BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dalam rangka pengembangan desain materi kurikulum muatan lokal gizi dan higienis yang diperuntukkan pada kelas 7 (tujuh), tata boga dan ragam panganan ditunjukkan pada kelas 8(delapan) dan pendidikan lingkungan hidup diperuntukkan bagi kelas 9 (Sembilan) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Rangkasbitung di Kabupaten Lebak, penguraian pada bab ini terdiri atas empat bagian yakni ; Bagian pertama, deskripsi hasil studi pendahuluan, berisi tentang 1) kondisi secara umum Daerah Kabupaten Lebak dan potensinya, 2) kondisi secara husus SMP N 3 Rangkasbitung beserta rintisan model sekolah sehatnya, 3) potret kurikulum muatan lokal yang sudah berjalan yakni muatan lokal tata boga, 4) hasil angket kepada siswa; Bagian kedua, analisis dan identifikasi, berbagai kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan desain kurikulum muatan lokal, antara lain: 1) analisis berbagai potensi dan perkembangan daerah, 2) analisis hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh pendidikan dan komite sekolah,
3) analisis
ketersediaan berbagai sumber daya disekolah, 4) analisis hasil angket sikap siswa tentang model sekolah sehat, 5) menetapkan unsur-unsur yang terlibat, indicator keberhasilan dan strategi dalam pengembangan desain murikulum muatan lokal, 6) pengemasan dan pemilihan materi desain kurikulum mulok, 7) draf pertama desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan; Bagian ketiga, 1) pembahasan
182
183
hasil-hasil analisis pada bagian dua tersebut, 2) uraian proses dan hasil validasi draf kurikulum muluk oleh para ahli serta 3) proses revisi-revisinya untuk memperoleh hasil desain kurikulum muatan lokal. 4) Produk ahir “kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan” yang cocok dengan kondisi sekolah rintisan model sekolah sehat.
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak Wilayah kabupaten Lebak merupakan bagian dari provinsi Banten, provinsi ini terdiri dari 8 (delapan)daerah setingkat Kabupaten dan Kota, yakni 4(empat) daerah kota dan 4 (empat) daerah kabupaten yaitu : Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tanggerang dan Kota Tanggerang Selatan (Kota Tangsel) serta Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Tanggerang. Kabupaten Lebak memiliki wilayah terluas diantara delapan daerah di Provinsi Banten, dalam dokumen “Swara Persada Lebak” yang diterbitkan bagian Humas dan Komunikasi Setda Lebak bahwa luas daerah kabupaten ini kurang lebih 3.044,72 km persegi atau 304.472 ha ( kurang lebih 32 % dari seluruh luas Provinsi Banten ), dengan posisi astronomisnya terletak pada rentang koordinat 105 derajat 25 menit sampai dengan 106 derajat 30 menit bujur timur dan 6 derajat 18 menit sampai dengan 7 derajat 00 menit Lintang selatan, dan secara geografis batas wilayah sebelah utara kabupaten Lebak adalah Kabupaten Serang dan Kabutuhan Tanggerang, batas wilayah sebelah
184
timur dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, batas sebelah barat dengan Kabupaten Pandeglang dan batas wilayah sebelah selatan dengan Samudra Indonesia, karena itu Kabupaten Lebak memiliki pantai dengan panjang garis pantai 90,42 km. Apabila ditinjau dari kondisi topografisnya, kabupaten Lebak secara umum berada pada ketinggian 0-200 meter diatas permukaan laut (dpl) terutama Lebak bagian selatan dan utara, sedang untuk Lebak bagian tengah berada pada ketinggian 201-500 meter dpl serta wilayah Lebak bagian timur berada pada ketinggian 5011000 meter dpl dengan puncak tertinggi di Kawasan Gunung Sanggabuana dan Kawasan Gunung Halimun. Kondisi klimatologis Kabupaten Lebak ditunjukkan dengan curah hujan rata-rata pertahun yang cukup tinggi yaitu berkisar pada 20004000 mililiter pertahun. Orbit Kota Rangkasbitung sebagai ibukota kabupaten Lebak dengan Kota Serang sebagai sebagai pusat pemerintahan provinsi Banten berjarak 3540 km dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Sedangkan orbitasi dengan ibukota Negara di Jakarta hanya berkisar 90 km dengan waktu tempuh sekitar 2 (dua) jam (Tim Swaraloka Persada Lebak,2008: 23-28) . Berdasarkan data demografi yang dikeluarkan oleh BPS, penduduk Kabupaten Lebak berjumlah 1.202.909 jiwa pada tahun 2007, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,72 % dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 388 jiwa/ km persegi. Sedangkan berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 ini, laju pertumbuhan penduduk kabupaten Lebak sebesar 1,56 % (ini berarti laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten lebak menurun/berhasil ditekan) dengan tingkat kepadatan penduduk 394 jiwa/km persegi.
185
Sedangkan wilayah Kabupaten Lebak saat ini terbagi kedalam 28 (dua puluh delapan) kecamatan, yang terbagi kedalam 340 desa dan 5 kelurahan, adapun namanama kecamatan di Kabupaten Lebak adalah
sebagai berikut: 1)Kecamatan
Rangkasbitung, 2)Kecamatan Kalanganyar, 3)Kecamatan Curugbitung, 4)Kecamatan Maja, 5)Kecamatan Cibadak, 6)Kecamatan Warunggunung, 7)Kecamatan Cikulur, 8)Kecamatan 11)Kecamatan
Cimarga,
9)Kecamatan
Cipanas,
Sajira,
12)Kecamatan
10)Kecamatan
Sobang,
Lebakgedong,
13)Kecamatan
Muncang,
14)Kecamatan Lewidamar, 15)Kecamatan Cirinten, 16)Kecamatan Bojongmanik, 17)Kecamatan Gunungkencana, 18)Kecamatan Cileles, 19)Kecamatan Banjarsari, 20)Kecamatan
Cigemblong,
23)Kecamatan
Cilograng,
21)Kecamatan 24)Kecamatan
Cijaku,
22)Kecamatan
Cibeber,
Bayah,
25)Kecamatan
Cihara,
26)Kecamatan Panggarangan, 27)Kecamatan Wanasalam, 28)Kecamatan Malingping ( sumber BAPPEDA Kabupaten Lebak 2008 ). Dibawah ini adalah peta wilayah Kabupaten Lebak dalam bagian-bagian tiap kecamatan Adapun visi misi daerah Kabupaten Lebak sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Nomer 8 tahun 2009 tentang Rencana Strategis Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014, visi nya adalah ”Kabupaten Lebak menjadi daerah kondusif untuk berinvestasi yang berorientasi pada pembangunan pedesaan” dan penjelasannya adalah “Lebak dapat menjadi daerah/wilayah investasi baru di Provinsi Banten dalam rangka mengurangi tingkat kesenjangan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten”. Sedangkan misi Kabupaten Lebak adalah ”Mewujudkan Lebak sebagai daerah kondusif dalam berinvestasi untuk percepatan pembangunan dalam
186
rangka meningkatkan kesejahtraan rakyat pedesaan berlandaskan iman dan takwa”. Rincian misi kabupaten Lebak adalah sebagai berikut: 1) Mewujudkan sumber daya manusia Kab Lebak yang produktif dan berdaya saing. 2) Meningkatkan pembangunan ekonomi regional berbasis potensi lokal. 3) Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah. 4) Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan. 5) Meningkatkan efektifitas pemerintahan daerah dan kualitas demokrasi. Sedangkan tujuan pembangunan daerah Kabupaten Lebak meliputi beberapa aspek bidang pembangunan yang tercantum antara lain sebagai berikut : 1) Mewujudkan dan meningkatkan infrastruktur daerah dalam rangka memenuhi pelayanan dasar masyarakat kearah peningkatan kualitas sumber daya manusia. 2) Mewujudkan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi sumber daya alam dalam rangka stabilitas perekonomian daerah. 3) Mewujudkan kelestarian sumber daya alam dan konservasi lingkungan hidup berdasarkan tata ruang wilayah.
187
4) Mewujudkan tata pemerintahan daerah yang transparan, partisipasif dan bertanggung jawab dengan mengedepankan kaidah transparansi dan akuntabilitas. 5) Mewujudkan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan masyarakat madani yang religius. Adapun bila kita lihat rencana strategis Kabupaten Lebak 2009-2014 dalam Peraturan Daerah Nomer 8 tahun 2009, tentang pengaturan tata ruangnya (diperlihatkan seperti gambar dalam lampiran) terdiri dari tujuh zona/kawasan, dengan rincian sebagai berikut : 1) Zona industry citeras, kurang lebih seluas 2000 Ha. 2) Zona perumahan “kota kekerabatan Maja” 3) Rencana zona waduk karian 4) Zona taman nasional gunung halimun salak 5) Kawasan agropolitan Bayah-Cibeber 6) Rencana kawasan industry semen Boral 7) Kawasan cagar budaya Baduy. (gambar ada pada lampiran) Kabupaten Lebak bila dilihat dibidang pendidikannya, yang peneliti ketahui telah memiliki 2 (dua) peraturan daerah (PERDA) dibidang pendidikan yaitu Perda No.12 tahun 2006 tentang Wajib Pendidikan Diniyah dan perda No.2 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Lebak. Pada kedua perda ini juga terkandung maksud dan tujuan bahwa Pemerintah Kabupaten Lebak ingin
188
menjadikan Rangkasbitung sebagai “kota pelajar” dan kabupaten Lebak sebagai “kota pendidikan”,dengan perda diniyah diharapkan seluruh pelajar yang ada di Kabupaten Lebak memiliki dasar-dasar agama yang baik dan diharapkan juga seluruh pelajar nya dapat menulis dan membaca huruf arab dengan baik.
Kekuatan jumlah SDM
pendidik di Kabupaten Lebak yang memiliki guru PNS sebanyak 8.644 orang dan guru honorer sebanyak 3.350 orang, sehingga saat ini guru yang ada dibawah tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak berjumlah 11.994 orang, bila jumlah guru ditambahkan dengan yang ada di bawah naungan Departemen Agama kantor kabupaten Lebak, yang jumlah guru PNS nya orang 422 dan guru non PNS nya 3872 orang, maka kekuatan SDM guru di kabupaten lebak dengan jumlah total guru PNS sebanyak 9.066 orang dan jumlah guru non PNS nya sebanyak 7.222 orang, sehingga jumlah total guru di Kabupaten Lebak (dari guru TK/RA sampai guru SMA/SMK/MA) sebanyak 16. 288 (enam belas ribu dua ratus delapan puluh delapan) orang guru (sumber dari Dinas Pendidikan dan Mapendais Kantor Daerah Kabupaten Lebak). Bupati Kepala Daerah Kabupaten Lebak dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Pendidikan Kabupaten Lebak menyambut tahun pelajaran 2010/2011 di Pendopo Kabupaten pada hari Rabu tgl 9 Juni 2010, dan pada kesempatan itu beliau juga memesankan lima (5) hal yaitu: (a) jangan sampai anggaran yang cukup besar, tetapi tida ada perubahan pada perestasi pendidikan kita, (b) tingkatkan pelayanan kepada masyarakat kabupaten Lebak khususnya dibidang pendidikan, (c) bagi siswa yang miskin, ringankan dan bahkan harus dibebaskan dari biaya pendidikan, (d)
189
manajemen sekolah mohon dibenahi dan diperbaiki, (e) kepada siswa yang berprestasi mohon diberi reward. Adapun Lambang/logo Daerah Kabupaten Lebak yang digunakan tercantum dalam Perda Nomer 71/ PD/ 1964, logo ini mesti digunakan dalam kop surat dinas atau surat-surat resmi di Kabupaten Lebak, logo ini menjadi symbol suatu daerah yang menggambarkan keadaan daerah tersebut beserta seluruh potensi,adat istiadat, dan budayanya, adapun logo dan tulisannyanya seperti gambar dibawah ini : a) Lambang berbentuk perisai: benteng atau perisai melambangkan tanda kekayaan atau ketangguhan. b) Warna dasar kuning : warna emas berarti melambangkan Kabupaten Lebak memiliki tambang emas cikotok dan kekayaan alam lainnya. c) Kubah mesjid warna putih : melambangkan jiwa Agama Islam dan bathin penduduknya d) Angklung warna hitam : melambangkan seni, dan jumlah angklungnya ada enam buah tanda gotong royong , warna hitam melambangkan bahwa di Kabupaten Lebak masih tinggal suku Kanekes suku pedalaman warga Badui e) Warna biru polos : melambangkan lautan bahwa Kabupaten Lebak memiliki samudra Indonesia f) Pita berwarna merah putih ; warna merah tanda hidup dan berani dan warna putih tanda suci g) Tulisan atau Motto (semboyan) Kabupaten Lebak pada perisainya adalah: “Iman-Uman-Aman-Amin”:
190
-
Iman, artinya keyakinan yang teguh kepada Alloh Subhanahu Wata’ala tuhan yang maha esa penguasa alam semesta yang mencipta, menjaga dan memelihara kita semua.
-
Aman, artinya tiada gangguan atau bebas dari gangguan, tentram, damai dan sehat lahir dan batin
-
Uman : artinya milik yang teratur, tanah subur rakyat makmur dagang beruntung dan tani terbukti (mukti)
-
Amin : artinya Ibadah dan doa kepada Alloh tuhan yang maha esa atas pemberiannya yang telah dilimpahkan kepada rakyat Lebak.
Adapun jumlah lembaga pendidikan yang resmi dan tercatat di Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak yang peneliti ketahui adalah sebagai berikut: lembaga setingkat sekolah dasar SD Negeri sebanyak 752 sekolah, dan SD swasta sebanyak 6 sekolah, dengan jumlah murid semuanya 169.407 siswa serta SDLB Negeri sebanyak 2 sekolah serta SDLB Swasta sebanyak 3 sekolah deangan jumlah muridnya 230 siswa. Jadi jumlah seluruh siswa setingkat sekolah dasar (SD) sebanyak 169.637 siswa. Sedangkan jumlah lembaga pendidikan setingkat sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut, SMP Negeri berjumlah 80 sekolah SMP Swasta berjumlah 25 sekolah, SMP Satu Atap berjumlah 60 sekolah, dari 165 lembaga ini jumlah muridnya 47.405 siswa, sedangkan SMP LB negeri dan swasta berjumlah 5 sekolah dan jumlah muridnya 90 siswa, serta lembaga SMP Terbuka berjumlah 19 sekolah dengan jumlah muridnya sebanyak 1.603 siswa. Jadi jumlah seluruh siswa setingkat SMP adalah 49.098 siswa (data dari Dinas Pendidikan tahun 2010, tercantum dalam
191
lampiran). Untuk sekolah menengah atas (SMA) yang berada dibawah lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak berjumlah 26 sekolah negri, 9 sekolah SMA Filial dan 15 sekolah SMA swasta, dengan jumlah murid seluruhnya sebanyak 16.856 siswa. Untuk lembaga sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah sebagai berikut: SMK negeri sebanyak 7 sekolah dan SMK swasta berjumlah 33 sekolah, dengan jumlah murid SMK negeri dan swasta sebanyak 8.390 siswa. jadi jumlah siswa setingkat sekolah menengah tingkat atas seluruhnya (SMA dan SMK) sebanyak 25.246 siswa. Jumlah siswa SD, SMP dan SMTA yang tertera diatas belum termasuk siswasiswi yang ada dilingkungan Departemen Agama Kantor Kabupaten Lebak. Adapun sekolah-sekolah yang berada dilingkungan Depag yang peneliti ketahui informasinya dari bagian Mapendais Depag Kantor Kabupaten Lebak meliputi Madrosah Ibtidaiyah negeri dengan jumlah lembaga 2 sekolah dan jumlah muridnya 422 siswa, madrosah diniyah (swasta) dengan jumlah muridnya 19.861 siswa, jadi jumlah murid madrasah ibtidaiyah (setingkat SD) baik negeri dan swasta adalah 20.083 siswa, Madrasah Tsanawiyah negeri 4 lembaga (sekolah), dan jumlah muridnya 2085 siswa dan madrasah Tsanawiyah swasta jumlah muridnya 16.385 orang, jadi jumlah murid madrosah tsanawiyah baik negeri maupun swasta 18.470 siswa, Madrasah Aliyah negeri dengan jumlah lembaganya 2 sekolah dengan jumlah murid 619 siswa, jumlah murid madrosah aliyah swasta 4388 siswa, sehingga jumlah murid madrosah aliah negeri dan swasta sebanyak 5007 siswa. Kekuatan SDM guru dilingkungan Depag Kabupaten Lebak, jumlah guru PNS 422 orang dan guru non PNS (guru honorer)
192
berjumlah 3872 Orang, jadi jumlah guru seluruhnya dilingkungan Depag sebnyak 4294 orang (sumber data dokumen Mapendais Depag Kabupaten Lebak). Bila kita jumlahkan jumlah murid sekolah yang ada di Kabupaten Lebak sebagai berikut: (a) murid setingkat SD dan MI/MD berjumlah 189.720 siswa, (b) murid setingkat SMP dan MTs sebanyak 67.568 siswa dan (c) jumlah murid setingkat SMA/ SMK dan MA sebanyak 30.253 siswa, sehingga jumlah total pelajar di Kabupaten Lebak (dari murid SD/MI sampai dengan SMA/SMK/MA) berjumlah 287.541 (dua ratus delapan puluh tujuh ribu lima ratus empat puluh satu) siswa. Data diatas belum termasuk siswa-siswi/santri yang ada di pondok pesantren dan ustadz/ustadzah serta pengasuh yang ada dilingkungan pondok pesantren. Disisi lain bila kita lihat tentang visi dan misi Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak yang peneliti dapatkan dari dokumen Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak 2010-2014 adalah sebagai berikut ini, visi :”Tersedianya layanan pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan masyarakat lebak yang cerdas, berdaya saing dan berakhlak mulia berbasis pembangunan pedesaan ( visi 2014 )” sedangkan misi nya: (1) mengembangkan pembinaan pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar; (2) mengembangkan pendidikan menengah menuju wajib belajar dua belas tahun; (3) mewujudkan peningkatan mutu, akses, dan manajemen pelayanan serta tata kelola pendidikan dan tenaga kependidikan terutama peningkatan pelayanan pendidikan di daerah pedesaan; (4) mengembangkan pendidikan non formal dan informal (PNFI); dan (5) mewujudkan pengembangan sekolah kearah Sekolah Standar Nasional (SSN), Rintisan Sekolah Bertaraf
193
Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) sebagai pendukung terwujudnya “Rangkasbitung sebagai Kota Pelajar dan Kabupaten Lebak sebagai Daerah Pendidikan”. Jika kita melihat kepada angka partisipasi pendidikan di Kabupaten Lebak dari tahun ketahun semakin meningkat dengan data sebagai berikut APK Jenjang PAUD SD/ MI SMP/ MTs SMA/ SMK
Tahun 2007 6,20 % 108,8 % 83,4 % 27,6 %
Tahun 2008
Tahun 2009
6,30 % 109,5 % 94,8 % 30,6 %
6,55 % 107,2 % 95,7 % 36,2 %
Tabel 4.1 APK jenjang pendidikan PAUD sampai SMTA selama 3 tahun (2007 S/d 2009)
Berdasarkan data diatas walaupun ada kenaikan angka partisipasi disetiap tahunnya namun APK untuk jenjang PAUD dan APK jenjang SMA/ SMK angka itu masih relative rendah.
2. Keadaan Umum Pendidikan di SMP N 3 Rangkasbitung a. Sejarah Pendirian Sekolah Dalam dokumen data dan imformasi sekolah yang kami dapatkan pada studi pendahuluan bahwa sejarah berdirinya SMP N 3 Rangkasbitung dimulai dengan beroprasinya sekolah
tahun pelajaran 1978 dengan SK Kepala Kantor Wilayah
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat No 2433/E.15/II/ 1977, tahun pertama berdirinya sekolah ini menumpang/Filial di SMP 1 Rangkasbitung Jl. Multatuli No21 Rangkasbitung Kabupaten Lebak, dari bulan juli 1978 awal tahun
194
ajaran 1978/1979 sampai bulan juni 1979 selama satu tahun pelajaran. Selama pembangunan gedung baru/ unit sekolah baru yang terletak di Jl Cipanas Raya km 2 (alamat sekarang Jl Jendral Sudirman no.47 km.2 Rangkasbitung ) kegiatan belajar mengajarnya dilakuakn pada sore hari di SMP N 1 Rangkasbitung itu, Sekolah ini mulai beroprasi dengan jumlah murid pertamanya sebanyak 183 siswa yang terbagi dalam 4 (empat) rombongan belajar, dalam dokumen peresmian sekolah disebutkan pula bahwa peresmian gedung sekolah baru SMP N 3 Rangkasbitung bertepatan dengan peringatan hari pendidikan nasional yaitu pada hari Rabu tanggal 2 Mei 1979, dan kepala sekolah pertamanya dijabat oleh Drs. Ojat Sudrajat yang merangkap juga sebagai kepala SMP N 1 Rangkasbitung, setelah bulan juli tahun 1979 diangkatlah kepala sekolah yang baru yang definitive ialah Bapak H.Kodir. Pimpinan sekolah terus mengalami masa pergantian (periodesasi) dari kepala sekolah yang kesatu, yang kedua, yang ketiga, dan seterusnya, dimana sampai saat ini sudah kepala sekolah definitive yang kesembilan. Adapun jenis dan jumlah ruangan pada bangunan pertama SMP N 3 Rangkasbitung adalah sebagai berikut : 8 ruang belajar/ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang work shop, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 2 ruang gudang, 3 buah WC, 1 buah ruang sepeda, jadi jumlah ruangan bangunan pertama sebanyak 20 ruang, serta dalam dokumen sekolah tertulis juga biaya awal untuk pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) sekolah ini yang pertama sebesar lima puluh satu juta sembilan ratus tujuh puluh empat ribu rupiah yang dikerjakan oleh CV Sentosa.
Adapun jumlah pengajar
195
angkatan pertama SMP N 3 Rangkasbitung sebanyak 10 (sepuluh) orang dengan nama-nama dan bidang studi yang diampunya sebagai berikut: (1) Sdr. Syamsuri, mengajar bibang studi Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, (2) Sdr.Faih Syafei, mengajar bidang studi IPA, (3) Sdi. Atty Sulastri BA, mengajar bidang studi kesenian dan BP, (4) Sdr.Maman Nurzaman, mengajar bidang studi matematika, (5) Sdr.Dedi Miradi, mengajar bidang studi ketrampilan, (6) Sdr. Zaenudin, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, (7) Sdr.Hendarsyah Permana, mengajar bidang studi Bahasa Indonesia dan PMP, (8) Sdr Aep Saepudin, mengajar mengajar bidang studi ketrampilan, (9) Sdr.Amran, mengajar bidang studi olah raga, (10) Sdr.Azhari, mengajar bidang studi Agama.
b. Propil SMP N 3 Rangkasbitung Hasil observasi peneliti bahwa saat ini sekolah SMP N 3 Rangkasbitung memiliki sarana prasarana yang jauh lebih lengkap dibandingkan 31 tahun yang lalu sebagaimana yang tertulis dalam dokumen peresmiannya yang sudah dipaparkan diatas, tapi walau begitu sebagian besar ruangan yang dibangun pertama bahkan hampir seluruh ruangan masih ada dan berdiri kokoh, hanya bangsal sepeda yang sudah tidak ada karena sudah dibongkar dijadikan halaman tempat parkir kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua. Sat ini kondisi sekolah memiliki 19 ruang kelas/tempat belajar, 3 buah laboratorium yaitu satu laboratorium Fisika, satu laboratorium
Biologi
dan
satu
Laboratorium
computer,
satu
unit
ruang
196
workshop/untuk praktek ketrampilan dan juga digunakan sebagai ruang serba guna, satu unit mesjid/ Laboratorium Imtaq, satu ruang BP/BK, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang tata usaha, satu unit perpustakaan, dua unit kantin sehat sekolah, satu unit kantin hasil kerja sama dengan PT Sosro, empat unit kantin yang dikelola oleh masyarakat, satu ruang OSIS, satu unit rumah penjaga sekolah, satu ruang UKS, dua unit WC guru, tiga belas ruang WC siswa, dua ruang gudang, satu ruang studio radio komunitas, satu lapang basket ball, dua lapangan voley ball, satu lapangan badminton, satu halaman lapangan upacara, satu bangsal parkir motor guru, tiga unit meteran sumber listrik, kapasitasnya 2500watt satu unit dan dua unit 1300 watt, tiga unit sumber air (satu sumber air dari pompa jet pamp, satu unit sumber air dari sumur gali dan dua buah meteran sumber air dari PDAM), satu ruang ganti pakaian anak putri ketika berolah raga, serta dua gudang penyimpanan dokumen. Adapun luas lahan SMP N 3 Rangkasbitung yang tercatat dalam sertifikat tanah milik sekolah saat ini adalah 10.437 meter persegi atau 1,0437 hektar dengan penggunaan lahan tersebut secara prosentase kurang lebih sebagai berikut : 42 % untuk lahan bangunan, 28 % lahan lapangan dan parkir, sisanya 30 % untuk lahan taman dan kebun. Adapun site plan pemakaian lahan di sekolah ini terdapat pada lampiran. SMP N 3 Rangkasbitung memiliki Nomer statistik: 2.01.02.03.01.003 dengan Nomer
telepon
sekolah
(0252)201851,
dan
alamat
e-mailnya
adalah:
[email protected] , akreditasi sekolah ini untuk tahun 2006 baru mencapai nilai kwalitatif B dengan nilai kwantitatifnya 82,5 dan menurut informasi bahwa saat ini SMP N 3 Rangkasbitung sedang bersiap-siap untuk
197
diakreditasi
ulang.
Website
sekolah
ini
dapat
diakses
pada
alamat
www.smpnegeri3rangkasbitung.blogspot.com. Adapun letak geografis sekolah ini, di sebelah barat berbatasan dengan areal kantor Koramil Kecamatan Rangkasbitung, sebelah timurnya berbatasan dengan komplek perguruan tinggi “AKPER Yatna Yuana” Yayasan Misi Rangaksbitung, sebelah selatan dibatasi oleh JL Jendral Sudirman km 2 (dulu Jl Cipanas Raya km 2) Rangkasbitung, dan sebelah utaranya berbatasan dengan komplek perumahan Jatimulya Kecamatan Rangkasbitung. Kalau dilihat dalam dokumen sekolah yang tertuang dalam RPS menunjukkan bahwa kemajuan prestasi bidang akademis dan pertumbuhan jumlah siswa SMP N 3 Rangkasbitung dalam 5 tahun terahir, cukup membanggakan sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini Tahun Pelajaran 2005/ 2006 2006/2007 2007/2008 2008/ 2009 2009/ 2010 2010/2011
Jumlah Siswa 579 635 654 679 756 803
Peserta Ujian 137 188 187 205 219 232
Prosentase Kelulusan 95,6 98,4 98,0 99,2 100 ………….
Rata-Rata hasil Ujian Nasional 6,38 6,32 6,85 7,17 7,29 ………..
