BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA
Dalam bab ini penulis akan menganalisis serta menyajikan hasil analisis penggunaan meirei dan kinshi no hyougen yang terdapat dalam drama My Boss My Hero. Untuk mempermudah pembahasan, analisis ini akan disajikan dengan membagi sampel yang telah didapat berdasarkan pola kalimat pembentuk meirei dan kinshi no hyougen.
A. Analisis Meirei no hyougen 1. ~ te kudasai Kalimat perintah yang ditemui dalam drama ini diantaranya kalimat perintah dengan pola “~te kudasai” yang membentuk kalimat perintah yang berkonotasi halus dan sopan. Pembentukan perintah dengan pola ini adalah mengubah kata kerja ke dalam bentuk “~te” dan menambahkan “~kudasai” dibelakangnya. Kalimat dengan pola ini adalah sebagai berikut : (121) おいてください。 Oitekudasai. (Letakanlah.) (122) あの...皆さん聞いて...あの...き...聞いてください。 Ano… Minasan kite… ano… ki, kiitekudasai. (Hmm… dengarkanlah semuanya. Hmm… de…dengarkanlah.) (123) いい組になるように頑張ってください。 Ii kumi ni naru youni ganbattekudasai. (Berusahalah agar menjadi kelas yang baik.) 45
(124) 開始時間は 12.00 と、ええ..か...クラスメートと力を合わせて 楽しく参加してください。 Kaishi jikan wa 12.00 to, ee..ka.. kurasumeitoto chikara o awasete tanoshiku sankashitekudasai. (Permulaaannya adalah jam 12, eh… Satukanlah tenaga dengan teman sekelas dan ikutlah dengan gembira.) (125) 受験の終わってる生徒が出席してください。 Juken no owatteru seito ga shussekishitekudasai. (Siswa yang telah menyelesaikan ujian diharapkan kehadirannya.) Kalimat-kalimat di atas digunakan dalam situasi formal dan diucapkan oleh pembicara yang mempunyai posisi lebih tinggi dari lawan bicara. Dalam kalimat di atas seorang guru kepada muridnya dan ketua kelas kepada rekan-rekannya. Pola ini diucapkan dengan nada bicara yang datar dan cenderung menurun. Kalimat berikut ini adalah penggunaan pola “~te kudasai” oleh pembicara yang memiliki posisi lebih rendah daripada lawan bicara: (126) 若、ここで降りてください。 Waka, koko de oritekudasai. (Tuan, turunlah di sini.) (127) だから、球技大会で他の組とのかったら学級委員をつづけさ せてください。 Dakara, kyuugitaikai de hoka no kumi tono kattara gakyuuiin o tsudzukesasetekudasai. (Karenanya, jika menang dari kelas lain dalam festival pertandingan bola, izinkan saya melanjutkan jabatan ketua kelas.) (128) 今はテストのことだけ考えてください。 Ima wa tesuto no koto dake o kangaetekudasai. (Untuk sekarang pikirkan saja tentang test.) (129) 勉強頑張ってください。 Ganbattekudasai. (Berjuanglah.)
46
(130) しかしわか、楽しむのもけっこうですがそろそろ頭を切り替 えてください。 Shikashi waka, tanoshimunomo kekkoudesu ga sorosoro atama o kirikaetekudasai. (Tapi tuan, sudah cukup bersenang-senangnya, sudah saatnya segera mengubah pola pikir.) (131) 落ち着いてください若。 Ochitsuitekudasai waka. (Tenanglah tuan.) Sama seperti contoh sebelumnya, kalimat perintah di atas diucapkan dengan nada bicara yang datar dan cenderung menurun. Kalimat ini digunakan dalam situasi informal, di lingkungan rumah antara bawahan kepada atasan. Meskipun demikian, tetap terkesan seperti dalam situasi formal, karena penggunaan pola ini menunjukkan rasa hormat dari pembicara. Dalam kalimat-kalimat berikut, akhiran ”ne” dan ”yo” digunakan dalam
kalimat
perintah
dan
diletakkan
dibelakang
”~kudasai”.
