PENGARUH IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAI DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI TERHADAP AKHLAK SISWA MADRASYAH ALIYAH DI KABUPATEN BANGKALAN
A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 diimplementasikan oleh seluruh guru, kapan saja, dan dimana saja diseluruh wilaya negara Indonesia, sehingga kalau dipahami dan disikapi dengan baik bisa mengantarkan bangsa dan negara ini untuk mencapai masa keemasan ditahun 2045 nanti. 1 Kegiatan Pembelajaran dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan
melalui
upaya
menumbuhkan
serta
mengembangkan
sikap/attitude, pengetahuan/knowledge, ketrampilan/skill. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain, kreatifitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. 2 Pemikiran pengembangan Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar taksonomi-taksonomi yang diterima secara luas, kajian KBK 2004 dan KTSP 2006, dan tantangan Abad 21 serta penyiapan Generasi 2045. Secara filosofi, pendidikan
1
adalah
proses
panjang
dan
berkelanjutan
untuk
E. Mulyasa, (2014), Guru dalam Implementsi Kurikulum 2013, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta, hlm. 4 2 M. Hosnan, (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad ke 21: Kunci sukses Implementasi Kurikulum 2013, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. IX
1
mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam ini usaha-usaha yang dilakukan dalam kuikulum 2013 adalah menciptakan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, proses panjang tersebut dibagi menjadi beberapa jenjang, berdasarkan perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Dalam teori manajemen, sebagai sistem perencanaan pembelajaran yang baik, kurikulum harus mencakup empat hal. Pertama, hasil akhir pendidikan yang harus dicapai peserta didik (output), dan dirumuskan sebagai kompetensi lulusan. Kedua, kandungan materi yang harus diajarkan kepada, dan dipelajari oleh peserta didik (masukan/standar isi), dalam usaha membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan. Ketiga, pelaksanaan pembelajaran (proses, termasuk metodologi pembelajaran sebagai bagian dari standar proses), supaya ketiga kompetensi yang diinginkan terbentuk pada diri peserta didik. Keempat, penilaian kesesuaian proses dan ketercapaian tujuan pembelajaran sedini mungkin untuk
2
memastikan bahwa masukan, proses, dan keluaran tersebut sesuai dengan rencana. 3 Perubahan ini sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi tersebut. Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu. Kompetensi-kompetensi ini sebagai pegangan bagi pendidik, bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan, ada pesan-pesan sosial dan spiritual.4 Ditinjau dari standar proses, sasaran pembelajaran dalam kurikulum 2013 mencakup rana sikap, keterampilan dan pengetahuan yang di elaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi difokuskan pada pembinaan sikap, ketrampilan dan pengetahuan melalui penerapan model pembelajaran yang tepat. Sejalan dengan kenyataan tersebut belajar tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas, tetapi juga dilingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu dalam pembelajaran yang mengimplementasikan kurikulum 2013, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Pada dimensi sikap, sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh, pembiasaan aktivitas, dan teladan. 5
3
Mohammad Abduhzen, “Urgensi Kurikulum 2013”, Kompas, 21/2/2013. Elin Driana, “Gawat Darurat Pendidikan” (Kompas, 14/12/2012).
4 5
Yunus Abidin (2014), Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm. 20.
3
Pada kurikulum sebelumnya terdapat beberapa kelemahan, salah satu diantaranya yaitu kompetensi yang dikembangkan dan didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya mengambarkan secara holistik dari aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Di samping itu berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan antara soft skill dan hard skill belum terekomendasi dalam kurikulum. 6 Kurikulum 2013 disusun salah satunya didasarkan pada kelemahan diatas. Dengan demikian, dalam mencapai stadar kompetensi kelulusan, kurikulum 2013 meliputi pendidikan karakter pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan antara soft skill dan hard skill yang mencakup ketiga hal, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) secara terpadu. 7 Penelitian yang dilakukan di Harvard University, ditemukan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan ketrampilan tekhnis (hard skill) saja, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan kesuksesan hanya ditentukan 20 % dari hard skill dan sisanya 80% dari soft skill. 8 Oleh karena itu kurikulum 2013 juga mengembangkan aspek afektif (akhlak) dari siswa. Dalam pendidikan Islam guru (pendidik) merupakan figur yang sangat penting, karena guru adalah salah satu komponen dalam sistem pendidikan. Guru sebagai pendidik profesional, kerena itu keberadaan pendidik dalam 6
E. Mulyasa (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 6 7 Ibid, hlm. 61 8 Ibid, hlm. 7
4
dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya sekedar mentransfer ilmu saja tetapi juga di tuntut untuk meninternalisasikan nilainilai pada anak didik karena ditangan pendidik mutu kepribadian anak terbentuk. Oleh karena itu guru juga merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, berupa kompetens-kompetensi yang dimiliki. Agar pendidik dapat melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya dengan baik. Sebagimana dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Masional, Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 200 Pasal 2, guru diaktakan sebagai Tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru profesional harus memiliki kulifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau Diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 9
9
Jamil Suprihatiningrum (2013), Guru Profesional; Pedoman kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, hlm.106
5
Derasnya arus globalisasi melalui pemanfaatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah keseluruh negara di dunia, dan menjadikan dunia seakan tanpa batas (borderless world ). Seiring dengan itu Globalisasi yang melanda negeri menimbulkan banyak tuntutan peningkatan pendidikan moral pada lembaga pendidikan, ini dasarkan pada fenomena sosial yang berkembang. Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi, pekosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain-lain, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianngap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kiminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja.10 Penyimpangan moral yang terjadi membuktikan bahwa perlunya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam proses pendidikan. 11 Oleh karena itu pendidikan akhlak di sekolah dianggap sebagai wadah formal yang diyakini mampu berperan aktif dalam membentuk pribadi generasi muda melalui intensitas pendidikan akhlak. Khususnya menyoroti begitu banyak lembaga10
Asri Budiningsih (2004), Pembelajaran Moral; Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 1 11 Zahrudin. AR & Hasanudin Sinaga (2004), Pengantar Studi Akhlak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 19
6
lembaga pendidikan fomal mengkhianati makna dan proses pendidikan sebagai sebuah pembangunan yang berkesinambungan yang tidak hanya menyentuh ranah ilmu pengetahuan semata, tetapi juga terikat pada pembentukkan nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Secara filosofis pendidikan akhlak mulia, dapat diartikan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia dalam diri anak didik, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam pola fikir (mindset), ucapan dan perbuatannya dalam berinteraksi dengan manusia. Sejalan dengan ajaran Islam yang secara yuridis bahwa ajaran akhlak mulia secara eksplisit tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, Untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan beradab.