Tabel 4.2 perkembangan jumlah siswa dan prestasi akademik selama 5 tahun terahir
Data diatas menunjukkan sekolah ini mengalami kemajuan terus secara kontinu selama lima tahun terahir dan menurut informasi masyarakat sekitarnya bahwa sekolah ini sekarang sudah menjadi salah satu sekolah yang dipaforitkan oleh masyarakat dan menjadi kebanggaan masyarakat sekitarnya.
198
Gambaran satu sisi gedung bangunan SMP N 3 Rangkasbitung yang berdiri tegak dan kokoh, walaupun bangunan pertama sekolah ini atapnya masih menggunakan seng alumunium yang asli dan belum pernah diganti, namun usia bangunan ini dalam dokumen tercatat sudah berusi 31 tahun (sejak diresmikan). Adapun visi, misi dan tujuan sekolah sebagai mana yang tercantum dalam dokumen RPS SMP N 3 Rangkasbitung tahun 2010-2015, yang peneliti ketahui dari hasil observasi dalam study pendahuluan, Visi sekolahnya adalah: “ Religius, unggul dan visioner ” dan Misi nya adalah: 1) Membentuk generasi yang beriman, bertaqwa,berakhlak mulia, kreatif, mandiri, terampil, sehat dan cinta lingkungan 2) Membentuk generasi yang memimiliki disiplin dan motivasi belajar yang tinggi, berani,
bertanggungjawab dan berjiwa demokratis.
3) Membentuk generasi yang cerdas, menguasai IPTEK dan memiliki wawasan berfikir luas 4) Memberikan Keteladanan, Meningkatkan Etos Kerja dan
Kemampuan
Profesional 5) Meningkatkan mutu manajemen sekolah; Sedangkan tujuan sekolah SMP N 3 Rangkasbitung dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, adapun Tujuan Umum Sekolah sebagai mana yang tercantum dalam Renstra Sekolah 2010-2015 adalah sebagai berikut : 1) Membantu Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional 2) Mewujudkan Standar Kompetensi Lulusan 3) Mewujudkan Visi-Misi Sekolah
199
4) Mencapai Tujuan Khusus SMP N 3 Rangkas bitung 5) Memantapkan SMP N 3 Rangkasbitung sebagai Sekolah Setandar Nasional (SSN) dan mempersiapkan menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
Sedangkan TUJUAN KHUSUS sekolah sebagaimana dalam renstranya adalah : 1) Keteladanan dan Akhlaqul Karimah bagi setiap Insan di Lembaga ini 2) Membimbing Siswa agar tekun beribadah dalam kehidupannya 3) Mengajak, Membangun, dan Mendorong Siswa untuk giat menuntut ilmu 4) Memberikan pendidikan dan pengetahuan yang seimbang 5) Membiasakan untuk hidup sehat, jasmani, rohani, dan
sosial
6) Mengembangkan kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional 7) Memberikan keterampilan dasar yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah 8) Membimbing dan mempersiapkan siswa untuk dapat melanjutkan kejenjang Pendidikan Menengah Atas atau dapat hidup dimasyarakat 9) Mendidik siswa untuk bersikap jujur, amanah, berani, bertanggungjawab, demokratis dan cinta tanah air 10) Menciptakan suasana lingkungan yang, asri menyenangkan, dinamis dan dialogis 11) Meningkatkan kualitas Sumbar Daya Manusia (SDM) yang ada di sekolah 12) Memperbaiki dan melengkapi seluruh Sarana dan Prasaran sekolah secara betahap dan berkelanjutan 13) Menyusun APBS/RAKS dan merealisasikannya secara Transparan dan Akuntabel 14) Memberikan layan pendidikan secara optimal kepada siswa 15) Mendorong peran serta masyarakat yang lebih besar dalam membantu kegiatan pendidikan di sekolah ini
200
16) Mengoptimalkan peran Komite Sekolah dalam peningkatan mutu layanan, bantuan, dan pengawawsan pendidikan 17) Memperbaiki dan meningkatkan mutu manajemen sekolah Rencana Stategi sekolah ini sebagaimana yang tertuang dalam dokumen Rencana Pengembangan Sekolah (2010-2015) yang peneliti ketahui adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan prestasi akademis peserta didik pada setiap mata pelajaran dalam struktur intra kurikulum. 2) Meningkatkan ketrampilan siswa melalui mata pelajara KTK, TI, dan pelajaran muatan lokal yang lainnya. 3) Meningkatkan kekuatan IMTAQ dan Ahlak siswa melalui kegitan keagamaan dan kerohanian baik pada intra kurikuler maupun kegiatan extrakurikuler. 4) Mengoptimalkan preses belajar mengajar dengan PAKEM dan strategistrategi yang lainnya sesuai standar proses. 5) Memberikan tambahan pelajaran untuk sukses UN agar kualitas lulusa dapat memenuhi standar (SKL) yang telah ditentukan. 6) Mengoptimalkan
peran
perpustakaan dalam mengembangkan budaya
membaca dan menulis untuk semua sivitas akademisi SMP N 3 Rangkasbitung. 7) Meningkatkan pengawasan/monitoring dan evaluasi dalam berbagai kegitan pendidikan. 8) Meningkatkan kualitas dan kreativitas guru melalui pelatihan, MGMP, penataran-penataran dan penugasan.
201
9) Membenahi dan meningkatkan peran laboratorium (lab IPA, lab computer, lab imtaq, work shop) untuk optimalisasi PBM. 10) Meningkatkan kualitas kerja TU dan petugas sekolah yang lainnya untuk menunjang kualitas hasil pendidikan. 11) Meningkatkan jenis dan kualitas pengembangan diri dan extrakurikuler sebagai sarana pengembang seluruh kecerdasan dan potensi siswa. 12) Meningkatkan kualitas manajemen sekolah dengan melaksanakan manajemen berbasis sekolah (MBS)dan manajemen mutu terpadu. 13) Merevisi KTSP untuk mencapai standar isi dan menggapai rintisan sekolah bertarap internasional. 14) Mengoptimalkan penggunaan dana BOS, BOSDA, dan sumber dan lain untuk peningkatan mutu sekolah. 15) Mendorong siswa untuk mengikuti berbagai even perlombaan untuk meraih prestasi dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing sekolah. Bila kita lihat data jumlah guru dan kualifikasi pendidikannya serta data jumlah tenaga kepegawaian dan kualifikasi pendidikannya di sekolah SMP N 3 Rangkasbitung yang peneliti ketahui dari papan statistik yang terpampang diruang tata usaha sekolah adalah sebagai yang tertera dalam table berikut dibawah ini : JENJANG PENDIDIKAN NO
BIDANG STUDI
JUMLAH S2
S1
BL. S1
1
IPA
1
1
1
3
2
MATEMATIKA
-
3
-
3
3
B. INDONESIA
-
2
1
3
4
B. INGGRIS
-
4
-
4
KET
202
5
PEND. AGAMA
-
5
-
5
6
IPS
-
4
2
6
7
PENJAS ORKES
-
1
-
1
8
SENI BUDAYA
-
-
1
1
9
PKN
3
-
3
10
TIK/ KETERAMPILAN
-
2
-
2
11
BP/BK
-
-
-
-
12
LAIN-LAIN 1
25
5
31
JUMLAH
Tabel 4.3 Keadaan jumlah guru dan kualifikasi akademik
Begitu juga untuk tenaga kependidikan/ tenaga administrasi /tenaga tata usaha dengan komposisi PNS dan NON PNS serta kualifikasi akademiknya yang peneliti ketahui dari papan statistik yang terdapat diruang tata usaha sekolah adalah seperti table dibawah ini : STATUS N O
TENAGA PENDUKUNG
PNS L
P
2
3
TINGKAT PENDIDIKA
S1
NON PNS
L
P
L
BL. S1
P
L
3
3
JML
P
1
TU
2
PUSTAKAWAN
3
LABORAN IPA
1
1
1
4
TEKNISI KOMP
1
1
1
5
LAB. BAHASA
6
KANTIN
7
PENJAGA SEKOLAH
LAB.
1 2
2
2
1
6
2 1
2
2 1
203
8
TUKANG KEBUN
1
1
1
9
KEAMANAN
1
1
1
KLINER SERVICE
3
3
3
10
JUMLAH
2
3
8
4
3
11
3
18
Tabel 4.4 Perkembangan jumlah TU dan kualifikasi akademik
Hasil observasi struktur organisasi sekolah SMP N 3 Rangkasbitung sebagaimana yang terpampang dalam papan struktur organisasi dan buku program kerja kepala sekolah tahun pelajaran 2010/2011 yang peneliti ketahui adalah sebagai berikut dibawah ini: Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah Pengelola Bidang Kurik dan Pembelajaran
: : :
Pengelola Bid Kesiswaan dan peningkatan mutu Pengelola Bidang Sarana Prasarana Pengelola Bid Humas, PSM, Kemitraan Sekolah Tim BP/BK dan Pengembang Potensi siswa Koordinatir Sekretaris Anggota Tim Imtaq dan Pengembangan budi pekerti Koordinatir Sekretaris Anggota Penanggung Jawab Perpustakaan Penanggung Jawab -Lab Fisika -Lab Biologi
:
: : : : : : : : : : : :
Penanggung Jawab Lab Komputer
:
: :
H. Nurjaya, S.Pd Didi Rustiadi, S.Pd Safrudin, S.Pd dan Neneng Julaiha, S.Pd Dwi Wahyono, S.Pd dan Novianti, S.Pd Ujang Roswandi Budi Santoso, S.Pd
Paung Marpaung, S.Pd Mia Arisandi, S.Pd Dra. Tita Rosita Dra. Hj. Nurasiah Retno Sugianawati, S.Pd TarjuninTamim, S.Pd I Iis Rokayah, S.Pd.I H. Buhori, A.Md.Pd Endang Mulyaningsih, STp Safrudin, S.Pd dan
204
Penanggung Jawab Work shop Penanggung jawab Ruang UKS Penanggung Jawab Lab Imtaq
: : :
Wawan, Spd Euis Rahmawati, S.Pd Sofiah, S.Pd I DRs.Hj. Nurasiah dan Nazar, S.Ag
Tim UKS dan Skolah Sehat Ketua Sekretaris Anggota
: : : : : : :
Budi Santoso, S.Pd Usep Sutarman Suhandi Sofiah, S.PdI Wawan,S.Pd
: : :
Didi Suharyadi, S.Pd Dwi Wahyono, S.Pd Sutihat, S.Pd
Pengelola Koprasi sekolah/Kop Siswa /Kantin Ketua Sekretaris Bendahara
Adapun struktur kurikulum yang digunakan di SMP N 3 Rangkasbitung pada tahun pelajaran 2009/2010 sebagaimana yang tercantum dalam dokumen KTSP sekolah dan Surat Keputusan mengajar dan tugas tambahan guru-guru yang peneliti ketahui, seperti dibawah ini :
No
Mata Pelajaran
Kelas 7/ jam Pel
Kelas 8/ jam Pel
Kelas 9/ Jam Pel
Keterangan
1
Pendidikan Agama Islam ( PAI )
2+ 2*
2+ 2*
2+ 2*
*permohonan komite sekolah dan masyarakat
2 3 4 5 6 7
PKn Bhs. Indonesia Bhs. Inggris Matematika IPA IPS
2 4 4 4 4+ 2# 4
2 4 4 4 4 4 + 2*
2 4 4 + 2* 4 4 4
*Persiapan UN # pengimbang kls 8 & 9 * mengatasi kelebihan guru IPS
205
8 9 10 11
KTK/ Seni Budaya Penjas Orkes TIK Mulok Tata Boga
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
12
Keunggulan Lokal Bhs Arab / BTQ *
2
2
2
Jumlah minggu
38
38
38
Jam/
@ muatan lokal ini akan dikembangkan *muatan lokal wajib Kabupaten Lebak
Tabel 4.5 Struktur kurikulum SMP N 3 Rangkasbitung
c. Rintisan Standar Model Sekolah Sehat 1) Rintisan Model Sekolah Sehat SMP Negeri 3 Rangkasbitung merupakan salah satu dari 12 model sekolah sehat yang telah dibentuk oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani (Pusjas) sejak tahun pelajaran 2007/2008. Model Sekolah Sehat (MSS) ini dimaksudkan sebagai sekolah percontohan dalam mewujudkan budaya hidup aktif bersih dan sehat dan juga dapat dijadikan contoh bagi sekolah lain. Adapun sekolah-sekolah yang termasuk dalam pembinaan rintisan model sekolah sehat Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani
(PUSJAS) Kementrian Pendidikan Nasional sampai tahun 2009
yang
peneliti ketahui dalam dokumen (Pedoman Dana Bantuan Imbal Swadaya Pengembangan Model Sekolah Sehat) sekolah adalah sebagai berikut: 1) SD Negeri 09 Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat, 2) SD Negeri 11 Kota Mataram Nusa Tenggara Barat, 3) SD Negeri Tamanan Kota Kediri Jawa timur, 4) SD Negeri Surya Kencana, CBM, Kota Sukabumi Jawa Barat, 5) SMP Negeri 2
206
Mempawah Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat, 6) SMP Negeri 6 Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, 7) SMP Negeri 10 Kota Malang Jawa Timur, 8) SMP Negeri 3 Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten, 9) SMK N 1 Mempawah Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat, 10) SMA Negeri 7 Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, 11) SMA Negeri 7 Kota Mataram Nusa Tenggara Barat, dan 12) SMA N 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka Jaewa Barat. Hasil observasi yang peneliti lakukan dalam studi pendahuluan ini, bahwa SMP N 3 Rangkasbitung menurut dokumen sekolah, sudah tiga tahun melaksanakan program Rintisan Model Sekolah Sehat (MSS), namun model tersebut belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik serta belum dapat menunjukkan performa sebagai sekolah yang telah melakukan pembudayaan hidup aktif bersih dan sehat (HAS) secara efektif. Hal ini terlihat dengan terdapatnya beberapa fakta negatif yang ditemukan (selama Studi Pendahuluan), fakta-fakta itu antara lain : 1) Masih adanya sampah yang berserakan. 2) Masih adanya siswa makan tidak cuci tangan dahulu 3) Masih terdapatnya WC siswa yang kurang bersih 4) Banyak siswa ke sekolah belum sarapan, sehingga saat upacara tidak kuat. 5) Banyaknya peserta didik tidak mengikuti ekstra kurikuler ( terutama bidang penjas orkes)
207
6) Belum adanya upaya yang terstruktur dan sistematis dari sekolah dalam mengupayakan budaya hidup bersih aktif dan sehat melalui seting dalam kurikulum formal. Fakta-fakta negatif di atas merupakan dampak perilaku peserta didik dan warga sekolah secara keseluruhan yang belum menggambarkan prilaku budaya hidup bersih aktif dan sehat, dikarenakan hal-hal tersebut diatas maka terbersit dalam benak peneliti untuk membantu sekolah dalam merubah tingkah laku siswa dan guru melalui tindakan langsung yang direkayasa melalui kurikulum, hal ini adalah upaya utama sehingga diharapkan dapat mengurangi fakta-fakta negatif tersebut diatas, suatu bentuk program yang sangat mungkin untuk mengubah prilaku siswa adalah melalui seting pembelajaran dalam desain kurikulum muatan lokal yang diselenggarakan secara formal setiap hari. Karena itu tujuan utama penelitian ini adalah membuat dan mengembangkan desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dan sejalan serta dapat menunjang dan memperkokoh terhadap keberhasilan implementasi model sekolah sehat di SMP N 3 Rangkasbitung tersebut. Berbicara tentang sehat dan dan prilaku hidup sehat, ada suatu konsep tentang hidup sehat yang telah dikemukakan oleh Hiromi Shinya ( 2009 :259- 265 ) pada bukunya yang berjudul ” The Miracle of Enzim ”Ia mengatakan ada 7(tujuh) kunci emas untuk hidup sehat yaitu dengan melakukan prilaku-prilaku hidup sehat, sebagai mana contoh prilaku-prilaku berikut dibawah ini: 1) menu makanan yang baik 2) konsumsi air yang baik
208
3) pembuangan yang teratur 4) olah raga yang cukup 5) istirahat yang cukup 6) pernapasan dan meditasi/doa 7) kebahagian dan cinta/kasih sayang.
Mengenai siswa yang tidak sarapan dan tidak membawa bekal makanan dari rumah merupakan suatu masalah, padahal masa makan aktif anak lebih banyak dihabiskan pada saat jam sekolah (pagi sampai siang hari), sehingga anak akan mempunyai kecendrungan sangat tinggi untuk membeli pangan jajanan disekolah karena itu sekolah seyogyanya menyediakan kantin sehat. Adapun mereka yang memilih makanan jajanan berdasarkan penampilan, rasa, dan kesegaran serta nilai makanan dengan harga yang terjangkau tanpa mempedulikan syarat kesehatan. Tentunya kantin sekolah memberikan peranan penting karena mampu menyediakan sebagian konsumsi makanan keluarga karena keberadaan peserta didik di sekolah yang cukup lama, disinilah pentingnya tersedia pangan yang sehat dan aman di konsumsi siswa dikantin sekolah. Kantin sekolah sehat yang memenuhi standar kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu indikator sekolah sehat, Hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa kantin sekolah yang dimiliki SMP N 3 Rangkasbitung telah memenuhi syarat-syarat kesehatan, yang indikator-indikatornya antara lain : 1) Adanya pelayanan yang bersih dan sehat 2) Ada ruangan khusus dan pasilitas kantin yang standar 3) Ada wastapel tempat cuci tangan
209
4) Ada meja kursi untuk pembeli yang makan 5) Ada pelayan/ penjaja yang menggunakan sal yang bersih 6) Ada bak tempat pencucian piring dan gelas bekas pakai, serta pasilitas lain yang mendukung Gambaran kantin sehat yang dimiliki SMP N 3 Rangkasbitung, tampak dalam gambar situasi kantin sesaat setelah peresmian oleh bapak Kepala Bidang SMP/SMA/SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak( sumber Dokumen Sekolah): Selain memiliki kantin ini, sekolah ini juga memiliki beberapa kantin lain yang dikelola bersama oleh masyarakat, dan kantin sekolah yang dibangun oleh PT Sosro, yang pengelolaannya bekerjasama dengan rumah makan parahiyangan, kantin yang ini menurut peneliti letaknya strategis berada dipinggir jalan jend. Sudirman. Berbicara tentang panganan bergizi seimbang dan aman dikonsumsi (terutama anak sekolah) Nuraida, dkk (2008: 5-7) dalam bukunya yang berjudul ” menuju kantin sehat di sekolah ” menuliskan sebagai berikut : 1) Makanan yang sehat, aman dan bergizi adalah makanan yang mengandung zat gizi yang diperlukan seorang anak untuk dapat hidup sehat dan produktif. . makanan tersebut harus bersih, tidak kedaluarsa, dan tidak mengandung bahan kimia maupun microba yang berbahaya bagi kesehatan. 2) Gizi yang baik dan cukup akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, dan akan meningkatkan kemampuan kecerdasan seseorang anak. Sebaliknya, jika jika anak kurang gizi maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat. 3) Selain masalah gizi, keamanan panganan/makanan juga merupakan masalah yang tidak kalah penting bagi anak-anak sekolah. Makanan yang tidak bersih dan tidak
210
aman dapat menimbulkan kerancuan dengan gejala seperti diare, mual, pusing, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakait. 4) Kondisi sanitasi dan higiene yang masih rendah, penggunaan bahan kimia berbahaya secara ilegal dalam proses pengolahan pangan, adanya kandungan cemaran microba dan kimia, dan penambahan bahan tambahanpangan yang melebihi ambang batas pada pangan jajanan anak sekolah akan sangat membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah. 5) Penyediaan pangan yang sehat, aman dan bergizi di sekolah penting untuk mendukung kebutuhan gizi dan kesehatan anak sekol Dengan berpedoman pada hal-hal diatas sepertinya kantin SMP N 3 Rangkasbitung menata diri dan menyesuaikan dengan model sekolah sehat yang diembannya dengan menyediakan panganan dan jajanan yang memungkinkan tercukupinya kebutuhan gizi dan higienis siswa pelanggan kantin. Jika kita berbicara lebih jauh tentang gizi seimbang untuk anak sekolah, Nuraida,dkk(2008) memberikan acuan sebagai berikut ini ”pedoman umum gizi seimbang (PUGS) untuk anak sekolah dan remaja adalah, bahwa anak sekolah dan remaja mesti memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini `: 1) mengonsumsi aneka ragam makanan 2) mengkosumsi makanan untuk memenuhi kecukupan energi 3) mengkonsumsi makanan berkarbohidrat setengah dari kebutuhan energi. 4) mambatasi konsumsi lemak dan konsumsi(seperempat kecukupan energi) 5) menggunakan garam beryodium 6) mengkonsumsi makanan sumber zat besi 7) membiasakan makan pagi 8) minum air bersih yang aman dan dalam jumlah yang cukup 8) melakukan aktifitas fisik secara teratur 9) mengkonsumsi makanan yang aman 10) mambaca label pada makanan yang dikemas.
211
Jika hal-hal tersebut diatas dapat dilakukan dalam keseharian siswa, maka tidak mustahil model sekolah sehat di SMP N 3 Rangkasbitung betul-betul terwujud karena memiliki siswa-siswi yang kondisi fisiknya baik (sehat dan bugar) serta memiliki kesadaran kesehatan yang tinggi. Masalah ini memang tidak mudah untuk dilakukan tetapi dengan keseriusa dan kerja keras pengelola dan pendidik insyaAlloh akan berhasil. 2) Standar Model Sekolah Sehat
Menurut tim Pusjaskes Depdiknas bahwa ”Model Sekolah Sehat” adalah ”suatu prototipe sekolah yang mengembangkan program pendidikan kesehatan, UKS (usaha kesehatan sekolah) dan pendidikan jasmani secara benar dan terarah dengan memperhatikan adat istiadat, lingkungan dan kebudayaan setempat”. Sedangkan pengertian ”Sekolah Sehat” adalah ”sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang, memiliki sarana prasarana untuk usaha kesehatan sekolah dan pendidikan jasmani, peserta didiknya memiliki tingkat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik serta senantiasa berprilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupannya sehari-hari”. Pengembangan model sekolah sehat menurut PUSJASKES Depdiknas perlu dilakukan sedini mungkin dengan konsisten dan berkesinambungan serta didukung oleh semua komponen yang terkait dengan pendidikan itu sendiri, pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan semua steakholder yang ada di sekolah beserta orang tua dan komite sekolahnya. Sekolah sehat menjadikan semua siswanya memiliki tubuh yang sehat dan bugar serta senantiasa berprilaku hidup sehat, dengan sekolah sehat
212
juga membuat situasi lingkungan sekolah yang bersih, nyaman, rindang dan asri, disertai program-program UKS nya yang dapat dilaksanakan dengan baik. Kerangka berpikir pengembangan model sekolah sehat sebagaimana yang di gariskan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani – SEKJEN
DEPDIKNAS 2007 sebagai
berikut :
Pengembangan Model Sekolah Sehat mengacu pada pola berpikir sistem ” InputProses- Output (IPO) 1. Input (masukan ): peserta didik sebagai obyek yang akan dikembangkan menjadi insan Indonesia yang sehat dan bugar. 2. Proses : proses pengembangan model sekolah sehat meliputi beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar mengajar disekolah antara lain; ketenagaan, proses pembelajaran, sarana prasarana, pembiayaan, manajemen sekolah dan faktor lingkungan; faktor-faktor ini dijabarkan dalam bentuk program yang akan dilaksanakan dalam pengembangan model sekolah sehat. 3. Output ( keluaran ) hasil yang diharapkan dari pengembangan model sekolah sehat yaitu peserta didik yang sehat dan bugar. 4. Feedback ( umpan balik ): Evaluasi terhadap pencapaian Out Put sebagai bahan perbaikan pengembangan model sekolah sehat selanjutnya.
Sedangkan fungsi dan sasaran sekolah sehat sebagaimana yang digariskan dari PUSJAS DEPDIKNAS yang peneliti ketahui dari dokumen ”Panduan Pengembangan Model Sekolah Sehat di Indoneaia tahun 2007 adalah sebagai berikut dibawah ini : 1) Fungsi sekolah sehat adalah sebagai percontohan dan acuan bagi sekolah-sekolah disekitarnya, selain itu sekolah sehat juga berfungsi sebagai sarana yang kondusif untuk meningkatkan prestasi belajar dan mutu pendidikan.
