KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP KHARISMA BANGSA PONDOK CABE Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
SRI WAHYUNI NIM : 109011000285
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
Marhamah Saleh, Lc, MA NIP. 19720313 200801 2 010
i
ABSTRACTION “Personal Competence of Islamic Religion Teacher an Its Contribution on the establishment of students’ Moral” Personal competence is one government demands passing law of teachers and lecturers supposed to be possessed by a teacher. This is important, because a teacher is not only required to transfer knowledge, but a teacher is also required in order to be able to apply religious values, with the aim to stem the negative impacts of development of science. This research aim to know competence personality owned Islamic religious teacher, student’s moral, to know how much contribution competence personality Islamic teacher on the establishment of moral student of Kharisma Bangsa Junior high school by using survey method with correlational technique, with technical data of spreading poll to 40 respondents of Kharisma Bangsa Junior High School, having acquired the result of the poll about variable competence of personality of a religious teacher of Islam and their students’ attitude, then the author calculates both such variable by using the formula of the product moment. It is to know two variables such close relationship, then the author using the formula of the coefficient of determination to find a percentage of its influence. After the research was completed, then the author obtained the result of the correlation with number of 0,381, which means there are positive correlation between personal competence of Islamic religious teacher with the moral of students, but the correlation is weak, because it was among o,20-0,40. Based on close relationship to two variables, than known a coefficient determination by 15 percent. It shows that teacher’s personal competence has influence on the morals of students but it is not only thing that can affect the morals of student, but there are many things that also affect it, such a policy of the school, friends, family, and society environment.
Key Note
: personal competence, student’s moral
Sri Wahyuni
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAKSI ........................................................................................
i
ABSTRAC ............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
iii
DAFTAR ISI ........................................................................................
vi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................
1
B. Identifikasi Masalah.......................................................
9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................
9
D. Tujuan Penelitian ...........................................................
10
E. Manfaat Penelitian .........................................................
11
KAJIAN TEORI A. Kompetensi Kepribadian Guru .......................................
12
B. Pembentukan Akhlak Siswa ...........................................
32
C. Kerangka Berpikir .........................................................
41
D. Penelitian yang Relevan .................................................
42
METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................
44
B. Pendekatan dan Metode Penelitian .................................
44
C. Variabel Penelitian.........................................................
45
D. Populasi dan Sampel ......................................................
45
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................
45
F. TEKNIK Uji Instrumen Penelitian .................................
49
vi
BAB IV
BAB V
G. Uji validitas Instrumen ...................................................
49
H. Teknik Pengolahan Data ................................................
50
I. Teknik Analisis Data .....................................................
50
J. Hipotesis Penelitian .......................................................
52
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...............................................................
53
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
53
C. Interprestasi Data ...........................................................
68
PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................
70
B. Implikasi........................................................................
70
C. Saran .............................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
72
DAFTAR UJI REFERENSI LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah mentransfer pengetahuan dan nilai (knowledge and value).1Menurut UU No. 20 Tahun 2003, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah:” Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirtual keagamaan, gendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Pendidikan termasuk di dalamnya sistem persekolahan adalah institusi yang penting peranannya dalam hal pengembangan bidang intelektualitas dan moral.3Menurut UU SISDIKNAS Nomor 2 Tahun 1989, Pasal 4 yang dikutip oleh Alisuf Sabri, menyatakan bahwa : “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.4 Sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional, Pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam.5 Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan peranan tersebut diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis dan berencana, karena manusia semakin terlibat ke dalam proses 1 2
Abdurrahman, Meaningful Learning, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2007), h.3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
h.4 3
Choirul Fuad Yusuf, Pendidikan Agama Berwawasan Kerukunan, (Jakarta : PT. Pena Citasatria, 2008),h.43 4 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), cet-ke 1, h.71-72 5 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2009), h. 14
1
2
perkembangan sosial itu sendiri menunjukkan adanya interelasi dan interaksi berbagai fungsi.Dari berbagai penjelasan tentang pengertian pendidikan ini, terlihat sangat jelas, bahwa tujuan akhir pendidikan adalah untuk menciptakan generasi bangsa Indonesia yang tidak hanya pandai dalam hal akademis tetapi juga berakhlak mulia. Tercapainya prinsip tersebut tentunya sangat berhubungan erat dengan tugas guru sebagai tenaga pendidik. Seorang guru harus benar-benar mampu memberikan penjelasan mengenai tujuan pendidikan dan cara bersikap yang semestinya. Mendidik adalah kegiatan memberi pengajaran kepada peserta didik, membuatnya mampu memahami sesuatu, dan dengan pemahaman yang dimilikinya, ia dapat menerapkan sesuatu yang dipelajarinya. Akhlak merupakan salah satu dasar dari pandangan pendidikan. Allah SWT berfirman :
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berada diatas budi pekerti yang agung” (Q.S Al-Qalam, 68:4). Ayat diatas menerangkan bahwa pahala yang tidak putus-putusnya diperoleh oleh Rasulullah saw sebagai hasil akhlak agung, yang merupakan akhlak beliau dan merupakan pujian dari Allah SWT kepada beliau, yang jarang diberikannya kepada hamban-hambanya yang lain. 6 Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilainilai yang terkandung dalam Al-quran dan As-sunnah. Dengan demikian bahwa pendidikan akhlak merupakan asas bagi setiap pendidikan manusia. Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan peserta didik.Sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing,dan pengajar. Kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. 6
Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya : PT Dana Bhakti Wakaf, h. 284
3
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 10 disebutkan bahwa :”guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.” Keempat kompetensi tersebut dijelaskan secara rinci oleh Trianto dan Titik Triwulan sebagai berikut : Pertama, Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, seperti kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan melakukan evaluasi belajar. Kedua, Kompetensi Kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Ketiga, Kompetensi Sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar. Keempat, Kompetensi Profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik.7 Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses. Karena itu, guru sebagai sosok yang sangat sentral dalam proses pembelajaran, haruslah memiliki kompetensi tersebut, karena pada hakikatnya esensi dari dari pembelajaran adalah perubahan tingkah laku. Guru akan mampu mengubah perilaku peserta didik jika dirinya sendiri telah menjadi manusia baik. Menurut Mulyasa (2008:1), yang dikutip oleh Jejen Musfah mengatakan bahwa :“Pribadi guru harus baik karena inti pendidikan adalah perubahan tingkah laku, sebagaimana makna pendidikan adalah proses pembebasan peserta didik dari ketidakmampuan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan.”8 7
Trianto dan Titik Triwulan, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi & Kesejahteraan, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet.ke-1, h.71-72 8 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Kepribadian Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana, 2011), cet-ke 1, h. 43
4
Tingkah laku yang baik merupakan syarat mutlak bagi seorang guru, tanpa itu semua pendidikan akan kehilangan jati dirinya. Manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dengan murid. Sebegitu penting dan kompleksnya peran guru dalam pendidikan sehingga tidak bisa digantikan dengan teknologi sekalipun. Sampai-sampai Rasulullah SAW sangat memuliakan posisi guru, dalam sabdanya : “ Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya berarti ia telah mendapatkan bagian yang banyak. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)9 Akan tetapi, kadang-kadang guru lupa, bahwa ada satu sisi yang terlupakan, yakni unsur mendidik. Apalah artinya seorang anak didik pintar dan cerdas, tapi tidak memilki hati nurani, angkuh, sombong, dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya. Kemerosotan moral para siswa seringkali dianggap karena kegagalan para guru dalam mendidik dan memberikan suri tauladan kepada siswanya. Bila guru dahulu berarti orang yang yang berilmu, arif, dan bijaksana, kini guru dilihat tidak lebih sebagai fungsionaris pendidikan yang mengajar atas dasar kualifikasi keilmuan dan akademis tertentu. Faktor-faktor lain seperti kearifan dan kebijaksanaan yang merupakan sikap dan tingkah laku moral tidak lagi signifikan, sebaliknya dalam konsep klasik, faktor moral berada di kualifikasi pertama, sedangkan faktor keilmuan dan akademis berada di bawah kualifikasi moral.10Kearifan dan kebijaksanaan yang jarang dimiliki oleh guru dewasa ini menjadikan para siswa kesulitan mencari sosok idola panutan dan teladan mereka, 9
Agus hasan Bashori , Muhammad Syu’aib . Terjemah Riyadhus Sholihin, (Surabaya :Duta Ilmu, 2003),h. 453 10 Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), hal.165.
5
sedang anak-anak yang berada dalam usia remaja atau diambang kedewasaan sangat mencari dan merindukan figur keteladanan dan tokoh identifikasi yang akan diterima dan diikuti langkahnya. Berbagai kasus yang disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa, sering kita dengar dari berita-berita yang berasal dari media elektronik atau media cetak. Misalnya : adanya oknum guru yang mencabuli peserta didik, adanya oknum guru yang telibat pencurian, penipuan, dan kasus –kasus lain yang tidak pantas dilakukan oleh guru.11 Sungguh sebuah keprihatinan yang mengiris hati sanubari bagi orangorang yang merindukan keluhuran moralitas, akhlak dan harga diri yang bernilai bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Betapapun kemajuan teknologi yang begitu cepat dalam berbagai hal, bukan berarti malah menjadikan kemajuan itu sebagai senjata yang meracuni perilaku dan akhlak generasi bangsa ke arah negatif, atau mungkin sengaja membiarkan sebuah arus negatif yang akan membawa mereka kepada kehancuran. Tidaklah demikian, bagi orang yang mengerti dan memahami esensi modernisasi zaman. Mari kita telusuri bersama, apa yang menjadi akar permasalahan sehingga bangsa ini belum mampu untuk mewariskan generasi bangsa yang unggul, yang bermental kuat iman dan fisiknya, yang cerdas, terdidik dan berintelektual tinggi, generasi bangsa yang jauh dari sikap berleha-leha melainkan senantiasa bekerja keras, terampil, produktif, aktif, dan inovatif, generasi bangsa yang mandiri , kritis dan memiliki sikap dewasa dalam menyikapi segala hal, generasi bangsa yang bangga akan keagungan jati diri bangsanya, menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan akhlak. Inilah yang semestinya kita perjuangkan bersama, untuk mengestafetkan perjuangan untuk perubahan nasib generasi bangsa. Menurut sumber website Cendikia Centre,ada beberapa hal yang harus kita kritisi bersama atas terjadinya kebobrokan moralitas generasi bangsa ini:12
11
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2008), h. 121 12 Cendikia Centre, Guru yang Sesungguhnya Ikut Menangis, 2009, (http://cendekiacentre.blogspot.com)
6
1.Tidak adanya perhatian yang khusus pada pendidikan.Pendidikan adalah pondasi dasar untuk membangun sebuah peradaban di dunia ini, semua itu terbukti dari masa yang silam sejarah perkembangan pendidikan telah mampu memberikan jaminan untuk menghantarkan manusia
pada
kehidupan yang lebih baik. Mari kita sadari, pendidikan adalah tanggung jawab bersama, yang seharusnya diberikan perhatian khusus dari semua unit di negeri ini, bukan hanya sekedar dititikberatkan pada lembaga pendidikan formal dan guru saja, yang dianggapnya memiliki peranan penting untuk membentuk generasi bangsa. Akan tetapi kita pun tidak bisa menafikan bahwa sebuah lembaga pendidikan dan guru memiliki keterbatasan dalam hal itu. Agar pendidikan mampu bergerak secara optimal, maka keterlibatan semua komponen haruslah terjalin, baik itu dari keluarga, lembaga pendidikan formal, masyarakat dan pemerintah. 2. Konsep pendidikan yang melupakan jati diri bangsa.Hal ini seringkali kita lupakan : sebuah pembentukan generasi bangsa yang memiliki jati diri bangsanya sendiri, melalui jalan konsep pendidikan. Hal ini seharusnya mampu mewarnai para generasi bangsa yang diarahkan pada kemajuan intelektual yang memiliki kesadaran penuh untuk membangun dan membesarkan nama bangsanya sendiri. Akan tetapi semuanya itu pudar terbawa arus gelombang kelonggaran dan kebiasan dalam menentukan konsep pendidikan di negeri ini sehingga para generasi unggulan yang bisa diharapkan malah beralih, menjauh dan meninggalkan kekhasan jati diri bangsa sendiri. Dan pada akhirnya muncul produk-produk manusia tanpa jati diri. 3. Pendidikan yang dikomersilkan.Nan jauh disana kita sebagai rakyat biasa seringkali terjebak dengan keindahan bahasa dari para penguasa mengenai peningkatan kualitas mutu pendidikan yang tidak terhingga mahalnya, mulai dari jenjang terendah hingga jenjang teratas. Hal ini membuat rakyat biasa merasa tertekan dan frustasi untuk menyeimbangkan kebijakan penguasa yang tidak terarah. Bukankah pndidikan itu infestasi masa depan? Yang bisa menjamin kemajuan sumber daya negeri ini? Namun faktanya, jalan untuk
7
menempuh itu, pendidikan selalu dikomersilkan, yang mengakibatkan sistem pendidikan rusak. 4. Metode pembelajaran hanya sekedar transfer ilmu.Dalam proses kegiatan belajar mengajar seorang guru ataupun dosen memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik. Bukan hanya sekedar transfer ilmu, namun hendaknya diupayakan transfer ilmu itu membekas pada pengamalan. 5. Lunturnya kepribadian guru dari jiwa kharismatik.
