BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi Ikan Hasil Tangkapan Selama Penelitian Ikan yang tertangkap selama penelitian di Perairan Suaka Margasatwa Muara Angketepatnya yang berlokasi disekitar pesisir mangrove yang dilakukan pada bulan Februari 2013 pada musim hujanmenggunakan jaring lempar (kecrik) dengan meshsize 1cm berjumlah 74 ekor, yang terdiri dari 8 famili dan 8 spesies yaitu: Famili
Chanidae,
Lutjanidae,
Ophiochephalidae,
Mugilidae,
Scatophagidae,
Gobiidae, Hemiramphidae dan Eleotridae (Tabel 3).Ikan yang tertangkap dominan berukuran ikan yang dapat dikonsumsi, seperti ikan Bandeng dan Belanak dengan rata-rata ukuran 23 cm.
Tabel 3.Komposisi Ikan yang Tertangkap di Perairan Suaka Margasatwa Muara Angke. No
Famili
Spesies (Lokal/ Latin)
1
Chanidae
Ikan Bandeng/Chanos chanos
2
Lutjanidae
Ikan tanda-tanda /Mahogoni Sp.
3
Ophiochephalidae
Ikan Gabus /Channa striata
4
Mugilidae
Ikan Belanak /Mugil Sp.
24
Gambar
25
5
Schatopagidae
Ikan Kiper /Scatophagus argus
6
Gobiidae
Ikan Bloso /Glossogobius giuris
7
Hemiramphidae
Ikan Julung /Dermogenys pusilla
8
Eleotridae
Ikan Betutu marmorata
/Oxyeleotris
Keterangan : Sumber foto : www.google.com Ikan yang paling banyak tertangkap yaitu ikan Bandeng sebanyak 35,1 % (Tabel 4) dibandingkan dengan jenis ikan yang lain, ikan bandeng juga merupakan ikan yang tertangkap pada setiap kali pengambilan contoh. Ikan bandeng memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga banyak nelayan yang khusus untuk mencari ikan ini. Urutan kedua terbanyak yang tertangkap yaitu jenis belanak sebanyak 24,32%. Habitat dari kedelapan jenis ikan yang tertangkap tersebut memiliki habitat yang relatif sama yaitu hidup di perairan dengan substrat lumpur dan banyak akar bakau. Jenis dan jumlah ikan yang tertangkap di perairan Suaka Margasatwa Muara Angke relatif rendah, rendahnya jenis dan jumlah ikan ini diduga oleh kondisi perairan yang sangat tercemar limbah organik dan berbau tidak sedap. Warna air di pinggir pantai terlihat berwarna hitam, lengket dan sedikit berminyak. Mulyadi (2010) menyatakan bahwa populasi ikan di perairan Suaka Margasatwa Muara Angke rendah. Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian tidak
26
sama dengan hasil penelitian Mulyadi (2010), hanya 3 famili yang memiliki kesamaan yaitu famili Gobiidae (Ikan Bloso), Eleotrididae (Ikan Betutu), dan Hemiramphidae (Ikan julung). Rendahnya hasil tangkapan disebabkan karena berkurangnya jumlah ikan dalam perairan, seperti ikan dari famili Gobiidae hanya didapatkan jenis ikan bloso selama 6 kali pengambilan sampel dan berjumlah sebanyak 6 ekor saja. Bila dibandingkan dengan penelitian Mulyadi (2010) untuk famili
Gobiidae
ditemukan
3
jenis
ikan
yaitu
Drombus
kranjiensis,
Periophthalmodonschlosseri, Schismatogobius marmoratus, adanya perbedaan disebabkan karena waktu penelitian yang berbeda, selain itu diduga karena adanya perubahan kondisi habitat dan pada saat pengambilan sampel kondisi air surut sehingga hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan pada saat pasang dengan volume air relatif besar (Sumijo, 2011). Ikan yang tertangkap di perairan suaka Margasatwa Muara Angke memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda. Jenis ikan yang memiliki ukuran tubuh terbesar yaitu Bandeng (Chanos chanos) dengan panjang 35 cm dan bobot 420 gram, ikan yang berukuran tubuh paling kecil yaitu pada ikan Julung (Dermogenys pusilla) sepanjang 4,2 cm dan bobot 2,56 gram (Tabel 4).
