai pada teori dasar Make a Match yaitu teknik mencari pasangan dengan suasana
yang
menyenangkan.
Pembelajaran
diakhiri
dengan
evaluasi.
Pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas sudah sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 4.2.2. Data Hasil Belajar Hasil belajar siswa siswa digolongkan menjadi 2 yaitu nilai pretest dan nilai postest. Nilai pretest didapat dari nilai siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan nilai postest didapat dari nilai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Hasil belajar ini dibedakan dari kelompok eksperimen yang mendapatkan
61
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan kelompok kontrolyang menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 70. a.
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Pretest Kategori
Range
Tuntas
70-100
L 9
Tidak Tuntas Jumlah Mean St. Deviasi
0-69
5
Min Maks
Postest
f
%
f
%
P 3
L 64,28
P 30,00
L 14
P 10
L 100
P 100
7
35,72
70,00
-
-
-
-
24
100
24
100
66,00 11,74
83,00 6,65
48,00 88,00
70,00 95,00
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelompok eksperimen dibedakan atas dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas. Dikatakan tuntas jika range nilainya antara 70 – 100, dikatakan tidak tuntas jika range nilainya antara 0 – 69. Nilai pretest untuk siswa laki-laki dari 14 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase ketutasan 64,28 dan tidak tuntas sebanyak 5 siswa dengan presentase 35,72. Sedangkan untuk siswa perempuan dari 10 siswa dinyatakan tuntas sebanyak 3 orang dengan presentase 30,00 dan tidak tuntas sebanyak 7 orang dengan presentase 70 siswa. Rata – rata yang diperoleh 66,00 standar deviasinya 11,74 nilai minimal 48,00 dan nilai maksimalnya 88,00. Nilai postest untuk siswa laki-laki dari 14 siswa dinyatakan tuntas semua dengan presentase ketutasan 100 %. Sedangkan untuk siswa perempuan dari 10 siswa juga dinyatakan tuntas semua dengan presentase 100 %. Rata – rata yang diperoleh 83,00 standar deviasinya 6,65 nilai minimal 70,00 dan nilai maksimalnya 95,00. Nilai belajar siswa yang dicapai setelah diberikan perlakuan
62
meningkat hal ini terbukti dengan nilai rata – rata postes lebih besar dari nilai rata – rata nilai pretest 83,00> 66,00. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat ada perbedaaan pada hasil pretes dan postes di kelas eksperimen. Dari tabel 4.2 dapat dilihat ada peningkatan pada hasil belajar pretes dengan postes dimana dari 24 siswa yang pada pretes hanya 12 siswa meningkat menjadi tuntas semua. Siswa yang pada pretes cenderung malumalu dan pasif akan tetapi di postes siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa yang mengalami peningkatan ini adalah siswa yang cocok menggunakan pembelajaran Make a Match. Perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen disebabkan adanya pengaruh pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar mata pelajaran IPA di dalam kelas. b.
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol Tabel 4.3. Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Nampu 01KecamatanKarangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Pretest F
%
Kategori
Range
L
P
Tuntas
65100 0-64
10
5
5
8
Tidak Tuntas Jumlah
Postest
L
f L
P
66,67 38,46
6
4
40,00 30,76
33,33 61,54
9
9
60,00 69,24
28
P
%
100
L
28
P
100
Mean St. Deviasi Min
64,00 11,57 48,00
59,00 6,15 50,00
Maks
84,00
70,00
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelompok kontrol dibedakan atas dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas. Dikatakan tuntas jika range nilainya antara 65 – 100, dikatakan tidak tuntas jika range nilainya antara 0 – 64.
