13
BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah setrategis dan menentukan. "Ada yang berpendapat bahwa guru merupakan komponen vital dalam pendidikan tapi guru bukanlah segala–galanya dalam pendidikan, guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi pendidikan anak".1 Seorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya. Kecakapan kerja tersebut diterapkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atu warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten tersebut mampu bekerja di bidangnya secara efektif-efisien. Kadar kompetensi profesional guru tidak hanya menunjuk kuantitas kerja tetapi sekaligus menunjuk kualitas kerja.2 Guru merupakan profesi (jabatan) atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan. Meskipun dalam perkembangan ilmu pedagogis sekarang, wacana peran totalitas penentu keberhasilan pendidikan seperti itu banyak ditentang seiring dengan munculnya teori-teori psikologi kepribadian, namun wacana baru tersebut tidak bisa mengeliminer secara total peran guru dalam proses pendidikan. Sehingga
bagaimanapun juga kompetensi
masyarakat terhadap guru masih sangat tinggi. Di tangan gurulah harapan masyarakat untuk membangun generasi penerus diberikan. 1
Hadi Supeno, Potret Guru (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 42. A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Universitas Sanata Darma: Penerbit Kanisius,1994), hlm. 44. 2
14
A. DEFINISI GURU PAI 1. Pengertian guru Arti guru secara etimologi, Menurut seorang Ahli Bahasa dari Belanda J.E.C Gericke dan T Roorda seperti yang dikutip oleh Hadi Supeno, kata guru berasal dari Bahasa Sansekerta, yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti pengajar.3 Sedangkan secara terminologis, dapat dikemukakan beberapa pengertian guru sebagaimana berikut : 1. Ngalim Purwanto dalam Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis mengemukakan bahwa semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut guru, misalnya guru silat, guru mengetik, guru menjahit, dan guru sekolah yang tugas pekerjaannya selain mengajar, memberikan macam-macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak-anak juga mendidik.4 2. Syaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif memberikan makna sederhana guru sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.5 3. Ahmadi, dalam bukunya Ilmu Pendidikan memberi makna pendidik (guru) sebagai orang yang memberi atau melaksanakan tugas mendidik, yaitu secara sadar bertanggung jawab dalam membimbing anak untuk mencapai kedewasaannya.6 4. Emily Fisher memberikan batasan guru dengan : A teacher is definitely one of the most influential role models that every individual child will have while growing up. In this role, a teacher is a person who needs to care deeply about the well-being of all students. Each teacher also has the ability to influence the future 3
Hadi Supeno, Op.Cit., hlm. 26. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm. 138. 5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31. 6 Ahmadi, Ilmu Pendidikan ( Suatu Pengantar ), (Salatiga: CV. Saudara, 1984), hlm. 68. 4
15
of human-kind greatly by giving every student an equal chance to learn the material present in the curriculum and the ideals of the social world. A teacher should be a person who works very hard to educate students to the best of all abilities. By doing this the teacher also is a person who can open up many great opportunities for the students futures. A teacher plays numerous roles in society that have an immense impact on the outcome of the world future. A teacher is an educator, a role model and a caregiver7. 5. Dictionary of Education, batasan guru adalah : A Teacher is : (1) A person employed in an official capacity for a purpose of guiding and directing the learning experience of pupil in educational institution, either public or private (2) A person who because of rich or unusual experiences or education or both in a given field is able to contribute to the growth an development of other person who come in contract with him. (3) A person who has completed professional curriculum in a teacher education institution and whose training has been officially recognized by the award of an appropriate teaching certificate (4) A person who teachs either8. 6. Dr. Muhaimin, MA, dengan mengacu pada terminology Kependidikan Islam mendefinisikan guru sebagai ustadz, mu'allim, murabby, mursyid, mudarris dan muaddib; Kata Ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang professor, dimana guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya; Kata Muallim berasal dari kata dasar ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu, ditinjau dari pengertian ini kata guru mengandung makna bahwa guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan membangkitkan siswa untuk mengamalkannya; Kata Murabby bermakna pendidik yang bertugas mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka pada dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya; Kata guru yang mengadopsi Mursyid berarti bahwa seseorang yang bertugas menularkan penghayatan (internalisasi) akhlak dan atau kepribadiannya kepada peserta 7
Emily Fisher, www.aulax.edu
16
didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya etos kerjanya, etos belajarnya maupun dedikasinya yang serba Lillahi Ta'ala; Sedangkan kata mudarris yang diderivasi dari kata darasa-yadrusu- darsanwadurusan wa dirasatan, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, mempelajari, mempunyai makna seorang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan dan memberantas kebodohan mereka serta melatih kemampuan keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Dan Kata Muaddib mempunyai makna seorang yang beradab yang memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa depan.9 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam a. Prof. DR. H. Achmadi, dalam bukunya Ideologi Pendidikan Islam mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman (religiousitas)
subyek
didik
agar
lebih
mampu
mengahayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
memahami,
10
b. Menurut Dr. Zakiah Darajat, dkk. dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agam Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).11
ﻮﻥ ﻤ ﺴِﻠ ﻣ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺍ ﻦ ِﺍﱠﻟﺎ ﺗﻮ ﻤ ﺗ ﻭﹶﻟﺎ ﺗ ﹶﻘﺎ ِﺗﻪ ﻖ ﺣ ﷲ َ ﻮﺍ ﺍ ﺗ ﹸﻘﻮﺍ ﺍ ﻨﻣ ﻦ ﹶﺃ ﻳﻳﻬﹶﺎﹼﺍﹶﻟ ِﺬﻳﺂﹶﺍ (102 )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ 8
Syafrudin Nurdin (ed.), Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 8. 9 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam ,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 209. 10 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 29. 11 Zakiah Darajat dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 86.
17
" Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (ajaran Islam)." (Q.S. Ali Imran: 102 ). c. Menurut KPPN (Komite Pembaharuan Pendidikan Nasional), Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.12 d.