12
Muhammad Athiyah
al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak
yang
sempurna.
Pendidikan
budipekerti,
menanamkan
rasa
keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi. 13 Lembaga pendidikan Madrasyah sangat di butuhkan perananya dalam membantu orang tua dalam hal pembinaan akhlak anak yang diperoleh anak di lingkungan keluarga. Maka ini merupakan kerjasama antara keluarga dan madrasyah dalam proses pembinaan akhlak pada peserta didik. seperti: adap kesopanan kalau siswa harus memberi salam terlebih dahulu kepada guru, 12
Abuddin Nata (2012), Kapita Selekta Pendidikan Islam (Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islamt, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 211 13 Novan Ardy Wiyani (2012), Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan Taqwa, Sukses Offset, hlm. 90
7
sesuai dengan kepatutan dan nilai kesopanan orang tua, karena siswa lebih muda dari guru dan juga melihat dari segi akhak siswa pada guru yang telah memberikan bimbingan dan mendidik siswa. Untuk melaksanakan pembinaan akhlak siswa maka guru PAI mempunyai peranan penting dengan melaksanakan Kurikulum
13
pembelajaran merupakan
berdasarkan kurikulum
kurikulum yang
2013.
Dimana
menitikberatkan
pada
profesionalme guru, karena guru merupakan ujung tombak implementasi kurikulum 13 sedangkan guru yang belum profesional akan mendapat pelatihan beberapa bulan untuk mengubah pembelajaran yang sesuai dengann kurikulum 13. Selain penguatan pada guru, siswa juga membutuhkan penguatan dan pendampingan dalam pengembangan sikap dak karakter siswa yang ditekankan dalam kurikulum 2013. 14 Dalam implemantasi kurikulum 2013, pendidikan akhlak dapat terintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai pada tiap bidang studi perlu dikembangkan, seperti bidang studi PAI maka
dieksplitkan
dan
dihubungkan
dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai dan pembentukan akhlak tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.15 Begitu pentingnya nilai-nilai Islam yang harus dimiliki oleh setiap 14
A. Ferry. Indratno (2013), Menyambut Kurikulum 2013. PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, hlm. 206 15 Ibid, hlm. 7
8
pribadi muslim baik dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya maka pendidikan Islam sangat penting untuk diberikan dengan cara yang benar melalui bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan di atas pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam harus memiliki visi, misi dan tujuan serta program kegiatan maupun praktik pelaksanaan pendidikan yang jelas. Mengingat pentingnya pelajaran PAI di MAN Bangkalan dalam membentuk pribadi peserta didik yang bertakwa dan berakhlak mulia, maka implementasi PAI kurikulum 2013 sebagai salah satu faktor penunjang terhadap keberhasilan pengajaran PAI perlu diperhatikan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul penelitian: “PENGARUH IMPLEMENTASI
KURIKULUM
2013
PAI
DAN
KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PAI TERHADAP AKHLAK SISWA SMA KABUPATEN BANGKALAN”
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implemenasi kurikulum 2013 PAI
Madrasyah Aliyah di
Kabupaten Bangkalan? 2. Bagaimana kompetensi Profesional Guru PAI Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan?
9
3. Bagaimana akhlak siswa Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan? 4. Bagaimana pengaruh implemenasi kurikulum 2013 PAI dan kompetensi profesional Guru terhadap akhlak siswa Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui implemenasi kurikulum 2013 PAI Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan? 2. Untuk mengetahui kompetensi Profesional Guru PAI Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan? 3. Untuk mengetahui akhlak siswa Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan? 4. Untuk mengetahui pengaruh implemenasi kurikulum 2013 PAI dan kompetensi profesional Guru terhadap akhlak siswa Madrasyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan?