27
Tabel 4. Kelompok Ikan berdasarkan Ukuran Panjang Total dan Berat Total No
Jenis Ikan
Jumlah
Panjang total (cm)
Bobot (gr)
(ekor)(%)
Kisaran
Rata-rata
Kisaran
Rata-rata
1
Bandeng
26 (35,1)
15,0-35,0
23,0
50,5-420
148
2
Tanda-tanda
5 (6,75)
12,0-14,0
13,1
25,0-35,5
28
3
Gabus
5 (6,75)
15,0-17,0
16,0
40,0-60,0
49
4
Belanak
18 (24,32)
15,0-19,0
17,1
50,0-87,0
63
5
Kiper
3 (4,05)
6,0-7,5
6,5
5,0-7,0
6
6
Beloso
6 (8,10)
8,0-9,0
8,5
5,2-7,2
6,0
7
Julung
6 (8,10)
4,0-5,7
4,6
2,5-3,0
2,71
8
Betutu
5 (6,75)
12,0-14,0
13
21,3-30,0
24,92
Jumlah
74
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa ikan bandeng lebih banyak tertangkap dibandingkan dengan ikan lain yang berukuran kecil, hal ini diduga karena banyaknya nelayan yang melakukan penangkapan disekitar perairan Suaka Margasatwa Muara Angke terutama di sekitar pesisir mangrove. Selain itu ada juga persaingan ikan dalam mencari makanan. Hal ini disebabkan karena semakin mengecilnya lahan bakau yang merupakan tempat untuk mencari makanan (feeding ground) dan asuhan (nursery ground). Suhu air pada wilayah penelitian yaitu pesisir Mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke memiliki nilai kisaran antara 28 – 30oC (Tabel 5). Suhu yang baik untuk ikan yang hidup di daerah tropis yaitu berkisar 25 – 32oC (Boyd, 1990 dalam Sumijo, 2011). Sehingga suhu lokasi penelitian merupakan suhu yang cukup baik untuk kehidupan ikan dalam berkembang biak.
28
Hasil pengukuran kecerahan perairan pada wilayah pesisir Mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu antara 60 - 62 cm. Kedalaman perairan pada stasiun pengamatan berkisar antara 1,5 - 2 m. Kemampuan penetrasi cahaya matahari kedalam perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan organik maupun anorganik tersuspensi di perairan dan kepadatan plankton (Wardoyo, 1981 dalam Taofiqurohman dkk, 2007). Kondisi perairan di lokasi terlihat berwarna hitam, hal ini diduga air terkontaminasi oleh limbah padat maupun cair yang berasal dari industri terdekat. Hasil pengukuran Derajat Keasaman (pH) pada wilayah penelitian, yaitu berkisar antara 7,02 – 7,81. Menurut Boyd (1990) dalam Taofiqurohman dkk (2007) pH perairan yang ideal bagi kehidupan ikan yaitu sebesar 6,5-9,0, sehingga dapat disimpulkan nilai kisaran pH di perairan pesisir mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke berada pada kisaran cukup ideal pada tiap lokasi pengamatan.
Tabel 5. Aspek Fisik dan Kimia di perairan pesisir mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke No
Parameter o
Kisaran
Rata-rata
Standar 25,0-32,0 *
1
Suhu ( C)
28,0-30,0
29,2
2
Kecerahan perairan (cm)
60,0-62,0
60,91
3
Kedalaman perairan (m)
1,5-2,0
1,6
4
Derajat Keasaman (pH)
7,02-7,81
7,36
6,50-9,00 **
Keterangan : * Parameter Standar Suhu menurut Boyd, 1990 dalam Sumijo , 2011. ** Parameter Standar Pengukuran Derajat Keasaman menurut Boyd, 1990 dalam Taofiqurohman dkk, 2007.