Menurut Ditbinpaisun (Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri ), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, mengahayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya apat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.13
ﻨ ﹰﺔﺴ ﺣ ﺮ ِﺓ ﻭِﻓﻰﺍﹾﻟﺎ ِﺧ ﻨ ﹰﺔﺴ ﺣ ﻴﺎﻧﺪ ﻨﺎ ِﻓﻰﺍﻟﺑﻨﺂ ﺍِﺗﺭ ﻮ ﹸﻝ ﻳ ﹸﻘ ﻦ ﻣ ﻢ ﻬ ﻨﻭ ِﻣ (101 ﻨﺎﺭ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺏ ﺍﻟ ﻋ ﹶﺬﺍ ﻨﺎﻭِﻗ "Diantara mereka ada yang berkata, ya Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka". (Q.S. Al Baqarah: 101 ) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi guru PAI adalah orang yang mendidik dan merasa bertanggung jawab dalam membimbing dan mengasuh anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami
dan
mengamalkan
ajaran-ajaran
agama
Islam
menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari (the way of life).
12 13
Ibid.. Ibid.,.hlm. 88.
serta
18
B. TANGGUNG JAWAB, TUGAS DAN PERAN GURU PAI 1. Tanggung Jawab Guru PAI Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa dengan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari. Selain itu guru adalah orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah SWT. berfirman:
ﺱ ﹶﺃ ﹾﻥ ِ ﻨﺎﻦ ﺍﻟ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇ ﹶﺫﺍ ﻬﺎ ﻫِﻠ ﺕ ِﺇﹶﻟﻰ ﹶﺃ ِ ﻧﺎﻣﺎ ﻭﺍﺍﹾﻟﹶﺄ ﺩ ﺗﺆ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺮ ﹸﻛ ﻣ ﻳ ﹾﺄ ﷲ َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﺮﺍ ﻴﺼ ِ ﺑ ﻌﺎ ﻴﺳ ِﻤ ﷲ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ َ ﻢ ِﺑﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻳ ِﻌ ﹸﻈ ﹸﻜ ﻤﺎ ﷲ ِﻧ ِﻌ َ ﺪ ِﻝ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻌ ﻮﺍ ِﺑﺎﹾﻟ ﻤ ﺤ ﹸﻜ ﺗ (58 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yanga berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat ". ( Q.S. An-Nisa: 58 ).14 Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksana pendidikan Islam guru tidak hanya bertugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberi pendidikan yang berwawasan
19
manusia seutuhnya. Guru hendaknya mencontoh peranan yang telah dilakukan para Nabi dan pengikutnya. Tugas mereka pertama-tama ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu Al-Kitab.15 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
ﺩﺍ ﺒﺎﻮﺍ ِﻋ ﻧﺱ ﹸﻛﻮ ِ ﻨﺎﻮ ﹶﻝ ِﻟﻠ ﻳ ﹸﻘ ﻢ ﻮ ﹶﺓ ﹸﺛ ﺒﻨﻭﺍﻟ ﻢ ﺤ ﹾﻜ ﻭﺍﹾﻟ ﺏ ﺘﺎﷲ ﹾﺍﻟ ِﻜ ُ ﻪ ﺍ ﻴﺆِﺗ ﻳ ﺸ ٍﺮ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺒﻣﺎ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ ِﻟ ِ ﻭ ِﻥ ﺍ ﺩ ﻦ ﻰ ِﻣ ِﻟ ﻢ ﺘﻨﻤﺎ ﹸﻛ ﺏ َﻭِﺑ ﺘﺎﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﻤ ﻌﱢﻠ ﺗ ﻢ ﺘﻨﻤﺎ ﹸﻛ ﻦ ِﺑ ﻴﻴﺑﺎِﻧﺭ ﻮﺍ ﻧﻦ ﹸﻛﻮ ﻭﹶﻟ ِﻜ ﷲ (79 : ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﺳ ﺭ ﺪ ﺗ " Tidak wajar sebagai seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: " Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah ". Akan tetapi (hendaknya ia berkata), " hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani (yaitu orang-orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT), karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya ". ( Q.S. Ali Imran: 79 ).16 Sebagai pemegang amanat orang tua untuk mendidik ia bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konversasi nilai. Karena melalui poses pendidikan diusahakan tercipta nilai-nilai baru. Tanggung jawab guru ini meliputi tanggung jawab moral, tanggung jawab pendidikan di sekolah, tanggung
jawab guru dalam
bidang kemasyarakatan dan tangung jawab dalam bidang keilmuan. a. Tanggung jawab moral Setiap guru yang profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mengamalkan dan mewariskan moral pancasila itu serta nilai–nilai Undang–Undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini merupakan
14 15 16
R.H.A.Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Al Waah, 1993), hlm. 128. Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: logos, 1999), Cet.II, hlm. 95. R.H.A. Seonarjo, Op.Cit., hlm. 89.
20
tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia. Selain itu guru agama juga mempunyai tanggung jawab yang berat di samping tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi peserta didik sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT. b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah Guru bertanggung jawab dalam pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina pribadi, watak dan jasmaniah peserta didik, menganalisis kesulitan belajar mengajar serta menilai kemajuan belajar peserta didik. Agar dapat mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya, maka setiap guru harus memiliki kompetensi yaitu menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pembelajaran, mampu memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi peserta didik, memberikan nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar. c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan Guru adalah warga masyarakat yang bertanggung jawab serta dalam memajukan kehidupan masyarakat, memajukan persatuan dan kesatuan
bangsa,
menyukseskan
pembangunan.
Untuk
dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dalam masyarakat maka guru harus mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan "Guru bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu yang menjadi spesialisnya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan. Agar dapat
21
melaksanakan tanggung jawab ini maka ia harus mempunyai kompetensi tentang cara mengadakan penelitian".17 Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru profesional sebagaimana dikutip oleh Abidin Ibnu Rusn, Al-Ghazali menyebutkan beberapa hal sebagai berikut: a) Guru adalah orang tua kedua di depan peserta didik. b) Guru sebagai pewaris Ilmu Nabi. c) Guru sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan peserta didik . d) Guru sebagai sentral figur bagi peserta didik. e) Guru sebagai motivator bagi peserta didik. f) Guru sebagai seorang yang memahami tingkat perkembangan intelektual peserta didik. g) Guru sebagai teladan bagi peserta didik.18 Menurut Imam Almawardi sebagaimana
dalam bukunya
H. Abuddin Nata, menyatakan bahwa seorang guru akan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara profesional apabila dalam melakukan tugas dan tanggung jawab tersebut didasarkan pada sikap ikhlas. Hal ini ditandai dengan beberapa sikap yaitu: a. Selalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna mendukung pelaksanaan PBM seperti penguasaan terhadap bahan pembelajaran, pemilihan metode, penggunaan sumber dan media pembelajaran, pengelolaan kelas dan sebagainya. b. Disiplin terhadap peraturan dan waktu. c. Pengunaan waktu luangnya akan diarahkan untuk pengembangan kepentingan profesinya. d. Ketekunan dan keuletan dalam bekerja. e. Memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi.19 Abdul Aziz dalam bukunya
Guru PAI dan Tantangan Masa
Depan menerangkan bahwa seorang guru agama yang benar-benar sadar akan tugas dan tanggung jawabnya tersebut, maka tentulah ia akan selalu 17
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekataan kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet.II, hlm. 39-42. 18 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet.I, hlm. 67-68. 19 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet.II, hlm. 53-54.