D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain : 1. Manfaat Teoritis Dapat memberi sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI). Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang implikasi kurikulum 2013
10
PAI dan kompetensi profesional guru PAI terhadap akhlak siswa. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan, rujukan, pedoman, dan referensi bagi siapa saja (terutama bagi institusi yang terkait) serta mampu menjadi tambahan informasi dan pengetahuan bagi siswa, guru dan masyarakat. 2. Manfaat Praktis Pada tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi peneliti, Untuk dijadikan pra-syarat menyandang gelar magister sekaligus ingin mengetahui secara jelas pengaruh implementasi PAI kurikulum 2013
terhadap perkembangan akhlak siswa. Sehingga
dengan mengetahui pengaruh implimentasi kurikulum 2013 PAI dan kompetensi
guru
PAI
terhadap
perkembangan
akhlak
siswa,
memperluas pengetahuan dan wawasan bagi peneliti juga bisa di jadikan keteladanan
dan diterapkan untuk peneliti di dunia
kependidikan dalam membina akhlak siswa. 2. Bagi pendidik khususnya Pendidikan Agama Islam, untuk menambah wawasan ilmu tertutama yang berhubungan dengan meningkatkan usaha-usaha
dalam
melakukan
pembenahan
dalam
penerapan
pembelajaran PAI yang sesuai dengan konsep kurikulum 2013 dan selalu meningkatkan kompetensi profesional sebagai guru PAI agar mampu membina dan meningkatkan akhlak mulia siswa.
11
3. Bagi pembaca, dapat mengetahui bagaimana pengaruh implementasi kurikulum 2013 PAI
dan kompetensi profesional terhadap akhlak
siswa. Dan mampu menerapkan dalam pembinaan akhlak anak.
E. Definisi Operasional Agar lebih mudah memahami dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian penting yang digunakan dalam judul penelitian ini, yaitu : 1. Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep,kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. 16 Yang dimaksud implementasi
dalam penelitian ini adalah implementasi
kurikulum yang berupa penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang
telah
dikembangkan
dalam
tahap
sebelumnya,
kemudian
diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional serta fisiknya. 2. Kurikulum 2013 adalah Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan,
16
Kunandar (2007), Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Raja Rafindo Persada, Jakarta, hlm, 211
12
khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
17
Kurikulum 2013 yang
dimaksud adalah kurikulum 2013 yang di laksanakan di MAN Bangkalan mulai dari tahun 2014, meliputi: Standart Kompetensi Lulusan (SKL), standart isi, standart proses dan standart penilaian yang digunakan di MAN Bangkalan sesuai dengan kurikulum 2013. 3.
PAI adalah usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar hidup sesuai dengan ajaran agama.18 Tegasnya, pendidikan agama adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara sistematis dengan tujuan menanamkan ajaran agama kepada anak didik sehingga ajaran agama tersebut dapat menjadi pegangan hidupnya baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan di MAN Bangkalan dalam penelitian ini meliputi mata pelajaran: al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Feqih dan SKI.
4.
Kompetensi profesional Guru adalah Kemampuan profesional menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan berdasarkan keahlian atas berbagai kasus serta mampu mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya
sebagai
guru.
19
Dalam
menjalankan
kewenangan
profesionalnya, guru dituntut untuk memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies), yang meliputi: Kompetensi Kognitf (kecakapan ranah
17
E. Mulyasa (2014), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013; Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm, 66 18 H. Zuhairini (1998), Metode Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya, hlm, 27 19 Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini. (2012), Pengembangan Profesi Guru, Teras, Yogyaarta, hlm 123.
13
cipta), Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa), dan Kompetensi Psikomotorik (kecakapan ranah karsa). 20 5. Akhlak adalah tingkah laku yang merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa di buat-buat atau spontan atau tanpa ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan spontan itu dinamakan akhlak
yang
karimah/al-akhlakul
mahmudah).
Sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk disebut
al-akhlakul
madzmumah.
baik
21
(al-akhlakul
Yang di maksud dalam penelitian ini perkembangan
akhlak yang baik/mulia. Meliputi: a. akhlak kepada Khaliq seperti: intensitas dalam beribadah seperti sholat, puasa. b. akhlak kepada makhluk meliputi: 1) diri sendiri, seperti: sabar, bersyukur, berhijab dan berbusana muslim. 2) keluarga, meliputi orang tua dan saudara. Seperti: berkata yang sopan 3) masyarakat, meliputi guru, tetangga dan sesama manusia:. Seperti: berkata sopan, mengormati. c) akhlak pada lingkungan, seperti: tidak menebang pohon sembarangan, memelihara binatang dan tanaman dengan penuh kasih sayang dengan
20
Muhibbin Syah, (2011), Paikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakrya, Jakarta, hlm. 230 21 Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, CV Pustaka Setia, Bandung, hlm,15
14
memberi makan dan menyiram tanaman, dan tidak membuang sampah sembarangan.
F. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Umum Tentang Implementasi Kurikulum 2013 PAI
Implementasi
berasal
dari
bahasa
Inggris
yang
berarti
”pelaksanaan”.22 Sedangkan dalam kamus Ilmiah populer yang berarti penerapan pelaksanaan.
23
Implementasi menurut istilah adalah suatu
proses penerapan ide, konsep,kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga
memberikan
dampak,
baik
berupa
perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran. 24 PAI adalah usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar hidup sesuai dengan ajaran agama.25 Tegasnya, pendidikan agama adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara sistematis dengan tujuan menanamkan ajaran agama kepada anak didik sehingga ajaran agama tersebut dapat menjadi pegangan hidupnya baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.