Akhiran ”ne” berfungsi menunjukkan perasaan pembicara, atau meminta konfirmasi dari lawan bicara. Sedangkan ”yo” berfungsi untuk menegaskan pendapat pembicara kepada lawan bicaranya. Kalimat nomor 132 dan 133 digunakan dalam situasi formal di lingkungan sekolah, sedangkan nomor 134 digunakan dalam situasi informal. (132) 夏休みはこうしっかり指導してくださいね。 Natsuyasumi wa shikkari shidoushitekudasaine. (Bimbinglah ia selama liburan musim panas.) (133) 保護者に渡してくださいね。 Hogosha ni watashitekudasaine. (Berikanlah kepada wali kalian.) 47
(134) 止めてくださいよ。 Yametekudasaiyo. (Hentikanlah.) 2. ~ te kure Pola ini banyak digunakan oleh laki-laki dan membentuk kalimat perintah yang lebih kasar dari pola “~te kudasai”. Pembentukan perintah dengan pola ini adalah mengubah kata kerja ke dalam bentuk “~te” dan menambahkan “~kure” di belakangnya. Penggunaannya dapat ditemui dalam kalimat berikut : (135) 俺の胸の中をもう叩くのを止めてくれ。 Ore no mune no naka o mou tataku no o yametekure. (Berhentilah memukul dalam dadaku.) (136) ああ、すまね。続けてくれ。 Aa, sumane. Tsudzuketekure. (Ah, maafkan. Lanjutkanlah.) (137) おい、俺のやる気上げてくれ。 Oi, ore no yaru ki agetekure. (Hei, berikanlah semangatku.) (138) 一人にしてくれ。 Hitori ni shitekure. (Biarkan aku sendiri.) Penggunaan pola ini menunjukkan ketegasan perintah yang lebih dari pola “~te kudasai”. Umumnya pola ini digunakan dalam situasi informal oleh atasan kepada bawahan atau dalam hubungan pertemanan yang akrab. Kalimat ini bisa juga digunakan dalam suatu monolog seperti dalam kalimat nomor 135.
48
Dalam kalimat berikut, akhiran “yo” digunakan di belakang “~kure” untuk lebih menegaskan lagi perintah yang diberikan kepada lawan bicara. Kalimat-kalimat di bawah ini pun digunakan dalam situasi informal. (139) 俺もまぜてくれよ。 Ore mo mazetekureyo. (Sertakan juga aku.) (140) ああ、ね桜小路も教えてくれよ。 Aa, ne Sakurakouji mo oshietekureyo. (Oh, hey sakurakouji kasih tahu juga ya.) (141) 俺にやらせてくれよ。 Ore ni yarasetekureyo. (Serahkanlah padaku.) (142) じゃ、教えてくれよ。青春って何だ。 Ja, oshietekureyo. Seishuntte nanda. (Kalau begitu, beritahukanlah. Masa muda itu apa.) (143) 榊、姉ちゃんに届けてくれよ。 Sakaki, oneechan ni todoketekureyo. (Sakaki, sampaikanlah kepada kakak.) 3. ~ te Kalimat-kalimat perintah berikut ini dibentuk hanya menggunakan bentuk “~te” tanpa diikuti oleh “~kudasai” atau “~kure” di belakangnya. Meskipun begitu, kalimat-kalimat ini tetap dapat dipahami oleh lawan bicara sebagai kalimat perintah. Karena disertai juga dengan gerak tubuh pembicara ketika menginstruksikan perintah. Ketika diucapkan, kalimat ini diucapkan dengan nada bicara yang datar. Kalimat di bawah ini digunakan dalam situasi formal dalam lingkungan sekolah dan diucapkan oleh guru kepada murinya.
