BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA ARAB DAN PRESTASI BELAJAR
A. Kompetensi Profesional Guru 1.
Pengertian Kompetensi Guru Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, menurut Broke dan Stone yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.47 Syaiful Sagala dalam bukunya yang berjudul “Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan” mengemukakan bahwa kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.48 Sedangkan E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru” mengatakan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.49
47
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 25. 48 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, cet. kedua (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 29. 49 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm, 26.
23
24
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 10 disebutkan “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.50 Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk
kompetensi
standar
profesi
guru,
yang
mencakup
penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.51 Syaiful
Sagala mengatakan bahwa
kompetensi
merupakan
peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakn tugas/pekerjaannya.52 Rumusan kompetensi tersebut mengandung tiga aspek, yaitu : a. Kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas. b. Ciri dan karakteristik kompetensi tersebut tampil nyata dalam tindakan, tingkah laku, dan unjuk kerjanya.
50
Undang-Undang Guru dan Dosen, cet. Ke-1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm.
5. 51
Ibid. Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 23
52
25
c. Hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu.53 Jadi, kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam menyusun dan mengelola proses pembelajaran di kelas agar tercapai tujuan dan hasil pembelajaran yang maksimal. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan
mengajar
tertentu,
tetapi
merupakan
penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.54 2.
Macam-macam Kompetensi Guru Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, Ayat 3 dan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10, Ayat 1 menyatakan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi profesional.55 Sedangkan menurut Sanjaya yang dikutip oleh Syaiful Sagala, kompetensi guru bukan hanya kompetensi pribadi dan kompetensi profesional, tetapi terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang
53
Ibid. E. Mulyasa, Op. Cit., hlm, 31. 55 Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 30. 54
26
guru
meliputi
kompetensi
pribadi,
profesional,
dan
sosial
kemasyarakatan.56 Merujuk pada konsep yang dianut di lingkungan Depdiknas, sebagai “instructional leader” guru harus memiliki 10 kompetensi, yaitu : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)
3.
Mengembangkan kepribadian, Menguasai landasan kependidikan Menguasai bahan pengajaran Menyusun program pengajaran Melaksanakan program pengajaran Menilai proses dan hasil belajar-mengajar Menyelenggarakan program bimbingan Menyelenggarakan administrasi sekolah Kerjasama dengan sejawat dan masyarakat Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.57
Kompetensi Profesional Guru Istilah profesi yang secara etimologi berasal dari kata profession berarti pekerjaan. Profesional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Sedangkan secara leksikal, kata profesi mengandung berbagai makna dan pengertian, antara lain : a. Profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan, bahkan suatu keyakinan atas suatu kebenaran atas kreadibilitas seseorang. b. Profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu.58
56
Ibid. Prof. Dr. Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), hlm. 32. 58 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, cet. Ke 2(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 2. 57
27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesional diartikan sebagai berikut : Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasipendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah : (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, dan (3) mengharuskan
adanya
pembayaran
untuk
melakukannya
(lawan
amatir).59 Menurut rumusan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005Bab 1 Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.60 Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam memahami dan menguasai bahan ajar secara mendalam serta kemampuan
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran,
sehingga
menjadikan pelajar paham akan apa yang diajarkan. Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
59
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1104. 60 Undang-Undang Guru dan Dosen, Op. Cit., hlm. 4.
28
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional.61 Menurut Buchari Alma dkk dalam bukunya yang berjudul “Guru Profesional” menyebutkan bahwa kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai, yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan.62 Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan secara optimal.63 Dalam UU Nomor 14 tentang Guru dan Dosen Pasal 7 ayat 1, prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut : a) Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme. b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. c) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. d) Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi. e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan. h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan keprofesionalan. 61
E. Mulyasa, Op. Cit., hal. 135. Buchari Alma, Guru Profesional (Bandung : Alfabeta, 2009), hal. 142. 63 Marsecus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Jakarta Barat : Indeks, 2011), hal. 43 – 62
44.
29
i) Memiliki organisasi profesi yeng mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesian.64
4.
Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Menurut Slamet PH yang dikutip oleh Syaiful Sagala, Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi terdiri dari sub-kompetensi, antara lain : a. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar. b. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yan tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar. d. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait e. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan seharihari.65
Sedangkan kompetensi profesional menurut Moh. Uzer Usman meliputi : a. Menguasai landasan kependidikan, mencakup : (1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. a) Mengkaji tujuan pendidikan nasional b) Mengkaji pendidikan dasar dan menengah c) Meneliti kaitan antara tujuan pendidikan dasar dan menengah dengan tujuan pendidikan nasional d) Mengkaji kegiatan-kegiatan pengajaran yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional (2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat. a) Mengkaji peranana sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan b) Mengkaji peristiwa-peristiwa yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
64
Ali Mudlofir, Op. Cit., hlm. 8. Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 39.