22
John M. Echols dan Hasan Sadizly (1995), Kamus Inggris Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm, 313 23 Perum Penerbitan dan Percetakan (1998), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hlm, 327 24 Kunandar (2007), Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Raja Rafindo Persada, Jakarta, hlm, 211 25 H. Zuhairini (1998), Metode Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya, hlm, 27
15
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. 26 Pengembangan kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang di pelajarinya secara kontekstual. 27
2. Tinjauan Umum Tentang kompetensi profesionl Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu ”competence” yang berarti kecakapan, kemampuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan dan memutuskan sesuatu. Dengan demikian tidaklah berbeda dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh W. Robert Houston seperti dikutip oleh Drs. Abd. Kadir Munsyi, Dip.Ad.Ed. yang mengatakan bahwa ”competence” ordinarily is defined as “adequacy for a task” or as
26
E. Mulyasa (2014), Penge mbangan dan Implementasi Kurikulum 2013; Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, cet. 5, hlm, 66 27 Ibid, hlm, 65
16
“possession of require knowledge skill and abilities”.28 Di sini dapat diartikan bahwa kompetensi sebagai salah satu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.
Prof. Dr. Baharuddin Harahap berpendapat bahwa pendidikan berdasarkan kompetensi yang merupakan terjemahan dari Competency Based Education bahwa kompetensi adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran seperti halnya ceramah, diskusi, dan lain-lain. Pendekatan itu selamanya berpusat pada kompetensi atau kemampuan yang dituntut dari seseorang sebagai persyaratan untuk memegang suatu jabatan atau pekerjaan mengajar (guru).29 Sedangkan menurut E. Mulyasa kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, tehnologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.30 Jadi
kompetensi
pendidik
adalah
seperangkat
pengetahuan,
ketrampilan, dan prilaku dalam rangka menjalankan tugasnya sesuai profesinya. Yakni sebagai pendidik atau guru yang membina siswa
28
Syaiful Bahri Djamarah, (1994), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 33 29 Baharuddin Harahap, (1995), Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, Damai Jaya, Surabaya, hlm. 13 30 E. Mulyasa, (2007), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Remaja Rosda Karya, Bandung,, hlm. 26
17
dengan cara mengembangkan potensi-potensi yang dalam diri siswa. Dengan demikian maka kompetensi guru mutlak dimiliki oleh jabatan seorang guru.
Kompetensi Profesional
Kata profesi identik juga dengan kata keahlian, demikian juga Jarvis (1983) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seseorang yang ahli (expert) pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, tehnik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas.31 Guru sebagai suatu jabatan profesional berarti orang yang bekerja pada bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaannya masing-masing.32 Kemampuan profesional menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan berdasarkan
keahlian
atas
berbagai
kasus
serta
mampu
mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya sebagai guru. 33 Guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik disamping harus selalu mengembangkan pribadi dan profesinya secara 31
Martinis Yamin (2007), Profesioanlisme Guru & Implementasikan KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hlm. 3. 32 Hadari Nawawi, (1999), Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Tema Baru, Jakarta, hlm. 123 33 Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini. (2012), Pengembangan Profesi Guru, Teras, Yogyaarta, hlm 123.
18
terus menerus, juga dituntut mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. kewenangan
profesionalnya,
guru
34Dalam
dituntut
untuk
menjalankan memiliki
keanekaragaman kecakapan (competencies), yang meliputi: 1) Kompetensi Kognitf (kecakapan ranah cipta) Kompetensi kognitif adalah kemampuan yang mengandung bermacam-macam pengetahuan, baik yang bersifat deklaratif maupun yang
bersifat
prosedural.
Pengetahuan
deklaratif
(declarative
knowledge) maupun yang bersifat 35 2) Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa) Kompetensi rana afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga amat sukar diidentifikasi. Kompetensi ranah ini sebenarnya meliputi seluuruh fenomena perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain namun demikian sikap afektif (rana rasa) yang paling penting dan paling sering dijadikan objek penelitian dan pembahasan dalam psikologi pendidikan yaitu sikap dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan. 36 Sikap dan perasaan diri itu meliputi: Selfconcept dan self esteem, Self-efficacy dan contextual efficacy, Attitude of self acceptance and others acceptance. 34
E. Mulyasa, Op Cit, hlm. 26 Muhibbin Syah, (2011), Paikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakrya, Jakarta, hlm. 230 36 Muhibbin Syah, Op Cit, hlm. 231 35
19
3) Kompetensi Psikomotorik (kecakapan ranah karsa) Kompetensi psikomotorik guru meliputi segala ketrampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah ketrampilan-ketrampilan rana karsa yang langsung berkaitan dengan bidang studi garapannya. Secara garis besar kompetensi ini di bagi menjadi dua antara lain adalah; pertama adalah Kecakapan fisik umum, kecakapan fisik umum, direfleksikan (diwujudkan dalam gerak) dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru, seperti: duduk, berdiri, berjabat tangan, dan sebagainya. Kedua adalah Kecakapan fisik khusus, kecakapan ranah karsa guru yang khusus,
meliputi:
ketrampilan-ketrampilan
ekspresi
verbal
(pernyataan lisan) dan non verbal (pernyataan tindakan) tertentu yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses mengajar belajar. Seorang guru yang memenuhi persyaratan kemampuan profesional baik pendidik maupun pengajar atau pelatih, untuk menjamin proses belajar mengajar dan hasil belajar yang bermutu. Maka guru juga harus memiliki nilai-nilai estetika.37 Nilai estetika tersebut
meliputi
ketrampilan-ketrampilan
mengajar,
yang
merupakan kompetensi profesional, sebagai integrasi dari berbagai potensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney, sebagaimana 37
Mujtahidin (2011), Pengembangan Profesi Guru, UIN Maliki Press, Malang , hlm. 5.