213
2) Sasaran sekolah sehat adalah pendidikan formal mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan beserta lingkungannya. 3) Sasaran pembinaan sekolah sehat : a) Peserta didik b) pendidik c) tenaga kependidikan d) sarana prasarana e) lingkungan : (a) sekolah, (b) rumah, dan (c) lingkungan masyarakat. Adapun
”Standar
Sekolah
Sehat”
yang
telah
ditetapkan
PUSJAS
DEPDIKNAS, (2007: 14) sebagaimana yang terdapat dalam dokumen model sekolah sehat yang peneliti ketahui dari studi pendahuluan adalah sebagai berikut dibawah ini: 1. Standar Fisik Sekolah (a) Bangunan sekolah yang memenuhi pembakuan standar minimal
Depdiknas
(b) Sekolah memiliki akreditasi dari pemerintah minimal B (c) Sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan (fisik, mental,
lingkungan
(d) Sekolah memiliki pagar disekeliling area nya (e) Sekolah yang memiliki ruang terbuka yang memadai untuk Penjasorkes (f) Sekolah memiliki sertifikat hak milik ( SHM ) (g) Memiliki ruang khusus untuk UKS (h) Sekolah memiliki taman /kebun sekolah yang dimanfaatkan (i) Sekolah memiliki ruangan khusus ”kantin sekolah”
214
( j) Sekolah tersebut memiliki sumber air sendiri (PDAM atau sumur gali atau pompa air listrik) (2) Standar Sarana Prasarana (a) Memiliki sarana prasarana untuk pendidikan kesehatan yang memadai (b) Memiliki sarana prasarana untuk pendidikan jasmani (c) Memiliki sarana prasarana penunjang UKS. (d) Memiliki pasilitas air bersih, ada tempat cuci tangan (e) Memiliki WC yang cukup berdasarkan rasio 1: 20 (minimal 1 kelas 1 WC ) (f) Memiliki ruang konseling / ruang khusus BP (g) memiliki gudang penyimpanan alat-alat yang sudah tak terpakai atau ala/bahan cadangan yang kelak akan dipakai. (h) Memiliki sarana tempat/ruangan untuk ibadah. (3) Standar Ketenagaan (a) Memiliki guru pendidikan jasmani (b) Memiliki guru pembina UKS/ PMR (c) Memiliki kader kesehatan sekolah ( Dokter kecil /Kader kesehatan remaja) (d) Memiliki guru BP/BK (e) Ada tenaga konsultan dari kesehatan/ puskesmas (4) Standar Peserta Didik (a) Memiliki derajat kesehatan yang optimal (b) Tumbuh kembang secara optimal (c) Memiliki tingkat kebugaran jasmani yang optimal
215
(d) Rasio kepadatan siswa 1 : 1,5-1,75 M2
(5) Standar Manajemen (a) Adanya penyuluhan kesehatan remaja (b) Adanya pemeriksaan kesehatan berkala setiap 6 bulan (c) Adanya pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan siswa (d) Adanya pengawasan warung/ kantin/penjaja makanan disekolah (e) Adanya konseling kesehatan remaja (f) Adanya dana sehat/ dana UKS/ JPKM (6) Standar Lainnya ; Peran Serta Masyarakat (PSM) (a) Kerjasama dengan komite sekolah (b) Kerjasama dengan masyarakat sekitar (c) Kerjasama dengan tokoh masyarakat dan agama (d) Kontribusi dari instansi terkait misal Puskesmas, Dinas Kesehatan (e) Komitmen Kepala Sekolah dan guru untuk melaksanakan model sekolah sehat
216
Gambar 4.1. Plakat Rintisan Model Sekolah Sehat SMP N 3 Rangkasbitung
Tolok Ukur Keberhasilan Pengembangan Model Sekolah Sehat adalah ”apabila sekolah itu sudah memenuhi standar-standar yang sudah ditetapkan PUSJAS Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana yang sudah dijelaskan secara rinci diatas”. d. Kurikulum Muatan Lokal Sekolah yang Sedang Berjalan Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap dokumen Kurikulum muatan lokal yang sedang dan sudah berjalan, ternyata kurikulum muatan lokal yang digunakan disekolah ini untuk seluruh tingkat kelas (mulai dari tingkat kelas tujuh sampai dengan tingkat kelas sembilan) yaitu kurikulum muatan lokal tata boga, ketika peneliti mewawancarai guru pengajar tata boga di SMP N 3 Rangkasbitung yang jumlahnya dua orang (Euis Rahmawati,S.Pd dan Susilawati, S.Pd) tentang kurikulum ini, Ia mengatakan bahwa silabus kurikulum muatan lokal tata boga yang dimilikinya
217
ini merupakan hasil adaptasi dari kurikulum tata boga sekolah lain yang dimodifikasi sesuai dengan situasi, kondisi dan ketersediaan sarana prasarana sekolah yang dimiliki, sedangkan untuk kriteri ketuntasan minimal (KKM) pelajaran muatan lokal tata boga yang telah mereka tetapkan untuk kls 7 sebesar 60, KKM untuk kelas 8 sebesr
65, dan KKM untuk kelas 9 sebesar 70. Selain muatan lokal yang
dikondisikan sekolah, masih ada muatan lokal yang diharuskan diterapkan dan dikondisikan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak yaitu baca tulis Al-quran atau Bahasa Arab yang alokasi waktunya sebanyak 2 jam pelajaran setiap kelas tiap minggu serta diterapkan diseluruh tingkat kelas. Hasil wawancara peneliti dengan pimpinan sekolah, bahwa sekolah SMP N 3 Rangkasbitung memilih mulok wajibnya yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak adalah bahasa arab dengan alasan sebagai berikut: 1) pelajaran bahasa arab lebih universal sehingga anak non muslimpun harus mengikuti proses pembelajaran bahasa arab tersebut dikelas, 2) wilayah Banten terkenal religious beragama Islam dan bahasa arab sebagai bahasa penopangnya, 3) alasan lainnya bahwa pengelola sekolah menghendaki siswa-siswi SMP N 3 Rangkasbitung dapat menulis mulai dari sebelah kiri (dengan huruf latin) dan juga dapat mulai menulis dari sebelah kanan (dengan huruf arab). Sedangkan untuk KKM mulok bahasa arab ini juga nilainya sama dengan KKM mulok tata boga. Adapun stuktur “kurikulum tata boga” yang telah dan masih berjalan untuk tingkat kelas 7 (tujuh), kelas 8 (delapan) dan kelas Sembilan (9) adalah sebagai berikut dibawah ini :
218
Smt Standar Kompetensi 1 1.Mengkomu nikasikan, menciptakan, dan menyajikan makanan dengan teknologi pengawetan makanan
2
1.Mengkomu nikasikan, menciptakan, dan menyajikan makanan dengan
Kompetensi Dasar
Materi pokok
istilah 1.1 mengidentifikasi 1.1.1.pengertian istilah pengawetan pengawetan makanan. 1.1.2.jenis-jenis makanan yang makanan diawetkan. 1.1.3. macam-macam bahan pengawet makanan. 1.1.4. macam-macam cara pengawetan makanan: a)pemanisa, b)pengasinan, d)fermentasi, 1.2. menguraikan c)pengeringan, bahan, alat dan proses e)pengasaman, f)pendinginan, g)pemberian bahan pengawet pengawetan makanan 1.2.1. susunan bahan dan alat yang digunakan dalam pengawetan makanan dengan cara a) pengasinan, b) pemanisan cara dan teknik 1.3 mempraktekkan 1.2.2. makanan pengawetan dengan pengawetan pemberian bahan pengasinan dan pemanisan pengawetan kimia serta 1.2.3.praktek makanan dengan cara pengemasannya pengasinan dan pemanisan
1.4 Mengkomposisikan bahan utama dan bahan pembantu makanan yang dikeringkan dan diasamkan.
1.3.1. praktek pengawetan makanan dengan cara permentasi. 1.3.2. praktek pengawetan makanan dengan cara pendinginan. 1.3.3. praktek pengawetan makanan dengan cara pemberian bahan pengawet 1.4.1. bahan-bahan utama dan bahan pembantu makanan yang dikeringkan dan diasamkan. 1.4.2. langkah kerja pengawetan makanan dengan teknik dikeringkan dan diasamkan. 1.4.3. Bahan dan alat yang
219
3
teknologi pengawetan makanan
diperlukan dalam pembuatan makanan yang dikeringkan dan diasamkan. 1.4.4. Praktek cara pengawetan makanan dengan teknik 1.5 Penetapan harga dikeringkan dan jual diuapkan dan diasap. dari suatu produk tata boga 1.5.1. perhitungan harga jual, dengan menghitung harga produksi dan margin keuntungan.
1.Memahami dan menerapkan berbgai hiasan untuk hidangan (garnish)
1.1. Mendeskripsikan bahan dan alat untuk membuata hiasan hidangan
1.1.1.Bahan untuk membuat hiasan hidangan. 1.1.2.Alat untuk membuat hiasan hidangan. 1.1.3.Bentuk bentuk hiasan hidanngan.
1.2.Praktek membuat hiasan untuk hidangan 1.2.1.Pembuatan macam garnish.
2.1 Mendeskripsikan aneka masakan. 2.Memahami 2.2 Mendeskripsikan Ciri-ciri khas masakan dan menerapkan betawi. 2.3Mengolah dan aneka masakan dan menghidangkan modifikasi masakan khas betawi nya 2.4Mengolah dan menghidangkan masakan khas indonesia 2.5 Mengolah dan menghidangkan masakan asing
macam-
2.1.1.Aneka masakan dari berbagai macam bahan makanan. 2.2.1.Aneka masakan betawi.
2.3.1.Pengolahan betawi. 2.3.2.Penghidangan betawi
masakan masakan
2.4.1. Pengolahan masakan Indonesia. 2.4.2 Penghidangan masakan Indonesia.
220
4
1.Memahami dan menerapkan aneka makanan kecil dengan mengguna kan berbagai teknik pengolahan dari berbagai adonan.
2.Memahami dan menerapkan serta menyajikan minuman Indonesia.
1.1.Mendeskripsikan aneka makanan kecil dengan menggunakan berbagai teknik pengolahan. 1.2.Menentukan bahan dan alat untuk memebuat makanan kecil. 1.3.Mengolah dan menyajikan makanan kecil khas betawi 2.1.Mengidentifikasi aneka minuman indonesia. 2.2.Mengolah dan menyajikan minuman khas betawi.
2.5.1.Mengolah masakan continental. 2.5.2. Menghidangkan masakan continental. 1.1.1. Aneka makanan kecil. 1.1.2. Teknik pengolahan makanan kecil. 1.1.3. 1.2.1.Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan makanan kecil.
1.3.1. Mengolah makanan kecil khas betawi.
2.1.1. Pengertian minuman 2.1.2. Aneka Indonesia
minuman
2.1.3. Aneka minuman khas betawi 2.2.1. Mengolah khas betawi
minuman
2.2.2. Menghidangkan minuman khas betawi 5
1.Memahami dan menerapkan tata hiding dan etika makanan secara Indonesia.
1.1.Mendeskripsikan tata hidangan dan etika makanan secara Indonesia.
1.1.1. Pengertian tata hidangan secara Indonesia. 1.1.2. Etika makanan secara Indonesia
1.2.Menentukan alat 1.2.1. Peralatan yang diperlukan yang diperlukan pada untuk tata hidangan secara tata hidangan secara Indonesia
221
Indonesia. 1.3.1. Praktek tata hidangan 1.3.Mempraktekkan secara Indonesia. tata hidangan dan etika makanan secara 1.3.1. Praktek etika makan secara Indonesia Indonesia. 2.Memahami dan menerapkan tata hidangan dan etika makanan secara asing.
6
1.Memahami dan menerapkan pengelolaan usaha boga
2.1.Mendeskripsikan tata hidangan dan 2.1.1 Pengertian tata hidangan etika makanan secara secara continental. asing 2.1.2. Etika makan secara 2.2.Menentukan alat continental yang diperlukan pada tata hidangan secara 2.2.1. Peralatan yang diperlukan asing untuk tata hidangan secara continental. 2.3.Mempraktikkan tata hidangan dan etika makan secara 2.3.1. Praktiketika makanan asing. secara continental 1.1.Mendeskripsikan usaha boga.
1.1.1. Pengertian usaha 1.1.2. Sifat-sifat usaha boga
1.2.Mengklasifikasika n macam-macam usaha boga. 1.3Mengelola usaha bogadalam kehidupan sehari-sehari
1.2.1. macam-macam usaha boga 1.2.2. Jenis pelayanan dalam usaha boga 1.3.1. Pengelolaan usaha boga secara sederhana.
2.Memahami dan 2.1.Mendeskripsikan menerapkan penyelenggaraan penyelenggar pameran dan bazaar. aan pameran dan bazaar 2.2.Menyelenggarakan pameran dan bazar
2.1.1. Pengertian pameran 2.1.2. Pengertian bazaar 2.1.3. Tujuan Pameran dan Bazar di sekolah 2.2.1.Praktik menyelenggarakan pameran dan bazaar.
Tabel 4.6 Kurikulum tata boga yang sedang berjalan dan akan dikembangkan
222
e. Hasil Angket Siswa Dalam penelitian ini, peneliti juga meminta pendapat dan pandangan siswa tentang model sekolah sehat SMP N 3 Rangkasbitung, materi-materi muatan lokal apa saja yang mereka anggap penting dan mereka butuhkan. Pemberian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap siswa terhadap tempat dan lingkungan mereka bersekolah setiap hari, untuk mengetahui kebutuhankebutuhan pendidikan apa saja yang mereka butuhkan, serta untuk mengetahui sejauh mana pelajaran muatan lokal tata boga yang sudah mereka ikuti dapat direspon dan diterapkan serta bagaiman pendapat mereka bila sekolah merevisi/ mengembangkan kurikulum dengan materi-materi baru yaitu mulok gizi boga dan lingkungan. Siswa yang diminta pendapat dan pandangannya (siswa responden) sebanyak 84 siswa putra-putri yang terdiri dari berbagai tingkatan kelas dan dari berbagai strata ekonomi serta latar belakang orang tua, adapun jumlah kuesioner yang diberikan sebanyak 40 pertanyaan tertutup, yang isi lengkap dan detil pertanyaannya serta prosentase skor jawaban hasil penelitian sebagai berikut: untuk pertanyaan (1) Apakah siswa aktif mengikuti pembelajaran muatan lokal tata boga/pelajaran muatan lokal lainnya di sekolah?, jawaban ya sebesar 100 % dan jawaban tidak 0 %. Sedangkan untuk pertanyaan (2) Apakah siswa merasa mandapat manfaatnya dari pembelajaran muatan lokal tata boga atu mulok yang lainnya yang didapat di sekolah ?, jawaban ya 100%, dan jawaban tidak 0 %. Sedangkan untuk pertanyaan (3) Apakah siswa sering membawa alat dan bahan-bahan tambahan untuk praktek yang digunakan dalam pembelajaran muatan lokal tata boga/pelajaran mulok lainnya?, jawaban ya 92 %, dan
223
jawaban tidak 8 %. Adapun untuk pertanyaan (4) Apakah siswa menyimpan kembali/merapikan kembali alat yang digunakan setelah pembelajaran muatan lokal tata boga/ pelajaran muatan lokal lainnya?, jawaban ya 96 %, dan jawaban tidak 4 %. Sedangkan untuk pertanyaan (5) Apakah siswa lebih memilih minum air putih/air bening ketimbang air es atau teh botol setelah makan atau jajan disekolah?, jawaban ya 56 %, dan jawaban tidak 44 %. Untuk pertanyaan (6) Apakah siswa setiap hari kesekolah senantiasa membawa sapu tangan atau tisu atau handuk kecil untuk melap keringat demi kebersihannya?, jawaban ya 67 %, dan jawaban tidak 33%. Sedangkan untuk pertanyaan (7) Apakah siswa selalu memilih makanan yang bersih dan terbungkus, pada saat makan/ jajan di sekolah?, jawaban ya 89 %, dan jawaban tidak 11 %. Sedangkan untuk pertanyaan (8) Apakah siswa sering mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan/ jajan disekolah?, jawaban ya 76 %, dan jawaban tidak 24 %. Adapun untuk pertanyaan (9) Apakah pembelajaran tentang muatan lokal gizi, higienis, zat aditif (zat-zat tambahan dalam makanan) dan kesehata juga perlu kita? Jawaban ya 95 %, dan jawaban tidak 5 %. Untuk pertanyaan (10) Begitu juga, apakah pendidikan lingkungan hidup serta isu-isu pemanasan global, berbagai macam pencemaran dan pengrusakan lingkungan perlu kita pelajari?, jawaban ya 89 %, dan jawaban tidak 11 % . Untuk pertanyaan (11) Apakah siswa mengetahui tentang kandungan zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan/ jajanan yang dimakannya?, jawaban ya 33 %, dan jawaban tidak 67 %. Untuk pertanyaan (12) Apakah kamu perlu untuk mendapatkan cara mengawetkan makanan yang aman serta tidak memakai dan tidak menggunakan zat berbahaya?, jawaban ya 91 %, dan jawaban
224
tidak 9 %.
Sedangkan untuk pertanyaan (13) Apakah siswa pernah mendapat
informasi tentang adanya zat-zat tambahan berbahaya pada beberapa jenis makanan/jajanan anak-anak disekolah yang dikonsumsi sehari-hari?, jawaban ya 76 %, dan jawaban tidak 34%. Untuk pertanyaan (14) Apakah kamu setuju sekolah kamu dijadikan rintisan ”model sekolah sehat”?, jawaban ya 92 %, yang menjawab tidak 8 % . untuk pertanyaan (15) Apakah siswa sudah dapat memasak makanan dengan menu yang seimbang untuk sarapan pagi dan makan siang?, jawaban ya 89 %, dan yang menjawab tidak 11% . sedangkan untuk pertanyaan(16) Apakah siswa terbiasa dengan sarapan pagi dirumah sebelum kamu berangkat kesekolah?, jawaban ya 76 %, dan yang menjawab tidak 24%. untuk pertanyaan (17) Apakah siswa dapat menyajikan masakan untuk makan malam yang cukup seimbang gizinya? Mereka yang menjawab ya 67 % dan jawaban tidak 33%. untuk pertanyaan (18) Apakah siswa dapat memasak berbagai masakan khas sunda atau khas jawa atau masakan khas banten atau khas daerah lain ?, jawaban ya 56 %, dan jawaban tidak 44%. Untuk pertanyaan(19) Apakah siswa sudah/ pernah memasak berbagai makanan jajanan populer yang biasa kita temukan di kedai-kedai makanan di daerah banten ?, jawaban ya 56 % dan jawaban tidak 44%. Sedangkan untuk pertanyaan(20) Apakah siswa dapat membuat beberapa jenis minuman jus dari buah-buahan ? jawaban ya 81 % dan jawaban tidak 19%. Untuk pertanyaan(21) Apakah siswa setuju jika ruang kelas dan sekitarnya dibiarkan kotor tidak Disapu?, jawaban ya 8 % dan yang jawab tidak 92%. Untuk pertanyaan (22) Apakah siswa sering membersihkan sampah di kelas dan lingkungan, atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri/ikhlas (tanpa diperintah
225
orang lain)?, jawaban ya 74 %, dan jawaban tidak 26 %. Untuk pertanyaan (23) Apakah siswa setuju jika cara memusnahkan sampah dengan cara dibakar ? mereka yang jawab ya 67 %, dan jawaban tidak 33%. Untuk pertanyaan (24) Apakah siswa pernah melakukan daur ulang terhadap sampah plastik? Mereka yang menjawab ya 33 % dan jawaban tidak 67%. Untuk pertanyaan (25) Apakah siswa setuju jika setiap hari terus menerus kita belanja dengan membawa pulang pembungkus plasti keresek? Mereka yang jawab ya 50 % , tentu yang jawab tidak 50% juga. Untuk pertanyaan( 26) Apakah siswa bersedia mengambil sampah yang berserakan untuk dibuang ketempat sampah?, jumlah mereka yang menjawab ya 89 % dan yang menjawab tidak 11%. Sedangkan untuk pertanyaan (27) Apakah siswa suka kalau ada temanmu yang meminum minuman keras? Siswsa yang menjawab ya sebesar 8% dan yang menjawab tidak 92 %. Untuk pertanyaan (28) Apakah siswa umumnya menutup mulut dengan sapu tangan/ tisu saat batuk atau bersin?, jumlah mereka menjawab ya 89 % dan mereka menjawab tidak 11%.
Untuk pertanyaan (29) Apakah siswa
suka/senang kalau disekitar kelas atau dilingkungan sekolah kita tercium bau wc yang khas?
Mereka yang menjawab ya jumlahnya 5% dan yang mereka yang
menjawab tidak 95%. Untuk pertanyaan (30) Apakah siswa selalu menyiram dan membersihkan kloset/wc setelah menggunakannya?, jumlahnya 81 %
dan yang jawaban tidak 19%
mereka yang menjawab ya
(31) Maukah siswa yang satu
mengajak siswa yang lain untuk membersihkan lingkungan sekolah tanpa diperintahkan oleh guru?, mereka dengan jawaban ya 85 %, dan jawaban tidak sebanyak 15 %. Untuk pertanyaan(32) Apakah siswa menggunakan air secukupnya
226
untuk keperluan buang air (untuk BAB dan BAK)?, mereka yang menjawab ya 76 %, dan yang menjawab tida 24 %. Untuk pertanyaan (33) Apakah siswa melihat dilingkungan sekolah terdapat tanaman obat-obatan ? yang menjawab ya 73 %, dan yang menjawab tidak 27 %.
Sedangkan pertanyaan (34) Apakah siswa melihat
disekolah ada petugas khusus cleaning service dalam menangani kebersihan sekolah?, yang menjawab ya 84%, dan yang tidak 16 %. Untuk pertanyaan (35) Apakah siswa pernah menanam tanaman dilingkungan rumah atau disekitar sekolah?, mereka yang menjawab ya 76 %, dan yang menjawab tidak 24 %. Untuk pertanyaan (36) Apakah kamu senang bila ada temanmu merusak tanaman disekolah atau dikebun orang?, mereka yang menjawab ya 8%, dan yang menjawab tidak 92 %. Sedangkan untuk pertanyaan (37) Bisakah siswa menanam tanaman bunga atau tanaman-tanaman hias pada pot secara baik?, mereka yang menjawab ya 96 %, dan jawaban tidak 4 %. Untuk pertanyaan (38) Apakah siswa paham tentang berbagai pencemaran lingkungan yang ada disekitar kita?, mereka yang menjawab ya 76%, sedang jawaban tidak 24 %. Untuk pertanyaan (39) Apakah siswa dapat membuat pupuk kompos secara sederhana dari sisa tanaman atau sisa hewan?, mereka yang menjawab ya 67 %, dan yang menjawab tidak 33%. Untuk pertanyaan (40) apakah siswa setuju terhadap penggalian sumber tambang dari bumi secara besar-besaran sebagai sumber ekonomi(misalnya penggalian pasir di citeras, penggalian batu bara di bojongmanik dan bayah), tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem?, mereka yang menjawab ya 33 %, dan yang mengatakan tida 67 %.
227
B. Analisis Dan Identifikasi Hasil Penelitian Dalam kamus besar bahasa Indonesia tertulis bahwa pengertian analisis adalah “penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya”, pengertian yang lainnya mengatakan bahwa “analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian-bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat”. Identifikasi berbagai kebutuhan melalui analisis kondisi suatu hal yang dipersyaratkan dalam mengembangkan kurikulum sekolah, menurut Sukmadinata dan Erliany dalam tulisannya tentang Optimalisasi Pengembangan KTSP (2009), mereka menyatakan sebagai berikut: Ada lima hal besar dalam analisis kebutuhan ketika akan mengembangkan kurikulum sekolah: yaitu 1) analisis kondisi dan perkembangan anak didik, 2) analisis kondisi sosial budaya, 3) analisis perkembangan masyarakat, 4) analisis perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) dan 5) analisi perkembangan lokal, nasional dan global”. Identifikasi berbagai kebutuhan melalui analisis kondisi merupakan studi awal atau studi pendahuluan yang bersifat deskriptif, dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pendidikan siswa dalam hal-hal pemahaman dan pengetahuan tentang sekolah sehat, materi-materi gizi higienis dan zat aditif, tentang boga ragam masakan/ragam panganan, dasar-dasar kesehatan serta tentang
pemahaman
lingkungan hidup. Analisis kondisi sosial budaya, hal ini juga penting karena sekolah berlangsung dan berjalan pada lingkungan sosial budaya masyarakat, yang juga mempengeruhi kondisi sosial budaya siswa yang bersekolah, sebagai contoh ada adat
228
di Desa Cokel Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak pernah peneliti bekerja disana selama empat tahun, jika memasuki bulan muharam masyarakat melakuakn ritual di pemakaman umum dengan berjiarah malam hari termasuk juga anak-anaknya diikut sertakan, sehingga pagi hari kondisi sekolah kosong tidak ada siswa yang bersekolah, padahal hari itu hari belajar. Kondisi sosial budaya seperti ini juga mesti diketahui dan dipertimbangkan dalam menyusun kurikulum. Analisis perkembangan masyarakat juga perlu dilakukan ketika kita akan menyusun kurikulum, bagaimana masyrakat yang tumbuh dilingkungan perumahan, bagaimana kondisi masyarakat diperkotaan, dipedesaan, dilingkungan gunung, dilingkungan masyarakat agraris, masyrakat industry, masyarakat nelayan, hal-hal ini penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan ketika kita akan mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil analisis dan identifikasi kelima faktor ini akan digunakan sebagai bahan dalam mengembangkan desain kurikulum muatan lokal gizi dan higienis, boga dan ragam panganan serta pendidikan lingkungan hidup untuk siswa sekolah menengah pertama di SMP N 3 Rangkasbitung sebagai model sekolah sehat Kabupaten Lebak. Dalam penelitian ini, data dijaring dengan menggunakan instrument kuesioner yang langsung penulis antar sendiri dan juga peneliti jelaskan maksud dan tujuannya sebagai bahan untuk meramu dan mendesain kurikulum muatan lokal khusus di SMP N 3 Rangkasbitung yang sesuai dengan model sekolah sehat, kuesioner tersebut langsung diminta diisi didepan peneliti, hal ini dilakukan agar pertanyaan yang kurang dimengerti responden dapat dijelaskan oleh penulis serta untuk mendapatkan informasi-informasi yang lain yang penulis anggap penting dan berhubungan dengan
229
masalah penelitian. Pada penelitian ini dibutuhkan data-data tentang: a) kondisi dan kebutuhan masyarakat yang diambil dari beberapa responden tokoh masyarakat sekitar sekolah. Elemen lain yang juga diminta pendapatnya dalam penelitian ini ada beberapa pihak yaitu b) pihak puskesmas yang merupakan mitra kerjasama antar lembaga dalam mengelola rintisan model sekolah sehat SMP N 3 Rangkasbitung terutama dokter dan mantri kesehatan, yang lebih banyak mengetahui tentang dasardasar kesehatan anak sekolah; c) Dinas kesehatan terutama bagian gizi yang lebih banyak tahu tentang program-program penyuluhan gizi dan masalah-masalah gizi anak serta berbagai zat aditif untuk anak sekolah; d) pihak Dinas Lingkungan Hidup yang peneliti butuhkan untuk memberikan saran dan pendapatnya dalam pengembangan desain kurikulum pendidikan lingkungan hidup yang diperuntukkan untuk anak seusia SMP; e) pihak BAPPEDA Kabupaten Lebak untuk mengetahui lebih jauh tentang Daerah Kabupaten Lebak dan pengembangan potensi daerahnya; e) pihak TPK Kabupaten Lebak selaku pihak yang berwenang menilai dan memberikan validasi desain kurikulum muatan lokal yang peneliti kembangkan disekolah; f) pihak yang mengetahui tentang tata boga dan ragam masakan (kurikulum tata boga yang sudah berjalan) yakni guru tata boga dan ahli memasak; g) tokoh pendidikan yang banyak mengetahui tentang aspek-aspek pendidikan yang mesti diperhatikan dalam menyusun kurikulum dan banyak mengetahui tentang masalah-masalah pendidikan anak; h) pihak pengelola sekolah diantaranya kepala sekolah/wakil-wakilnya, guruguru dan staf tata usaha yang sehari hari bergulat dengan kegiatan pembelajaran dan pengelolaan manajemen sekolah, sertai) komite sekolah yang memiliki kewenangan
230
memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak pengelola sekolah serta berfungsi sebagai pengontrol dan pemberi dukungan untuk kemajuan sekolah. Adapun hasilhasil wawancara dengan responden-responden yang sudah penulis sebutkan diatas adalah sebagai berikut : Respond en Dokter Puskesm as/Kepal a Puskesm as
Identifikasi Materi a)1. Kebutuhan pendidikan anak baik kebutuhan fisiologis tumbuh kembang anak dan remaja, kesesuaian materi dengan usia siswa dan tingkat pengetahuannya, serta prilaku dan pola hidup anak yang berkaitan dengan kebiasaan dan adat istiadat yang diturunkan turun temurun dari orang tuanya. 2.Kebutuhan masyarakat lingkungan pengguna sekolah antara lain kondisi sosial budaya masyarakat, tingkat ekonomi masyarakat (mata pencahariannya), tingkat keberagamaannya(religiussitas), tingkat pengetahuan(intelektualitas) masyarakat, kehendak masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dimasa depan, kemauan orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya. 3.Evaluasi model sekolah sehat, dengan menilai dan mengetahui kesenjangan antara target yang ingin dicapai dengan apa-apa(capaian) yang sudah dicapai, monitoring dan evaluasi ini harus diikuti dengan upaya tindak lanjut.
