BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran
Umum
Gugus
Dwijawiyata
Kota
Magelang Di kota Magelang terdapat 69 sekolah yang tersebar
di
Magelang Selatan.
3(tiga)
Utara,
kecamatan
Magelang
Sekolah-sekolah
yaitu
Tengah tersebut
Kecaamatan
dan
Magelang
dikelompokkan
menjadi 12(duabelas) Gugus atau satuan beberapa Sekolah Salah satu dari 12 gugus adalah Gugus Dwijawiyata dengan beranggotakan 5(lima) sekolah negeri dan 1 sekolah swasta sebagai berikut: Tabel 1.1. Kepala Sekolah Gugus Dwijawiyata Tahun 2014
No
Sekolah
1 2 3 4 5 6
SDN Magelang 3 SDN Magelang 4 SDN Magelang 5 SDN Magelang 6 SDN Magelang 7 SDK Pendowo
Sedangkan
Nama Kepala Sekolah
KS DI SD
Hari Puryani,M.Pd Endang Ag.,S.Pd Ngadiran,M.Ag Sariyem,S.Pd Sunardiyana,M.Pd P.A.Pramana,S.Pd
2012 2009 2011 2012 2013 2012
Pend idika n S-2 S-1 S-2 S-1 S-2 S-1
dari
jumlah
kondisi
sekolah
dilihat
rombongan belajar, jumlah guru (pendidik) dan tenaga kependidikan Nampak dalam tabel 1.2.
Tabel 1.2. Data Rombongan Belajar dan Tenaga Guru dan Tenaga Kependidikan JUMLAH No
Sekolah
1
SDN Magelang 3
Rom bel 6
2
SDN Magelang 4
3
Siswa
Guru
Tendik
PTK
191
9
3
12
6
175
9
2
11
SDN Magelang 5
6
189
10
3
13
4
SDN Magelang 6
12
425
14
7
21
5
SDN Magelang 7
12
376
17
11
28
6
SDK Pendowo
6
88
8
3
11
4.2. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitan yang
dilakukan
Perencanaan
di
Gugus
Supervisi
Dwijawiyata
Akademik,
mengenai
Pelaksanaan
Supervisi Akademik dan Analisa Tindak lajut Hasil Supervisi Akademik. 4.2.1 Perencanaan Supervisi Akademik 4.2.1.1
Pemahaman Konsep Supervisi Akademik
Berdasarkan
data
yang
diperoleh
lewat
wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman konsep supervisi akademik Kepala Sekolah, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah: Ya, sedikit faham, supervisi menurut saya adalah proses penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru di dalam kelas(KS-A)
Sementara Kepala Sekolah yang lain menjawab tidak faham. Pencermatan
Melihat hasil FGD Kepala sekolah dan Dokumen
Perencanaan
Supervisi
Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Jadi dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah tidak faham konsep Supervisi Akademik yang benar
karena
Supervisi
mengacu
akademik
Akademik adalah guru
dinyatakan
teori
atau
bahwa
konsep Supervisi
serangkaian kegiatan membantu
mengembangkan
proses
pada
pembelajaran
kemampuannya untuk
mengelola
mencapai
tujuan
pembelajaran yang harus di design dengan baik yang diwujudkan dalam program supervisi akademik.
4.2.1.2
Pemahaman Prinsip-Prinsip Supervisi Akade mik
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawan cara
secara
mendalam
didapatkan
data
tentang
seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap prinsip-prinsip Supervisi akademik Kepala Sekolah, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah: Ya faham, prinsip-prinsip Supervisi antara lain obyektif, menyeluruh, jujur, konsiten dengan prosedur, dan terbuka (KS-A). Faham, prinsip Supervisi Akademik yaitu harmonis, kontinyu, demokratis, integral, kompre hensif, konstruktif (KS –D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang prinsipprinsip Supervisi Akademik. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum prinsip-prinsip dalam naskah/ dokumen perencanaan. Jadi dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah tidak faham prinsipprinsip
Supervisi
Akademik
yang
benar
karena
mengacu pada teori atau konsep Supervisi akademik dinyatakan bahwa prinsip-prinsip Supervisi Akademik secara garis harmonis,
besar ada 7 prinsip
berkesinambungan,
yaitu
prinsip
demokratis,
integral,
komprehensif, konstruktif , dan obyektif.
4.2.1.3
Pemahaman Tujuan, sasaran dan
target
Supervisi Akademik. Berdasarkan
data
yang
diperoleh
lewat
wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah: Ya faham, tujuan supervisi adalah untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-
kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik-peserta didiknya(KS-D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang tujuan, sasaran dan
target Supervisi Akademik.
Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil
FGD
Kepala
sekolah
dan
Pencermatan
Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum tujuan, sasaran dan Supervisi
Akademik
perencanaan.
dalam naskah/
Realitas
di
target
dokumen
sekolah-sekolah
pada
dokumen sudah tercantum tujuan, sasaran dan target pencapaian supervisi, seperti pada hanya sepintas nampak pada jadwal supervisi, tidak ada narasi
tentang
tujuan
sasaran
dan
target
pencapaian supervisi. Dari dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian nampak sudah faham tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik yang benar. Mengacu pada teori tentang tujuan, sasaran dan target pencapaian Supervisi akademik dinyatakan bahwa Supervisi merupakan kegiatan
pembinaan yang direncanakan dengan
memberi bantuan teknis kepada guru dan pegawai
lainnya dalam melaksanakan proses pembelajaran, atau
mendukung
bertujuan
untuk
profesional
guru
proses
pembelajaran
meningkatkan dan
yang
kemampuan
meningkatkan
kualitas
pembelajaran secara efektif.
4.2.1.5
Pemahaman
Metode dan
Teknik Supervisi
Akademik. Berdasarkan
data
yang
diperoleh
lewat
wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap Model dan Teknik Supervisi Akademik, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah: Ya faham, Model supervise akademik terdiri dari Model directive, nondirective dan kolaboratif, sedangkan teknik supervise terdiri dari teknik individual dan kelompok(KS-G) Ya faham , teknik supervise antara lain teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, danteknik supervisi kelompok.
Sebagian
besar
jawaban
yang
lain
menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang Model dan Teknik Supervisi. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala
sekolah
Perencanaan
dan
Supervisi
Pencermatan Akademik
yang
Dokumen memuat
Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut
tidak
benar
seluruhnya.
Pada
dokumen
Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya
tercantum Model dan Teknik Supervisi dalam naskah/ dokumen perencanaan. Realitas di sekolah-sekolah pada
dokumen belum tercantum dan
tidak ada
narasi tentang Model dan Teknik Supervisi. Dari dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian
besar
belum
faham
Model dan
Teknik
Supervisi. Mengacu pada teori tentang Model dan Teknik Supervisi dinyatakan bahwa terdapat metode yang bersifat individual dan kelompok. Sedangkan teknik supervisi akademik dalam upaya pembi- naan kemampuan guru meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi,
buletin
profesional,
perpustakaan
profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengembangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat sekolah. Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut: (a) Kepanitiaan-kepanitiaan, (b) Kerja kelompok, (c)Laboratorium kurikulum, (d)Baca terpimpin, (e)Demonstrasi pembelajaran, (f)Darmawisata, (g)Kuliah/studi,
(h)Diskusi
panel,
(i)Perpustakaan
jabatan, (j)Organisasi professional, (k)Buletin supervisi, (l)Pertemuan kelompok.
guru,
(n)Lokakarya
atau
konferensi
4.2.1.6 Pemahaman cara memilih
Insrumen
dan
Pengembangannya Berdasarkan
data
yang
diperoleh
lewat
wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap cara memilih
Instrumen, dan di bawah ini jawaban
salah satu Kepala Sekolah: Ya faham, intrumen yang digunakan adalah isntrumen penilaian guru menggunakan format dari instrument penilaain pembelajaran dari 8 standar. Dan untuk kesempatan lain menggunakan format penilain Guru atau Penilaian Kinerja Guru (KS-D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang Model dan Teknik Supervisi. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik
yang
memuat
Standar
Perencanaan
Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum pemilihan isntrumen naskah/ dokumen perencanaan. Realitas di sekolah-sekolah pada dokumen belum tercantum pemilihan instrumen, tidak ada narasi tentang pemilihan instrument. Dari dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar belum faham pemilihan instrumen. Mengacu pada teori tentang Pememilihan instrumen dinyatakan
bahwa Model Supervisi akademik terdiri dari Model direktif, nondirektif kolaboratif. Sedang teknikya dibedakan dengan teknik individual dan kelompok
4.2.2 Pelaksanaan Supervisi Akdemik 4.2.2.1
Pemahaman Pelaksanaan Supervisi Akademik
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara seberapa
mendalam besar
didapatkan
pemahaman
data
tentang
Kepala
Sekolah
terhadap Pelaksanaan Supervisi, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, supervisi akademik sudah saya laksanakan dengan melakukan penilaian pada proses pembelajaran guru dengan melakukan penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (KS-E) Ya faham, dan terkendala jadwal yang tersusun kadang tidak dapat ditepati karenaadanya acara dinas untuk rapat atau sebaliknya (KS-D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa
mereka
pelaksanaan
faham
Supervisi
seluruhnya Akademik.
tentang
Mencermati
jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala
sekolah
dan
Pencermatan
Dokumen
Pelaksanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar
Pelaksanaan
jawaban
Kepala
Supervisi
Sekolah
Akademik,
hampir
merata
menyatakan
faham.
Ketika
ditanya
tentang
prosedur 2 (dua) Kepala Sekolah menggunaan Prosedur yang disusun Asosiasi Pengawas Seluruh Indonesia dan lainnya tidak menjelaskan prosedur yang digunanakan. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum prosedur pelaksanaan dalam dokumen perenca naan. Realitas di sekolah-sekolah pada dokumen belum tercantum penggunaan prosedur, tidak ada narasi
tentang
penggunaan
prosedur.
Dari
jawaban tersebut walau tidak sempurna benar nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar sudah faham penggunaan prosedur. Mengacu pada
teori
tentang
Pememilihan
instrumen
dinyatakan bahwa Pada pelaksanaan program harus
disiapkan
instrumen
dan
pedoman
penilaian , menggunakan langkah-langkah atau prosedur
supervisi
yang
benar,
Eviden/bukti
pemeriksaan penilaian, bukti feedback, umpan balik, bukti diskusi, bukti format rekomendasi, dan
pencapaian
target
pelaksanaan
supervisi
akademik.
4.2.3 Menganalisa
dan
Tindak
lanjut
Hasil
Supervisi Akdemik Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara
mendalam
didapatkan
data
tentang
seberapa
besar
kendala
yang
dihadapi
pada
kegiatan Analisa dan Tindak lanjut Hasil Supervisi Akademik, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, hasil supervisi akademik sudah saya analisa dengan menggunakan format penilaian kinerja guru dan hasilnya sudah saya sampaikan kepada para guru yang sudah saya nilai (KS-B) Ya faham, hasil supervisi akademik sudah saya analisa, saya diskuiskan dengan guru dan saya sampaikan kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan pengamatan pro ses pelaksanaan rencana pembelajaran (KS-C) Ya faham, hasil supervisi akademik sudah saya analisa dan sudah saya tindak lanjuti dengan menyampaikan hasil penilaian serta bukti-bukti penilaian pembelajaran (KS-D)
Ketiga jawaban Kepala Sekolah lainnya menyatakan
serupa,
pemahaman
mereka
hampir sebatas
dinilai dan nilainya disampaikan kepada guru, dan proses itu menurut mereka sudah benar. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah
dan
Pencermatan
Dokumen
Perencanaan
Supervisi Akademik yang memuat Standar Analisa dan Tindak Lanjut Supervisi Akademik, jawaban Kepala Sekolah hampir merata menyatakan faham. Ketika ditanya lebih lanjut tentang feedback dan tindak lanjut Hasil
Supervisi
Akademik
yang
dilakukan,
maka
sebagian besar Kepala Sekolah beranggapan bahwa penyampaian nilai sudah menrupakan kegiatan analisa
hasil supervisi tanpa melakukan pertemuan balikan. Pada dokumen Analisa Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum kegiatan-kegiatan analisa dan tindak lanjut hasil Supervisi akademik dan realitas di sekolah-sekolah pada
dokumen belum tercantum
analisa hasil supervisi akademik secara rinci dan tidak ada narasi tentang analisa dan tindak lanjut hasil Supervisi Akademik. Dari
jawaban tersebut walau
tidak sempurna benar nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar sudah mengakui sudah faham namum berdasarkan tentang
ketentuan
sebenarnya
belum
faham
analisa dan tindak lanjut hasil evaluasi.
Mengacu pada teori tentang analisa dan tindak lanjut hasil evaluasi dinyatakan bahwa Pada analisa dan tindak
lanjut
tercantum:
hasil
Supervisi
(a)Hasil
pembelajaran,
(b)
pemeriksaan
Hasil
pembelajaran,
(c)
Hasil
pembelajaran,
dan
(d)
penilaian/
Akademik
pemeriksaan.
pemeriksaan
perencanaan pelaksanaan
pemeriksaan Kajian
harus
penilaian
rangkuman
Berdasarkan
hal
hasil
tersebut
diatas nampak bahwa apa yang dilakukan oleh Kepala Sekolah pada kegiatan Analisa dan Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik belum sesuai standar.
4.2.4 Hasil Wawancara mendalam terkait Program Supervisi Akademik Akademik. 1. Kendala dalam menyusun perencanaan supervisi akademik Kepala
terutama
Sekolah
karena
terhadap
kekurangfahaman
konsep
dan
unsur
perencanaan supervisi akademik sangat kurang yang dilakukan sebatas pembuatan jadwal supervisi. 2. Upaya untuk mengatasi Kendala pada umumnya mencari informasi ke sesama kepala sekolah, tetapi hasilnya tidak banyak karena pembekalan saat diklat calon kepala sekolah sangat minim Ada peningkatan
pemahaman
namun
tetap
belum
cukup untuk melakukan penyusunan perencanaan program yang benar. 3. Para kepala sekolah mencoba menutup kekurangan tentang pengetahuan supervisi akademik, Pada umumnya tidak mendapatkan
gambaran yang
komplit. Mencari contoh program supervisi yang baik
juga
mengalami
kesulitan,
dan
materi
Supervisi Akademik secara tertbimbing dan jelas dengan contoh-contoh format yang lengkap baru didapat saat ada materi supervisi berupa modul materi Supervisi Akademik untuk Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
dari
Kementrian
Pendidikan Nasional bekerjasama dengan AUSAID. 4. Kendala dalam melaksanakan supervisi akademik terutama karena kekurangfahaman Kepala Sekolah
terhadap
prosedur
pelaksanaan
yang
tidak
menggunakan proses pra pengamatan langsung kunjungan kelas, hal ini berdampak kurang fokus dan persiapan guru yang akan dinilai. Instrumen yang
digunakan
pembelajaran
konsep
menggunakan
untuk format
menilai instrument
Penilaian kinerja guru dan instrument berdasarkan standar proses. Penggunaan pada umumnya adalah menggunakan format penilaian kinerja guru karena sudah tersedia format lengkap dengan panduan penilaian dan analisisnya jelas. Semua kepala sekolah sudah menggunakan format PKG karena sudah
mengikuti
sosialisasi
PKG.
Pengadministrasian supervisi akademik sepanjang dengan konsep lama (berdasarkan dokumen Kepala Sekolah
lama)
administrasi dengan
tidak
pelaksanaan
ketentuan
baru
memberatkan, supervisi sangat
tetapi
akademik
memberatkan
karena banyak format yang harus diisi, hasilnya diolah dengan rumus tertentu dan dilaporkan sebagai bagian dari penilaian kinerja guru. Ada 3(tiga) jenis instrumen yang masing-masing harus dikerjakan
untuk
memenuhi
ketentuan
dari
institusi atau lembaga tertentu, misalnya pemetaan keterlaksanaan
KTSP
dari
LPMP
menggunakan
format dari LPMP, untuk kepentngan Penilaian Kinerja Guru menggunakan format PKG, untuk
kepentingan
pemenuhan
8(delapan
standar)
menggunakan instrumen dari pengawas. Ketigatiganya harus dikerjakan sesuai format masingmasing. 5. Kendala pada analisa dan tindak lanjut hampir sebagian
besar
kepala
sekolah
merasakan.
Pemahaman analisa dan tindak lanjut dipahami sebatas penyampaian hasil penilaian dan perbaikan atau
melengkapi
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sehingga hampir sebagian besar kepala sekolah tidak melakukan analisa dan tindak lanjut sesuai ketentuan yang ada. 6. Manfaat pelaksanaan supervisi akademik dinyatakan sebagai berikut : a. guru lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran. b. guru Lebih kreatif. c. anak lebih memperhatikan dan konsentrasi karena diawasi bukan saja oleh guru tetapi juga oleh Kepala Sekolah. d. administrasi guru-guru lebih baik dibanding pada waktu sebelum supervisi akademik. e. guru-guru lebih mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran dengan berbagai alat peraga untuk mengajar
f. adanya tutor sebaya dalam pelaksanan pembelajaran. Sehingga semangat untuk memperbaiki diri dlam pembelajaran g. Kepala Sekolah mengetahui kualitas antar guru, selanjutnya bisa dikumpulkan guru-guru untuk merefleksi diri untuk tindak lanjut. h. Kepala Sekolah banyak mendapatkan masukan dari guru untuk membuat penelitian tindakan kelas sebagai tindak lanjut perlunya perbaikan pembelajaran. i. guru berusaha melengkapi administrasi pembelajaran maupun administrasi kelas. j.
guru
semakin
kekurangannya
terbuka dalam
pemahaman
melaksanakan
akan proses
pembelajaran. k. guru
merasakan perlunya membaca kembali
penguasaan teori dan praktek pembelajaran. l. guru kelas awal (kelas 1 sampai kelas 3) banyak mengalami kesulitan dengan pembelajaran tematik.
4.2.5 Hasil Angket Semi Terbuka 1. Dari 6 (enam) Kepala Sekolah , 1 (satu) orang belum pernah membuat Program Supervisi. Masa Kerja yang bersangkutan sebagai Kepala Sekolah baru 1 (satu) semester. 3(tiga) ainnya sudah membuat tetapi dokumen lengkap, hanya sebatas jadwal dan
instrumen supervisi, dan 2 (dua) orang sudah mendekati lengkap. 2. Dari 6 (enam) orang Kepala Sekolah, baru 1 (satu) orang mendapatkan materi Supervisi Akademik dari Program Uji Coba Modul Supervisi Akademik melalui program In-on-in oleh LPPKS Surakarta selama 3 bulan,
2(dua)
orang
lainnya
melalui
pelatihan
penguatan kompetensi Kepala Sekolah, 2(dua) orang melalui LPPKS saat pembekalan calon kepala sekolah dan seorang sama sekali belum pernah menerima pelatihan supervisi akademik, 3. Kendala sebagian besar dikarenakan pengetahuan tentang konsep dan implementasi supervisi akademik, kurangnya koordinasi antar Kepala Sekolah dalam berbagi kompetensi lewat KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan kurangnya dukungan atau bimbingan
dari
Dinas
Pendidikan
dan
UPT.
Pembekalan yang didapat baik saat pelatihan calon Kepala Sekolah atau penguatan Kepala Sekolah hanya dalam durasi 4 (jam) pelajaran jadi hanya secara garis besar saja. 4. Koordinasi dengan guru, komunikasi dengan guru sudah berjalan dengan baik.
4.2.6 Hasil Foccus Group Discussion(FGD) FGD dapat dilaksanakan 2 kali yaitu FGD Kepala Sekolah dengan Pengawas dan FGD Guru Kelas Awal
(perwakilan kelas 1-3)
dan kelas tinggi (perwakilan
Kelas 4-6). 4.2.6.1 Hasil FGD Kepala Sekolah dan Pengawas FGD Kepala Sekolah dan Pengawas dilaksana kan hari Kamis, 23 Januari 2013 bertempat di SDN Magelang 6. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: a. Supervisi Akademik adalah bagian Penjaminan Mutu Pendidikan. b. Acuan pelaksanaan Supervisi Akademik di Sekolah Dasar adalah : 1) Permendiknas nomor 12 Tahun 2007, Tentang Kompetensi Kepala Sekolah 2) Supervisi Akademik, Materi pelatihan Penguatan kemampuan Kepala Sekolah, Direktorat Tenaga Pendidikan,
Dirjen
PMPTK,
Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010 3)
Dimensi Kompetensi
Supervisi, BBM MKKS,
Direktorat Tenaga Pendidikan, Dirjen PMPTK, Kementrian Pendidikan Nasional, 2009 c. Menurut Permendiknas dan buku-buku referensi dalam
pelaksanaan
supervisi
akademik, Kepala Sekolah Program
Supervisi
dan
supervisi
diwajibkan menyusun
Akademik
pada
awal
tahun
ajaran dengan menggunakan ketentuan: (1) Program disusun oleh Kepala Sekolah dengan legalilitas Pengawas Sekolah, dan (2) Kegiatan Kepengawasan dilaksanakan
dan
dilaporkan
kepada
Pengawas
setiap semester, paling lambat 1 bulan setelah semester berakhir. d. Pembuatan dokumen supervisi terkendala waktu dan tugas
Kepala
Sekolah
yang
bersamaan
antara
penyusunan Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP),
Dokumen Rencana Aanggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah(RAPBS), Dokumen Rencana Pengembangan Sekolah(RPS), Penyusunan Dokumen
Evaluasi
Diri
Sekolah,
Dokumen
Peraturan Akademik, Administrasi BOS, Pengisian DAPODIK, sekolah
Monitoring
serta
evaluasi
Administrasi
dan
Aset
Akreditasi
Sekolah
yang
bersamaan. e. Pemenuhan Permintaan laporan-laporan disamping sangat
menganggu
pelaksanaan
proses
belajar
mengajar termasuk proses penilaian. f. Beberapa Sekolah (SDN Magelang 6 dan SDN Magelang 7) ditunjuk sebagai sekolah pelaksanan Uji Coba Kurikulum 2013. g. Pembekalan dan Pembinaan dari Dinas maupun UPT mengenai
Supervisi
Akademik
dinilai
belum
memadai. h. Instrumen yang digunakan untuk menilai perangat pembelajaran dan menilai pelaksanaan pembelajaran
bermacam-macam memnuhi
masing Penilaian
institusi Kinerja
yang
format
membutuhkan,
Guru(PKG),
Dari
masinguntuk
LPMP,
dari
Pengawas Sekolah, dari Buku Penguatan Kepala Sekolah dan dari Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
dengan
format
mengacu
Permendiknas 41/2007 tentang Standar Proses. i. Kepala Sekolah selama 6(enam) bulan terakhir secara terus
menerus
workshop,
mengikuti
sosialisasi,
diklat,
desk
penataran,
anggaran,
dan
seremonial oleh Dinas maupun Pemda yang banyak menyita waktu. j. Mutasi dan promosi guru dan kepala sekolah mengganggu kelancaran proses pembelajaran dn pembagian tugas guru. k.
Supervisi akademik sebagian sudah dilaksanakan walaupun belum semua memenuhi ketentuan yang berlaku baik mengenai prosedur maupun pedoman supervisi
yang
dibakukan
terutama
kewajiban
minimal 1 semester guru sekali di supervisi . l. Pelaksanaan supervisi akademik sebagian masih mengacu pada dokumen yang ada di masa atau tahun sebelumnya dan ternyata belum memenuhi standar pelaksanaan supervisi. m.
KKKS dan KKG serta MGMP perlu diberdayakan untuk memaksimalkan supervisi akademik.
n. Keterbatasan bekal pengetahuan tentang Supervisi Akademik
yang
Supervisi kependidikan
ideal,
Akademik, yang
keterbatasan
referensi
keterbatasan
tenaga
membantu
kesibukan
pemenuhan tugas Kepala Sekolah kadang dihadapi dengan skala prioritas permintaan pemenuhan oleh instansi
vertikal
yang
meminta
laporan
atau
dokumen.
4.2.6.2 FGD Guru Kelas FGD Guru kelas dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Januari 2014 di SDN Magelang 6, adapun hasil diskusi sebagai berikut : a. sebagian besar guru belum memahami konsepkonsep
Supervisi
Akademik
serta
rangkaian
pelaksanaannya, hanya beberapa guru yang diminta membuat administrasi Supervisi Akademik b. di mata para guru Supervisi Akademik sebatas penilaian RPP dan penilaian pembelajaran c. ada beberapa instrumen penilaian yang membingungkan para Guru d.
guru
sebagian
besar
tidak
dilibatkan
dalam
penyusunan program Supervisi Akademik e. pemenuhan administrasi kelas dan administrasi pembelajaran sangat memberatkan guru f.
tidak semua guru mendapatkan sosialisasi Supervisi Akademik
g.
persepsi akademik
guru
mengenai
sebagian
pelaksanaan
cemas
jika
supervisi dilakukan
pemeriksaan namun sebagian besar senang karena
kunjungan ke kelas akan membantu peningkatan kinerja guru h. melalui Supervisi Akademik berupa kunjungan kelas memotivasi
para
guru
untuk
meningkatkan
kompetensi penyusunan perangkat pembelajaran sesuai standar proses (Permendiknas 41/2007) i. Melalui Supervisi Akademik berupa kunjungan kelas mendorong kebersamaan guru, tanggung jawab dan mandiri
dalam
menyelesaikan
permasalahan
pembelajaran di kelas j. Melalui Supervisi akademik mendorong guru untuk mempelajari kembali teori dan inovasi pembelajaran k.
Berbagai
sosialisasi,
penataran,
pelatihan
dan
inovasi pembelajaran tidak merata kepada semua guru. l.
Penugasan guru dalam membantu administrasi
sekolah
antara
Dokumen
KTSP,
Rencana
Pengembangan
Dokumen
Dokumen
Evaluasi
Diri
menyelesaikan
lain
penyusunan
RAPBS,
Sekolah,
Dokumen
Penyusunan
Sekolah,
Dokumen
Peraturan Akademik, Administrasi BOS
dan Data
DAPODIK,
Akreditasi
Monitoring
evaluasi
dan
sekolah serta Administrasi Aset Sekolah sangat menganggu partisipasi guru dalam persiapan dan pelaksanaan supervisi akademik.
4.2.7 Pencermatan Dokumen Supervisi Akademik Pencermatan menggunakan
dokumen
kerangka
dilaksanakan
acuan
standar
dengan supervisi
akademik yang disusun berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Selanjutnya
akan
dipaparkan
hasil
pencermatan dokumen yang ada.
4.2.7.1 Hasil Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik Tabel 1.3. Rekap Hasil Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik(SPSA) No
Stan dar 1 1.1.1. 2 1.1.2. 3 1.1.3. 4 1.1.4. 5 1.1.5. 6 1.1.6. 7 1.1.7. 8 1.1.8. Jumlah Rata-rata Kriteria
SD A
SD B
SD C
SD D
SD E
SD F
4 4 4 4 4 4 1 1 26 3.25 B
1 2 2 2 2 2 1 1 13 1.63 C
1 2 2 2 2 2 1 1 13 1.63 C
4 4 4 4 4 4 1 1 26 3.25 B
1 2 2 2 2 2 1 1 13 1.63 C
1 2 2 2 2 2 1 1 13 1.63 C
Dari tabel diatas
Ratarata 2.00 2.67 2.67 2.67 2.67 2.67 1.00 1.00 17.33 2.17 C
2 sekolah mendapatkan kriteria B
(baik) dan 4 sekolah mendapatkan kriteria C (cukup) dan rata-rata kriteria perencanaan supervisi akademik Gugus Dwijawiyata adalah C (cukup). Berdasarkan kriteria atau standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian perencanaan supervisi akademik kategori C diartikan belum sesuai dengan ketentuan standar
4.2.7.2 Pencermatan Dokumen Pelaksanaan Supervisi Akademik Tabel 1.4. Rekap Hasil Pencermatan Dokumen Pelaksanaan Supervisi I Akademik(SLSA) Stan dar 1 2.1.1. 2 2.1.2. 3 2.1.3. 4 2.1.4. 5 2.1.5. 6 2.1.6. 7 2.1.7. 8 2.1.8. 9 2.1.9. Jumlah Rata-rata Kriteria No
SD A
SD B
SD C
SD D
SD E
SD F
4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 3.25 B
3 4 4 4 4 1 1 3 2 26.00 3.89 B
3 4 4 4 4 1 1 3 4 28.00 2.89 C
4 4 4 4 4 4 4 4 4 36.00 3.11 B
3 4 4 4 4 1 1 3 4 28.00 4.00 A
3 4 4 4 4 1 1 3 4 28.00 3.11 B
Ratarata 3.33 4.00 4.00 4.00 4.00 2.00 2.00 3.33 3.50 30.17 3.11 B
Dari tabel 1.4. diatas 2 sekolah mendapatkan kriteria A (amat baik) dan 4 sekolah mendapatkan kriteria B (baik) dan 1 sekolah C (cukup) rata-rata kriteria pelaksanaan supervisi akademik Gugus Dwijawiyata adalah
B (baik). Berdasarkan kriteria atau standar
yang digunakan untuk menilai kesesuaian perencanaan supervisi akademik kategori B diartikan sesuai dengan ketentuan standar. 4.2.7.3. Pencermatan Dokumen Analisa dan Tindak Lan jut Supervisi Akademik Tabel 1.5. :Rekap Hasil Pencermatan Dokumen Analisa Dan Tindak Lanjut Supervisi Akademik (SATL) No 1 2 3
Stan dar 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3.
SD A
SD B
SD C
SD D
SD E
SD F
3 3 3
3 3 3
3 3 3
4 3 3
3 3 3
3 3 3
Ratarata 3.17 3.00 3.00
4 3.1.4. 5 3.1.5. 6 3.1.6 7 3.1.7 8 3.1.8 Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 2 1 1 16 2 C
1 2 2 1 1 16 2 C
1 2 2 1 1 16 2 C
1 2 2 1 1 17 2.125 C
1 2 2 1 1 16 2 C
1 2 2 1 1 16 2 C
1.00 2.00 2.00 1.00 1.00 16.17 2.02 C
Dari tabel diatas
6 sekolah semua mendapatkan C
sehingga rata-rata
kriteria analisa dan tindak lanjut
supervisi (cukup).
akademik
Gugus
Berdasarkan
digunakan
untuk
Dwijawiyata
kriteria
menilai
atau
adalah
standar
kesesuaian
C
yang
perencanaan
supervisi akademik kategori C diartikan belum sesuai dengan ketentuan standar.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian dan standar yang ditetapkan nampak bahwa pada perencanaan program dan analisa tindak lanjut supervisi akademik di Gugus Dwijawiyata belum sesuai dengan ketentuan yang ada dan menunjukkan kesenjangan antara standar dengan kenyataan di sekolah, sedangkan untuk pelaksanaan supervisi akademik sudah sesuai dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan program supervisi akademik di gugus Dwijawiyata. 4.3.1. Perencanaan Supervisi Akademik Hasil analisis perencanaan program supervisi akademik belum atau tidak sesuai dengan ketentuan
yang ada. Banyak hal yang belum dilakukan oleh Kepala
Sekolah
dalam
rangka
penyusunan
perencanaan program. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan
mengenai analisis kesenjangan
dalam perencanaan supervisi akademik. Pertama, pemahaman konsep supervisi akademik dan unsur-unsur
perencanaan
belum
dipahami
oleh
Kepala Sekolah. Berdasarkan angket dan wawancara menunjukkan bahwa pembekalan pengetahuan tentang Supervisi
Akademik
bagi
para
Kepala
Sekolah
praseleksi atau pascaseleksi sangat tidak memadai. Sebagian unsur perencanaan sudah disusun namun apa yang dilakukan Kepala sekolah tidak lebih dari sekedar
melanjutkan
sebelumnya
yang
“tradisi”
Kepala
melaksanakan
Sekolah
supervisi
tanpa
perencanaan yang matang. Jikapun mereka tahu maka prinsip, tujuan, tehnik hanya cukup di mengerti oleh Kepala Sekolah tanpa perlu dinarasikan. Hasil FGD para Kepala Sekolah dan Pengawas didapat fakta bahwa
mereka
terkendala
dengan
keterbatasan
pengetahuan, keterbatasan referensi dan keterbatan waktu dalam menyusun perencanaan secara lengkap. Ada beberapa kepala sekolah yang berusaha menggali lewat bacaan dan contoh dokumen yang ada hampir tidak didapat. Sehingga sampai pada saat penelitian ini berlangsung
ada
yang
belum
peencanaan supervisi akademik
pernah
menyusun
Kedua, hasil Foccus Group Discussion (FGD) para guru didapat fakta bahwa hampir sebagian besar guru juga belum faham secara mendalam tentang konsep, prinsip, tujuan dan tehnik supervisi guru
supervisi
adalah
akademik. Pemahaman
sebatas
pemeriksaan
yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah mengenai pemenuhan administrasi
pembelajaran
yang
meliputi
silabus,
progam tahunan, program semester, RPP, administrasi penilaian dan administrasi program perbaikan dan pengayaan dan pemeriksaan saat guru mengajar. Ketiga, Berdasarkan pencermatan dokumen supervisi hanya ada 1(satu) Kepala Sekolah yang melaksanakan supervisi akademik dengan lengkap dan mendekati sempurna karena yang bersangkutan pernah mengikuti Program penguatan Kepala Sekolah tentang Supervisi Akademik dan ikut serta sebagai peserta Uji Coba Modul Supervisi Akademik Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB)
bagi
Kepala
Sekolah
sebagai
tindak lanjut Penilaian Kinerja Kepala Sekolah yang dilaksanakan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional
bekerjasama dengan AUSAID tahun 2012
yang lalu.
Modul ini yang saat ini digunakan oleh Kementrian sebagai buku baku pelaksanaan Supervisi Akademik.
4.3.2. Pelaksanaan Program Supervisi Akademik
Hasil
analisis
pelaksanaan
program
supervisi
akademik menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi dalam
kategori
baik
atau
sesuai
tetapi
belum
mendekati semua ketentuan yang ada masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki . Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan mengenai analisis kesenjangan dalam pelaksanaan supervisi akademik. Pertama,
pencermatan
dokumen
pelaksanaan
supervisi menunjukkan bahwa sebagian besar sudah terpenuhi dengan catatan bahwa proses penilaian masih
terjadi
menggunakan
di
beberapa
prosedur
sekolah
baku.
Hal
yang ini
tidak sangat
berpengaruh terhadap kesiapan dan partisipasi guru dan juga hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Karena
pelaksanaan
supervisi
akademik
masih difokuskan pada pemeriksa an administrasi pembelajaran
dan
pelaksanaan
pembelajaran yang
meliputi silabus, program tahunan program semester, rencana
pelaksanaan
pembelajaran,
administrasi
penilaian dan program perbikan dan pengayaan maka perlu
pemberian
waktu
atau
jadwal
yang
memeprhatikan beban kerja guru. Kedua, dengan menggunakan format PKG (Penilaian Kinerja Guru ) maka hanya akan diperiksa14 (empat belas) aspek yang terkait dengan penyusunan RPP, pelaksanaan kemampuan
pembelajaran guru
dalam
dengan
menilai
membuka
aspek
pelajaran,
melaksanakan kegiatan inti yang meliputi kegiatan awal,
kegiatan
inti
dan
kegiatan
penutup
serta
penilaian. Pada kegiatan inti dinilai bagaimana guru melakukan siklus eksplorasi, Elaborasi dan konfirmasi yang merupakan bagian dari prosedur standar proses yaitu
bagaimana
guru
kooperatif
kolaboratif.
mengelola
pembelajaran
memfasilitasi
pembelajaran
Kompetensi
guru
kooperatif
dan
dalam
kolaboratif
umumnya belum optimal. Perlu bagi Kepala Sekolah untuk memfokuskan pada kompetensi tersebut agar prinsip pembelajaran yang merangsang, menantang dan
menyenangkan
benar-benar
terlaksana
dalam
pembelajaran. Ketiga, berdasarkan hasil FGD didapatkan informasi bahwa
setelah
pemeriksaan
berlangsung
sebagian
besar Kepala Sekolah tidak melakukan diskusi antara Kepala Sekolah dengan guru yang diperiksa. Catatan hasil penilaian disampaikan pada kesempatan lain, baik secara perorangan artinya kepada guru yang diperiksa atau lewat rapat sekolah. Hal ini sangat berpengaruh
positif
apabila
feedback
diberikan
langsung pascapembelajaran sehingga masih segar ingatan guru untuk perbaikan pembelajaran.
4.3.3. Analisa dan Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik Hasil analisis pelaksanaan program supervisi akademik menunjukkan bahwa analisa dan tindak lanjut hasil supervisi akademik kategori belum sesuai dengan ketentuan yang ada . Banyak hal yang harus dilakukan Kepala Sekolah untuk memperbaiki program pada langkah ini. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan dalam
analisa
dan
mengenai analisis kesenjangan tindak
lanjut
hasil
supervisi
akademik Pertama Pertama, Instrumen yang digunakan hampir sebagian besar menggunakan format Penilaian Kinerja Guru yang memang di dalamnya mengharuskan Kepala Sekolah
mencatat eviden-eviden(bukti) yang muncul
saat menilai guru mengajar
untuk rajin dan cermat
menginventarisir apa yang dilihat dan didengar dalam catatan Kepala Sekolah untuk disesuaikan dengan ketentuan pengisian instrumen penilaian yang rumit dengan rumus-rumus atau ketentuan penilaian yang rumit
pula.
kecermatan,
Pada
tahap
kejujuran,
ini
sangat
pemahaman
dibutuhkan yang
dalam
tentang substansi kompetensi, jika ketiga hal tersebut tidak dilaksanakan dengan konsisten maka analisa dan tindak lanjut hasil supervisi akademik menjadi tidak berarti.
Kedua, kondisi ideal dari supervisi akademik sudah dinyatakan
di
depan
bertujuan
untuk
bahwa
supervisi
meningkatkan
akademik
pertumbuhan,
pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas
kesalahan,
dan
sebuah
komitmen
untuk
membangun kapasitas dan kompetensi guru. Maka harus menjadi komitmen seluruh insan yang terkait dengan pelaksanaan supervisi akademik untuk bukan sekedar
memahami
konsisten
semua
tetapi
ketentuan
melaksanakan yang
ada.
dengan
Bahwa
di
lapangan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan itulah tantangan yang harus diatasi bersama. JIka kata kuncinya adalah pembelajaran yang berkualitas maka konsep itu hanya akan berlangsung bila dipenuhi kondisi
institusi
yang
berkualitas,
pengelola
yang
berkualitas, Kepala Sekolah dan Guru yang berkualitas, lngkungan yang berkualitas yang akan bermuara pada luaran siswa yang berkualitas. Kualitas Kepala Sekolah dan guru sangat dipengaruhi dengan pola rekruitmen dan pola diklat atau pembekalan bagai calon guru dan kepala sekolah. Ketiga, Bahwa tindak lanjut supervisi akademik adalah upaya nyata dalam peningkatan kompetensi guru dan juga kepala sekolah makaupaya peningkatan mutu pendidikan
khususnya
di
sekolah
dasar
sudah
semestinya diarahkan pada komponen penentu mutu proses belajar mengajar dan komponen utama adalah
Guru yang professional dengan mengedepankan pada kemampuan
guru
untuk
menjabarkan
kurikulum
sehingga guru mampu menganalisis kurikulum dan menyusun rancangan pengajaran yang siap digunakan di kelas, penggunaan metodologi pembelajaran serta teknik evaluasi yang tepat serta pemanfaatan media pembelajaran
yang
ada.
Guru
harus
mampu
melakukan manajemen kelas yang baik, seorang guru perlu memahami dengan baik berbagai hal, seperti aspek-aspek manajemen
manajemen kelas,
penataan
kelas, dan
tahap-tahap
pengorganisasian
kelas. Untuk mewujudkan disiplin di kelas diperlukan adanya Model dan teknik yang tepat sesuai situasi yang ada.Kedua hal diatas adalah inti atau roh supervisi akademik. Jika supervisi akademik dikelola sesuai dengan ketentuan bukan tidak mungkin dapat menjadi kunci keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
4.3.4. Evaluasi Keberlanjutan program Supervisi Akademik. Pada setiap kegiatan evaluasi program sering dikaitkan dengan keberlanjutan Program. Menjawab pertanyaan tersebut dengan memperhatikan realitas di lapangan
maka
pertanyaan
utamanya
bukan
dilanjutkan atau tidak tetapi justru beralih pada fokus kebutuhan bagaimana
Supervisi Akademik harus
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku . Dengan mengingat antara lain : 1. Program Supervisi Akademik harus tetap dijalankan sesuai
ketentuan
tuntutan
yang
kompetensi
berlaku
karena
adanya
Kepala
Sekolah.
Dan
berdasarkan Permendiknas nomer 13 tahun 2007 sudah ditetapkan bahwa salah satu kompetensi kepala
Sekolah
adalah
melaksanakan
supervisi
Akademik. 2. Program supervisi Akademik harus tetap dijalankan sesuai petunjuk pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru, karena proses dan hasil Penilaian Kinerja amat berpengaruh
terhadap
keberhasilan
program-
program sekolah secara keseluruhan dan hasil penilaian
kinerja
digunakan
untuk
pembinaan
karier pegawai(kenaikan pangkat) yang kedepan diberlakukan bukan hanya untuk pegawai negeri sipil tetapi juga pegawai swasta. 3.
Semua
bentuk
upaya
untuk
melakukan
pengendalian, perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan atau mutu sekolah
selalu menjadikan
Supervisi akademik sebagai salah satu indikator keberhasilan seperti Monitoring dan Evaluasi Kepala Sekolah,
Akreditasi
sekolah,
Sekolah, Evaluasi diri sekolah.
Penilaian
Kinerja