29
4.2 Kebiasaan Makanan Hasil analisis kebiasaan makanan ikan, pakan dikelompokkan menjadi lima kelompok pakan yaitu fitoplankton, zooplankton, bagian tumbuhan, bagian hewan dan detritus. Menurut Muus (1999) dalam Sugiyanto(2007), setiap kelompok pakan dapat dikategorikan berdasarkan nilai Indeks of Preponderan (IP) yaitu sebagai kelompok pakan utama bagi ikan apabila nilai IP lebih besar dari 20%, pakan pelengkap apabila 5% = IP = 20% dan pakan tambahan apabila IP kurang dari 5%. Berdasarkan hasil penelitian, Index of Preponderan ikan sampel berkisar antara 1,18% sampai 72,32% (Tabel 6, Gambar 3 dan Lampiran 2). Tidak semua ikan yang tertangkap dapat diteliti kebiasaan makanannya dikarenakan beberapa ikan memiliki ukuran sangat kecil dan lambung tidak berisi makanan, akan tetapi, ikan yang berukuran besar dan di didalam pencernaannya ada makanan dapat diidentifikasi masing – masing kebiasaan makanannya.
30
Tabel 6.Indeks Propenderan per Jenis Ikan di perairan pesisir Mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke. Nilai Indeks of Preponderan (%) No
Jenis Ikan
Fitoplankton
Zooplankton
Bag.
Bag.
Tumbuhan
Hewan
Detritus
1
Bandeng
62,39*
3,86***
14,21**
-
19,54**
2
Belanak
70,85*
1,18***
18,11**
-
9,86**
3
Gabus
22**
34,21*
4,26***
23,12**
8,41**
4
Betutu
15,61**
64,31*
-
14,22**
5,86**
5
Bloso
14,76**
42,1*
6,2**
16,03**
20,91**
6
Tanda-tanda
38,24*
2,16***
9,05**
38,7*
11,85**
7
Kiper
39,63*
2,16***
29,15*
-
29,06*
8
Julung
-
-
72,32*
-
27,68*
Keterangan : * Makanan Utama Kriteria :
** Makanan Pelengkap ***Makanan Tambahan
IP > 20%
: makanan utama
5% ≤ IP ≥ 20%
: makanan pelengkap
IP < 5%
: makanan tambahan
100% 80% 60%
Detritus Bag. Hewan
40%
Bag. Tumbuhan
20%
zooplankton
0%
fitoplankton
Gambar 3. Grafik Indeks of Preponderan Ikan
31
Berdasarakan hasil perhitungan indeks preponderan, Ikan bandeng (Chanos chanos) makanan utamanya adalah fitoplankton, makanan pelengkapnya adalah detritus dan bagian tumbuhan, makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan Tanda-tanda (Mahogoni Sp.) makanan utamanya adalah fitoplankton dan bagian hewan, makanan pelengkap detritus dan bagian tumbuhan, sementara makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan Gabus (Channa striata) makanan utamanya adalah zooplankton, makanan pelengkapnya adalah fitoplankton bagian hewan dan detritus, makanan tambahannya adalah bagian tumbuhan. Ikan Belanak (Mugil Sp.) makanan utamanya adalah fitoplankton, makanan pelengkapnya adalah bagian tumbuhan dan detritus, makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan Kiper (Scatophagus argus) makanan utamanya fitoplankton, bagian tumbuhan dan detritus, makanan, makanan tambahannya adalah zooplankton. Ikan Bloso (Glossogobius giuris) makanan utamanya adalah zooplankton, makanan pelengkapnya adalah fitoplankton, bagian hewan, detritus dan bagian tumbuhan. Ikan Julung (Dermogenys pusilla) makanan utamanya adalah bagian tumbuhan dandetritus. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) makanan utamanya adalah zooplankton, makanan pelengkapnya adalah fitoplankton bagian tumbuhan dan detritus. Pada umumnya ikan yang tertangkap di perairan pesisir mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke memakan fitoplankton, hal ini disebabkan karena ketersediaan makanan alami yang paling banyak adalah fitoplankton, sehingga jenis jenis ikan yang dapat beradaptasi dengan pakan alami berupa fitoplankton banyak ditemukan di perairan.