Alasan/Saran a) Pengenalan macammacam penyakit yang berhubungan dengan hygiene, sanitasi, pola makan dan kebiasaan buruk perlu diberikan kepada siswa.
-Begitu juga tentang P3K, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan penggunaan NAFZA serta pencegahannyan, perlu dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal untuk model sekolah sehat. -Materi gizi,higienis dan dasar-dasar kesehatan sangat cocok dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal model sekolah sehat, kerena pelajaran tersebut akan membentuk pola hidup sehat sejak dini dan prestasi belajar siswa sangat berkaitan dan berbanding lurus dengan kesehatan anak
b) perlu diberikan materi b)Siswa kls 1 SMP jangan diberikan tentang kesehatan reproduksi
231
beban materi yang sifatnya sangat terperinci dan detail, tetapi jadikan materi gizi, higienis dan zat aditif didesain sedemikian rupa sehingga siswa mengerti/ faham materi tersebut serta bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya.
pada anak remaja yang sudah akil balig, begitu juga pembentukan kader kesehatan pada siswa perlu dilakukan disekolah.
c)-Materi Pengetahuan tentang pola hidup sehat (PHS), materi dasar kesehatan, penyakit umum dan pencegahannya, pengetahuan sanitasi, pengetahuan gizi dan kesehatan.
c)-Ya, karena materi-materi ini dapat menjadi pegangan bagi siswa dalam memilih dan memilah pangan yang patut dikonsumsi dan menghindari makanan/pangan/jajanan yang tidak bermanfaat bagi mereka. Dengan pengenalan dan pemahaman sejak dini diharapkan mereka terbiasa melakuakn pola hidup sehat hingga mereka dewasa.
Perhatikan ketidak hadiran siswa terutama yang sakit, -Materi UKS dapat diberikan pada perhatikan pula kebersihan waktu siswa mengikuti lingkungan dan prilaku/sikap Extrakurikuler siswa terhadap sampah/kotoran di lingkungan (apakah sikapnya acuh, peduli, aktif bahkan kreatif) Dinas kesehata n/ dan Ahli gizi
- ketrampilan yang dapat dilatihkan antara lain teknologi pangan sederhana, alat kesehatan sederhana dan penanganganan gawat darurat ringan serta pengenalan dan praktek menanam tanaman obat sederhana.
- Sikap yang bias dibiasakan dan dilatihkan yaitu prilaku/gaya hidup -Aspek prilaku dari seluruh bersih dan sehat, kantin sehat, warga sekolah yang lingkungan bebas asap rook. responsive terhadap upayaupaya yang bernuansa -Nilai yang dapat ditanamkan yakni kesehatan mulai dari menjaga kesehatan diri dan kebiasaan cuci tangan sampai lingkungan sebagai rasa syukur serta kegiatan yang emergency dan konseling remaja. upaya kesehatan dasar PMR, UKS dan pemeriksaan kesehatan rutin penting untuk terus-menerus digulirkan.
232
Dinas Lingkun gan Hidup
-Materi lingkungan hidup adalah materi terapan yang dapat mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu atau menjadi muara bagi pemahaman beberapa mata pelajaran seperti IPA, dalam hal ekologi, biologi, reaksi kimia sederhana (fotosintesis), penularan penyakit, daur hidrologi. Dalam IPS dalam hal memahami lingkungan sosial budaya yang merupakan bagian dari system lingkungan hidup. Bahasa dalam hal pendidikan kesehatan dan lingkungan terutama dalam hal pengembangan media komunikasi, informasi dan edukasi lingkungan.
-Materi lingkunganhidup yang dapat diberikan pada siswa di model sekolah sehat antara lain: pengetahuan tentang air bersih, air limbah rumah tangga, pengeloaan makanan dan minuman, pengelolaan sampah rumah tangga, pencemaran udara, budi daya tanaman pekarangan, rumah sehat, hygiene kesehatan keluarga. Sikap yang perlu ditanamkan antara lain: hemat air dan energy, peduli udara bersih, peduli tanaman, peduli pupuk Ahli memasak organic, cinta penghijauan, gotong dan guru royong lingkungan, inovasi dalam ulang sampah, bangga tata boga daur lingkungan, kepemilikan lingkungan. Ketrampilan yang dapat dilatihkan antara lain pembuatan pupuk kompos, pembibitan tanaman, penataan taman sekolah/kelas, merangkai bungan, budi daya perikanan, pengawetan makanan.
Kegitan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam proses pendidikan lingkungan hidup antara lain : -partisipasi padakegiatankegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup -lomba kebersihan kelas/taman kelas. -lomba penulisan essai dan karya ilmiah bidang lingkungan. - ekstrakurikuler bidang pengelolaan lingkungan hidup -tabungan pohon dari siswa baru. -pengembangan pada teknologi persampahan dalam KIR -kelompok pecinta lingkungan/ pecinta alam, haiking, pramuka wanabakti. - bakti lingkungan di masyarakat -seminar/diskusi tentang lingkungan hidup.
-Mohon dilengkapi sarana dan prasarana untuk praktek tata boga disekolah, karena dengan alat yang relative lengkap akan sangat membantu dalam kesuksesan praktek tata boga bagi siswasiswi kita. -Bila disekolah kurang guru/tenaga ahli pembimbing
233
praktek tata boga, tidak ada salahnya kita merekrut tenaga Berbisnis dan bekerja dibidang boga honorer dari luar yang tidak akan surut dan bangkrut memang kompeten dibidang selama ada mulut-mulut yang terus itu(bila memungkinkan). bertambah jumlahnya (maksudnya jumlah penduduk yang terus -Atau ada diantara ibu-ibu bertambah), jika siswa kita diberikan atau bapak-bapak dari orang pengetahuan dan ketrampilan tua siswa yang pandai dibidang boga serta mereka dilatih memasak dan banyak untuk mengolah dan memasaknya mengetahui tentang tata boga sampai mereka menekuni dan punya atau ketrampilan pertamanan keahlian dibidang ini, maka kelak , bisa kita minta bantuannya mereka tidak akan susah hidupnya, untuk membimbing siswaasal mereka mau. siswi sekolah kita dalam pembelajaran ketrampilan tata boga dan ketrampilan pertamanan dan pengelolan Ilmu dan pengetahuan tentang tata lingkungan boga dengan berbagai resep masakan juga berkembang sesuai Diperlukan laboran boga/ perkembangan ipteks dan derasnya petugas husus yang arus informasi, sehingga informasi membantu membersihkan, tentang berbagai masakan dari merapikan dan memelihara mancanegara masuk kenegara kita, alat-alat boga yang sudah bahkan dengan perangkat dan dimiliki sekolah agar tidak pemasarannya yang telah cepat rusak, hilang dan selalu membanjiri Negara kita. maka siap pakai. karena itu siswa-siswi kita perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan dasar dari berbagai macam tata boga sehingga mereka kelak dapat bekerja dibidang itu jika mereka tertarik dan dibutuhkan. Ketrampilan dalam tata boga perlu diberikan pada pelajar kita, khususnya kepada anak-anak putri, bagaimanapun ketrampilan ini pasti akan berguna dan bermanfaat ketika kelak mereka memasak didapur rumah tangganya.
234
Perkembangan dalam bidang IPTEKS merambah dalam segala segi kehidupan, termasuk alat dan sarana mengolah dan memasak pada bidang boga, untuk itu siswa-siswi kita diberi pelatihan alat-alat boga yang modern tersebut.
Tokoh masyara kat
a)Kurikulum tepat guna dan berwawasan lingkungan dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan model sekolah sehat. -kesadaran semua pihak terkait akan kebersihan lingkungan, keamanan, dan pagar lingkungan dan ketertiban lingkungan.
a)Materi gizi, higienis, dasardasar kesehatan, boga dan ragam masakan dan pendidikan lingkungan hidup cocok dikembangkan untuk pelajaran muatan lokal, karena disamping mudah dilaksanaan, sumber belajarnya banyak,dan cukup b)-Pelastarian alam, penjagaan hutan dengan biaya relative kecil. lindung, pelestarian sumber air perlu diperkenalkan pada siswa agar kelak b)Muatan lokal gizi, boga ia memiliki kesadaran lingkungan dan lingkungan cocok yang tinggi dan kelak mereka diterapkan pada model menjadi masyarakat yang mampu sekolah sehat, karena dapat menjaga dan melestarikan SDA membekali siswa untuk tahu yang di milik daerahnya kandungan makanan yang mereka makan apakah sudah -Pengetahuan/materi gizi, higienis, cukup bergizi dan terjaga dasar-dasar kesehatan, boga dan kebersihannya, serta mulok pendidikan lingkungan yang sudah ketrampilan tata boga dapat diketahui siswa, maka mereka akan mempersiapkan siswa untuk faham, mereka harus makan dapat mengolah dan makanan yang baik, maka mereka memasak makanan juga akan menyayangi lingkungan tradisional Daerah Lebak yang bersih, karena tidak mungkin yang tidak ada ditempat lain. makanan yang higienis akan dan kelak mereka dihasilkan dari lingkungan yang dimasyarakat dapat kotor. menggunakan ketrampilan dan pengetahuan itu untuk kompetitip dalam menjalani kehidupan
235
Tokoh pendidik an
a)Makanan sehat dan bergizi tidak mesti yang dijual di supermarket, yang penting bagaimana mengolah sumber makanan tradisional seperti singkong, ubi jalar, jagung, talas da lainsebagainya dengan baik. Apabila hal itu dikembangkan pada masyarakat kita hususnya siswa, pasti akan berdampak pada pengembangan potensi daerah bidang pertanian. -Masyarakat kita pada umumnya belum peduli pada makanan sehat dan bergizi, maka itu materi ini perlu diberikan kepada siswa sejak dini. Begitu juga menjaga dan melestarikan lingkungan perlu ditumbuhkan sejak dini.
Komite Sekolah
-Sepanjang materi itu menurut analisis kita bahwa pengetahuan ketrampilan nilai-nilai dibidang ini sangat dibutuhkan, tidak tumpang tindih dengan mata pelajaran lain, juga tersedianya dukungan sarana prasarana dan tenaga pengajar, bila semua itu sudah dipenuhi maka materi gizi boga dan lingkungan bias dijadikan kurikulum muatan lokal tersendiri. b)-Mulok gizi boga dan lingkungan sangat cocok untuk model sekolah sehat, karena dengan adanya mulok tersebut diharapkan siswa sadar betul akan pentingnya gizi higienis, lingkungan hidup dan kesehatan dan tentunya pengetahuan, ketrampilan dan sikap akan mereka bawa kelingkungan keluarga dan masyarakat.
a)perlu pengecekan materi gizi, higienis, boga dan ragam masakan serta pendidikan lingkungan hidup apakah materi-materi itu tidak ada pada mata pelajaran lain, agar tidak terjadi tumpang tindih. -karena materi gizi boga dan lingkungan akan saling mendukung dan melengkapi, kalau selama ini masih pada tampilan pisik siswa, akan lebih komprehensip menerima pendidikan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan pengolahan makanan sehat dan bergizi. -penilaian kegiatan program tidak hanya pada aspeek fisik saja tetapi harus juga pada aspek non fisik, misalnya perlu dilakukan observasi prilaku kehidupan siswa sehari-hari.
b)Jalinlah kerjasama lintas sektoral antara dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pertanian,dinas lingkungan hidup dll sehingga akan tergali potensi daerah dan pengembangannya akan integral dan tidak parsial, yang pada ahirnya akan cepat
236
-Dalam pengembangan materi kurikulum juga perlu diperhatikan aspek psikologi siswa. Aspek ini untuk melihat sejauh mana perkembangan minat, kreatifitas, intelegensi, serta emosi siswa dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Kepala sekolah/ wakil dan guru
-Begitu juga aspek sosial perlu juga untuk kita perhatikan, karena mempunyai arti kemampuan siswa untuk berprilaku sesuai dengan harapan-harapan yang berlaku dimasyarakat dan didaerahnya. Perlu juga aspek kesehatan dilatihkan pada siswa misal dengan pelatihan Palang merah Remaja, dokter kecil, tim kesehatan lingkungan sekolah dan lain-lainnya. - materi tentang bahan-bahan pengwet makanan dan penggunaan zat pewarna makanan sangat perlu diberikan agar siswa kita kelak dapat menghindar dari bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh kedua bahan tersebut. a.Perlu juga diberikan materi dasardasar kesehatan misal jenis-jenis penyakait yang biasa menjangkiti anak, baik penyakit menular maupun penyakit yang disebabkan karena kurang gizi, agar siswa di sekolah model ini dapat menjaga dan memelihara fisiknya dari berbagai penyakit dan kelemahan.
terwujud tujuan pembangaunan daerah Kab Lebak. -perlu penataan lingkungan sekolah yang lebih baik. -perlu dilanjutkannya program jaminan pelayanan kesehatan murid. -sangat urgennya kantin sekolah yang bersih dan sehat. -peran serta komite sekolah perlu terus-menerus ditingkatkan. - adanya pencatatan data angka pesakitan siswa sekolah. - walaupun tidak lagi mendapatkan proyek bantuan program sekolah sehat dari pusat tetapi program model sekolah sehat harus tetap berjalan.
-mohon sarana dan alat-alat yang dibutuhkan diruang UKS dapat dipenuhi agar pemeriksaan, pengecekan dan pertolongan pertama pada kecelakaan dapat dilakukan dengan cepat dan baik.
-mohon SDM pengajar b.mohon kerjasama dengan pihak ke mulok yang direncanakan ini tiga seperti dengan PMI kabupaten, memahami betul SKKD dan dinas kesehatan kabupaten, dinas materinya sehingga
237
kebersihan lingkungan hidup, serta instansi lain guna memberikan pengayaan materi dan penyuluhan kepada siswa sekolah model ini, sehingga mereka terbiasa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai nara sumber. c. sangat layak materi-materi kurikulum tata boga disesuaikan dengan kondisi perkembangan masyarakat kini, antisipasi kebutuhan masa yang akan dating, pelestarian nilai budaya dan kekayaan khas Lebak/Banten yang baik, serta mengajarkan dasar-dasar kewirausahaan kepada siswa.
implementasi kurikulum mulok nanti dilapangan dapat berhasil lebih baik dari implementasi kurikulum mulok sebelumnya, jadi kuncinya adalah SDM guru a)Perlu dipertimbangkan melengkapi laboratorium praktek kerja tata boga dan mengolah a).masakan serta tempat kerja pembenihan tanaman dan alat-aalat dan bahan untuk kerja lingkungan sehingga praktek ketrampilan siswa lebih berjalan baik dan lancer
Tabel 4.7 Hasil wawancara peneliti dengan berbagai responden
Identifikasi dan analisis materi untuk membuat desain kurikulum muatan lokal gizi higienis dan dasar-dasar kesehatan, boga ragam panganan dan ragam masakan, serta pendidikan lingkungan hidup dan isu-isu pemanasan global serta berbagai masalah pencemaran, menurut pendapat para responden (ahli kesehatan/dokter, ahli gizi, ahli dari dinas lingkungan hidup, ahli pendidikan, tokoh masyarakat, komite sekolah dan para pengelola sekolah) yang tertulis pada kuesioner mereka dan telah peneliti kutip seperti diatas. Berdasarkan analisis peneliti bahwa sebagian besar mereka mengatakan bahwa materi-materi dasar tentang hal-hal itu, penting diberikan pada siswa disekolah ini, karena materi-materi itu dapat memperkuat dan mengembangkan pemahaman, ketrampilan dan sikap siswa, serta sangat penting dan
238
menunjang dalam pengembangan rintisan “model sekolah sehat” di SMP N 3 Rangkasbitung. Berikut ini peneliti kutip kembali beberapa pendapat para pakar/ahli tentang materi muatan lokal gizi higienis zat aditif dan dasar-dasar kesehatan. Seorang dokter di Puskesmas berpendapat bahwa “materi-materi ini cocok untuk diberikan, karena pelajaran tersebut akan membentuk pola hidup sehat anak sejak dini, dengan pengenalan dan pemahaman sejak dini diharapkan akan membentuk prilaku sehat di usia dewasa, begitu juga prestasi belajar anak sangat berkaitan dan berbanding lurus dengan kesehatan anak” (Budi Mulyanto dokter puskesmas kecamatan Rangkasbitung). Bagaimana pendapat ahli gizi dari Dinas kesehatan Kabupaten Lebak, Ia mengatakan bahwa “ materi ini (gizi, higienis, zat aditif dan dasar-dasar kesehatan)dapat menjadi pegangan bagi siswa dalam memilih pangan yang patut dikonsumsi dan menghindari makan/pangan jajanan yang tidak bermanfaat bagi mereka. Dengan pengenalan dan pemahaman sejak dini diharapkan mereka terbiasa melakukan pola hidup sehat hingga mereka dewasa” (Tata Sudita. M.Kes kepala seksi gizi Dinas kesehatan kab Lebak). Untuk pengetahuan/materi tata boga, ragam panganan dan ragam masakan yang diberikan dan diajarkan kepada siswa, menurut pendapat salah seorang tokoh masyarakat dan juga Ia senang memasak, mengatakan bahwa “dengan mereka belajar dan berlatih untuk memilih dan memasak sendiri panganan khas Kabupaten Lebak/ Banten, diharapkan kelak mereka terjun dimasyarakat dapat mengunakan ketrampilan dan pengetahuan tersebut untuk dapat
239
kompetitif dan sukses didalam menjalani kehidupannya”(Erti Rudiyati tokoh masyarakat dilingkungan sekolah). Sejalan dengan pendapat diatas, seorang yang dianggap sukses dimasyarakat dengan kepintaran dan ketrampilan memasaknya baik jenis-jenis panganan/jajanan maupun bermacam-macam masakan, Ia kini membuka bisnis ketring dan juga manajer kantin sehat bording school SMP Al-Qudwah mengatakan “ berbisnis dan bekerja dibidang boga tidak akan surut dan bangkrut
selama ada
mulut-mulut yang
terus bertambah jumlahnya
(maksudnya jumlah penduduk yang terus bertambah), jika siswa kita diberikan pengetahuan dan ketrampilan dibidang boga serta mereka dilatih untuk mengolah dan memasaknya sampai mereka menekuni dan punya keahlian dibidang ini, maka kelak mereka tidak akan susah hidupnya, asal mereka mau”(R. Ayu Sukmaningsih A.Md Kom). Bagaimana pendapat salah seorang pengurus komite sekolah SMP N 3 Rangkasbitung tentang materi pelajaran gizi boga dan pendidikan lingkungan bila diajarkan kepada siswa kita, adalah sebagai berikut: materi gizi boga dan lingkungan akan saling mendukung dan melengkapi, kalau selama ini masih pada tampilan fisik siswa, akan lebih komprehensip mereka menerima pendidikan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan pengolahan makanan sehat dan bergizi” ( Drs. H. Madsidi, M. Pd mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak). Begitu juga pentingnya pendidikan lingkungan hidup, seorang tokoh masyarakat berpendapat tentang
pendidikan lingkungan hidup sebagai berikut:
“selama ini terkesan dunia pendidikan tidak berkaitan dengan lingkungan
240
sehingga prilaku siswa tidak menghargai lingkungan seolah menjadi hal yang biasa. Materi ini diharapkan menumbuhkan kesadaran dan sikap siswa untuk menjaga lingkungan sejak dini” (Drs Mamad Syahrudin tokoh masyrakat Desa Jatimulya dan memiliki rumah yang relative dekat dengan sekolah SMP N 3 Rangkasbitung). Bagaimana pendapat menurut ahli dari Dinas Lingkungan Hidup, Ia mengatakan “bahwa materi ini sangat relevan dengan model sekolah berbasis sekolah sehat, didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut yakni : a) Pencapaian kondisi sehat salah satunya dicapai oleh kondisi lingkungan yang memadai. Dengan pemberian materi pendidikan lingkungan merupakan salah satu kegiatan dalam mencapai sasaran kondisi sekolah, kondisi masyarakat lingkungan sekolah, dan lingkungan sekolah menjadi lebih baik. b) Materi pendidikan lingkungan hidup dapat menjadi bekal pengetahuan yang spesifik bagi setiap siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. c) Materi lingkungan hidup dapat lebih menumbuhkan sikap kepedulian akan kondisi daya dukung lingkungan yang semakin hari mengalami degradasi dan deplesi , yang pada gilirannya dapat menumbuhkan perilaku bijak dalam memperlakukan dan memanfaatkan sumber daya alam”. ( Cecep Hidayaturrohman, SKM, MM. Kasi Penataan dan Komunikasi Lingkungan di Kabupaten Lebak) Berdasarkan pendapat dan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka dalam pengkajian terhadap pengetahuan tentang gizi higienis dan dasar-dasar kesehatan, boga, ragam pangan dan ragam masakan serta materi-materi pendidikan lingkungan hidup dimaksudkan untuk dapat diolah dan dirumuskan menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) serta memasukkan materi-materi tersebut diatas kedalam desain kurikulum muatan lokal sebagai bahan yang akan dipelajari siswa
241
pada mata pelajaran muatan lokal di SMP N 3 Rangkasbitung yang merupakan sekolah berbasis model sekolah sehat. Peneliti menginginkan desain kurikulum mulok ini sesuai dengan konsep dasar dan alur pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan oleh para pakar kurikulum dan pakar pendidikan dengan berbagai konsep dan pendapatnya, yang antara lain menghasilkan konsep dasar tentang “kompetensi peserta didik” seperti dibawah ini: Kurikulum sebagai suatu rencana pada intinya adalah upaya untuk menghasilkan lulusan, atau mengubah input peserta didik dari kondisi awal menjadi peserta didik yang memiliki ”kompetensi”, kompetensi yang dimaksud memiliki kriteria antara lain sebagai berikut : 3) mampu menguasai konsep yang mendasari standar kompetensi yang harus dikuasai/ dicapai, 4) mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan tuntutan standar kompetensi yang harus dicapai dengan cara dan prosedur yang benar serta hasilnya baik, 5) mampu mengaplikasikan kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari ( didalam maupun diluar sekolah ) Kompetensi merupakan
kombinasi yang baik
dari penguasaan ilmu (
knowledge), keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan (skill) dan sikap yang dituntut untuk menguasai suatu pekerjaan (attitude) tersebut, kompetensi yang dimaksud dapat direkayasa didalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)”. Untuk membuat dan mengembangkan konstruksi/desain kurikulum yang akan dirancang dengan mempertimbangkan berbagai masukan tokoh yang ada di
242
lingkungan sekolah dan para pakar di daerah yang memang lebih mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat, kondisi lingkungan sekolah serta kondisi, potensi dan kebutuhan daerahnya, sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, peneliti berpedoman kepada pendapat beberapa ahli kurikulum diantaranya Hasan (2007) yang mengatakan: Proses konstruksi kurikulum (curriculum construction) merupakan proses yang menentukan apakah kurikulum tersebut akan menjadi kurikulum yang mengembangkan keseluruhan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang diinginkan pada masa mendatang. Pada fase ini para pengembang kurikulum harus dapat merumuskan filosofi kurikulum/pendidikan yang dipercaya mampu menjawab tantangan masyarakat, menentukan desain kurikulum yang sesuai dengan karakteristik tujuan, kualitas, dan materi yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Pada proses pengembangan ide kurikulum para pengembang harus juga menentukan teori belajar dan pendekatan evaluasi hasil belajar (assesment) yang digunakan”. Selanjutnya untuk mendesain Kompetensi Mata Pelajaran (KMP), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Materi-Materi Pokok/Isi atau conten
dalam
desain
kurikulum
yang
akan
peneliti
hasilkan,
juga
mempertimbangkan pendapat yang dikemukakan Hasan (2007) yang mengatakan sebagai berikut : “Komponen lain dalam dokumen kurikulum adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan, pokok bahasan, proses, evaluasi hasil belajar dan organisasi. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sudah terdapat pada standar isi sehingga para pengembang Kurikulum Sekolah tidak perlu mengembangkan SK dan KD, tapi perlu mengkaji keterkaitan antara SK, KD dengan SKL, kecuali untuk kurikulum muatan lokal, desainer kurikulum disekolah mesti mengembangkan SK dan KD nya terlebih dahulu baru setelah itu mengembangkan silabus dan rencana pembelajarannya”. Dari hasil kajian ini maka SK
243
dan KD dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan tujuan, pokok bahasan/materi, proses pembelajaran dan evaluasinya, pada kesempatan penelitian kali ini, peneliti akan mendesain kurikulum muatan lokal dengan SKM/SKL, SK, KD dan meteri-materi pokoknya saja sedang kan silabusnya akan disusun kemudian.