Jika kita ambil
perbandingan peran guru di masa kini dengan masa dulu, ada sebuah pergeseran peran yang cukup jauh, mengapa hal ini bisa terjadi? Dulu, guru mampu beperan sebagai pengganti orangtua disertai memberikan pengajaran dengan penuh perhatian, perjuangan, pengorbanan, kesungguh-sungguhan, dengan do’a , cinta dan keikhlasan, jiwa keteladanan, sehingga mampu menghujamkan pengaruh yang luar biasa ke pribadi-pribadi anak didiknya. Saat itu guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru, dimuliakan dan dihormati. Memang seharusnya seperti itulah cerminan seorang guru yang memiliki kepribadian, berjiwa kharismatik dan tanggung jawab terhadap amanah yang diembannya. Kompetensi kepribadian, baik itu berupa kearifan, budi pekerti atau akhlak yang baik harus lebih dulu dimiliki oleh seorang guru. Kepribadian yang mantap, sifat-sifat yang luhur dan suri teladan yang baik dapat meningkatkan kewibawaan guru dan menumbuhkan kemantapan belajar siswa. Sehingga siswa pun akan dengan senang hati menerima setiap materi pelajaran yang disampaikan guru. Kepribadian merupakan faktor terpenting bagi seorang guru. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakan ia menjadi pembina atau pendidik yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).13
13
Zakiyah Daradjat, Keperibadian Guru, (Jakarta, Bulan Bintang, 2005), h. 9
8
Sebagai guru yang bertugas menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada siswa, maka sudah sepatutnya guru Pendidikan Agama Islam mempunyai kompetensi kepribadian yang matang, yang dapat memberikan teladan bagi siswa dalam berprilaku. Akan
tetapi, bukan berarti guru bidang studi lain tidak
bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik, semua guru dan komponen-komponennya diharapkan dapat bersinergi dalam pembentukan akhlak siswa. Melalui sentuhan guru disekolah diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis), maupun secara sikap mental. Dengan guru yang mempunyai kompetensi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif, berwibawa, teladan, dan berakhlak mulia, diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang berkarakter dan berakhlak mulia sesuai dengan tujuan pendidikan. Kharisma Bangsa adalah sekolah nasional yang menggunakan sistem belajar bilingual dan memiliki fasilitas boarding. Menggunakan bahasa pengantar resmi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kharisma Bangsa memiliki jenjang untuk Sekolah Dasar ( SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Karisma Bangsa sebagai lembaga pendidikan bertujuan membentuk lulusan-lulusan yang mampu berperan dalam kehidupan sosial dan budaya dengan didasari akhlak yang mulia baik untuk lingkup Indonesia maupun internasional, mampu menjadi pemimpin yang tangkas dan cerdas. Dalam rangka mewujudkan tujuan ini Sekolah Kharisma Bangsa berkomitmen untuk mengajar dan membimbing siswa baik dalampemenuhan kebutuhan akademik maupun pemenuhan bimbingan budi pekerti meliputi menanamkan nilai kejujuran, menghargai hak dan kepentingan orang lain, serta memberikan kesadaran bahwa kebebasan adalah bagaimana bertanggungjawab menjaga hak dan kewajiban yang bersandar pada budi pekerti yang luhur. Tujuan tersebut tentunya tidak lepas dari peran guru yang mempunyai kompetensi kepribadian. Terutama guru pendidikan agama Islam yang paling berperan dalam menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik.
9
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
GURU
PAI
DAN
KONTRIBUSINYATERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP KHARISMA BANGSA PONDOK CABE”.
B. Identifikasi Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu : 1.
Kemerosotan moral para siswa seringkali dianggap karena kegagalan para guru dalam mendidik dan memberikan suri tauladan kepada siswanya.
2.
Pentingnya kompetensi kepribadian guru bagi pembentukan akhlak siswa
3.
Tidak adanya perhatian khusus terhadap pendidikan di era globalilsasi, mengakibatkan perubahan pada nilai-nilai kehidupan social dan budaya. Seperti nilai moral, etika, kaidah agama.
4.
Konsep pendidikan yang melupakan jati diri bangsa.
5.
Pendidikan yang dikomersilkan.
6.
Metode pembelajaran hanya sekedar transfer ilmu.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Supaya tidak meluas permasalahan yang akan dibahas, maka penulis hanya membatasi permasalahan mengenai kontribusi kompetensi kepribadian guru PAIterhadap pembentukan akhlak siswa. Oleh sebab itu, maka pembatasan masalah yang akan penulis teliti adalah : a. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan atau kecakapan sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh seorang guru berupa: akhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, menegmbangkan diri, dan religius.
10
b. Guru yang dimaksud adalah guru Pendidikan Agama Islam. c. Akhlak yang dimaksud adalah sikap atau perilaku keberagamaan, kesopanan peserta didik, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat. d. Yang akan menjadi obyek penelitian ini adalah siswa-siswi khusus pada kelas IX (Sembilan) SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe tahun ajaran 2013-2014. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, pembatasan masalah diatas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana kompetensi kepribadian guru PAI di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe Tangerang Selatan? b. Bagaimana akhlak siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe Tangerang Selatan? c. Seberapa besar kompetensi kepribadian guru PAI memberi kontribusi dalam pembentukan akhlak siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe Tangerang Selatan? D. TujuanPenelitian Adapuntujuandaripenelitianiniadalahsebagaiberikut : 1. Untukmengetahuikompetensi kepribadian guru PAI di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe Tangerang Selatan. 2. Untukmengetahuiakhlak siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe Tangerang Selatan 3. Untukmengetahui seberapa besar kompetensi kepribadian guru PAI memberi kontribusi dalam pembentukan akhlak siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe Tangerang Selatan
11
E. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan bermanfaat : 1. Bagi penulis,sebagaisyaratuntukmendapatkangelar strata 1 (S1), dandapat
menambah
wawasan
sertamendapat
informasi
baru
mengenai pengetahuan tentang kompetensi kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. 2. Bagi sekolah terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru di sekolah tersebut. 3. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi kepribadian atau personal sebagai seorang pendidik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Kepribadian Guru 1. Pengertian a. Guru Kata guru berasal dari dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata “teacher” yang berarti pengajar.1 Menurut Poerwadarminta sebagaimana dikutip oleh Nurdin, guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dilihat dari pengertian di atas, mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya. 2 Guru adalah orang dewasa yang bertangggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani maupun rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.3 Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensi psikomotorik. Guru juga berarti ornag dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah.4
1
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001). Cet ke-1. Hlm. 41 2 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : PrismaSophie yogyakarta, 2004), hlm.156 3 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Ceria, 2007), hlm. 93 4 Muhaimin, Pemikiran Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta :Rajawali Pers, 2011), hlm. 172-173
12
13
Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas.5 Dari berbagai penjelasan tentang pengertian guru diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang bertanggungjawab untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, dan menanamkan nilai-nilai moral, agar terciptaanya kepribadian peserta didik yang utuh.
b. Kompetensi guru Kompetensi
adalah
kumpulan
pengetahuan,
perilaku,
dan
keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.6 Menurut
Mulyasa,
sebagaimana
dikutip
oleh
Jejen
Musfah,”Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmua, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman teradap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.”7 Kompetensi adalah kemampuan seseorang baik kualitataif maupun kuantitataif.
Kompetensi
adalah
kemampuan,
kecakapan
dan
keterampilan yang dimiliki seseorang berkenaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya.8 Adapun dalam kaitannya dengan kompetensi guru, menurut Sahertian yang dikutip oleh Trianto dan Titik Triwulan, ada tiga definisi
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 252 6 Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta :Kencana, 2001), cet Ke-1, h. 27 7 Ibid, hlm. 27 8 Trianto, Titik triwulan Tutik,Tinjauan Yuridis Hak serta kewajiban Pendidik menurut UU Guru dan Dosen., (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2006). Hlm. 62
14
yang dikemukakan : Pertama, kompetensi guru adalah kemampuan guru untuk
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirancangkaan. Kedua, kompetensi guru adalah ciri hakiki dari kepribadian guru yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Ketiga, kompetensi guru adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan.9 Jadi kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang bertugas mendidik siswa agar mempunyai kepribadian luhur dan mulia sebagaimana tujuan dari pendidikan. dengan demikian kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.
c. Kepribadian guru Sebelum penulis membahas tentang pengertian kepribadian guru, penulis akan menjelaskan tentang pengertian kepribadian terlebih dahulu. Menurut Surya, yang dikutip oleh Tohirin, bahwa secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku individu yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya.10 H.J Eysenck, dalam sapuri, membuat definisi kepribadian sebagai berikut : “Personality is the sum-total of actual or potential behavior patterns of the organism as determined by heredity and environment; it originates and develops through the functional interaction of the four main sectors into which these behavior patterns are organized the cognitive sector (intellegence), the conative sector (character) and affective sector (temperament) and the somative sector (constitution)” “Kepribadian adalah jumlah total bentuk tingkah laku yang aktual atau potensial pada organisme sebagai suatu tingkah laku individu, baik itu yang tampil maupun yang berbentuk potensi, dipengaruhi oleh 9
Ibid, hlm 62-63 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.169 10
15
hereditas dan lingkungan atau hasil belajar dan berkembang melalui inteksi fungsional antara aspek-aspek pembentuknnya, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif, dan somatik.”11 Marilah kita lihat beberapa makna dari rumusan kepribadian menurut Allport dalam Nana Syaodih sukmadinata (2009) sebagai berikut :12 1) Kepribadian merupakan suatu organisasi Pengertian organisasi menunjukkan kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks, mengandung banyak aspek, banyak hal yang harus diorganisasi. Organisasi juga punya banyak makna, bahwa sesuatu yang diorganisasi itu memiliki sesuatu cara atau sistem pengaturan, yang menunjukkan sesuatu pola hubungan fungsional. Di dalam organisasi kepribadian cara pengaturan atau pola hubungan tersebut adalah cara dan pola tingkah laku. Keseluruhan pola tingkah laku individu membentuk satu aturan atau sistem tertentu yang harmonis. 2) Kepribadian bersifat dinamis Kepribadian individu bukan sesuatu yang statis, menetap, tidak berubah, tetapi kepribadian terasebut berkembang secara dinamis. Perkembangan manusia berbeda dengan binatang yang statis, yang mengikuti lingkaran tertutup, perkembangan manusia dinamis membentuk suatu lingkaran terbuka atau spiral. Meskipun pola-pola umumnya sama tetapi selalu terbuka kesempatan untuk pola-pola khusus baru. Dinamika kepribadian individu ini , bukan saja dilatarbelakangi oleh potensi-potensi yang dimilikinya, tetapi sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dengan manusia lain. Lingkungan manusia juga selalu berada dalam perubahan dan perkembangan.