65
30
b.
c.
d.
e.
c) Mengelola program sekolah yang mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan (3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Menguasai bahan pengajaran (1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah. (2) Menguasai bahan pengayaan. Menyusun program pengajaran, mencakup : (1) Menetapkan tujuan pembelajaran (2) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran (3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar (4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar Melaksanakan program pengajaran. (1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat (2) Mengatur ruangan belajar (3) Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. (1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran (2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.66 Dr. E. Mulyasa dalam buku “Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru” mengemukakan bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru antara lain : a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.67 66
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 17-19. 67 E. Mulyasa, Op. Cit., hal. 135
31
Secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi : 1) Standar isi 2) Standar proses 3) Standar kompetensi lulusan 4) Standar sarana dan prasarana 5) Standar pengelolaan 6) Standar pembiayaan 7) Standar penilaian pendidikan b. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang meliputi : 1) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) 2) Mengembangkan silabus 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 4) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik 5) Menilai hasil belajar 6) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman. c. Menguasai materi standar, yang meliputi : 1) Menguasai bahan pembelajaran (bidang studi) 2) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan) d. Mengelola program pembelajaran, yang meliputi : 1) Merumuskan tujuan 2) Menjabarkan kompetensi dasar 3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran 4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran e. Mengelola kelas, yang meliputi : 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran 2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi : 1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran 2) Membuat alat-alat pembelajaran 3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran 4) Mengembangkan laboratorium 5) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran 6) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar g. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi : 1) Landasan filosofis
32
h.
i.
j.
k.
l.
m.
2) Landasan psikologis 3) Landasan sosiologis Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang meliputi : 1) Memahami fungsi pengembangan peserta didik 2) Menyelenggarakan ekstra kurikuler (ekskul) dalam rangka pengembangan peserta didik 3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang meliputi : 1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah 2) Menyelenggarakan administrasi sekolah Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi : 1) Mengembangkan rancangan pendidikan 2) Melaksanakan penelitian 3) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. 1) Memberikan contoh perilaku keteladanan 2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan. 1) Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik 2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual, yang meliputi : 1) Memahami strategi pembelajaran individual 2) Melaksanakan pembelajaran individual.68
B. Bahasa Arab 1. Karakteristik Bahasa Arab Setiap
bahasa
memiliki
karakteristik
tersendiri
yang
membedakannya dari bahasa lain, juga sebagai kekuatan yang kadang dalam hal tertentu tak ada tandingannya. Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Unik artinya bahasa arab memiliki
68
Ibid., hlm.136-138.
33
ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan universal berarti pula adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.69 Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain sebagai berikut: a. Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam. Keberagaman gaya bahasa tersebut meliputi : (1) ragam social/sosiolek, ragam bahasa yang menunjukkan stratifikasi social ekonomi penuturnya. (2) beragam geografis, ragam bahasa yang menunjukkan letak geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain. (3) ragam idiolek, ragam bahasa yang menunjukkan integritas kepribadian setiap individu masyarakat. b. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan maupun tulisan. c. Bahasa Arab memiliki system, aturan, dan perangkat yang khas, dengan kata lain, bahasa itu : (1) Sistemik, Bahasa memiliki satu system standar yang terdiri dari sejumlah sub-sub system ( tata bunyi, tata kata, kalimat, syntax, gramatikal, dsb) (2) Sistematis, maksudnya setiap bahasa mempunyai aturan-aturan yang khas.
69
RandliyahZaenudin, MetodedanStrategiAlternatifPembelajaranBahasa Arab, (Cirebon: STAIN Press Cirebon, 2005), hlm.11
34
(3) Komplit, bahasa mempunyai semua perangkat yang diperlukan oleh
masyarakat
pemilik
bahasa
itu
dalam
rangka
bersosialisasi antar mereka. d. Bahasa Arab memiliki system yang arbitrer dan simbolis. Arbitrer berarti manasuka, artinya tidak terdapat hubungan yang rasional antara lambang verbal dan acuannya. Dengan sifat simbolis yang dimiliki
bahasa,
manusia
dapat
mengabstraksikan
berbagai
pengalaman dan pikirannya tentang berbagai hal termasuk hal-hal yang belum pernah dialaminya sekalipun. e. Bahasa Arab senantiasa berkembang, produktif, dan kreatif. f. Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena social manusia. Sebagai fenomena individual manusia, Bahasa merupakan ciri khas kemanusiaan. Ia hanya bersifat insani karena hanya merupakan produk manusia, hanya manusialah yang mempunyai kemampuan untuk berbahasa. Adapun sebagai fenomena social, bahasa merupakan konvensi suatu masyarakat pemilik atau pengguna bahasa itu.70 Disamping
karakteristik
universalitas
bahasa
arab
diatas,
karakteristik bahasa arab yang unik terdapat dalam beberapa hal berikut : a. Bahasa Arab memiliki bunyi yang konsisten dengan hurufnya. b. Bahasa Arab memiliki struktur kata yang dapat berubah dan berproduksi.