49
(144) さあこちこち入って。 Saa, kochi kochi haitte. (Ayo ayo masuk kesini.) (145) あの空いてる席に座って。 Ano aiteru seki ni suwatte. (Duduklah di kursi yang kosong itu.) (146) 梅村さん...答えて。 Umemurasan… kotaete. (Umemura, jawablah.) 4. ~ nasai Penggunaan pola “~nasai” dalam suatu kalimat membentuk kalimat perintah yang sopan. Pembentukannya dapat dilakukan dengan cara mengganti “~masu” dari kata kerja dengan “~nasai”. Kalimat-kalimat berikut ini adalah kalimat perintah yang menggunakan pola tersebut. (147) ほらそこ!静かにしなさい。 Hora soko! Shizuka ni shinasai. (Hei yang di sana! Tenanglah.) (148) やる気ないんだったらくじにでも決めなさい。 Yaru ki naindattara kuji ni demo kimenasai. (Kalau tidak ada keinginan putuskanlah dengan undian.) (149) 追試を受けなさい。勉強もしなさい。 Tsuishi o ukenasai. Benkyou mo shinasai. (Ikuti ulangan susulan. Belajarlah.) (150) 止めなさい!うちの生徒に何やってんだ。 Yamenasai! Uchi no seitou ni nani yattenda. (Hentikan! Apa yang kalian lakukan kepada murid kami.) (151) そうか。だったら羊の数も数えなさい。 Souka. Dattara hitsuji no kazu mo kazoenasai. (Oh, begitu. Kalau begitu hitunglah kawanan kambing.) Pola ini biasa digunakan oleh orang yang mempunyai posisi sebagai pengawas seperti guru atau orang tua. Dalam kalimat-kalimat di atas pun 50
pembicara adalah orang yang berposisi sebagai guru dan sipir penjara. Kalimat yang dibentuk dengan pola ini diucapkan dengan nada bicara yang datar. Namun, untuk beberapa situasi yang memerlukan ketegasan pembicara, kalimat ini diucapkan dengan nada bicara yang tinggi seperti dalam kalimat nomor 150. Kemudian, dalam satu kalimat, joshi “yo” diletakkan di belakang kalimat untuk lebih menegaskan maksud pembicara. (152) もっと今を楽しみなさいよ。 Motto ima o tanoshiminasaiyo. (Untuk sekarang lebih bergembiralah.) 5. o~kudasai Pola ini digunakan dalam percakapan antara bawahan dengan atasan. Kalimat ini adalah kalimat perintah yang sangat sopan dan menunjukkan rasa hormat yang lebih daripada pola “~te kudasai” atau “~nasai”. Aplikasinya ada dalam kalimat berikut ini. (153) どうぞ全部お食べください。 Douzo zenbu otabekudasai. (Silakan nikmati semuanya.) (154) 若、今は何も考えずにお休みください。 Waka, ima wa nani mo kangaezuni oyasumikudasai. (Tuan, sekarang silakan beristirahat tanpa memikirkan apapun.) Kalimat di atas adalah penggunaan pola “o~kudasai” dalam situasi informal. Namun karena kalimat ini adalah ragam bahasa sopan yang menunjukkan rasa hormat pembicara yang besar kepada lawan bicaranya, kalimat ini terkesan seperti kalimat dalam situasi formal.
51
6. V-ru ~ koto Digunakan pada akhir kalimat, biasanya pola ini menunjukkan perintah yang berupa aturan atau petunjuk yang harus dipatuhi. Namun penggunaan yang ditemui dalam drama My Boss My Hero, perintah yang ada terkesan seperti sebuah anjuran. Kalimat tersebut digunakan dalam situasi informal, percakapan antara guru dengan muridnya. Kalimat dengan pola ini adalah sebagai berikut : (155) いい。今思い切り楽しむこと。 Ii. Ima omoikiri tanoshimukoto. (Mengerti? Sekarang bersenang-senanglah sepuas hati.) 7. ~ runda Pola ini biasa digunakan dalam ragam bahasa pria dan diletakkan di belakang kata kerja bentuk kamus. Kalimat yang menggunakan pola ini adalah sebagai berikut : (156) 榊君待つんだ。教室に戻るんだ。 Sakakikun matsunda. Kyoushitsu ni modorunda. (Sakaki, tunggu! Kembalilah ke kelas.) Kalimat di atas diucapkan dalam situasi informal oleh kepala sekolah yang memerintahkan muridnya untuk kembali ke kelas. Dalam situasi tersebut kalimat perintah diucapkan dengan nada bicara yang sedikit meninggi. Hal ini dilakukan untuk menegaskan perintah yang diberikan oleh pembicara. 8. Perubahan doushi (kata kerja) Selain dengan menggunakan pola-pola yang telah disebutkan di atas, kalimat perintah dapat juga dibentuk dengan mengubah bunyi dari kata 52