11
Rafy Sapuri, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta :Rajawali Pers, 2009), h.150-151 12 Nana Saodih Sukmandinata, op. cit., h. 138-139
16
3)
Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan ruhaniah Kepribadian adalah suatu sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisik dengan psikis. Kepribadian bukan hanya terdiri atas aspek fisik, juga bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi keduanya membentuk satu kesatuan.
4)
Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Ia adalah bagian dari lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya. Interaksi atau penyesuaian diri dengan lingkungannya bersifat unik, berbeda dengan antara seorang individu dengan individu lainnya. Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam
melaksanakan tugasnya, kepribadian guru, terlebih guru pendidikan agama Islam, tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuk berprilaku, tetapi juga akan menjadi model keteladanan bagi para siswanya dalam perkembangannya. Oleh karena itu, kepribadian guru perlu dibina dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Guru-guru terlebih guru pendidikan agama Islam, diharapkan mampu menunjukkan kualitas cirri-ciri kepribadian yang baik. Sosok kepribadian guru yang ideal menurut Islam telah ditunjukkan pada kegururuan Rasulullah SAW yang bersumber dari al-quran .tentang kepribadian Rasulullah SAW ini, alquran surat Al-Ahzab [33]:21 menegaskan :
17
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu…” Sebagai guru pendidikan agama Islam, sudah sewajarnya apabila keguruan
Rasulullah
SAW
diimplementasikan
dalam
praktik
pembelajaran.13 Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah dan madrasah, guru memegang peran utama dan amat penting. Perilaku guru dalam pendidikan dan belajar akan memberikan pengaruh dan corak yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian anak didiknya.
Oleh
karena
itu,
perilaku
guru
hendaknya
dapat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik kepada anak didiknya. Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil , optimis, dan menyenangkan. Ia dapat memikat hati anak didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan di sayangi oleh guru. Betapapun sikap dan tingkah lakunya.14 Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru
adalah
contoh
teladan
yang
sangat
penting
dalam
pertumbuhannya, guru adalah orang pertama setelah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Jika akhlak guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak didikakan rusak olehnya, karena anak mudah terpengaruh oleh orang yang dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas, dan terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan contoh yang selama ini didapatnya di rumah dari orang tuanya.15
13
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h.170 14 Zakiah Darajat,Kepibadian Guru. (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet ke-4. Hlm.10 15 Ibid, hlm. 11
18
b. Kedudukan, dan tugas guru dalam pendidikan agama Islam a. Kedudukan guru Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan
yang tinggi
terhadap
guru.
Begitu
tingginya
penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Karena guru adalah bapak ruhani (Spiritual father) bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap orang yang berilmu menurut Ahmad Tafsir (1994), yang dikutip oleh Muhamad Nurdin adalah sebagai berikut :16 1) Tinta ulama lebih berharga daripada darah para syuhada 2) Orang yang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, orang yang berpuasa, bahkan melebihi kebaikan orang yang berperang di jalan Allah. 3) Apabila meninggal seorang alim maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh orang yang alim pula. Al-Ghazali menukil beberapa hadits Nabi tentang keutamaan seorang guru. Ia berkesimpulan bahwa guru disebut sebagai orang yang besar aktivitasnya dan lebih baik daripada ibadah setahun. Selanjutnya Al-Ghazali menukil beberapa perkataan ulama yang menyatakan bahwa guru merupakan pelita segala zaman. Orang yang hidup bersamanya akan memperoleh pancaran nur keilmiahan. Andaikata dunia tidak ada guru, niscaya manusia seperti binatang, sebab guru selalu berupaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyah. 17 Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan
16 17
ilmunya.
Muhammad Nurdin, op. cit., h. 193 Ibid
Mengamalkan
ilmu
dengan
cara
19
mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah suatupengalaman yang paling dihargai dalam Islam. b. Tugas guru Menurut Hamka sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar, bahwa tugas pendidik pada umumnya adalah mempersiapkan dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.18Sementara secara khusus, tugas pendidik meliputi: mengetahui tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, membangkitkan minat belajar, membangkitkan dan mengarahkan potensi peserta didik, mengatur situasi proses belajar mengajar yang kondusif, mengakomodir tuntutan sosial dan zaman ke dalam proses pendidikan, serta melakukan interaksi dengan peserta didik, orang tua, dan sosial secara harmonis.19 Selanjutnya
Muhaimin
menjabarkan
tugas
guru
dalam
perspektif Islam adalah sebagai berikut :20 1) Mengembangkanprofesionalismenya
secara
berkelanjutan
dalam melakukan ta‟lim, tarbiyah, irsyad, tadris, ta‟dib, tazkiyah dan tilawah; 2) Mengembangkanpengetahuan teoritis, praktis dan fungsional bagi peserta didik; 3) Menumbuhkembangkan kreativitas, potensi-potensi dan/atau fitrah peserta didik; 4) Meningkatkan kualitas akhlak dan kepribadian, dan/atau menumbuhkembangkan nilai-nilai insani dan nilai Ilahi; 5) Menyiapkan tenaga kerja yang produktif; 6) Membangun peradaban yang berkualitas (sesuai dengan nilainilai islam) di masa depan; 18
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam ,(Jakarta :Kencana, 2008), h.136 19 Zakiyah Daradjat, op. cit., h. 21 20 Muhaimin, op. cit., h.179
20
7) Membantu peserta didik dalam penyucian jiwa sehingga ia kembali kepada fitrahnya; 8) Mewariskan nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai nsani kepada peserta didik. Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya‟ ulum al-Din bahwa tugas-tugas guru adalah sebagai berikut : 1) Kasih sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri; 2) Meneladani Rasulullah, sehingga jangan menuntut upah , imbalan, maupun penghargaan. Hal ini bukan berarti tidak boleh menerima gaji /upah/imbalan, tetapi ia adalah akibat dar kinerja atau hak yang diperoleh setelah kewajiban 3) Hendaknya memberi predikat/martabat kepada peserta didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang samar (al „ilm al-khafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas (al „ilm al-jaly) 4) Hendaknya mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek dengan sindiran dan tidak tunjuk hidung 5) Guru yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak menjelek-jelekkan atau meremehkan bidang studi lain 6) Menyajikan pelajaran pada paserta didik sesuai dengan taraf kemampuan mereka 7) Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu , sebaiknya di beri ilmu-ilmu yang global dan tidak perlu menyajikan detailnya 8) Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, jangan sampai ucapannya bertentangan dengan perbuatannya.21
21
Ibid ., h. 186
21
c. Kompetensi kepribadian guru Kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahaun 2005, pada pasal 28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.22 Menurut Samani Muklas , dalam Fachruddin Saudagar ; Ali Idrus, secara rinci kompetensi kepribadian mencakup hal-hal berikut: berakhlak mulia, arif dan bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.23 Menurut Jama‟an Satori, dalam Fachruddin Saudagar ; Ali Idrus (2011),yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang berkaitan dengan prilaku guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam prilaku sehari-hari.24 Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius.25 a. Berakhlak mulia akhlak mulia atau akhlaqul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang baik di sebut juga dengan akhlak mahmudah. Al Ghazali sebagaimana di kutip oleh Yatimin Abdullah dalam bukunya “Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran” menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah
22
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta :Gaung Pesada Press, 2011), h. 41 24 Ibid 25 Jejen Musfah, op. cit., h. 43 23
22
yang dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakkal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya.26Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat dengan Allah adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna. Al-Ghazali sebagaimana di kutip oleh Yatimin Abdullah dalam bukunya “Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran” menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu sebagai berikut :27 1) Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik. Ia memandang bentuk hikmah yang harus dimiliki seseorang, yaitu jika berusaha untuk mencapai kebenaran dan ingin terlepas dari semua kesalahan dari semua hal. 2) Bersikap
berani.
Berani
berarti
sikap
yang
dapat
menegndalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju. Orang yang memiliki akhlak baik biasanya pemberani, dapat menimbulkan sifat-sifat yang mulia, suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan jiwanya, suka menerima saran dan kritik orang lain, penyantun, memiliki perasaan kasih dan cinta. 3) Bersuci diri. Suci berarti mancapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama. Orang yang memiliki sifat fitrah dapat menimbulkan sifatsifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik, dan tidak rakus. Fitrah merupakan suatu potensi yang diberikan Allah, di bawa manusia sejak lahir yang menurut tabiatnya cenderung kepada kebaikan dan mendorong manusia untuk lebih baik. 26
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-quran, (Jakarta :Amzah, 2007), h. 40 27 Ibid.,h. 40-41
23
4) Berlaku adil. Adil, yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu syahwatnya Pendidikan
nasional
yang
bermutu
diarahkan
untuk
pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”(BSNP, 2006:74) b. Mantap, stabil, dan dewasa Kepribadian yang matang (mantap) diperlukan oleh orang yang mengharapkan kepribadiannya dihormati dan dihargai oleh manusia, terlebih seorang guru dan teladan generasi muda. Orangorang yang tidak matang kepribadiannya, prilaku mereka mengisyaratkan adanya
kekurangan pada
akal
dan sifat
kejantanan yang sempurna, serta hilangnya kehormatan ilmu. Orang yang kondisinya seperti ini membuat murid-murid mencemooh dan melecehkannya.28 Menurut Husain dan Ashraf sebagaimana dikutip oleh Jejen Musfah “ Jika disepakati bahwa pendidikan bukan hanya melatih manusia untuk hidup, maka karakter guru merupakan hal yang sangat penting .”itu sebabnya menurutnya meskipun murid pulang ke rumah meninggalkan sekolah atau kampus guru mereka, kenangan tentang kepribadian yang agung di mana mereka pernah berinteraksi dalam masa tertentu dalam hidup mereka.29 Sikap
yang
mantap,
stabil
dan
bijaksana
tergambar
mempunyai indikator sebagai berikut :bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai 28
Muhammad Abdullah Ad-Duweisy, Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh, (Surabaya: Penerbit Elba, 2006),hal. 69. 29 Jejen Musfah, op. cit., h. 45
24
dengan norma, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik, memiliki etos kerja sebagai guru. Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing, dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani.30Minimal ada tiga ciri kedewasaan : 1) Orang yang telah dewasa telah memililki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang yang telah dewasa tidak mudah terombang-ambing karena telah punya tujuan yang jelas, kemana akan pergi, dan dengan cara mana ia mencapainya. 2) Orang dewasa adalah orang yang mempu melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak banyak dipengaruhi oleh subjektivitas dirinya. Mampu melihat dirinya dan orang lain secara objektif, melihat keleihan dan kekurangan dirinya dna orang lain, lebih dari itu ia mampu bertindak sesuai dengan hasil penglihatantersebut. 3) Orang dewasa adalah orang yang telahbertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan , kebebasan, tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab. Dia bebas menentukan arah hidupnya, perbuatannya, tetapi setelah berbuat ia dituntut tanggung jawab. Guru harus terdiri atas orang-orang yang bisa bertanggung jawab atas segala perbuatannya. c. Arif dan bijaksana Kepribadian yang arif dari seorang guru, ditampilkan melaui tindakannya yang berdasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan
masyarakat, ia pun harus bisa menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak terhadap peserta didik. Guru pun haruslah mempunyai kepribadian yang bijak. 30
ibid., h. 254-255
25
Kearifan merupakan sumber kebaikan, karena itu sifat arif dan bijaksana amat berharga. Alquran menjelaskan :
“Allah memberikan kearifan (hikmah) kepada siapa saja yang dikehendakinya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebaikan yang banyak (Al-baqarah : 269).” Pada tataran teoritis, kearifan diterangkan Al-Qayyim Al-Jauziyah yang dikuti oleh Ilyas Ismail menunjuk pada kemampuan melihat dan memahami makna dan hakikat dari segala sesuatu. Sedangkan dalam tatana praktis kearifan menunjuk pada kemampuan melakukan suatu pekerjaan secara tepat, baik dilihat dari segi kadar, tampilan, maupun waktunya. Dalam pengertian ini orang yang arif adalah orang yang mampu menciptakan suatu program yang tepat denganmetode yang tepat, serta pada waktu yang tepat pula.31 Sebagai anugerah Alllah SWT yang amat tinggi, kearifan tentu tidak berdiri sendiri. Ia lahir dan berakar dari sumber-sumber lain yang mendukung. Diantara sumber-sumber itu menurut Ibnu alQayyim al-Jauziyah, adalah wawasan pengetahuan terutama wawasan dan pemahaman orang yang bersangkutan terhadap la-quran dan Sunnah. Sumber lainnya adalah sikap santun dan kasih sayang serta sikap tekun dan tenang. menurut Husain dan Ashraf yang dikutip oleh Jejen Musfah “Guru bukan hanya menjadi seorang manusia pembelajar tetapi menjadi sosok bijak, seorang saleh yang dapat mempengaruhi pikiran generasi muda.”
