BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK
Untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam suatu lembaga, maka diperlukan kerja yang sungguh-sungguh serta berdasarkan peraturan. Hal ini merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan bersama, juga diperintahkan dalam ajaran Islam. Islam melarang umatnya bekerja secara tidak teratur, menyimpang dari peraturan yang telah ditentukan. Semua itu akan tercipta, manakala dilakukan dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu, peranan manajemen sangat diperlukan. SMPN 1 Demak sebagai lembaga pendidikan, sudah barang tentu tidak lepas dari manajemen. Peranan manajemen pada kedua institusi pendidikan tersebut dimaksudkan untuk mempraktekkan fungsi-fungsi manajemen kurikulum dalam
mengelola
semua
kegiatan,
terutama
dalam
mengelola
dan
mengembangkan kurikulum PAInya agar berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam bab III, telah dipaparkan tentang
upaya pengelolaan dan
pengembangan, maka bab IV ini, penulis akan menganalisanya. 1. Analisa terhadap Perencanaan Materi Kurikulum PAI Setiap usaha apapun bentuknya, akan dapat berjalan secara efektif dan efisien, bilamana sebelumnya sudah direncanakan secara matang. Karena perencanaan secara matang, penyelenggaraan kegiatannya pun akan berjalan lebih terarah dan teratur. Di samping itu, perencanaan juga memungkinkan dipilihnya tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan di bab III, dapat diketahui bahwa perencanaan kurikulum PAI yang diterapkan di SMPN 1 Demak antara lain penyusunan silabi. Silabi merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelaaran beserta penilaiannya. Oleh karena itu, silabi yang harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk 44
45 memenuhi target pencapaian kompetensi dasar. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dilakukan SMPN 1 Demak cukup baik, karena dalam merencanakan silabi sudah mencakup komponen-komponennya. Meskipun belum sepenuhnya dikerjakan sendiri akan tetapi masih dikoordinir oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Demak. Penyusunan
silabi
yang
mengacu
pada
kurikulum
berbasis
kompetensi1 dan perangkat komponen-komponennya yang disusun oleh Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Depaartemen Pendidikan Nasional. Sekolah yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (Propinsi/Kabupaten/Kota). Sedangkan bagi sekolah yang belum mempunyai kemampuan mandiri untuk menyusun silabi dapat dikoordinir oleh Dinas Pendidikan setempat.2 Dalam menyajikan rancangan pembelajaran dalam bentuk silabus, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian yaitu aspek keterbatasan, keterkaitan antara komponen dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Menurut analisis penulis, memang sebaiknya guru PAI diberi kebebasan dalam menentukan format silabi mana yang akan digunakannya, karena penentuan format silabi tidak dibakukan.
2. Analisa terhadap Pelaksanaan Materi Kurikulum PAI Pelaksanaan kurikulum PAI dilakukan melalui proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini sangat penting dalam sistem pengajaran, sebab melalui kegiatan ini diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku 1
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Lihat, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm 48. 2 Ibid., hlm. 58.
46 pada diri peserta didik. Keberhasilan PBM merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Proses belajar mengajar tergantung pada dua hal pokok. Pertama, sarana dan fasilitas.3 Tanpa dukungan fasilitas yang dibutuhkan, tujuan kurikulum PAI sulit tercapai. Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana yang tersedia di SMPN 1 Demak dalam proses pembelajaran PAI cukup emmadai. Hal ini terbukti dengan adanya mushalla yang dapat digunakan untuk pelajaran praktek, kemudian CD-CD Islami guna menambah wawasan peserta didik. Akan tetapi dalam pemakaian sumber belajar atau buku pelajaran belum memadai karena hanya memakai satu sumber (penerbit) saja. Menurut penulis, sebaiknya seorang guru tidak hanya memakai satu sumber (buku) saja yang dijadikan pegangan, akan lebih baik jika ditunjang dengan buku-buku lain yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan guna menambah wawasan, karena buku pelajaran merupakan wahana yang sangat penting bagi para peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pengadaan sarana karena hal itu dapat membangkitkan kreatifitas peserta didik. Dalam KBK yang menjadi sumber belajar tidak hanya buku dan guru saja melainkan juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.4 Kedua, ketrampilan tenaga pengajar.5 Dalam pelaksanaan kurikulum PAI (PBM-PAI) guru dituntut untuk menciptakan suasana pengajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dalam mendorong peserta didik untuk secara leluasa mengembangkan kreatifitasnya dengan bantuan guru. Kemampuan guru dalam menciptakan pengajaran yang kondusif ini merupakan indikator kreatifitas dan efektivitas guru dalam mengajar. Hal tersebut dapat dicapai secara lebih baik jika guru dapat: 3
Syahrin Harahap, (ed.), “Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi”, dalam Haidar Daulay, IAIN di Era Globalisasi; Peluang dan Tantangan dari Sudut Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998), hlm. 121. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas, 2002), hlm. 2. 5 Ibid.