32
Indeks pilihan (indeks of electivity) merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan. Kelompok plankton yang terdapat pada perairan terdiri atas 8 famili terdiri dari Baccilariophyceae, Cyanophyceae, Dynophyceae, Crustacea, Polychaeta, Ciliata, Hydrozoa, Stadia Larvae. Kelompok yang dimanfaatkan oleh ikan sebagai makananya adalah 7 famili yaitu Bacillariophyceae, Dynophyceae, Cyanophyceae, Crustacea, Polychaeta, Ciliata, Hydrozoa dan 1 famili lain yang tidak ditemukan dalam perairan pengambilan sampel yaitu Calanoida (Tabel 7 Gambar 4).
Calanoida
Betutu
hydrozoa
Julung
ciliata
Sapu-sapu Bloso
Polychaeta
Kiper
Crustacea
Belanak
Cyanophyceae
Gabus
Dynophyceae
Tanda-tanda
Bacillariophyceae
Bandeng -0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
Gambar 4. Grafik Indeks Pilihan Ikan
33
Tabel 7. Indeks Pilihan Ikan Terhadap Sumber Makanan Jenis Ikan 1 2 3 4 5 6 7 8 Bandeng 0.14^^ 0,00^^^ -0.43^ -0.33^ -0.33^ Tanda-tanda -0.2^ 0,00^^^ -0.43^ Gabus 0,00^^^ -0.33^ -0.2^ Belanak 0.14^^ -0.33^ -0.67^ 0,00^^^ Kiper 0,00^^^ -0.33^ -0.67^ 0,00^^^ Bloso -0.2^ 0,00^^^ 0,00^^^ Julung Betutu -0.2^ -0.33^ 0,00^^^ 0,00^^^ Keterangan : 1 = Bacillariophyceae, 2 = Dynophyceae, 3 = Cyanophyceae 4 = Crustacea, 5 = Polychaeta, 6 = Ciliata, 7 = Hydrozoa 8 = Calanoida (^) Tidak digemari, (^^) Digemari, (^^^) Tidak ada seleksi Kriteria :
0 < E < 1, pakan digemari -1 < E < 0, pakan tidak digemari E = 0, tidak ada seleksi terhadap pakan
Berdasarkan Indeks pilihan menunjukkan bahwa rata-rata ikan yang tertangkap selama penelitian kurang menyukai pakan alami berupa plankton yang ada di dalam periran, kecuali ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Belanak (Mugil Sp.) menyukai plankton yang sama dari famili Bacillariophyceae. Jenis - jenis ikan yang tidak selektif terhadap plankton yaitu Bandeng (Chanos chanos)
dan Tanda-tanda
(Mahogoni Sp.) tidak selektif pada plankton Dynophyceae, Belanak (Mugil Sp.) tidak selektif pada plankton Coelentrata, Kipper (Scatophagus argus) tidak selektif pada Protozoa, Bloso (Glossogobius giuris) tidak selektif pada Cyanophyceae dan Calanoida, Betutu (Oxyeleotris marmorata) tidak selektif pada Cyanophyceae dan Protozoa. Berdasarkan hasil tersebut di atas, dalam perairan pakan alami yang
34
melimpah belum tentu dapat dimanfaatkan oleh ikan karena tingkat kesukaan ikan terhadap pakan alami yang tersedia berbeda-beda.
4.2.1 Tingkat Trofik Tingkat Trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau material dari energi seperti yang tergambarkan dalam rantai makanan. Untuk mengetahui tingkat trofik ikan, ditentukan berdasarkan pada hubungan antara tingkat trofik organisme pakan dan kebiasaan makanan ikan sehingga dapat diketahui kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem (Caddy dan Sharp, 1986 dalam Tjahjo, 2001 dalam Nugraha, 2011). Ikan-ikan yang berada di pesisir mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke menempati tingkat trofik antara 2,11 – 2,84 (Gambar 5 Lampiran 6 dan 7). 3
Tingkat Trofik
2.5 2
2.53 2.23
2.84
2.79
2.74 2.11
2.31
2.28
Batas Karnivor Batas Omnivor Batas Herbivor
1.5 1 0.5 0
Gambar 5. Grafik Tingkat Trofik ikan di Lokasi Penelitian.