32
seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena
merasa paling mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya, 31 32
Ilyas Ismail, Pilar-pilar Takwa, (Jakarta :PT:RajaGrafinfo Persada, 2009), h. 166-167 Jejen Musfah. Op.cit. h. 46
26
sehingga menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya. Allah WT mengingatkan orang-orang yang sombong dengan firmannya :
“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian Dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang Raja, kecuali Allah menghendakiNya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha mengetahui.”(QS. Yusuf :76)33. Sepintar dan seluas apapun pengetahuan manusia tidak akan mampu menandingi keluasan ilmu Allah SWT. d. Menjadi teladan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa teladan yaitu
perbuatan
atau
barang
yang
patut
ditiru
dan
dicontoh.34Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Abdullah Ulwan misalnya sebagaimana dikutip oleh Hery Noer Aly mengatakan bahwa pendidik akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang
34
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, (Bandung :PT. Remaja Rosda Karya, 1995), cet. Ke-8, h. 138
27
disampaikannya.35Hal ini disebabkankarena secara psikologis anak adalah
seorang
peniru
yang
ulung.
Murid-murid
cenderung
meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal. Ia pun memberikan definisi bahwa pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberikan contoh, baik hanya tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya.36 Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah cenderung meniru kaum kuat, serta bawahan meniru atasannya.37 Pola pengaruh keteladanan berpindah kepada peniru melalui berbagai bentuk, dan bentuk yang paling penting adalah :38 1) Pemberian pengaruh secara spontan Pengaruh
yang
tersirat
dari
sebuah
keteladanan
akan
menentukan sejauhmana seseorang memiliki sifat yang mampu mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan ilmu pengetahuan,kepemimpinan, atau ketulusan. Dalam kondisi yang demikian, pengaruh keteladanan itu terjadi secara spontan dan tidak disengaja. 2) Pemberian pengaruh secara sengaja Pemberian pengaruh melalui keteladanan bisa juga dilakukan secara sengaja. Misalnya, seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti oleh anak didik, seorang imam 35
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos Wacana Mulia, Jakarta, Cet. I, 1999, h.
178. 36
Ibid, h.95 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 263 38 . Ibid., h. 266-267 37
28
membaguskan shalatnya untuk mengajarkan shalat yang sempurna, ketika berjihad seorang panglima tampil di depan barisan untuk meyebarkan ruh keberanian, pengorbanan, dan tampil ke garis depan di dalam diri para tentara. Dalam hal ini Rasulullah SAW telah memberikan teladan langsung kepada para sahabat sehingga mereka telah banyak mempelajari masalah keagamaan sesuai dengan perimintaan Rasulullah agar mereka meneladani beliau sebagaimana dijelaskan dalam sabdanya :
“Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat. “ (HR. Bukhari) Di dalam hal pendidikan Islam ini, Al Ghazali mewajibkan kepada para pendidik Islam harus memiliki adab yang baik, karena anak-anak didiknya selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya. Hal ini harus diinsafi oleh pendidik. Mata para anak didik selalu tertuju kepadanya dan telinganya selalu mendengarkan tentangnya.39 Jadi keteladanan
guru agama Islam adalah hal-hal yang dapat
ditiru atau dicontoh dari orang yang berilmu atau memberi pelajaran tentang materi pendidikan agama Islam, baik dalam bentuk tingkah laku, sifat dan ucapan, yang kemudian dipraktekkannya sesuai dengan apa yang dilihat. Dari cakupan kompetensi kepribadian diatas, dapat dijabarkan berbagai indikator, yakni seorang pendidik dalam dirinya harus melekat sifat, sikap, dan prilaku yang antara lain :40 1) Merasa senang dan bangga terhadap pekerjaannya sebagai pendidik. 2) Selalu konsisten dan komitmen terhadap perkataan dan perbuatannya.
39
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 2009), cet Ke-5, h. 170 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang :UIN Malang Press, 2008). h.77-78 40
29
3) Selalu berkata benar terhadap siapa saja termasuk kepada peserta didiknya. 4) Jujur, adil, dan demokratis dalam melaksanakan pembelajaran dengan peserta didiknya. 5) Menghargai dan menghormati pendapat orang lain, termasuk dengan peserta didiknya. 6) Selalu menjunjung tinggi aturan dan norma yang berlaku di masyarakat. 7) Bekerja dengan semangat yang tinggi. 8) Disiplin dalam mengerjakan tugas sehari-hari. 9) Selalu memberikan contoh yang dapat diteladani dan ditiru oleh siapa saja, terutama bagi peserta didiknya. 10) Berpenampilan yang sederhana (bersih, rapihan sopan). 11) Memiliki ketenangan batin tersendiri meskipun dengan gaji yang minim. 12) Memiliki sikap yang sabar dalam menjalankan tugas mendidik. 13) Taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. 14) Tunduk dan patuh terhadap aturan yang dibuat oleh pemerintah dan yang berlaku dimasyarakat. 15) Selalu menunjukkan sikap yang dewasa dalam segala hal. 16) Memiliki sikap arif dan bijaksana terhadap masalah yang muncul di lingkungan pekerjaan. 17) Tidak merasa berat apabila diminta membuat, mengerjakan, dan menyelesaikan tugasnya. 18) Selalu berusaha keras untuk meningkatkan prestasi kerja agar lebih baik. 19) Amanah
dan
bertanggungjawab
dalam
menerima
tugas
dan
kepercayaan yang diberikan kepadanya. 20) Selalu siap menerima kritik dan saran dari siapapun berkaitan dengan pekerjaannya.
30
21) Selalu akomodatif dalam menjalin kerjasama dengan siapapun demi kelancaran dan kesuksesan tugasnya. 22) Memiliki perasaan puas dengan pekerjaan mengajar dan mendidik peserta didiknya. 23) Selalu melakukan tindakan dengan menggunakan pertimbangan yang matang. 24) Mandiri dalam melaksanakan tugasnya. 25) Selalu peduli dan renponsif terhadap berbagai peristiwa aktual yang terjadi di masyarkat. 26) Berusaha untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap Pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi guru harus dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh. d. Peran Kompetensi Kepribadian guru Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, panutan, contoh, teladan bagi siswa. Dengan kompetensi kepribadian yang dimilikinya maka guru bukan saja sebagai pendidik dan pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem
31
Amongnya yaitu guru harus “Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”.41 Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan
teladan,
membangkitkan
motivasi
belajar
siswa
serta
mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpesonal antar guru dan siswa tercipta situasi pendidikan yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Berdasarkan uraian diatas, maka fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan teladan dan contoh dalam membimbing, mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motivasi belajar.42 e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian guru Seperti halnya pribadi-pribadi yang lain pembentukan pribadi guru, dipengaruhi faktor-faktor yang berasal dari lingkungankeluarganya, sekolahnya tempat ia belajar, masyarakat sekitar serta kondisi dan situasi sekolah dimana ia sekarang bekerja.43Dengan tidak mengjabaikan pengaruh lingkungan yang lain, besar sekali pengaruh dari pengalaman pendidikannya di sekolah tempat ia mempersiapkan diri dalam tugasnya sebagai guru. Guru adalah suatu profesi. Sebelum ia bekerja sebagai guru, trelebih dahulu didik dalam suatu lembaga pendidikan keguruan. Dalam lambaga pendidikan tersebut, ia bukan hanya belajar ilmu pengetahuan ata bidang studi yang akan diajarkan, ilmu dan metode mengajar, tetapi juga dibina agar memiliki kepribadian sebagai guru. Kepribadian dia sebagai 41
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, op., cit. h. 44 Ibid., h.45 43 Nana Syaodih Sukmadinata, op., cit. h. 252 42
32
guru, sudah tentu tidak dapat dipisahkan dari kepribadiannya sebagai individu.
B. Pembentukan Akhlaksiswa 1. Pengertian akhlak Menurut A.Mustafa sebagaimana di kutip oleh Yatimin Abdullah bahwa Akhlak menurut bahasa islah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.44 Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriyah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah ini dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf merumuskan pengertian akhlak dari beberapa pakar akhlak terkemuka, seperti Ibnu Maskawaih (w. 421 H/1030 M) dan Al-Ghazali (1059-1111 M). Ibnu Maskawaih secara singkat mengatakan, bahwa akhlak adalah :
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanppa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.45 Sementara Al-Ghazali dalam bukunya Ihya „Ulum al-Din, sebagaiamana di kutip oleh Abuddin Nata, dengan lebih luas dari Ibnu Maskawaih, mengatakan bahwa akhlak adalah :
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.46 44
Abdullah, op., cit. h. 1 Abuddin Nata, op. cit., h. 3 46 Ibid 45
33
Menurut Hamzah Ya‟kub sebagaimana dikutip oleh Yatimin Abdullah mengemukakan bahwa pengertian akhlak sebagai berikut : a. Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. b. Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.47 Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi. Selanjutnya Abuddin Nata menjelaskan lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu : a.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
c.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orng yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan , pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
d.
Perbuatan
akhlak
adalah
perbuatan
yang
dilakukan
dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara. e.
Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.48
47
48
Yatimin Abdullah, op., cit. h. 3 Abuddin Nata, op., cit. h. 4-6
34
2. Tahap perkembangan akhlak Perkembangan dapat diartikan sebagai The progressive and continous change in the organism from birth to death. Yaitu suatu perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.Dapat juga diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh individu
atau
organisme
menuju
tingkat
kedewasaannya
atau
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis (saling kebergantungan
atau
saling
mempengaruhi
antara
bagian-bagian
organisme dan merupakan satu kesatuan yang utuh), progresif (bersifat maju, menigkat dan mendalam baik secara kuatitatif maupun kualitatif) dan berkesinambungan (secara berkesinambungan menyangkut fisik maupun psikis.49 Abin
Syamsuddin,
dalam
sudarwan
Danim
dan
Khairil,
menjelaskan tahapan perkembangan kegamaaan sebagai berikut :
50
Tahapan
Ciri2
Masa kanak2
Sikap reseptif meskipun banyak bertanya. Pandangan
ketuhanan
yang
dipersonifikasi. Penghayatan secara ruhaniyah yang belum mendalam. Hal
ketuhanan
ideosyncritic
dipahamkan
(menurut
khayalan
pribadinya)
Masa sekolah
Sikap
reseptif
pengertian.
yang
Pandangan
disertai ketuhanan
yang diterangkan secara rasional.
49
Hartati dkk, Islam dan Psikologi, (Ciputat Tangerang : UIN Jakarta Press, 2003) , h. 13 Dudarwan Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan; Dalam Perspektif Baru, (Bandung :Alfabeta, 2010, h. 82 50
35
Penghayatan
secara
rohaniah
semakin mendalam , melaksanakan kegiatan
ritual
keharusan
diterima
moral.
sebagai
Sikap
negatif
disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat realita orang-orang beragama yang hipokrit (pura-pura). Pandangan
ketuhanan
menjadi
kacau, karena beragamnya aliran paham yag saling bertentangan . Penghayatan ruhaniahnya cenderung skeptik,
sehingga
banyak
yang
enggan melaksanakan ritual yang selama ini dilaukan dengan penuh kepatuhan . Sikap kembali ke arah positif , bersama
dengan
intelektual
bahkan
kedewasaan akan
agama
menjadi peganga hidupnya. Pandangan dipahamkannya
ketuhanana dalam
konteks
agama yang dianut dan dipilihnya. Penghayatan ruhaniahnya kembali tenang
setelah
melalui
proses
identifikasi dan merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran manusia.
36
3. Ruang lingkup akhlak a. Akhlak terhadap Allah SWT Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.51manusia sebagai hamba Allah sepantasnyalah mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah-lah yang patut disembah. Bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk dalam Akhlakul karimah kepada Allalh, dianatranya : Mencintai-Nya, ridha dan ikhlas terhadap segala keputusan-Nya, bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah, meniru-niru sifat-Nya, dan sebagainya. Quraish Shihab sebagaimana dikutip oleh Yatimin Abdullah mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu jangankan manusia, malaikat pun tidak mampu menjangkaunya.52 b. Akhlak terhadap sesama manusia Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan. Semuanya harus bekerjasama dalam mengembangkan hukum-hukum Allah. Akhlak terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak kepada keluruhan budi dalam menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang lain pada posisi yang tepat. Hal ini merupaka refleksi dari totalitas kita dalam menghambakan diri kepada Allah SWT, sehingga akhlak yang kita alamatkan terhadap sesama manusia semata-mata didasari oleh akhlak yang kita persembahkan kepada-Nya.53 Adapun
bentuk-bentuk
akhlak
terhadap
sesama
manusia
diantaranya adalah jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, kasih 51
Abuddin Nata, op., cit. h. 149 Yatimin Abdullah, op., cit. h.200 53 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta : UIN Press, 2009), h. 14 52
37
sayang,pemaaf, penolong, berani, adil, rajin, disiplin, kreatif, sederhana, baik sangka, dermawan, toleransi, berbakti kepada orang tua. Bila akhlak yang baik diamalkan (dipraktekkan) oleh setiap muslim dalam kehidupannya maka akan terwujud keharmonisan atau kerukunan diantara sesama dan masyarakat.54 c. Akhlak terhadap lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.Pada dasarnya akhlak yang ajarkan al-quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interkasi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan Islam, seseorang tidka dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati prosesproses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan dengan secara wajar dan baik.55 54 55
Abuddin Nata, op., cit. h. 151 Abuddin Nata, op., cit. h. 152
38
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak Untuk
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer. Pertamaaliran Nativisme.Kedua, aliran Empirisme, Ketiga aliran Konvergensi. 56 a. Aliran Nativisme Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
Jika
seseorang
sudah
memiliki
pembawaan
atau
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Asumsi yang mendasari aliran ini adalah pada diri anak dan orang tua terdapat banyak kesamaan, baik fisik maupun psikis. Setiap manusia memiliki gen. Gen adalah butiran kecil yang terdapat di dalam sel-sel kelamin manusia yang dipindahkan dari orang tua atau nenek moyang kepada keturunannya dan merupakan sifat-sifat yang diwariskan. Sel-sel seks pria dan wanita adalah sama, dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Tiap-tiap kromosom mengandung gen, yaitu pembawaan keturunan. Setiap kromosom mengandung sekitar 3000 gen. Gen-gen diturunkan dari orang tua kepada keturunannya.57 Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaitannya dengan aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk. Aliran ini tampaknya kurang memperhitungkan perananan pembinaan dan pendidikan.58
56
Ibid. h. 166 Nety Hartati dkk, op., cit. h. 182 58 Abuddin Nata, op., cit. h. 167 57
39
b. Aliran Empirisme Teori aliran ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teori Tabula Rasa, yang mengatakan bahwa manusia lahir ke dunia in pada dasarnya tidak membawa bakat apa-apa, kosong seperti kertas putih tak berisi, menjadi berisi dan berkembang sepenuhnya tergantung dari pengaruh lingkungan. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu sebagai berikut :59 1) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam
kehidupan
manusia.Bagi
anak-anak,
keluarga
merupakan lingkungan social pertama yang dikenalnya.Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.Keluarga dinilai sebagai factor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan. 2) Lingkungan institusional Lingkungan
institusional
yang
ikut
mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan yang dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun non-formal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut member pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgih D Gunarsa pengaruh itu dapat dibagi tiga kelompok, yaitu : (a) kurikulum bagi anak, (b) hubungan guru dan murid, dan (c) hubungan antar anak. Dalam perspektif pendidikan teori ini menganggap bahwa pendidik sangat memegang peranan yang sangat penting terhadap peserta didik, sebab pendidik akan menyediakan 59
H. TB.Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :Rajawali Pers, 2008).hlm. 163
40
lingkungan
semaksimal
mungkin
sesuai
dengan
yang
dikehendaki oleh peserta didik. Melalui kurikulum yang berisi mata pelajaran, sikap dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik.Pembiasaan
yang
baik
merupakan
bagian
dari
pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang. 3) lingkungan masyarakat sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsure tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsure pengaruh belaka, tatapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya, bahkan terkadang pengaruhnya
lebih
besar
dalam
perkembangan
jiwa
keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif. c. Aliran Konvergensi Teori ini dipelopori oleh William Stern (1871-1939) dar Jerman dengan pandangan yang lebih akomodatif, yakni mencoba mensintesa dar kedua teori (nativisme dan empirisme). Hasil sintesa tersebut mengatakan bahwa manusia lahir di dunia ini telah membawa bakat (nativis) dan sekaligus bakat tersebut tidak akan berfungsi jika tidak dikembangkan
oleh
lingkungan
(empiris)
sekelilingnya.
Jadi
pembawaan dan lingkungan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.Lingkungan mendukung, tetapi bila bakat tidak ada maka pribadi sulit untuk berkembang dan sebaliknya, bila bakat itu ada tetapi lingkungan tidak mendukung juga sulit untuk berkembang.60
60
A. Fatah Yasin, op., cit. h.77-78
41
C. Kerangka Berpikir Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri seseorang.pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan adalah menciptakan generasi bangsa yang tidak hanya pandai dalam hal akademis tetapi pandai dalam hal mental/spiritual berupa akhlak mulia. Akhlak merupakan hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan keras, dan sungguh-sungguh.61 Pada kenyataan dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasulnya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Allah. Seorang gurusebagaipembimbingdiharapkan dapat memberikan bantuan
kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk ke dalam aspek pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap
61
Abuddin nata, op.,cit. h.158
42
dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1) mantap dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku, dan bangga sebagai guru; (2) dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru; (3) arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (4) berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (5) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong. Dengan ini saya beranggapan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI mempunyai kontribusi dalam pembentukan akhlak siswa. Karena guru mempunyai andil dalam mempengaruhi siswa, ketika seorang guru mempunyai kompetensi kepribadian yang baik maka peserta didik pun akan dengan mudah menerima apa yang disampaikannya baik berupa perkataan mapun perbuatan. D. Penelitian yang Relevan Kajian relevansi dalam penelitian adalah sebagai pembanding dari peneliti dalam penelitian. Oleh sebab itu, peneliti mengambil 2 penelitian yang peneliti kemukakan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muhtar dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, tahun 2010. Dengan judul penelitian Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI terhadap Akhlak Siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analsis, sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
43
adalah korelasional. Dengan
Koefisien Determinasinya sebesar 0,556
(dibulatkan 0,6) dan dinyatakan dalam persen sebesar 36% yang berarti terdapat korelasi positif antara kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa.62 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Said Riadi dari fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, tahun 2013. Dengan judul penelitian Efektifitas Kompetensi Kepribadian guru PAI dalam membina KepribadianSiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh di lapangan, dapat disimpulkan bahwa deskripsi profil keribadian guru PAI efektif dalam membina kepribadian siswa.63
62
Muhtar, Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI terhadap Akhlak Siswa, Skripsi UIN Syarif Hidayatatullah Jakarta, (Jakarta : Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, 2010) 63 Said Riadi, Efektivitas Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Membina Kepribadian Siswa, (Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2013).
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 24 Maret-7April 2014 di SMP Kharisma Bangsa pondok cabe kelas IX tahun ajaran 2013-2014
B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah jenis pendekatan yang data-datanya berupa angka-angka dan diolah secara statistik. Pada umumnya penelitian kuantitatif banyak menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, serta penampilan dari hasil penelitiannya (Arikunto, 2006).Pada pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan angket dan diolah secara statistic dengan menggunakan SPSS 16.0. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional, motode survei adalah metode penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang fakta-fakta dari gejala seperti pendapat masyarakat, keadaan sosial, sikap serta karakteristik demografi terhadap status, sikap, pendapat kelompok individu.1 Teknik korelasional yakni dengan mencari informasi secara kuantitatif tentang seberapa besar derajat hubungan antara dua variabel dalam hal ini adalah hubungan antara kompetensi kepribadian guru PAI terhadap perkembangan akhlak siswa.
