BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berdiri pada tahun 1972 dengan nama PT. Daya Manunggal , luas tanah 52 ha, fokus pada produk textile hulu. Tanggal 12 Juli 1977 holding company membangun pabrik Spinning sebanyak 2 unit yaitu AP1 & AP2, tahun 1980 holding company membangun Pertenunan dan Dyeing Finishing dengan nama AP3 & AP4. Tahun 1985 unit weaving yaitu PT. Daya Manunggal melakukan rekondisi mesin dari mesin tenun shutle ke AJL dan diadakan perubahan PT. Daya manunggal diambil alih oleh PT. Dharma Manunggal yang memproduksi kain tenun. Ditahun yang sama PT. Dharma manunggal mendirikan unit pencelupan benang bernama DM. 3. Tahun 1987 mendirikan unit Printing kain motif bernama AP5, kemudian tahun 1990 dilakukan merger semua aset PT. Dharma Manunggal melebur menjadi PT. Argo Pantes,Tbk. Terakhir tahun 1990 melakukan perluasan area di Bekasi sebanyak 2 unit yaitu SP4 dan SP5.
Kapasitas produksi PT. Argo Pantes, Tbk adalah : 1.
Unit Weaving
= 1,5 - 3 juta yard/bulan,
2.
Unit SP1
= 2200 - 2700 bale/bulan,
3.
Unit SP2
= 4200 - 4500 bale/bulan
4.
Unit SP3
= 1800 - 3000 bale/bulan
5.
Unit Fab Proc
= 2 – 2,5 juta yard/bulan
Dimana tujuan eksport produk yang dihasilkan oleh PT. Argo Pantes, Tbk meliputi negara-negara : 1.
Netherland (46,03%)
10. Vietnam (1,23%)
2.
Polandia (6,5%)
11. Spain (4,22%)
3.
Dubai (1,24%)
12. UK (4,22%)
4.
Srilanka (7,22%)
13. USA (4,30%)
5.
Bangladesh (2,3%)
14. Peru (5%) 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6.
Swedia (0,35%)
15. Italy (7,72%)
7.
Turki (3,97%)
16. Greece (4,4%)
8.
Colombia (0,54%)
17. Africa (0,04%)
9.
Cyprus (0,73%)
Pasar global SDM masuk
ke Indonesia tahun 1999 PT. Argo Pantes Tbk.
menerima berbagai TKA terutama India paling banyak mendominasi. Tahun 2003–2008 adalah pasar bebas riil. Tahun 2008 – Sekarang pasar
AC-FTA
produk textile Chine merajai semua jenis tekstil termasuk garment untuk muslim dengan harga murah. Tahun 1985 jumlah tenaga kerja PT. Argo Pantes sekitar 7000 orang, kini tinggal 3300 orang.
Hal ini sangat memukul sistem perekonomian dunia khususnya negara – negara berkembang seperti,
Indonesia sangat dirasakan sekali meski langkah berat
dan tertatih-tatih PT. Argo Pantes, Tbk tetap survival industri TPT yang gulung tikar khususnya
mengingat banyaknya
home industry, namun dengan
semangat tinggi bahwa mutu produk textile Indonesia masih diperhitungkan oleh pasar eropa, karena dikelola oleh putera-puteri terbaik dengan pendidikan rata– rata SLTA, S1 dan S2.
4.1.2 Lokasi PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang berlokasi di Jl. M. H Tamrin KM. 4 Cikokol Tangerang, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil atau garment dengan kantor pusat di Jakarta, wisma Argo Manunggal Lt. 2 Jl. Jend Gatot Kav 22, Jakarta Pusat. Alasan memilih mendirikan industri di lokasi Cikokol, Tangerang ini adalah sebagai berikut : 1.
Menurut Tata kota Jawa Barat, daerah ini merupakan daerah industri.
2.
Tersedianya lahan yang cukup dan murah untuk mendirikan sebagai pabrik.
3.
Terletak di pinggir jalan M.H Thamrin, Cikokol yang merupakan jalan utama menurut Dinas Tata Kota Tangerang.
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Dekat dengan sungai Cisadane sehinga memudahkan untuk mengambil sumber air dan pembuangan limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan air bersi sehingga tidak mencemari sungai Cisadane.
5.
Lebih mendekatkan dengan ibu kota negara yang sekaligus sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional.
4.1.3 Tata Letak PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang merupakan perluasan da pengembangan dari pabrik tekstil PT. Daya Manunggal yang berlokasi di Salatiga Jawa Tengah. Pabrik Daya Manunggal Salatiga didirikan pada tahun 1961, kongsi antara Mr. The Ning King dan Mr. Musa karena dirasakan perlu pengembangan dan perluasan pabrik maka didirikannya PT. Daya Manunggal yang berlokasi di Tangerang dengan menempati tanah seluas 44,5 ha. PT. Daya Manunggal didirikan pada 29 Mei 1972 dengan kantor pusat di Jakarta Wisma Argo Manunggal Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 22. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan pesanan konsumen maka pada tahun 1987 didirikan 1 (satu) unit printing yang memproduksi kain bermotif dan manajemennya dikelola oleh PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang dan unit ini disebut unit Argo Pantes 5. Dengan selesainya pembangunan yang telah dilaksanankan oleh PT. Argo Pantes,Tbk Tangerang dan Dharma Manungal maka pada areal tanah seluas 52 ha telah berdiri perusahaan tekstil terpadu yang memproduksi benang hingga menjadi kain siap pakai.
Gambar 4.1. Lay Out PT. Argo Pantes, Tbk 50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.1.4 Visi Perusahaan Menjadi produsen tekstil terpadu dan terkemuka di Indonesia yang menghasilkan produk berkualitas, ramah lingkungan dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.
4.1.5 Misi Perusahaan 1.
Meningkatkan efisiensi dan produtivitas dengan menerapkan “ Best Practice”
2.
Menyediakan produk dan pelayanan terbaik bagi para pelanggan.
3.
memaksimalkan pengembalian nilai investasi para pelanggan.
4.
Meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Government)
5.