63
Nilai pretest untuk siswa laki-laki dari 15 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 10 siswa dengan presentase ketutasan 66,67 dan tidak tuntas sebanyak 5 siswa dengan presentae 33,33. Sedangkan untuk siswa perempuan dari 13 siswa dinyatakan tuntas sebanyak 5 orang dengan presentase 38,46 dan tidak tuntas sebanyak 8 orang dengan presentase 61,54. Rata – rata yang diperoleh 64,00 standar deviasinya 11,57 nilai minimal 48,00 dan nilai maksimalnya 84,00. Nilai postest untuk siswa laki-laki dari 15 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 6 siswa dengan presentase ketutasan 40,00 dan yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase ketuntasan 60,00 . Sedangkan untuk siswa perempuan dari 13 siswa yang dinyatakan tuntas adalah sebanyak 4 siswa dengan presentase 30,76 dan yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase 69,24. Rata – rata yang 59,00 standar deviasinya 6,15 nilai minimal 50,00 dan nilai maksimalnya 70,00. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat ada perbedaan hasil pretes dan postesnya. Meskipun ada perbedaan hasil hasil belajar di pretes dan postes, dari 28 siswa masih ada 18 siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan keterangan dari guru kelas V di kelas kontrol, siswa yang belum tuntas adalah siswa yang mempunyai motivasi belajar yang kurang, kurang serius dalam menerima pelajaran serta merupakan siswa yang pasif. Oleh karena itu, tindakan guru yang harus dilakukan adalah memberikan motivasi dan merubah cara belajar siswa dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang inovatif. 4.2.3. Gender Gender dalam penelitian ini dibatasi pada jenis kelamin yaitu laki – laki dan perempuan. Data gender siswa didapat dari dokumentasi arsip sekolah yaitu absensi siswa. Dokumentasi ini untuk mendapatkan data jenis kelamin siswa kelas V di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
64
Tabel 4.4. Gender Siswa Kelas V SDN Jetis 01 dan Nampu 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Gender Total % Laki-laki Perempuan Jumlah % Jumlah % Eksperimen 14 58,33 10 41,67 24 100 Kontrol 15 53,57 13 46,43 28 100 Dilihat dari tabel diatas pada kelompok eksperimen terdapat 24 siswa yang Kelompok
terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Presentase siswa laki-laki lebih banyak daripada siswa perempuan, yaitu siswa laki-laki sebanyak 58,33% dan siswa perempuan 41,67%. Sedangkan di kelompok kontrol terdapat 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Presentase siswa laki-laki dikelas kontrol juga lebih banyak siswa laki-laki daripada siswa perempuan yaitu siswa laki – laki sebanyak 53,57% dan siswa perempuan 46,43%. 4.3.
Hasil Uji Prasyarat
4.3.1. Uji Homogenitas Data Pretes Uji homogenitas bertujuan untuk menentukan apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas diambil dari nilai pretest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Syarat homogenitas adalah jika Sig > 0,05 maka sampel dinyatakan homogen, jika Sig < 0,05 maka sampel dinyatakan tidak homogen. Pengukuran uji homogenitas menggunakan SPSS 16.0 for windows. Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Pretest SDN Jetis 01 dan Nampu 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Test of Homogeneity of Variance
Eksperimen/Kontrol
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.706
1
50
.405
Based on Median
.642
1
50
.427
Based on Median and with adjusted df
.642
1
48.298
.427
Based on trimmed mean
.698
1
50
.408
Hasil Uji homogenitas menunjukan bahwa tingkat signifikan atau probabilitas adalah 0, 405 karena nilainya lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan 65
bahwa varians yang dimiliki oleh sampel yng bersangkutan seragam atau homogen. 4.3.2. Uji Normalitas Data Pretes Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel telah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas didapat dari hasil pretes siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun kriteria suatu data dikatakan normal jika signifikan > 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogrov simirnov menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar PreTes SDN Jetis 01 dan Nampu 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Laki-laki/Perempuan
Statistic
df
Sig.
Laki-laki
.168
29
.035
Perempuan
.171
23
.081
Eksperimen/Kontrol
a. Lilliefors Significance Correction
Dari uji normalitas hasil belajar tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat hasil sebagai berikut: 1.
Nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa laki – laki dilihat dari tabel Kolmogorov Smirnov. Dari tabel tersebut nampak nilai Sig dengan taraf signifikasi 0,035. Jika nilai Sig > nilai taraf signifikasi, maka berdistribusi normal. Nilai dari Sig adalah 0,035>0,05 maka diambil kesimpulan nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lakilaki berdistribusi normal.
2.
Nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa perempuan dilihat dari Kolmogorov Smirnov. Dari tabel tersebut nampak nilai Sig dengan taraf signifikasi 0,081. Jika nilai Sig > nilai taraf signifikasi, maka berdistribusi normal. Nilai dari Sig adalah 0,81> 0,05, maka diambil
66
kesimpulan nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol perempuan berdistribusi normal.