kerja yang akan menjadi perintah. Perubahan bunyi tersebut dari ”u” menjadi ”e” atau ”o”. Kalimat perintah yang dibentuk berkonotasi kasar dan biasanya digunakan oleh laki-laki. Beberapa kalimat yang ditemui dengan pola ini adalah sebagai berikut : (157) おもておもて。とっとと帰れ。 Omote omote. Totto to kaere. (Keluar keluar. Cepat pulang.) (158) ああ、座れ。 Aa, suware. (Ah, duduklah.) (159) おい、テレビを消せ。 Oi, terebi o kese. (Hei, matikan TVnya.) (160) 頑張れ。 Ganbare. (Berjuanglah.) Kalimat-kalimat tersebut digunakan dalam berbagai situasi informal, dalam hubungan pertemanan dan juga hubungan antara atasan dengan bawahan. Perintah-perintah di atas diucapkan dengan nada bicara yang datar. Walaupun begitu, kalimat ini berkonotasi kasar dan kurang sopan. Umumnya perintah-perintah di atas diucapkan oleh laki-laki. Namun, untuk kalimat no 160 merupakan kalimat yang umum diucapkan baik lakilaki maupun perempuan. Karena kalimat tersebut digunakan untuk memberikan semangat dalam suatu kejadian (khususnya perlombaan). Akhiran ”yo” dapat digunakan di akhir kalimat perintah yang menggunakan
pola
ini
untuk
menegaskan
maksud
pembicara.
Penggunaannya seperti dalam kalimat berikut : 53
(161) 隠れよ! Kakureyo! (Sembunyilah.) (162) 桜何とか、俺を飛び込めよ! Sakura nantoka, ore o tobikomeyo! (Sakura bagaimanapun, loncati aku!) Dalam kalimat-kalimat berikut, tampak salah satu ciri ragam bahasa lisan, yaitu terdapat penyingkatan kata di dalamnya. Kalimat tersebut harusnya diucapkan ”dete ike”, namun menjadi ”deteke” dalam pengucapannya. Kalimat ini digunakan dalam situasi informal antara atasan dengan bawahan. (163) うるせ!お前ら外出てけ。 Uruse! Omaera soto deteke. (Berisik! Keluar kalian.) (164) 今すぐ出てけ。 Ima sugu deteke. (Pergilah sekarang juga.) Untuk kata kerja yang mengalami perubahan bunyi dari ”u” menjadi ”o” ada pada kalimat berikut ini. Tidak jauh berbeda dengan pola sebelumnya, kalimat ini pun berkonotasi kasar dan banyak digunakan oleh laki-laki. Dalam satu kalimat akhiran “yo” digunakan untuk menegaskan maksud pembicara. Seluruh kalimat di bawah ini digunakan dalam situasi informal lewat percakapan antara atasan dengan bawahan, seorang ayah kepada anaknya dan percakapan antara teman sebaya. Berikut ini adalah penggunaannya : (165) 文句があるならはっきり言ってろ。 Monku ga arunara hakkiri ittero. (Kalau ada masalah bicarakan dengan jelas.) 54
(166) ああ、お前ら表に出ろ。 Aa, omaera omoteni dero. (Ah, kalian ayo keluar.) (167) しばらくは...学校のことだけに専念しろ。 Shibaraku wa... gakkou no koto dake sennen shiro. (Untuk sementara… berkonsentrasilah pada sekolah saja.) (168) 光さ...もう一回告白してみろよ。 Hikari sa... Mou ikkai kokuhaku shite miroyo. (Hikari... Cobalah untuk menyatakan perasaanmu sekali lagi.) B. Analisis Kinshi no Hyougen 1. ~ naidekudasai Pola ini membentuk kalimat larangan yang berkonotasi sopan atau halus. Pembentukannya dilakukan dengan cara mengubah kata kerja ke dalam bentuk sambung negatif dan meletakkan “kudasai” di belakangnya. Kalimat dengan pola ini diantaranya adalah. (169) な出来事が...