22
mawasdiri, mengadakan introspeksi, berusaha selalu ingin berkembang maju, agar ia bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya lebih baik dengan selalu menambah pengetahuan, memperkaya pengalaman, meng " up grade " dirinya membaca buku-buku perpustakaan, mengikuti seminar, lokakarya, kursus-kursus penataran dan sebagainya.20 Tugas dan tanggung jawab tersebut di atas merupakan tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah, sehingga dibutuhkan suatu kesungguhan, keuletan, kesabaran dan ketekunan. 2. Tugas Guru PAI Tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan; pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang; pekerjaan yang dibebankan.21 Tugas guru adalah sesuatu yang wajib dikerjakan oleh guru yang menjadi tanggung jawabnya yaitu menjadi seorang guru (pengajar dan pendidik). Jadi tugas guru PAI secara garis besar meliputi empat hal yitu tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan.22 a. Tugas Profesi Tugas profesi guru PAI adalah mengajar, mendidik, melatih dan menilai atau mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar. 1. Mengajar Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam mentransfer
atau
memberikan
pengetahuan
dan
informasi
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik sesuai dengn pedoman dan petunjuk yang telah di tetapkan. Sebagaimana pendapat Zakiah Darajat, dkk., yang menyatakan bahwa tugas guru sebagai pendidik atau tugas mendidik itu berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar dan kegiatan bimbingan bahkan
20 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Cet.V, hlm.14. 21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002 ), Ed. III, Cet.II, hlm. 1215. 22 Abdul Aziz, " Guru Pendidikan Agama Islaam (PAI) dan Tantangan Masa Depan ", Himmah Jurnah Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. IV, Ed. 9, Januari-April, 2003, hlm.55.
23
dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan peserta didik senantiasa terkandung tugas mendidik.23 Akan tetapi aspek dominan yang dikembangkan dalam mengajar adalah aspek kognitif ( pengetahuan ). Untuk dapat melaksanakan kegiatan mengajar dengan baik, setiap guru apalagi guru PAI di tuntut untuk menguasai halhal sebagai berikut: a) Mampu merumuskan tujuan pembelajaran . b) Menguasai prinsip-prinsip belajar mengajar. c) Menguasai sumber belajar mengajar. d) Menguasai dan mampu mengintegrasikan antara pendekatan, metode dan teknik belajar mengajar. e) Mampu menggunakan sarana belajar mengajar dengan baik. f) Mendorong peserta didik untuk aktif. Apabila dalam mengajar guru tidak memperhatikan halhal yang tersebut di atas, maka hal itu merupakan pemborosan dan hanya membuang-buang waktu yang mengakibatkan tujuan tidak tercapai. 2. Mendidik Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberi contoh, tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru peserta didik dalam sikap dan perilaku yang baik (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari–hari. Adapun aspek yang dominan untuk dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah aspek afektif (sikap dan nilai). Di sinilah tugas utama guru Pendidikan Agama Islam, tidak hanya mengajar dalam arti mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi mentransfer nilai–nilai kepada peserta didiknya (transfer of value), yang akan diwujudkan dalam tingkah laku mereka sehari–hari. 23
Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Ed. I, Cet. II, hlm. 265.
24
Oleh karena itu, pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan dan nilai–nilai yang akan ditransfer. Hal ini sesuai pendapat Dr. Zafar Alam yang menyatakan bahwa: " ….. from the point of view education, the personality of teacher Interaksi Sosial of crucial importance. If the teacher embodies and reflects the value he Interaksi Sosial teaching than the impression he leaves on his pupils Interaksi Sosial very deep and indelible".24 " ….. di dalam pendidikan kepribadian seseorang guru adalah sangat penting. Jika guru mewujudkan dan menggambarkan nilai–nilai dia mengajar yang kemudian jejaknya dicontoh oleh para peserta didiknya sangat mendalam atau membekas dan tidak dapat dihilangkan ". Di sini terjadi proses transfer nilai–nilai yang ada pada guru (pribadi guru) kepada peserta didiknya yang kemudian pribadi guru akan tercermin pada pribadi peserta didik. Dengan demikian, secara esensial dalam proses pendidikan guru itu bukan hanya berperan sebagai " pengajar " yang transfer of knowledge tetapi juga "pendidik" yang transfer of values. "Ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan, akan tetapi menjadi contoh seorang pribadi manusia yang baik".25 3. Melatih Melatih adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam membimbing, memberikan contoh dan petunjuk–petunjuk yang praktis yang berkaitan dengan gerakan, ucapan perbuatan lainnya dalam rangka mengembangkan aspek psikomotor (ketrampilan) peserta didik. Adapun
aspek
yang
perlu
dikembangkan
dalam
Pendidikan Agama Islam antara lain adalah: Ibadah (khususnya)
24
Zafar Alam, Education Interaksi Early Islamic Periode, (Delhi: Markazi Maktaba Islami Publishers, 1997), Cet. II, hlm. 37. 25 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. IX, hlm. 136.