20
dikutip Mulyasa, menggungkapkan bahwa delapan ketrampilan mengajar sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran. 38 Guru, khususnya guru agama adalah cerminan pribadi yang mulia, anak didik adalah cerminan pribadi yang dinamis, keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dalm pembinaan pribadipribadi paripurna. Dalam proses pendidikan guru yang profesional yang ditandai dengan kemampuan/kompetensi-kompetensi yang harus dimilki oleh guru. Sebagaimana dalam hadits dibawah ini:
َاعة َّ إِ َذا ُو ِس َد أاْل أَم ُر إِ َل غَ أِي أ أَهلِ ِه فَانأ تَ ِظ أر َ الس Terjemah: Nabi SAW Bersabda, “Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah saatnya (kehancurannya)” 39
Hadist tentang profesioanal guru tersebut berkorelasi dengan al-Qur’an surat An-Nisa, ayat 58, dalam ayat ini merupakan isyarat tentang perlunya kompetensi-kompetensi guru dalam membina dan meningkatkan mutu
guru agar menjadi guru yang profesional.
Sebagaimana Firman Allah di bawah ini: ُ اّلله ِا ِدتََّ هأ ِد َّ اّلله هأمُر ُُك ُم ُ ن ه ُن ؤ ُ هدُاو ا ُاَأ ه هرَاهَ ِ ِإىهأ ن ه ُل ِهاهَ ه ِإاها هك هم ُتم ُ ُ هي ُن ه اىَََّ ِ ن ه ُن ؤ هكُ ُم ُت ا ِي َُى هد ُل ِ ِإ َّن َّ ِإ َّن ُ ُ ُم َّ يِ ِه إِ َّن نكا ً س ِتندًَ يه ِص اّلله مهَنه ه Artinya: Sesungguhnya Allah menyeruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyeruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
38
Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini. Op Cit, hlm. 168. Ibnu Hajar Al-‘Asqolãnî (1997), Fathul Bãrî Syarhu Shahih Al-Bukhãrî, Dar-al Kutub al Ilmiyah, Beirut, jilid. 1, hlm. 188 39
21
pengajaran yang sebaik baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. 40 Dengan mengutip hadits Rasullah Saw. Yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Imam al-Maraghi, berpendapat, bahwa ayat tersebut turun berkenaan penyerahan kunci ka’bah dari Rasullah Saw. Kepada Usman ibnu Thalhah pada peristiwa Futuh al-Makkah. Pada saat itu ada di antara keluarga Nabi Muhammad Saw. Seperti Ali Ibn Abi Thalib, dan Al-Abbas yang ingin mendapatkan kepercayaan mengurusi kunci ka’bah tersebut. Namun, Nabi Muhammad Saw. Tetap menyerahkan kunci ka’bah itu kepada Usman Ibnu Thalhah, karena ia anggap lebih ahli, berpengalaman dan profesional dibandingkan yang lain.
3. Tinjauan Umum Tentang Akhlak Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq didalam kamus Al-Munjid berarti pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.41
Departemen Agama Republik Indonesia (1999), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Maghfiro Pustaka Jakartaa, hlm. 87. 41 Abudin Nata dan Fauzan (2005), Pendidikan Dalam Perspektif Hadist,UIN Jakarta Press, Ciputat, hlm, 273 40
22
Adapun pengertian akhlak menurut istilah ada beberapa pendapat ulama, antara lain: Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. 42 Dari pengertian-pengertian diatas memberi gambaran bahwa akhlak adalah tingkah laku yang merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa di buat-buat atau spontan atau tanpa ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan spontan itu dinamakan akhlak yang baik (al-akhlakul karimah/ al-akhlakul mahmudah). Sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk disebut al-akhlakul madzmumah. 43 Ruang Lingkup Akhlak meliputi: 1) Akhlak kepada Khaliq (pencipta), 2) Akhlak kepada makhluk, meliputi: Akhlak kepada diri sendiri, Akhlak kepada Keluarga seperti: akhlak kepada orang tua dan akhlak kepada saudara. Dan akhlak kepada masyarakat, seperti: akhlak kepada guru, akhlak kepada tetangga, dan akhlak kepada sesama manusia. 3) akhlak terhadap Lingkungan.44 Pembinaan perkembangan akhlak agar terwujudnya manusia yang ideal, anak yang bertakwa kepada Allah SWT dan cerdas. Zakia Daradjat membuat sebuah rumusan dimana dia berpandangan bahwan pendidikan 42
Rosihan Anwar (2008), Akhlak Akhlak, CV Pustaka Setia, Bandung, hlm, 205 Rosihan Anwar, Op. Cit, hlm, 15 44 Jamil, Op. Cit, hlm, 6 43
23
akhlak adalah untuk membentuk karakter muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji.45 Dalam Hadits Rasullah, yangits dibawah ini. ه ع ُ ن ه ِيي ُل هكأ هُكةه هقَ ه َّ صهَّأ َّ ُ س اّللُ ه ُ قهَ ه هر اّللِ ه ُ َر ُم ُ ِخنه ُ سَُ ُا ُ ُخهُ ًقَ ه ِخ هن ُ سَ ِئ ِا َر ُم ُ ِىَِ ه س َّه ه ن ه ُم هت ُل ُاىت ُُد ِرَِن ه ِإأ هتَاًَ نهكُ ه عهه ُن ِه ه ه 46َخهُ ًق ُ
Artinya: Paling sempurnanya orang mukmin imannya yaitu yang paling baik budi pekertinya, dan pilihanmu adalah pilihanmu kepada wanita mu’min yang budi pekertinya baik. Di dunia pendidikan, pembinaan akhlak tersebut dititik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.47
Dan
lingkungan-lingkungan
yang
mempengaruhi
Pembinaan perkembangan akhlak siswa, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Tidak hanya lingkungan keluarga,
lingkungan
sekolah
namun
lingkungan
masyarakat
pun
mempunyai kewajiban untuk membina perkemabangan akhlak siswa. Dengan
demikian,
masyarakat
ikut
memikul
keikutsertaan
dalam
membimbing dan perkembangan akhlak siswa. 48
45