Berperan aktif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
4.1.6 Fasilitas di PT.Argo Pantes,Tbk Tangerang PT.Argo Pantes, Tbk Tangerang menyediakan fasilitas untuk kenyamanan dan kepuasan karyawan. Fasilitas tersebut antara lain : 1.
Kamar mandi (1 kamar mandi pria untuk 20 orang, 1 kamar mandi wanita untuk 20 orang)
2.
Masjid
3.
Kantin karyawan
4.
Ruang training center
5.
Poliklinik
6.
Kendaraan bus antar jemput karyawan
7.
Sepeda karyawan
8.
Mess karyawan yang di dalamnya terdapat : a. lapangan tenis b. lapangan bulu tangkis c. lapangan sepak bola
4.1.7 Struktur Organisasi PT.Argo Pantes,Tbk Tangerang Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu tatanan kerangka kerja semua aktivitas perusahaan dan merupakan pedoman dalam pengaturan posisi kerja 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
setiap pekerja. Struktur organisasi yang baik akan menghasilkan manajemen yang baik. Hal ini jelas berpengaruh terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang merupakan perusahaan yang berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas, yaitu perusahaan yang modalnya berasal dari beberapa pemegang saham. Perusahaan ini memiliki wewenang yang harus dilaksanakan Dewan Direksi (Board of Directors). Unsur Pimpinan PT.Argo Pantes,Tbk Tangerang meliputi : 1.
Dewan Komisaris
2.
Direktur Utama
3.
Sekretaris
Secara garis jabatan, Dewan Komisaris membawahi Direktur Utama, yaitu Direktur Produksi, Direktur Sumber Daya Manusia, Direktur keuangan dan Administrasi, Direktur Pemasaran. Masing-masing Direktur membawahi VP (Vice President), Manager, Shift Leader, Supervisor, Operator dan Helper di divisinya.
Struktur organisasi di tempat melaksanakan penelitian pada Unit Spinning satu yang mempunyai mesin-mesin : 1.
Lattice Mesin Blowing
2.
Lap Hasil Mesin Blowing
3.
Mesin Carding CE
4.
Mesin Drawing
5.
Mesin Combing
6.
Mesin Ring Spinning (RY)
7.
Mesin Mach Conner (WD)
adalah seperti pada gambar. 4.2. berikut ini :
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Unit Spinning 1 PT. Argo Pantes, Tbk. 53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.1.8 Proses Produksi PT. Argo Pantes,Tbk Tangerang mempunyai beberapa unit proses, yaitu
sebagai
berikut : 1.
Spinning 1 Spinning 1 merupakan suatu istilah umum untuk suatu proses yang mensejajarkan serat satu dengan yang lain dan dibentuk menjadi ukuran tertentu lalu di pilih agar serat-serat tidak lepas dan hasilnya itulah yang disebut benang, spinning 1 mempunyai beberapa tahap proses yaitu sebagai berikut :
a.
Classer Fungsinya yaitu mengatur pemakaian kapas untuk diproses di unit spinning. Alat yang digunakan adalah H.V.I yang berfungsi untuk mengukur diameter serat kapas dengan standard kapas berkisar antara 3,5 – 5 microner.
b.
Blowing Berfungsi untuk membuka serat dari balee padat. Berat tumpukan balee berkisar 220-250 kg dan 1 mixing di mesin blower berisi 10-20 balee tergantung pada komposisi dan jenis kapas. Tahap ini menghasilkan lap yang berbentuk gulungan.
c.
Carding Berfungsi untuk mensejajarkan serat satu dengan yang lain dan mengeluarkan kotoran serat-serat pendek. Pada proses ini kapas dari lap yang berbentuk gulungan diubah menjadi sliver carding yaitu tali yang digulungkn. Proses ini menghasilkan efek debu kapas yang paling banyak.
d.
Drawing Berfungsi untuk meluruskan serta menyusun serat-serat agar lebih sejajar agar lebih sejajar satu dengan yang lain dalam arah untaian dan untuk mengurangi ketebalan serat.
e.
Lap Former Berfungsi untuk mengubah kapas dalam bentuk sliver drawing menjadi bentuk lap untuk persiapan pada proses berikutya dan menyesuaikan berat satuan panjang untuk proses berikutnya. 54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
f.
Combing Berfungsi untuk menghilangkan serat-serat pendek, mensejajarkan serat dan meluruskannya, menghilangkan nep dan abu dengan hasil lap combing.
g.
Roving Berfungsi untuk mengecilkan sliver sampai ukuran yang cocok untuk dipintal dan memberi twist hasilnya yaitu benang roving.
h.
Ring Spinning Berfungsi untuk menarik roving sampai ukuran yang diinginkan dan memberi pilihan (twist) yang tepat untuk mendapatkan kekuatan yang diinginkan. Bagian ini merupakan proses yang paling bising.
i.
Winding Berfungsi untuk menggulung kembali benang dari proses pemintalan ke dalam bentuk cheese/cones agar mudah digunakan untuk proses selanjutnya dan memperbaiki kualitas dengan jalan memotong slub benang, memotong benang besar dan benang kecil.
j.
Packing Proses packing yaitu benang-benang yang sudah siap dibawa ke gudang benang denga kendaraan forklift atau kereta benang.
2.
Spinning 2 Pada dasarnya proses pengolahan yang terjadi di unit spinning 2 sama saja dengan spinning 1 dan 3, perbedaannya hanya pada bahan baku. Bahan yang digunakan di spinning 2 adalah Polyester. Tahapan proses unit spinning 2, yaitu : a. Persiapan bahan baku b. Open balee c. Blowing (pencampuran dan pemisahan serat benang) d. Carding (mensejajarkan serat benang) e. Drawing I (merapatkan serat benang) f. Drawing II (menghaluskan serta benang) g. Drawing III (finishing) 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
h. Roving (benang roving yang dihasilkan dari drawing III merupakan benang setengah jadi) i. Ring spinning j. Winding (menggulung dan mengoreksi benang) k. Packing l. Gudang m. Pasar
3.