25
shalat, berwudlu, membaca dan menyalin Al–Qur'an, menjadi khatib, imam dan sebagainya. Oleh karena itu guru PAI dituntut untuk memiliki kualitas sebagai pelatih dari berbagai kegiatan keagamaan. Perlu diketahui bahwa: " ….. the success of the prophet as a teacher lies Interaksi the fact that the practice whatever he taught to others, and as such was the model for his companions, both Interaksi profession and practice".26 " ….. kesuksesan Nabi SAW. menjadi seorang guru itu terletak di dalam kenyataannya bahwa beliau mempraktekkan apa saja yang di ajarkan kepada orang lain dan sebgai contoh atau teladan bagi rekan–rekannya, di dalam pernyataan dan prakteknya sekaligus ". Oleh karena itu, selain menguasai teori, seorang guru juga harus bisa mempraktekkan apa yang diajarkan, sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat As–Shaaf ayat 2-3 :
ﻮﺍ ﻮﹸﻟ ﺗ ﹸﻘ ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ ِ ﺪﺍ ﻨﺘﺎ ِﻋﻣ ﹾﻘ ﺮ ﺒ( ﹶﻛ2) ﻮ ﹶﻥ ﻌﹸﻠ ﺗ ﹾﻔ ﻣﺎﹶﻟﺎ ﻮ ﹶﻥ ﻮﹸﻟ ﺗ ﹸﻘ ﻢ ﻨﻮﺍ ِﻟﻣ ﻦ ﹶﺃ ﻳﻬﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻳﻳﺂ ﹶﺃ (3-2 : ﻒ ( )ﺍﻟﺼ3) ﻮ ﹶﻥ ﻌﹸﻠ ﺗ ﹾﻔ ﻣﺎﹶﻟﺎ " Hai orang–orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa–apa yang tidak kamu kerjakan". ( Q.S. As-Shaaf : 2-3 ).27 Sebagai contoh dapat dikemukakan: sebagian bahkan semua peserta didik mengetahui bahwa shalat itu wajib, tetapi masih banyak peserta didik yang tidak shalat. Hal tersebut mengharuskan kita guru PAI khususnya guru mata pelajaran Fiqih untuk segera menyadari bahwa yag diberikan di sekolah bukanlah pelajaran agama Islam semata, akan tetapi "Pendidikan Agama Islam", 26 27
yang
menitikberatkan
Zafar Alam, Loc.Cit. R.H.A. Soenarjo, Op.Cit., hlm. 928.
pada
keterpaduan
antara
26
pengetahuan (kognitif) keterampilan (psikomotorik) yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari oleh peserta didik. 4. Menilai / mengevaluasi proses dan hasil belajar–mengajar. "Menilai atau evaluasi adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisa dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan".28 "Kegiatan penilian atau evaluasi PAI mencakup penilaian terhadap kemajuan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesudah mengikuti proses pembelajaran".29 Dengan melakukan evaluasi guru dapat mengetahui tingkat kemajuan belajar peserta didik, menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan memperoleh umpan balik atau feed back dari KBM yang dilakukan. Selain itu, penilaian juga merupakan balance antara rencana dan tujuan yang ingin dicapai. "Tanpa penilaian maka sulit mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana dan tujuan dapat dicapai dengan baik, apa kendala–kendala atau hambatan–hambatan yang dihadapi dan sebagainya".30 Oleh karena guru merupakan orang yang paling mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik, maka penilaian merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Agar penilaian dapat berjalan dengan baik, maka guru harus memperhatikan hal–hal sebagai berikut: 28
H. Abdullah Sukarta, Pedoman Pelaksanaan Mata Pelajaran Fiqih untuk Madrasah Aliyah, (Jakarta: Direktorat jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998), Cet. II, hlm. 146. 29 Zuhairini,dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), Cet. III, hlm. 146.
27
a. Memahami dengan jelas pengertian, tujuan dan fungsi penilaian. b. Memahami dengan jelas prinsip–prinsip penilaian. c. Menguasai dengan baik jenis, teknik dan cara penilaian. d. Menguasai dengan baik penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. e. Memahami dengan jelas standar penilaian.31 "Untuk dapat melaksanakan tugas dan profesinya tersebut di atas maka seorang guru agama harus mengetahui dan mempelajari ilmu pengetahuan keguruan".32
b. Tugas Keagamaan Guru dalam pendidikan Islam juga mengemban
tugas
keagamaan, yaitu tugas dai yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar). Ia harus dapat mencurahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mengajak dan membawa peserta didiknya menjadi insan yang bertakwa kepada Allah SWT. Tentu saja untuk dapat melaksanakan tugas ini seorang guru PAI harus bertakwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlakul karimah, karena ia ditiru dan dijadikan figur teladan oleh para peserta didiknya. c. Tugas Kemanusiaan Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati dan menjadi teladan peserta didiknya. Untuk itu diperlukan karakteristik kepribadian guru yang saleh. Karakter pribadi guru yang benar–benar mendidik dan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Sebab dalam Islam guru adalah orang yang turut bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi (akhlak) anak, 30
H. Abdul Hamid dan H.A. Kadir Djaelani (eds.) Pengembangan Profesional dan Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Direktorak Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 46. 31 Ibid.., hlm. 45. 32 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Op.Cit., hlm. 13.
28
dialah orang yang akan mencetak peserta didiknya menjadi anak saleh, sebagaimana pendapat Al-Ghazali dalam buku desain pembelajaran PAI yang menyatakan bahwa seorang guru agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan hati atau jiwa peserta didiknya sehingga semakin mendekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi ini.33 Mengingat pentingnya tugas guru sebagaimana di perankan di atas, tentunya tidak akan terlepas dari peranan seorang guru itu sendiri dalam memberikan bimbingan, petunjuk, teladan, bantuan, latihan penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan, nilai–nilai, norma–norma, kebenaran, kejujuran serta sikap–sikap dan sifat–sifat yang baik dan terpuji. Oleh sebab itu selain memiliki kompetensi profesionalisme, seorang guru juga memiliki karakteristik kepribadian yang mantap agar dapat melaksanakan tugasnya. Karena "kematangan
intelektual
tidak
menjamin
kematangan
pribadi
seseorang". d. Tugas Kemasyarakatan Profil guru tidak hanya berlaku di kelas saja, hal itu juga dibawa dalam masyarakat. Sebagai guru agama yang tinggal di dalam masyarakat tidak dapat
mengelakkan dirinya sebagai pemimpin
agama, sehingga sewaktu-waktu ada kegiatan keagamaan, diminta atau tidak diminta oleh masyarakat harus tampil ke depan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangat cepat berpengaruh kepada masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan filter yang kuat, agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dan goyah oleh derasnya perubahan dewasa ini. Untuk itu sebagai seorang figur agama ia harus dapat menempatkan diri, yakni
ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yaitu di depan memberi suri teladan, di tengah–tengah membangun dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi. 33
Mukhtar, Op.Cit., hlm. 93.