Zakiah daradjat (2005), Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, CV Ruhama, Jakarta, hlm. 67 46 Abu Isa Muhammad (2001), Sunan At-Tirmidzi, Daar al Fikr, Beirut, jilid II hal.386 47 Sudarsono (1989), Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 147 48 Risnayanti (2004), Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-kanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi, Perpustakaan Umum, Jakarta, hlm, 31
24
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti berusaha mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel yang lain (variabel X dan Y) untuk memahami suatu fenomena. Dalam hal ini adalah Implementasi PAI Kurikulum, Kompetensi profesional guru PAI dan Perkembangan Akhlak Siswa Madrsyah Aliyah di Kabupaten Bangkalan 2. Subyek penelitian a.
Siswa Untuk menentukan subyek penelitian siswa maka harus melalui adanya penentuan Populasi dan Sampel penelitian. Populasi sendiri adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama.
49
Adapun yang menjadi subyek penelitian dari
penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah siswa kelas X di MA di Kabupaten Bangkalan. Arief Furchan mengatakan bahwa sampel adalah sebagian populasi. 50 Dalam penarikan sampel jika populasi cukup homogen. Terhadap populasi dibawah 100 dapat digunakan sampel sebesar 50%
49
Suharsimi Arikunto (1993), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, hlm, 62 50 Arief Furchan (1998), Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, hlm, 189
25
dan diatas 100 sebesar 15%.51 Dalam penelitian ini peneliti mengambil 15% dari seluruh siswa kelas X MA di Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini teknik pengambilan sampelnya secara Random Sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan tingkat kelas tertentu kemudian setiap kelas dipilih secara acak. b. Guru Semua Guru PAI kelas X yang mengajar di MA di Kabupaten Bangkalan. Peneliti menjadikan subyek penelitian karena guru kelas X PAI merupakan pelaksana implementasi kurikulum 2013 PAI.
3. Jenis dan Sumber Data a) Jenis Data Data adalah hasil pencatatan baik yang berupa fakta maupun angka.52 Jenis data \yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : 1. Data Kualitatif Yaitu data yang tidak dapat diukur secara langsung atau data yang tidak berbentuk angka. Data ini meliputi data tentang implementasi PAI kurikulum 2013, Kompetensi profesional Guru
51
Amadi Pasaribu (1983), Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metode Tehnik, Ghalia Indonesia, Bandung, hlm, 291 52 Ibid., hlm, 114
26
PAI, perkembangan akhlak siswa, sejarah berdirinya MAN Bangkalan, struktur organisasi, letak geografis, keadaan guru, karyawan, siswa, dan lain-lain. 2. Data Kuantitatif Yaitu data yang dapat diuraikan dan dihitung secara langsung karena berupa angka. Data ini meliputi hal-hal yang berhubungan dengan jumlah siswa, guru, dan juga data-data lain yang berupa angka. b) Sumber Data Sumber data yang digunakan ada dua macam : 1. Data Primer Data ini merupakan data pokok yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan dalam rumusan masalah. Data ini meliputi data hasil angket, observasi, dan dokumentasi. 2. Data Sekunder Data ini bersumber dari data-data pelengkap yang mendukung hasil penelitian. Data-data tersebut antara lain adalah data yang berkaitan dengan kondisi
di MA di Kabupaten
Bangkalan, struktur organisas di MA, dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan.
27
4.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini termasuk penelitian field reserch (Penelitian lapangan). Untuk mendapatkan untuk memperoleh data yang objektif, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut : a. Angket Angket adalah Daftar pertanyaan yang berisi mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden terutama pada penelitian survai.53 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang: 1) Implementasi PAI kurikulum 2013 dengan subyek guru, dan 2) Perkembangan Akhlak siswa dengan subyek adalah guru, orang tua dan siswa. b. Wawancara Wawancara adalah, suatu proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik antara satu dengan lainnya. 54 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang:1) proses pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dengan sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga diharapkan diperoleh data yang valid, yang diwawancarai adalah Guru Pendidikan Agama Islam, dan 2) Kompetensi profesional guru PAI, bagaimana guru mengunnakan kompetensi profesional mereka untuk menciptakan pembelajaran
53
Cholid Nurbuko dan Abu Ahmadi (1997), MetodologiPenelitian, Bumi Aksara, Jakarta, hlm, 97
54
Anas Sudijono (1996), Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo, Jakarta, hml, 82
28
secara optimal sehingga hasilnya pembelajaran yang dilakukan diperoleh secara maksimal, yang diwawancarai adalah guru PAI MA di Kabupaten Bangkalan, dan 3) perkembangan akhlak siswa, bagaimana memperoleh data sehubungan dengan perkembangan akhlak siswa dan untuk mendapatkan data yang valid. Ma samping angket yang diberikan ke siswa maka yang di diwawancarai adalah Guru Pendidikan Agama Islam, dan orang tua. c.