1. Analisis Hasil Penelitian Pengembangan desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan pada bab IV ini difokuskan untuk melakukan analisis hasil penelitian yang mencakup 1) keunggulan dan potensi daerah serta perkembangan nasional dan global; 2) kondisi sosil budaya masyarakat serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah;
3)
perkembangan Ilmu pengetahuan, Teknologi dan seni (IPTEKS) ; 4) ketersediaan berbagai sumber daya yang ada di sekolah SMP N 3 Rangkasbitung serta kemampuan sekolah menyediakan dan menggali sumber daya yang diperlukan; 5) perkembangan dan berbagai kebutuhan pendidikan siswa; 6) menetapkan indicator keberhasilan, strategi dan unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan desain kurikulum muatan lokal. a. Kondisi dan Potensi Lokal serta Perkembangan Nasional dan Global Daerah Kabupaten Lebak memiliki kekayaan alam dan potensi sebagai mana yang sudah dipaparakan pada bagian pertama bab ini, antara lain memiliki luas daerah yang terbesar di Provinsi Banten yaitu 304.472 hektar, hal ini juga berdampak pada penghasilan ekonomi terbesar kabupaten lebak yaitu dari sektor pertanian, perkebunan dan hasi-hasil hutan. Berdasarkan hal ini maka apakah mungkin tiga
244
puluh tahun kedepan lebak masih mengandalkan sektor utama pertanian, bagaimana dengan jumlah penduduk kabupaten lebak tiga puluh tahun mendatang, bila saat ini jumlah penduduknya sekitar 1.200.000 orang , dan pertumbuhan penduduknya kurang lebih sebesar 1,72 %. Hal ini berarti apa yang perlu kita berikan kepada siswa untuk bekal hidup mereka kelak 20-30 tahun kedepan, setidaknya kita dapat membekali pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dalam menjaga, memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup serta serta konsep-konsep dasar pembangunan yang berkelanjutan kepada mereka, agar kelak mereka dapat
menjaga, memelihara,
melestarikan, dan tidak merusak lingkungan hidup yang mereka tinggal didalamnya, berdasarkan
analisa hal-hal diatas, ini berarti perlunya kita memasukkan dalam
desain kurikulum tentang pendidikan lingakungan hidup. Jika Daerah Kabupaten Lebak memiliki garis pantai dan laut yang panjangnya lebih dari 90 km garis pantai, yang memiliki kekayaan ragam hayati dari hasil laut yang sangat banyak, begitu juga hasil pertanian dan hasil perkebunan yang sangat beragam dan sering kali peneliti jumpai hasil-hasil ini dijual ke daerah Jakarta dan sekitarnya, hal ini mengisyaratkan pada kita para guru disekolah untuk membekali dan melatih mereka (para siswa) dengan ketrampilan mengambil, memanfaatkan dan mengolah berbagai sumber makanan yang berasal dari laut dan sumber-sumber makanan dari hasil pertanian yang sangat kaya dan beragam dan terdapat didaerah Kabupaten Kebak ini, menjadi makanan yang lezat dan bergizi dengan cara pongolahan, teknik pengawetan dan pengemasan makanan/masakan yang baik sehingga panganan tersebut akan memiliki nilai jual yang baik serta dapat dipasarkan secara kompetitif dengan produk-produk
245
dari daerah lain bahkan dari negara lain. Dari hasil analisis hal-hal tersebut diatas berarti pula didalam desain kurikulum, perlu memasukkan materi tentang cara-cara pengolahan makanan, cara-cara pengawetan makanan dan cara pengemasan makanan yang baik dan sehat, sehingga diharapkan anak didik kita benar-benar memiliki kompetensi dalam bidang itu. Begitu juga dari data tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Kabupaten Lebak hanya baru mencapai 6,7 tahun hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Lebak pendidikannya baru rata-rata lulus sekolah dasar plus satu tahun di sekolah menengah pertama, hal ini tentu akan sangat berpengeruh terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, apalagi untuk bidang gizi, higienis, zat-zat aditif dan dasar-dasar kesehatan, tentu rendah rendah pula. Begitu juga dibidang kesehatan masyarakat Kabupten Lebak, menurut data Bappeda bahwa rasio satu orang dokter di kabupaten Lebak untuk melayani lebih dari 10.000 orang anggota masyarakat, dari analisis kedua hal ini dapat kita bayangkan bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang masalah-masalah gizi, higienis zat-zat aditif berbahaya serta pengetahuan dasar tentang penyakit dan kesehatan yang pasti sangat minim, untuk itu memasukkan materi-materi ini kedalam draf desain kurukulum mulok yang akan kita susun merupakan hal yang penting untuk pengembangan masyarakat Kabupaten Lebak yang cerdas dan sehat dimasa dating. Bagaimana dengan perkembangan Nasional dan Global, kita sadar bahwa Negara kita termasuk dalam jajaran Negara yang berkembang di Dunia, jumlah penduduk yang begitu besar dengan tingkat pendidikan yang sangat beragam, mulai dari yang belum bisa menulis adan memebaca missal suku-suku dipedalaman
246
Kalimantan, pedalaman Irian jaya, bahkan ada dipulau jawa seperti seperti yang ada didaerah Baduy Dalam Kabupaten Lebak, hal ini tentu sangat berimbas pada system pendidikan yang mesti diterapkan di wilayah Kota dengan system pendidikan yang mesti
diterapkan di Desa. Menurut pandangan peneliti, bahwa KTSP adalah
kurikulum yang tepat digunakan di Indonesia, dikarenakan Negara Republik Indonesia yang terdiri dari 33 Provinsi dan lebih dari 400 Kabupaten/kota, dimana tiap daerah memiliki kondisi, potensi dan sosial budaya yang berbeda, sehingga adanya kurikulum muatan lokal merupakan suatu yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk pengembangan potensi lokalnya dan mengakses nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat daerah tersebut, yang dapat direkayasa dan dimasukkan dalam desain kurikulum muatan lokal itu sendiri. Perkembangan global. Menurut Syaodih dan Erliany bahwa “kurikulum juga harus memperhatikan tuntutan dan perkembagan Nasional dan Global, dan juga kurikulum harus memperhatikan dan memiliki keseimbangan antara aspek-aspek lokal, Nasional dan global”. Adanya kemajuan yang sangat pesat dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi, menyebabkan semua bagian belahan dunia dapat kita saksikan dan kita akses melalui layar kaca siaran berbagai stasiun Televisi, layar Internet, layar HP dan berbagai media komunikasi dan informasi lainnya. Bukan hanya sekedar itu kondisi sosial dan budaya sutu Negara dapat dengan mudah dan cepat dilihat, dipelajari, ditiru dan diterapkan dinegara lain, situasi dan kondisi seperti ini tentu mesti kita manfaatkan untuk memajukan pendidikan di sekolah kita , didaerah kita, dan dinegara kita. Kita dapat belajar dari negara-negara yang sudah
247
maju dibidang pendidikanya, tentang pengelolaan pendidikan nasionalnya, tentang lembaga-lembaga pendidikannya, kita bisa menjalin kerjasama, studi banding, pertukaran pelajar, seminar internasional seperti yang sudah terjalin antara UPI dengan Malaya University. Kemajuan bidang Teknologi Telekomunikasi dan informasi juga bisa kita manfaatkan disekolah /lembaga kita mengajar, untuk meningkatkan wawasan, ketrampilan, dan pengetahuan siswa-siswa kita, baik dibidang TI nya itu sendiri maupun budaya, pengetahuan dan berbagai ketrampilan yang
dapat kita masukkan dalam desain kurikulum sekolah. Misalkan bidang
pengelolaan lingkungan hidup dan isu-isu pemanasan global, bidang kuliner, dengan bermacam-macam masakan dan cara memasaknya dan hal-hal positif lainnya yang dapat kita akses, kita adopsi dan kita terapkan serta kita sesuaikan dengan kondisi sosial budaya kita. Pengaruh global juga ada yang negatif, tentu bagaimana sekolah, guru bisa membentengi dan menjaga agar siswa siwanya tidak terimbas dan tergilas oleh hal-hal yang seperti itu, sebagaimana apa yang dikatakan juga oleh Syaodih dan Erliany bahwa: Pendidikan dengan kurikulum sebagai intinya harus mampu menyiapkan generasi muda bagi kehidupan di masa datang yang penuh tantangan, tuntutan dan bahkan ancaman. Para lulusan pendidikan kita tidak boleh hanya hanyut dalam arus perkembangan global yang multi kompleks, tetapi harus mampu berselancar diatasnya. Pendidikan harus mempersiapkan generesi muda agar memiliki pengetahuan, kecakapan-ketrampilan, sikaphidup, pegangan nilainorma-agama sehingga mampu menghadapi, memanfaatkan, mendapatkan keuntungan dan kemajuan dalam peluang yang ada dalam era globalisasi tersebut.
248
b. Kondisi Sosil Budaya Masyarakat Proses pendidikan dengan intinya kurikulum yang dalam implementasinya diikuti oleh peserta didik yang berasal dari berbagai lingkungan sosial budaya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan kemampuan agar bisa hidup dan bisa bekerja pada bermacam-macam lingkungan sosial budaya pula, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaodih dan Erliany (2009)bahwa: Program pendidikan atau kurikulum perlu disusun dan diimplementasikan dengan memperhatikan kondisi dan perkembangan sosial budaya. Indonesia yang memiliki penduduk yang multi ras, multi etnik, dan multi agama, yang tersebar dalam daerah yang begitu luas dan banyak dipisahkan secara alami oleh laut dan pulau-pulau, dan sangat memiliki keragaman sosial budaya. Kecepatan perkembangan masyarakat tiap daerah juga berbeda, dikota besar perkembangan masyarakatnya relative lebih cepat dibandingkan dengan , dikota kecil apalagi dengan di pedesaan, sehingga yang terjadi bukan hanya keragaman tetapi bisa jadi adanya kesenjangan yang cukup jauh antara berbagai daerah dan lingkungan masyarakat. Sebagaimana juga yang dituliskan oleh Syaodih dan Erliany (2009) dalam makalah seminar tentang “ optimalisasi pengembangan KTSP” pada beberapa waktu yang lalu di Bandung, keduanya mengatakan bahwa “Perkembangan kondisi dan nilai-nilai sosial budaya, bukan sesuatu yang berdiri sendiri tetapi juga selalu terkait dan dipengaruhi oleh bidang-bidang lain, seperti ekonomi, politik, hokum, bahkan ilmu dan teknologi”. Oleh karena itu beliau menyarankan para pengembang kurikulum harus memperhatikan keragaman kondisi, kecendrungan, dan kecepatan perubahan serta gejolak-gejolak sosial budaya yang ada dan terjadi dimasyarakat. Dengan sedemikian pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, maka
249
pembauran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan perubahan-perubahan pola kehidupan sering kali berjalan sangat cepat pula. Letak geografis pulau- pulau di wilayah republik Indonesia yang berjauhan dan tingkat perkembangan masyarakat yang berbeda-beda , maka tidak jarang menimbulkan perbedaan yang cukup jauh antara satu daerah dengan daerah lain dan antar kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya, hal ini tentu mesti menjadi bahan pertimbangan yang penting dalam pengembangan kurikulum, khususnya kurikulum muatan lokal.
Dari data hasil penelitian bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua siswa yang bersekolah di SMP N 3 Rangkasbitung, lebih dari 200 siswa (237 siswa dari keluarga miskin berdasar data tahun 2009) memiliki kartu keluarga miskin dan surat keterangan tidak mampu, dari sejumlah 803 siswa yang ada disekolah ini, hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosil ekonomi orang tua murid anggota masyarakat sekitar sekolah banyak yang tidak mamapu, tetapi mereka tetap antusias, berminat dan bersemangat untuk menyekolahkan anak-anaknya, yang dapat peneliti ketahui dari indikator jumlah siswa SMP N 3 Rangkasbitung setiap tahun selalu bertambah mulai dari tahun pelajaran 2005/2006 siswa berjumlah 579 oarang, sampai saat ini tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa SMP N 3 Rangkasbitung sudah mencapai 803 orang ( untuk lengkapnya lihat tabel 4.2 kemajuan prestasi akademis sekolah dan perkembangan jumlah siswanya) serta mereka para orang tua murid ingin anakanaknya mendapat pendidikan dan pengajaran yang baik, hal ini menunjukkan salah satu indikator bahwa sekolah ini memiliki kridibelitas yang baik dimata masyarakat
250
dan masyarakat sekitar sekolah percaya pada institusi/lembaga pendidikan ini, serta memberikan indicator bahwa keberlangsungan/kontinuitas program-program yang digulirkan sekolah khususnya kurikulum muatan lokal yang didesain sekolah mendapat
support
dari
masyarakat.
Masyarakat
disekitar
sekolah
dan
pengguna/pemakai sekolah, memiliki kondisi sosial budaya yang sangat heterogen, dengan latar belakang ekonomi yang sangat beragam, tetapi kebanyakan mereka para orang tua dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Latar belakang pekerjaan orang tua wali murid juga sangat beragam, dimulai dari buruh serabutan, buruh kasar, buruh tetap, pegawai pabrik, PNS, pedagang, petani kecil, sampai dengan TKW/ TKI yang bekerja di Negara lain. Begitu juga tingkat komunitasnya mulai dari daerah komplek perumahan, komplek kodim dan komplek pemda, perkampungan masyarakat pedesaan sampai dengan komunitas perumahan pinggir rel kereta api. Bisa kita bayangkan siswa-siswi SMP N 3 Rangkasbitung yang datang dari masyarakat yang memiliki kondisi sosial budaya dan ekonomi yang sangat beragam, yang akan digembleng dan dididik kearah siswa yang memiliki sifat-sifat sesuai tujuan pendidikan lembaga ini dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam penelitian ini diperoleh responden dari beberapa tokoh masyarakat sekitar sekolah dan pemakai sekolah dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang lingkungan sekolah dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan masyrakat, karana mereka lebih banyak tahu tentang kondisi dan situasi sekolah, mereka sering kesekolah karena anak-anaknyanya juga bersekolah disini, serta mereka juga dekat tempat tinggalnya dengan sekolah yang memungkinkan
251
mereka banyak mengetahui aktifitas-aktifitas anak-anak mereka, bila sedang tidak ada guru di kelas pasti anak-anak gaduh, bila ada siswa yang bolos lewat belakang pasti mereka juga tau, begitu juga bila ada anak yang kesiangan pada hari senin tidak ikut upacara dan mereka nongkrong dibelakang sekolah pasti mereka juga tahu, halhal ini semua menandakan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah, jika ada anak sekolah lain yang bergerombol dibelakang untuk menemui temannya di SMP N 3 Rangkasbitung pastinya mereka juga mengetahui, begitu juga bila ada kegitan extra disore hari juga mereka setidaknya mengetahui karena mereka dekat dengan lingkungan sekolah serta banyak hal lagi yang mereka ketahui tentang sekolah ini. Bagaimana tanggapan, pendapat serta keinginan beberapa tokoh masyarakat sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebagaimana pada tabel berikut dibawah ini: 1) Masyarakat dan lingkungan terutama lingkungan sekolah dan keluarga akan sangat terbantu dengan adanya pelajaran mulok gizi boga dan kesehatan disekolah, serta juga baik pendidik maupun peserta didik sudah berperan aktif dalam menjalankan peran kesehatan (Sukandi, S.Pd, tokoh masyarakat). 2) Kesadaran semua pihak terkait akan kebersihan lingkungn apalagi sekolah, harus lebih ditingkatkan, terutama membuang sampah harus benar-benar pada tempatnya, jangan sampai berserakan kemana-mana sehingga dilingkungan masyarakat akan kotor dan menimbulkan masalah (Drs.Mamad syahrudin, tokoh masyrakat, anggota komite sekolah dan memiliki rumah yang dekat dengan sekolah SMP N 3 Rangkasbitung). 3) Masyarakat kita pada umumnya belum peduli pada makanan sehat dan bergizi, begitu juga dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, maka materi-materi itu perlu diberikan pada anak-anak kita sejak dini ( Drs. H. Madsidi , M.Pd ketua komite sekolah SMP N 3 Rangkasbitung ) 4) Mempersiapkan siswa agar menjadi generasi penerus yang berprestasi, berkwalitas, mampu menjaga dan sadar akan lingkungan hidup sangat penting (Dra. Hj. Erti.R , tokoh pendidikan yang rumahnya dekat dengan SMP N 3 Rangkasbitung).
252
Dari masukan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan yang merupakan representasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut diatas, ternyata bahwa materi-materi tentang gizi, higienis, zat-zat aditif dan perilaku hidup bersih dan sehat serta pendidikan lingkungan hidup sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk pendidikan putra-putrinya yang bersekolah dilembaga ini. Hal manguatkan peneliti untuk memasukkan meteri materi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kondisi sosial budaya masyarakat kearah yang lebih baik kedalam rancangan kurikulum muatan lokal yang sedang peneliti kerjakan.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang saat ini sangat pesat termasuk juga kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi, sangat berpengarauh pada penyebaran informasi dari pengetahuan dan teknologi, hal ini dikatakan juga oleh Syaodih dan Erliany (2009) bahwa: Proses pendidikan yang intinya kurikulum sangat terkait dengan ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi bukan hanya menjadi isi dari kurikulum, tetapi juga penunjang proses pendidikan dan pembelajaran. Isi kurikulum sabyek akdemis atau kurikulum berbasis ilmu (KBI) adalah “ilmu”, terutama ilmu yang bersifat teoritis, sedang isi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah “kompetensi” yang merupakan penguasaan teknologi dan kemampuan menerapkan ilmu. Penyusunan desain kurikulum dan perencanaan program pendidikan yang baik harus didasarkan atas kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip ilmu atau menggunakan
253
model teknologi (system) tertentu, sehingga program desain kurikulum tersebut tersususun secara sistematis, relevan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Selanjutnya kedua Penulis diatas juga mengatakan bahwa “implementasi program pendidikan atau desain kurikulum, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip ilmu serta didukung oleh teknologi yang sesuai, sehingga dapat terlaksana secara efisien dan efektif ”. Sebenarnya teknologi bukan hanya perangkat keras (hardware) dan teknologi tinggi, tetapi teknologi juga mencakup teknologi perangkat lunak atau teknologi system (software technology) dan teknologi perangkat keras (hardware technologi). Dengan kemajuan yang begitu pesat pada bidang teknologi informasi dan komunikasi ini termasuk teknologi software pembelajaran, maka sudah selayaknya guru-guru kita memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi ini untuk memperkaya media dan juga sebagai alat membantu proses pembelajaran termasuk untuk pembelajaran muatan lokal gizi dan makanan serta pendidikan lingkungan hidup.
d. Ketersediaan Berbagai Sumber Daya Sekolah. Adanya ketersediaan berbagai sumber daya, baik sumber daya manusia (SDM), sumber daya alat dan sarana, sumber pendanaan sekolah maupun sumber daya-sumber daya yang lainnya, merupakan syarat penting dan mutlak yang tidak bias diabaikan. Misalkan ketersediaan pengajar/guru yang dapat mengajar mulok gizi boga dan lingkungan hidup yang memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan atau setara dengan yang dipersyaratkan, dari data temuan hasil penelitian yang sudah
254
dipaparkan diatas (pada bagian A) peneliti juga melihat bahwa sekolah SMP N 3 Rangkasbitung memeliki ruang work shop yang memang diperuntukkan untuk laboratorium tata boga dengan perlengkapan tata boga yang dimilikinya seperti kompor gas, kompor minyak tanah, magic warmer, mixer-blender, panci masak, wajan untuk menggoreng, serta alat-alat boga yang lainnya, begitu juga sekolah ini memiliki dua ruang laboratorium IPA yang dapat dimanfaatkan untuk praktekpraktek yang berhubungan dengan pembelajaran lingkungan hidup, memiliki alat untuk membuat pupuk kompos (composer) dengan kapasitas 25 kilogram, sekolah ini juga memiliki lingkungan terbuka dengan luas area 25 % dari luas lokasi Sekolah (luas area tanah sekolah 10.437 meter persegi) yang masih memungkinkan siswa praktek dihalaman terbuka dan membuat kebun sekolah, begitu juga menurut hasil observasi peneliti sekolah ini memiliki rencana anggaran dan kegiatan sekolah (RAKS) yang didalam AKS tersebut terdapat anggaran untuk belanja sarana prasarana kebutuhan praktek pembelajaran, tentunya termasuk juga pembelajaran muatan lokal, serta memiliki fasilitas-fasilitas sarana prasarana lainnya yang sudah disebutkan dalam bagian satu bab empat ini. Sekolah SMP N 3 Rangkasbitung juga sudah memiliki modal awal berupa kurikulum mulok tata boga yang sudah dipaparkan bada bagian satu diatas, serta memiliki guru pengajar tata boga dan keterampilan, walaupun guru tersebut tidak memiliki kwalifikasi sarjana bidang boga, tetapi beliau sudah lama mengajar tata boga, kurikulum muatan lokal yang sudah ini lah yang akan dikembangkan oleh peneliti menjadi suatu kurikulum yang baru yang memperhatikan kebutuhan pendidikan siswa, memperhatikan kebutuhan masyarakat
255
pengguna sekolah ini, memperhatikan pengembangan potensi daerah kabupaten lebak dimana sekolah itu berada, memperhatikan juga perkembangan regional, nasional dan global. Serta kurikulum yang juga mengakses dan menggunakan kemajuan bidang IPTEKS. Dari hasil analisis dan identifikasi ketersediaan berbagai sumber daya sekolah, maka sangat mungkin dan sangat layak jika sekolah ini membuka dan menyelenggarakan program pembelajaran muatan lokalnya dengan memakai kurikulum mulok gizi higienis dan dasar-dasar kesehatan, tata boga dan ragam masakan/panganan serta pendidikan lingkungan hidup, yang didesain khusus untuk rintisan model sekolah sehat (MSS) di SMP N 3 Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
e. Perkembangan dan Kebutuhan Pendidikan Siswa. Kurikulum yang didesain mesti memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dalam perkembangan pribadi siswa yang menjadi subjek dari penerapan kurikulum tersebut, baik kebutuhan biologis (makan dan minum yang bergizi dan higienis), kebutuhan psikologis, kebutuhan sosiologis, kebutuhan intelektual, kebutuhan spiritual maupun kebutuhan ketrampilan dan nilai-nilai untuk membantu perkembangan fisik, mental dan sosial siswa-siswi secara optimal. Sebagai mana juga yang dikatakan Sukmadinata dan Erliany (2009) dalam makalahnya optimalisasi pengembangan KTSP beliau mengtakan bahwa “secara sederhana kita dapat membedakan beberapa aspek utama kepribadian yaitu aspek fisik, motorik, intelektual, sosial dan afektif. Aspek-aspek ini adalah aspek besar yang tebagi lagi atas sub aspek-subaspek yang
256
lebih kecil”. Desain pendidikan yang baik terutama desain kurikulumnya sangat perlu memperhatikan berbagai kebutuhan siswa, baik aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotor. Lebih lanjut sebagaimana yang dituliskan juga Sukmadinata dan Erliany (2009: 2-4) “kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif ada yang bersifat potensial seperti bakat dan kecakapan nyata hasil belajar, seperti bidang fisika, matematika, bahasa dsb” bagaimana dengan perkembangan aspek afektif, mereka keduanya juga mengatakan bahwa : Aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja tengah (usia 15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselang seling dengan rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab berganti dengan kerenggangan dan permusuhan gejolak ini berahir pada masa remaja ahir (usia 18-21 tahun), pada masa remaja ahir ini anak sudah memiliki pendirian dan sikap yang relatif mapan. Bila dianalisis dengan lebih teliti hal-hal yang diinginkan dan diharapkan siswa sebagaimana yang mereka pilih dalam kuesioner adalah sebagai berikut : berdasarkan hasil angket dari 84 responden siswa yang menjadi salah satu subyek penelitian pengembangan desain kurikulum muatan lokal, menunjukkan pada umumnya mereka aktif mengikuti pelajaran mulok tata boga dan mulok lainnya yang ditunjukkan dengan angka responden “ya” 92 % dan hanya sebagian kecil siswa yang kurang senang mengikuti pelajaran mulok tata boga yakni 8%, tetapi semua siswa (100%) mengatakan mereka mendapat manfaat dari pembelajaran muatan lokal tata boga dan pelajaran mulok lainnya. Sedangkan mengenai apakah siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mulok seperti membawa bahan-bahan
257
praktek, merapikan alat-alat setelah praktek, sebagian besar mereka aktif berpartisipasi yakni 92%, sedang yang tidak berpartisipasi hanya 8%. Tentang prilaku siswa membawa sapu tangan atau tisu kesekolah hanya 67% yang suka membawa, yang lainnya 33% tidak suka membawa. Dan siswa yang berprilaku mencuci tangan dulu sebelum makan/jajan disekolah sebagian besar mereka yakni 76 % mencuci tangan sebelum makan sedang siswa yang tidak mencuci tangan dulu sebelum makan sebanyak 24 %. Untuk pertanyaan no.9 sampai dengan no.13 dalam kuesioner, tentang pentingnya materi-materi muatan lokal yang baru akan dimasukkan dalam desain kurikulum, mereka berpendapat sebagai berikut: dalam hal ada materi pelajaran mulok tentang gizi, higienis, zat aditif dan dasar-dasar kesehatan sebagian besar mereka mengatakan sangat perlu mendapatkan materi ini yakni sebesar 95% sedang yang mengatakan tidak perlu hanya seagian kecil saja yakni 5%, karena dalam pertanyaan nomer 11(sebelas) sebagian besar mereka tidak/belum mengetahui materi-materi kandungan zat-zat gizi dalam makanan/jajanan yakni 67%, sehingga mereka memilih perlu mendapatkan informasi materi-materi tersebut, sedangkan yang sudah mengetahu materi tentang kandungan zat-zat gizi dalam makanan baru 33 % siswa saja. Bagaimana tentang materi pelajaran mulok pendidikan lingkungan hidup dan isu-isu pemanasan global, sebagian besar mereka mengatakan materimateri itu perlu dan dibutuhkan yakni 89%, sedang yang merasa materi itu tidak perlu hanya 11% saja. Mengenai materi muatan lokal cara-cara mengawetkan makanan sebagian besar mereka menyatakan sangat memerlukan yakni 92% dan yang mereka
258
mengatakan tidak perlu materi ini sedikit saja hanya 8%. Sedangkan tentang informasi adanya zat-zat tambahan yang berbahaya pada sebagian makanan/jajanan anak mereka yang mengatakan sudah mendapat informasi tentang hal itu sebanyak 76% dan yang belum mendapatkan imformasi materi itu sebesar 24% saja. Dari hasil analisis data ini maka sudah selayaknya dan sepatutnya materi-materi gizi, higienis, zat-zat aditif, isu-isu pemanasan global, lingkungan hidup, serta cara-cara mengawetkan makanan sangat pas dan perlu untuk dimasukkan dalam desain kurikulum muatan lokal yang akan dihasilkan oleh peneliti. Pendapat siswa tentang model sekolah sehat, sebagian besar mereka menyatakan sangat setuju sekolah SMP N 3 Rangkasbitung dijadikan model sekolah sehat yakni 95%, dan mereka yang tidak setuju hanya sedikit sekali yakni 5%, dari data ini menunjukkan bahwa siswa-siswi SMP N 3 Rangkasbitung sangat menginginkan sekolahnya agar tetap melanjutkan rintisan model sekolah sehat dan kalau mungkin benar-benar exis menjadi model sekolah sehat. Adapun hal-hal yang menjadi indicator sekolah sehat sebagaimana digariskan oleh Pusjas Depdiknas bagaimana pendapat dan pandangan siswa sebagai berikut, mengenai ketidak setujuan mereka terhadap ruang kelas dalam keadaan kotor yakni 92%, yang setuju berarti hanya 8% saja (barang kali mereka salah memilih atau salah persepsi mereka), dalam hal kebersihan lingkungan dan kebersihan wc mereka sangat tidak setuju jika dibiarkan tempat-tempat itu kotor
yakni 80% mereka tidak setuju kalau kedua
ruangan itu kotor, mengenai sikap siswa untuk hemat menggunakan air, mereka setuju untuk berhemat sebesar 75%, yang tidak suka berhemat berarti 25%.