たくさんあったこと...みんな忘れないでくださ い。 Na dekigoto ga… takusan atta koto… minna wasurenaidekudasai. (Banyak kejadian yang telah terjadi… kalian jangan melupakannya.) (170) 若、そんなに気おとさないでください。 Waka, sonna ni ki otosanaidekudasai. (Tuan, janganlah bersedih seperti itu.) (171) 開き直らないでください。 Hiraki naoranaidekudasai. (Jangan ceramah.) (172) 自分を責めないでください。 Jibun o semenaidekudasai. (Jangan menyalahkan diri sendiri.) Kalimat no 169 adalah penggunaan kalimat larangan dalam situasi formal oleh pembicara yang lebih tinggi kedudukannya daripada lawan 55
bicara. Sedangkan kalimat nomor 170 sampai nomor 172 digunakan dalam situasi informal oleh pembicara yang lebih rendah kedudukannya dari lawan bicara. Dalam pengucapannya kalimat-kalimat diatas diucapkan dengan nada bicara yang menurun. 2. ~ naide kure Pola ini membentuk kalimat larangan yang lebih keras dari pola naidekudasai. Dalam pembentukannya, penggunaan pola ini hampir sama dengan pola “~naidekudasai”. Perbedaannya hanya penambahan “~kure” di belakang “~naide”. Kalimat di dibawah adalah penggunaan pola ini dalam situasi informal, yaitu dalam hubungan pertemanan. (173) いやあの...違うんだ。だから近づかないでくれ。 Iya ano… chigaunda. Dakara chikadzukanaidekure. (Tidak… bukan begitu.) 3. ~ naide Dalam kalimat berikut, larangan yang diucapkan hanya “~naide” saja tanpa diikuti “~kudasai” atau “~kure”. Meskipun demikian kalimat ini tetap dapat dimengerti sebagai kalimat larangan. Pola ini digunakan dalam situasi formal dan informal. (174) 苦ってなことから目をそらさないで。 Nigattena koto kara me o sorasanaide. (Jangan memalingkan mata dari hal yang pahit.) (175) 触らないで。榊君何か大嫌い。 Sawaranaide! Sakakikun nanka, daikirai! (Jangan sentuh! Aku sangat benci Sakaki!) (176) なかったことにしないでね。 Nakatta koro ni shinaidene. (Jangan bersikap seakan hal tersebut tidak ada.) 56
4. ~ te wa dameda Dalam drama My Boss My Hero, kalimat ini digunakan dengan perubahan bunyi “te wa” menjadi “cha”. Digunakan dalam situasi informal antara pembicara yang berposisi debagai guru dan lawan bicara yang berposisi sebagai murid. Larangan yang dibentuk dengan pola ini terdengar seperti sebuah anjuran. Penggunaanya ada dalam kalimat berikut : (177) それを忘れちゃだめ。 Sore o wasurecha dame. (Jangan lupakan itu.) (178) あんまりムチャムチャだめよ。 Anmari muchamucha dame yo. (Jangan terlalu ceroboh.) 5. ~ no Pola ini dapat digunakan dalam kalimat perintah dan larangan, dengan cara meletakkan pola di belakang kata kerja yang akan dijadikan perintah. Biasanya pola ini diucapkan dengan nada bicara yang menurun ketika memberikan perintah atau larangan. Namun dalam penggunaan di bawah ini, pola ini diucapkan dengan nada bicara yang tinggi untuk menekankan ketegasan larangan yang diucapkan oleh pembicara. (179) 榊君...寝ないの! Sakakikun… nenai no! (Sakaki… jangan tidur!) 6. ~ runjanai Pola kalimat ini termasuk ke dalam ragam bahasa pria. Pembentukan kalimat perintah dengan pola ini adalah dengan meletakkan “~njanai” di 57
