BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 RANDUDONGKAL Setelah
dilakukan
penelitian
di
lapangan mengenai
implementasi
pengembangan sikap toleransi beragama siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah proses menyederhanakan suatu data dalam bentuk lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Adapun analisis data mengenai implementasi pengembangan sikap toleransi beragama siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal adalah sebagai berikut : A. Analisis Toleransi Beragama Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal Sebagaimana yang telah ditetapkan pada pembahasan sebelumnya bahwa fokus pada sub bab ini menitik beratkan pada dua aspek, yaitu pertama,wujud toleransi beragama siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal. Kedua,proses pengembangan sikap toleransi secara umum. Wujud konkrit adanya toleransi beragama tersebut dapat dilihat dari keseharian dan juga sikap siswa terhadap adanya perbedaan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta penilaian diri dapat peneliti sampaikan data-data sebagai berikut : 1. Wujud Toleransi Beragama Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal
72
73
Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal berasal dari latar belakang yang berbeda. Mereka memiliki latar belakang agama yang berbeda, ada 3 agama yang dianut siswa SMP Negeri 1 Randudongkal, yaitu agama Islam, Kristen dan Katolik. Namun demikian dengan adanya perbedaan agama tersebut mereka saling bekerja sama, saling menghargai satu sama lain. Sehingga kerukunan antar umat beragama di SMP Negeri 1 Randudongkal terjalin sangat baik. Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh siswa mampu bersikap atau bertingkah laku secara toleran kepada temanya yang berlainan agama. Sebagaimana dikatakan oleh Nadia siswa kelas VIII jika ada kerja kelompok kami tidak pilih-pilih temen mba, baik itu muslim atau non muslim. Kita harus memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap yang berbeda agama (S5 baris 20). Sikap toleransi antar siswa juga dapat dilihat di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung, hal ini berdasarkan hasil observasi peneliti saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Saat guru memberikan tugas kelompok, dan menyuruh siswa untuk membentuk kelompok sendiri, maka antara siswa mulim dan non muslim dapat berbaur, mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain, seperti muslim dengan muslim saja sedangkan yang non muslim diacuhkan, tetapi mereka justru berbaur dan saling menghargai satu sama lain. Meski demikian, hal tersebut tidak berarti mempengaruhi aqidah masing-masing siswa. Siswa mampu memilah dan memahami batasan bergaul dengan teman yang beda agama (S2 baris 30). Mereka sadar
74
ketika mereka dihadapkan pada keadaan dimana mereka harus bersikap baik dan toleran mereka bisa membawa diri, tetapi sejauh mana bertoleran mereka tahu hanya sebatas mua’malah dan urusan lainnya kecuali urusan aqidah. Karena pada dasarnya kita tidak boleh mengusik kepercayaan yang dianut oleh orang lain. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh bapak Abdul Cholik bahwa kita bertoleran hanya sekedar dalam hal mua’amalah, tetapi kita tidak bertoleran dalam hal aqidah. (S2 baris 35) Meski siswa yang non muslim di SMP Negeri 1 Randudongkal adalah minoritas, tetapi tidak menutup kemungkinan siswa yang non muslim ikut berpatisipasi dalam kegiatan OSIS, mereka yang non muslim juga aktif dalam kegiatan bakti sosial dan idul qurban, hal ini menunjukkan bahwa antara siswa non muslim dengan muslim dapat berbaur dan bekerja sama (S6 baris 15).
