21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada Tanaman Jagung. Lokasi penelitian Mikrohabitat hama belalang pada tanaman jagung dilakukan di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Secara Geografis lokasi penelitian terletak pada titik Koordinat N 00˚.50΄.25.0˝ dan E 122˚.54΄.51.5˝. Di desa ini umumnya para masyarakat melakukan aktifitas berkebun. Salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung. lokasi pengambilan data mikrohabitat hama belalang ini dilakukan di lahan perkebunan masyarakat, dengan luas 20m x 10m yang dengan jumlah bedeng 30 dan ditanami ± 3 biji jagung tiap bedeng, tanaman jagung ini ditanam tepatnya disamping rumah penduduk dengan lahan yang terbuka dan cukup luas. Lahan ini memang sudah beberapa kali ditanami jagung tapi dengan keadaan lahan yang cukup luas dan terbuka tidak menutup kemungkinan terserangnya belalang, karena belalang sangat suka dengan tanaman jagung, jika kondisi lingkungan tempat mereka sangat mendukung untuk kebutuhan makan dan perkembangan belalang, dan bisa saja belalang akan merusak seluruh tanaman dengan jumlah populasi belalang yang tinggi. 4.1.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian Mikrohabitat belalang pada tanaman jagung selama fase vegetatif dan generatif di Desa Moluo Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, dapat diamati jumlah belalang pada saat jagung berumur 6 hari
21
sampai pada 76 hari disaat pagi dan sore hari pada jam 08.00 dan jam 17.00. Mikrohabitat belalang terdapat pada daun. Pengamatan dilakukan selama fase vegetatif pada saat umur jagung 40 hari dan fase generatif sampai pada umur 76 hari. Untuk mikrohabitat belalang dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Mikrohabitat Belalang pada Fase Vegetatif Umur Jagung Pada Fase Vegetatif 6 – 40 Hari Rata-Rata
Mikrohabitat Pada Fase Vegetatif Pagi Jam (08.00) Batang Daun Buah 17 67 0,425 1,675
Mikrohabitat Belalang Pada Fase Vegetatif Sore Jam (17.00) Batang Daun Buah 7 31 0,175 0,775 -
Tabel 2. Mikrohabitat Belalang pada Fase Generatif Umur Jagung Pada Fase Generatif 41 – 76 Hari Rata-Rata
Mikrohabitat Belalang Pada Fase Generatif Pagi Jam (08.00) Batang Daun Buah 19 174 0,25 2,29
Mikrohabitat Belalang Pada Fase Generatif Sore Jam (17.00) Batang Daun Buah 40 292 0,52 3,84
21
Mikrohabitat Belalang Batang
Daun 292
174
67 31
17
7
Fase Vegetatif pagi
Fase Vegetatif Sore
19
40
Fase Generatif Fase Generative Pagi Sore
Gambar 1. Mikrohabitat Belalang Pada Tanaman Jagung
4.2 Pembahasan 4.2.1 Mikrohabitat Belalang Pada Fase Vegetatif Pada Tanaman Jagung Pada Pagi Hari Jam 08.00 Dan Sore Hari Jam 05.00 Pada hasil pengamatan mikrohabitat belalang pada tanaman jagung di desa Moluo Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara terdapat adanya perbedaan mikrohabitat, meskipun dalam satu tumbuhan. Belalang yang menempati mikrohabitat yang berbeda dapat ditemukan pada batang, daun dan buah. Mikrohabitat yang paling banyak disukai belalang pada fase vegetatif terdapat pada bagian daun, dan juga aktif makan pada bagian daun sesuai dengan sifat herbivora
21
(pemakan tumbuhan), dengan tipe mulut penggigit dan pengunyah (Budiharsanto, 2006) Pada fase vegetatif tanaman mengalami perkembangan akar, daun dan batang baru, saat awal pertumbuhan dan munculnya daun pertama sebelum keluarnya bunga betina pada tanaman jagung (Muhadjir dalam Bahar, 2009). Pada fase ini, daun tanaman masih sangat muda, dan kondisi ini sangat cocok dalam memenuhi kebutuhan makannya, sehingga mikrohabitat belalang terdapat pada bagian daun. pada fase vegetatif pengamatan dilakukan pada pagi hari jam 08.00 pagi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1, pada keseluruhan jumlah belalang 67 ekor pada bagian daun, dan pada batang 17 ekor. Pengamatan juga dilakukan yakni disore hari pada jam 05.00 jumlah belalang pada daun 31 ekor, pada batang 7 ekor. Pada sore hari mikrohabitat belalang juga terdapat pada daun, karena didaun juga terdapat nutrisi untuk kebutuhan makan dan perkembangbiakkannya (Fattah dan Hamkah, 2011) 4.2.2 Mikrohabitat