BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1. Persiapan Penelitian Persiapan awal yang dilakukan oleh penulis adalah meminta izin kepada kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga secara informal untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut serta menyampaikan maksud dan tujuan penulis mengadakan penelitian. Setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru bimbingan konseling di sekolah, kemudian penulis memutuskan untuk mengadakan penelitian di SMA Kristen 1 Salatiga. Oleh karena itu penulis meminta surat permohonan ijin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan kepada Kepala SMA Kristen 1 Salatiga, dan oleh pihak sekolah selanjutnya memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Kristen 1 Salatiga.
4.2. Gambaran Data Pretest Kepercayaan Diri Dari observasi yang penulis lakukan dengan guru pembimbing (guru BP kelas XI) sebelum dilakukan penelitian pada siswa, penulis mendapatkan informasi tentang siswa kelas XI yang dipilihkan oleh guru pembimbing bahwa, siswa dikelas tersebut belum pernah dijadikan subyek penelitian sebelumnya, karena kelas tersebut terkenal dengan keramaian dan kegaduhannya dari siswa-
siswanya. Hal ini memungkinkan siswa-siswa dikelas ini cukup mempunyai percaya diri yang tinggi. Dari wawancara yang dilakukan penulis dengan guru pembimbing, dan dari informasi yang didapat, membuat penulis semakin penasaran untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan diri mereka, sehingga siswasiswa dikelas XI dipilih penulis untuk melanjutkan penelitiannya. Dari hasil observasi yang penulis lakukan terhadap siswa kelas XI ini ternyata hampir sama dengan yang dijelaskan guru pembimbing saat wawancara sebelumnya, dan penulispun tetap melanjutkan penelitiannya. Penulispun sempat menduga bahwa siswa kelas XI memiliki rasa percaya diri yang tinggi, namun setelah penulis melakukan pretest, ternyata masih ada diantara mereka yang percaya dirinya perlu ditingkatkan lagi. Dan hasil pretest itu pun dapat dilihat dari tabel yang diulas berikut ini. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner oleh siswa tentang kepercayaan diri sebelum diberi perlakukan bimbingan kelompok, kemudian dari jawaban siswa tersebut selanjutnya penulis memberikan scoring serta melakukan analisis data. Berdasarkan hasil pretest dimana ada sebanyak 27 orang siswa yang mempunyai tingkat kepercayaan diri tergolong rendah dan cukup. Tabel 5 berikut ini menunjukkan skor tingkat kepercayaan diri siswa saat pretest.
Tabel 5. Rata-rata Skor Kepercayaan Diri Siswa saat Pretest (Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok) Tingkat kepercayaan diri pretest Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1,76 - 2,50
8
29.6
29.6
29.6
2,51 - 3,25
19
70.4
70.4
100.0
Total
27
100.0
100.0
Keterangan: Skor rata-rata kepercayaan diri: 1,76 – 2,50 : tingkat kepercayaan diri rendah 2,51 – 3,25 : tingkat kepercayaan diri sedang 3,26 – 4,00 : tingkat kepercayaan diri tinggi Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 8 orang siswa mempunyai tingkat kepercayaan diri tergolong rendah dengan rata-rata skor kepercayaan diri antara 1,76 – 2,50 selanjutnya 19 orang siswa mempunyai tingkat kepercayaan diri tergolong sedang dengan rata-rata skor kepercayaan diri antara 2,51 – 3,25.
4.3. Tahap Eksperimen Berdasarkan hasil pretest dimana ada sebanyak 27 orang siswa yang mempunyai tingkat kepercayaan diri tergolong rendah dan cukup. Oleh karena itu kepada mereka tersebut perlu diberikan bimbingan kelompok Kepercayaan Diri agar dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa tersebut. Untuk itu penulis selanjutnya membuat kesepakatan dengan pihak sekolah untuk menentukan
tanggal dan waktu dilaksanakannya kegiatan bimbingan kelompok Kepercayaan Diri. Adapun kegiatan bimbingan kelompok ini sesuai kesepakatan dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2012 s/d 10 Mei 2012. Sebelum ditetapkannya tanggal pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok, penulis menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan diadakannya penelitian ini serta menjelaskan bentuk kegiatan dan lamanya kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan bimbingan kelompok kepercayaan diri terdiri dari delapan sesi pertemuan. Waktu yang ditentukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah 45 menit per sesi pertemuan.