Fakta membuktikan bahwa
organisasi intern yang ada di sekolah juga mendukung adanya sikap toleransi, dengan tidak membeda-bedakan golongan minoritas. Prinsip kerukunan hidup umat beragama itu sebenarnya menyangkut hal-hal yang sangat rumit, karena berkaitan dengan segi-segi emosional dan perasaan mendalam dalam kehidupan manusia. Pelaksanaanya baru berjalan dengan baik bila masing-masing pemeluk agama mampu mencegah emosi atas pertimbangan akal sehat. Kemampuan itu sendiri
75
menyangkut tingkat kedewasaan serta kemantapan pada diri sendiri, baik pada tingkat individu maupun kolektif. 1 Berdasarkan hasil penelitian, bahwa sikap toleransi beragama di SMP Negeri 1 Randudongkal sudah baik, tetapi masih ada siswa yang masih usil terhadap siswa non muslim, seperti yang dikatakan oleh Nadia, bahwa saat ada ekstrakulikuler pramuka, dimana seluruh siswa muslim sedang mengadakan doa bersama, ada salah satu siswa muslim yang mengganggu saat doa bersama.(S5 baris 35) hal ini bisa terjadi karena usia anak SMP adalah usia remaja, dimana masa peralihan yang di tempuh oleh seorang dari kanak-kanak menuju dewasa. 2 Dapat dikatakan bahwa usia mereka belum mencapai kematangan emosional, sehingga masih sering mengganggu temannya. Namun hal ini bisa diatasi dengan adanya bimbingan dari guru. 2.
Proses Pengembangan Sikap Toleransi Secara Umum di SMP Negeri 1 Randudongkal Proses pengembangan sikap toleransi beragama di SMP Negeri 1 Randudongkal dilakukan melalui beberapa kegiatan, diantaranya : a. Kegiatan
belajar
mengajar,
yakni
setiap
siswa
mengikuti
pembelajaran agama sesuai dengan agamanya masing-masing dengan bimbingan guru yang seagama dengan siswa. Dengan adanya toleransi semacam ini maka siswa yang non muslim, bebas memilih pembelajaran agamanya. Hal tersebut seperti yang 1
Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), hlm 49 -
2
Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta : Teras, 2013),hlm 119
50
76
dijelaskan Vinandhita (S7 baris 20) dimana siswa non muslim mendapat pengajaran agama di greja dengan guru agama mereka, karena di SMP N 1 Randudongkal belum ada guru agama Kristen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran untuk siswa yang non muslim belum dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah, hal ini tidak sesuai dengan indikator toleransi beragama di sekolah yaitu siswa berhak medapatkan pengajaran
agama
sesuai
kepercayaan
masing-masing,
jadi
toleransi dalam hal hal ini belum dikatakan baik, seharusnya pihak sekolah mendatangkan guru agama Kristen untuk memberikan materi kepada siswa non muslim, sehingga siswa non muslim tidak mendapatakan materi agama di gereja. b. Kegiatan humanisasi Humanisasi
menurut Kamus
Besar
Indonesia adalah
menumbuhkan rasa perikemanusiaan. 3 SMP Negeri 1 Randudongkal memliki kegiatan sendiri untuk menciptakan lingkungan yang pluralis, yaitu dengan adanya kegiatan humanisasi, kegiatan itu meliputi, olah raga
bersama,
keagamaan dan kebersihan. c. Kegiatan doa bersama menjelang ujian nasional untuk siswa muslim dan non muslim sesuai dengan pemahaman agama masingmasing.