4.4. Hasil Uji Hipotesis 4.4.1. Uji Asumsi ANOVA Uji asumsi ANOVA atau uji Leven’s dilakukan untuk menguji hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa masing-masing varian dari variabel terikat adalah sama/ homogen. Dengan demikian hipotesis yang akan diuji yaitu: H0 = Varian variabel terikat adalah sama/ homogen H1 = Varian variabel terikat adalah todak sama/ heterogen Menurut Hartono (2011: 186) pengambilan keputusan uji Leven’s didasarkan pada hasil probabilitas atau signifikansi yang diperoleh, yaitu: Jika propabilitas > 0,05 maka hipotesis nihil diterima Jika propabilitas < 0,05 maka hipotesis nihil ditolak Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Hasil belajar Postest SDN Jetis 01 dan Nampu 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Levene's Test of Equality of Error Variances
a
Dependent Variable:Eksp/Kontrol F
df1
df2
Sig.
.996
3
48
.403
Tabel 4.7 menujukkan tes hitung sebesar 0,996 dengan nilai probabilitas sebesar 0,403. Oleh karena angka probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa varian variabel terikat adalah sama/ homogen, sehingga memenuhi asumsi ANOVA. Dengan demikian analisis varian dapat dilanjutkan.
67
4.4.2. Hasil Uji Hipotesis a. Hipotesis 1 Ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran Make a Match dengan kelompok yang menggunakan pembelajaran konvensional. H0
: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
H1
: Ada perbedaan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Hipotesis Statistiknya sebagai berikut: H0 : µe - µk = 0 H1
: µe -
µk ≥ 0
Tabel 4.8. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar SiswaDengan Metode Make a Match dan Konvensional di SDN Jetis 01 dan Nampu 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012 xe 85 80 90 85 90 85 75 85 80 95 80 75 80 80 85 85 70 85 85 70 80 85 75 85
∑
xk 60 70 70 60 55 65 60 65 60 50 55 60 55 70 65 55 50 65 60 55 65 50 55 50 60 65 60 65 ∑
xe2 7225 6400 8100 7225 8100 7225 5625 7225 6400 9025 6400 5625 6400 6400 7225 7255 4900 7225 7225 4900 6400 7225 5625 7225
∑2 = 3880900
68
xk2 3600 4900 4900 3600 3025 4225 3600 4225 3600 2500 3025 3600 3025 4900 4225 3025 2500 4225 3600 3025 4225 2500 3025 2500 3600 4225 3600 4225 ∑ 2 = 101225
•
Menghitung jumlah rerata dan jumlah kwadrat Rata-rata nilai eksperimen = ∑ = ∑
Jke = ∑xe-
•
= 83,00
= 3880900 %
3880817
( )(
= ∑ ( )(
Rata-rata nilai kontrol
Jkk = ∑xk-
=
∑ ( )(
*+ ,
= 59,00
= 101225 %
( )(
*+ ,
101166
Jika sudah menemukan hasil rerata dan jumlah kwadrat, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai uji t ind Uji t = Uji t ind = = =
012345 676484 79: – 012345 676484 9<=86<3 >?