259
Mengenai prilaku menutup mulut saat batuk atau bersin 89% melakukannya, sedang 11% tidak melakukannya. Tentang sikap mengajak siswa lain untuk membersihkan lingkungan sekolah walau tanpa diperintahkan oleh guru, rata-rata sikap mereka setuju yakni diatas 84%, sedang yang tidak mau hanya 16%. Sedangkan sikap siswa tentang penjagaan lingkungan, sikap rajin memelihara tanaman sebagian besar mereka setuju yakni diatas 76%, dan yang tidak melakukannya kurang dari 24% saja. Sedangkan sikap terhadap hal-hal yang merusak lingkungan, merusak tanaman, sebagian besar mereka tidak setuju yakni diatas 68%, walau hal itu dilakukan untuk motip ekonomi sekalipun, sedang yang setuju hanyan kurang dari 32%. Dari hasil angket kepada 84 orang siswa yang mewakili suara/pendapat 803 orang siswa SMP N 3 Rangkasbitung, yang diminta masukannya tentang kebutuhankebutuhan pendidikan dan pembelajaran mereka serta keinginan-keinginan mereka dari adanya rintisan model sekolah sehat sebagian besar siswa menyatakan setuju sekolahnya dijadikan rintisan model sekolah sehat, begitu juga sebagian besar mereka setuju adanya tambahan materi-materi kurikulum muatan lokal gizi, higienis, zat aditif serta pendidikan lingkungan hidup selain materi muatan lokal yang sudah ada yakni materi tata boga yang sudah mereka pelajari. Hasil analisis dari hasil angket siswa, dapat peneliti kelompokkan kedalam tiga kelompok sebagaimana tertera dibawah ini, bahwa siswa-siswi SMP N 3 Rangkasbitung menghendaki : Untuk bidang pengetahuan/kognitif, hasil penelitian sebagai berikut:
260
1) Siswa di lembaga ini menghendaki tetap dipertahankan dan dilanjutkannya rintisan model sekolah sehat untuk disekolahnya, siswa yang menghendakinya 92 % dari responden. Yang tidak memilih hanya 8 % saja. 2) Mereka menyatakan “membutuhkan pembelajaran muatan lokal tentang gizi, higienis, dan dasar-dasar kesehatan”, dengan responden 95 % siswa, berarti siswa yang tidak membutuhkan hanya 5 %. 3) Siswa juga menyatakan bahwa mereka memerlukan pendidikan lingkungan hidup serta isu-isu pemanasan global, dengan responden 89 % siswa menghendaki materi itu. Sedangkan yang mengatakan tidak hanya 11% 4) Mereka memerlukan “pengetahuan dan ketrampilan cara-cara mengawetkan makanan dengan zat-zat aditif yang tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh”, 92 % dari responden menghendakinya. Ini berarti siswa yang tidak menghendaki hanya 8 % saja. 5) Tentang “informasi dan pengetahuan zat-zat aditif dan zat-zat tambahan yang berbahaya kedalam makanan/jajanan anak”, 73 % siswa responden menyatakan “ya” memerlukan informasi dan pengetahuan tentang itu, sedang 23 % tidak memerlukan pengetahuan tentang hal itu. Dari hasil analisis dan identifikasi pernyataan siswa sebagai responden, pada pernyataan nomer 2 sampai dengan nomer 5 diatas menunjukkan bahwa rata-rata 90 % siswa SMP N 3 Rangkasbitung membutuhkan materi pengetahuan tentang gizi, higienis, zat aditif, dasar-dasar kesehatan, pendidikan lingkungan hidup dan isu-isu pemanasan global. Karena sebagian besar siswa menyatakan membutuhkan materi-
261
materi ini, yang dibuktikan dari hasil analisis kebutuhan pendidikan siswa yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti berkesimpulan betapa perlunya dalam pengembngan memasukkan dan menjadikan materi-materi diatas kedalam desain isi/materi kurikulum muatan lokal yang diperuntukkan bagi siswa lembaga Pendidikan SMP N 3 Rangkasbitung Untuk bidang ketrampilan, hasil-hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: 1) Siswa dapat memasak berbagai masakan khas sunda , masakan khas jawa, masakan khas banten, mereka menyatakan dapat dan biasa hanya 56 % , kondisi ini berarti siswa SMP N 3 Rangkasbitung perlu diberikan ketrampilan-ketrampilan tentang tata boga dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, yang mereka belum kuasai. 2) Mereka pernah dan biasa memasak masakan popular yang biasa kita temukan dikedai-kedai makanan di daerah Banten, mereka yang menyatakan dapat hanya 56 % saja, sisanya berarti mereka tidak bisa memasak masakan popular daerah Banten sebesar 44 %, karena itu mereka perlu diberikan ketrampilanketrampilan dasar tentang hal-hal cara memasak dan mengolah masakan has Banten . 3) Sedangkan untuk membuat minuman jus dari berbagai buahan, mereka yang menyatakan dapat adalah 82 % dari siswa responden , berarti yang tidak bias hanya 18 % saja, sebatas mana kemampuan mereka ini perlu pembuktian di ruang ketrampilan tempat mereka praktek.
262
4) Mereka menyatakan dapat membuat pupuk kompos secara sederhana dari sisa tanaman dan sisa tumbuhan, mereka yang menyatakan dapat 67 % dari siswa responden, berarti yang tidak dapat/tidak mampu sebanyak 33 % siswa, siswa yang mampu dapat memberikan contoh pembuatan kompos secara sederhana, disinilah peran guru sebagai fasilitator, dan siswa yang belum bisa dia mesti dibelajarkan. 5) Bisakah siswa menanam tanaman bunga atau tanaman-tanaman hias dalam pot secara baik, 96 % siswa responden menyatakan “ya “ dapat, ini berarti sekolah tinggal mengerakkan siswa menggunakan ketrampilan dasar yang sudah dimiliki untuk mereka praktek membuat tanaman di pot penghias kelas/sekolah. Dari hasil analisis dan identifikasi diatas untuk ketrampilan-ketrampilan yang disebutkan pada nomer satu, nomer dua, dan nomer empat diatas maka dipandang perlu siswa-siswi SMP N 3 Rangkasbitung dibekali ketrampilan-ketrampilan yang sudah disebutkan tadi dalam menseting desain pembelajaran muatan lokalnya, sehingga mereka kompeten pada ketrampilan itu, sedang untuk ketrampilan membuat jus dari buahan-buahan dan membuat tanaman di pot, mereka tidak perlu diajarkan, karena mereka sudah dapat dengan responden yang menyatakan ‘ya” mereka dapat/bisa diatas 82 % . Untuk mengetahui sikap dan nilai mereka dapat kita ketahui melalui kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan antara lain:
263
1) Apakah siswa kesekolah senantiasa membawa sapu tangan atau tisu atau handuk kecil untuk melap keringat demi kebersihan, mereka menyatakan “ya” sebesar 67% dari siswa responden, yang tidak berarti cukup besar yaitu 33%. 2) Siswa lebih memilih air putih/air bening ketimbang air es atau teh botol setelah makan atau jajan disekolah, sebesar 57 % , berarti masih 43 % siswa memilih minum air es atau teh botol setelah makan, padahal sikap ini kurang baik bagi dirinya bila ditinjau dari segi kesehatan. 3) Siswa sering mencuci tangan lebih dahulu sebelum makan/jajan disekolah, mereka yang menyatakan “ya” sebesar 76 % , berarti masih ada 24 % yang belum terbiasa mencuci tangan sebelum makan, siswa-siswi inilah yang akan dirubah prilakunya dengan pembelajaran dasar-dasar kesehatan, pada pelajaran mulok. 4) Kebanyakan siswa setuju pemusnahan sampah dengan cara dibakar, yaitu sebesar 64 %, dan masih ada 36 % siswa tidak setuju cara itu, untuk memusnahkan sampah. Disinilah peran pembelajaran pendidikan lingkungan hidup, diharapkan dapat membekali pemahaman mereka yang belum menyadari tentang bahaya polusi udara bila sampah dimusnahkan dengan cara dibakar. 5) Sebagian besar siswa tidak setuju penggalian barang tambang yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem, walau dilakuakn untuk alasan ekonomi sekalipun, yakni sebesar 67% dari responden, ini berarti hati nurani siswa menghendaki lingkungan hidup yang seimbang, selaras, asri, nyaman dan aman. Berarti masih ada 33 % siswa yang perlu di berikan wawasan pendidikan
264
lingkungan hidup sehingga mereka sadar akan pentingnya pembangunan yang berwawasan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Dari hasil analisis dan identifikasi tentang sikap siswa, ternyata masih cukup besar prosentase siswa yang belum memiliki sikap dan prilaku sesuai dengan indikator-indikator yang digariskan dalam standar rintisan model sekolah sehat, hal ini mengisyaratkan sekolah untuk lebih serius dalam merubah sikap dan prilaku siswa SMP N 3 Rangkasbitung, melalui proses pembelajaran yang didesain dalam kurikulum muatan lokal maupun proses-proses pembiasaan yang dilakukan disekolah baik dalam intrakurikuler maupun dalam extrakurikuler.
2.
Unsur-Unsur yang
Terlibat, Indicator
Keberhasilan
dan
Strategi
Pengembangan Desain Kurikulum Mulok. Adapun unsur-unsur yang terlibat dan dilibatkan oleh peneliti selama penelitian adalah sebagaimana sudah sebagian disebutkan
proses
diatas, namun secara
lengkapnya adalah sebagai berikut: 1) Siswa-siswi SMP N 3 Rangkasbitung 2) Guru-guru sekolah ini terutama guru tata boga, guru pengelola bidang kurikulum, guru penjasorkes, guru-guru dalam tim pelaksana Rintisan model sekolah sehat 3) Kepala sekolah SMP N 3 Rangkasbitung 4) Ahli kesehatan/dokter puskesmas Cisalam Rangkasbitung beserta staf 5) Akhli kurikulum UPI, terutama dosen pembimbing kami.
265
6) Ahli
lingkungan hidup pada Dinas kebersihan dan Lingkungan Hidup
Kabupaten Lebak 7) Ahli gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak 8) Ahli memasak/ ahli tata boga di Rangkasbitung 9) Tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan 10) Komite sekolah SMP N 3 Rangkasbitung 11) Tim Pengembang Kurikulum Kabupaten Lebak 12) BAPPEDA Kabupaten Lebak ( data pengembngan dan potensi daerah) Adapun
indikator-indikator
keberhasilan
dalam
pengembangan
desain
kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan ini, jika memenuhi kriteria yang peneliti telah tetapkan sebagai berikut dibawah ini: 1) Terwujudnya dokumen kurikulum mutan lokal yang baru yaitu “kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan beserta rancangan alokasi waktu. 2) Siswa lebih memahami, mengerti dan menguasai materi-materi yang terdapat dalam desain kurikulum mulok yang baru serta menerapkan dalam keseharian mereka (Prestasi akademis pelajaran ini meningkat). 3) Kompetensi siswa meningkat terutanma hal –hal yang berkenaan dengan ketrampilan dan sikap/nilai. 4) Lingkungan sekolah menjadi lebih baik, lebih bersih, indah dan asri. Sedangkan strategi-strategi yang peneliti lakukan agar rekayasa untuk mendesain kurikulum mutan lokal ini berhasil dengan baik, waktu yang relatif tidak
266
terlalu panjang, effisiensi dalam pendanaan serata draf kurikulum muatan lokal yang dihasilkan bagus dan sesuai dengan rintisan model sekolah sehat, sebagai berikut: 1) Penyusunan draf kurikulum dengan mengadopsi dari kurikulum yang sudah ada, yang ada disekolah, atau dari sekolah lain. 2) Melibatkan pihak sekolah (kepsek, guru dan siswa) yang lebih banyak kepentingannya, karena hasil desain kurikulum muatan lokal tersebut akan dipakai oleh pihak sekolah. 3) Melibatkan instansi dari luar Dinas Pendidikan, Karena mereka lebih faham tentang materi tertentu, sehingga desain kurikulum yang dihasilkan lebih komprehensif. 4) Melibatkan dosen pada jurusan Pengembangan Kurikulum dan dosen pembimbing dalam membantu mendesain kurikulum muatan lokal ini. 5) Rancangan kurikulum yang peneliti kembangkan, sebatas mendesain dalam hal, Kompetensi Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Materi-materi Pokok serta Alokasi waktunya.
C. Pembahasan Analisis Hasil Penelitian Secara konseptual ”kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat”, definisi ini sering dilupakan orang padahal kurikulum dalam pengertian ini teramat penting ketika proses pengembangan kurikulum akan dimulai (Hasan,2007). Lebih lanjut beliau mengatakan
bahwa
”Pengertian
kurikulum
ini
sangat
fundamental
dan
267
menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu proses pendidikan. ketika kurikulum dianggap sebagai ”the heart of education”
maka jantung
pendidikan ini harus dapat diletakkan pada posisi sesungguhnya”. Pemahaman yang jelas dan soheh tentang kurikulum ini bukan hanya bagi guru dan tenaga kependidikan tetapi juga bagi yang lainnya mutlak diperlukan, sebab kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaran proses pembelajaran. Dengan demikian konsep kurikulum yang kita ketahui akan mempengaruhi proses pembelajaran yang kita lakukan bersama siswa disekolah. Lebih jauh tentang kurikulum dan pengembangan kurikulum, Syaodih dan Erliany (2009) mengatakan bahwa ”kurikulum merupakan suatu rancangan untuk membantu pengembangan peserta didik bagi tugas dan kehidupannya dimasa kini dan yang akan datang” maka itu dalam pengembangan kurikulum juga harus disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, karena kehidupan masyarakat selalu berubah dan berkembang. 1. Pengembangan Draf Kurikulum Muatan Lokal Apabila kita akan mengembangkan kurikulum mesti melalui beberata tahapan yang dipersyaratkan untuk hal itu, sebagaimana yang dikatakan Sukmadinata dan Erliany dalam makalahnya pada seminar tentang ”optimalisasi potensi daerah dalam pengembangan KTSP berkwalitas Nasional dan Global (2009) adalah sebagai berikut: Ada beberapa tahapan yang harus ditempuh dalam pengembangakurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik dan masyarakat yaiti: (1) analisis kebutuhan, (2) penyusunan draf
268
kurikulum, (3) uji coba draf kurikulum, (4) penyempurnaan kurikulum, (5) implementasi kurikulum dan (6) evaluasi kurikulum. Dikarenakan beberapa keterbatasan yang sulit untuk diatasi peneliti pada tahapan studi saat ini, maka pada kesempatan penelitian kali ini peneliti insyaAlloh akan melalui langkah kesatu sampai ke empat, sedangkan untuk dua langkah berikutnya insyAlloh akan peneliti lakukan dikesempatan yang lain. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal menjadi desain kurikulum yang baru yaitu kurikulum mulok gizi boga dan lingkungan ini peneliti dibantu oloh guru-guru muatan lokal dari beberapa sekolah, Tim Pengembang Kurikulum Kabupaten Lebak dan empat orang Konsultan ahli yaitu ahli kesehatan (dokter), ahli gizi, ahli lingkungan hidup dan ahli boga/ memasak. Pengembangan kurikulum dengan model seperti ini menurut Sukmadinata (2009) memiliki beberapa kelebihan sebagai mana yang dikatakannya bahwa: ”Kurikulum menjadi lebih bermakna, karena bertolak dari situasi dan kondisi setempat dan diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan, tuntutan dan perkembangan setempat”. Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan (KTSP) akan menghasilkan desain kurikulum yang beragam, tetapi lebih mudah difahami, dikuasai dan dilaksanakan oleh guru, sebab mereka sendiri yang mengembangkannya, minimal ikut serta dalam pengembangannya, dan mereka juga yang mengimplementasikan di sekolah. Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan memiliki beberapa kebaikan atau kelebihan dan juga beberapa kelemahan dan kekurangan. Kebaikan atau kelebihannya adalah: (1) kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan perkembangan satuan pendidikan dan masyarakat setempat, sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung dapat membantu perkembangan masyarakat; (2) lebih mudah dilaksanakan karena desain
269
kurikulum disusun oleh guru-guru sendiri dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung pelaksanaannya yang ada di sekolah dan masyarakat sekitar. Dan untuk alur kegiatan yang akan ditempuh peneliti selama pengembangan desain kurikulum ini dilakukan dalam tiga tahapan, dimulai dari tahapan I yaitu studi pendahuluan, kegiatannya terdiri atas (a) studi literature meliputi teori-teori yang relevan dan hasil-hasil penelitian terdahulu
dan (b) studi lapangan meliputi
wawancara dengan berbagai tokoh/para ahli dan pengamatan langsung kondisi faktual dan aktual lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat serta menyebar angket kepada siswa, pada tahap kesatu ini dihasilkan kajian-kajian pustaka dan hasil studi lapangan. Setelah usai kegitan-kegiatan pada tahap satu, dilanjutkan ketahapan II yaitu perencanaan dan penyusunan draf desain kurikulum muatan lokal, tahapan ini terdiri atas (a) analisis dan identifikasi berbagai kebutuhan, penetapan KMP, SK, KD dan penetapan materi pokok kurikulum beserta pengemasan desain kurikulum dan pembuatan draf kurikulum (b) proses validasi kurikulum oleh berbagai pakar seperti yang sudah dijelas pada bahasan lebih dahulu dan revisinya , pada tahapan kedua ini produk yang dihasilkan adalah ”Draf Kurikulum Muatan Lokal gizi boga dan lingkungan” Dan diahiri pada tahapan III yaitu uji model draf desain kurikulum mulok, yang kegitannya meliputi (a) uji ahli dan (b) uji lapangan. Pada tahap ahir ini dihasilkan seperangkat ”Desain Kurikulum Mulok SMP N 3 Rangkasbitung” mata pelajaran gizi dan makanan serta pendidikan lingkungan hidup yang telah direvisi ulang . Alur selengkapnya yang peneliti lakukan dapat kita lihat pada bagan seperti dibawah ini
270
Studi literature : Teori yang relevan Hasil penelitian terdahulu Studi Pendahuluan (Tahap I )
Perencanaan Dan Penyusunan Draf Desain Kurikulum Muatan Lokal ( Tahap II) (Tahap II )
Studi Lapangan -Wawancara dengan Tokoh pendidikan Tokoh masyarakat Komite sekolah - Pengamatan kondisi Aktual & faktual sekolah Angket siswa Masyarakat sekitar sekolah Kondisi umum daerah Lebak Draf desain kurikulum -Analisis dan identifikasi berbagai kebutuhan - MenetapkanKMP,tujuan (SKKD) - Analisis materi-materi pokok - Menetapkan draf desain kurikulum berdasar hal-hal diatas - Mengemas desain kurikulum
Hasil Kajian Pustaka Dan Studi Lapangan
Draf awal desain kurikulum mulok yang siap di uji coba/ uji ahli
Evaluasi / Validasi - Pakar Kurikulum dan pendidikan - Pakar kesehatan/gizi, Ahli lingkungan hidup dan Ahli boga - TPK Kabupaten Lebak
Uji Model Draf Desain Kurikulum Muatan Lokal (Tahap III )
Uji Ahli/ Teknik Delphi Draf desain kurikulum tervalidasi Revisi oleh peneliti Evaluasi kembali oleh ahli Refleksi dan revisi oleh peneliti Uji coba lapangan dengan seminar/panel Desain yang sudah diperbaiki Pendapat para pengajar, pengembang kurikulum dalam seminar kecil Refleksi dan Revisi desain sampai final
Desain kurikulum muatan lokal SMP N 3 Rangkasbitung. (produk desain kurikulum mulok yang telah direvisi ulang)
Bagan 4.1 Alur Pengembangan Desain Kurikulum mulok ( Adopsi dari Aisa Abas 2009:58)
271
a. Pengembangan Materi/Isi Kurikulum Muatan Lokal Deskripsi mengenai materi-materi dalam desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan dilakukan dengan berpatokan pada langkah-langkah dan hal-hal sebagai berikut; 1) identifikasi materi-materi penting dan esensial, 2) penetapan materi-materi pokok, 3) pengemasan materi dalam draf desain kurikulum, 4) konsultasi dan penilaian draf desain kurikulum oleh para ahli, 5) revisi draf desain kurikulum oleh peneliti, 6) validasi draf desain kurikulum oleh ahli, 7) revisi ulang draf desain kurikulum muatan lokal oleh peneliti, 8) seminar kecil guru-guru muatan lokal dan TPK Kabupaten bersama peneliti, 9) penetapan bentuk ahir kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan. Pedoman pengembangan tujuan dan materi kurikulum muatan lokal telah digariskan oleh BSNP Depdiknas sebagaimana yang tertuang dalam panduan penyusunan KTSP adalah sebagai berikut: Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran ketrampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk tiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sedangkan isi/ materi kurikulum Sebagaimana pendapat Hyman (Zais, 1976: 324) mendefinisikan “contens” adalah knowledge (i.e., facts, explanations, principles, definitions), skills and processes (i.e., reading, writing, caculating, dancing, critical thinking decision making, communicating), and values (i.e., the beliefs about matters concerned with good and bad, right and wrong, beautiful and ugly). Hal ini sesuai
272
dan sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2004:127) tentang isi kurikulum "bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi terpilih. tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya". Banyak hal yang dapat dijadikan isi dari kurikulum, "asal memenuhi kreteria-kreteria signifikansi, kegunaan, minat, dan perkembangan manusia" (Zais, 1976:343). Menurut Nasution (2005) bahwa: Untuk menentukan isi dalam pengembangan kurikulum pada hakekatnya dapat diperoleh dari tiga sumber yaitu: (a) masyarakat dan kebudayaan, (b) anak dengan minat dan kebutuhannya, (c) dan pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh umat manusia sebagai hasil pengalaman dan telah disusun secara sistimatis oleh para ilmuan dalam sejumlah disiplin ilmu" (Nasution, 2005:65). Dalam melakukan identifikasi materi-materi penting dan esensial mulok gizi hygienis dan zat aditif , yang dikembangkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) mata pelajaran dalam kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan ini dilakukan pengkajian terhadap pengetahuan tentang gizi, higienis, macam-macam zat aditif dan dasar-dasar kesehatan untuk materi pelajaran kelas 9, peneliti meminta masukan dan pendapat dari responden pakar kesehatan/dokter, kepala puskesmas atau bagian puskesmas yang membidangi masalah-masalah gizi, kesehatan anak sekolah dan pembinaan UKS, serta ahli gizi dari dinas kesehata kabupaten, sebagian besar para ahli setuju dengan materi-materi ini sebagaimana beberapa pernyataan mereka dibawah ini: Materi-materi ini cocok untuk diberikan, karena pelajaran tersebut akan membentuk pola hidup sehat anak sejak dini, dengan pengenalan dan
273
pemahaman sejak dini diharapkan akan membentuk prilaku sehat di usia dewasa, begitu juga prestasi belajar anak sangat berkaitan dan berbanding lurus dengan kesehatan anak” (Budi Mulyanto dokter puskesmas Kecamatan Rangkasbitung) Materi ini (gizi, higienis, zat aditif dan dasar-dasar kesehatan)dapat menjadi pegangan bagi siswa dalam memilih pangan yang patut dikonsumsi dan menghindari makan/pangan jajanan yang tidak bermanfaat bagi mereka. Dengan pengenalan dan pemahaman sejak dini diharapkan mereka terbiasa melakukan pola hidup sehat hingga mereka dewasa” (Tata Sudita. M.Kes kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak). Masyarakat kita pada umumnya belum peduli pada makanan sehat dan bergizi, begitu juga dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, maka materimateri itu perlu diberikan pada anak-anak kita sejak dini ( Drs. H. Madsidi , M.Pd, ketua komite sekolah SMP N 3 Rangkasbitung )
Untuk pengembangan dan pengemasan materi muatan lokal tata boga meliputi ragam pangan dan cara pengolahannya , ragam masakan dan cara memasaknya, macam-macam cara menghidangkan makanan, ragam minuman dan aneka jus serta macam-macam cara pengawetan makanan/pangan serta pengemasan makanan yang aman, maka untuk pengembangan dan pengemasan materi pelajaran muatan lokal pada kelas 8 ini, peneliti meminta pendapat/ saran dua orang nara sumber sebagai mana yang sudah dijeskan diatas serta memilih dan mempertimbangkan dari dokumen-dokumen sejenis yang sudah ada yang telah peneliti paparkan pada bagian pertama bab ini, serta pada dokumen mulok tata boga milik sekolah lain. Adapun saran dan pendapat nara sumber tentang muatan lokal tata boga antara lain seperti dibawah ini:
274
Materi gizi boga dan lingkungan akan saling mendukung dan melengkapi, kalau selama ini masih pada tampilan fisik siswa, akan lebih komprehensip mereka menerima pendidikan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan pengolahan makanan sehat dan bergizi” ( Drs. H. Madsidi, M. Pd mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak). Berbisnis dan bekerja dibidang boga tidak akan surut dan bangkrut selama ada mulut-mulut yang terus bertambah jumlahnya (maksudnya jumlah penduduk yang terus bertambah), jika siswa kita diberikan pengetahuan dan ketrampilan dibidang boga serta mereka dilatih untuk mengolah dan memasaknya sampai mereka menekuni dan punya keahlian dibidang ini, maka kelak mereka tidak akan susah hidupnya, asal mereka mau”(Waryuni Ayuningsih A.Md Kom). Dengan mereka belajar dan berlatih untuk memilih dan memasak sendiri panganan khas Kabupaten Lebak/ Banten, diharapkan kelak mereka terjun dimasyarakat dapat mengunakan ketrampilan dan pengetahuan tersebut untuk dapat kompetitif dan sukses didalam menjalani kehidupannya”(Erti Rudiyati tokoh masyarakat dilingkungan sekolah) Begitu juga dalam pengemasan materi-materi pendidikan lingkungan hidup yang dikembangkan dari SKKDnya, mulai dari konsep dasar lingkungan hidup, nilainilai kebersihan dan keindahan dirumah, disekolah, dan dilingkungan masyarakat, mengetahui konsep pembibitan dan praktek cara pembibitan tanaman sampai praktek penanaman pohon dilingkungan sekolah dan ligkungan rumah, cara pembutan kompos yang memanfaatkan sampah organik serta isu-isu pencemaran dan pemanasan global beserta cara penanggulangannya sebagai bahan materi pelajaran muatan lokal untuk kelas 7 ini, peneliti meminta masukan pendapat serta dokumen dari BAPPEDA Kabupaten Lebak, dari tokoh masyarakat lingkungan sekolah dan dari Dinas kebersihan dan lingkungan hidup Kabupaten Lebak, sebagaimana sebagian pendapat dan sarannya dibawah ini :
275
Selama ini terkesan dunia pendidikan tidak berkaitan dengan lingkungan sehingga prilaku siswa tidak menghargai lingkungan seolah menjadi hal yang biasa. Materi ini diharapkan menumbuhkan kesadaran dan sikap siswa untuk menjaga lingkungan sejak dini” (Drs Mamad Syahrudin tokoh masyrakat Desa Jatimulya dan memiliki rumah yang relative dekat dengan sekolah SMP N 3 Rangkasbitung). Dengan pemberian materi pendidikan lingkungan merupakan salah satu kegiatan dalam mencapai sasaran kondisi sekolah, kondisi masyarakat lingkungan sekolah, dan lingkungan sekolah menjadi lebih baik. Materi pendidikan lingkungan hidup dapat menjadi bekal pengetahuan yang spesifik bagi setiap siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Materi lingkungan hidup dapat lebih menumbuhkan sikap kepedulian akan kondisi daya dukung lingkungan yang semakin hari mengalami degradasi dan deplesi , yang pada gilirannya dapat menumbuhkan perilaku bijak dalam memperlakukan dan memanfaatkan sumber daya alam”. ( Cecep Hidayaturrohman, SKM, MM. Kasi Penataan dan Komunikasi Lingkungan di Kabupaten Lebak) Peneliti juga mempelajari dan meneliti dokumen yang sudah ada antara lain: Pedoman Pembinaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Sekolah (Depdikbud 1997) dan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk Guru SMP (Depdikbud 1996) serta Garis-garis besar isi materi pendidikan lingkungan hidup (Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2008) serta dokumen-dokumen lainnya tentang lingkungan hidup. Seluruh kegiatan pengkajian ini dimaksudkan untuk dapat memasukkan materi-materi tersebut diatas kedalam desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan, sebagai bahan yang akan dipelajari semua siswa pada mata pelajaran muatan lokal di SMP N 3 Rangkasbitung yang merupakan sekolah berbasis model sekolah sehat. Begitu juga peneliti mempertimbangkan pendapat dan saran dalam pengembangan
276
SK dan KD pada desain kurikulum muatan lokal yang dikemukakan oleh Muhaimin (2007) yang mengatakan sebagai berikut: “Bahwa sekolah harus memilih muatan lokal yang tepat dalam upaya sekolah mencapai visi dan memiliki keunggulan kompetitif, pemilihan muatan lokal dapat dilakukan oleh menejemen sekolah dengan mendasarkan dari berbagai masukan dari stakeholders sekolah. Pemilihan muatan lokal oleh sekolah harus dilakukan secara terencana dengan komitmen yang baik sehingga program muatan lokal tersebut masuk ke dalam rencana operasional sekolah”. Selanjutnya Muhaimin, dkk mengatakan
bahwa pemilihan muatan lokal untuk
dimasukkan dalam kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : a) menganalisis
kelayakan
dan
relevansi
penerapan
muatan
lokal
dimadrasah/sekolah, b) jika layak maka mulok tersebut kemudian dikembangkan ke dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal, c) jika tidak sesuai maka sekolah dapat mengembangkan lagi muatan lokal baru yang lebih sesuai atau melaksanakan muatan lokal bersama dengan sekolah lain untuk menyelenggarakan muatan lokal yang ditawarkan oleh departemen/dinas pendidikan.