35
Tabel 8. Tingkat Trofik Ikan berdasarkan Kebiasaan Makanan. Tingkat Trofik Jenis Ikan
Kisaran
Kelompok
2,0-2,5
Herbivora
Bandeng, Belanak, Julung, Kiper
2,5-3,0
Omnivora
Tanda-tanda, Gabus, Bloso, Betutu
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat trofik, dari 8 spesies ikan yang tertangkap dapat dianalisis bahwa, 3 spesies yaitu ikan Bandeng (Chanos chanos), Julung (Dermogenys pusilla) dan Belanak (Mugil Sp.) merupakan ikan yang termasuk golongan herbivora, dan 1 spesies yaitu ikan Kiper (Scatophagus argus) merupakan ikan yang termasuk golongan herbivora cenderung omnivora. Ikan Tanda-tanda (Mahogoni Sp.) dan ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan yang termasuk golongan omnivora, sedangkan ikan Bloso (Glossogobius giuris) dan ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) merupakan ikan yang termasuk golongan omnivora cenderung karnivora. Ikan Kiper (Scatophagus argus) yang termasuk golongan herbivora cenderung omnivora memiliki nilai tingkat trofik 2,31 serta ikan Beloso (Glossogobius giuris) dan ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) termasuk golongan omnivora cenderung karnivora memiliki nilai tingkat trofik 2,8 dan 2,84. Berdasarkan tingkat trofik pada umumnya ikan yang berada di perairan pesisir Mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke bersifat herbivora dan omnivora cenderung karnivora dengan jumlah spesies yang sama namun berbeda jumlah ikan yang tertangkap.
36
4.2.2 Luas Relung Luas relung pakan menggambarkan proporsi jumlah jenis sumber daya makanan yang dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan (Giller, 1984 dalam Tjahjo, 2000). Tidak ada kriteria nilai luas relung, karena ikan yang memiliki nilai luas relung yang luas berarti ikan tersebut dapat memanfaatkan makanan yang tersedia dalam jumlah besar (generalis), dan ikan yang memiliki luas relung yang sempit berarti ikan tersebut selektif dalam memilih makanan yang tersedia diperairan (spesialis). Luas relung ikan selama penelitian di perairan Mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke dapat dilihat pada gambar 6 (Lampiran 8 dan 9). 4
3,67
3,46 3,14
Luas Relung
3
3,06
2,23 2
2,17 1,84
1,67
1
0
Gambar 6. Grafik Luas Relung Ikan Selama Penelitian
Luas relung ikan-ikan yang terdapat pada perairan mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu berkisar antara 1,67 – 3,71 (Gambar 6). Relung yang
37
paling luas yaitu ikan Bloso (Glossogobius giuris) bernilai 3,67 yang berarti ikan Bloso (Glossogobius giuris) dapat memanfaatkaan makanan yang tersedia dalam jumlah besar (generalis) dan dapat menyesuaikan diri terhadap ketersediaan makanan dalam perairan. Hal ini dapat dilihat dari hasil indeks of preponderan (Tabel 6), bahwa ikan Bloso (Glossogobius giuris) menempati seluruh kelompok makanan mulai dari makanan utama, makanan pelengkap dan makanan tambahan. Luas relung kedua yang luas adalah ikan Gabus (Channa striata) dengan nilai relung 3,46 dengan tingkat trofik 2,74 termasuk kelompok omnivora cenderung karnivora yang mana ikan ini dapat memanfaatkan semua jenis makanan yang ada dalam perairan. Ikan yang memiliki luas relung paling kecil adalah ikan julung dengan nilai 1,67. Hal ini dikarenakan ikan julung (Dermogenys pusilla) sangat selektif dalam memilih makanan yang tersedia diperairan (spesialis) dan memiliki tingkat trofik sebesar 2,28 yang termasuk pada golongan herbivora.