Adapun pelaksanaan kegiatan bimbingan
kelompok kepercayaan diri dan hasil dari kegiatan tersebut diuraikan berikut ini: 1. Pertemuan ke-1, dilakukan tanggal 22 Maret 2012 Adapun materi pertama yang diberikan adalah tentang Cinta Diri. Disini penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu narsisisme sebagai bentuk dari cinta diri, ciri-ciri orang narsis dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan narsisisme. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan ulang tentang arti narsisisme dan ciri-ciri orang narsis. Selanjutnya siswa diminta untuk saling sharing pengalaman mereka tentang materi yang telah disampaikan, lalu kemudian mendiskusikannya.
Hasil diskusi selanjutnya
dilaporkan di muka kelas dan ditarik kesimpulan atas diskusi tersebut. Pertemuan diakhiri dengan penulis memberikan tugas kepada siswa untuk
mengamati seseorang yang berada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya sehubungan dengan materi cinta diri tersebut. 2. Pertemuan ke-2, dilakukan tanggal 29 Maret 2012 Pada pertemuan ini, penulis menindaklanjuti tugas yang diberikan pada pertemuan ke-1 dengan cara meminta siswa untuk menyampaikan hasil pengamatannya tersebut. Selanjutnya menyimpulkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa. Materi cinta diri ini diakhiri dengan diskusi dimana penulis memberikan sejumlah pernyataan untuk ditanggapi siswa diantaranya: orang yang percaya diri dengan kondisi tubuhnya saat ini, tidak menganggap diri sama dengan orang yang diidolakan, merasa puas dengan keadaan fisiknya dan beberapa pernyataan lainnya. Dari tanggapan siswa selanjutnya penulis mengevaluasi tentang kemajuan yang dicapai siswa setelah menerima materi cinta diri tersebut. 3. Pertemuan ke-3, dilakukan tanggal 5 April 2012 Pada pertemuan ini diberikan materi kedua yaitu tentang konsep diri. Disini penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu konsep diri, ciri-ciri konsep diri positif, ciri-ciri konsep diri negatif. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan ulang tentang arti konsep diri dan ciri-ciri konsep diri baik yang positif maupun negatif. Selanjutnya siswa diberikan tugas mengenai konsep diri tersebut. Ada dua bentuk tugas yang harus dikerjakan siswa. Pada pertemuan ini siswa mengerjakan tugas pertama yaitu mereka diminta untuk menilai pribadi mereka sendiri tentang sifat positif dan negatifnya,
karakteristik/ sifat yang menonjol, hobi dan hal yang dilakukan jika sedang marah. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas pertama maka dilakukan diskusi tentang hasil penilaian siswa tentang dirinya tersebut. 4. Pertemuan ke-4, dilakukan tanggal 12 April 2012 Penulis mengulangi penjelasan materi konsep diri dan selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang kedua yaitu siswa menilai pribadi teman sebelah/ sebangkunya tentang sifat positif dan negatifnya, karakteristik/ sifat temannya yang menonjol, yang siswa sukai dari teman sebelah/ sebangkunya dan yang tidak siswa sukai dari teman sebelah/ sebangkunya. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas kedua tersebut maka dilakukan diskusi tentang hasil penilaian siswa tentang pribadi teman sebelah/ sebangkunya.