Observasi (pengamatan) Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan yang sistematis dan secara langsung ke suatu objek.55 Dalam kaitan dengan penelitian ini, observasi digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung tentang: 1) Implementasi PAI kurikulum 2013, dengan mengobservasi proses belajar mengajar PAI apa sudah mengarah sesuai dengan kurikulum 2013 atau belum, dan 2) Perkembangan Akhlak siswa, apakah ada perkembangan akhlak siswa lebih baik setelah menerima pembelajaran PAI dengan menggunakan kurikulum 2013 dengan sebelumnya.
d.
Dokumentasi Dari metode dokumentasi ini akan diperoleh data-data atau variabel yang berupa catatan, buku, transkrip, surat kabar, agenda, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, dokumentasi
55
Mardalis (2006), Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, hml, 63
29
digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang, antara lain: 1) Data tentang konten materi pelajaran PAI Kurikulum 2013, 2) Data nilai hasil belajar mata pelajaran PAI siswa, 3) Data yang berkaitan dengan kondisi tempat penelitian, dan 4) Data tentang keadaan siswa, guru dan karyawan. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.56 Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah: a) Instrumen berupa angket Digunakan
peneliti
untuk
mendapatkan
data
ketika
menggunakan metode angket. b.
Instrumen berupa check list Instrumen ini digunakan ketika mengumpulkan data dengan metode observasi dan dokumentasi.
6.
Analisis Data Setelah data terkumpul maka tahap berikutnya adalah menganalisa data. Ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu : a) Pengolahan Data
56
Suharsimi Arikunto, Opcit, hlm 136
30
Dalam mengelola data yang diperoleh, ada beberapa tahapan, yaitu: a) Editing yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. b) Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori. Bisanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. c)
Tabulasi adalah membuat tabel jawaban-jawaban yang sudah diberi kategori, kemudian jawaban dimasukkan dalam tabel.
7.
Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah terkumpul diperlukan teknik analisis data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis statistic adalah: berupa angka sehingga menjadi data yang kuantitatif. Analisa kuantitatif ini menggunakan analisis dengan Rumus Prosentase untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kurikulum 2013 PAI, kompetensi profesional guru PAI, dan bagaimana akhlak siswa, adalah dengan rumus :
P=
F 100% N
31
Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah responden.57 Untuk mengetahui kualitas variabel X dan Y peneliti mengkonsultasikan hasil prosentase keseluruhan dari jawaban di atas pada standar sebagai berikut : 75 % - 100 %
= Baik
56 % - 75 %
= Cukup
40 % - 55 %
= Kurang baik
Kurang dari 40 % = Sangat kurang baik58 Untuk menjawab permasalahan keempat dari rumusan masalah di atas, peneliti menggunakan teknik statistik Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis statistic korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :
N ∑ XY – (∑ X )( ∑ Y) r xy = √ 57 58
Ibid, 115 Anas Sudjiono (1996), Pengantar Statistik, Rajawali Press, Jakarta,hlm, 40
32
{ N ∑ X 2 – ( ∑ X )2 }{N ∑Y) 2}
Keterangan : r
: Koefisien korelasi
X
: Variabel bebas, yaitu Implementasi PAI kurikulum 2013
Y
: Variabel terikat, yaitu perkembangan akhlak siswa
∑
: Jumlah
N
: Jumlah Sampel Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
“r” product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment. Tabel 1 Nilai r product moment Besarnya Nilai
Interprestasi
Antara 0,800 – 1,000
Tinggi
Antara 0,600 – 0,800
Cukup
Antara 0,400 – 0,600
Agak Rendah
Antara 0,200 – 0,400
Rendah
Antara 0,000 – 0,200
Sangat Rendah
Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan atau tidak, mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap variabel Y dengan digunakan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
33
KD = r2x100% Keterangan: KD =Nilai Koefision Determination (kontribusi variabel X terhadap variabelY) r = Nilai koefisien korelasi Kemudian menguji signifikansi dengan rumus t hitungan : t hitungan = = Keterangan : t hitung = Nilai t r = Nilai koefisien korelasi antara variabel X dan Y. n = Jumlah sampel Kaidah pengujian:
Dengan menghitung besanya Koefisien determinasi. Koefisien determinasi mengkudratkan koefsien korelasi yang telah ditemukan, selanjutnya dikalikan dengan100%. Koefisien determinasi (penentu) dinyatakan dalam persen.Jika thitung ≥ t tabel
maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y diterima. Tetapi jika t
hitung
≤t
tabel
maka hipotesis yang menyatakan
adanya variabel X dan terhadap variabel Y ditolak. Setelah itu, peneliti akan mencocokkan hasil perhitungan manual dengan program aplikasi SPPS, menggunakan program aplikasi SPPS Rho, dan yang terakhir membuat kesimpulan.
34
H.
Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah penyajian hasil penelitian, maka sistematika pembahasan penelitian ini diuraikan sebagai berikut : Bab pertama adalah Pendahuluan terdiri dari tujuh sub bab yaitu: latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua adalah landasan teori, terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama membahas tentang tinjauan umum implementasi kurikulum 2013 yang terdiri atas : definisi implementasi, Pendidikan Agama Islam, kurikulum 2013, dan kunci sukses kurikulum 2013, sub bab kedua adalah definisi kompetensi profesional guru, jenis-jenis kompetensi profesional guru, Usaha-Usaha untuk Mengembangkan Kompetensi Profesional Guru, dan kompetensi profesioanal guru dalam prespektif Islam. Sub bab ke tiga adalah membahas tentang tinjauan umum
perkembangan
akhlak, meliputi;
pengertian perkembangan akhlak, Ruang lingkup akhlak, Pembinaan perkembangan Akhlak, faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan perkembangan akhlak. Sub bab ketiga tentang pengaruh implementasi PAI kurikulum 2013 terhadap perkambangan akhlak siswa. Bab ke tiga adalah laporan hasil penelitian, dalam bab ini menguraikan tentang laporan hasil penelitian yang meliputi sub bab pertama, yaitu ; Sejarah singkat MAN Bangkalan, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan, siswa, sarana dan prasarana di MAN Bangkalan.
35
Sub kedua yaitu; penyajian dan analisa data yang merupakan hasil empiris yang diteliti dari lapangan. Bab ke empat adalah penyajian dan analisa data yang merupakan hasil empiris yang diteliti dari lapangan. Bab ke lima adalah Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.
36
DAFTAR PUSTAKA
al Islam, B.A (1993), Buku Pedoman kuliah Mahasiswa untuk Mata Pelajaran PAI, PT. RajaGrapindo Persada, Jakarta. an Nahlawi, A (1995), Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani, Jakarta. Abduhzen, M, “Urgensi Kurikulum 2013”, Kompas, 21/2/2013. Abidin, Y (2014), Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, PT. Refika Aditama, Bandung. Anwar, R (2013), Akhlak Tasawuf, CV Pustaka Setia, Bandung Arikunto, S (1993), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Budiningsih, A (2004), Pembelajaran Moral; Berpijak Pada Karakteristik Siswa Dan Budayanya, PT Rineka Cipta, Jakarta. Daradjat, Z (2005), Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, CV Ruhamad, Jakarta Departemen Agama Republik Indonesia (1999), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Maghfiro Pustaka, Jakarta. Djamarah, S. B (1994), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya. Driana, E, “Gawat Darurat Pendidikan” (Kompas, 14/12/2012). Echols, J. M dan Sadizly, H (1995), Kamus Inggris Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Fathurrohman, M & Sulistyorini. (2012), Pengembangan Profesi Guru, Teras, Yogyaarta. Furchan, A (1998), Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya. Hamalik, O (2007), Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
37
Harahap, B (1995), Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, Damai Jaya, Surabaya. Hidayat, S (2013), Pengembangan Kurikulum Baru, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Hosnan, M (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad ke 21: Kunci sukses Implementasi Kurikulum 2013, Ghalia Indonesia, Bogor. Indratno, A. F (2013), Menyambut Kurikulum 2013. PT Kompas Media Nusantara, Jakarta. Jamil (2013), Akhlak Tasawuf, Referensi, Jakarta Kunandar (2007), Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Raja Rafindo Persada, Jakarta Mardalis (2006), Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi, Jakarta. Mujtahidin (2011), Pengembangan Profesi Guru, UIN Maliki Press, Malang. Mulyasa, E (2014), Guru dalam Implementsi Kurikulum 2013, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta. Mulyasa, E (2007), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Remaja Rosda Karya, Bandung. Mulyasa, E (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakarya, Bandung. Mulyasa, E (2013), Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi, PT. Remaja Rosda Karya,Bandung Mulyasa, E (2014), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013; Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Nata, A (1996), Akhlak Tasawuf, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nata, A dan Fauzan (2005) Pendidikan Dalam Perspektif Hadist,UIN Jakarta Press, Ciputat Nata, A (2012), Kapita Selekta Pendidikan Islam (Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islamt, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
38
Nawawi, H (1999), Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Tema Baru, Jakarta. Nurbuko, C dan Ahmadi, A (1997), MetodologiPenelitian, Bumi Aksara, Jakarta. Pasaribu, A (1983), Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metode Tehnik, Ghalia Indonesia, Bandung. Perum Penerbitan dan Percetakan (1998), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013, Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013, Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64,tahun 2013 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013, Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013, Standar penilaian Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013, Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah, hlm.9 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 Perum Penerbitan dan Percetakan (1998), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Sudarsono (1989), Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Bina Aksara, Jakarta. Sudjiono, C (1996), Pengantar Statistik, Rajawali Press, Jakarta. Syah, M (2011), Paikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakrya, Jakarta. Risnayanti, (2004) Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanakkanak Islam Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi Perpustkaan Umum, Jakarta. Wiyani, N.A (2012), Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan Taqwa, Sukses Offset. Jakarta.
39
Yamin, M (2007), Profesioanlisme Guru & Implementasikan KTSP, Persada Press, Jakarta.
Gaung
Zahrudin. AR & Sinaga, H (2004), Pengantar Studi Akhlak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Zuhairini (1998), Metode Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya.
40
41