4.3 Pakan Alami 4.3.1 Plankton Komposisi plankton yang terdapat pada perairan mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke terdiri dari 3 kelas fitoplankton sebanyak 8 genus dan zooplankton terdiri dari 5 kelas sebanyak 12 genus (Tabel 9 Lampiran 5). Zooplankton terdiri atas Custacea sebanyak 5 genus, Polychaeta sebanyak 3 genus, Ciliata sebanyak 2 genus, Hydrozoa sebanyak 1 genus, Larvae sebanyak 1 genus.
38
Fitoplankton terdiri atas Bacillariophyceae sebanyak 4 genus, Cyanophyceae sebanyak 2 genus dan Dynophyceae sebanyak 2 genus. Total kelimpahan plankton di perairan mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu 181 individu per Liter. Fitoplankton yang paling tinggi didominasi oleh kelompok kelas Bacillariophyceae yaitu 45 individu per Liter. Pada zooplankton yang paling rendah kelimpahannya terdapat pada kelompok kelas Veliger yaitu 1 individu per Liter (Tabel 9 Gambar 7).
Tabel 9. Jumlah Fitoplankton dan Zooplankton (Ind/Liter) dalam Setiap Sampling Selama Penelitian. Plankton (kelas)
Jumlah ind/L
Fitoplankton Bacillariophyceae
45
Cyanophyceae
38
Dynophyceae
23
Jumlah Fitoplankton :
106
Zooplankton Crustacea
41
Polychaeta
21
Ciliata
9
Hydrozoa
3
Veliger
1
Jumlah Zooplankton : Total Plankton
75 181
39
Fitoplankton
(a)Skeletonema costatum
(b) Rhizosolenia sp
(c) Nitzschia closterium
(e) Gloeotrichia echinulata
(f) Oscillatoria limosa
(g) Gymnodinium sp
(a) Cypris
(b) Nauplius
(c) Brachionus
(e) Acart
(f) Clamydodon
(g) Favella
(d) Nitzschia paradoxa
(h) Peridinium sp
Zooplankton
(d) Corycaeus
(h) Solmaris
Sumber :www.google.com Gambar 7. Jenis Plankton yang teridentifikasi dalam perairan Suaka Margasatwa Muara Angke
40
Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dalam perairan mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke dapat dilihat perbandingannya bahwa fitoplankton kelimpahannya lebih besar daripada zooplankton. Pada suatu ekosistem hal tersebut adalah normal karena dalam piramida makanan produsen primer letaknya selalu paling bawah dan menempati ruangan dengan jumlah yang lebih besar (Taofiqurohman dkk., 2007).
4.3.2 Bentos Pengamatan organisme bentos pada sedimen yang diambil sekitar pesisir mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke dengan menggunakan alat Eckman Greb tidak ditemukan organisme makrozoobentos. Substrat yang di dapat berupa lumpur dan tanah liat. Menurut hasil pengamatan Sidauruk (2001) yang dilakukan diperairan teluk Jakarta pada bulan September 2000 – Januari 2001 telah ditemukan tiga kelompok organisme yaitu Pelecypoda, Gastropoda dan Echinodermata. Organisme yang tidak dapat ditemukan disebabkan waktu pengambilan sampel yang berbeda dengan peneliti sebelumnya dan adanya kesalahan lokasi dalam pengambilan sampel makrozoobentos sehingga makrozoobentos tidak ditemukan.Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan pada tempat yang bukan habitatnya.
4.3.3 Tanaman Air Pengamatan tanaman air selama penelitian yang dilakukan di perairan mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu tanaman Eceng Gondok
41
(Eichhornia crassipes) yang lebih mendominasi perairan sekitar 30 % selain komponen utama vegetasi di Suaka Margasatwa Muara Angke yaitu mangrove (Gambar 8). Tanaman air merupakan tempat naungan ikan dan biota lainnya, sehingga dengan kondisi tanaman air yang sangat krisis mengakibatkan jenis-jenis ikan yang ditemukan tahun sebelumnya dalam perairan semakin berkurang atau bahkan tidak dapat ditemukan kembali.
Sumber : Documen Pribadi. Gambar 8. Tanaman air Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) di perairan Suaka Margasatwa Muara Angke