3
http://kbbi.web.id/humanisasi
77
d. Kegiatan sosial yang tidak membedakan suku dan agama. Misalnya ketika ada siswa yang beragama muslim atau non muslim terkena musibah maka, pihak osis meminta sumbangan sukarela kepada seluruh siswa. Nantinya bantuan itu akan diberikan kepada keluarga duka, baik secara moril maupun materil. Dari serangkaian kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Randudongkal menunjukkan bahwa SMP ini menjujung tinggi nilai-nilai toleransi, saling menghargai dan belajar dari perbedaan, anak yang non muslim dan muslim mereka dipandang sama, mendapatkan hak yang sama tidak ada diskriminasi kaum minoritas di lingkungan SMP Negeri 1 Randudongkal. B. Analisis Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Beragama Siswa Melalui Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal 1. Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Beragama Secara Umum Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau,dirumah dan sebagainya. 4 Guru juga dituntut memiliki profesionalisme. Guru profesional bukan hanya sekedar alat untuk transmisi kebudayaan, tapi juga 4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hlm 31
78
mentransformasikan kebudayaan ke arah budaya yang dinamis yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, produktivitas yang tinggi dan kualitas kerja yang bermutu. 5 Guru-guru di SMP Negeri 1Randudongkal memliki strategi sendiri dalam mengembangkan sikap toleransi, begitu juga halnya dengan guru PAI, mempunyai beberapa strategi sendiri. a. Menjadi teladan yang baik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teladan adalah suatu perbuatan yang patut ditiru. 6Sehingga teladan yang baik adalah suatu perbuatan yang baik yang patut ditiru. Seperti yang dikatakan oleh siswa Bagas, tentang guru-guru yang ada di SMP Negeri 1 Randudongkal “guru-guru di SMP Negeri 1 Randudongkal sangat baik, ramah-ramah, mereka tidak membedabedakan anatara siswa muslim dengan no muslim.”(S6 baris 30) b. Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganilisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak
5
Zainal Abidin EP dan Neneng Habibah, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, (Jakarta : Balai Litbang Agma Jakarta, 2009),hlm 58 6 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm 1036
79
didik. 7seperti yang dikatakan oleh bapak Abdul Cholik guru yang baik dalam kelas tidak hanya mengajarkan materi saja pada siswanya, tetapi juga harus memberi motivasi, semangat kepada siswanya agar lebih giat dalam belajar.(S1baris 40) c. Bersikap demokratis Dalam lingkungan sekolah yang multikultural, maka seorang guru harus mampu untuk bersikap demokratis dan tidak diskriminatif (bersikap tidak adil atau menyinggung) murid-murid yang menganut agama yang berbeda dengannya. 8 2. Strategi Guru PAI dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Beragama Siswa melalui Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal. Multikultural
dalam
PAI
mengarahkan
orientasi
kurikulum
pendidikan agama pada kebersamaan, toleransi, inklusivitas berfikir dan hormat-menghormati atas kebebasan beragama. Pendidikan multikultural melalui PAI harus dilaksanakan cara komprehensif, dimulai dengan desain perencanaan dan kurikulum melalui penyiapan, pengayaan dan atas pengutan terhadap berbagai kompetensi yang telah ada mendesain proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap siswa untuk mampu menghormati hak-hak orang lain tanpa membedakan latar belakang ras, agama, bahasa dan budaya dan tanpa membedakan mayoritas dan minoritas. 9
7
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm 45 M.Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), hlm. 61. 9 Zainal Abidin EP dan Neneng Habibah, Op.Cit, hlm 61-62 8
80
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran agama, hal penting yang harus diterapkan dalam pengembangan sikap toleransi beragama pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan guru dalam menafsirkan dan mengimplementasikan ayat-ayat Al-Qur’an. Kemampuan guru dalam menafsirkan dalam menafsirkan ayat-ayat tentang toleransi sangat baik. Guru memiliki paradigma pemahaman keberagamaan yang moderat. Hal ini terlihat saat guru menjelaskan kepada siswa isi kandungan pada surat Al-Hujarat ayat 13.
ُّ َ َٓ َ ُ َ َ َ ّ ُ ٰ َ ۡ َ َ َّ ُ َّ ُ ٰ �َ ۡنث ٰي َو َج َعل ۡ�م َ ���ها ٱلناس إِنا خلق��م مِن ذك ٖر وأ ٰ َّ ۡ ُ ٰ َ ۡ َ َّ َ ۡ َ َّ ْ ٓ ُ َ َ َ َ ٓ َ َ َ ٗ ُ ُ ُ َ ۡ َ شعو�ا و�با�ِل ل ِتعارف ۚوا إِن أ�رم�م ِعند ٱ� ِ ��قٮ� ۚم إِن َ َّ ٌ ِ ٱ� َعل ١٣ ٞيم َخبِير 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Dalam ayat tersebut guru menjelaskan tentang perbedaan, bagaimana cara
81
menghargai perbedaan serta bagaimana siswa dapat bertoleransi dengan siswa yang berbeda agama. 10 Ayat diatas menegaskan tentang kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku atau warna kulit dengan selainnya, tetapi antara jenis kelamin mereka. 11 Selain menjelaskan tentang firman Allah yang menerangkan tentang
perbedaan,
guru
juga
mengaitkan
dengan
peraturan
perundangan-undangan yang ada di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 29 ayat 2 yang berbunyi :
12
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah sesuai dengan agamanya dan kepercayaanya itu”. Pendidik
merupakan
faktor
penting
dalam
mengimplementasikan nilai-nilai toleransi keberagaman dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal ini dilakukan dengan menciptakan iklim kegiatan belajar mengajar sebagai berikut : a. Memberi mengikuti
kesempatan pembelajaran
kepada agama
semua sesuai
peserta
didik untuk
dengan pemahaman
agamanya masing-masing(S1 baris 30).