70
Ibid.
35
c. Adanya I‟rab dalam struktur kalimat Arab. d. Gerak tulisan dan bentuk huruf Arab. e. Bahasa Arab sangat komitmen dengan bilangan (jumlah) dan jenis kelamin. f. Bahasa Arab kaya dengan Majazy. g. Bahasa Arab memiliki keistimewaan dengan gejala berpindahpindahnya makna kata sesuai dengan konteks zaman, tempat dan kondisi yang berlaku.71 2. Pengajaran Bahasa Arab Pengajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan, perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar. Sedangkan menurut para ahli pendidikan, pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yeng belum mengetahui (pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.72 Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakatberupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Syaikh Mustofa alGhulayaini mengemukakan : Al-lughah al-arabiyyah hiya al-kalimat allati yuabbiru biha al-arab an aghradlihim (bahasa Arab adalah katakata yang dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).73
71
Ibid., hlm. 13. Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab (Media dan Metode-metodenya) (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 5. 73 Ibid, hlm. 6. 72
36
Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan sosial budaya.74 Pengajaran
bahasa
Arab
adalah
proses
penyajian
dan
penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya. 3. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab Ahmad Pengajaran
muhtadi Bahasa
Anshor Arab
dalam
(Media
bukunya dan
yang
berjudul
Metode-metodenya)
mengemukakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab terbagi menjadi dua (2), yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus).75 a. Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri dan yang bertalian dengan bahan pelajaran tersebut. Tujuan umum pengajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut : 1) Agar siswa dapat memahami al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai sumber hukum Islam dan ajarannya. 2) Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab. 74
Depag RI, Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab (Madrasah Tsanawiyah) (Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003 ), hlm. 1. 75 Ahmad Muhtadi Anshor,Op. Cit., hlm. 7.
37
3) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab. 4) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (suplementary)76 b. Tujuan Khusus Tujuan khusus ialah tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran saat itu, merupakan penjabaran dari tujuan umum dan harus dicantumkan dalam buku persiapan. Dalam pengajaran bahsa Arab terdapat beberapa materi pelajaran untuk mencapai tujuan, dintaranya : percakapan (hiwar), bentuk kata dan struktur kalimat (qawaid), membaca (qiraah), dan menulis (insya’). Dan setiap materi mempuyai tujuan masing-masing.77 Secara terperinci, tujuan khusus pengajaran bahsa Arab sebagai berikut : (1) Percakapan/dialog (hiwar) Dalam materi percakapan, guru mengajarkan bahan pelajaran dalam bentuk dialog yang mengandung mufradat baru dan struktur yang dipergunakan. Tujuan khusus dari pengajaran ini adalah : a) Siswa dapat melengkapi materi hiwar dengan kata-kata yang sesuai. b) Siswa dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan tentang kandungan hiwar. 76
Ibid. Ibid., hlm. 8
77
38
c) Siswa dapat memilih kata-kata yang tepat untuk melengkapi kalimat-kalimat yang disediakan yang berhubungan dengan hiwar. d) Siswa dapat memilih suatu kata yang maknanya berbeda dengan tiga kata lainnya.78 (2) Bentuk kata dan struktur kalimat Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi hiwar. Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut : a) Siswa dapat membedakan bentuk fiil dan bentuk mashdar sharih. b) Siswa dapat mengubah mashdar sharih dengan mashdar muawwal dalam kalimat. c) Siswa dapat mengubah mashdar muawwal dengan mashdar sharih dalam kalimat.79 (3) Membaca Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qawaid. Adapun tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut : a) Siswa dapat membaca bahan pelajaran dengan makhraj dan intonasi yang baik dan benar. b) Siswa dapat menyatakan sesuai atau tidaknya suatu ungkapan yang disediakan dengan kandungan bahan bacaan. 78
Ibid. Ibid., hlm. 9.