Muhaemin, dkk juga menuliskan bahwa untuk mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada kurikulum Muatan Lokal dilaksanakan denga cara : 1) mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah, 2) menentukan fungsi dan susunan atau komposisi mulok, 3) mengidentifikasi bahan kajian mulok, 4) menentukan mata pelajaran mulok, 5) mengembangkan SK dan KD beserta silabusnya.
277
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan diatas itulah yang peneliti lakukan untuk membuat desain kurikulum muatan lokal gizi makanan dan lingkungan untuk sekolah rintisan model sekolah sehat SMP N 3 Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
b. Penetapan SKKD dalam Desain Kurikulum Muatan Lokal Pengkajian terhadap pengetahuan tentang gizi higienis dan dasar-dasar kesehatan, boga ragam pangan dan ragam masakan serta materi-materi pendidikan lingkungan hidup digunakan sebagai bahan pijakan untuk dapat memasukkan materimateri tersebut diatas kedalam desain kurikulum muatan lokal yang akan dipelajari semua siswa pada mata pelajaran muatan lokal di SMP N 3 Rangkasbitung, baik untuk tingkat kelas tujuh, untuk tingkat kelas delapan dan untuk tingkat kelas sembilan pada sekolah yang merupakan model sekolah sehat. Penelusuran untuk menjaring materi-materi gizi boga dan lingkungan kedalam kurikulum muatan lokal, peneliti melakukan dengan cara ilmiah seperti yang dilakukan sebelumnya yakni melalui wawancara dengan para ahli gizi, ahli kesehatan, pakar pendidik, tokoh masyarakat, ahli boga, guru pengajar tata boga serta tim pengembang kurikulum Kabupaten Lebak, dan pakar kurikulum di UPI selain itu juga peneliti melakukan penelusuran dokumen-dokumen berupa tulisan yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan kurikulum khususnya tentang kriteria pemilihan materi bahan ajar serta penulusuran dokumen kurikulum mulok yang sudah ada yang telah penulis paparkan pada poin satu diatas yang sekarang sedang berjalan di SMP N 3
278
Rangkasbitung dan dokumen-dokumen kurikulum mulok di beberapa sekolah serta berbagai buku pedoman penyusunan KTSP dan buku pedoman pendidikan lingkungan hidup disekolah. Tujuan diadakan dan diselenggarakannya kurikulum muatan lokal sebagaimana menurut BSNP Depdiknas adalah untuk “memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan, prilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku didaerahnya dan mempersiapkan diri untuk mendukung keberlangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional”. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa secara khusus tujuan kurikulum muatan lokal agar peserta didik dapat: 1) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya. 2) Memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. 3) Memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku didaerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional 4) Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada dimasyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya (Depdiknas : 2006) Untuk mengembangkan desain kurikulum muatan lokal peneliti juga mempertimbangkan berbagai aspek, saran dan pendapat yang peneliti dapatkan selama mengikuti perkuliahan di jurusan pengembangan kurikulum (PK) ini, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Sukmadinata dan Erliany (2009) yang
279
mengatakan bahwa “ kurikulum dapat berisi muatan lokal, muatan nasional maupun global. Kurikulum muatan lokal bukan hanya dapat memberikan keistimewaankeistimewaan dan keunggulan lokal, tetapi juga pengembangan kebutuhan dan perkembangan potensi lokal”. Sedangkan dilain sisi tujuan dikembangkannya kurikulum muatan lokal menurut Dakir. H (2004) adalah “agar peserta didik memiliki hal-hal sebagaiman tersebut dibawah ini: 1) berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah disamping sopan santun nasional. 2) berkpribadian, punya jati diri, punya kepribadian daerah disamping kepribadian nasional. 3) mandiri, dapat mencukupi diri sendiri tanpa bantuan orang lain 4) trampil, menguasai segi-segi pendidikan kecakapan keluarga didaerahnya. 5) beretos kerja, cinta akan kerja, hingga dapat dengan baik menggunakan waktu luangnya. 6) profesional, dapat mengerjakan kerajinan yang khas daerahnya, misal membatik, anyaman, dan lain-lain. 7) produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen. 8) sehat jasmani dan rohani, karena suka bekerja dengan sendirinya akan mereka akan sehat jasmani dan rohani. 9) cinta lingkungan, karena memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan maka dengan sendirinya akan cinta lingkungan yang ahirnya akan cinta tanah air dan alamnya. 10) kreatif dan inovatif untuk hidup, karena tidak menyia-nyiakan waktu luang, yang bersangkutan akan tertata waktunya, dapat rizki, akibatnya menjadi orang yang ulet, tekun, rajin dan sebagainya. 11) rasa cinta terhadap budaya daerah dan tahnah air tercinta Indonesia. Dengan hal-hal tersebut diatas maka sudah bulat tekad peneliti untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal tata boga menjadi sebuah kurikulum baru dan mendesain ulang kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan yang lebih
280
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pendidikan siswa-siswi pelajar SMP N 3 Rangkasbitung yang merupakan rintisan model sekolah sehat, yang lebih sesuai dan lebih pas deangan kebutuhan dan perkembangan lingkungan masyarakat sekitar sekolah yang mempercayakan sekolah ini untuk mendidikdan menggembleng anakanak mereka , yang lebih sesuai dengan kondisi sosial budaya daerah Kabupaten Lebak dan Wilayah Banten yang masih memiliki budaya masyarakat tersendiri yaitu komunitas Baduy dan adat-istiadat yang lainnya, serta budaya-budaya religius yang terkenal dari wilayah Banten, yang lebih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serat perkembangan Nasional dan arus global. Dan menurut Sukmadinata (2009) mengatakan bahwa: Dalam (School based curriculum depelopement) SBCD atau KTSP pengembangan kurikulum dapat mencakup seluruh komponen kurikulum atau hanya sebagian komponen saja. Penyusunannya dapat dilakukan hanya oleh seorang, sekelompok atau seluruh guru dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-program satuan pendidikan dan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan dan masyarakat sekitarnya. KTSP merupakan pengembangan kurikulum yang berbeda dengan pengembangan kurikulum birokratis (mengikuti gagasan, konsep pemegang kebijakan, hierarkis dari SD sampai perguruan tinggi).
Sedangkan ide pokok yang dijadikan landasan dalam pengembangan kurikulum muatan lokal di SMP N 3 Rangkasbitung, peneliti sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Muhaemin, dkk (2007) dalam bukunya Ia menululiskan bahwa dalam menyusun dokumen KTSP dan pengembangan macam-macam kurikulum muatan lokal, sekurang kurangnya mencerminkan hal-hal sebagai berikut: 1) pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah,
281
2) macam-macam muatan lokal mencerminkan pengembangan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah dan sekolah. 3) mengembangkan rasional tentang pentingnya muatan lokal tersebut bagi daya saing sekolah/madrasah, 4) menjelaskan bahwa sumber daya yang ada disekolah/madrasah memenuhi syarat untuk menyelenggarakan muatan lokal tersebut, 5) ada muatan lokal yang dikembangkan, 6) memaparkan silabus muatan lokal yang diselenggarakan , 7) ada kejelasan model pelaksanaan dan penilaiannya. Dalam pengembangan desain kurikulum mulok gizi boga dan lingkungan ini peneliti membuat draf pertama yang terdiri dari pelajaran muatan lokal untuk tingkat kelas tujuh yang berisi tujuh standar kompetensi (SK) dengan lima belas (15) kompetensi dasar (KD), sedangkan untuk pelajaran muatan lokal tingkat kelas delapan berisi lima (5) standar kompetensi (SK) dengan empat belas (14) kompetensi dasar, sedangkan untuk pelajaran muatan lokal tingkat kelas sembilan berisi enam (6) standar kompetensi (SK) dengan dua puluh (20) kompetensi dasar, yang draf kurikulum selengkapnya terdapat pada bagian delapan dari bab empat tesis ini. Dalam penelitian ini peneliti hanya mampu menghasilkan desain kurikulum muatan lokal dalam kerangka yang memuat : a) standar kompetensi (SK) baik untuk tingkat kelas 7, tingkat keas 8, dan tingkat kelas 9; b) kompetensi dasar (KD) untuk semua SK dari setiap tingkatan kelas; c) materi-materi pokok dari tiap kompetensi dasar; d) pembagian SKKD untuk tiap semester; e) Alokasi waktu tiap materi pokok, hal ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan Syaodih yang telah dituliskan diatas.
282
Pada proses pengembangan kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan ini juga peneliti mengikuti model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler dan sudah disetujui oleh kedua pembimbing (Prof. DR. R. Ibrahim, MA dan DR. Toto Ruhimat, M.Pd) dan sudah peneliti cantumkan urainnya di bab dua bagian F dalam model-model pengembangan kurikulum, sedangkan rekayasa/desain kurikulumnya kami mengambil alur sebagaimana yang dikemukakan oleh Beauchamp (1975:60) yang peneliti dapat jelaskan ulang sebagai berikut: Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dilingkupi oleh kurikulum tersebut khususnya kurikulum mulok yang akan kita desain, apakah untuk satu sekolah, satu kecamatan, satu kabupaten, atau satu provinsi. Penetapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambilan kebijakan
dalam
pengembangan
kurikulum
mulok
serta
tujuan
dari
pengembangan kurikulum mulok itu sendiri. Dalam tahap ini peneliti yang juga diberi amanah memimpin sekolah, telah menentukan arena pengembangan kurikulum hanya untuk lingkungan SMP N 3 Rangkasbitung, yang saat ini sudah ditetapkan oleh JASKES DEPDIKNAS sebagai rintisan model sekolah sehat, dan uji coba rintisan model sekolah sehat ini sudah berjalan lebih dari tiga tahun karena sudah dimulai sejak tahun anggaran 2007. Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kelompok orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum yaitu : 1) para ahli kurikulum/pendidikan yang ada di pusat/daerah pengembangan kurikulum atau para ahli ilmu yang terkait
283
dengan kurikulum mulok yang akan dikembangkan, 2) para ahli kurikulum/ ahli pendidikan yang ada di perguruan tinggi, 3) para profesional dan praktisi pendidikan di lembaga/ sekolah, 4) pengurus komite sekolah dan tokoh masyarakat. Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum tersebut (sekarang digunaka SK dan KD), memilih isi/materi pembelajaran, merancang pengalaman belajar yang akan dikondisikan untuk siswa, serta merancang dan menetapkan bentuk/jenis evaluasi yang sesuai. Dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp dalam Qurniadi (2009:73) membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu: 1) membentuk tim pengembang kurikulum, 2) mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada dan sedang digunakan, 3) studi penjajakan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, 4) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, 5) penyusunan dan penulisan kurikulum baru. Kurikulum mulok yang sedang berjalan di sekolah yang sedang diteliti dan dikembangkan adalah Mulok Tata Boga, yang diajarkan dari kelas tujuh sampai kelas sembilan dengan desain kurikulumnya hasil adopsi, sedangkan sekolah ini juga sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak dan Pusjaskes Depdiknas sebagai rintisan model sekolah sehat, pada sisi lain dari studi pendahuluan peneliti melihat prilaku dan sikap siswa masih banyak yang belum mencerminkan prilaku hidup
284
bersih dan sehat misal membuang sampah tidak pada tempatnya seperti yang sudah peneliti jelaskan pada awal bab ini, sedangkan kita mengetahui bahwa pendidikan dan pembelajaran yang terprogaram dalam kurikulum dapat mempengaruhi /merubah sikap seseorang, berdasarkan hal itu peneliti berkeyakinan untuk membuat desain ulang kurikulum muatan lokal tata boga ini menjadi kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan, dimana saat ini kewenangan membuat/mengubah kurikulum mulok telah didelegasikan ke daerah/
sekolah
sesuai
petunjuk
pengembangan
KTSP,
khususnya
pengembangan muatan lokal. Keempat,
merancang
implementasi
kurikulum.
Langkah
untuk
mengimplementasikan atau menerapkan kurikulum, bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan perencanaan dan kesiapan yang menyeluruh, mulai dari kesiapan guru, siswa, tenaga kependidkan (laboran, pustakawan, teknisi, tata usaha), fasilitas, bahan-bahan praktek sampai kepada pembiayaan, serta kesiapan manajerial pimpinan sekolah. Dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal yang akan didesain, peneliti merencanakan muatan lokal yang dapat menunjang /memperkuat rintisan model sekolah sehat diantaranya pendidikan hygienis, gizi dan zat aditip dalam makanan diberikan di kelas sembilan, pendidikan tata boga dan ragam menu makanan/masakan diberikan di kelas delapan, serta pendidikan lingkungan hidup diberikan di kelas tujuh. Berkenaan dengan implementasi kurikulum mulok ini penulis akan menyiapkan
285
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum mulok ini disekolah. Langkah kelima, adalah merancang/mendesain evaluasi. Rancangan evaluasi ini minimal mencakup empat hal, diantaranya : 1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum mulok yang sedang berjalan oleh guru-guru disekolah, 2) evaluasi dokumen rancangan kurikulum, 3) evaluasi hasil belajar siswa, 4) evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. Sebagai mana sudah
dijelaskan didepan berdasarkan konsep evaluasi
yang dikemukakan oleh Hasan (2007: 104). Data yang diperoleh dari hasil evaluasi kurikulum mulok yang sedang berjalan dan cara penerapan sekolah sehat akan digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum mulok yang akan disusun. Evaluasi dalam pengembangan model desain kurikulum mulok ini juga hanya berbentuk dokumentasi. Untuk menyiapkan dokumen evaluasi kurikulum mulok ini agar lebih tepat peneliti akan mengkomunikasikan dan meminta pendapat ahli kurikulum terutama dosen pembimbing penulis tesis ini. Mengingat penelitian ini hanya memiliki waktu untuk satau semester dan dibatasi waktu studi yang segera berahir serta keterbatasan-keterbatasan yang lain yang tidak dapat peneliti jelaskan maka untuk penelitian pada fase implementasi dan pengembangan lebih lanjut serta fase evaluasi kurikulum insyaAlloh akan peneliti lakukan dilain waktu/ pasca masa studi ini.
286
c.
Draf Kurikulum Muatan Lokal Adapun draf desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan yang
telah peneliti susuan sebagai pengembangan pertama dari kurikulum sebelumnya yaitu mutan lokal tata boga, draf kurikulum muatan lokal pada awal pengembangan ini merupakan hasil adaptasi dari kurikulum mulok tata boga yang sudah ada di sekolah dengan pedoman pendidikan lingkungan hidup (GBPP) yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten (2008) dan pedoman pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang dikeluarkan Depdiknas Pusat Jakarta tahun 2000 Dan juga hasil rancangan berdasarkan analisis kebutuhan, khususnya materi gizi, higienis zat aditif dan dasar-dasar kesehatan, sebagaimana yang telah peneliti konsultasikan dengan para pakar gizi dan kesehatan sesuai dengan Teknik Delphi. Rumusan draf pertama
desain kurikulum selengkapnya adalah
sebagai berikut dibawah ini: DRAF KURIKULUM MUATAN LOKAL Sekolah Mata pelajaran
Kelas /Smt VII/ I
Standar kompetensi Mengenal dan menunjukkan macam-macam zat gizi makanan
: :
SMP Negeri 3 Rangkasbitung Gizi Boga dan lingkungan
Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi zat gizi pada makanan 1.2. Mengenal ragam pangan dan gizi yang seimbang
Materi Pokok a. Pengertian gizi makanan b. Kandungan gizi pada makanan c. Gizi yang baik dan seimbang
287
2. Mengenal dan mengetahui konsep higienis serta menunjukkan prilaku higienis .
2.1 Mengenal dan menerapkan prilaku higienis
d. Gizi yang penting untuk tubuh a . Prilaku higienis b. Kebersihan ingkungan a. Kebersihan badan b. Kebersihan makanan c. Kebersihan alat-alat pangan
3. Mengenal dan menunjukan macam- 3.1 Mengenal zat macam zat aditif aditif pada makanan
3.2 Mengenal zat aditif pada kosmetik
4Mengkomunikasika 4.1Mengerti istilah n, menciptakan dan pengawetan makanan. menyajikan makanan dengan teknologi pengawetan makanan
Zat aditif dan kesehatan a. Bahan pengawet b. Pewarna makanan c. Penyedap rasa dan aroma d. Anti kempal dan anti oksidan e. Bahan pengental
a. Bahan pewangi b. Kosmetik untuk tubuh c. Sabun dan deterjen d. Racun-racun serangga e. Bahan pemutih dan pewangi Pakaian
a. Pengertian istilah pengawetan makanan. b. Jenis – jenis makanan yang diawetkan. c. Macam – macam bahan pengawet makanan d. Macam cara
288
pengawetan makanan 1) Pemanisan, 2) Pengasinan 3) Pengeringan, 4) Fermentasi 5) Pengasaman, 6) Pendinginan 7) Pemberian bahan pengawet
5. Mengkomunikasikan , menciptakan dan menyajikan makanan dengan teknologi pengawetan makanan.
4.2 Menguraikan dan menjelaskan bahan, alat dan proses pengawetan makanan dengan pengasinan dan pemanisan
a. Menyusun bahan dan alat yang digunakan dalam pengawetan makanan dengan cara : 1) Pengasinan 2)Pemanisan
4.3.Mempraktekan pengawetan dengan pemberian bahan pengawet serta penyajian/pengemasann ya
a. Praktek pengawetan makanan dengan cara pengasinan dan pemanisan b. Praktek pengawetan makanan dengan cara permentasi c. Praktek pengawetan dengan cara pendinginan d. Praktek pengawetan makanan dengan cara pemberian bahan pengawet.
5.1.Mengkomposisika n bahan utama dan bahan pembantu makanan yang dikeringkan dan diasamkan
a. Menyusun bahan bahan utama dan bahan pembantu makanan yang dikeringkan dan diasamkan b. Penguraian langkah kerja pengawetan makanan dengan teknik dikeringkan dan
289
diasamkan c. Menyusun bahan dan alat yang diperlukan dalam pembuatan makanan yang dikeringkan dan diasamkan d. Praktek cara pengawetan makanan dengan teknik dikeringkan, diuapkan dan diasap VII/II
1. Memahami , menerapkan dan membuat aneka makanan kecil dengan menggunakan berbagai tekhnik pengolahan dari berbagai jenis adonan
2. Memahami, menerapkan dan membuat makanan jajanan pasar dengan menggunakan berbagai teknik pengolahan dan jenis bahanadonan
1.1 Mendeskripsikan aneka makana kecil dengan menggunakan bebagai tehnik pengolahan
a.Aneka makanan kecil b.Berbagai tehnik pengolahan makanan kecil
1.2 Menentukan bahan dan alat untuk membuat makanan kecil
a.Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan makanan kecil
1.3. Mengolah dan menyajikan makanan kecil has beberapa daerah serta pengemasannya
a. Mengolahan makanan kecil has betawi b. Mengolah makanan kecil has sunda c. Mengolah makanan kecil has daerah Lebak/ Banten d. Teknik penyajian dan pengemasan
2.1. Menjelaskan berbagai macam makanan jajanan pasar
a.Macam-macam makanan jajanan pasar
2.2. Menentukan alat dan bahan makanan jajanan pasar
b.Bahan-bahan dan alatalat yang dibutuhkan untuk mengolah jajanan
290
pasar. 2.2. Mengolah dan menyajikan bahan makanan jajanan pasar dan pengemasan yang aman VIII/I
2. Memahami dan menerapkan aneka masakan dengan menggunakan berbagai tekhnik pengolahan dari berbagai daerah dengan menggunakan berbagai bahan
2.1 mendeskripsikan aneka masakan 2.2 Mengidentifikasikan ciri-ciri masakan has betawi dan sunda
a. Aneka masakan dari berbagai bahan makanan
2.3 Mengolah dan menyajikan berbagai masakan has betawi dan sunda
a.Masakan khas betawi dan masakan khas sunda
2.4 Mengolah dan menyajikan masakanmasakan has jawa dan minang
a. Aneka masakah jawa dan minang b. Mengolah dan menghidangkan masakan jawa dan minang
2.5 Mengolah dan menyajikan masakan has Lebak dan Banten
2. Memahami dan menerapkan
a. Mengolah berbagai makanan jajanan pasar b. Menyajikan atau mengemas berbagai jajanan pasar c. Teknik pengemasan jajanan pasar yang aman
2.1 mendeskripsikan bahan dan alat untuk
b. Aneka masakan betawi c. Aneka masakan sunda
a. Aneka masakan has Lebak dan Banten b. Mengolah dan menyajikan makasan has lebak dan Banten Nasi liweut, Nasi Kuning, Nasi padi merah, Pais bandeng
a. Bahan untuk membuat hiasan hidangan
291
berbagai hiasan untuk hidangan ( garnish )
membuat hiasan hidangan 2.2 prakti untukmembuat hiasan hidangan
VIII/II
1. Memahami dan menerapkan serta dapat menyajikan berbagai minuman Indonesia
b. Alat untuk membuat hiasan hidangan c. Bentuk-bentuk hiasa hidangan a.Pembuatan hiasan hidangan
1.1 mengidentifikasikan aneka minuman indonesia
a. Pengertian minuman b. Aneka minuman Indonesia
1.2 mengolah dan menyajikan minuman has betawi 1.3 mengolah dan menyajikan has sunda dan jawa
a.Aneka minuman has betawi
1.4. Mengolah dan menyajikan aneka juss
a.Aneka macam juss
2. Memahami dan menerapkan aneka masakan dan modifikasinya
2 .1 Mengolah dan menghidangkan salah satu jenis masakan asing
a.Olahan masakan asing ( masakan cina, jepang, eropa,Turki, timur tengah)