belakang kata kerja bentuk kamus yang akan dijadikan perintah. Dalam drama My Boss My Hero banyak ditemui kalimat larangan yang menggunakan pola ini. Hampir semua kalimat larangan dengan pola ini digunakan dalam situasi informal. Penggunaannya ada dalam kalimat berikut : (180) そうだ、やつらの狙いは君だ。だが、挑発に乗るんじゃない。 Souda, yatsura no nerai wa kimida. Daga, Chouhatsu ni norunjanai. (Memang betul, orang yang mereka incar adalah kamu. Tapi, jangan sampai kamu terprovokasi.) (181) おい、触るんじゃないよ! Oi, sawarunjanaiyo! (Hei, jangan sentuh!) Dalam penggunaan lainnya banyak ditemui penggunaan akhiran, frase atau kata yang termasuk ke dalam ragam bahasa laki-laki. Diantaranya adalah penggunaan akhiran “zo” yang diletakkan di belakang “~janai”. Dengan adanya penggunaan partikel tersebut memberikan penekanan lebih terhadap kalimat yang diucapkan oleh pembicara. Dalam kalimat lainnya frase seperti “kono yarou” dan “kora” yang berarti “sialan” dan “hei” diletakkan di belakang “zo”, sehingga memberikan penekanan lebih terhadap kalimat yang diucapkan. Contohnya adalah sebagai berikut : (182) 先生に手出すんじゃないぞ。 Sensei ni te dasunjanaizo. (Jangan mengganggu bu guru.) 58
(183) てめちょしこえで呼ぶしてんじゃないぞ。 Teme choshikoede yobunshitenjanaizo (Kamu jangan memanggilnnya dengan nada begitu.) (184) 餓鬼扱いするんじゃないぞこのやろう。 Gaki atsukai surunjanaizo konoyarou. (Jangan memperlakukanku seperti anak kecil sialan!) (185) ふあ!殴るんじゃないよこのやろう。 Hwa! Nagurunjanaiyo Kora! (Hwa! Hei jangan memukulnya.) (186) 人の島ではしゃいでんじゃないぞこのやろう。 Hito no shima de hasshaidenjanaizo kono yarou. (Jangan berbuat onar di wilayah orang lain.) (187) ぶつぶつ言ってんじゃないぞこのやろう。 Butsubutsu ittenjanaizo konoyarou. (Jangan bicara menggumam sialan!) (188) 邪魔すんじゃないぞこら。 Jama sunjanaizo kora. (Hei, jangan mengganggu.) (189) 若の目の前でふざけたこと言ってんじゃないぞこら。 Waka no me no mae de fuzaketa koto ittenjanaizo kora. (Hei, jangan mengatakan lelucon di depan tuan.)
Selain ragam bahasa laki-laki, pengaruh dari karakteristik ragam lisan pun dapat terlihat dalam beberapa kalimat. Diantaranya adalah perubahan bunyi bunyi “ru” dari kata kerja menjadi “n”. Perubaan bunyi lainnya 59
adalah perubahan “janai” dalam menjadi “janee”. Kedua hal tersebut merupakan hal yang biasa dalam bahasa Jepang. Kalimat-kalimat dengan ciri-ciri di atas, adalah sebagai berikut : (190) 見てんじゃない! Mitenjanai! (Jangan lihat!) (191) くそがっきが、俺の兄貴に向かって「マッキー」じゃねえぞこ のやろう。 Kuso gakki ga, ore no aniki ni mukatte “Makky” janeezo kono yarou. (Anak-anak sialan, jangan memanggil “Makky” terhadap kakakku.) (192) 邪魔するんじゃねえぞこのやろう Jama sunjaneezo konoyarou. (Jangan mengganggu sialan.) (193) 見てんじゃねえよ、ほっとけよ。 Jangan lihat. Menjauhlah (Mitenjaneeyo. Hottokeyo.) 7. ~na Pembentukan kalimat larangan dengan pola ini adalah dengan menambahkan “na” di belakang kata kerja bentuk kamus. Kalimat larangan dengan pola ini membentuk kalimat larangan yang kasar. Aplikasi pola “na” dalam kalimat-kalimat di bawah ini banyak digunakan dalam situasi informal. Penggunaan pola ini ada dalam kalimat berikut : (194) 指すな!俺を指すなお父ちゃん坊や。指したら殺す! Sasuna! Ore o sasunayo otouchan bouya. Sashitara korosu! 60
(Jangan menunjukku! Jangan menunjukku bapak-bapak berwajah imut. Kalau menunjukku kubunuh kau!) (195) 馬鹿と言うな! Baka to iuna! (Jangan bilang bodoh!) (196) 泣くな。 Nakuna. (Jangan menangis) (197) 逃げるな、戦え。 Nigeruna, tatakae. (Jangan kabur, bertarunglah.) Beberapa kalimat memiliki karakteristik ragam bahasa lisan, dimana terdapat penyingkatan atau perubahan bunyi “ru” dari kata kerja menjadi “n”. Kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut : (198) 何で何で見てんじゃないこのやろう、嘗めんな。 Nande nande mitenjanai konoyarou, namenna. (Kenapa kenapa, jangan melihatku sialan, jangan meremehkan aku)