Selanjutnya berdasarkan tugas yang telah dikerjakan siswa
tersebut, penulis mengevaluasi tentang kemajuan yang dicapai siswa setelah menerima materi konsep diri. 5. Pertemuan ke-5, dilakukan tanggal 19 April 2012 Pada pertemuan ini diberikan materi ketiga yaitu tentang tujuan hidup yang jelas. Disini penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai pentingnya tujuan hidup. Setelah itu siswa diminta untuk membentuk kelompok kecil yang terbagi menjadi 5 kelompok. Kemudian setiap siswa diberikan kertas kosong dan diberi tugas untuk menggambarkan apa saja yang ada di pikiran mereka sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita/ impian mereka kelak. Selanjutnya
gambar yang dibuat oleh masing-masing siswa dikumpulkan oleh ketua kelompoknya dan diserahkan ke penulis. 6. Pertemuan ke-6, dilakukan tanggal 26 April 2012 Pada pertemuan ini, siswa diminta untuk mengartikan gambar yang dibuat oleh temannya dari kelompok yang berbeda. Untuk itu penulis membagikan gambar yang dibuat siswa dalam sebuah kelompok kepada kelompok lainnya lalu perwakilan dari masing-masing kelompok diminta untuk menceritakan kembali makna gambar yang mereka dapat dalam satu rangkaian/ jalan cerita sesuai dengan hasil diskusi kelompok. Sedangkan kelompok lainnya yang akan menanggapi bagaimana kelemahan atau kelebihan dari kelompok yang menceritakan makna gambar tersebut. Setelah semua kelompok mendapat giliran untuk menceritakan maupun menanggapi, penulis selanjutnya membuat evaluasi tentang kemajuan yang dicapai siswa setelah menerima materi tujuan hidup yang jelas. 7. Pertemuan ke-7, dilakukan tanggal 3 Mei 2012 Pada pertemuan ini diberikan materi terakhir dari kegiatan bimbingan kelompok kepercayaan diri yaitu tentang berpikir positif. Disini penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai karakteristik atau ciri-ciri individu yang percaya diri dan yang kurang percaya diri.
Kemudian penulis
memberikan layanan melalui permainan dimana tiap siswa diberi kertas kosong untuk dapat menggambarkan apapun yang mereka pikirkan. Setelah itu penulis membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. Hasil gambar
para siswa dikumpulkan sesuai kelompok mereka dan ditukar dengan kelompok lain. Setelah itu tiap kelompok menceritakan hasil diskusi dari gambar yang mereka dapat dari kelompok lainnya sesuai dengan cara mereka dalam menyikapi sebuah permasalahan. 8. Pertemuan ke-8, dilakukan tanggal 10 Mei 2012 Pada pertemuan ini masih terkait dengan materi berpikir positif, disini penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai karakteristik atau ciri-ciri individu yang memiliki pola pikir positif dan pola pikir negatif. Kemudian penulis memberikan layanan dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil dan memberikan situasi permasalahan atau keadaan-keadaan tertentu untuk dapat dipecahkan dalam suatu kelompok. Melalui kegiatan ini dapat dilihat bagaimana individu memandang suatu masalah dan bagaimana pendapat mereka dalam menyikapi masalah tersebut. Dengan begitu dapat diketahui apakah mereka mempunyai pola pikir positif ataukah negatif. Selanjutnya penulis membuat evaluasi tentang kemajuan yang dicapai siswa setelah menerima materi berpikir positif. Saat penulis memulai penelitiannya untuk pertama kalinya masuk ke kelas itu, dengan didampingi guru pembimbing memang sangat terlihat keramaian dan kegaduhan mereka saat mulai perkenalan, hingga akhir layanan yang diberikan penulis. Namun hal tersebut tidak menghambat jalannya layanan yang akan penulis berikan, karena dari setiap layanan yang diberikan penulis,
hampir seluruh siswa dapat mengikuti dengan baik, bahkan respon merekapun cukup antusias dalam mengikuti layanan. Terlihat saat penulis melakukan layanan, tidak ada siswa yang keluar kelas, meskipun mereka ribut dan gaduh, namun mereka juga ikut berpartisipasi saat penulis memberikan tugas disetiap layanan. Setelah diberikannya eksperimen berupa layanan bimbingan kelompok kepercayaan diri, dilakukan posttest dimana siswa mengisi kuesioner kepercayaan diri. Tabel 6 berikut ini menunjukkan skor tingkat kepercayaan diri siswa saat posttest. Tabel 6. Rata-rata Skor Kepercayaan Diri Siswa saat Posttest (Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok) Tingkat kepercayaan diri posttest Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2,51 - 3,25
22
81.5
81.5
81.5
3,26 - 4,00
5
18.5
18.5
100.0
27
100.0
100.0
Total
Keterangan: Skor rata-rata kepercayaan diri: 1,76 – 2,50 : tingkat kepercayaan diri rendah 2,51 – 3,25 : tingkat kepercayaan diri sedang 3,26 – 4,00 : tingkat kepercayaan diri tinggi Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 22 orang siswa mempunyai tingkat kepercayaan diri tergolong sedang dengan rata-rata skor kepercayaan diri antara 2,51 – 3,25 selanjutnya 5 orang siswa mempunyai tingkat
kepercayaan diri tergolong tinggi dengan rata-rata skor kepercayaan diri antara 3,26 – 4,00.