29
"Oleh karena itu, sebagai
figur guru agama, janganlah
dirusak kepercayaan yang telah diberikan masyarakat, sebab apabila kepercayaan itu rusak sekali saja maka masyarakat tidak akan percaya lagi".34 Jadi guru PAI tidak hanya mempunyai tugas profesi yang terikat oleh dinas, ia juga mempunyai tugas kemanusiaan, keagamaan dan kemasyarakatan di luar dinas. Tugas profesi ini dianggap sebagai tugas pokok guru sebagai seorang yang profesional.
3. Peran Guru PAI Watten B membuat rumusan tentang peran guru sebagai berikut sebagai berikut: -
Sebagai tokoh terhormat Sebagai penilai Sebagai seorang sumber Sebagai wasit Sebagai pembantu Sebagai detektif Sebagai objek identifikasi Sebagai penyangga rasa takut Sebagai orang yang menolong memahami diri Sebagai pemimpin kelompok Sebagai orang tua / wali Sebagai orang yang membina dan memberi layanan Sebagai kawan sekerja Sebagai pembawa kasih sayang35
Adanya tugas, tanggung jawab serta peran penting guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tuntutan dinamisme kehidupan manusia, maka guru sangat dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugas kependidikan dan haruslah memiliki syarat serta kemampuan dasar yang tak lain disebut dengan kompetensi guru.36
34 35
Abdul Aziz, Op.Cit., hlm. 56. Piet Sahertian, Op. Cit., hlm. 14.
30
C. JABATAN GURU SEBAGAI JABATAN PROFESIONAL Sebagaimana pengertian tersebut, jika dilihat dari proses kerja guru, bisa dikatakan bahwa guru juga merupakan jenis pekerjaan seperti lainnya; dokter, wartawan, sopir, pengacara, ataupun lainnya (sama-sama sebagai pelaku pekerjaan), yang menjadi persoalan adalah bagaimana pekerjaan sebagai guru disamakan dan juga dibedakan dari pekerjaan yang lain?. Persamaan jabatan guru dengan yang lainnya adalah jabatan pekerjaanpekerjaan itu merupakan suatu profesi. Sedangkan perbedaannya adalah masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki objek yang masing-masing spesifik. 1. Arti Profesi "Secara umum profesi diartikan sebagai mata pencaharian (pekerjaan) untuk memperoleh nafkah, mulai dari pekerjaan yang tidak membutuhkan
keahlian
tertentu
sampai
pada
pekerjaan
yang
membutuhkan pendidikan keahlian".37 Sedangkan secara etimologis, kata profesi berasal dari Bahasa Inggris profession atau bahasa latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan. Pengakuan yang dimaksud adalah pengakuan dari pengguna jasa penyandang profesi, bukan semara dari penyandang profesi itu sendiri.38 Sedangkan secara terminologis, ada beberapa rumusan profesi sebagaimana berikut: -
Menurut Piet A. Sahertian, kata profesi merupakan serapan dari kata to profess (menyatakan),
36
yang berarti pernyataan/pengabdian
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 7. 37 Anwar Yasin, dalam buku Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab Tantangan Kualitas Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta: PT Intermasa, 1997), hlm. 35. 38 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 20.
31
seseorang pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.39 -
Menurut Sardiman yang dikutip oleh Hadi Supeno, profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus.40
-
Menurut Frank Horton Balckington, seperti yang dikutip oleh Oemar Hamalik, A Profession may defined most simply as vocation which is organized, incompletely, no doubt, but genuinely, for the performance of function.41
-
Menurut Sikun Pribadi, Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seorang akan mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.42 Dari berbagai rumusan tersebut, ada beberapa aspek yang harus
dipenuhi dari pengertian profesi: Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka Suatu pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional tidak sama dengan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh non profesional. Pernyataan profesional mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh, yang keluar dari lubuk hati, yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang etik, yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi tertentu, seperti dari masyarakat, dll. Profesi mengandung unsur pengabdian Pengabdian berarti tidak untuk mementingkan kepentingan pribadi, tetapi untuk mengabdi pada tujuan pengabdian tersebut. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
39
Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), Cet.I.
hlm. 26. 40
Hadi Supeno, Op.Cit., hlm. 20. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Konsep dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju, 1991), hlm. 3. 42 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, Konsep dan Strategi, (Bandung: Mandar Maju, 1991), hlm. 1. 41
32
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian profesi telah tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya. Jadi profesi itu adalah suatu lembaga yang mempunyai otoritas otonom, karena didukung oleh: a. Spesialisasi ilmu sehingga mengandung arti keahlian b. Kode etik yang direalisasikan dalam melaksanakan profesi, karena hakekatnya ialah pengabdian kepada masyarakat demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. c. Kelompok yang tergabung dalam profesi menjaga jabatan itu dari penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak kompeten dengan pendidikan serta sertifikasi mereka yang memenuhi syarat-syarat yang diminta. d. Oleh masyarakat luas yang memanfaatkan profesi tersebut. e. Oleh pemerintah yang melindungi profesi dengan undang-undangnya. 2. Ciri - Ciri Keprofesian Dari pengertian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri suatu profesi sebagaimana juga telah disimpulkan oleh A. Samana sebagai berikut: a. Bagi para pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (berkeahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi). b. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap, jadi jabatan profesional menuntut pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif efisien, dan tolok ukur evaluatifnya standar. c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu (bukan ikut-ikutan), bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya.
33
d. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya, dalam hal ini pendapat serta tolok ukur yang dikembangkan oleh organisasi profesi sepantasnya dijadikan acuan. Secara tegas, jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, sehingga menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja profesional yang bersangkutan.43 Hal senada juga dikemukakan oleh Hadi Supeno sebagai berikut: a. Bersifat unik dan khusus, dalam pelayanannya kepada masyarakat. b. Bersifat keahlian, dengan didukung oleh pengetahuan umum yang luas dan pengetahuan yang mendalam. c. Bersifat pengabdian kepada masyarakat. d. Memerlukan pendidikan lanjut yang cukup panjang. e. Memiliki Otonomi dalam melaksanakan tugas keprofesiannya. f. Memiliki organisasi profesi. g. Memiliki kode etik profesi. h. Mendapatkan dukungan masyarakat dan pemerintah serta mendapat perlindungan hukum. i. Mempunyai jaminan hidup yang layak. j. Selektif dalam menentukan anggota kelompok profesi. k. Merupakan pilihan hati nurani individu yang bersangkutan. l. Dalam menjalankan tugas keprofesian tak bisa diwakilkan kepada orang lain sebagaimana bisa dilakukan pada pekerjaan non keprofesian.44 3. Profesi Guru Melihat arti, dan ciri profesi seperti di atas, guru termasuk dalam jabatan profesi. Inilah yang membedakan guru dengan pekerjaan lain yang non profesi. Roestiyah NK mengemukakan beberapa alasan mengapa guru termasuk dalam kategori profesi: pertama, lapangan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan merupakan suatu lapangan pekerjaan rutin yang dapat dilakukan karena pengulangan-pengulangan atau pembiasaan. Lapangan kerja ini pun tidak dapat dilaksanakan berdasarkan amatirisme, lebih-lebih dengan coba-coba atau trial and errors. Lapangan kerja ini
43 44
A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 28. Hadi Supeno, Op. Cit., hlm. 25.