(199) 何笑ってお前。嘗めんな。 Nani waratte omae. Namenna. (Apa yang kau tertawakan? Jangan menganggap remeh.) (200) ふざけんなてめこら。 Fuzakenna teme kora. (Hei jangan bercanda kamu.) Ada juga kalimat yang ditambahkan akhiran “yo” untuk menunjukkan penegasan kalimat larangan. (201) 失恋とか言うなよ。 Shitsuren toka iunayo. (Jangan bicara tentang patah hati.) (202) そうだ榊、熱くなるなよ。拗ねるなよ..な。 Souda Sakaki, atsukunarunayo. Sunerunayo...na. (Begitu sakaki, jangan emosi begitu. Jangan merajuk begitu...ya.) 61
C. Hasil Analisis Data dan Pembahasan Meirei dan Kinshi no Hyougen Setelah menganalisis data, meirei dan kinshi no hyougen yang terdapat dalam drama My Boss My Hero adalah sebagai berikut :
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Tabel 4.1 Meirei dan kinshi no hyougen dalam drama My Boss My Hero Situasi Jumlah Jenis Pola Kalimat Penggunaan Kalimat Hyougen ~ te kudasai Formal/Informal 29 Meirei ~ te kure Informal 13 Meirei ~ te Formal/Informal 47 Meirei ~ nasai Formal/Informal 23 Meirei o ~ kudasai Informal 2 Meirei Vru ~ koto Informal 1 Meirei ~ runda Informal 3 Meirei Perubahan Doushi Informal 59 Meirei (K.Kerja) ~ naide kudasai Formal/Informal 4 Kinshi ~ naide kure Informal 1 Kinshi ~ naide Formal/Informal 3 Kinshi ~ te wa (cha) dame Informal 2 Kinshi ~ no Informal 1 Kinshi ~ runjanai Informal 16 Kinshi ~ na Informal 24 kinshi
Jumlah total kalimat yang perintah dan larangan adalah 228 kalimat. Meirei no hyougen sebanyak 177 kalimat dan kinshi no hyougen sebanyak 51 kalimat. Sedangkan untuk jumlah total pola kalimat yang digunakan adalah 15 pola kalimat, 8 untuk meirei dan 7 untuk kinshi. Pola kalimat pembentuk perintah dan larangan yang ada dalam drama My Boss My Hero hampir seluruhnya digunakan dalam situasi informal dan mencakup berbagai macam hubungan antara pembicara dan lawan bicara. Misalnya situasi informal dalam percakapan antar teman sebaya atau dari atasan kepada bawahan. Sedangkan situasi formal hanya terdapat dalam lingkungan sekolah antara guru dengan murid. 62
D. Pembahasan Meirei dan Kinshi no Hyougen Kalimat perintah yang ada dalam drama My Boss My Hero adalah kalimat perintah dengan pola yang terdapat pada tabel di atas. Aplikasi penggunaan kalimat perintah dan larangan yang ada dalam drama, tidak jauh berbeda dengan teori yang telah dibahas pada bab II penelitian ini. Hanya saja ada beberapa perbedaan yang terlihat pada pola “~te kudasai” dan “~nasai”. Perintah dengan kedua pola ini dapat digunakan baik dalam situasi formal maupun informal. Kalimat perintah dengan pola ini berkonotasi sopan dan terkesan kurang tegas. Namun dalam aplikasinya, kalimat ini dapat menjadi perintah yang tegas apabila dalam pengucapannya disertai dengan nada bicara yang meninggi. Selain itu, untuk mempertegas perintah, beberapa kalimat menggunakan akhiran “yo” di belakang “~kudasai” atau “~nasai”. Kalimat yang diucapkan dengan nada tinggi tidak hanya pola te kudasai dan nasai, dalam satu kalimat pola “o~kudasai” pun diucapkan dengan nada tinggi untuk menunjukkan ketegasan pembicara. Pola ini adalah pola untuk perintah yang sangat sopan dan menunjukkan rasa hormat pembicara yang sangat tinggi kepada lawan bicaranya. Namun dalam keadaan darurat yang memerlukan tindakan cepat dari pembicara, pola ini digunakan dengan cara seperti itu. Kalimat perintah dengan pola kalimat perubahan kata kerja merupakan kalimat perintah dengan jumlah terbanyak dalam drama My Boss My Hero, yaitu sebanyak 59 kalimat. Hal ini bisa jadi dilatar belakangi oleh 63