79
39
c) Siswa dapat menceritakan kembali bahan bacaan dalam bahasa Indonesia. d) Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kandungan bahan qiraah.80 (4) Menulis Materi ini merupakan materi lanjutan dari materi qiraah. Adapun tujuan khusus pengajaran materi ini adalah sebagai berikut : a) Siswa dapat melengkapi kalimat dengan susunan mashdar muawwal. b) Siswa dapat menterjemahkan kalimat-kalimat ke dalam bahasa Arab yang mengandung mashdar muawwal c) Siswa dapat menulis kalimat-kalimat yang disediakan dengan mengubah susunan mashdar muawwal menjadi mashdar sharih d) Siswa dapat menjawab pertanyaan yang mengandung mashdar muawwal e) Siswa dapat menyusun paragraf dari ungkapanungkapan yang disediakan secara acak.81 Menurut Fuad Effendy dan Fachruddin Djalal yang dikutip oleh Ahmad Muhtadi Anshor, tujuan pengajaran bahasa Arab dibedakan menjadi tiga, yaitu : 80
Ibid., hlm. 10. Ibid., hlm. 10 – 11.
81
40
a. Tujuan strategis Tujuan strategis pengajaran bahasa Arab di Indonesia meliputi : 1) Untuk menunjang pembinaan kebudayaan nasional. Tujuan ini sehubungan dengan peranan bahasa Arab yang cukup berarti dalam kebudayaan nasional. 2) Untuk menunjang pembangunan nasional, hal ini sehubungan dengan tujuan pembangunan nasional yang tidak hanya mementingkan aspek materiil tetapi juga mementingkan aspek spiritual. b. Tujuan umum (kurikuler) Tujuan umum adalah tujuan pengajaran bahasa Arab yang tercantum dalam kurikulum, antara lain : 1) Pengajaran bahasa Arab sebagai tujuan, dimaksudkan untuk membina ahli bahasa Arab yang meliputi bidang ilmu bahasa (linguistik), bidang pengajaran bahasa dan bidang sastra. 2) Pengajaran
bahasa
sebagai
alat,
dimaksudkan
untuk
memberikan kepada siswa kemahiran dalam bahasa Arab. c. Tujuan khusus (instruksional) Tujuan khusus yaitu tujuan masing-masing langkah pada setiap pokok bahasan pada hari dan jam tertentu.82 Sedangkan menurut Moh. Amin dalam seminar nasional bahasa Arab yang diselenggarakan oleh prodi PBA STAIN Pekalongan, dalam
82
Ibid., hlm.11-12.
41
peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah disebutkan tujuan utama pendidikan bahasa Arab di madrasah atau sekolah di Indonesia adalah kemahiran berbahasa bukan tata bahasa.83 Hal ini menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran
bahasa
Arab
adalah
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yaitu menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). 4. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Arab Menurut Ahmad Muhtadi Anshor, prinsip-prinsip pengajaran bahasa Arab antara lain : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Prinsip berbicara sebelum menulis Prinsip kalimat-kalimat dasar Prinsip pola kalimat sebagai habit Prinsip ungkapan/kalimat dan bukan kata Prinsip sistem bunyi untuk digunakan/dipraktekkan Prinsip kontrol/pembatasan kosakata Prinsip menulis apa yang sudah dipelajari Prinsip antara terjemah dan pemakaian bahasa Prinsip pengajaran gramatika Prinsip pemilihan materi Prinsip dari manipulasi ke komunikasi.84
Sedangkan menurut Wa Muna, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Arab ada tiga (3), yaitu :
83
Moh. Amin, “Mengembangkan Pembelajaran Bahasa Arab yang Efektif”, makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa Arab Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Arab melalui Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Arab STAIN Pekalongan, 24 Mei 2012. 84 Ibid., hlm.13-18.
42
a. Prinsip perencanaan Sebelum melakukan proses pembelajaran bahasa Arab, seorang guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, sehingga materi pelajaran akan tersampaikan secara terstruktur dan terprogram. b. Prinsip pelaksanaan Setelah menyiapkan materi, guru harus memperhatikan : 1) Tahapan-tahapan materi Materi bahasa Arab harus diberikan secara bertahap, mulai dari yang mudah, agak sukar, kemudian sukar. Hal ini agar memudahkan siswa dalam memahami materi. 2) Motivasi Guru bahasa Arab perlu memberikan motivasi kepada peserta didiknya agar lebih bersemangat dalam belajar bahasa Arab. 3) Pemberian pujian Pujian perlu diberikan kepada peserta didik yang berhasil menyelesaikan tugasnya, agar menjadi motivasi bagi peserta didik yang lain.