47 a. Memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar b. Metode mengajarnya tepat c. Memusatkan pada proses dan produknya d. Memusatkan pada kompetensi yang relevan.6 Guru merupakan sosok manusia yang harus memiliki kualifikasi berbagai kemampuan yang pada akhirnya akan tercermin dalam karakter pribadi Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Berdasarkan hasil wawancara menurut penulis mengenai persiapan dalam mengajar (kurikulum PAI) yang meliputi pembuatan rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran itu sudah cukup baik. Meskipun begitu dalam pelaksanaan pembelajaran harus selalu ditingkatkan terutama dalam pemakaian metode supaya bisa menghasilkan anak manusia yang berkompetensi sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, seorang guru dituntut untuk menguasai tidak hanya satu, dua metode saja terutama dalam pembelajaran PAI guna mencapai sasaran pembentukan nilai-nilai dan moral agama peserta didik. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI di antarnya: a. Metode Antisipatif Metode antisipatif merupakan sebuah cara mengantisipasi permasalahan anak didik yang langsung muncul di kalangan mereka. Guru mengetahui semua permasalahan anak yang sering timbul dan mempersiapkan solusinya sedini mungkin sehingga muncul permasalahan itu, maka ia akan segera menghadapi dan memecahkannya cepat dan bijaksana. b. Metode Dialog Kreatif Metode dialog kreatif ini merupakan salah satu cara yang efektif karena melibatkan siswa secara langsung berdialog dengan guru tentang suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Anak didik mengungkapkan 6
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 6.
48 pendapatnya langsung dari hati nuraninya dan guru siap mendengar dan melayani semua permasalahan anak didik serta berupaya membantu mencari solusinya. c. Metode Studi Kasus Metode studi kasus adalah metode mengangkat suatu contoh permasalahan yang pernah terjadi pada diri seseorang atau kelompok orang untuk dijadikan rujukan atau contoh maupun teladan sebagai solusi alternatif yang bisa diambil. d. Metode Pelatihan Metode pelatihan yaitu cara pelibatan fisik dan mental mereka untuk melakukan serangkaian latihan beribadah dan melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya sehingga anak didik dapat mengembangkan intelektualnya secara baik dan benar. e. Metode Merenung Metode merenung ini melatih anak didik untuk memikirkan permasalahan yang mereka miliki sehingga semuanya dapat dikembalikan kepada Allah. f. Metode Lawatan Metode ini merupakan cara lawatan ke daerah-daerah dalam meningkatkan rasa ukhuwah, persaudaraan sesama muslim, memupuk rasa persatuan dan kesatuan di antara sesama pelajar. g. Metode Kontemplasi Metode kontemplasi adalah melatih siswa merenungkan kembali peristiwa-peristiwa di masa lalu sehingga membuahkan sifat sabar pada diri anak didik. h. Metode Taubat Metode taubat merupakan sebuah cara agar siswa menyesali diri atas perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
49
i. Metode-metode lain Metode-metode ini di antaranya: metode analisis, metode problem solving, ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, analogi, senektik dan lain sebagainya.7 Dalam hal strategi pembelajaran di SMPN 1 Demak sudah termasuk menggunakan strategi CTL (Contextual Teaching Learning).8 Namun belum sepenuhnya,hanya pada materi-materi tertentu saja. Untuk mengubah paradigma dari teaching menjadi learning, maka proses pembelajaran harus dikelola dengan baik. Untuk mengelola proses pembelajaran yang baik dan kondusif bisa dilakukan dengan berbagai strategi, yaitu: 1) Berusaha menjadikan materi pelajaran sebagai bahan pembicaraan yang menarik. 2) Tunjukkan kepada siswa berapa tokoh ilmuwan, ceritakan sedikit kisah hidupnya, barangkali ada yang menjadi idolanya. 3) Lakukan asosiasi, artinya menghubungkan bahan pelajaran yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Siswa akan selalu ingat tentang masalah pelajaran apabila ada hubungan dengan pengalaman dirinya. 4) Proses pembelajaran hendaknya mengikuti langkah-langkah strategis sesuai dengan prinsip-prinsip didaktis, antara lain: dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks dan dari kongkrit ke abstrak. Kemudian dalam menerangkan hendaknya diikuti dengan contoh-contoh yang konkrit yang dapat membantu pemahaman siswa. 5) Mencoba menyingkap beberapa istilah atau nama dengan nama yang unik sehingga siswa dapat menghafalnya dengan mudah. Misalnya: anak didik cerdas disingkat menjadi “adidas”. 7
Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., hlm. 101-102. CTL adalah pembaruan strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari kemampuan apa yang dibutuhkan dirinya. Di sini guru berfungsi sebagai motivator dan fasilitator. Lihat, Abdul Majid dan Dian Andayani, Ibid., hlm. 46. 8
50 6) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, rileks dan tidak tegang. 7) Menjadikan guru sebagai media atau siswa dijadikan sebagai model dalam pembelajaran.