kepraktisan penggunaan perintah dengan pola ini yang hanya mengubah bunyi “u” dari kata kerja menjadi “e/o”. Selain itu, perintah dengan pola ini dapat digunakan dalam keadaan darurat, dimana perintah yang keluar diucapkan secara refleks. Atau dalam keadaan yang tidak memungkinkan penggunaan pola kalimat perintah lain yang berkonotasi sopan. Selain itu, penggunaan pola ini pun menunjukkan ketegasan perintah yang diberikan oleh pembicara. Oleh karena itu, kalimat perintah dengan pola ini hanya ditemui dalam situasi informal.Meskipun pola ini biasa digunakan oleh lakilaki, namun dalam aplikasinya, tidak jarang ada juga karakter perempuan yang menggunakan perintah dengan pola kalimat tersebut. Pola kalimat “~te” adalah pola kalimat pembentuk perintah dengan jumlah terbanyak kedua setelah pola perubahan kata kerja. Dalam drama, kalimat dengan pola ini berjumlah 47 buah. Penggunaan pola kalimat ini pun sama praktisnya dengan pola perubahan kata kerja. Dengan pola ini perintah dibentuk dengan mengubah kata kerja ke dalam bentuk sambung atau bentuk “~te”. Meskipun pola ini tidak diikuti oleh “~kudasai” atau “~kure”, kalimat yang dibentuk dengan pola ini tetap dapat dimengerti sebagai perintah. Karena, dalam pengucapannya pola ini diucapkan dengan nada bicara yang cenderung datar dan tidak jarang diikuti juga oleh gerak tubuh pembicara. Pola ini, dapat digunakan baik dalam situasi formal maupun informal. Diluar dari pola kalimat perintah yang telah dibahas di atas, aplikasi dalam percakapan dengan teori penggunaannya tidak ada yang berbeda. 64
Untuk
kalimat
larangan,
aplikasi
pola
kalimat
dengan
teori
penggunaannya tidak jauh berbeda. Hanya saja ada beberapa perbedaan dalam kalimat yang menggunakan pola kalimat “~runjanai” dan “~na”. Kalimat larangan dengan pola “~na” merupakan kalimat larangan dengan jumlah terbanyak yaitu 24 kalimat. Pola ini sering ditemui dalam situasi informal. Dalam aplikasinya terdapat beberapa perbedaan dengan teori yang telah dikemukakan. Diantaranya adalah pengaruh karakteristik bahasa lisan yang mengakibatkan perubahan bunyi “ru” dari kata kerja menjadi “n”. Selain itu, akhiran “yo” pun kerap kali digunakan untuk mempertegas kalimat larangan dengan pola ini. Selain dalam pola “~na”, perbedaan antara teori dengan aplikasi terdapat juga dalam pola runjanai. Dalam drama My Boss My Hero, kalimat larangan dengan pola ini memiliki jumlah terbanyak kedua setelah pola “~na”. Dalam aplikasinya, pengaruh ragam bahasa lisan juga ada dalam kalimat dengan pola ini. Seperti perubahan bunyi “ru” dari kata kerja menjadi “n”, atau perubahan bunyi dari “janai” menjadi “janee”. Selain itu, kalimat larangan dengan pola ini kerap kali diikuti akhiran “zo” di belakang “janai”. Kadang setelah itu diikuti lagi dengan kosa kata “kora” atau frase “kono yarou”. Dalam drama My Boss My Hero, larangan dengan pola ini hanya diucapkan oleh karakter pria dan digunakan dalam situasi informal.
65