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati , 2002), hlm. 260 Ibid,. hlm.261 12 Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), hlm 47 10 11
82
Saat
pembelajaran
PAI
berlangsung,
disini
guru
memberikan toleransi kepada siswa non muslim untuk mengikuti pelajaran PAI di dalam kelas, atau belajar di luar ruangan, karena materi yang akan disampaikan nanti, tentunya akan berbeda dengan aqidah yang ada pada siswa non muslim, dan ketika siswa non muslim memilih untuk berada di dalam kelas maka, siswa tersebut tidak boleh mengganggu temannya yang sedang belajar. Siswa yang beragama non muslim mendapatkan pembelajaran agama sendiri, yaitu pada saat kegiatan humanisasi di pandu oleh guru BK yang beragama non muslim. Dan ada pembelajaran tambahan agama di luar sekolah yaitu di gereja bersama dengan guru agama mereka masing-masing.(S8 baris 20) b. Belajar dalam perbedaan Dalam aktifitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal selalu mengajarkan tentang kerukunan anatar hidup beragama dan sikap toleransi serta menghargai segala perbedaan yang ada di sekitarnya, pendewasaan emosional siswa, kerja kelompok antar siswa dalam komunitas yang plural secara agama, kultural ataupun etnik. c. Memelihara sikap saling pengertian Guru mencontohkan pada saat siswa muslim mengadakan kegiatan keagamaan, seperti perayaan idul Qurban. Dalam kegiatan ini siswa non muslim ikut perpartisipasi dan saling
83
menghargai, bahkan ada salah satu anggota OSIS non muslim yang selalu mengikuti kegiatan ini. Begitu juga sebaliknya ketika siswa non muslim sedang merayakan hari besar, siswa muslim harus menghargai tanpa harus mengikuti keyakinan mereka. d. Membimbing dan memberi motivasi siswa dalam melakukan kegiatan toleransi. Guru memberikan contoh keteladanan kepada siswa dalam menerapkan sikap toleransi(S6 baris 15). Hal ini dicontohkan guru saat menjalin hubungan sosial dengan guru lain yang beragama non muslim dan tidak membeda-bedakan antara siswa muslim dan siswa non muslim. Hal ini dapat dilihat saat ada anggota keluarga dari siswa maupun guru ada yang meninggal, maka seluruh warga SMP Negeri 1 Randuongkal membantu secara materil dan moril, dimana OSIS bertugas meminta sumbangan suka rela kepada seluruh siswa dari kelas VII, VIII dan IX. Sumbangan tersebut nantinya akan diberikan kepada keluarga yang sedang berbelasungkawa. Dengan menciptakn iklim sepeti ini pada saat proses pembelajaran, maka diharapkan sikap toleransi itu dapat di kembangkan pada setiap individu, menyadarkan kepada setiap siswa akan kehidupan yang pluralis dan mampu menghargai satu sama lain. 2. Materi terkait Toleransi
84
Pengembangan sikap toleransi beragama pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Randudongkal materi ajar dikembangkan guru sesuai dengan mata pelajaran. Beberapa materi yang disampaikan guru dalam mengembangkan sikap toleransi diantaranya sebagai berikut; a. Konsep toleransi dalam Islam dengan menyampaikan materi tentang Al-Qur’an yang menjelaskan tentang toleransi beragama. Guru memberikan pemahaman kepada para siswa bahwa kita hidup dalam negara demokrasi yang dituntut untuk selalu bersikap toleran, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati kebebasan beragama. Serta menyampaikan materi tentang AlQur’an yang menjelaskan tentnag toleransi beragama yaitu QS Surat Al-Hujarat ayat 13. b. Pemahaman siswa tentang toleransi dengan pemberian tugas, saat selesai materi pembelajaran. Dalam materi terkait toleransi, guru telah menjelasakan apa itu toleransi, maka guru harus menguji pemahaman siswa tentang toleransi, yaitu dengan pemberian tugas kelompok pada siswa, seperti yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAI. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok akan mendapatkan tema yang berbeda, kelompok 1 membuat poster tentang toleransi di sekolah, kelompok 2 toleransi di masyarakat, kelompok 3 menghargai perbedaan di sekolah dan kelompok 4 menghargai perbedaan di masyarakat.