@ABC@AD J J HI K L EBCEDFG EB ED
,M,O+,
PQQRQJSC JRJJTT J J >I LI K L GUCGQFG GU GQ
,
PVQJVQP >I L X, WR
K,M+Y
,
=
ZX*+,*Y
=
,
= 0,30 •
Menguji tingkat kesalahan (alpha) = 5% db/df = (Ne + Nk) - 2
df = ( 24 + 28 ) -2 = 50 (one tail, 50, 5%) •
t tabel = 2,01
Jadi, t hitung = 0,30 ; t tabel = 2,01 t hitung < t tabel, H0 diterima dan H1 ditolak
69
•
Kesimpulan Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA siswa yang
menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. b. Hipotesis 2 Ada perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa laki–laki dan kelompok siswa perempuan. H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa laki – laki dan kelompok siswa perempuan. H1 : Ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa laki–laki dan kelompok siswa perempuan. Hipotesis Statistiknya sebagai berikut: H0 : µ l- µ p = 0 H1 : µ l- µ p ≥ 0 Tabel 4.9. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gender Kelompok Laki-laki dan Kelompok Perempuan di SDN Jetis 01 dan Nampu 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 xl 85 80 90 85 90 85 75 85 80 95 80 75 80 80
∑[
xl2 7225 6400 8100 7225 8100 7225 5625 7225 6400 9025 6400 5625 6400 6400 2 ∑[ = 82050
xp 85 85 70 85 85 70 80 85 75 85
∑\ ]
70
Xp 2 7225 7255 4900 7225 7225 4900 6400 7225 5625 7225
∑\2 = 65175
•
Menghitung jumlah rerata dan jumlah kwadrat O
= ∑ O
Rata-rata nilai laki-laki
= Jkl = ∑xl-
∑ O
O
Rata-rata nilai perempuan
*+
= 83,21
=82050 %
*+
= ∑ =
∑
Jkp = ∑xp- = 65175 % •
81966.79
,+
,+
= 80,5
65094.5
Jika sudah menemukan hasil rerata dan jumlah kwadrat, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai uji t ind Uji t = Uji t ind = = =
012345 676484 349`O349` – 012345 676484 a7672a14= @AbC@Ac
J
J
>?EbCEcFGH IEbK EcL
,M,O ,,+
QJVTT,SVC TWRVU,W J J >I LI K L JUCJRFG JU JR
M,*
JUSRTJ,GV >I L X,K,Y GG
M,*
=
ZXMM,,Y
=
MM,,
M,*
= 0,093 •
Menguji tingkat kesalahan (alpha) = 5% db/df = (Nl + Np) - 2
df = ( 14 + 10 ) -2 = 22 (one tail, 50, 5%) •
t tabel = 2,07
Jadi, t hitung = 0,093 ; t tabel = 2,07 t hitung < t tabel, H0 diterima dan H1 ditolak
•
Kesimpulan Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan perempuan. 71
c.
Hipotesis 3 Ada perbedaan hasil belajar konvensional dengan penerapan metode
pembelejaran Make a Match mata pelajaran IPA berdasarkan gender. H0
: Tidak Ada perbedaan hasil belajar konvensional dengan penerapan metode pembelejaran Make a Match mata pelajaran IPA berdasarkan gender.
H1
: Ada perbedaan hasil belajar konvensional dengan penerapan metode pembelejaran Make a Match mata pelajaran IPA berdasarkan gender.
Hipotesis Statistiknya sebagai berikut: H0 :µ kl = µ ml = µ kp = µ mp H1 : µ kl ≠ µ ml ≠ µ kp ≠ µ mp Tabel 4.10. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar Konvensional dengan Penerapan Metode Pembelajaran Make aMatch Berdasarkan Gender di SDN Jetis 01 Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Source Type III Sum df Mean Square F Sig. of Squares Kelas*Gender 34.808 1 34.808 0.797 .377 Error 2096.960 48 Total 266225.000 52 Corrected Total 9320.673 51 Tabel 4.11 menunjukkan Fratio untuk faktor gender dan kelas sebesar 0,797. Fratio dikonfirmasikan dengan Ftabel dan taraf signifiansi 0,05 (5%), dimana dk nya 1 untuk pembilang dan 48 untuk penyebut, diperoleh angka 4,04 maka terlihat Ftabel lebih besar dari Fratio. Tingkat signifikansi 0,377 (tidak signifikan karena nilainya > 0,05). Jadi H1 ditolak yang berarti tidak ada perbedaan pengaruh pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar pada IPA berdasarkan gender kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012.
72
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian Terdapat dua kelompok kelas yang digunakan sebagai penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan tindakan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, sedangkan kelompok kontrol kegiatan pembelajarannya menggunakan metode konvensional atau ceramah.