1
Suprapto, Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial. (Jakarta :PT Buku Seru, 2013), cet ke 1, h. 14
44
45
C. Variabel Penelitian Dalam metodelogi penelitian ini, variabel yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu Kompetensi Kepribadian Guru sebagai variabel bebas/Independent Variable (X), sedangkan variabel terikat adalah Pembentukan
Akhlak
siswa
sebagai
variabel
terikat/
Dependent
Variable(Y).f D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup waktu yang kita tentukan. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu2 atau dapat juga diartikan sebagian wakil dari polulasi yang diteliti.Teknik sampling yang digunakandalampenelitianiniadalahpurposive sampling, yaituteknikpenentuansampeldenganpertimbangantertentu.3 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP KharismaBangsa yang berjumlah 120 orang, dan yang menjadisampeldalampenelitianinisiswakelas IX (Sembilan) berjumlah 40 orang denganpertimbanganbahwasiswakelas IX (Sembilan) lebih lama mengenal guru PAI dibandingkandengankelas VII dan VIII. E. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknikteknik tertentu sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benarbenar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Teknik yang digunakan dalam penelitian lapangan yang secara khusus penulis lakukan dalam upaya melangkapi data-data akurat yang terkait dengan pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah : 2
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 118-121 3 Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 124
46
1. Angket/Quesioner Angket/Quesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. 4angket ini diberikakepada siswa kelas IX SMP Kharisma Bangsa untuk mendapatkan informasi tentang kontribusi kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa. 2. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian.5Observasi ini dilakukan untuk mencari data yang valid yang hendak diteliti dilokasi penelitian yanitu mengamati lingkungan sekolah. Adapun kisi-kisi intrumen penelitian ini sebagai berikut : Tabel 1 Kisi-kisi Instrument KompetensiKepribadian Guru PAI
Variabe.l
Kompetensi
dimensi
1. Keprib
indikator
1.1 bertindak
sesuai
Jml
soal
item
norma 1, 2, 3
kepribadian
adian
guru (X)
yang
1.2 bangga sebagai pendidik
mantap
1.3 memiliki konsistensi dalam
dan
No
hukum dan sosial
3
bertindak sesuai norma
stabil
2. Keprib adian yang
2.1menampilkan
kemandirian 4, 5, 6
dalam bertindak. 2.2 memiliki etos kerja
6, 7, 8, 9
dewasa
4 5
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian....................,h. 76 S. Margono, Op,.Cit. h.158
47
3. Keprib adian yang arif
3.1bertindak yang bermanfaat 10, bagi peserta didik
5
11,
3.2 terbuka dalam berpikir dan 12, bertindak
13, 14
4. Kepriba dian yang
4.1berpengaruh positif terhadap 15, siswa
16,
4.2 disegani siswa
17,
berwiba
18,
wa
19,
5. Kepriba dian
5.memiliki
prilaku
5
yang 20
1
6. bertindak sesuai dengan 21
1
diteladani siswa.
yang menjadi teladan
6. Pribadi yang berakhla k mulia
norma agama
48
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Akhlak Siswa (Y) Variabel
dimensi
Indikator
No Item
Jml Item
Pembinaa
Akhlak terhadap meyakini
nakhlak
Allah SWT
akan 1,2,3,4,5,6,7 7
adanya Allah SWT. Melaksanakan
siswa
ibadah-ibadah diwajibkan shalat,
yang seperti
puasa,
dan
zakat Melaksanakan ibadah-ibadah
yang
dianjurkan
seperti
shalat-shalat
sunnah
dan sedekah. Akhlak terhadap Menghargai orang tua 8,9,10,11,12 8 sesama manusia
Menghormati guru
,13,14,15,
Menghargai teman Tolong menolong Akhlak terhadap Memeliharatumbuh-
16,17,18,19, 6
lingkungan
20,21
tumbuhan Menyayangihewan Menjagakebersihan Menjagaketentraman
Jumlah
21
49
F. Teknik Uji Instrumen Penelitian Peneliti melaksanakan uji instrumen kepada 26 siswa untuk Try Out.Tujuan dari pelaksanaan ini adalah : a. Mengetahui validitas dan reliabilitas instrument b. Mengetahui pemahaman responden terhadap pertanyaanatau item-item yang diberikan. c. Menghindari atau mengilangkan pernyataan yang kurang jelas maknannya. G. Uji Validitas Instrument Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan atau alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu skala atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud yang dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. 6 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dengan tarafsignifikansi 0,05 adapun rumusnya sebagaiberikut : √
]
]
Keterangan :
6
Rxy
= Angka indeks korelasi “r” product moment
N
= Number of cases
∑X Y
= Jumlah basil perkalian antara skor X dan Y
∑X
= Jumlah seluruh skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y
Merlita, Validitas dan Reliabilitas, http.//merlitafutriana0.blogspot.com
50
H. Teknik Pengolahan data 1. Check re check, yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah diisi dan dikembalikan oleh responden. 2. Coding, yaitu setelah data diteliti, penulis kemudian memberi kode dan pengelompokan data tersebut berdasarkan kategori pembahasan. 3. Scoring, yaitu memberi skor pada setiap item pertanyaan yang memiliki 4 alternatif jawaban. a. Variabel X 1) SangatSetuju
: nilai 4
2) Setuju
: nilai 3
3) TidakSetuju
: nilai 2
4) SangatTidakSetuju
: nilai 1
b. Variabel Y 1) Selalu
: nilai 4
2) Sering
: nilai 3
3) Jarang
: nilai 2
4) Tidakpernah
: nilai 1
4. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh kemudian dibuat tabel data. 5. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk kuantitatif (hasil angket). I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh dan seberapa besar kontribusi kompetensi kepribadian guru terhadap perkembangan akhlak siswa.
51
Analisis data kuantitatif berupa angket
Adapun pengolahan data
dilakukan tahapan berikut :
Check re check data
Penggolongan atau pengelompokan data berdasarkan masalah yang dibaha Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dan
Y yang diteliti, penulis menggunakan rumusan korelasi product moment sebagai berikut :
]
√
]
Keterangan : Rxy
= Angka indeks korelasi “r” product moment
N
= Number of cases
∑X Y = Jumlah basil perkalian antara skor X dan Y ∑X
= Jumlah seluruh skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y Selanjutnya memberikan interpretasi terhadap product moment
(rxy) yaitu : 1. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah ini : Tabel Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Besarnya “r” Product
Interpretasi
Moment 0,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)
52
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70-0,90
Antara variabel X dan varaibel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi).
2. Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment. Apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut : a.
Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis (Ho)
b.
Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan dengan cara membandingkan besarnya “r” product moment (rhitung). Dengan “r” yang tercantum dalam tabel (rtabel). Selanjutnya dilakukan uji korelasi antara dua variabel tersebut (x dan y).
c. J. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan diatas, maka untuk menguji apakah ada kontribusi antara kmpetensi kepribadian guru PAI terhadap pembentukan akhlak siswa, maka diperlukan hipotesa sebagai berikut : Ha
: terdapat kontribusi yang positif antara variabel X (kompetensi
kepribadian guru PAI, dan variabel Y (akhlak siswa) Ho
: tidak terdapat kontribusi yang positif antara variabel X
(kompetensi kepribadian guru PAI, dan variabel Y (akhlak siswa)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data Pada penelitian ini , penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, disebarkan kepada 40 siswa kelas IX, yang terdiri dari 21 siswa dan 19 siswi. Pengambilan sampel tersebut menggunakan Pusposive Sampling, karena siswa kelas akhir, dalam hal ini kelas IX (Sembilan) dianggap lebih lama mengenal sosok guru PAI di banding kelas VII dan VIII. Angket pada variabel X (Kompetensi Kepribadian Guru PAI) terdiri dari 21 butir soal dengan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). begitupun variabel Y ( Akhlak Siswa) terdiri dari 21 butir soal dengan laternatif jawaban yaitu Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah. Angket tersebut kemudian diolah dengan terlebih dahulu diberi skor kemudian dijumlahkan. Data skor yang penulis sangat beragam. pada variabel X skor berkisar antara 52-73, sedangkan pada varibel Y, skor berkisar antara 55-78. Adapun skor masing-masing alternatif jawaban ialah Sangat Setuju/Selalu : 4, Setuju/Sering : 3, Tidak Setuju/Jarang : 2, dan Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah : 1.
B.
Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Validitas Berdasarkan uji validitas instrument dengan tekhnik korelasi Product Moment dari Pearson tentang hubungan kompetensi kerpibadian guru terhadap perkembangan akhlak siswa menggunakan SPSS versi 16.0. variabel X terdiri dari 35 item yang diujicobakan terdapat 14 soal yang gugur, sedangkan pada variabel Y terdiri dari 34 item yang diujicobakan terdapat 13 soal yang gugur dan 1 item constant, masing-masing variabel dengan taraf signifikansi 5%. Dengan dasar
53
54
perhitungan dimana r tabel= n-2 (35-2=33) pada variabel X dan r tabel=n-2 (34-2=32) pada vaiabel Y, maka dari
masing-masing
variabel diperoleh nilai r tabel= 0,349. Untuk membuktikan bahwa item tersebut valid, nilai r hitung harus lebih besar dari r tabel.Untuk memperjelas asumsi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Uji validitas variabel X No 1.
Pernyataan
R hitung
guru agama bersikap 0, 189 adil
kepada
R tabel
keterangan
0, 349
Tidak Valid
tidak 0,382
0, 349
valid
tidak 0,229
0, 349
Tidak Valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
semua
siswa 2.
guru
agama
membeda-bedakan siswa 3.
guru
agama
pernah menyakiti fisik siswa secara berlebihan 4.
ketika
siswa
berbuat 0,334
salah,guru
agama
menghukum sewajarnya. 5.
guru senang
agama
tampak 0,566
mengajar
di
kelas. 6.
Guru agama memiliki 0,339 rasa
percaya
diri
sebagai seorang guru 7.
perbuatan guru agama 0, 350 sejalan
dengan
yang dikatakannya
apa
55
8.
guru
agama 0,674
0, 349
valid
0, 349
valid
dapat 0,597
0, 349
valid
Guru agama mengawali 0,375
0, 349
valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
valid
bertanggungjawab atas semua tindakan yang dilakukannya. 9.
guru
agama
mampu 0, 392
mengelola emosi yang dirasakannya. 10.
guru
agama
mengatasi permasalahan disekitarnya 11.
pembelajaran
tepat
waktu 12.
Guru
agama 0,237
mengakhiri pembelajaran
pada
waktunya 13.
Guru
agama
hadir,jika
selalu 0, 446 tidak
berhalangan mengajar. 14.
Guru agama meminta 0,599 izin
jika
tidak
bisa
masuk kelas. 15.
Guru
agama 0,397
mencarikan pengganti,jika berhalangan kelas.
masuk
56
`16. Guru
agama 0, 463
menghargai
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
0, 349
valid
setiap
prestasi siswa 17.
guru
agama 0,390
memberikan
tugas
ketika
harus
meninggalkan kelas 18.
guru
agama 0,394
berkomunikasi dengan baik kepada siswa 19.
guru
agama 0, 662
memberikan
arahan,
ketika
merasa
siswa
kesulitan belajar 20.
guru
agama 0,616
menanggapi
setiap
pertanyaan siswa 21.
guru agama menerima 0, 520 saran dan kritik dari siswa
22.
guru agama memiliki 0,211 rasa ingin tahu yang tinggi terhadap siswa
23.
guru agama memotivasi 0, 451 siswa
untuk
terus
belajar 24.
guru
agama
bekerjasama baik
dapat 0,554 dengan
57
25.
guru agama mempunyai 0,511
0, 349
valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
0, 349
valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
0, 349
Tidak Valid
0, 349
valid
sikap yang bersahabat dengan siswa 26.
guru agama memiliki 0, 143 rasa humor
27.
tidak
pernah
meremehkan
saya 0,409 guru
agama 28.
saya
mematuhi 0, 422
perintah guru agama 29.
guru agama tersenyum 0,228 baik di dalam maupun diluar kelas
30.
Guru agama bertutur 0,104 kata
santun
dalam
berbicara 31.
Guru agama berpakaian 0,239 sopan
32.
Tidak melihat
pernah guru
buang
saya 0, 540 agama sampah
sembarangan. 33.
Guru agama mengucap 0, 149 salam
ketika
hendak
masuk dan keluar kelas 34.
Guru
agama
selalu 0,371
mengingatkan
untuk
mengerjakan
ibadah
kepada Allah
58
35.
Guru agama tidak pernh
0,55
0,39
Tidak valid
R hitung
R tabel
keterangan
0,00
0, 349
Constant
0,590
0, 349
valid
0,118
0, 349
Tidak Valid
0,542
0, 349
Valid
0,421
0, 349
valid
0,574
0, 349
Valid
0, 301
0, 349
Tidak valid
mencela siswa
Tabel 2 Uji validitas variabel Y No 1.
pernyataan Saya
percaya
alam semesta
bahwa beserta
isinya adalah ciptaan Allah SWT 2.