43
c. Prinsip evaluasi Setelah melakukan proses pembelajaran, guru perlu mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pembelajaran.85 5. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Banyak kendala dan problematika bagi mayarakat non Arab dalam pembelajaran bahasa Arab dengan berbagai karakteristiknya, karena bahasa Arab bukanlah bahasa yang mudah untuk dikuasai secara total. Problematika yang sering muncul dalam pembelajaran bahasa Arab bagi pelajar non Arab terbagi dalam dua bagian, yaitu problematika linguistik dan non linguistik.86 a. Aspek Linguistik 1) Tata bunyi Terkait dengan tata bunyi, salah satu problem yang perlu menjadi perhatian para pelajar non Arab adalah fonem Arab yang tidak ada padanannya di bahasa Indonesia, Melayu maupun Brunei, misalnya (ثtsa), ( يha), ( خkha), ( ذdza), ض (dhad), ( صsha), ( طtha), ( ظzha), „( عain), dan (غghain). Bagi pemula, huruf-huruf tersebut tidak mudah, perlu waktu dan keuletan berlatih. Selain itu, beberapa fonem Indonesia tidak ada padanannya dalam bahasa Arab, seperti /p/, /g/, dan /ng/, sehingga bunyi /p/ diucapkan orang Arab dengan ba seperti 85
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta : Teras, 2011), hlm. 7. AcepHermawan, Metodologi PembelajaranBahasaArab(Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2011), halm, 100. 86
44
kata Jepang menjadi يابان/ Yaban, Spanyol menjadi اسباويا /Asbania; bunyi /g/ diucapkan menjadi ghain atau jim, seperti kata Garut menjadi جاروت/Jarut, Mongol menjadi مغول /Magul.87 2) Kosakata Banyak kosakata bahasa Arab yang diadopsi oleh bahasa Indonesia, tentunya hal ini mempermudah orang Indonesia dalam memahami dan mengingat makna kosakata tersebut. Namun demikian, perpindahan makna dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab juga dapat menimbulkan persoalan, antara lain : a) Pergeseran arti, seperti kata masyarakat berasal dari kata ً مشارك/musyarakah yang artinya adalah keikutsertaan, partisipasi, atau kebersamaan. Sementara dalam bahasa Indonesia artinya berubah menjadi masyarakat yang dalam bahasa Arabnya ialah مجتمع/mujtama’. b) Lafaznya berubah dari bunyi aslinya, seperti kata kabar dari kata خبر/khabr, kata mungkin dari kata ممكه /mumkin dan kata mufakat yang berasal dari kata موافقة /muwafaqah. c) Lafaznya tetap, tetapi artinya berubah, seperti kata كهمة /kalimah yang berarti susunan kata-kata yang bisa
87
Ibid., hlm. 101.
45
memberikan pengertian, berasal dari bahasa Arab كهمات yang berarti kata-kata. Berkaitan denga kosakata, banyak segi-segi sharaf (morfologi) dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia, misalnya
konjugasi
(tashrif), sistem
perubahan kata dari satu akar kata yang sama dengan pola-pola tertentu yang menimbulkan makna tertentu. Seperti fi’il madhi (kata kerja bentuk lampau) فتخ/fataha memiliki perubahan sebagai berikut : Fi’il mudhari’ (kata kerja sedang atau akan)= يفتخ/ yaftahu Mashdar (kata kerja yang dibendakan) = فتخ/fath Fi’il amr (kata kerja perintah)= افتخ/iftah Isim fa’il (kata benda bermakna pelaku) = فاتخ/fatih Isim maf’ul (kata benda bermakna yang dikenai pekerjaan) = مفتوح/maftuh Untuk bilangan kata benda, dalam bahasa Indonesia hanya ada dua kategori, yaitu tunggal dan jamak. Sedangkan dalam bahasa Arab ada tiga kategori, yaitu mufrad (tunggal), mutsanna (dua/ ganda), dan jama‟ (jamak). Jamak pun dalam bahasa Arab ada tiga macam, yaitu jama; mudzakar salim (jamak untuk jenis laki-laki), jama‟ muanats salim (jama‟ untuk jenis perempuan), dan jama‟ taksir (jama‟ tidak beraturan, baik untuk laki-laki maupun perempuan).
46
Morfologi bahasa Arab tersebut tidak ada persamaanya dalam bahasa Indonesia, sehingga harus dijelaskan secara cermat dan teliti dengan menjelaskan kedudukannya sebagai hal yang kompleks serta perubahan-perubahan tersebut harus diarahkan penggunaannya dalam kalimat.88 3) Tata kalimat Untuk dapat membaca dan memahami teks bahasa Arab dengan benar, tentunya tidak terlepas dari pengetahuan tentang ilmu nahwu yang berkaitan dengan i‟rab dan bina‟. Selain itu juga
dalam
penyusunan
kalimat
yang
mencakup
al-
muthabaqoh (kesesuaian), yakni kesesuaian antara mubtada‟ & khabar, sifat & maushuf, persesuaian dalam mudzakar & muanats, ma‟rifat & nakirah serta dalam jumlahnya, mufrad, mutsanna, dan jama‟, juga al-mauqi’iyyah (tata urut kata) seperti fi’il harus mendahului fa’il, dan khabar (predikat) harus terletak setelah mubtada’ (subyek) kecuali jika khabar itu zharaf (keterangan waktu/tempat). Tata kalimat bahasa Arab memang tidak mudah dipahami oleh pelajar non Arab, seperti orang Indonesia, meskipun ia telah menguasai gramatika bahasa Indonesia, ia tidak akan menemukan perbandingannya dalam bahasa
88
Ibid., hlm. 102-103.