3. Analisis Terhadap Penilaian Materi Kurikulum PAI Setiap program kegiatan-kegiatan atau sesuatu yang lain yang direncanakan selalu diakhiri dengan suatu penilaian. Penilaian yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu program atau kegiatan telah dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang diharapkan. Berdasarkan kegiatan penilaian ini, akan diketahui hal-hal yang telah dan akan dicapai, sudahkah suatu program dapat memenuhi sejumlah kriteria yang ditentukan. Berdasarkan hasil penilaian itu, kemudian diambil keputusan apakah program akan diteruskan, direvisi atau bahkan diganti sama sekali. Untuk melihat program pencapaian pembelajaran, siswa harus dinilai melalui proses test yang dibuat sesuai dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif, affektif dan psikomotor maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan masukan ulang secara obyektif kepada orang tua mengenai anak mereka (siswa) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan dengan proses peningkatan mutu pendidikan.9 Evaluasi atau penilaian pembelajaran merupakan salah satu bagian dari evaluasi program pendidikan yang memusatkan perhatian kepada programprogram pendidikan yang diberikan untuk anak didik. Dalam melaksanakan penilaian kurikulum harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Berorientasi pada tujuan Penilaian yang dilakukan harus tetap mendasarkan diri pada tujuantujuan yang telah dirumuskan. b. Berkesinambungan 9
Umaedi, Manajmen Peningkatan http://www.ssep.net/directin.html, hlm. 1.
Mutu
Berbasis
Sekolah,
51 Penilaian kurikulum harus merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan atau berkaitan yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan sampai tahap penyimpulan dan pengambilan keputusan. c. Komprehensif Penilaian yang dilakukan harus merupakan suatu kegiatan yang terpadu yaitu mencakup seluruh komponen. d. Berfungsi ganda Penilaian yang dilakukan itu tidak hanya untuk memenuhi salah satu kebutuhan saja, akan tetapi informasi yang diperoleh itu harus juga dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pengambilan keputusan. e. Mendasarkan diri pada kriteria Pengumpulan
informasi
dalam
kegiatan
penilaian
harus
mendasarkan diri pada kriteria tertentu yang telah ditetapkan secara seksama dan obyektif.10 Berdasarkan hasil penelitian, penilaian yang dilakukan SMPN 1 Demak cukup baik meskipun belum maksimal karena lebih bersifat formatif (penilaian
proses)
yakni
penilaian
yang
dilaksanakan
pada
saat
berlangsungnya suatu program. Sedangkan perhatian terhadap hasil akhir masih kurang maksimal. Menurut analisis penulis, dalam melaksanakan penilaian matari kurikulum PAI khususnya, tidak hanya menekankan pada proses saja melainkan juga harus menekankan pada hasil akhir. Penilaian ini termasuk penilaian sumatif, yakni penilaian terhadap hasil dari suatu program yang biasanya dilakukan setelah suatu program tersebut selesai. Agar diperoleh kualitas lulusan yang lebih baik, kedua bentuk penilaian (formatif dan sumatif) dapat digunakan secara serempak dalam menilai kurikulum. Penilaian dalam KBK bisa berbentuk portofolio.11
10
Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah; Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 202. 11 Portofolio adalah suatu kaidah yang digunakan oleh guru untuk mengumpulkan bukti pencapaian peserta didik dalam suatu masa tertentu. Lihat, Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., hlm. 192.
52 Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Mengingat begitu beragamnya batasan portofolio, guru dapat mengumpulkannya melalui berbagai cara. Cara yang akan dipakai disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan. Portofolio merupakan instrumen penilaian kompetensi peserta didik atau menilai hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini, hasil akhir dari pembelajaran PAI yang lebih menekankan pada akhlak atau budi pekerti peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian hasil akhir tidak hanya dibebankan pada guru PAI saja melainkan seluruh komponen pelaksana pendidikan termasuk masyarakat dan orang tua, karena partisipasi masyarakat dan orang tua dituntut agar lebih memahami
pendidikan,
membantu,
serta
mengontrol
pengembangan
pendidikan (materi kurikulum PAI).
Pada kenyataan sekolah dewasa ini, partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pelaksanaan serta penilaian program (kurikulum) sekolah masih relatif rendah. Demikian halnya, partisipasi orang tua peserta didik masih terbatas pada pemberian bantuan finansial untuk mendukung kegiatan operasional sekolah. Para orang tua peserta didik belum dilibatkan secara langsung untuk duduk bersama-sama merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan, sehingga partisipasi mereka sangat rendah.