85
Masing-masing kelompok menginformasikan apa yang ada dalam poster tersebut kepada teman-temanya, kemudian kelompok lain menyimak dan menanggapi hasil pemaparan tersebut. Berdasarkan
materi
dan
pemberian tugas
diatas
saat
pembelajaran PAI, seharusnya sudah bisa membekali siswa untuk selalu bersikap toleran. Sehingga akan terealisasi tujuan mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan abadi di antara orang-orang yang pada realitasnya memang memilik agama dan iman berbeda. 3. Model pembelajaran PAI Di SMP Negeri 1 Randudongkal ada beberapa model pengajaran dalam proses pengembangan sikap toleransi beragama melalui pembelajaran PAI materi toleransi. Menurut bapak Abdul Cholik model yang efektif untuk pembelajaran adalah model pembelajaran aktif, karena jika guru menggunakan satu metode saja dalam pembelajaran, seperti metode ceramah, maka siswa cenderung akan jenuh dalam pembelajaran, apalagi dalam kelas itu ada siswa yang beragama non muslim, yang tidak mengerti tentang seluk beluk agama Islam. Selain itu model pembelajaran untuk materi toleransi adalah model aksi-refleksi-aksi, yaitu pembelajaran yang lebih mementingkan siswa. (S1baris 40) Model ini lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving) dengan paradigma kritis, menggunakan dialog antar fasilitator dan pembelajar yang membawa percakapan yang bernilai pengalaman divergen, harapan, perspektif
86
dan nilai (Value). 13 Implementasinya pada pembelajaran melalui tahapan-tahapan seperti berikut : a. Guru memeberikan tausiyah tentang toleransi sesuai dengan QS surat Al-hujarat ayat 13, menjelaskan tentang perbedaan dan mengahargai perbedaan satu sama lain. b. Siswa dibentuk kelompok dan diberi tugas untuk membuat produk berupa poster terkait materi yang telah di diskusikan c. Masing-masing kelompok menentukan satu anggota yang akan tinggal sebagai penjual dan anggota lain akan berbelanja untuk mendapatkan informasi. Anggota yang bertugas menjadi penjual akan menjelaskan posternya kepada pembeli, anggota yang lain mendapat tugas berbelanja ke “toko lain” untuk mendapatkan informasi dan mencatat keterangan dari penjual. d. Setelah mendapatkan informasi dari masing-masing kelompok, maka tugas selanjutnya siswa mempresntasikan hasil diskusi tersebut. Sedangkan kelompok lain menyimak dengan seksama. Dari implementasi pembelajaran tentang toleransi diatas, siswa diajak langsung untuk memecahkan sebuah masalah tentang toleransi yang ada disekitarnya, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat, siswa diajak lebih mengenal tentang toleransi dengan mengaplikasinya dalam bentuk poster tentang
13
Zainal Abidin EP dan Neneng Habibah, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, (Jakarta : Balai Litbang Agma Jakarta, 2009),hlm 127-128
87
toleransi dan siswa tersebut harus menjelaskan makna dari poster itu. melalui pendekatan refleksi ini, siswa dapat berpikir tentang apa yang sedang dipelajari, apa yang sudah dilakukan masa lalu dan bagaimana merespon terhadap kejadian atau peristiwa yang akan di temui. 