Kelompok eksperimen
terdapat 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki–laki dan 10 siswa perempuan, sedangkan di kelas kontrol terdapat 28 siswa yang tediri dari 15 siswa laki–laki da 13 siswa perempuan. Karakteristik siswa di SD tersebut sangatlah pemalu dan pada waktu peneliti observasi langsung ke SD tersebut siswa dalam pembelajaran terlihat kurang aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal itu dikarenakan metode pembelajaran konvensional yang digunakan oleh guru kurang diminati siswa sehingga hal itu berpengaruh pada hasil belajar siswa. Akan tetapi minat dan antusias mereka menjadi meningkat ketika guru menerapkan metode Make a Match. Make a Match merupakan teknik dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk ikut serta dalam setiap pembelajaran dan siswapun terlihat antusias pada waktu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pengujian hipotesis pertama dengan beda mean di peroleh bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran Make a Match dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, di lihat dari t hitung lebih kecil dari t tabel ( 0,30 < 2,01 ) atau H0 diterima dan H1 ditolak sedangkan dilihat dari nilai rata-rata saja yaitu antar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol,terdapat perbedaan yaitu nilai rata-rata eksperimen 83,00 dan 59,00 di kelompok kontrol dimana selisih 24,00. Pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan beda mean di peroleh bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa laki-laki dan perempuan, di lihat dari t hitung lebih kecil dari t tabel ( 0,0,93 < 2,07 ) atau H0 diterima dan H1 ditolak sedangkan dilihat dari nilai rata-rata saja yaitu antar
73
kelompok laki-laki dengan kelompok perempuan,terdapat perbedaan yaitu nilai rata-rata laki-laki 83,21 dan 80,05 di kelompok perempuan dimana selisih 3,16. Pengujian
hipotesis
ketiga
perbedaan
hasil
belajar
pembelajaran
konvensional dengan penerapan metode pembelajaran Make a Match berdasarkan gende, berdasarkan tabel, baris kelas*gender menunjukan nilai sig. 0,377 dimana sig. 0,377 > 0,05 maka H1 ditolak artinya Dengan kata lain tida ada perbedaan hasil belajar dengan menerapkan metode pembelajaran Make a Match berdasarkan gender. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maryumi berjudul “Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial tentang masuknya Agama di Indonesia melalui model pembelajaran mencari pasangan bagi siswa kelas V Semester 1. SDN 01 Cangakan Kecamatan Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 yang mampu meningkatkan ketuntasan belajar IPS dari pelaksanaan siklus I adalah 80 % menjadi 100% pada siklus II, karena dalam penelitian ini tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kontrol maupun kelompok laki-laki dengan perempuan. Proses kegiatan pembelajaran yang menyenangkan telah dilakukan oleh guru, akan tetapi belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal, akan tetapi guru telah mencoba metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lorna Curran (Lie, 2007: 55) salah satu keunggukan teknik Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match menekankan pada bentuk kerjasama antar siswa. Sudah dijelaskan pada sebelumnya yaitu pada pembelajaran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep
74
yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar terjadi benarbenar terjadi dominan siswa dengan siswa. Teknik Make a Match yang dikembangkan Lorna Curran (Lie, 2007: 55) Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Di dalam kelas guru telah menyiapkan kartu-kartu soal/jawaban yang kemudian dibagikan ke siswa. Setelah itu,Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa berpikir, menganalisis, menyelesaikan tugasnya dalam mencocokan kartu dan bertindak tanpa rasa takut. Siswa berkompetisi secara sehat mencari pasangan yang tepat dalam menemukan kartu soal dan jawaban dengan benar. Setiap siswa diberi kesempatan berdiskusi dengan pasangannya untuk mengoreksi kembali hasil kerjanya. Setiap siswa diberi kesempatan untuk bisa berpindah pasangan dengan siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
Setiap siswa berpasangan membacakan kartu yang telah
dicocokannya baik kartu soal maupun kartu jawaban didepan kelas. Siswa berpasangan menempelkan kartunya yang telah cocok pada papan tulis atau tempat yang telah disediakan oleh guru. Dari paparan diatas dapat dibuat implikasi secara teoritis dan implikasi praktis yaitu, sebagai berikut: a.
Implikasi Teoritis Berdasarkan kegiatan belajar mengajar penerapan metode Make a Match,
siswa nampak lebih aktif
mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal.
Dengan metode pencarian kartu pasangan ini dapat mengidentifikasikan permasalahan
yang
terdapat
didalam
kartu
yang
ditemukannya
dan
menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara berpasangan. Pada penerapan metode Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode Make a Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing75
masing. Hal ini sejalan dengan pendapat Lorna Curran (Lie, 2007: 55)Salah satu keunggulan Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Selanjutnya,
penerapan
metode
Make
a
Match
dapat
membangkitkan
keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikuluk tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran. b. Implikasi Praktis Hasil penelitian secara praktis metode Make a Match dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru terutama dalam pembelajaran IPA dan sesuai digunakan bagi siswa yang memiliki karakter pemalu dan cenderung pasif serta lebih memperhatikan proses pembelajaran supaya ada peningkatan hasil belajar siswa.
76