Weaving Weaving merupakan proses pertenunan kain. Weaving 1 hanya memproduksi kain polos. Bahan baku weaving 1 berupa benang yang didapatkan dari unit spinning. Bagian weaving terdiri dari 2 unit, yaitu ; a. Weaving 1 : mengubah bahan baku benang putih ataupun berwarna menjadi kain polos. b. Weaving 2 : mengubah bahan baku benang berwarna menjadi kain bermotif kotak-kotak atau salur. Flow Process Weaving 1 : a. Warping : pemindahan gulungan benang lusi dari gulungan cones kepada boom sesuai dengan panjang hanian. b. Sizing : proses pengajian benang lusi untuk menutup bulu-bulu benang dan menambah kekuatan benang. c. Reaching / Tyeing : memasukkan benang lusi setelah proses sizing ke dalam sisir sesuai dengan anyaman tenun. d. Loom : membuat kain dengan cara menganyam benang lusi dan benang pakan dengan motif anyaman yang tertentu. e. Inspecting : pemeriksaan kain untuk memisahkan grade kain yang telah selesei ditenun. f. Folding : melipat kain dengan mesin folding. g. Packing : mengepak kain grey sesuai jenis kain dan gradenya. h. Finishing atau mutasi ke gudang.
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Weaving 2 Sama seperti weaving 1, pada unit weaving 2 juga terjadi proses penenunan, perbedaannya bahan baku pada unit ini hanya berupa benang berwarna. Beberapa tahap proses, yaitu sebagai berikut : a. Warping yaitu pemindahan gulugan benang lusi dari gulungan cones kepada boom sesuai dengan panjang hanian. b. Sizing yaitu proses penganjian benang lusi untuk menutup bulu-bulu benang dan menambah kekuatan benang serta untuk menentukan ukuran panjang benang yang diinginkan. c. Reaching / tyeing yaitu memasukkan benang lusi setelah proses sizing ke dalam sisir sesuai dengan anyaman tenun. d. Loom yaitu membuat kain dengan cara menganyam bengan lusi dan benang pakan dengan motif anyaman yang tertentu. Pada tahap ini menggunakan mesin tenun yang pada proses kerja menghasilkan suara yang sangat bising. e. Inspecting yaitu pemeriksaan kain untuk memisahkan grade kain yang telah selesai ditenun. f. Folding yaitu melipat kain dengan mesin folding g. Packing yaitu mengepak kain grey sesuai jenis kain dan gradenya. h. Finishing atau mutasi ke gudang.
Adapun produk akhir yang diolah pada Unit Spinning 1 berada pada bagian Winding yang merupakan tempat penelitian dilaksankan adalah berupa gulungan benang (cones/cheese) seperti pada Gambar 4.3 berikut ini :
Gambar 4.3. Gulungan Benang (cones/cheese) 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Salah satu bentuk cacat (defect) yang terjadi pada proses produksi pada bagian Winding ini adalah seperti Gambar 4.4. berukut ini, yaitu berupa Gulungan Benang Bertingat (Stepped Winding) dan Gulungan Benang Berkembang (Wrinkles)
Gambar 4.4. Bentuk Cacat (defect) pada hasil Produksi pada Bagian Winding
4.1.9. Kondisi Tempat Penelitian di Bagian Winding Unit Spinning 1 Mesin yang ada di bagian Winding Unit Spinning 1 PT. Argo Pantes, Tbk antara lain adalah Mesin Mach Coner yang mempynia fungsi pokok sebagai : 1.
Menggulung benang bobbin dari bentuk bobbin Ring Spinning menjadi bentuk
cone/cheese
dengan
berat
maupun
panjang
sesuai
dengan
kebutuhan/permintaan konsumen. 2.
Menghilangkan kesalahan-kesalahan benang (Deffect) yang terjadi pada proses Ring Spinning maupun Front Spinning dengan syarat-syarat tertentu.
3.
Untuk kebutuhan-kebutuhan proses tertentu pada benang diberikan wax yang maksudnya untuk menidurkan bulu-bulu benang.
4.
Penggulungan tersebut untuk memudahkan proses produksi pada unit pertenunan maupun perajutan.
Adapun banyak mesinnya adalah 16 buah yang diberi nomor urut 1 s/d 16, salah satu contoh mesin tersebut adalah seperti Gambar 4.5 di bawah ini.
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.5. Mesin Winding Sedangkan keadaan ruangan dapat dilihat pada Gambar 4.6 seperti di bawah ini.
Gambar 4.6. Kondisi Ruang Bagian Winding
4.2
Pengolahan Data
4.2.1 Karakteristik Responden Responden yang terlibat pada penelitian ini adalah karyawan produksi yang terkena shift pada Bagian Winding Unit Spinning 1 PT. Argo Pantes Tbk yang berjumlah 44 orang. Profil responden dijelaskan berdasarkan data demografi dan kondisi karyawan dalam pekerjaannya. Data demografi meliputi umur dan pendidikan, sedangkan profil responden berdasarkan data kondisi karyawan berhubungan dengan jenis kelamin, jabatan dan masa kerja karyawan.
4.2.2 Umur Responden Umur responden terdiri dari < 21 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, 41-45 tahun dan >45 tahun. Gambar 4.7. menunjukkan persentase karakteristik responden berdasarkan usia. Dalam penelitian ini terlihat persentase 59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terbanyak terdapat pada rentang usia 31-35 tahun yaitu sebanyak 36 persen, lalu dikuti kelompok usia 26-30 tahun sebanyak18 persen, kelompok usia 41-45 tahun sebanyak 14%, selanjutnya kelompok usia >45 tahun sebanyak 11%, kelompok usia 21-25 tahun sebanyak 9%, berikutnya kelompok usia <21 tahun sebanyak 7% dan terakhir kelompok usia 36-40 tahun sebanyak 5 persen.
Umur Responden <21 tahun
21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun
36-40 tahun 41-45 tahun >45 tahun
14% 5%
11% 7% 9% 18% 36%
Gambar 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
4.2.3 Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin pekerja di bagian Winding Unit Spinning 1 sesuai dengan jumlah responden dalam penelitian ini dilaksanakan. Gambar 4.8. menunjukkan bahwa 48 % adalah laki-laki dan 52% terdiri dari perempuan.