47
Indonesia.89 Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus memberi perhatian yang lebih banyak agar mampu mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi para pelajar ketika mempelajari bahasa Arab. 4) Tulisan Tulisan Arab yang berbeda dengan tulisan Latin juga menjadi kendala tersendiri bagi pelajar bahasa Arab non Arab. Tulisan Latin dimulai dari kanan ke kiri, sedangkan tulisan Arab dimulai dari kiri ke kanan. Huruf Latin hanya memiliki dua bentuk, yaitu huruf kapital dan huruf kecil, sedangkan huruf Arab mempunyai berbagai bentuk, yaitu bentuk berdiri sendiri, awal, tengah, dan akhir.90 Dengan sejumlah perbedaan tersebut, maka tidak mudah bagi pelajar non Arab untuk menulis
huruf-huruf
Arab
dan
menuangkannya
dalam
karangan yang panjang dan indah. b. Aspek non-linguistik 5) Faktor sosio-kultural Masalah yang mungkin muncul dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang non Arab (Indonesia) yang belum mengenal sosial dan budaya bangsa Arab adalah ungkapanungkapan dan istilah-istilah yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya ungkapan : 89
Ibid., hlm. 103-104. Ibid., hlm. 105.
90
48
بهغ انسيم انزبا/balaga al-sail al-zuba Arti harfiahnya adalah “air bah telah mencapai tempat tinggi”, namun yang dimaksud yaitu sesuatu yang terlanjur tidak dapat diulang lagi, seperti ungkapan “nasi telah menjadi bubur”. Atau ungkapan : قبم انرماء تمأل انكىاوه/qabla al-rima’ tumla’u al-kanain, yang arti harfiahnya ”sebelum memanah, penuhi dulu tempat anak panah”, peribahasa ini sama dengan “sedia payung sebelum hujan”. Orang Arab dulu sering mengadakan perang sehingga tercipta peribahasa seperti itu, sedangkan di Indonesia yang timbul peribahasa lain karena Indonesia sering hujan. Walaupun mempunyai makna yang sama, namun tercipta dua peribahasa yang berbeda, hal ini disebabkan karena peribahasa tersebut berkaitan dengan latar belakang sosio-kultural. Implikasinya yaitu perlu diusahakan penyusunan materi bahasa
Arab
yang
mengandung
ha-hal
yang
dapat
menggambarkan keadaan sosio-kultural bangsa Arab. Hal ini dipandang penting karena wawasan dan pengetahuan tentang sosiokultural Jazirah Arab dapat mempercepat pemahaman dalam pembelajaran ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang tidak memiliki persamaan dengan bahasa Indonesia.91
91
Ibid., hlm. 105-106.