Allah
tempat
saya
berserah diri dari usaha yang saya lakukan. 3.
saya sediakan waktu untuk
melaksanakan
shalat sunnah 4.
Adanya
kesibukan
membuat sholat wajib tidak terlaksana 5.
Selain saya
shalat
wajib,
melaksanakan
shalat sunnah 6.
Terasa
berat
puasa
ramadhan, saya enggan melaksanakannya. 7.
Di
luar
bulan
ramadhan,
saya
laksanakan
puasa
sunnah
59
8.
Saya sisihkan sedikit uang
jajan
0,315
0, 349
Tidak valid
0, 479
0, 349
valid
0,642
0, 349
valid
0,357
0, 349
valid
0,448
0, 349
Valid
0, 565
0, 349
valid
-0,019
0, 349
Tidak valid
0,423
0, 349
valid
-0,167
0, 349
Tidak valid
untuk
bersedekah 9.
Saya
berbahagia
terhadap segala sesuatu yang Allah berikan. 10.
saya
menerima
kelebihan
dan
kekurangan
dengan
lapang dada. 11.
Saya selalu mengeluh ketikan
menghadapi
kesulitan. 12.
Saya tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah.
13.
Saya
berpamitan
kepada orangtua,ketika akan
berangkat
kesekolah. 14.
Saya
sering
mengabaikan
nasihat
orangtua. 15.
Saya
tidak
pernah
berkata kasar kepada orangtua `16. Saya
tidak
membuat
keributan,ketika sedang pelajaran
guru
mejelaskan
60
17.
Saya
menyapa
guru
0,589
0, 349
valid
0,635
0, 349
valid
0, 315
0, 349
Tidak valid
0,500
0, 349
valid
0, 466
0, 349
valid
0,137
0, 349
Tidak Valid
0, 588
0, 349
valid
mau
0,350
0, 349
valid
Saya membantu teman
0,640
0, 349
valid
0, 129
0, 349
Tidak Valid
ketika bertemu di luar kelas. 18.
Saya
mematuhi
perintah guru 19.
Saya
meminta
izin
terlebih dahulu ketika hendak
meninggalkan
kelas 20.
Saya
merasa
sanggup
tidak menjaga
rahasia teman. 21.
Tanpa
diminta,
memaafkan
saya
kesalahan
orang lain kepada saya. 22.
Saya dekat
tidak
berteman
dengan
orang
yang berbeda suku. 23.
Saya
berinteraksi
dengan dengan teman dari agama lain. 24.
Saya
tidak
menjelek-jelekkan ajaran agama lain. 25.
tanpa pamrih. 26.
Saya enggan berbuat baik kepada orang lain tanpa
mendapatkan
imbalan darinya
61
27.
Dimanapun
berada,
0,133
0, 349
Tidak valid
0, 448
0, 349
valid
0,402
0, 349
Valid
0,339
0, 349
Tidak Valid
0,356
0, 349
Valid
0, 007
0, 349
Tidak valid
0, 210
0, 349
Tidak Valid
0,357
0, 349
valid
saya turut memelihara tanaman
agar
dapat
tumbuh dengan baik. 28.
Saya
tidak
merusak
tanaman seenaknya. 29.
Saya
tidak
mau
menyakiti hewan yang saya temui 30.
Dimanapun
berada,
saya turut memelihara keberadaan hewan. 31.
Saya
membuang
sampah
pada
tempatnya. 32.
Saya ikut berpartisipasi menjaga
kebersihan
lingkungan . 33.
Saya hindari perbuatan yang
mengganggu
lingkungan.
34.
Tanpa dapat dihindari saya
melanggar
ketertiban lingkungan.
2. Uji Hipotesis Dari data yang diperoleh mengenai kontribusi kompetensi kepribadian guru PAI terhadap pembentukan akhlak siswa dengan responden sebanyak 40 siswa., hipotesis terakhir yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab “
adakah kontribusi yang
62
signifikan kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan akhlak siswa”. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kompetensi kerpibadian
guru
dan
seberapa
besar
kontribusinya
tehadap
pembentukan akhlak siswa, maka akan dideskripsikan menggunakan rumus Product Moment. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara kompetensi kerpibadian guru terhadap pembentukan akhlak siswa, akan dideskripsikan melalui tabel perolehan nilai angket siswa. Tabel 3 Skor Angket Kompetensi Kepribadian Guru PAI (Variabel X) Responden
Skor
1.
63
2.
60
3.
70
4.
61
5.
55
6.
56
7.
67
8.
57
9.
54
10.
60
11.
50
12.
66
13.
60
14.
63
15.
59
16.
52
17.
65
18.
60
63
19.
52
20.
58
21.
55
22.
55
23.
60
24.
67
25.
62
26.
60
27.
60
28.
59
29.
53
30.
63
31.
61
32.
62
33.
73
34.
59
35.
60
36.
53
37.
60
38.
55
39.
62
40.
52
Jumlah
2379
64
Tabel 4 Skor Angket Perkembangan Akhlak Siswa (Variabel Y) Responden
Skor
1.
75
2.
63
3.
78
4.
58
5.
69
6.
68
7.
70
8.
65
9.
66
10.
57
11.
78
12.
63
13.
73
14.
58
15.
65
16.
65
17.
71
18.
62
19.
61
20.
66
21.
55
22.
68
23.
63
24.
59
25.
60
26.
70
27.
60
65
28.
63
29.
76
30.
64
31.
67
32.
69
33.
62
34.
73
35.
70
36.
58
37.
61
38.
72
39.
61
40.
63
Jumlah
2625
Untuk mengetahui hubungan antara kompetensi kepribadian guru terhadap perkembangan akhlak siswa, maka dilakukanlah proses perhitungan indeks korelasi antara variabel X kompetensi kepribadian guru, dan variabel Y perkembangan akhlak siswa. Tabel 5 Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
63
75
3969
5625
4725
2
60
63
3600
3969
3780
3
70
78
4900
6084
5460
4
61
58
3721
3364
3538
5
55
69
3025
4761
3795
6
56
68
3136
4624
3808
66
7
67
70
4489
4900
4690
8
57
65
3249
4225
3705
9
54
66
2916
4356
3564
10
60
57
3600
3249
3420
11
50
78
2500
6084
3900
12
66
63
4356
3969
4158
13
60
73
3600
5329
4380
14
63
58
3969
3364
3654
15
59
65
3481
4225
3835
16
52
65
2704
4225
3380
17
65
71
4225
5041
4615
18
60
62
3600
3844
3720
19
52
61
2704
3721
3172
20
58
66
3364
4356
3828
21
55
55
3025
3025
3025
22
55
68
3025
4624
3740
23
60
63
3600
3969
3780
24
67
59
4489
3481
3953
25
62
60
3844
3600
3720
26
60
70
3600
4900
4200
27
60
60
3600
3600
3600
28
59
63
3481
3969
3717
29
53
76
2809
5776
4028
30
63
64
3969
4096
4032
31
61
67
3721
4489
4087
32
62
69
3844
4761
4278
33
73
62
5329
3844
4526
34
59
73
3481
5329
4307
35
60
70
3600
4900
4200
36
53
58
2809
3364
3074
67
37
60
61
3600
3721
3660
38
55
72
3025
5184
3960
39
62
61
3844
3721
3782
40
52
63
2704
3969
3276
jumlah
2379
2625
142507
173637
156072
Setelah data diperoleh dari responden, selanjutnya akan dicari korelasi antara kedua variabel penelitian dengan menggunakan rumus korelasi product moment : ]
√ Dari tabel perhitungan diketahui : N
= 40
X
= 2379
Y
= 2625
2
= 142507
2
Y
= 173637
XY
= 156072
X
Dan perhitungannya sebagai berikut :
rxy =
]
√
= = =
√ √ √
= = 0,381≈ 0,39 Jadi koefisien yang diperoleh adalah 0,39
]
68
C.
Interpretasi Data Dalam menginterpretasikan hasil korelasi antara kompetensi kerpibadian guru PAI dan seberapa besar kontribusinya terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe, penulis menggunkan caracara sebagai berikut : 1.
Interpretasi secara Sederhana Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif.Ini artinya hubungan antara dua variabel tersebut berjalan searah.Angka korelasi “r” product moment 0,39apabila dikonsultasikan dengan tabel 1 (tabel indeks korelasi product moment), menunjukkan hubungan antara variabel X dan Y mempunyai hubungan yang lemah atau rendah.
2.
Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment. Untuk mengetahui signifikansi rxy melalui tabel “r” product moment, langka pertama yang harus di tempuh yaitu dengan mencari df(degree of freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, sampel yang diteliti berjumlah 40 siswa, berarti N=40 responden. Variabel yang diteliti adalah sebanyak dua variabel, yaitu variabel X dan Y, jadi nr=2. Dengan demikian dapat diketahui df-nya adalah df =40-2=38. Setelah diketahui df =38, kemudian angka tersebut dikonsultasikan kepada tabel nilai “r” product moment, sehingga pada taraf signifikasi 5% diperoleh nilai 0,325. Hal tersebut menunjukkan pada taraf signifikansi 5% terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kompetensi kepribadian guru PAI terhadap pembentukan akhlak siswa. Dengan demikian maka,nilai “r” product moment hasil perhitungan yaitu 0,385 lebih dari nilai yang terdapat di tabel pada taraf signifikansi 5%. Oleh karena itu hipotesa alternatif (Ha) disetujui, sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak.
69
Berdasarkan hasil hipotesa diatas, maka terdapat korelasi positif yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru PAI terhadap perkembangan akhlak siswa, dengan kata lain kompetensi guru PAI mempunyai kontribusi yang signifikan dalam pembentukan akhlak siswa. Besarnya
kontribusi
yang
berikan/
pengaruh
kompetensi
kepribadian guru PAI terhadap perkembangan akhlak siswa dapat ditentukan dengan cara mengkuadratkan koefisiensi korelasi sehingga diperoleh : KD
= (Rxy)2 x 100% = (0,39)2 x 100% = 0,1521 x 100% = 15,21 % ≈ 15 %
Dari perhitungan koefisiensi determinasi diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 15,21%, hal ini menunjukkan bahwa variabel X (kompetensi kepribadian guru PAI) terdapat kontribusi sebesar 15,21 % terhadap varaibel Y (pembentukan akhlak siswa). Sementara sisanya sekitar 84,79% dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun sisanya adalah faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dalam skripsi ini.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah
penulis
mengkaji
secara
teoritis
mengenai
hubungan
kompetensi kepribadian guru PAI dan kontribusinya terhadap pembentukan akhlak siswa, kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian lapangan untuk membuktikan kebenaran hipotesis, maka penulis
dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut : 1. Guru PAI menunjukkan kompetensi kepribadian yang baik. Setiap dimensi kompetensi kepribadian ia miliki. Tetapi pada aspek keteladanan kurang begitu menonjol. 2. siswa di SMP kharisma bangsa rata-rata menunjukkan akhlak yang baik, hal ini juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang berpengaruh seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. Kompetensi kepribadian guru PAI di SMP kharisma Bangsa mempunyai kontribusi positif terhadap pembentukan akhlak siswa, tetapi kurang signifikan karena koefisien determinasinya hanya sebesar 15 % .
