BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Deskriptif Tabel 4.1 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
IS
81
0
1
.23
.426
SIZE
81
4.8932
7.4245
6.171004
.6447805
NPM
81
.0002
.2895
.093994
.0754724
FL
81
.1282
.7352
.416991
.1792085
Valid N (listwise)
81
Sumber: Data sekunder yang diolah Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk 81 sampel . Data mengenai ke-81 sampel tersebut diambil dari Laporan Keuangan Tahunan perusahaan industri Bahan Dasar Kimia yang tercatat di BEI periode 2010 sampai 2012 (3 tahun ). Oleh karena itu banyaknya perusahaan industry bahan dasar kimia yang diteliti adalah 27 perusahaan. Perataan laba (IS) merupakan variabel dummy dimana untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0, dan perusahaan yang melakukan perataan laba diberi nilai 1. Hasil uji statistik deskriptif variabel ukuran perusahaan yang dilogaritma natural mempunyai nilai rata sebesar 6,171004, Standar deviasi sebesar 0,6447805 yang berarti terjadi perbedaan nilai ukuran perusahaan yang telah diteliti terhadap nilai rata ratanya sebesar 6,171004.
36
37
Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel
net profit margin
menunjukan nilai rata rata sebesar 0,093994 yang berarti rata rata laba yang diperoleh dari total penjualan yang yang dilakukan adalah 9,3%. Standar deviasi sebesar 0,0754724, ukuran penyebaran net profit margin cukup besar, didukung tentang nilai minimum dan nilai maksimum cukup jauh. Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel
financial leverage
menunjukan nilai rata rata sebesar 0,416991, yang berarti rata rata 41 % asset perusahaan dibiayai dengan hutang pada perusahaan sampel. Standar deviasi sebesar 0,1792085, adapun ukuran penyebaran variabel financial leverage pada perusahaan sampel ada pada rentang nilai minimum 0,1282 dan nilai maksimum 0,7352.
B.
Uji Analisis Regresi Logistik Analisis yang digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel
ukuran peusahaan, net profit margin,, financial leverage, dilakukan dengan teknik analisis regresi logistik (binary logistic regression) dengan bantuan komputer program SPSS Statistic 19.0. Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis teknik analisis yaitu analisis regresi logistik dengan metode “enter”. Analasis logistik dilakukan dikarenakan variabel terikatnya menggunakan skala nominal (non metrik) sedangkan variabel bebasnya menggunakan metrik. Teknik analisis ini tidak memerlukan uji normalitas, heteroscedasity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya.
38
Langkah pertama dalam menilai model fit adalah dengan melakukan penilaian overall fit model terhadap data. Beberapa tes statistik diberikan untuk menilai hal ini. hipotesis yang digunakan un-tuk menlai model fit adalah: Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan dasar kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan berturut turut mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Berdasarkan kriteria dalam pemilihan sampel, maka sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 perusahaan, sehingga diperoleh jumlah sampel dengan periode penelitian adalah 81 sampel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis ini adalah: a. Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit test) Model regresi dimulai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test < 0,05 maka hipotesis alternatif ditolak yang berarti model regresi logistic dinyatakan tidak fit (tidak layak) dengan datanya. Dan sebaliknya, jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test > 0,05 maka hipotesis alternatif diterima yang berarti model regresi logistic dinyatakan fit (layak) dengan datanya. Ho
: jika probabilitas > 0,05
Ha
: jika probabilitas < 0,05
39
Tabel 4.2 Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
Df 8.674
Sig. 8
.371
Sumber: Data sekunder yang diolah Dari hasil pengujian pada table 4.2 diatas diperoleh nilai Chi Square sebesar
8,674 dengan nilai signifikansi sebesar 0,371. Hasil tersebut
memperlihatkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari alpha (α) =0,05 yang berarti Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Itu berarti model regresi logistik dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
b. Uji Keseluruhan Model (Model Fit) Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai
-2LL
pada
langkah
berikutnya menjunjukan
bahwa
model
yang
dihipotesiskan fit dengan data. Log likehood pada regresi logistik mirip dengan pengerttian “Sum of Square Error” pada model regresi sehingga penurunan log likehood menunjukan model regresi semakin baik
40
Tabel 4.3 Hasil Uji Fit
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
88.465
-1.062
2
88.248
-1.179
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan perbandingan antara nilai -2LL blok pertama dengan -2LL blok kedua. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat bahwa nilai hasil uji fit 1 adalah 88,465 dan nilai uji fit 2 adalah 88,248. Penurunan ini berarti, bahwa pe-nambahan variabel independen kedalam model dapat memperbaiki model sehingga model dikatakan fit. c.