3.Memahami dan menerapkan penyelengaraan resepsi sederhana
3.1 Mendeskripsikan resepsi.
a. Pengertian resepsi b. Jenis-jenis resesi
a.Aneka minuman has sunda dan jawa
3.2 Menyelenggarakan a.Penyelenggaraan resepsi sederhana resepsi secara sederhana disekolah IX/I
1.Memahami 1.1 Mengelompokan konsep-konsep dasar
a.Pengertian lingkungan hidup
292
lingkungan hidup
unsur-unsur lingkungan 1.2 Menjelaskan unsur-unsur lingkungan
a.Unsur-unsur lingkungan hidup
a.Ekosistem
2. Menerapkan nilainilai ketertiban kebersihan dan keindahan dalam kehidupan dirumah,disekolah dan dilingkungan masyarakat
1.3 Menjelaskan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan 1.4 Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan 2.1 Mencintai budaya tertib,budaya bersih dan nilai-nilai keindahan dalam kehidupan 2.2 Memelihara dan melaksanakan nilai-nilai dan sikap menjaga ketertiban, kebersihan dan keindahan
3. Membiasakan diri berbudaya bersih dan menjaga kesehatan di lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat
3.1 Membiasakan diri hidup bersih dan sehat pada lingkungan keluarga 3.2 Membiasakan diri hidup bersih dan sehat pada lingkungan sekolah
a.Pengrusakan lingkungan hidup
a.Budaya tertib, bersih dan nilai-nilai keindahan
a.Nilai dan sikap untuk menjaga ketertiban,kebersihan dan keindahan lingkungan
a.Hidup bersih, sehat dalam lingkungan keluarga
a.Memelihara kebersihan dan kesehatan sekolah, mencuci tangan sebelum makan, membersihkan kelas
293
3.3.Membiasakan diri untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di masyarakat dan kota Rangkasbitung 4. Menerapkan nilainilai keindahan dan kenyamanan lingkungan
4.1 Menerapkan keindahan dan kenyamanan dalam lingkungan keluarga 4.2.Memelihara keindahan dan kenyamanan lingkungan sekolah 4.3.Memelihara keindahan dan kenyamanan di lingkungan masyarakat/kota Rangkasbitung
IX/II
1. Menerapkan konsep pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan penguasaan lingkungan hidup (P4LH)
2. Melakukan pembibitan dan penanaman sebagai upaya nyata untuk mengelola
1.1.Menerima/mendap atkan konsep P4LH
1.2.Mencintai jenisjenis tanaman yang ada dilingkungan sekitar
2.1 Membuat pembibitan tanaman dalam lingkungan keluarga
a.Kebersihan dan kesehatan dilingkungan masyarakat dan kota rangakasbitung
a.Keindahan dan kenyamanan dalam lingkungan keluarga
a.Keindahan dan kenyamanan lingkungan sekolah
a.Keindahan dan kenyamanan di lingkungan masyarakat/ kota Rangkasbitung
a.Konsep-konsep pembibitan b.Cara menanam tanaman c.Cara pemeliharaan d.Dan cara-cara pelestarian penjagaan lingkungan hidup a.Sikap dan nilai kepedulian untuk menanam dan merawat tanaman dilingkungan sekitar dengan baik
294
lingkungan hidup 2.2 Membuat pembibitan tanaman dalam lingkungan sekolah 3. Membiasakan diri menanam tanaman disetiap jengkal lahan baik dirumah, sekolah, maupun dilingkungan masyarakat
2.3 Memelihara pembibitan tanaman pada lingkungan masyarakat 3.1 Membiasakan diri menanam dan memelihara tanaman dilingkungan keluarga 3.2 Membiasakan diri menananm dan memelihara tanaman dilingkungan sekolah
a.Praktek pembibitan dilingkungan keluarga b.Berbagai jenis tanaman di lingkungan keluarga
a. Praktek pembibitan tanaman di halaman sekolah b. Jenis-jenis tanaman dilingkungan sekolah a. Jenis-jenis tanaman dilingkungan masyarakat b. Jenis-jenis tanaman produktif dan menjaga lingkungan c. Tanaman produktif dan penghijauan tanaman di Kab. Lebak
a. Menanam dan memelihara tanaman dirumah b. Macam-macam tanaman yang ada dilingkungan rumah c. Menanam tanaman di pot 3.3 Turut serta dalam pelestarian lingkungan dimasyarakat/Keca matan Rangkasbitung/Kab upat
a. Menanam tanaman dilingkungan kelas b. Menjaga dan memelihara tanaman di
295
en Lebak dan Kegitan-kegiatan yang Berhubungan dengan Lingkugan hidup
pot dan lingkungan kelas a. Pelestarian lingkungan di Kecamatan Rangkasbitung/ Kabupaten Leba b. Kegiata-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup
Tabel 4.8. Draf kurilkulum muatan local Gizi, Makanan dan Pend Lingkungan Hidup
2. Pembahasan Data Hasil Penelitian Kurikulum merupakan rancangan yang dikembangkan dan mencakup: 1) tujuan yang diharapkan dan yang ingin dicapai; 2) penyiapan bahan /materi yang dipakai untuk mencapai tujuan; 3) bahan/materi yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran; 4) serat kegiatan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai atau belum. Keempat komponen diatas merupakan pedoman bagi guru dan siswa serta pelaksana pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyiapkan siswa menjalankan berbagai perannya dalam masyarakat kelak. Sukmadinata (2006:150) menjelaskan hal ini sebagai berikut: “kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh ahli pendidikan / ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat yang lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud
296
member pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembibingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun oleh masyarakat”. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dalam pengembangan kurikulum pada hakekatnya terdiri dari “empat aspek atau empat komponen” yaitu tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian/evaluasi. Keempat komponen kurikulum ini saling memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang sudah peneliti jelaskan pada bab dua menurut pendapat Nasution, dan peneliti kutipkan kembali bagan tersebut sebagai berikut : TUJUAN
EVALUASI
BAHAN/MATERI
PBM Bagan 4.2 interaksi empat komponen kurikulum (Nasution, 2008: 263)
Keempat komponen itu saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, setiap komponen bertalian erat dengan ketiga komponen yang lainnya, tujuan menentukan materi apa yang akan dipelajari, bagaimana proses belajarnya , dan apa yang harus dinilai. Demikian pula dengan penilaian dapat dipengaruhi oleh ketiga
297
komponen lainnya yaitu proses belajar mengajar, bahan pelajaran/materi dan tujuan yang hendak dicapai. Terkait dengan hal ini Hasan (1988:288 dalam Abas,A 2009:142) menyatakan bahwa kurikulum dapat dilihat dari empat dimensi yaitu: 1) kurikulum sebagai ide atau konsepsi; 2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; 3) kurikulum sebgai suatu kegiatan (proses); 4) kurikulum sebagai suatu hasil belajar. Lebih lanjut Hasan menjelaskan bahwa, dalam proses pengembangan kurikulum yang menjadi landasan kurikulum sebagai ide atau konsepsi, hal ini terlihat jelas pada waktu proses awal yaitu proses ajang pendapat (dieliberation), baik dalam suatu tim yang masing-masing anggotanya mempunyai kedudukan sejajar, maupun dalam suatu pertemuan konsultasi antar berbagai pengambil keputusan. Kurikulum sebagai rencana merupakan terjemahan dari kurikulum sebagai ide, kurikulum dalam dimensi ini (rencan) harus memenuhi berbagai kriteria tentang bentuk, kurikulum dalam dimensi ini sudah mempunyai bentuk nyata, mudah terlihat karena sudah tertulis, dan ia sudah mudah dipelajari dan mudah dibandingkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga jelas apa yang diinginkan dari suatu kegiatan pendidikan. Kurikulum sebagai proses, sebenarnya adalah implementasi dari kurikulum sebgai rencana. Oleh karena itu kurikulum sebagai suatu ide dengan kurikulum sebagai suatu rencana dan kurikulum sebagai suatu proses/ kegiatan merupakan suatu yang berkelanjutan dan berkesinambungan, kesinambungan ini merupakan suatu yang sangat penting dan kritis
serta betul-betul merupakan suatu hal yang mesti peneliti/pengembang
perhatiakan dalam pengembangan desain kurikulum khususnya dalam pengembangan desain kurikulum muatan lokal ini.
298
2.3.1.1.1. Validasi draf Kurikulum Muatan Lokal dari Hasil Wawancara dan Kuesioner Untuk menjaga reliabilitas dan validitas kurikulum yang dipakai perlu adanya aturan tentang revisi dan atau perubahan, serta pengembangan kurikulum secara terarah, begitulah apa yang dikatakan Muhaimin, dkk (2008:252). Dan aturan-aturan perubahan kurikulum menurut beliau adalah sebagai berikut dibawah ini: 1) Tinjauan (review) kurikulum: tinjauan kurikulum merupakan kegiatan mengevaluasi kurikulum dengan membandingkan antara kompetensi dasar atau standar kompetensi atau kompetensi bidang studi yang dipersyaratkan secara nasional dengan kondisi nyata yang ada disekolah (kepemimpinan sekolah, sumber daya yang tersedia, pencapaian ketuntasan belajar dan hal-hal yang lainnya). Tinjauan kurikulum dilakukan selambat-lambatnya satu tahun sekali. Tinjauan kurikulum dilakukan dengan melibatkan guru bidang studi, waka kurikulum sekolah, waka kesiswaan, waka sarana prasarana dan bimbingan konseling. Hasil tinjauan kurikulum disahkan oleh kepala sekolah dan dimuat dalam berita acara. 2) Revisi kurikulum: revisi merupakan proses mengubah tujuan (kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar), materi, metoda, dan evaluasi, dari keadaan yang selama ini dilakukan kearah yang lebih baik. Untuk revisi ini bisa revisi standar kompetensi mata pelajaran, bisa revisi standar kompetensinya, biasa revisi kompetaensi dasar, maupun revisi materi/metoda/evaluasinya, setiap hasil revisi ditulis KMP,SK dan KD awal lalu dituliskan KMP, SK dan KD hasil revisi. 3) Pengembangan kurikulum: pengembangan kurikulum dilakukan untuk menjaga agar kurikulum yang digunakan sekolah selalu mengarah kepada tercapainya visi misi lembaga tersebut sesuai dengan perkembangan IPTEK dan harapan stakeholder. Pengembangan kurikulum dilaksanaka melalui proses tinjauan kurikulum yang dilakukan oleh manajemen sekolah, guruguru dan stakeholder. Pengembangan kurikulum dilakukan baik secara menyeluruh maupun parsial, pengembangan kurikulum secara menyeluruh dilakukan jika kompetensi lulusan sudah tercapai atau ada kebijakan baru dari pemerintah yang berkaiatan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum secara parsial dilakukan terhadap kompetensi, materi, metoda dan Evaluasi. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan terhadap KMP, SK, dan KD, pengembangan terhadap kompetensi ini dilakukan dengan memperhatikan
299
perubahan beban belajar, pencapaian ketuntasan belajar mata pelajaran, perkembangan IPTEK dan perkembangan sumber daya baru disekolah. Sedangkan pengembangan terhadap materi dilakukan dengan memperhatikan pengembangan kompetensi dan pengembangan materi ini dimuat dalam silabus. Untuk pengembangan terhadap evaluasi dilakukan dengan memperhatikan jenis kompetensi, alat ukur yang tersedia, dan sumber daya yang tersedia, pengembangan evaluasi juga dimuat dalam silabus. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum kali ini peneliti hanya sampai mendesain produk awal berupa desain”kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan” yang meliputi tidak sampai membuat silabus dengan alasan waktu yang dipakai untuk penyelesaian studi relative singkat dan pembuatan silabus adalah kewenangan dan kewajiban guru. Validasi atau Uji Ahli menurut tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2008:12) menuliskan bahwa “validasi dilakukan dengan responden para ahli perancangan model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgment atau Teknik Delphi”. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dan juga dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini adalah sesuai dengan aturan dalam Teknik Delphi, sebagai mana yang digariskan Tim Puslitjaknov bahwa : “Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan consensus diantara para pakar melalui pendekatan intuitif. Adapun langkah-langkah teknik Delphi dalam penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut : 1) Problem identifikation and specifikation. Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi, atau permasalahan yang dihadapi dan harus segera perlu penyelesaian.
300
2)Personal identification and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orng ahli, menaruh perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat kepakaran (experetise) dan atau kewenangannya. 3)Questionaire Desing. Peneliti menyusun butir-butir instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang akan diselesaikan . butir instrumen hendaknya memenuhi validitas isinya (content validity). Pertanyaannya dalam bentuk open-ended question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik. 4) Sending questioner and analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan kuesioner pada putaran pertama kepada responden, selanjutnya meriview instrumen dan menganalisis jawaban instrumen yang telah dikembalikan. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi instrument.
5) Development of subsequent questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali pada responden. Jika mengalami kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi kepada responden. Dalam Teknik Delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran, tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus. 6)Organization of Grup Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi dan debat biasa terjadi untuk mencapai konsensus dalam memberikan jawaban tentang rancangan suatu produk atau instrumen peneliti. Dengan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai respon yang telah diberikan. Keputusa ahir tentang hasil jejak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70 % konsensus. 7)Prepare final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil teknik Delphi perlu diuji coba di lapangan dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih besar.
301
2.3.1.1.2. Pendapat Para Pakar dalam Validasi Kurikulum Mulok Adapun jawaban beberapa pakar terkait, yang telah dimintai pendapatnya setelah mereka membaca dan mempelajari draf awal “desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkungan” melalui jawaban kuesioner serta wawancaranya adalah sebagai berikut dibawah ini : 2.3.1.2.Tanggapan dan Tanggapan Terhadap Draf Kurikulum Muatan Lokal SMP N 3 Rangkasbitung ( Drs. Solihin, M.Pd, MM. selaku ketua Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Kabupaten Lebak) 1) Mencermati SKL yang telah dirumuskan oleh peneliti/sekolah, nama Mulok yang ada di sekolah dibagi menjadi dua, yaitu mulok: (1) Gizi dan Makanan dan (2) Pendidikan Lingkungan Hidup. Sebaiknya Mulok di kelas VII yaitu pendidikan lingkungan hidup dan Mulok di kelas VIII dan IX yaitu gizi dan makanan dengan alasan bahwa konsep diajarkan pada siswa mulai dari konsep konkrit ke konsep yang abstrak, mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih rumit dan seterusnya. 2) SKL mulok merupakan penjabaran dari SKL satuan pendidikan dan SKL kelompok mata pelaran di SMP serta bagian dari penjabaran visi, misi, dan tujuan sekolah. 3) Draf kurikulum semestinya dilengkapi dengan unsur-unsur seperti yang terdapat dalam lampiran standar isi dan standar kompetensi lulusan. SK dan KD dilengkapi terlebih dahulu dengan SKL mata pelajaran. SK dan KD dilengkapi dengan rumusan Latar Belakang, Tujuan Mata Pelajaran, Ruang Lingkup Materi, dan Arah Pengembangan. 4) Substansi materi perlu dikaji dan didiskusikan lagi terutama dengan ahli yang memiliki kompetensi tentang makanan sehat dan pendidikan lingkungan hidup. 5)
Redaksi kalimat pada beberapa SK dan KD perlu dilakukan revisi,
302
6) Bagaimana mengembangkan desain kurikulum muatan lokal yang relevan dengan implementasi program-program model sekolah sehat di tingkat SMP?. Pengembangan kurikulumnya dilakukan dalam tahap-tahap sebagai berikut: a) Kurikulum dikembangkan mengacu pada hasil analisis b) Menyusun rencana dan jadwal kegiatan pengembangan muatan lokal. c) Menyusun rambu-rambu dan perangkat pendudkung pengembangan muatan lokal. d) Pengumpulan data dan analisis pengembangan muatan lokal e) Penentuan jenis muatan lokal. f) Mengembangkan SKL, SK, dan KD muatan lokal. g) Finalisasi dokumen muatan lokal. h) Pengesahan dokumen muatan lokal oleh kepala sekolah. 7) Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang mana dari kegiatan pada nomor 1 dan 2 yang dapat dijadikan tujuan (SK KD) dalam kurikulum muatan lokal model sekolah sehat? Kegiatan pada nomor 1 dan 2 yang dapat dijadikan tujuan (SK dan KD) dalam kurikulum muatan lokal model sekolah sehat, yaitu: a) Potensi Siswa
b) c) d) e) f) g) h) i)
Karakter Siswa Budaya Kesehatan Siswa Orang Tua Siswa Komite Sekolah Dunia Usaha/ Dunia Industri Sumber Daya Manusia Budaya Potensi Ekonomi
8) Mengembangkan, merancang, dan mengemas bahan kajian/materi muatan melalui prosedur sebagai berikut: a) Menyusun rencana dan jadwal kegiatan pengembangan mulok sekolah. b) Menyusun rambu-rambu dan perangkat pendukung pengembangan muatan lokal sekolah. c) Membahas rencana dan rambu-rambu pengembangan mulok
303
d) Mengumpulkan data dan melakukan analisis kebutuhan pendidikan peserta didik, kebutuhan masyarakat pengguna sekolah, kebutuhan pengembangan sekolah, dan kebutuhan pengembangan potensi daerah e) Mengidentifikasi potensi mulok yang dapat dikembangkan f) Menentukan mulok yang akan dilaksanakan di sekolah. g) Menyusun SKL, SK, dan KD Mulok. h) Mengembangkan, membahas, dan memperbaiki SKL, SK, dan KD mulok. i) SKL dikemas seperti SKL mata pelajaran j) SK dan KD dikemas seperti lampiran Standar ISI dilengkapi dengan latar belakang, tujuan mata pelajaran, ruang lingkup materi, sajian SK dan KD, serta penutup. k) Mengesahkan dokumen mulok. l) Menggandakan sesuai kebutuhan 9) Aspek-aspek yang perlu dianalisis dalam mengidentifikasi kebutuhan pendidikan siswa di antaranya aspek: a) Bakat Siswa
b) c) d) e)
Potensi Siswa Minat Siswa Karakter Siswa Budaya Kesehatan Siswa
2.3.1.3.Tangapan dan pendapat dari Drs. Muttaqin, M.Si selaku sekretaris Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Kabupaten Lebak : 1) pengetahuan, ketrampilan yang dapat dijadikan SKKD dalam kurikulum muatan lokal sekolah sehat adalah: a) pengenalan jenis makanan sehat b) pengenalan kandungan gizi makanan sehat c) ketrampilan mengolah makanan sehat d) ketrampilan menyajikan makanan sehat e) pengenalan lingkungan sehat f) ketrampilan memelihara dan menata lingkungan sehat
304
2) pengembangan dan pengemasan materi muatan lokal, dikaji berdasarkan kebutuhan siswa sesuai dengan karakteristik lingkungan masyarakatnya, disusun menjadi kurikulum muatan lokalyang efektif dan sederhana. 3) Kurikulum Muatan Lokal didesain dengan senantiasa disesuaikan dengan perubahan kebutuhan siswa, masyarakat dan kebijakan umum pemerintah daerah. 4) Aspek-aspek yang perlu dianalisis dalam mengidentifikasi kebutuhan pendidikan siswa antara lain: a) Minat dan bakat siswa b) Kemampuan yang sudah dimiliki siswa c) Orientasi profesi masa depan siswa, terutama yang berkaitan dengan pengolahan dan penyajian makanan serat pengelolaan lingkungan hidup untuk kesejahtraan. 5) Pengkajian model sekolah sehat untuk bahan perencanaan menyusun dan memperbaiki kurikulum mulok yang baru adalah a) Mengkaji program sekolah sehat SMP N 3 Rangkasbitung b) Mengkaji panduan teknis sekolah sehat c) Menyampaikan pointer-pointer revisi dan penyempurnaan kurikulum mulok yang baru. Berdasarkan masukan-masukan dari pakar kurikulum diatas dan para pakar ahli pada bidang masing-masing yang telah dipaparkan pada bagian dua bab ini, peneliti melakuakn
perbaiakan/revisi Draf Kurikulum Muatan Lokal Gizi boga dan
lingkugan yang hasil selengkapnya terdapat pada lampiran 10. c. Penetapan Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SKMP) Berdasarkan masukan dan pendapat para pakar, tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan dan setelah melalui berbagai analisis, maka peneliti mencoba menetapkan standar kompetensi lulusan untuk pelajaran mulok gizi boga dan lingkungan yang
305
akan digunakan di lingkungan SMP N 3 Rangkasbitung, sebagaimana yang dikatakan Muhaimin, dkk (2008) bahwa “pengembangan kurikulum secara parsial dilakukan terhadap
kompetensi, materi, metoda dan Evaluasi. Pengembangan terhadap
kompetensi dilakukan terhadap Kompetensi Mata Pelajaran (KMP), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD), pengembangan terhadap kompetensi ini dilakukan dengan memperhatikan perubahan beban belajar, pencapaian ketuntasan belajar mata pelajaran, perkembangan IPTEK dan perkembangan sumber daya baru disekolah.
Sedangkan
pengembangan
terhadap
materi
dilakukan
dengan
memperhatikan pengembangan kompetensi dan pengembangan materi ini dimuat dalam silabus”. Sejalan dengan pendapat ini, Solihin (2010) mengatakan bahwa: “Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mulok merupakan penjabaran dari SKL satuan pendidikan dan SKL kelompok mata pelaran di SMP serta bagian dari penjabaran visi, misi, dan tujuan sekolah. Draf kurikulum semestinya dilengkapi dengan unsurunsur seperti yang terdapat dalam lampiran standar isi dan standar kompetensi lulusan.. SK dan KD dilengkapi terlebih dahulu dengan SKL mata pelajaran. SK dan KD dilengkapi dengan rumusan Latar Belakang, Tujuan Mata Pelajaran, Ruang Lingkup Materi, dan Arah Pengembangan”. Tentang tujuan pembelajaran muatan lokal sebagai mana dikatakan Idi.A (2007:262-263) dalam tulisannya secara ringkas mengklasifikasi pelaksanaan program muatan lokal bertujuan meliputi tujuan langsung dan tujuan tidak langsung, dengan aspek –aspek sebagai berikut : 1) Tujuan langsung : a) Bahan pengajaran -bahan pengajaran yang lebih mudahdiserap oleh murid,
306
b) Sumber belajar didaerah, dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan. c) murid dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilan lain yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan disekitarnya. d) murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat didaeranya. 2) Tujuan Tak langsung : a) murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daeranya. b) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. c) murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan sendiri. Berdasarkan masukan, saran, dan pendapat dari para pakar, maka peneliti menetapkan Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SKMP) muatan lokal gizi, makanan dan pendidikan lingkungan hidup dalah sebagai berikut: 1) Mencari dan menerapkan berbagai potensi sumber daya lokal, untuk menunjang prilaku gaya hidup sehat melalui pemahaman dan penerapan pola makan dengan gizi dan higienis yang baik. 2) Menerapkan pola hidup aktif, bersih dan sehat serta aman dari produk yang tidak mengandung zat-zat aditif yang berbahaya. 3) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk pengawetan bahan nabati dan hewani dengan cara diasinkan, diasamkan, dikeringkan atau diberi zat kimia yang tidak berbahaya 4) Mencari dan menerapkan informasi tentang berbagai sumber daya lokal untuk memperkuat dan menunjang pengetahuan dan ketrampilan tata boga bidang ragam masakan dan ragam panganan. 5) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan berbagai produk minuman dari bahan nabati yang berasal dari potensi lokal. 6) Menunjukkan kemampuan pengetahuan dan ketrampila yang terdapat di daerahnya terutama yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan hidup
307
7) Menyadari lingkungan dan masalah-masalah pengrusakan lingkungan yang ada di daerahnya serta dapat membantu mencari pemecahannya. 8) Menggunakan dan memanfaatkan lingkungan hidup secara bertanggung jawab.
d. Revisi Ulang Desain Kurikulum Muatan Lokal Hasil Validasi Berdasarkan beberapa kali hasil konsultasi kepada Tim Pengembang Kurikulum Kabupaten Lebak dan juga hasil diskusi panel peneliti dengan ketua TPK, pengelola bidang kurikulum sekolah dan guru-guru muatan lokal, maka peneliti merevisi kembali Draf Kurikulum Muatan Lokal Gizi Boga dan Lingkungan yang sudah dipaparkan diatas manjadi Draf Krikulum Final hasil penelitian ini, dengan pertimbangan sebagaimana yang disampaikannya ketika peneliti mewawancarai TPK Kabupaten Lebak, sebagai berikut : Mencermati SKL yang telah dirumuskan oleh peneliti/sekolah, nama Mulok yang ada di sekolah dibagi menjadi dua, yaitu mulok: (1) Gizi dan Makanan dan (2) Pendidikan Lingkungan Hidup. Sebaiknya Mulok di kelas VII yaitu pendidikan lingkungan hidup dan Mulok di kelas VIII dan IX yaitu gizi dan makanan dengan alasan bahwa pembelajaran konsep kepada siswa mulai dari konsep konkrit ke konsep yang abstrak, mulai dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih rumit dan seterusnya.( Drs. Solihin, M.Pd , M.Si ) Kata kerja oprasional pada beberapa Standar Kompetensi perlu dilakukan revisi dan ada beberapa SK yang belum dijabarkan pelaksanaannya oleh KD, dan kata kerja pada beberapa kompetensi dasar perlu direvisi serta beberapa KD perlu dikembangkan untuk mencapai SK. Beberapa materi perlu disesuaikan, sesuai tuntutan KD ( Drs. Solihin, M.Pd , M.Si )
308
Berdasarkan saran dan pendapat ketua TPK Lebak diatas dan analisis hasil penelitian serta pengkajian berulang –ulang oleh peneliti maka peneliti memutuskan bahwa SKKD dan Materi kurikulum muatan lokal untuk kelas tujuh dalam draf desain yaitu gizi dan makanan, dijadikan atau diperuntukkan bagi siswa kelas delapan (8) dan siswa kelas Sembilan (9) begitu juga sebaliknya SKKD dan Materi pendidikan lingkungan hidup yang dalam draf awal untuk tingkat kelas Sembilan pada Kurikulum Muatan Lokal Hasil Validasi ini diperuntukkan sebagai bahan pelajaran untuk tingkat siswa kelas tujuh. Begitu juga hasil revisi pertama draf kurikulum muatan lokal ini belum menuliskan Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SKMP)atau SKL, maka pada draf yang peneliti sudah anggap final ini (Kurikulum muatan lokal hasil validasi) berhasil peneliti rumuskan delapan (8) butir SKMP sebagai mana yang sudah dituliskan diatas, dengan alasan bahwa dalam pengembangan kurikulum, setiap mata pelajaran yang dikembangkan mesti memiliki SKMP atau SKL nya, sebagaimana yang dikatakan oleh ketua TPK Lebak “Draf kurikulum semestinya dilengkapi dengan unsur-unsur seperti yang terdapat dalam lampiran standar isi dan standar kompetensi lulusan. SK dan KD dilengkapi terlebih dahulu dengan SKL mata pelajaran”. Sejalan dengan itu bagaimana desain kurikulum harus dirancang, Hasan (2007) mengatakan sebagai berikut : “Proses konstruksi kurikulum (curriculum construction) merupakan proses yang menentukan apakah kurikulum tersebut akan menjadi kurikulum yang mengembangkan keseluruhan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang diinginkan pada masa mendatang. Pada fase ini para pengembang kurikulum harus dapat merumuskan filosofi kurikulum/pendidikan yang dipercaya mampu menjawab tantangan masyarakat, menentukan desain
309
kurikulum yang sesuai dengan karakteristik tujuan, kualitas, dan materi yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Berdasarakn pendapat dan pandangan diatas, maka peneliti sebagai pengembang kurikulum sekolah, harus betul –betul menjadikan proses validasi dan revisi desain kurikulum muatan lokal gizi boga dan lingkugan ini sesuatu yang urgen dan harus diulang-ulangi, hingga hasil desain kurikulum ini betul-betul baik dan sesuai dengan berbagai kebutuhan yang sudah dijelaskan diatas. Sukmadinata (2004: 113) mengatakan bahwa sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum berdasarkan apa yang menjadi fokus pengajaran, yaitu: 1)Subject-centered design di susun berdasarkan pada bahan pelajaran, baik pada dimensi horisontal maupun verikal. Desain ini terdiri atas the subject designs yang didasarkan pada subjek-subjek pelajaran tetapi belum ada pemisahan yang tegas pada disiplin ilmu, the diciplines designs yang didasarkan pada subjek¬subjek pelajaran yang telah dispesifikasikan, dan the broad fields designs yang didasarkan pada bidang studi (mata pelajaran yang berdekatan atau sejenis disatukan seperti IPS untuk mata pelajaran ekonomi, geografi, dan sejarah) 2) Learner-centered designs menekankan pada perkembangan individu sesuai dengan perkembangan kebutuhan, minat, dan tujuan anak didik. Desain ini bertitik tolak dari anak didik sendiri, bukan dari isi kurikulum. Kurikulum tidak direncanakan sebelumnya tetapi dikembangkan bersama-sama oleh guru dan siswa. Variasi dari desain ini adalah the activity/experience designs, dimana guru menemukan apa yang menjadi minat siswa dan kemudian menolong mereka untuk memilih yang paling berarti untuk dipelajari. 3)Problem-centered designs difokuskan pada masalah-masalah kehidupan, baik individu maupun sosial. Bahan yang dibahas direncanakan terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan siswa. Variasi dan desain ini adalah the areas-living design yang pembahasannya ditujukan pada bidangbidang kehidupan seperti pemeliharaan diri, dan the core design yang memilih bahan pelajaran tertentu dengan kebutuhan individual dan sosial. Variasi dari desain ini terdiri atas the separate subjects core yang menjadikan beberapa mata pelajaran yang berhubungan, the fused core yang memadukan beberapa mata pelajaran yang terpisah.
310
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan oleh Sukmadinata diatas menurut hemat penulis bahwa pengembangan desain kurikulum muatan lokal yang saat ini peneliti kembangkan relevan dengan model yang ke tiga dari apa yang dijelaskan oleh Sukmadinata yaitu “Problem Centered Designs”, karena kurikulum yang dirancang peneliti berdasarkan pemecahan problem-problem kehidupan baik individu siswa sesuai angket, kondisi dan problem sosial masyarakat dari hasil wawancara, maupun problem yang dihadapi sekolah yaitu tentang kebersihan, masalah jajanan, pemeliharaan lingkungan dan problem lainnya yang sudah dijelaskan pada awal bab ini. Adapun kurikulum muatan lokal SMPN 3 Rangkasbitung ( yang telah direvisi ulang)
selengkapnya
yang peneliti anggap sementara ini sudah final adalah
sebagaimana yang tercantum dalam lampiran halaman
sampai dengan halaman
Sedangkan rancangan alokasi waktu untuk Kurikulum Muatan Lokal Lingkungan Hidup, Gizi dan Boga selengkapnya yang peneliti dapat cantumkan berdasarkan pertimbangan dan prediksi antara bobot teori dan praktek serta tugastugas kelompok maupun tugas-tugas mandiri, selegkapnya tercantum pada lampiran halaman
sampai dengan
.