B. Implikasi Untuk dapat hasil yang maksimal dalam pembentukan kepribadian siswa, dibutuhkan konsekuensi guru agar lebig memperhatikan lagi masalah kepribadian guru.ia harus selalu tampil unggul dan ikhlas dalam kesehariannya.tanpa keikhlasan guru dalam menjalankan kompetensi kerpibadian maka tak aka nada “roh” yang dipeorleh oleh guru. Kompetensi kepribadian hanya akan menjadi beban berat bagi guru. Jadi kesadaran penuh dalam menjalankan kompetensi sangat diharapkan agar tercapainya suatu tujuan yang efektif.
70
71
C. Saran Dari penelitian deskripsi yang lakukan, peneliti menyarankan : 1. Bagi para guru khususnya guru pendidikan Agama Islam, hendaknya menyadari bahwa tugas pendidik tidak hanya sebatas memberikan mata pelajaran saja, akan tetapi lebih dititik beratkan pada aspek pembentukan kepribadian sisw. Oleh sebab itu menjadi guru harus benar-benar ia sadari bahwa ia adalah model bagi siswanya. 2. Bagi orang tua, ciptakanlah lingkungan keluarga yang bersahabat dalam pembentukan akhlak siswa. Orang tua haruslah dapat menyadari perannya sebagai pendidik utama dalam pembentukan akhlak siswa. 3. Bagi peneliti lain, yang ingin melakukan penelitian kembali diharapkan dapat memfokuskan lagi terhadap gejala-gejala melemahnya gejala-gejala kompetensi kepribadian guru dan dampaknya terhadap akhlak siswa.
71
72
DAFTAR PUSTAKA An-Nahlawi , Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat. Jakarta : Gema Insani, 1995. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta :Ciputat Press, 2002. Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-quran. Jakarta :Amzah, 2007. Azra, Azyumardi. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998 Bashori, Agus hasan dan, Syu’aib , Muhammad . Terjemah Riyadhus Sholihin, Surabaya :Duta Ilmu, 2003 Cendikia Centre, Guru yang Sesungguhnya (http://cendekiacentre.blogspot.com)
Ikut
Menangis,
2009,
Danim , Dudarwan dan Khairil. Psikologi Pendidikan; Dalam Perspektif Baru. Bandung :Alfabeta, 2010. Darajat, Zakiah,Kepibadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang, 2005 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2008 Hartati dkk. Islam dan Psikologi. Ciputat Tangerang : UIN Jakarta Press, 2003 Hidayati ,Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta : UIN Press, 2009 Ihsan , HamdanI dan Ihsan , Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Ceria, 2007. Ilyas Ismail, Pilar-pilar Takwa, (Jakarta :PT:RajaGrafinfo Persada, 2009) Nata , Abuddin. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001. Muhaimin. Pemikiran Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta : Rajawali Pers, 2011
73
Musfah , Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta :Kencana, 2001. Nizar ,Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam.Jakarta :Kencana, 2008 Noer Ali , Hery. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Logos, 1997. Nurdin, Muhammad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta : PrismaSophie yogyakarta, 2004 Nur Faizah , Siti. Skripsi “Keteladanan Guru dan Kontribusinya terhadap Pembentukan Akhlak Sisw”.Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Purwanto , M. Ngalim. Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis. Bandung :PT. Remaja Rosda Karya, 1995. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Sapuri,
Rafy. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta : Rajawali Pers, 2009
Saudagar , Fachruddin dan Idrus , Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta :Gaung Pesada Press, 2011. Syafaat, TB.Aat dan Sahrani, Sohari, dkk . Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta :Rajawali Pers, 2008. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2009. Trianto dan Tutik, Titik Triwulan. Tinjauan Yuridis Hak serta kewajiban Pendidik menurut UU Guru dan Dosen. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2006. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya : PT Dana Bhakti Wakaf, h. 284 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara, 2009. Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam.Malang :UIN Malang Press, 2008.
I
I ;1,
DAFTAR UJI REFERENSI Nama
: Sri Wahyuni
Nim
:1 0 9 0 1 1000285
Jurusan
: PendidikanAgamaIslam
Judul skripsi :KompetensiKepribadian Guru PAI dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa.
No.
Paraf
Referensi
Pembimbing I
AbdurrahmanAn-Nahlawi . PendidikanIslam di RumahSekolahdan Masyarakat.Jakarta:Gema Insani.1995. ,,.
2
Armai Arief . Pengantar llmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta :Ciputat Press,2002.
J
4
5
6
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif AI -quran.Jakarta:Amzah,2007. Azyumardi Azl:a. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Iaknta: Logos Wacana Ilmu, 1998 Agus hasanBashori, dan MuhammadSyu'aib. TerjemahRiyadhus Sholihin, Surabaya:Duta Ilmu,2003 lkut Cendikia Centre,Guru yang Sesungguhnya 2049, Menangis, (http:II cendekiacentre. blogspot.com)
7 Dudarwan Danim dan Khairil. Psikologi Pendtdikon;Dalam Perspektf Baru. Bandung :Alfabeta.2010.
.1
'. 1
/tr{ /h(
/^f /k( /{
r 9
E. Mulyasa.StandarKompetensidan Sertifikasi 2008 Guru,(Bandung:RemajaRosdakarya,
10
Hartati dkk. Islam dan Psikologi. Ciputat Tangerang: UIN lakartaPress,2003
l1
12
13
t4 15
16
t7
19
20
Heny Narendrany Hidayati. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta : UIN Press,2009
/
/W
II
Filsafat Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan Pendidikan Islam. Banduns : Pustaka Ceria. 2007. Abuddin Nata . Perspektif Islam tentang Pola Hubungan (]uru-Murid: Studi Pemikiran TasawufAl-Ghazali.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001. Aktualisasi Muhaimin. Pemikiran Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta :RajawaliPers,2011 Jejen Musfah. PeningkatanKampetensiGuru melalui Pelatihon dan SumberBelajar Teori dan Praktik. Jakarta:Kencana.2001.
{k(
{
/w /,/
Samsul Nizar. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamkn tentang Pendidikan Islam. ,Iakarta :Kencana. 2008
/h,f
Hery Noer Ali . Ilmu PendidikanIslam. Jakarta: Logos,1997.
/r/
Siti Nur Faizah.Skripsi "KeteladananGuru dan Kontribusinya terhadap PembentukanAkhlak Slsw".Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN SyarifHidayatullah,2010. M. Ngalim Purwanto. IImu Pendidikan: Tearitis dan Praktis.Bandung:PT.RemajaRosdaKarya, 199s.
/r{ /
I
21
PeraturanPemerintahNomor 19 Tahun 2005. TentangStandarNasionalPendidikan.
22
Rafy Sapuri . Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. J akarta:Rajawali Pers,2009
23
Fachruddin Saudagar , dan Ali ldrus. PengembanganProfesionalitas Guru, Jakarta :GaungPesadaPress, 2011.
24
TB.Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, dkk Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta :Rajawali Pers,2008.
25
26
2t
28
Nana Syaodih Sukmadinata Psikologi Proses Pendidikan :PT.RemajaRosdakarya, 2009.
Landasan Bandung
Trianto dan Titik Triwulan. Tinjauan Yuridis Hak serta kewajibanPendidikmenurut W Guru dan Dosen Jakarta: PrestasiPustakaPublisher, 2006. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006 Universitas Islam Indonesia, AI-Qur'an dan Tafsirnya:PT DanaBhaktiWakal h.284
29
Zvhaiini, Filsafot Pendidilcan Islam. Jakafta :Bumi Aksara, 2009.
30
Yasin , A. Fatah.Dimensi-dimensiPendidikan Islam.Malang:UIN MalangPress,2008
31
Ilyas
Ismail,
Pilar-pilar
:PT:RajaGrafinfo Persad4 2A09)
Talasa,
(Jakarta
0,(
ft( /{
/N
f lrf
N N
fr
Iakarta,12Mei2014 MasanAF, M.Pd
I
I
Berilah tanda checklist ({) pada kolom yang telah disediakan No
pernyataan selalu
I
2 a J
4 5
6
Allah tempat sayaberserahdiri dari usahayang sayalakukan Adanya kesibukan membuat shalatwaiib tidak terlaksana Selainshalatwajib, saya melaksanakanshalat sunnah Terasaberat puasaramadhan, sayaenggan melaksanakannya Sayaberbahagiaterhadap segalasesuatuyang Allah berikan Sayamenerima kelebihan dan kekurangandenganlapang dada
Sayatidak mudahputusasa masalah dalammenehadapi 8
9 r10 11
12 l3
t4 15 16 T7 18 19 20
Sayaberpamitankepadaorang tua, ketika akan berangkatke sekolah Sayatidak pernah berkata kasarkepadaorans tua.
Sayamenyapaguruketika bertemudi luarkelas Sayamematuhi perintah guru Sayamerasatidak sanggup maniasa rahasiateman Tanpa diminta, saya memaafkankesalahanorans lain. Sayaberinteraksi dengan teman dari agamalain Sayatidak mau menjelekielekkan aiarcnaeamalain. Sayamembantuteman tanpa oamrih Sayatidak merusaktanaman seenaknya Sayatidak mau menyakiti hewan Yang sayatemui. Dimanapun berada,sayaturut memeliharakeberadaanhewan Sayamembuang sampahpada temDatnya
Alternatif Jawaban sering Jarang
Tidak nernah
21
Tanpa dapat dihindari, saya melanggarketertiban linskunsan
rJ I
I
;
Berilah tanda checklist ({ pada kolom yang telah disediakan,denganSangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)
No
Pernyataan SS
1 I
2 a J
4 5
Guru asamatidak membeda-bedakansiswa Guru agamatampak senangmengajar di kelas Perbuatanguru agamasejalandenganapa yane dikatakannya Guru agamamampu mengelola emosi yang dirasakannya Guru agama dapatmengatasipermasalahan disekitamya
6
Guruagamaselaluhadirjikatidak berhalansan mensaiar
7
Guru agamameminta izin jtkatidak masuk kelas
8
Guruagamamencarikangurupenggantijika berhalansan masuk
9
Guru agamamenghargaisetiapprestasi siswa Guru agamamemberikantugas ketika harus meninesalkankelas Guru agamaberkomunikasi denganbaik kepadasiswa Guru agamamemberikan arahan,ketika siswamerasakesulitanbelaiar. Guru agamamenanggapisetiappertanyaan siswa Guru agamamenerima sarandan kritik dari siswa Guru agamamemotivasi siswa untuk terus belaiar Guru asama dapatbekeriasamadeneanbaik Guru agamamempunyai sikap yang bersahabatdengansiswa Tidak pernah sayameremehkanguru agama Sayamematuhi perintah guru agama
10 11
12 13 T4 15 l6
t7 l8
t9 20 21
Tidak pernah sayamelihat guru agama buang sampahsembarangan Guru agamatidak pernah mencelasiswa
Alternatif Jawaban TS S
STS
ffi
t': a l
a,
KHARISMABANGSA SCHOOLOF GLOBALEDUCATION
SURATKETERANGAN No :160/RETlsU / tv/ 2014 / sKB
K e p a l aS e k o l a hK h a r i s m B a a n g s am, e n e r a n g k abna h w a :
Nama
: SriWahyuni
Instansi
: U I NS y a r i H f idayatullah
a d a l a h b e n a r m a h a s i s w iU I N S y a r i f H i d a y a t u l l a hy a n g t e l a h m e l a k s a n a k a n penelitiandi SekolahKharismaBangsa, terhitungtanggal24 Maret - 7 April 20L4, d e n g a nj u d u lp e n e l i t i a n :
,.KCIMPETENSI KEPRIBADIAN GURUPAI DAN KONTRIBUSINYA TARHADAPPEMBENTTJKAN AHTAKSISWA'' Demikiansuratketeranganini dibuat.Atasperhatiannva kami mengucapkan terima kasih.
Selatan,29 April2OL4 lah,