49
6) Faktor buku ajar Faktor penggunaan buku ajar dalam proses pembelajaran juga menjadi sesuatu yang urgen, karena peranannya sebagai pendamping
guru
dalam
menentukan
keberhasilan
pembelajaran. Buku ajar yang tidak memperhatikan prinsipprinsip penyajian materi bahasa Arab sebagi bahasa asing akan menjadi masalah tersendiri dalam pencapaian tujuan. Prinsipprinsip tersebut antara lain : a) Seleksi, maksudnya buku ajar harus menunjukkan pemilihan materi yang memang diperlukan oleh pelajar ditingkat tertentu atau diprioritaskan untuk satuan pendidikan tertentu. b) Gradasi, yaitu berjenjang dalam penyajian, mulai dari materi yang nudah sampai ke materi yang susah. c) Korelasi, maksudnya setiap unit yang disajikan harus memiliki sajian harus memiliki kaitan yang saling menguatkan menjadi paduan yang utuh. Buku-buku ajar yang banyak digunakan di Indonesia sebagian ditulis oleh orang Indonesia dan sebagian ditulis oleh orang Arab asli. Banyaknya buku ajar yang ditulis oleh para pakar bahasa Arab di Indonesia menunjukkan bahwa motivasi
50
pembelajaran bahasa Arab bagi masyarakat Indonesia cukup tinggi.92 7) Faktor lingkungan sosial Belajar bahasa yang efektif adalah membawa pelajar ke dalam lingkungan bahasa yang dipelajari dan menuntut pelajar untuk menggunakan bahasa tersebut, sehingga perkembangan penguasaan bahasa yang dipelajari dapat lebih cepat.93 Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku yang memiliki bahasa ibu yang berbeda, dan memiliki bahasa persatuan. Karakteristik bahasa-bahasa ibu dan bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa Arab dapat menjadi salah satu
kendala
bagi
masyarakat
Indonesia dalam
mempelajari bahasa Arab. Dalam masalah ini, menciptakan lingkungan bahasa akan menjadi langkah yang tepat dalam pembelajaran bahasa Arab. Setidaknya pada proses belajar mengajar di kelas, guru senantiasa mengajak para pelajar untuk menggunakan bahasa Arab saat menyampaikan materi. Namun, keahlian guru pun kadang menjadi masalah. Dan sebagai solusinya, guru bahasa Arab
harus
selalu
meningkatkan
kualitas
keahliannya
denganbanyak mengikuti pelatihan, seminar, diskusi, maupun banyak membaca buku-buku pendidikan kebahasaaraban. 92
Ibid., hlm. 106-108. Ibid.,halm. 110.
93
51
Adapun menurut Abdul Mu‟in, problematika pengajaran bahasa Arab meliputi : a. Masalah kebahasaan 1) Kesulitan dalam aspek bunyi, dikarenakan adanya fonemfonem bahasa Arab yang tidak ada bandingannya dalam bahasa Indonesia 2) Kesalahan dalam mendengarkan huruf yang berdekatan makhrajnya 3) Ada yang tidak sama antara yang didengar dengan yang tertulis. b. Masalah psikologis Secara psikologis, belajar bahasa dilihat dari motivasinya. Pada umumnya, motivasi warga Indonesia dalam belajar bahasa Arab lebih cenderung pada motivasi instrumental, yaitu bahasa Arab dipakai sebagai alat untuk belajar agama Islam. Sehingga pembelajaran lebih terfokus pada kemampuan membaca dan menulis. c. Masalah tenaga pengajar dan metode pengajarannya Tenaga pengajar (guru) bahasa Arab di Indonesia masih banyak yang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka kurang mampu menguasai materi dan metode pengajaran bahasa Arab. Metode yang
52
digunakan oleh guru bahasa Arab kebanyakan masih monoton, yaitu metode gramatikal tarjamah.94 C. Prestasi Belajar 1.
Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu.95 Sedangkan belajar secara psikologis, adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto, pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukanseseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barusecara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.96 Prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.97Istilah prestasi belajar ada juga yang menyebutnya dengan hasil belajar.Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik.
94
Abdul Mu‟in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru, 2004), hlm. 40-44. 95 IL Passaribu dan B. Simanjutak, Proses Belajar Mengajar (Bandung : Tarsito, 1989), hlm. 14. 96 Slameto, Op. Cit., hlm. 2 97 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 151.
53
2.
Jenis-jenis Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.98 Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut menjadi indikator prestasi belajar.99 Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. a. Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Tipe-tipe prestasi belajar bidang ini meliputi : 1) Tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge) Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual dan ingatan (sesuatu yang harus diingat kembali). Tipe prestasi belajar pengetahuan merupakan tipe prestasi belajar yang paling rendah, namun ini sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe-tipe prestasi belajar yang lebih tinggi. 2) Tipe prestasi belajar pemahaman (comprehention) Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Pemahaman ada tiga macam, yaitu : pemahaman
terjemahan,
pemahaman
penafsiran,
dan
98
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
99
Tohirin, Op. Cit., hlm. 151.
215.
54
pemahaman ekstrapolasi (kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu dan memperluas wawasan). 3) Tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi) Tipe prestasi belajar ini merupakan kesanggupan menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. 4) Tipe prestasi belajar analisis Tipe
prestasi
belajar
analisis
merupakan
kesanggupan
memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan tipe prestasi belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya. Berpikir konvergent biasanya digunakan untuk menganalisis. 5) Tipe prestasi belajar sintesis Sintesis merupakan lawan dari analisis. Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi satu integritas. Dalam melakukan sintesis biasanya digunakan pola berpikir devergent. 6) Tipe prestasi belajar evaluasi Tipe prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang digunakannya.