4. Respon Siswa Siswa di SMP Negeri 1 Randudongkal memilik keberagaman agama, dengan adanya perbedaan agama dan keyakinan yang berbeda pada setiap siswa, maka pembelajaran di SMP Negeri 1 Randudngkal senantiasa di tuntut untuk memahami kondisi peserta didik, yaitu dengan selalu menerapkan rasa toleransi dan saling bekerja sama antar siswa tanpa membeda-bedaknnya. Dalam pembelajaran siswa memberikan respon yang positif tentang sikap toleransi kepada siapapun. Usia anak SMP dikatakan sebagai usia remaja dimana, pada usia ini anak mulai mengerti nilainilai dan memakainya dengan cara sendiri. Moralitasnya ditandai dengan kooperatif, bukan paksaan, interaksi dengan teman sebaya, diskusi dan rasa menghormati orang lain. C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Toleransi Beragama Siswa SMP Negeri 1 Randudongkal Untuk membangun lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran terhadap semua pemeluk agama, sebaiknya memperhatikan beberapa hal
88
berikut ini : pertama,
sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan
undang-undang lokal, yaitu undang-undang sekolah yang diterapkan secara khusus di satu sekolah. Kedua, untuk membangun rasa saling pengertian antar siswa-siswa yang mempunyai keyakinan keagamaan yang berbeda disekolah harus berperan aktif menggalakkan dialog keagamaan atau dialog antar iman yang tentunya tetap berada tetap berada dalam bimbingan guru-guru dalam sekolah tersebut. Ketiga, hal lain yang penting dalam penerapan pendidikan multikultural dan buku-buku pelajaran yang dipakai dan diterapkan di sekolah. 14 Berdasarkan pendapat di atas maka, untuk mendukung keberhasilan dalam pengembangan sikap toleransi beragama pada pembelajaran PAI ada beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat. 1. Faktor pendukung a. Berdasarkan hasil interview dengan guru BK di SMP Negeri 1 Randudongkal, bahwa SMP ini sejak awal berdiri sudah ada peraturan tentang toleransi beragama.(S1 baris 5) hal ini dapat dilihat dari tujuan sekolah,yaitu memiliki rasa persatuan dan kesatuan kebangsaan. b. Adanya kebijakan pemerintah tentang sikap toleransi beragama di sekolah. Hal ini berdasarkan UU No. 20/2003 pasal 15 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
(Sisdiknas)
mencantumkan,
pendidikan
keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
14
Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hlm 62-63
89
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama. 15 c. Terwujudnya kerja sama yang baik seluruh warga sekolah. Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan humanisasi di SMP Negeri 1 Randudongkal 2. Faktor Pengahambat Berdasarkan hasil intervew dan observasi di SMP Negeri 1 Randudongkal, maka dapat di kemukakan tentang faktor penghambat dari pengembangan sikap toleransi beragama di Sekolah. a. Tingkat kematangan emosional siswa yang tidak sama antara satu sama lain. b. Keterbatasan waktu belajar c. Kurangnya pendidik agama Kristen d. Kurangnya fasilitas ibadah sebagai sarana pengembangan sikap toleransi. Untuk mengatasi kendala-kendala diatas, maka upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah : a. Selalu
mengadakan
kegiatan
bersama,
yaitu
humanisasi
agar
pengembangan sikap toleransi antar siswa dapat terwujud dengan baik dan guru harus membimbing siswanya agar memahami makna toleransi beragama. 15
Undang-Undang Republik Indonesia tentang guru dan dosen, (Bandung : Citra Umbara, 2006), hlm 125
90
b. Guru harus lebih kreatif dalam memilih dan mengaplikasikan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang terkait. c. Sekolah harus mengupayakan ada pendidik agama Kristen, sehingga siswa yang non muslim mendapatkan pelajaran agama tidak diluar sekolah, yaitu di greja dengan pendidik agama non muslim. d. Sekolah harus memliki fasilitas yang menunjang akan sikap toleransi antar umat beragama.