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
48%
52%
Gambar 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.4 Pendidikan Responden Berdasarkan jumlah responden sebanyak 44 orang, sebanyak 23 % responden berpendidikan SLTP, 59 % berpendidikan SLTA, 11% berpendididkan Diploma dan 7% berpendidikan S1. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar 4.9.
Pendidikan SLTP
SLTA
DIPLOMA
11% 7%
S1
23%
59%
Gambar 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
4.2.5 Jabatan Responden Pada penelitian ini jabatan dikategorikan menjadi tiga, yaitu shift leader, supervisor dan operator. Pada gambar 4.10. terlihat bahwa sebagian responden 77% bekerja sebagai operator, 9% mempunyai jabatan shift leader dan 14% sebagai supervisor
Jabatan Shift Leader
Supevisor
9%
Operator
14%
77%
Gambar 4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.6 Masa Kerja Responden Pengalaman bekerja yang dimaksudkan adalah masa kerja responden selama bekerja sampai dengan penelitian ini dilaksanakan. Gambar 4.11. menunjukkan bahwa 21 % responden memiliki masa kerja 13-15 tahun, s e b a n y a k 1 8 % r e s p o n d e n m e m i l i k i m a s a k e r j a 4 - 6 t a h u n , sebanyak 16 % responden memiliki pengalaman kerja 4-6 tahun dan 7-9 tahun, serta 11 % responden memiliki masa kerja <15 tahun.
Masa Kerja Responden 0-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
10-12 tahun
13-15 tahun
>15 tahun
16% 16% 18%
21% 11%
18%
Gambar 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa kerja
4.3
Reliabilitas dan Validitas
Untuk mengetahui kualitas dari sebuah kuesioner maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.
Kuesioner disebarkan kepada para pekerja bagian
produksi shift dengan cara simpel random sampling dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan mengenai pelaksanaan 5S yang sudah berjalan di perusahaan ini.
Sekaran (2006) menyatakan bahwa reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Pengujian reliabilitas terhadap hasil kuesioner dilakukan untuk memastikan apakah kuesioner tersebut konsisten dalam megukur suatu gejala yang sama. Untuk hasil dari Output Reliability Statistic menggunakan teknik Cronbach Alpha. 62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen/indikator yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat ukur.
Makin kecil error pengukuran
makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya, makin besar error makin tidak reliable alat pengukur tersebut. Reliabilitas dinyatakan dengan angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien. Koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi dan makin rendah kesalahan dalam pengukuran. Pengujian reliabilitas terhadap hasil kuesioner dilakukan untuk memastikan apakah kuesioner tersebut konsisten dalam mengukur sesuatu gejala yang sama. Dari data-data yang telah diperoleh,
dapat diketahui hasil uji reabilitas 5S dan hambatan dengan
menggunakan teknik Cronbach’s Alpha seperti pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Reliability Statistic Variabel
5S
Reabilitas
Keterangan
Seiri
0,632
Dapat Diterima
Seiton
0,770
Dapat Diterima
Seiso
0,780
Dapat Diterima
Seiketsu
0,841
Baik
Shitsuke
0,860
Baik
0,871
Baik
Hambatan
Nilai Cronbach’s Alpha dari hasil pengolahan data 5S yang terdiri dari seiri diperoleh nilai 0,632, seiton nilai 0,770, seiso nilai 0,780, seiketsu nilai 0,841, shitsuke nilai 0,860 dan nilai hambatan adalah 0,871 Dengan demikian sesuai teori Sekaran, instrumen/indikator 5S dinilai dapat diterima dan hambatan dinilai baik atau dapat dipercaya sebagai alat ukur variabel. Dengan demikian apabila dilakukan pengukuran ulang maka data yang didapat akan konsisten dari waktu ke waktu.
Pengujian validitas kuesioner, dilakukan untuk memastikan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan dapat mengukur hal yang ingin diteliti. Item dapat dikatakan valid jika terjadi korelasi yang kuat dengan skor totalnya. 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hal ini menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkap sesuatu yang ingin diungkap. Item biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan kepada responden dengan menggunakan bentuk kuesioner dengan tujuan untuk mengungkap sesuatu. Pengujian validitas item dalam SPSS menggunakan Corrected Item Total Correlation dengan syarat rhitung > rtabel.
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sah atau tidaknya indikator yang dipergunakan sebagai alat ukur variabel. Dalam kuesioner ini berjumlah 44 responden. Dengan demikian diperoleh rtabel sebesar 0,297 dengan derajat kebebasan 5%. Tabel 4.2. Validitas Item
Rhitung
rtabel
Keterangan
Item
Rhitung
rtabel
Keterangan
Q_1
0,651
0,297
Valid
Q_19
0,834
0,297
Valid
Q_2
0,665
0,297
Valid
Q_20
0,797
0,297
Valid
Q_3
0,574
0,297
Valid
Q_21
0,800
0,297
Valid
Q_4
0,769
0,297
Valid
Q_22
0,845
0,297
Valid
Q_5
0,554
0,297
Valid
Q_23
0,778
0,297
Valid
Q_6
0,847
0,297
Valid
Q_24
0,854
0,297
Valid
Q_7
0,602
0,297
Valid
Q_25
0,720
0,297
Valid
Q_8
0,688
0,297
Valid
Q_26
0,782
0,297
Valid
Q_9
0,702
0,297
Valid
Q_27
0,813
0,297
Valid
Q_10
0,759
0,297
Valid
Q_28
0,775
0,297
Valid
Q_11
0,813
0,297
Valid
Q_29
0,840
0,297
Valid
Q_12
0,865
0,297
Valid
Q_30
0,866
0,297
Valid
Q_13
0,786
0,297
Valid
Q_14
0,579
0,297
Valid
Q_15
0,578
0,297
Valid
Q_16
0,834
0,297
Valid
Q_17
0,740
0,297
Valid
Q_18
0,862
0,297
Valid
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Item-item varibel dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui nilai seluruh pertanyaan hasilnya lebih dari 0,297. Maka dapat disimpulkan bahwa item-item variabel yang digunakan valid dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya. 4.4
Analisis Deskriptif
Analisis
deskriptif
mendeskripsikan
merupakan
metode
analisis
yang
bertujuan
atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya (Irawan,
2004).
4.4.1 Dimensi Seiri Sikap kerja seiri (pemilahan) merupakan pengaturan segala sesuatu dengan cara memilah sesuai dengan aturan dan prinsip tertentu.
Tabel 4.3. Skor Seiri Item
SS Frek
S %
Frek
R %
Frek
TS %
Frek
STS %
Frek %
Mean
Di area tempat kerja, saya membuang barang yang tidak perlu Q_1
Q_2
Q_3
3
7
Q Rata
61,36
7
15,91
7
15,91
0
0
3,59
15,91
29
65,91
8
18,18
0
0
0
0
3,98
Saya selalu melakukan pemakaian barang atau alat kerja sesuai dengan kebutuhan 6,82
29
65,91
11
25
1
2,27
0
0
3,77
Saya menyimpan barang-barang-barang yang tidak terlalu sering dipergunakan di gudang/tempat penyimpanan 2
Q_5
27
Saya selalu memilah-milah barang yang perlu dan barang yang tidak perlu
3 Q_4
6,82
4,55
25
56,82
16
36,36
1
2,27
0
0
3,64
Tidak ada barang yang tidak diperlukan di area tempat kerja saya 2
4,55
22
50,00
19
43,18
1
2,27
0
0
3,57
3,4
7,73
26
60,00
12
27,73
2
4,55
0
0
3,71
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat rata-rata responden memberi jawaban 3,4% sangat setuju, 60,00% menjawab setuju, 27,73% menjawab ragu-ragu dan 4,55% tidak setuju. Dari data ini dengan nilai 60% responden menyatakan setuju 65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menunjukkan bahwa aktifitas Seiri sudah dipahami dan menjadi budaya kerja mereka di area tempat kerja.
4.4.2 Dimensi Seiton Seiton merupakan suatu kegiatan menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Hal ini merupakan cara untuk menghilangkan proses pencarian. Tabel 4.4. Skor Seiton Item
Q_6
SS Frek
Q_8
Q_10
Frek
%
Frek
TS %
Frek
STS %
Frek %
Mean
6,82
27
61,36
12
27,27
2
4,55
0
0
3,70
0
0
3,75
Saya membuat daftar inventaris barang/alat yang ada 4
9,09
25
56,82
15
34,09
0
0
Saya menyusun semua alat dengan rapi sesuai dengan kegunaan, urutan dan seringnya penggunaan 6
Q_9
%
R
Saya memberikan tanda/label tempat penyimpanan dan identifikasi semua peralatan/mesin yang ada 3
Q_7
S
13,64
29
65,91
8
18,18
1
2,27
0
0
3,91
Saya melakukan pengecatan pada peralatan yang sudah mulai kusam/korosi 1
2,27
28
63,64
12
27,27
3
6,82
0
0
3,61
Saya menentukan letak penempatan peralatan yang dipakai serta meletakkan kembali peralatan yang telah digunakan pada tempatnya 7
Q Rata 4,2
15,91
24
54,55
13
29,55
0
0
0
0
3,86
9,55
27
60,45
12
27,27
1,2
2,73
0
0
3,77
Dari tabel 4.17 di bawah dapat dilihat rata-rata responden memberi jawaban 9,55% sangat setuju, 60,45% menjawab setuju, 27,27% menjawab ragu-ragu dan 2,73% tidak setuju. Dari data ini dengan nilai 60,45% responden menyatakan setuju menunjukkan bahwa aktifitas Seiton sudah dipahami dan menjadi budaya kerja mereka di area tempat kerja.
4.4.3 Dimensi Seiso Seiso berarti pembersihan. Dengan pembersihan kita sekaligus “memeriksa”. Cleaning is inspection. Kegiatan membersihkan dipercaya sebagai pembawa 66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
semangat dan gairah baru bagi manusia. Pembersihan sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja yang tidak memiliki cacat dan cela. Pembersihan lebih luas artinya daripada sekedar membersihkan tempat dan peralatan. Dalam pembersihan juga tercakup kesempatan untuk pemeriksaan. Bahkan tempat yang tidak kotor pun harus dicek ulang dan diperiksa. Gerakan seiso berusaha mencapai kotoran nihil dan debu nihil serta menghilangkan
cacat dan kesalahan kecil sesuai dengan tujuan
dilakukannya pemeriksaan utama.
Tabel 4.5. Skor Seiso SS Item
Frek
S %
Frek
R %
Frek
TS %
Frek
STS %
Frek %
Mean
Saya memastikan area dalam keadaan bersih, dengan prinsip "saya datang Q_11 bersih, pulang harus bersih". 5 Q_12 Q_13
11,36
26
59,09
12
27,27
1
2,27
0
0
3,80
Saya memastikan area dalam keadaan bersih setelah ada perbaikan alat 5
11,36
21
47,73
11
25,00
7
15,91
0
0
3,55
Saya tidak membiarkan terjadi genangan air, oli/bahan kimia di area kerja 4
9,09
25
56,82
14
31,82
1
2,27
0
0
3,73
Saya melakukan kegiatan pembersihan di area kerja selama 5-15 menit Q_14 setiap hari sebagai habit/kebiasaan 3 Q_15
6,82
33
75,00
8
18,18
0
0
0
0
3,89
Saya selalu menjaga kebersihan peralatan setelah digunakan 2
Q Rata 3,8
4,55 8,64
35
79,55
7
15,91
0
0
0
0
3,89
28
63,64
10
23,64
1,8
4,09
0
0
3,77
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat rata-rata responden memberi jawaban 8,64% sangat setuju, 63,64% menjawab setuju, 23,64% menjawab ragu-ragu, dan 4,09% tidak setuju. Dari data ini dengan nilai 63,64% responden menyatakan setuju menunjukkan bahwa aktifitas Seiso sudah dipahami dan menjadi budaya kerja mereka di area tempat kerja.
4.4.4 Dimensi Seiketsu Seiketsu berarti pemantapan
yang dilakukan
secara terus-menerus dan
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berulang-ulang, memelihara pemilahan, penataan dan pembersihannya. Dengan demikian, pemantapan mencakup kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. Osada (2000) mengutamakan manajemen visual yang dipergunakan untuk mencapai dan memelihara kondisi yang dimantapkan sehingga selalu dapat bertindak dengan cepat. Manajemen visual merupakan cara efektif menerapkan penyempurnaan berkesinambungan (kaizen).
Tabel 4.6. Skor Seiketsu SS
S
R
TS
STS
Item
Mean Frek
%
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Frek %
Saya melaksanakan jadwal piket 3S yang telah ditentukan perusahaan Q_16
1
2,27
32
72,73
11
25,00
0
0
0
0
3,77
Saya dapat memahami petunjuk/manual penggunaan peralatan/mesin Q_17
0
0
28
63,64
9
20,45
7
15,91
0
0
3,48
Saya mematuhi peraturan keamanan yang ada di perusahaan Q_18
Q_19
0 0 34 79,55 9 20,45 0 0 0 0 3,80 Saya selalu menjaga agar kondisi area kerja tidak terjadi ketidakteraturan 1 2,27 32 72,73 11 25,00 0 0 0 0 3,77 Saya memberi warna pada masing-masing tempat penyimpanan barang
Q_20
0 Q Rata 0,4
0
26
59,09
14
31,82
4
9,09
0
0
3,50
0,91
31
69,55
11
24,55
2,2
5,00
0
0
3,66
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat rata-rata responden memberi jawaban 0,91% sangat setuju, 69,55% menjawab setuju, 24,55% menjawab ragu-ragu, dan 5,00% tidak setuju. Dari jawaban responden tersebut dapat diketahui kebanyakan responden dapat menerima program ini, walaupun masih ada empat responden yang menyatakan tidak setuju dengan pada salah satu item pada seiketsu ini.
4.4.5 Dimensi Shitsuke Shitsuke berarti memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan sebagaimana seharusnya. Titik beratnya adalah melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya, 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lingkungan kerja dengan kebiasaan dan disiplin yang baik. Dengan mendidik dan melatih manusia, kebiasaan buruk dihilangkan, kebiasaan baik ditumbuhkan. Manusia akan terlatih dalam membuat dan mematuhi aturan.
Tabel 4.7. Skor Shitsuke SS
S
R
TS
STS
Item
Mean Frek
Q_21
Q_22
Q_23
Q_24
Q_25 Q Rata
%
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Frek
%
Saya melaksanakan tanggung jawab saya dalam penerapan 5S 0 0 30 68,18 14 31,82 0 0 0 0 3,68 Saya selalu memeriksa kondisi lingkungan kerja saya, apakah sudah sesuai dengan standar 5S 1 2,27 31 70,45 11 25,00 1 2,27 0 0 3,73 Saya melaksanakan standar keselamatan kerja dengan menggunakan perlengkapan keselamatan dalam bekerja 2 4,55 31 70,45 11 25,00 0 0 0 0 3,80 Setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya, saya selesaikan dengan tepat waktu 1 2,27 29 65,91 13 29,55 1 2,27 0 0 3,68 Saya menempatkan semua peralatan pada tempatnya setelah selesai digunakan 4 9,09 35 79,55 5 11,36 0 0 0 0 3,98 1,6
3,64
31
70,91
11 24,55
0,4
0,91
0
0
3,77
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat rata-rata responden memberi jawaban 3,64% sangat setuju, 70,91% menjawab setuju, 24,55% menjawab ragu-ragu, dan 0,91% tidak setuju. Secara keseluruhan responden kebanyakan menjawab setuju dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kusioner. Ini menunjukkan respon yang positif dari responden terhadap pelaksanaan program shitsuke yang telah dilakukan perusahaan.
4.4.6 Dimensi Hambatan Hambatan merupakan suatu hal yang menyebabkan pelaksanaan kerja menjadi tidak baik atau paling tidak akan mengganggu kelancaran di dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Semakin besar hambatan kerja dapat ditangani dengan 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
baik, maka semakin lancar pelaksanaan suatu kegiatan. Aktifitas 5S adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan secara terus menerus, dipantau kemajuannya dan dievaluasi hambatan-hambatan yang muncul selama kegiatan berlangsung. Hasil pantauan terhadap hambatan kemudian diketegorikan ke dalam beberapa indikator, seperti yang telah dijelaskan pada Bab III, selanjutnya dilakukan survey yang dimaksudkan untuk mengetahui persepsi responden terhadap hambatan. termasuk melakukan survey. Adapun Dimensi hambatan ini meliputi : Kepemiminan, Tempat Penyimpanan dan Alat Kebersihan dan Pemahaman tentang 5S. Tabel 4.8. Skor Hambatan SB Item
Q_26
Frek
B %
Frek
CB %
Frek
TB %
Frek
STB %
Frek %
Mean
Menurut anda, seberapa baik manajemen mendukung pelaksanaan 5S ?
24 54,55 17 38,64 3 6,82 0 0 0 0 4,48 Menurut anda, seberapa baik pimpinan memberikan teladan pelaksanaan Q_27 5S agar dilakukan dan dilaksanakan oleh karyawan ? 19 43,18 18 40,91 6 13,64 1 2,27 0 0 4,32 Menurut anda, bagaimana ketersediaan tempat penyimpanan dan alat-alat Q_28 kebersihan untuk mendukung aktivitas 5S ? 19 43,18 20 45,45 5 11,36 0 0 0 0 4,32 Menurut anda, sejauh mana anda mengetahui dan memahami pelaksanaan Q_29 5S ? 18 40,91 23 52,27 3 6,82 0 0 0 0 4,34 Menurut anda, seberapa baik penerapan 5S di area kerja saat ini ? Q_30 21 47,73 17 38,64 6 13,64 0 0 0 0 4,34 Q Rata
20
45,91
19
43,18
4,6
10,45
0,2
0,45
0
0
4,35
Dari tabel 4.8 di bawah dapat dilihat rata-rata responden memberi jawaban 45,91% sangat baik, 43,18% menjawab baik, 10,45% menjawab cukup baik, dan 0,45.% menjawab tidak baik. Dari jawaban responden di bawah diketahui masih ada beberapa hambatan yang terjadi atau yang menghambat pelaksanaan program 5S menurut beberapa responden. Persepsi responden terkait dukungan manajemen terhadap pelaksanaan 5S, dipersepsikan 54.55 % sangat baik dan 38.64% dipersepsikan baik, ini menunjukkan bahwa pelaksanaan 5S didukung 70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penuh oleh manajemen dan dukungan ini
merupakan modal yang sangat
berharga untuk keberhasilan. Komitmen manajemen adalah merupakan faktor utama dan pertama untuk keberhasilan program apapun dalam suatu industri termasuk pelaksanaan 5S.
Namun demikian, keteladanan dari pihak manajemen terhadap pelaksanaan 5S dipersepsikan paling rendah diantara persepsi-persepsi yang lain, 43.18% responden mempersepsikan sangat baik dan 40.91% responden mempersepsikan baik. Ini mengindikasikan bahwa di dalam pelaksanaan 5S, menajemen belum maksimal menjadi teladan bagi semua karyawan, bahkan terdapat 1 responden yang mempersepsikan keteladanan adalah tidak baik. Keteladanan merupakan bentuk dari komitmen manajemen, karenanya keteladanan harus menjadi norma bagi suatu organisasi.
4.5
Analisis Perbedaan
Untuk
mengetahui
apakah
terdapat
perbedaan
yang
signifikan pada
penerapan budaya kerja 5S maka diperlukan adanya suatu uji beda. Uji tersebut dilakukan berdasarkan kategori umur, jenis kelamin, pendidikan, jabatan dan masa kerja.
4.5.1 Perbedaan Berdasarkan Umur Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai 5S dan hambatan berdasarkan
umur, maka
dilakukan
pengujian
menggunakan
ANOVA. Syarat pengujian ANOVA adalah data harus berbentuk interval/rasio dan berdistribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang merupakan data ordinal. Hipotesis hubungan umur/usia, 5S, dan hambatan dengan uji ANOVA adalah sebagai berikut : a.
Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
b.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
Dengan kriteria pengujian : 71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ho diterima jika sig. > 0,05 Ho ditolak jika sig. ≤ 0,05 Untuk mengatasi masalah tersebut, data yang diperoleh harus dinaikkan menjadi skala interval/rasio. Menurut Al-Rasyid (1994), menaikkan data dengan skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi dengan menggunakan Metode Suksesive Interval. Tujuan dari dilakukannya transformasi data adalah untuk menaikkan data dari skala pengukuran ordinal menjadi skala dengan pengukuran interval yang lazim digunakan bagi kepentingan analisis statistik parametrik. Penggunaan skala interval bagi kepentingan statistik parametrik, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk mengubah data agar memiliki sebaran normal. Transformasi menggunakan model ini berarti tidak perlu melakukan uji normalitas.
Tabel 4.9. Uji ANOVA Berdasarkan Umur Dimensi
Sign. α
rtabel
Keterangan
Seiri
0,424
0,05
Ho diterima
Seiton
0,174
0,05
Ho diterima
Seiso
0,150
0,05
Ho diterima
Seiketsu
0,312
0,05
Ho diterima
Shitsuke
0,063
0,05
Ho diterima
Hambatan
0,053
0,05
Ho diterima
Dari tabel 4.9. tersebut di atas diketahui nilai signifikansi di atas 0,05, artinya Ho diterima dan H1 ditolak, karena nilai kesemua dimensi 5S dan hambatan sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada ditinjau dari aspek umur/usia, dengan kata lain persepsi semua karyawan di bagian Winding Unit Spinning I tidak ada perbedaan dari tingkat umur/usia dalam menerapakan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada. Ini berarti tidak tedapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan 5S dan penanganan hambatan yang ada untuk 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keenam dimensi tersebut berdasarkan kategori umur. Hal ini menunjukkan faktor umur tidak mempengaruhi persepsi responden terhadap keenam dimensi tersebut.
4.5.2 Perbedaan Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam penelitian ini, data sudah sesuai dengan asumsi yang disyaratkan, yaitu merupakan data statistik nonparametrik dan hanya memiliki 2 sampel. Uji perbedaan dengan menggunakan uji Mann-Whitney dapat diaplikasikan pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Hipotesis hubungan jenis kelamin, 5S, dan hambatan dengan uji Mann-Whitney adalah sebagai berikut : a.
Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
b.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
Dengan kriteria pengujian : Ho diterima jika sig. > 0,05 Ho ditolak jika sig. ≤ 0,05 Tabel 4.10. Uji Mann-Whitney U Test Berdasarkan Jenis Kelamin Dimensi
Sign. α
rtabel
Keterangan
Seiri
0,213
0,05
Ho diterima
Seiton
1,000
0,05
Ho diterima
Seiso
0,493
0,05
Ho diterima
Seiketsu
0,749
0,05
Ho diterima
Shitsuke
0,250
0,05
Ho diterima
Hambatan
0,521
0,05
Ho diterima
Dari tabel 4.10. tersebut karena hasil uji tidak signifikasn secara statistik, dengan demikian hipotesa nol dapat diterima yang artinya tidak ada perbedaan nilai kesemua dimensi 5S sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan penerapan budaya kerja 5S ditinjau dari aspek jenis kelamin, dengan kata lain 73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
persepsi semua karyawan di bagian Winding Unit Spinning I tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menerapakan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada.
4.5.3 Perbedaan Berdasarkan Pendidikan Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai 5S berdasarkan pendidikan maka dilakukan pengujian menggunakan KruskalWallis Test. Hal ini sesuai syarat bahwa data merupakan data ordinal yang merupakan data statistik nonparametrik dan mempunyai kategori lebih dari dua sampel. Hipotesis hubungan pendidikan, 5S, dan hambatan dengan uji KruskalWallis adalah sebagai berikut : a.
Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada berdasarkan pendidikan.
b.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada berdasarkan pendidikan.
Dengan kriteria pengujian : Ho diterima jika sig. > 0,05 Ho ditolak jika sig. ≤ 0,05 Tabel 4.11. Uji Kruskal-Wallis Test Berdasarkan Pendidikan Dimensi
Sign. α
rtabel
Keterangan
Seiri
0,495
0,05
Ho diterima
Seiton
0,067
0,05
Ho diterima
Seiso
0,391
0,05
Ho diterima
Seiketsu
0,444
0,05
Ho diterima
Shitsuke
0,497
0,05
Ho diterima
Hambatan
0,890
0,05
Ho diterima
Pada Tabel 4.11. menunjukkan h a s i l p e n g u j i a n m e n g g u n a k a n U j i Kruskal-Wallis dimana nilai keenam dimensi (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke dan Hambatan) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar dimensi 74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berdasarkan kategori pendidikan, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang artinya budaya 5S tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karyawan, misalnya karyawan yang berlatar belakang pendidikan S1 belum tentu lebih memahami dan melaksanakan budaya 5S dibandingkan karyawan yang berlatar belakang pendidikan lebih rendah.
4.5.4 Perbedaan Berdasarkan Jabatan Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai 5S dan hambatan berdasarkan jabatan maka dilakukan pengujian menggunakan Kruskal-Wallis. Hal ini sesuai syarat bahwa data merupakan data ordinal yang merupakan data statistik nonparametrik dan hanya mempunyai lebih dari dua sampel. Hipotesis hubungan jabatan, 5S, dan hambatan dengan uji KruskalWallis adalah sebagai berikut : c.
Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
d.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
Dengan kriteria pengujian : Ho diterima jika sig. > 0,05 Ho ditolak jika sig. ≤ 0,05 Tabel 4.12. Uji Kruskal-Wallis Berdasarkan Jabatan Dimensi
Sign. α
rtabel
Keterangan
Seiri
0,008
0,05
Ho ditolak
Seiton
0,039
0,05
Ho diterima
Seiso
0,068
0,05
Ho diterima
Seiketsu
0,160
0,05
Ho diterima
Shitsuke
0,071
0,05
Ho diterima
Hambatan
0,150
0,05
Ho diterima
Pada Tabel 4.12. menunjukkan hasil pengujian menggunakan Uji Kruskal75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Wallis dimana : 1.
Pada kelima dimensi (Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke dan Hambatan) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar dimensi tersebut berdasarkan kategori jabatan, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang artinya
2.
Sedangkan untuk dimensi seiri mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ini artinya untuk dimensi seiri ada perbedaan yang signifikan berdasarkan kategori jabatan. Berdasarkan pengujian Kruskal-Wallis diketahui bahwa jabatan shiftleader dan supervisor memiliki perbedaan yang signifikan dengan pemahaman operator pada dimensi seiri.
4.5.5 Perbedaan Berdasarkan Masa kerja Perbedaan yang signifikan pada nilai 5S dan hambatan berdasarkan masa kerja dapat diketahui dengan pengujian menggunakan ANOVA. Syarat pengujian ANOVA adalah data harus berbentuk interval/rasio dan berdistribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yang merupakan data ordinal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, data yang diperoleh harus dinaikkan menjadi skala interval/rasio. Hipotesis hubungan masa kerja, 5S, dan hambatan dengan uji ANOVA adalah sebagai berikut : a.
Ho = tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
b.
H1 = terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan budaya kerja 5S dan penanganan hambatan yang ada
Dengan kriteria pengujian : Ho diterima jika sig. > 0,05 Ho ditolak jika sig. ≤ 0,05 Tabel 4.13. Uji ANOVA Berdasarkan Masa Kerja Dimensi
Sign. α
rtabel
Keterangan
Seiri
0,206
0,05
Ho diterima
Seiton
0,375
0,05
Ho diterima
Seiso
0,593
0,05
Ho diterima
76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.13. Uji ANOVA Berdasarkan Masa Kerja (Lanjutan) Dimensi
Sign. α
rtabel
Keterangan
Seiketsu
0,816
0,05
Ho diterima
Shitsuke
0,724
0,05
Ho diterima
Hambatan
0,000
0,05
Ho ditolak
Dari tabel 4,13. di atas dapat diperoleh hasilnya : a.
Nilai signifikansi di atas 0,05 untuk kelima dimensi 5S, artinya Ho diterima. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penerapan dimensi 5S tersebut berdasarkan kategori masa kerja,
b.
Sedangkan pada dimensi hambatan nilai signifikansi di bawah 0,05, artinya H0 ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan dimana pada karyawan yang memiliki masa kerja lebih lama berpendapat lebih banyak hambatan dalam melaksanakan pekerjaannya dibandingkan karyawan yang memiliki masa kerja sedikit.
4.6
Analisis Pengaruh
Uji pengaruh menggunakan analisis regresi linier sederhana, yaitu hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), atau dalam artian ada variable yang mempengaruhi dan ada variable yang dipengaruhi. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis regresi linier ini banyak digunakan untuk uji pengaruh antara variable independen (X) terhadap variable dependen (Y) . Hipotesisnya adalah sebagai berikut : a.
Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan hambatan terhadap penerapan budaya kerja 5S.
b.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan hambatan terhadap penerapan budaya kerja 5S. 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dengan kriteria pengujian : Ho diterima jika sig. > 0,05 Ho ditolak jika sig. ≤ 0,05 Tabel 4.14. Nilai Koefisien Regresi (R) a
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
3,073
1
3,073
Residual
3579,564
42
85,228
Total
3582,636
43
F
Sig. ,036
b
,850
a. Dependent Variable: Total_5S b. Predictors: (Constant), Hambatan
Berdasarkan Tabel 4.14. yang menggunakan regresi ANOVA diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,036 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,850. Nilai Fhitung (0,036)
(4,07), dan nilai sig. lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai
0,850>0,05; maka Ho diterima dan H1 ditolak, hal ini berarti hambatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budaya kerja 5S.
Indikator dalam penelitian yang menentukan hambatan hanya mencakup support manajemen, keteladan, ketersediaan fasilitas kerja, pemahaman 5S dan kondisi penerapan 5S, ketidaksignifikanan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh cakupan penelitian yang kurang luas, artinya ada faktor diluar indikator atau dimensi hambatan yang lebih baik dalam mempengaruhi pelaksanaan 5S.
78
http://digilib.mercubuana.ac.id/