55
Tipe prestasi belajar ini dikategorikan paling tinggi, mencakup semua tipe prestasi belajar yang telah disebutkan di atas.100 b. Tipe Prestasi Belajar Bidang Afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe prestasi belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti atensi atau perhatian pada pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaaan belajar dan lain-lain. Tipe prestasi belajar bidang afektif mencakup : 1) Receiving atau attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa. 2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. 3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. 4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi. 5) Karakteristik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimilki seseorang.101 c. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Tingkatan keterampilan itu meliputi : 100
Ibid., hlm. 151-154. Ibid., hlm. 154-155.
101
56
1) Gerakan refleks 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar 3) Kemampuan perspektual 4) Kemampuan di bidang fisik 5) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill 6) Kemampuan
yang
berkenaan
dengan
non
decursive
komunikasi, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.102 3.
Faktor-faktor (aspek) yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa berhubungan dengan perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalamannya di lingkungan. Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) individu.103 a. Faktor internal 1) Faktor jasmaniah (fisiologis) Keadaan umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat
mempengaruhi
semangat
dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau bahkan tidak membekas. Selain itu, fungsi-fungsi 102
Ibid., hlm.155-156. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 130. 103
57
jasmani tertentu terutama pancaindera juga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.104 2) Faktor psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor tersebut antara lain : a) Faktor intelektif yang meliputi : (1) Faktor
potensial,
yaitu
kecerdasan
(intelegensi) dan bakat (2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki b) Faktor
non
intelektif,
yaitu
unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.105 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis106 b. Faktor eksternal 1) Faktor sosial, yang terdiri atas : a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah
104
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 235. 105
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., hlm. 130. Ibid.
106
58
c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok 2) Faktor non-sosial Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.107 3) Faktor instrumental Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.108 4) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 5) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.109 Menurut
Abu
Ahmadi
dan
Widodo
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi tiga (3) macam, yaitu :
107
Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 233. AlisufSabri, PsikologiPendidikan, cet. Ke.2 (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm.
108
59-60. 109
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Op. Cit., hlm. 131.
59
a. Faktor-faktor stimuli belajar Faktor stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu dalam mengadakan reaksi atau kegiatan belajar. Stimuli ini mencakup materi pelajaran, tugas, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima siswa dalam belajar. b. Faktor-faktor metode belajar Metode yang dipakai oleh guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa pun ikut berpengaruh. c. Faktor-faktor individual Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap pembelajaran siswa, faktor individual meliputi : kematangan fisik, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.110 4.
Evaluasi Hasil Belajar / Teknik Penilaian Prestasi Belajar Pembelajaran merupakan proses yang kondisional, artinya terkait erat dengan kondisi-kondisi tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar siswa juga terkait dengan kondisi-kondisi tertentu, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.
110
Ibid., hlm. 131-138.
60
Dalam mengevaluasi hasil belajar, guru hendaknya memperhatikan aspek-aspek psikologis siswa karena kondisi psikologis siswa sangat berpengaruh dalam aktivitas dan hasil belajarnya. Penilaian hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik harus dijiwai oleh psikologi pembelajaran. Namun, selain itu kondisi-kondisi di luar siswa juga turut mempengaruhi hasil belajarnya.111 5.
Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar Ada dua macam pendekatan dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan/prestasi belajar, yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan kriteria.112 a.
Penilaian Acuan Norma (Norm-References Assessment) Dalam penilain ini, prestasi belajar seorang siswa diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelas atau sekelompoknya.
b.
Penilaian Acuan Kriteria Penilaian dengan pendekatan ini merupakan proses pengukuran
prestasi
belajar
dengan
cara
membandingkan
pencapaian seorang siswa dengan berbagai perilaku ranah yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan absolut. Artinya, nilai siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai oleh 111
teman-teman
sekelasnya,
melainkan
ditentukan
oleh
Tohirin, Op. Cit., hlm. 158. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
112
216-218.
61
penguasaan materi pelajaran sesuai batas yang ditentukan (ketuntasan kriteria minimum). 6.
Klasifikasi Prestasi Belajar Klasifikasi prestasi belajar merupakan peringkat pencapaian prestasi peserta didik selama mereka mengikuti pendidikan. Pemeringkatan tersebut terdiri atas level 1 sampai 10 sebagaimana yang tertera pada tabel berikut : Tabel 1 Peringkat Prestasi Belajar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nilai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Keterangan Istemewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Kurang dari cukup Kurang Kurang sekali Buruk Belum mencapai prestasi
Pemeringkatan ini dimaksudkan sebagai alat untuk mengetahui posisi pencapaian kompetensi atau prestasi belajar pada suatu kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan peserta didik yang bermanfaat bagi pelayanan individual.113
113
Departemen Pendidikan Nasional,Kurikulum Berbasisi Kompetensi (Jakarta : Depdiknas, 2004), hlm. 17.