34
memerlukan
perencanaan
yang
mantap,
suatu
managemen
yang
memperhitungkan komponen-komponen sistemnya. Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberi konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya. Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan yang lama, berupa pendidikan dasar (basic
education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan
profesional. Mengenai status jabatan guru yang merupakan jabatan profesional ini juga dikuatkan dengan dicantumkannya pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi Sebagai jabatan profesional perlu ada 6 tahap proses profesionalisasi guru: a. Bidang layanan ahli "unik" yang diselenggarakan itu harus ditetapkan. b. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra jabatan yang Mempersiapkan tenaga guru yang profesional. c. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada pendidikan prajabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. d. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan program pendidikan prajabatan yang memiliki kemampuan minimal yang dipersyaratkan ( sertifikasi ). e. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja profesional bertanggung jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesional, disamping merupakan sarana untuk mengambil tindakan
35
penertiban terhadap anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan suratan dan semangat kode etik tersebut.45
D. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI Ditinjau dari arti penamaan kompetensi profesional, istilah Kompetensi Professional terdiri dari dua kata yaitu kompetensi dan professional. Kata kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan khusus yang merupakan perilaku yang melekat pada diri seseorang guna memenuhi ketentuan bagi suatu jabatan/profesi tertentu. Sedangkan kata profesional merupakan bentukan kata sifat yang diderivasi dari kata benda profesi yang artinya sebagaimana tersebut di atas. Dari berbagai rumusan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesional diartikan sebagai tingkat keahlian (kemahira) yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan (jabatan) yang dilakukan secara efisien dan efektif dengan tingkat keahlian yang tinggi dalam mencapai tujuan pekerjaan (jabatan) tersebut. Dengan demikian yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru PAI ialah kemampuan khusus yang bersifat keahlian dalam melaksanakan tugas guru pengajaran yang dilakukan secara efektif dan efisien guna tercapainya tujuan pendidikan agama Islam sehingga berguna bagi diri anak didik, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Agar guru mampu berkompetensi dalam bidangnya, ada tujuh standar kompetensi yang harus diikuti sebagai dasar kemampuannya. a. Guru mampu menyusun rencana pembelajaran. b. Guru mampu berinteraksi dalam kegiatan belajar–mengajar. c. Guru mampu mengadakan penilaian prestasi belajar peserta didik. d. Guru mampu melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik. e. Guru mampu mengemban profesinya. 45
Syafrudin Nurdin, Op.cit., hlm. 21.
36
f. Guru mampu memahami wawasan kependidikan. g. Guru mampu menguasai bahan kajian akademik.46
Dari tujuh standar kompetensi akan diambil tiga standar kompetensi beserta indikatornya yang akan diwujudkan sebagai fokus penelitian. A. Penyusunan Rencana Pembelajaran "Sebuah perencanaan pembelajaran yang baik harus memenuhi kriteria yaitu kemampuan dasar dan materi harus mengacu pada silabus, proses belajar memberi pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, terdapat keselarasan antara kemampuan dasar materi dan alat penilaian, dapat dilaksanakan dan mudah dipahami".47 Pertama, "mengidentifikasikan secara cermat pokok bahasan/sub pokok bahasan yang telah digariskan dalam kurikulum/GBPP untuk dijadikan "satuan bahasan" yang akan diajarkan".48 Kedua, "menentukan kelas atau semester dan alokasi waktu yang akan digunakan dalam mengajarkan satuan bahasan yang telah diidentifikasi".49 Ketiga,
merumuskan
Tujuan
Instruksional
Umum
(TIU)
atau
memindahkan rumusan TIU yang terdapat dalam kurikulum/GBPP ke dalam Rencana Pengajaran. Keempat, "merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) secara spesifik,
operasional,
jelas,
relevan
berdasarkan
TIU".50
Dalam
merumuskan TIK ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: 46
Depdikbud, Op. Cit., hlm. 6. Winarno dan R.Eko Djuniarto, Perencanaan Pembelajaran, ( Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003 ), hlm. 9. 48 Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002 ), hlm. 90. 49 Ibid. 50 Ibid. 47
37
a. Menggunakan istilah yang operasional Maksudnya rumusan perilaku yang diharapkan dirumuskan dalam tata kerja yang dapat diamati dan diukur. Contoh kata kerja operasional, mengukur, menjelaskan, menyebutkan, mengidentifikasikan, membedakan dan lain–lain. b. Berorientasi pada peserta didik Maksudnya TIK memberikan tekanan pada apa yang dikerjakan peserta didik, bukan apa yang dikerjakan guru. Contoh TIK yang berorientasi kepada peserta didik; peserta didik dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari. c. Membentuk tingkah laku Maksudnya TIK memuat pernyataan tentang tigkah laku / kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik. Misal: peserta didik mampu mengidentifikasi komponen–komponen sistem belajar mengajar. d. Hanya memuat satu perubahan tingkah laku. Maksudnya dalam satu TIK sebaiknya hanya memuat satu perubahan tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan, dimiliki peserta didik. Misal: peserta didik mampu membedakan proses terjadinya angin darat dan agin laut.51 Kelima, merinci materi pelajaran, yang didasarkan kepada bahan pengajaran dalam GBPP dan TIK yang hendak dicapai. "Bahan pengajaran hendaknya diuraikan dengan perincian yang lebih khusus untuk mencapai TIK, sehingga luas dan kedalaman satuan bahasan yang dipelajari siswa benar–benar sesuai dengan tingkat sekolah/kelas siswa yang bersangkutan, serta waktu yan tersedia".52
51
Sukewi Sugito, Perencanaan Pengajaran, ( Semarang: IKIP Semarang Press ), hlm. 27.