4.4. Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga. Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan uji beda rata-rata. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test untuk menentukan apakah pengujian beda rata-rata menggunakan uji yang parametrik ataukah yang non-parametrik. Hasil pengujian normalitas terhadap data rata-rata skor tingkat kepercayaan diri siswa saat pretest dan posttest ditunjukkan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai pretest N
Nilai posttest
27
27
Mean
2.7307
3.0581
Std. Deviation
.30340
.19303
Absolute
.129
.113
Positive
.110
.067
Negative
-.129
-.113
Kolmogorov-Smirnov Z
.669
.586
Asymp. Sig. (2-tailed)
.763
.882
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Apabila angka signifikansi (p) < 0,05 maka distribusi datanya adalah tidak normal, sebaliknya apabila angka signifikansi (p) > 0,05 maka distribusi datanya adalah normal.
Rata-rata skor tingkat kepercayaan diri siswa saat pretest
berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,669 dengan angka signifikan (p) sebesar 0,763 > 0,05. Rata-rata skor tingkat kepercayaan diri siswa saat posttest juga berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,586 dengan angka signifikan (p) sebesar 0,882 > 0,05. Karena data terdistribusi normal maka pengujian beda rata-rata menggunakan uji parametrik berupa paired sample t-test. Adapun hasil pengujian paired sample t-test ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Hasil Uji Paired Sample t-test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Nilai pretest
2.7307
27
.30340
.05839
Nilai posttest
3.0581
27
.19303
.03715
Paired Samples Correlations N Pair 1
Nilai pretest & Nilai posttest
Correlation 27
.482
Sig. .011
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1 Nilai pretest Nilai posttest
-.32741
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.26997
.05195
the Difference Lower -.43420
Upper -.22061
Sig. (2t -6.302
df
tailed) 26
Apabila angka signifikan (p) < 0,05 maka hipotesis diterima, dan sebaliknya apabila angka signifikan (p) > 0,05 maka hipotesis ditolak Berdasarkan hasil analisis paired sample t-test dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar -6,302 dengan angka signifikan (p) sebesar 0,00 < 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima.
4.5. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terlihat bahwa nilai t hitung sebesar -6,302 dengan angka signifikan (p) sebesar 0,00 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyebutkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga dapat diterima. Efektifnya layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh penulis terlihat dari adanya peningkatan tingkat kepercayaan diri siswa setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok kepercayaan diri. Dari Tabel 5 terlihat bahwa mean skor tingkat kepercayaan diri siswa saat pretest
.000
adalah sebesar 2,730 sementara itu mean skor tingkat kepercayaan diri siswa saat posttest adalah sebesar 3,058. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya layanan bimbingan kelompok adalah membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok, Masalah yang dihadapi siswa dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Dalam kasus penelitian ini, masalah yang dihadapi adalah rasa tidak atau kurang percaya diri yang dialami siswa. Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka penulis melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok selama delapan kali tatap muka dimana ada empat materi yang diberikan mencakup: cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup yang jelas dan berpikir positif. Dengan menggunakan beberapa metode dalam memberikan layanan yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas, ternyata mampu memberikan hasil positif yakni adanya peningkatan rasa percaya diri siswa.
Dengan demikian temuan penelitian ini menguatkan
pendapat Amti (1992) bahwa tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok, selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagi suasana yang muncul dalam kegiatan itu.
Serta juga
menguatkan pendapat Tohirin (2007) bahwa secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif.
Temuan hasil penelitian ini tampak sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kristanti (2007) yaitu bahwa layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2006/2007. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Pinasti (2011) bahwa kepercayaan diri siswa kelas X SMK N 1 Jambu dapat meningkat setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok.