BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI DI SD ISLAM TERPADU PERMATA BUNDA FULLDAY SCHOOL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA
Setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan yang dinyatakan. Data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dalam BAB ini. Analisis mengenai pelaksanaan kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda dan analisis mengenai tingkat kebiasaan belajar siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda. A. Analisis Implementasi Kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School Kabupaten Semarang Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Nasional
(DepDikNas) dan melaksanakan program
pengajaran, maka SD Islam Terpadu memiliki kurikulum yang disusun oleh para guru agama di lembaga tersebut. Kurikulum yang di susun tersebut dijabarkan dalam bentuk rencana program yang disebut dengan Rencana Program Kegiatan Belajar Permata Bunda, yang merupakan satu program kegiatan belajar yang utuh dan terpadu dengan program belajar lainnya, yang disusun berdasar Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar SD. Kurikulum tersebut dilaksanakan dengan pembagian waktu menjadi dua semester yaitu semester I dan II.Dan dilaksanakan selama enam bulan dengan pembagian waktu dusesuaikan dengan tema yang diajarkan dalam tiap semesternya sesuai target yang telah ditentukan dalam tiap semesternya tanpa terikat karena disesuaikan dengan tema yang terdekat dalam tiap harinya. Satu tema mendapat alokasi waktu selama satu pekan atau satu minggu dalam setiap harinya. Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum atau GBPP-nya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok
74
75
bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut. Demikian juga pda waktu menyusun rincian bahan ajaran dalam satuan pelajaran, luasnya bahan dan banyaknya aktivitas belajar perlu disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Waktu pertemuan atau penyampaian pelajaran pada setiap minggu sama dan jumlah pertemuan dalam setiap semester dapat diketahui, maka dalam merinci pokok bahasan perlu diperhatikan hal itu. Umpamanya pada pokok bahasan yang banyak perlu ada pengelompokan sub pokok bahasan dalam semester yang bersangkutan, yang masing-masing akan dikembangkan dalam bentuk satuan pelajaran. Pengembangan kurikulum yang ada dalam ketentuan umum KBK maupun model sebelumnya dapat diimplementasikan di sistem pendidikan Islam terpadu sebagai berikut. -
Keseimbangan akhlakiyah, fikriyah dan jasadiyah Pengembangan akhlakiyah dilaksanakan dalam bentuk penanaman nilainilai sosial dan moral baik secara vertikal dengan Allah. Contoh yang dapat menjadikan anak didik mampu berhubungan secara vertikal pada Allah adalah materi-materi dalam mentoring yang diberikan pementor pada peserta didik yang langsung dikenalkan pada Allah lewat ciptaanciptaan-Nya. Mentoring juga dapat mengeratkan hubungan antar peserta mentor karena disana yang adalah saling menasehati antar satu dengan yang lain. Pengembangan fikriyah termasuk berfikir kreatif, inovatif logis dan sistematis secara wawasan yang luas dan jauh ke depan. Sedangkan pengembangan jasadiyah dalam bentuk berbagai keterampilan olah fisik yang dapat menumbuhkan semangat kerja energisitas peserta didik. Yang memacu pada pengembangan jasadiyah adalah pelajaran ekstra kepanduan, di situ diajarkan berbagai bentuk pengolahanpengolahan fisik.
-
Kesamaan memperoleh kesempatan
76
Adanya perbedaan status sosial orang tua siswa tidak menjadikan perlakuan yang berbeda. Semua diperlakukan sama dalam posisi sebagai peserta didik. -
Memperkuat identitas muslim mengikuti perkembangan zaman Pendidikan tidak bebas nilai tetapi sarat dengan tujuan ideologis. Oleh karenanya rasa kebanggaan atau izzah sebagai seorang muslim selalu diperkuat hingga tumbuh semangat keislaman dengan benar dalam dirinya serta semangat untuk mengembangkannya sehingga Islam benar-benar rahmatan lil ‘alamin.
-
Mengembangkan keterampilan hidup Aspek keterampilan hidup yang dikembangkan meliputi kerumahtanggaan, pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi, dan lain-lain.
-
Mengikuti perkembangan zaman Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan gaya hidup dan pola berpikir masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus terus dikembangkan seiring dengan kemajuan gaya hidup dan pola berpikir masyarakat. Pendidikan berfungsi mengendalikan perkembangan gaya hidup dan pola berpikir tersebut, agar sesuai dengan tujuan yang hakiki dari proses pendidikan manusia.
-
Mengintegrasikan unsur-unsur penting dalam kurikuler Pembelajaran tematik sangat relevan untuk pengintegrasian nilai-nilai akhlak mulia kedalam materi pelajaran
-
Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan Peserta didik tidak hanya sebagai obyek tapi juga sebagai subyek pendidikan. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator yang memfasilitasi kebutuhan keilmuan para siswa. Potensi yang Allah karuniakan harus terus dikembangkan dalam rangka mencetak kholifatullah dan abdullah yang berkualitas.
-
Pendidikan multikultural Peserta didik berasal dari berbagai ragam budaya, dan karakter. Oleh karenanya pendidikan tidak boleh taqlid, fanatik dengan paham-paham
77
tertentu. Tetapi sesuatu harus didasarkan pada sikap al-fahm, ilmiah dan logis. -
Penilaian berkelanjutan dan komprehensif Kurikulum harus menanggapi kebutuhan belajar peserta didik untuk mengetahui hasil belajarnya. Hasil belajar sebagai umpan balik untuk perbaikan lebih lanjut terhadap segala kekurangan dan kelebihan peserta didik selama belajar dalam kurun waktu tertentu.
-
Pendidikan sepanjang hayat Pendidikan berlangsung sepanjang hidup
manusia dalam rangka
mengembangkan, menambah kesadaran dan selalu belajar tentang dunia yang berubah dalam segala bidang. Kurikulum harus menyediakan kompensasi dan materi yang berguna bagi peserta didik bukan hanya untuk kepentingan sekarang, tetapi juga untuk kepentingan yang akan datang dengan memberikan pondasi yang kuat untuk menghadapi segala konsekuensi kehidupan sepanjang hidupnya. Kegiatan belajar mengajar di SD Islam Terpadu Permata Bunda dilaksanakan dalam sehari penuh mulai pada jam 07.00 WIB sampai dengan jam 15.30 WIB dengan alasan anak akan semakin banyak di lingkungan pendidikan dan mendapat pengawasan langsung dari orangorang yang paham dengan pendidikan anak. Guru merupakan sosok yang mengetahui dunia anak. Kurikulum PAI antara pedoman dari DIKNAS, Departemen Agama, kemudian kurikulum khas di SD Islam Terpadu Permata bunda tentunya berbeda dalam hal jumlah jam pelajaran. Secara rinci sudah ada pada tabel di BAB III Pelajaran PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School lebih banyak dibanding dengan sekolah-sekolah Islam di bawah naungan Departemen Agama. seharusnya pendidikan yang di bawah naungan Departemen Agama mempunyai muatan PAI yang lebih banyak karena persepsi masyarakat bahwa siswa di madrasah lebih pintar dalam hal agama dibanding siswa yang dibawah naungan Departemen Pendidikan
78
Nasional. Namun yang terjadi adalah sebaliknya bahwa PAI di Sekolah Islam Terpadu lebih banyak Pendidikan Islam / Sekolah Islam tidak akan terwujud hanya karena namanya SD Islam, jika para sarjana atau calon sarjana muslim tidak mampu menegakkan inti ilmu pengetahuan dan menarik konsep-konsep dari metafisika yang tercantum dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, dan merumuskan ancaman dasar yang Islami terhadap ilmu-ilmu sosial, kealaman dan humaniora. Berarti Pendidikan Islam: a. Harus merubah epistemologi ilmu dalam seluruh jenisnya dan hanya berdasarkan dan semangat serta missi yang diemban Islam. b. Struktur dan materi ilmu disesuaikan dengan tuntunan Al-Qur’an dan AsSunah. c. Metodologi ilmu seharusnya dengan visi dan missi yang Islami, walaupun harus memakai dan melewati kaca pandang dan pisau analisis pandang yang berbeda dengan Islam. d. Seluruh orang yang terlibat dalam pendidikan Islam, melakukan aktivitasnya, terutama mengajar dan perilakunya harus berorientasi kepada Islam. Untuk lebih mempercepat proses Islamisasi pendidikan, maka disamping faktor utama yang menjadi sasarannya (Islamisasi ilmu), tak kalah pentingnya adalah harus ditopang oleh kelembagaan yang khas, dengan karakteristik antara lain sebagai berikut: a. Tampilan Fisik Pekerjaan
kelembagaan
pertama
Nabi
Muhammad
ketika
melakukan Hijrah adalah membangun masjid dan awal akhir Isra’ Mi’raj Nabi adalah dari dan ke masjid. Ruh dan niatnya serta motivasi tunggal kita dalam melakukan aktivitas adalah telah yang bentuk fisiknya adalah masjid. Oleh karenanya sudah sewajarnya bangunan pendidikan Islam yang paling megah dan menjadi pusat segalanya yang didahulukan adalah masjid.
79
b. Tampilan Asesoris Masjid sebagai lambang fisik sujud kita kepada-Nya, dengan demikian seluruh asesories ruang dan seluruh yang ada di dalamnya juga merupakan derivasi dari yang utama. Dari yang makro sampai yang mikro. Dari tampilan ustadz / guru sampai tampilan kamar kecilnya, semua mencerminkan cahaya-Nya. c. Tampilan Pusat dan Unit Kegiatan Pusat-pusat dan unit serta komponen yang ada dalam pendidikan Islam juga diabdikan untuk membuka misteri alam dan jiwa manusia untuk lebih mempercepat penemuan ketauhidan kita. d. Jabatan Penentu kebijakan dan pembuat perencanaan baik makro-mikro, pendek, menengah, panjang dan problem solver seluruh permasalahan yang muncul seharusnya adalah orang-orang yang sholeh, taqwa berdedikasi yang tinggi, cerdas mendalam ilmunya dan mempunyai pengalaman yang luas. Proses evolusi yang memerlukan waktu berpuluh faktur dan memerlukan hasil dari pengaruh timbal balik dari rekonstruksi pertama dan kedua. Hasil rekonstruksi pertama dan kedua akan menghasilkan personalpersonal muslim yang sholeh dan taqwa. Dengan personal yang shaleh dan taqwa akan menghasilkan lembaga / lingkungan serta ilmu yang sesuai dengan tuntutan Islam. Personal atau guru yang shaleh, yang mencintai dan menjunjung tinggi Islam dan nilai-nilainya. Para Ustadz ini harus berani menafsirkan berbagai teori yang mendasari berbagai bidang studi dan ilmu dari sudut pandang Islam yang nantinya setidaknya mampu membimbing siswa atau masyarakat menghidupkan jiwa dan menerangi ruhani, mereka harus berfungsi sebagai guru-guru atau personal yang dapat menyusup ke dalam hati dan mengetuk pintu nurani orang lain. Ketaqwaan, kesalehan, keikhlasan, kejujuran, ketinggian ilmu, dedikasi yang tinggi dan kecintaan pada agama serta sesamanya adalah salah satu ciri yang menghiasi pribadipribadi hasil didikan sekolah Islam.
80
B. Analisis tentang Kebiasaan Belajar Siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School Kita perlu membuat lembaga pendidikan yang bisa menghasilkan anak didik yang beraqidah baik, mempunyai akhlaqul karimah, mendalam ilmunya, disiplin dalam kesehariannya, baik dalam pergaulan sosialnya, kuat background teknologinya dan mempunyai jiwa mandiri. Dengan semangat kebersamaan kita harus mulai membangun pendidikan milik sendiri yang maju, serius kerja keras serta bisa menghasilkan luaran sebagaimana disebutkan di atas. Kita perlu membangunya dalam realitas kekinian. Belajar dengan pengertian lebih memungkinkan seseorang untuk lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang sudah dipelajari dan dimengertinya. Sebaliknya belajar dengan hafalan mungkin hasilnya hanya tampak pada bentuk kemampuan mengingat pelajaran itu saja. Walaupun umpamanya pelajaran yang dihafalkannya itu berjumlah sangat banyak, ia akan kurang bisa menerapkan dan mengembangkannya menjadi suatu pemikiran baru yang lebih bermanfaat. Belajar di sekolah sebagaimana telah dikatakan dapat diumpamakan sebagai pembuka jalan ke suatu tujuan. Siswa dapat menempuh jalan itu dengan belajar sendiri atau belajar kelompok dengan kata lain belajar di sekolah di bawah bimbingan guru pada hakekatnya merupakan penentu arah bagi mereka dalam belajar sendiri atau berkelompok. Untuk lebih mengetahui bagaimana tingkat kebiasaan belajar siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda Kabupaten Semarang maka dibawah akan dijelaskan hasil dari observasi yang telah penulis lakukan selama tiga bulan. Yang dilakukan adalah dengan meneliti tingkat kebiasaan belajar siswa yang meliputi; kedisiplinan, ketaatan, keaktifan, perhatian dan kebersihan. Kebiasaan belajar itu dilakukan dengan inisiatif sendiri, atas perintah guru atau dilakukan karena ada faktor keterpaksaan.
81
No
Prosentase (%) Inisiatif Perintah Keterpak sendiri guru saan 61% 23% 16% 71% 22% 7% 73% 18% 9% 82% 9% 9% 70% 19% 11%
Aspek yang di observasi
1 2 3 4 5
Kedisiplinan Keaktifan Perhatian Ketaatan Kebersihan 1.
Analisis tentang kedisiplinan siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda Bawen Kedisiplinan memang sangat tepat ditanamkan sejak dini, akan tetapi cara penanaman kedisiplinannya pun harus disesuaikan dengan usia, situasi, dan kondisi yang ada. Heran, masih saja ada penerapan sanksi fisik dalam dunia pendidikan di jaman sekarang, apalagi di sekolah-sekolah Islam. Keberatan-keberatan akan hal tersebut ada baiknya segera dan langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah, saya yakin pasti akan ada respon dan solusi yang bijaksana atas hal tersebut. Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembagalembaga pendidikan Islam dengan sistem Fullday School. Para guru di sekolah-sekolah
Islam
tidak
perlu
diragukan
lagi
kemampuan
akademiknya, apalagi kualitas penguasaan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ilmu-ilmu keislaman dan nilai-nilai Islamiyah-nya. Malahan, banyak guru-guru
yang pada masa remajanya aktif di masjid, kini
melanjutkan kiprahnya menjadi pendidik dan pengajar di lembaga pendidikan Islam tersebut. Sehingga banyak optimis, sistem dan metode penghukuman yang diterapkan pastilah telah dipertimbangkan matang, seksama, dan bijaksana. Kalaupun ada kesalahan dan ketidaktepatan dalam penerapan
sanksi,
menginformasikannya
pihak pada
orang pihak
tua/wali sekolah,
siswa
dapat
segera
selanjutnya
dapat
dimusyawarahkan dan diadakan perubahan-perubahan guna perbaikannya. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah
82
terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku–buku pelajaran, mengingatkan tugas–tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan– kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan–kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, menyulam, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk di dapur. Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku “tidak jujur” melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya. Untuk menegakkan kedisiplinan siswa ada beberapa yang dilakukan di antaranya pemberian hukuman. Pemberian hukuman di SD
83
Islam Terpadu bermacam-macam caranya, semuanya di gantungkan pada usia si anak dan tingkat kesalahan/pelanggarannya. Yang dilakukan biasanya dengan menghafalkan ayat al-Qur'an, hadist, atau doa-doa (panjang pendeknya ditentukan menurut usia); membaca al-Qur'an dengan jumlah baris atau ayat tertentu; membantu guru menyiapkan peralatan makan dan membagi-bagikan buah pada saat makan siang bersama (di samping telah ada petugas dan anak-anak yang piket, atau jika self-service, membantu
menyiapkan
tray
dan
piring-sendok-garpu-gelasnya);
membersihkan mushola bagi anak laki-laki (biasanya pada hari Senin jumlah siswa yang terlambat datang untuk upacara lebih banyak); menghapus papan tulis seharian pada hari ia terlambat sekolah; dll. Banyak lagi cara menghukum anak yang sifatnya mendidik, bukan
menyakiti
secara
fisik,
melukai
secara
psikologis,
atau
mempermalukan anak di depan siapa saja. Hukuman memang perlu dalam proses pendidikan, akan tetapi itu harus diterapkan dengan sesuai, proporsional, dan tepat guna. Hemat saya, lebih baik dikomunikasikan saja pada pihak sekolah, pihak sekolah akan sangat terbuka menerima segala saran dan keluhan dari orang tua/wali siswa. Toh kesemuanya nanti akan kembali pada kebaikan bersama. Sekolah Islam yang mulai jam 7 pagi tersebut, beberapa saat sebelum jam 7 lonceng berbunyi dan tepat jam 7 pintu pagar ditutup. Anak-anak yang terlambat namanya dicatat dan di bariskan terpisah. Setelah anak yang lain masuk kelas anak yang terlambat mulai berbaris untuk mendapatkan hukuman, dan hukuman tersebut sangat tidak manusiawi. Ada yang menerapkan anak perempuan disuruh jongkok berdiri dan lain lain gerakan, sedangkan anak laki-laki disuruh merangkak, merangkak keliling lapangan sekolah yang kotor dan berdebu. Hal itu kurang baik karena anak-anak yang suci dan tak berdosa tersebut yang merupakan tumpuan dan harapan bangsa dan agama dan orang tua merangkak seperti binatang, apa yang diharapkan, apakah itu yang disebut
84
menegakkan disiplin, apakah itu satu-satunya cara, apakah itu cara yang terbaik, Di al-Qur’an dikatakan sampaikanlah kebenaran itu dengan hikmah, pesan apa yang di sampaikan pada anak dengan menyuruhnya merangkak seperti binatang kalau dia terlambat? Perlu keseriusan tenaga pengajar dan disiplin guru untuk menegakkan kedisiplinan siswa di sekolah. Anak murid melakukan sholat dzuhur dan asyar berjamaah di sekolah, berbaju muslimah dan belajar alQur’an setiap hari, inilah yang menjadi pendorong orang tua untuk menyekolahkannya di situ. Guru-gurunya 75 % sarjana, masih muda, energetik, cuma banyak yang belum punya anak, jadi mungkin belum bisa merasakan apa yang dirasakan orang tua murid. Kedisiplinan memang sangat tepat ditanamkan sejak dini, akan tetapi cara penanaman kedisiplinannya pun harus disesuaikan dengan usia, situasi, dan kondisi yang ada. Heran, masih saja ada penerapan sanksi fisik dalam dunia pendidikan di jaman sekarang, apalagi di sekolah-sekolah Islam. Keberatan-keberatan akan hal tersebut ada baiknya segera dan langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah, pasti akan ada respon dan solusi yang bijaksana atas hal tersebut. Di kelas diperlukan siswa yang mempunyai disiplin yang tinggi untuk menunjang proses belajar mengajar. Karena dengan disiplin siswa maka guru tidak harus repot-repot memarahi siswa setiap hari. Guru cukup memberikan penjelasan secara global dengan peraturan-peraturan di kelas, sekolah dan lain-lain. SD Permata Bunda untuk tingkat kedisiplinan siswa hanya 61% yang dilakukan dengan inisiatif sendiri dan 23% yang dilakukan menunggu perintah guru, sedangkan siswa yang melakukan peraturan karena keterpaksaan mencapai 16%. 2.
Analisis tentang keaktifan siswa di kelas Guru dalam menyajikan bahan pelajaran (terutama berupa konsep-konsep
atau
pengertian-pengertian
yang
esensial)
harus
mengikutsertakan para siswanya secara aktif baik individual maupun kelompok.
85
Keaktifan siswa ini antara lain tampak dalam kegiatan: 1. berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan. 2. mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan. 3. merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya. 4. belajar dalam kelompok. 5. mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu. 6. mengkomunikasikan
hasil
pikiran,
penemuan
dan
penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan. Dalam Proses Belajar Mengajar, Guru perlu menimbulkan aktifitas siswa berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika aktifitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, grafik, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik. Pembelajaran di SD hendaknya memperhatikan empat prinsip: 1) Prinsip latar belakang, adalah keadaan di mana siswa telah mengetahui hal lain secara langsung atau tidak langsung dengan bahan yang akan dipelajari. 2) Prinsip belajar sambil bekerja sangat penting karena pengalaman yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan. 3) Prinsip belajar dan bermain, penting karena bermain merupakan keaktifan
siswa
yang
dapat
menimbulkan
suasana
yang
menyenangkan. Suasana seperti ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat.
86
4) Prinsip
belajar
keterpaduan,
mengharapkan
agar guru dalam
menyampaikan materi hendaknya mengaitkan antara materi yang satu dengan materi yang lain, baik dalam satu bidang studi maupun dengan bidang studi lainnya. Pemaduan konsep dapat membuat materi pelajaran lebih bermakna. Ditinjau dari ruang lingkup bahan pengajaran Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan spiral yaitu pengajaran yang dimulai dari lingkungan terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang kompleks. Dengan demikian sangat tepat jika dengan pendekatan ini guru mengajarkan menggunakan pendekatan terpadu dengan mengaitkan halhal yang aktual yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Tujuan pembelajaran adalah menguasai konsep ilmu dalam berbagai segi, persepsi, visi, dan misinya. Di samping itu proses pembelajaran dituntut dapat mewujudkan dwifungsi yaitu sebagai ilmu dan juga sebagai alat pendidikan atau edukatif pragmatik yang harus mampu mengatasi permasalahan kehidupan manusia. Dalam pembelajaran, manajemen sumber belajar sangat penting sehingga alternatif pemilihan materi ajar lebih bersifat strategis dan menghindari text book thinking. Sesuai dengan metodologi pengajaran, pendidikan dapat ditampilkan dalam kombinasi pembelajaran berbasis inkuiri, problematika, kontribusi, dan etos kerja aktual. Hal tersebut dapat di realisasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Terpadu. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa pokok bahasan, sub pokok bahasan, atau beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami sebelumnya Pembelajaran akan berjalan secara efektif apabila digunakan sistem pembelajaran terpadu karena siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar dan pembuatan keputusan, bahwa pembelajaran akan lebih
87
bermakna bila menggunakan pembelajaran terpadu karena manusia tidak bisa melepaskan diri dari masalah sosial dan perlu memiliki kemampuan terpadu tentang cara pemecahannya. Pembelajaran terpadu lebih menekankan keterlibatan siswa dan kegiatannya bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran terpadu akan
menumbuh kembangkan keterampilan sosial. Kemampuan untuk bergaul dengan hal yang bersifat lebih abstrak yang diperlukan untuk mencerna gagasan dalam berbagai mata pelajaran akademik umumnya baru terbentuk pada usia kelas akhir SD dan berkembang lebih lanjut dengan meningkatnya usia. Oleh karena itu pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk murid akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut. Pengemasan pengalaman belajar yang memenuhi tuntutan tersebut adalah dalam bentuk pembelajaran terpadu. Dalam pembelajaran terpadu terjadi kaitan pengalaman yang bermakna sedangkan pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur
konseptual
akan
meningkatkan
peluang
bagi
terjadinya
pembelajaran yang lebih efektif. Dengan kata lain, pembelajaran terpadu bertujuan agar pembelajaran terutama di SD menjadi lebih efektif. Ada tiga model pembelajaran terpadu, yaitu : a. Pembelajaran Terpadu Model Terkait Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling sederhana.
Konsep,
keterampilan,
atau
kemampuan
yang
ditumbuhkembangkan di dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi. b. Pembelajaran Terpadu Model Terjala Berbeda dengan pembelajaran terpadu model terkait terjala ini pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari pokok-pokok
88
bahasan atau sub pokok bahasan dari beberapa bidang studi yang dijabarkan dalam konsep keterampilan, atau kemampuan yang ingin dikembangkan. Pembelajaran melalui tema ini dapat disoroti melalui beberapa bidang studi. c. Pembelajaran Terpadu Model Terpadu Berbeda dengan model-model pembelajaran terpadu
sebelumnya,
dalam model terpadu ini pelajaran dimulai dengan pembahasan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang diprioritaskan dan tumpang tindih. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tumpang tindih ini berasal dari tiga atau lebih bidang studi yang dirancang untuk diajarkan secara terpadu. Pokok bahasan ini harus dikaji terlebih dahulu dalam GBPP kemudian diperkirakan untuk memperoleh prioritas Pada penelitian ini model pembelajaran yang akan digunakan adalah pembelajaran terpadu model terjala atau model antar bidang studi karena subyek penelitiannya siswa SD yang ditinjau dari perkembangan kognitifnya masih belum mampu menggunakan taraf berfikir tinggi. Perencanaan pembelajaran terpadu merupakan rangkaian isi dan kegiatan pembelajaran yang menyeluruh, sistematis yang merupakan pedoman dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang dikembangkan harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang dipilih. Pembelajaran terpadu yang diharapkan adalah terpadu dalam materi, terpadu dalam proses, dan terpadu antar kurikulum dengan kebutuhan siswa, yang untuk
menerapkannya
diperlukan perencanaan spesifik. Langkah dalam perencanaan pembelajaran terpadu meliputi: memilih tema yang dapat menjadi awal topik untuk memadukan beberapa bidang studi, melakukan peta konsep untuk menemukan konsep yang terkait di antara mata pelajaran yang ada, memilih aktifitas belajar yang memungkinkan adanya keterpaduan.
89
Alternatif topik dapat ditentukan berdasarkan minat siswa, minat guru, kejadian yang penting dalam waktu tertentu, mengambil topik utama dalam kurikulum, atau mengacu pada kegiatan dan kehidupan masyarakat tertentu. Langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran terpadu adalah: mengidentifikasi konsep yang sama, menentukan konsep yang akan dibahas, memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak, menyusun jadwal kegiatan secara sistematis. Konsep yang dipilih dalam pembelajaran terpadu khusus untuk siswa SD sebaiknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa, dan masalah yang dihadapi di dalam lingkungan tersebut. Evaluasi terhadap pembelajaran
terpadu
bertujuan
untuk
mengetahui: apa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pembelajaran terpadu, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, kualitas program yang disusun. Untuk menilai kualitas program pembelajaran terpadu
dapat dilakukan dengan melihat dua aspek yaitu
keterpaduan konsep dan pengorganisasian atau pengelolaannya. Tingkat keterpaduan konsep dapat ditinjau dari segi signifikansi, koherensi dan relevansi. Evaluasi pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai evaluasi yang berupa informasi tentang pencapaian pengetahuan dan pemahaman anak, pengembangan keterampilan anak, pengembangan sosial dan efektif anak dengan memanfaatkan asesmen alternatif dan cara informal. Pada dasarnya evaluasi pembelajaran terpadu tidak berbeda dengan evaluasi pada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam evaluasi konvensional berlaku pula bagi evaluasi pembelajaran terpadu. Bedanya dalam pembelajaran terpadu kita harus memberikan perhatian yang cukup banyak pada usaha pembentukan dampak pengiring seperti kemampuan bekerja sama, tenggang rasa, dan toleransi. Evaluasi pembelajaran terpadu mencakup proses dan produk dengan sasaran peserta didik terhadap program. Hasil evaluasi proses dan produk didokumentasikan dalam portofolio. Portofolio ini dapat dijadikan salah satu masukan bagi guru
90
untuk memutuskan nilai peserta didik. Dalam evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan, guru mengamati aktivitas siswa, secara individu dan kelompok, pada setiap tahap kegiatan dengan memperhatikan aspek seperti: rasionalitas alasan, peranan siswa dalam semua kegiatan, kerja sama kelompok dan produktivitasnya, penggunaan bahasa dengan benar. Sedangkan evaluasi dalam produk meliputi laporan verbal yang tertulis baik berupa gambar atau metrik. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran terpadu dalam pengajaran maka dilakukan penelitian ini. Dari latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian ini adalah bahwa pengembangan program dan materi pada tingkat dasar lebih banyak
memuat
mengembangkan
aspek
pengetahuan,
bahan-bahan
yang
belum aktual.
secara
terintegrasi
Sedangkan
proses
pembelajarannya cenderung diwarnai oleh orientasi pada pencapaian target kurikulum. Di samping itu adanya kesenjangan dalam pembelajaran, dimana proses hafalan lebih kuat dari pada pengembangan berfikir dan pengembangan nilai, ditambahkan lagi evaluasi yang lebih menekankan aspek kognitif. Pembelajaran terpola pada interaksi yang monoton satu arah atau guru sentries. Sedangkan sarana pendidikan belum difungsikan untuk memberikan kemudahan dan pemantapan pengalaman belajar anak. Adapun
tujuan
penelitian untuk mengetahui
perbedaan
perolehan hasil belajar antara pembelajaran terpadu dengan pembelajaran konvensional dan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran terpadu di SD. Sedangkan manfaat penelitian ini untuk melatih dan mengembangkan cara berpikir kritis dengan mengaitkan hal yang ada di lingkungan anak, bagi guru hasil penelitian ini dapat meningkatkan teknik penyampaian proses belajar mengajar sehingga dapat mengembangkan proses berfikir siswa, dan bagi para praktisi pendidikan
memberi masukan bahwa
pembelajaran lebih efektif diberikan pada anak
dengan pembelajaran
terpadu. Aktif di kelas sangat diperlukan karena seorang guru akan dapat dengan mudah menyampaikan materi sesuai yang menjadi keinginan guru.
91
Di SD Islam Terpadu Permata Bunda untuk tingkat keaktifan agak kecil walaupun mencapai 71% aktif karena inisiatif sendiri, 22% aktif karena perintah guru dan 7% adalah dilakukan dengan keterpaksaan. Banyak siswa yang aktif dalam kelas karena harus diperintah oleh guru. Dengan demikian perlu adanya pelatihan-pelatihan untuk memberikan stimulus pada siswa untuk dapat aktif di kelas. 3
Analisis tentang Perhatian Siswa dalam Belajar Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan. Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya. Perhatian tidak langsung baru timbul bila dirangsang oleh guru
dengan
menggunakan
penyajian media
pelajaran
yang
yang
menarik,
juga
dengan
merangsang siswa berpikir,
maupun
menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Bila perhatian kepada pelajaran itu ada pada siswa, maka pelajaran yang diterimanya akan dihayati, diolah dalam pikirannya sehingga timbul pengertian. Usaha ini mengakibatkan siswa dapat membanding-bandingkan, membedakan, menyimpulkan pengetahuan yang diterimanya. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orang tua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan
sarana
belajar,
memberikan
perhatian
dengan
cara
mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orang tua dapat pula memberikan permainanpermainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian. Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orang tua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat
92
belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya ibu Rita tidak lagi marah-marah si Andi putranya sebagaimana digambarkan pada ilustrasi tadi. Perhatian siswa pada saat belajar di kelas sangat diperlukan untuk terciptanya suasana kelas yang kondusif. Di SD Islam Terpadu Permata Bunda untuk tingkat perhatian siswa pada saat belajar juga cukup baik yaitu mencapai 73% yang dilakukan atas inisiatif sendiri. Karena atas perintah dari guru mencapai 18% dan karena dilakukan dengan keterpaksaan mencapai 9%. Itu artinya bahwa perhatian siswa pada saat belajar sudah cukup tinggi dalam rangka tercapainya suasana kelas yang baik. Karena ada banyak di sekolah-sekolah yang kondisi kelasnya semrawut, sehingga untuk belajar kurang bagus. 2. Analisis tentang ketaatan siswa Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan yang amat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedang Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan. Lengkaplah sudah syarat-syarat untuk menempatkan kedudukan tinggi
93
bagi guru dalam Islam: alasan duniawi dan alasan ukhrawi, atau alasan bumi dan alasan langit. Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak berani menentang sinar mata
kyainya, sebagian lagi membungkukkan badan tatkala
menghadap kyainya. Bahkan konon ada santri yang tidak berani kencing menghadap rumah kiai sekalipun ia berada dalam kamar yang tertutup. Betapa tidak, mereka silau oleh tingkah laku kiai yang begitu mulia, sinar matanya yang “menembus’ ilmunya yang dalam, doanya yang diyakini mujarab. Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan yang khas antara guru dan murid. Hubungan guru dan murid dalam Islam tidak berdasarkan hubungan untung rugi, apalagi untung rugi dalam arti ekonomi. Inilah nanti yang menyebabkan pernah muncul pendapat di kalangan ulama Islam bahwa guru haram mengambil upah (gaji) dari pekerjaan mengajar. Hubungan guru-murid dalam Islam pada hakekatnya adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai nilai kelangitan. Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang berbeda dari kedudukan guru di dunia barat. Perbedaan itu jelas barat kedudukan itu tidak memiliki warna kelangitan. Hubungan guru dan murid juga tidak lebih dari sekedar dari hubungan pemberi dan penerima. Karenanya maka wajarlah bila di barat hubungan guru-murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi dan penerima jasa (dalam hal ini adalah pengetahuan); karena itu, hubungan juga diikat oleh pembayaran yang dilakukan berdasarkan penghitungan ekonomi. Di Indonesia hubungan antara siswa kepada guru masih ada penghormatan, para siswa akan selalu taat apa yang menjadi perintah guru. Sebagaimana yang terjadi di SD Islam Terpadu Permata Bunda adalah masih terlihat adanya ketaatan siswa kepada guru. Sehingga dalam
94
prosentase ketaatan siswa kepada guru mencapai 82% dengan dilakukan inisiatif siswa, kemudian karena perintah guru mencapai 9 %, sedangkan dilakukan karena keterpaksaan juga 9%. Itu menunjukkan bahwa tingkat ketaatan siswa pada guru merupakan prosentase yang sangat tinggi. Dengan ketaatan itu menjadi proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan baik. 3. Analisis Tentang Kebersihan di Lingkungan Kelas dan Sekolah Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata-krama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses negatif yang amat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk: kurang hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, perkelahian antar pelajar, penggunaan obat terlarang dan lain-lainnya. Masalah ini bilamana tidak segera diatasi akan semakin mengancam kehidupan generasi bangsa kita khususnya dan tata kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. GBHN Tahun 1999 mengamanatkan kepada masyarakat pendidikan untuk memberlakukan lagi pendidikan budi pekerti sebagai pelajaran yang wajib diberikan dalam kehidupan siswa dan warga sekolah. Hal ini dapat difahami, karena salah satu misi pendidikan adalah bagaimana melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan sekolah. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan budi pekerti secara konsepsional dapat dibagi dalam dua aspek, yaitu yang di persepsi (perceived behaviour) dan yang diwujudkan (manifested behaviour). Kita telah sepakat bahwa pendidikan budi pekerti yang di persepsi dan diajarkan dimasukkan dan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang
95
relevan (Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, dsb). Namun demikian, tujuan akhir (ultimate goal) kita adalah bagaimana pendidikan budi pekerti menjadi bagian yang dipraktekkan dalam kehidupan seharihari di sekolah (manifested behaviour). Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan small community, suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan sekolah. Salah satu di antaranya melalui pendidikan budi pekerti yang nyata dilakukan (in-action), bukan semata-mata yang di persepsi. Oleh karena itu, setiap sekolah mulai saat ini perlu mulai memikirkan bagaimana mewujudkan pendidikan budi pekerti in action ini, agar anak didik betul-betul dapat mempraktekkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan agama dan budaya bangsa kita. Salah satu upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah, perlu menyusun perangkat tata-krama dan tata kehidupan sosial sekolah yang merupakan acuan norma yang harus dibuat dan dilaksanakan oleh setiap sekolah. Acuan ini bukan hanya mencakup tata tertib sekolah sebagaimana yang berlaku sekarang ini, tetapi meliputi semua aspek tata kehidupan sosial sekolah yang mengatur tata hubungan antara siswasiswa, siswa-guru, guru-guru, kepala sekolah-siswa/guru. Beberapa aspek nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam perumusan tata-krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, antara lain: ketaqwaan, sopan santun pergaulan, kedisiplinan, ketertiban, kebersihan /kesehatan/kerapian, dan keamanan. Disamping itu, setiap tata tertib perlu diikuti dengan berbagai larangan, sanksi dan penghargaan. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin agar peraturan sekolah dapat berjalan dan tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Kebersihan/kesehatan/kerapian ketika dalam kelas ataupun diluar kelas sangat menjadi keharusan di lembaga-lembaga pendidikan karena siswa akan terbiasa dengan bersih dan rapi karena dengan demikian kesehatan pun terjamin. Untuk dapat melatih siswa agar tetap bersih
96
adalah diantaranya dengan Membiasakan siswa menjaga kebersihan dan kesehatan badan, kerapian pakaian (bersih dan sopan), rambut, kuku, dan semacamnya. Selain kebersihan nilai keamanan pun harus menjadi landasan bagi siswa dan warga sekolah dalam berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara lain: Menjaga keamanan diri, teman, warga sekolah, barang-barang perlengkapan sekolah, dan hak milik dalam belajar di ruang kelas, laboratorium, kegiatan olahraga, dan kegiatan belajar dan bermain lainnya. Menjaga keamanan dan keutuhan hak milik pribadi dan sekolah dari pihak-pihak yang mengganggu baik dari dalam maupun luar sekolah. Menjaga keamanan sekolah dari pengaruh negatif baik dari luar maupun dari dalam sekolah, seperti pengedaran obat-obatan terlarang (narkoba), adu domba dengan warga sekolah maupun warga sekolah lain, dan upaya provokasi lainnya. Tanggung jawab juga harus ditanamkan kepada siswa sejak dini karena dengan tanggung jawab, kebersihan juga akan dapat dihasilkan. Bertanggung jawab mengandung arti berkewajiban menanggung atau memikul tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan nilai dasar yang tidak kalah penting dengan nilai dasar yang lain. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara lain: -
Melaksanakan tugas piket di sekolah dengan baik.
-
Melaksanakan secara sungguh-sungguh seluruh tugas yang diberikan oleh sekolah
-
Taat memakai pakaian seragam sekolah yang telah ditetapkan. Tingkat kebersihan di SD Islam Terpadu Permata Bunda yang
melakukan kebersihan pribadi dan lingkungan mencapai 70 %. Kebersihan pribadi dan lingkungan karena harus menunggu perintah dari guru mencapai 19% dan 11% adalah siswa yang melakukan kebersihan, baik kebersihan pribadi ataupun lingkungan. Itu artinya bahwa tingkat
97
kebersihan di lembaga itu adalah cukup tinggi, sehingga suasana belajar pun akan menyenangkan.