52
Syafruddin Nurdin, Op.Cit., hlm.90.
38
Keenam, "merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara jelas, cermat, tegas, sistematis, logis sesuai dengan TIK yang hendak dicapai dan materi pelajaran yang akan disampaikan, yang meliputi strategi / metode dan pokok–pokok kegiatan siswa–guru".53 Ketujuh, "mempersiapkan dan melakukan variasi kegiatan sesuai dengan tuntutan interaksi beljar mengajar, memotivasi dan kebutuhan siswa lainnya".54Bagian kegiatan belajar mengajar ini, diawali dengan penjelasan singkat tentang jenis pendekatan mengajar dan metode mengajar yang digunakan dalam rencana pelajaran yang bersangkutan. Setelah penjelasan singkat tentang pendekatan dan metode selanjutnya dirumuskan garis– garis besar kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan di dalam melaksanakan rencana pengajaran yang bersangkutan. Yang perlu dicantumkan ialah kegiatan siswa yang menggambarkan langkah–langkah yang dilakukan siswa dalam proses belajar itu.55 Kedelapan, memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat yang di dasarkan kepada: a. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) yang hendak dicapai, b. Bahan pengajaran yang akan disajikan, c. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dan strategi instruksional yang dikembangkan, serta mengemukakan dengan jelas sumber dan alat tersebut (pengarang, nama buku, penerbit, tahun dan lain–lain). Jenis alat yang dicantumkan dalam bagian ini adalah alat yang khusus digunakan dalam mempelajari satu bahasan yang bersangkutan (misalnya tape recorder, gambar dinding dan lain–lain). Alat–alat yang umum (kapur, papan tulis, pensil) tidak perlu dicantumkan. "Sumber yang dipakai dalam rencana pengajaran mencakup bahan tertulis (buku, majalah) manusia sumber
(resource
person ) dan lain–lain".56
53
Ibid. Ibid. 55 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 51. 56 Syafruddin Nurdin, Loc.Cit. 54
39
Kesembilan, "merancang secara teliti prosedur penilaian atau evaluasi sesuai dengan TIK yang hendak dicapai".57 Pertama–tama dikemukakan prosedur evaluasi yang digunakan dalam rencana pengajaran, yang menjelaskan misalnya ; a. Untuk memiliki efektifitas rencana pengajaran ini digunakan tes akhir tanpa menggunakan tes awal, karena bahan yang dibahas adalah bahan baru dan jarang dibicarakan melalui media lain di luar sekolah. b. Jenis tes yang digunakan untuk tes akhir tersebut adalah jenis tes tertulis ( terlampir ). c. Disamping itu, setiap siswa diberi pekerjaan rumah, menjawab soal–soal yang terdapat dalam buku.58 Kesepuluh, "menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan ditulis menurut ketentuan yang berlaku ( EYD )".59
57 58 59
Ibid.. Slameto, Op.Cit., hlm. 52. Syafruddin Nurdin, Loc.Cit.
40
Berikut ini adalah contoh Format Rencana Pengajaran. RENCANA PENGAJARAN Bidang studi
=
Mata Pelajaran / Sub Pokok Bahasan
=
Satuan Pendidikan
=
Kelas
=
Semester
=
Waktu
=
I. Tujuan Intruksional Umum II. Tujuan Intruksional Khusus III. Materi Pelajaran IV. Kegiatan Belajar Mengajar V. Alat dan Sumber Pelajaran VI. Evaluasi Lampiran
B. Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar "Pengelolaan kelas merupakan salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik sehingga tercapai
41
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien".60Guru dalam mengelola kelas meliputi: pertama, pengaturan ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus memungkinkan semua peserta didik bergerak leluasa, tidak berdesakan dan tidak saling mengganggu. Dalam memilih ruangan kelas hendaknya disesuaikan dengan: jenis kegiatan, jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan. Kedua, pengaturan tempat duduk yang harus diperhatikan adalah harus terjadi tatap muka antara peserta didik dengan guru. Pengaturan tempat duduk dapat; berbaris berbanjar, pengelompokan terdiri dari 8–10 peserta didik, bentuk setengah lingkaran, bentuk lingkaran, individual, acak–acakan. Ketiga, pengaturan ventilasi dan cahaya harus betul–betul memungkinkan sirkulasi udara secara baik, selain itu cahaya yang masuk juga harus cukup membuat kelas terang dan tidak menyilaukan pandangan peserta didik. Keempat, pengaturan penyimpanan barang–barang, maka pengaturannya dibuat sedemikian sehingga tidak mengganggu proses jalannya belajar mengajar.61 Media sumber
belajar
merupakan
faktor yang
sangat
mendukung dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak media sumber belajar yang digunakan akan semakin maksimal hasil yang dicapai. Oleh karena itu seorang guru hendaknya mampu mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat alat bantu pembelajaran sederhana
dan
menggunakan
perpustakaan
dalam
PBM
serta
menggunakan sumber belajar yang telah ditentukan/dipilih. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih media yaitu ketepatan dengan tujuan pembelajaran, dukungan dengan isi pelajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakannya, tersedia waktu untuk menggunakannya dan sesuai dengan taraf berfikir peserta didik.
60 Syaeful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002 ), Cet. II, hlm.195-196. 61 Sukewi Sugito, Op.Cit., hlm. 91-92.
42
Fungsi media dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang digunakan oleh guru, tetapi mampu mengkomunikasikan pesan kepada peserta didik. Media tidak hanya terbatas pada perangkat keras (hardware), akan tetapi media dapat juga berbentuk perangkat lunak (software). Rowntree mengemukakan fungsi media dalam membantu peserta didik belajar sebagai berikut: menumbuhkan motivasi peserta didik, dapat mengingat pelajaran dengan mudah, peserta menjadi aktif dalam merespon, memberi umpan balik dengan cepat, mendorong peserta didik untuk melaksanakan kegiatan praktek dengan tepat.62 Umumnya para ahli membedakan antara media dan alat peraga. Perbedaan itu terletak pada fungsi, bukan pada substansinya. Sumber belajar dikatakan sebagai alat peraga jika hal tersebut fungsinya sebagai alat bantu saja. Dikatakan sebagai media jika sumber belajar itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar.63 Di dalam memilih metode yang wajar harus antara lain berpedoman pada tujuan khusus yang akan dicapai. Hakekat tujuan inilah yang dipakai oleh guru sebagai petunjuk untuk memilih satu atau serangkaian metode yang efektif. Demikian pula kesesuaiannya dengan bahan pelajaran. Antara tujuan, bahan dan metode dituntut adanya keserasian. Secara umum, pemilihan suatu metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan instruksional. Hal ini dapat mecakup: 1. penerimaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep dan prinsip, 2. aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan dan 3. tujuan yang bersifat efektif atau motivasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau perubahan sikap atau perasaan. Hal ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ambo Ende Abdullah, dkk. sebagai berikut: 1. metode mengajar sesuai dengan tujuan, 2. metode mengajar sesuai dengan para
62
Syafruddin Nurdin, Op. Cit., hlm. 98. M.Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, hlm. 13. 63
43
siswa, 3. kegiatan mengajar serasi dengan lingkungan dan 4. pelajaran terkoordinasi dengan baik.64 Konten atau materi pelajaran sebenarnya merupakan komponen kurikulum yang amat penting. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan, "Apa yang akan diajarkan?" Konten ini seringkali tidak diperhatikan. Artinya, konten seringkali diambil saja dari buku teks yang berlimpah–limpah
tersedia,
tanpa
mengaitkannya
dengan
pendidikan, tujuan kurikulum, atau dengan tujuan instruksional.
tujuan
65
Apa yang dikemukakan di atas memang sering kali terjadi, bahwa pengajar lebih cenderung menyampaikan apa yang ada dalam buku teks yang dijadikan acuan yang hanya kadang–kadang menekankan pada ranah kognitif, tanpa melibatkan ranah afektif dan psikomotor. Secara umum konten atau materi pelajaran meliputi tiga komponen utama yakni ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap (nilai–nilai). Boleh dikatakan semua mata pelajaran mengandung unsur kognitif dan afektif banyak juga yang mengandung unsur psikomotor atau keterampilan. C. Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penilaian PAI mencakup penilaian terhadap kemajuan belajar yaitu penilaian proses dan hasil dalam aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif) dan aspek keterampilan (psikomotorik). Penilaian terhadap aspek kognitif mencakup semua materi unsur pokok pendidikan yang disampaikan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, penilaian dalam bentuk afektif lebih ditekankan kepada pelaksanaan pengalaman sehari–hari melalui tingkah laku
64 65
Syafruddin Nurdin, Op.Cit., hlm. 94-95. Sukewi Sugito,Op.Cit., hlm.102.
44
perbuatan sedangkan penilaian dalam bentuk psikomotorik ditekankan kepada pelaksanaan pengalaman. Bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru mata pelajaran PAI yaitu penilaian dalam bentuk tertulis, meliputi tes bentuk uraian dan tes bentuk objektif, penilaian dalam bentuk lisan yang dapat berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan, penilaian dalam bentuk perbuatan dan pengamatan. Adapun waktu pelaksanaan penilaian yaitu: pertama, ulangan harian yang merupakan suatu penilaian terhadap materi yang mencakup satu atau beberapa pokok bahasan dan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Kedua, ulangan umum atau semesteran yaitu ulangan yang mencakup bahan kajian seluruh pokok bahasan dalam satu semester. Dalam menyusun evaluasi belajar peserta didik, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu: 1. Dalam menyusun tes atau alat evaluasi terlebih dahulu dibuat kisi–kisi yang menggambarkan lingkup bahan pengajaran, dan jenjang perilaku yang diukur, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Dalam menyusun butir soal, guru harus mengembangkan soal berdasarkan TIK. 3. Untuk memudahkan pemeriksaan hasil penilaian perlu disiapkan kunci jawaban. 4. Pada tahap perencanaan ini perlu juga disusun standar/norma penilaian yang akan dipakai sebagai patokan.66
66
Slameto, Op.Cit., hlm. 169-170.
45
Dalam kisi-kisi perlu dicantumkan juga tingkat kesukaran soal sehingga dapat ditentukan perbandingan yang tepat terhadap kelompok soal yang mempunyai kategori mudah, sedang dan sukar. Suatu perangkat soal pada umumnya, mempunyai perbandingan tingkat kesukaran mudah; sedang; sukar = 1; 2; 3. Jumlah butir soal dalam seperangkat tes ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes itu. Oleh karena itu ditentukan lebih dahulu waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes, disesuaikan pula dengan daya konsentrasi berfikir dan kelelahan fisik, baru kemudian ditentukan jumlah soalnya. Jumlah soal, selain ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya, ditentukan pula oleh tingkat kesukaran soal yang diinginkan. Butir soal dengan tingkat kesukaran tinggi akan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan butir soal dengan tingkat kesukaran rendah. Setelah melaksanakan penilaian maka hal yang selanjutnya dilakukan oleh guru yaitu melakukan analisis ulangan harian yang berfungsi sebagai umpan balik tentang daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran baik secara perorangan maupun klasikal. Tujuannya yaitu: 1. Menentukan telah tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. 2. Menentukan program perbaikan atau pengayaan. 3. Menentukan kemajuan prestasi belajar peserta didik. 4. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik. 5. Membuat diagnose mengenai kelemahan–kelemahan dan kemampuan peserta didik.
46
6. Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.67 Kegiatan
penilaian
meliputi
penyusunan
alat
evaluasi,
penyelenggaraan/pelaksanaan penilaian, memeriksa jawaban peserta didik, serta pemberian skor, menilai hasil belajar dengan menggunakan norma tertentu,
mengolah
hasil
penilaian,
menganalisa
hasil
penilaian,
pengadministrasian proses serta hasil penilaian, menyimpulkan hasil penilaian, menyusun laporan hasil penilaian serta perbaikan soal.68 Penilaian pada permulaan (pretest) proses belajar mengajar dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi mengajar. Penilaian proses belajar mengajar mendapat balikan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Penilaian pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui capaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Keahlian guru dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik mempunyai dampak yang luas, yaitu bimbingan peserta didik untuk bersifat realistis, data yang akurat membantu untuk menentukan perkembangan arah peserta didik, membantu usaha optimalisasi dan integrasi perkembangan diri peserta didik, memberi petunjuk dalam penempatan tenaga kerja dan pembinaan kesehatan mental peserta didik.
67
H. Abdullah Sukarta, Op.Cit., hlm. 46-49. Soewondo. MS., Standar Kompetensi Guru Menengah Atas, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, 2004), hlm. 8-9. 68