Belalang Pada Fase Generatif Pada Tanaman Jagung Pada Pagi Hari Jam 08.00 Dan Sore Hari Jam 05.00 Pada fase generatif pengamatan juga dilakukan pada pagi dan sore hari pada fase ini jumlah belalang meningkat pada tiap harinya, mikrohabitat belalang pada fase ini, juga terdapat pada bagian daun tanaman jagung. pada pagi hari jam 08.00 jumlah belalang 174 ekor pada daun, pada batang 19 ekor sedangkan pada sore hari jumlah belalang meningkat pada bagian daun 292 dan batang 40 ekor. Hal ini terlihat pada tabel 2. Pada fase generatif terjadi pembentukan dan perkembangan bunga, buah dan biji dan juga diawali dengan munculnya bakal tongkol pada tanaman jagung (Muhadjir dalam Bahar, 2009). Mikrohabitat pada saat fase vegetatif serta generatif
21
pagi dan sore hari terdapat pada bagian daun, jika dilihat dari jumlah belalang, lebih banyak terdapat pada daun, pada sore hari, pada saat tanaman jagung memasuki fase generatif telur-telur belalang telah menetas dan berkembang, karena pada saat penelitian pada fase vegetatif kondisi lingkungan selalu hujan, mengakibatkan tumbuhan tumbuh, dan telur-telur dari belalang menetas dan tumbuhan ini menjadi makanan bagi belalang sehingga dapat berkembang menjadi dewasa (Surtikanti, 2008). Pada sore hari belalang dewasa ini akan bertelur kembali, pada lahan-lahan yang kosong dan berpasir dan makan tanaman yang dihinggapinya (Adnan, 2009) 4.2.3 Kepadatan Populasi Belalang Pada Tanaman Jagung Pada Fase Vegetatif pada pagi dan sore hari Perkembangan populasi hama belalang pada tanaman jagung pada
fase
vegetatif dan generatif selama penelitian berlangsung dapat dilihat jumlah belalang yang meningkat. Pada fase vegetatif di pagi hari, pada fase vegetatif ini, telur-telur belalang menetas, dengan kondisi lingkungan pada suhu 29˚C, dan intensitas cahaya 1,12 mw/cm, dengan kelembaban kering 29˚C serta kelembaban basa 28˚C, kepadatan jumlah belalang selama fase vegetatif 1 individu dalam luas daerah pada seluruh bagian daun, dan batang, dengan suhu yang 29˚C merupakan suhu yang optimal bagi serangga untuk berkembang. Selain itu
pada sore hari, pada fase
vegetatif, selalu turun hujan, hujan yang turun mengakibatkan tumbuhan tumbuh tetapi, kondisi lingkungan ini kurang baik untuk aktivitas belalang, karena perubahan curah hujan dapat menyebabkan beberapa populasi meningkat, sementara populasipopulasi lainnya menurun, selain itu Jika air yang terlalu berlebihan, akan berakibat
21
kurang baik untuk perkembangbiakkan dan pertumbuhan belalang (Budiharsanto, 2006). Selain itu, intensitas cahaya yang rendah 0,10 mw/cm dapat menghambat aktivitas belalang, karena hujan lebat dan kurangnya cahaya matahari merupakan faktor pembatas pertumbuhan belalang (Surtikanti, 2008). 4.2.4 Kepadatan Populasi Belalang Pada Tanaman Jagung Pada Fase Generatif pada pagi dan sore hari Pada fase generatif, jumlah belalang dipagi hari meningkat, pada saat fase generatif ini jumlah belalang meningkat belalang berkembang menjadi belalang dewasa, dan bermigrasi dalam populasi besar yang menyerang tanaman secara cepat (Surtikanti, 2008). Hal ini disebabkan karena pada saat tanaman jagung masuk pada fase vegetatif kondisi lingkungan selalu turun hujan, yang mengakibatkan telur-telur belalang menetas, dan berkembang menjadi belalang dewasa. Dengan kepadatan jumlah pupulasi belalang meningkat dari jumlah populasi 1 ekor pada fase vegetatif meningkat menjadi 3 ekor dalam luas area dengan suhu 29˚C, dan kelembaban yang rendah 27˚C dan intensitas cahaya 1,15 mw/cm, dalam kondisi suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah, akan memacu perkembangan belalang (Surtikanti, 2008). Ketika populasi belalang yang sudah cukup tinggi, dan kondisi lingkungan sangat mendukung maka belalang akan membentuk fase gregarius yaitu, ketika kelompokkelompok kecil belalang telah bergabung menjadi kelompok besar, maka akan merusak tanaman secara total, hal ini merupakan proses transformasi dari belalang. Proses transformasi belalang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kepadatan populasi (Sudarsono, 2003).
21