Uji Koefisien Determinan (model Summary) Model summary dalam regresi logistik sama dengan pengujian R2 pada
persamaan regresi linear. Tujuan dari model summary adalah untuk mengetahui seberapa besar kombinasi variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, profit margin dan financial leverage dependen yaitu praktik perataan laba.
mampu menjelaskan variasi variabel
41
Tabel 4.4 Model Summary
Cox & Snell R Step
-2 Log likelihood
1
Square
82.498
a
Nagelkerke R Square .069
.103
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan table 4.4 dapat dilihat hasil koefisien determinasi yang dilihat dari nagelkerke R2 adalah 0,103 artinya kombinasi variabel independen mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu perataan laba sebesar 10,3% . Sedangkan sisanya 89,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam model ini. d. Uji Analisis Regresi Logistik Berdasarkan table 4.5 Variables in the Equation
dibawah ini
dapat
ditentukan persamaan regresi logistic sebagai berikut : Tabel 4.5 Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
SIZE
1.162
.524
4.915
1
.027
3.197
NPM
-6.147
5.526
1.238
1
.266
.002
FL
-2.947
2.312
1.625
1
.202
.052
Constant
-6.662
2.837
5.516
1
.019
.001
a. Variable(s) entered on step 1: SIZE, NPM, FL.
Sumber: Data sekunder yang diolah
42
Ln
p
= -6,662+ 1,162 size-6,147NPM-2,947FL
1-p Keterangan: Ln p
= Probabilitas variabel dummy praktik perataan laba (kategori 1 untuk perusahaan yang melakukan praktik
1-p
perataan laba dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba α
= konstanta
Size
= ukuran perusahaan
NPM
= Net Profit Margin
FL
= Financial Leverage
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan : a.
Konstanta (α) sebesar -6,672 menjelaskan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel bebas, ukuran perusahaan, net profit margin, dan financial leverage maka praktik perataan laba akan berkurang sebesar -6,672.
b.
Koefisien regresi ukuran perusahaan adalah sebesar 1,162 yang berarti setiap peningkatan ukuran perusahaan sebesar satu satuan akan menaikan praktik perataan laba sebesar 1,162 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan .
c.
Koefisien regresi net profit margin (NPM) adalah sebesar -6,147 yang berarti bahwa setiap peningkatan NPM sebesar satu satuan akan menurunkan praktik perataan laba sebesar 6,147 dengan asumsi variabel independennya konstan.
43
d.
Koefisien regresi financial leverage adalah sebesar -6,662 yang berarti bahwa setiap peningkatan financial leverage sebesar satu satuan akan menurunkan praktik perataan laba sebesar 6,662 dengan asumsi variabel independennya konstan.
C. Uji Hipotesis Berdasarkan tabel 4.5 atas hasil uji secara parsial (uji t) dapat kita lakukan uji hipotesis berikut : a. Pengujian Hipotesis 1 H1: Terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan. Hasil uji Wald menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai probabilitas sebesar 0,027 dengan signifikan (α ) 0,05 dan memiliki koefisien regresi yang bersifat positif sebesar 1,162 dengan begitu nilai probabilitas ukuran perusahaan 0,027 < nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti H1 diterima yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. b.
Pengujian Hipotesis Kedua H2: Terdapat pengaruh yang signifikan dari return on asset terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan. Hasil uji Wald menyatakan bahwa variable net profit margin memiliki nilai probabilitas sebesar 0,266 dengan signifikan (α) 0,005 dan memiliki koefisien regresi sebesar -6,147 dengan begitu nilai probabilitas(0,266) >
44
nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti H2 ditolak yaitu net profit margin tidak berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. c. Pengujian Hipotesis Ketiga Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dari financial leverage terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan. Hasil uji Wald menyatakan bahwa variabel financial leverage memiliki nilai probabilitas sebesar 0,202 dengan signifikan (α) 0,005 dan memiliki koefisien regresi sebesar -2,947 dengan begitu nilai probabilitas(0,202) > nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti Ha diterima yaitu financial leverage tidak berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. D. Pembahasan 1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil pengujian, variabel ukuran berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini menunjukan perusahaan yang lebih besar dianggap mempunyai kemampuan lebih besar sehingga dibebani biaya yang lebih tinggi. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor. Untuk itu perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dewi( 2011), Tuty dan Indrawaty (2007),Arya Hagaganta Amanza (2012) yang menyatakan bahwa
45
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, Tetapi hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti dan Corolina (2005), Novita (2009), dan Yosika Tri Santoso (2010).
2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil pengujian variabel net profit margin terhadap praktik perataan
laba bahwa net profit margin tidak berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penjelasan hipotesis bahwa semakin tinggi nilai net profit margin maka semakin terindikasi melakukan perataan laba. Tidak berpengaruhnya net profit margin terhadap perataan laba kemungkinan karena investor tidak hanya memperhatikan faktor net profit margin dalam menanamkan modalnya, tetapi juga faktor faktor lain seperti rasio leverage atau likiuditas. Oleh karena itu investor hendaknya menilai net profit margin terlebih dahulu sebelum untuk memutuskan untuk menanamkan modalnya. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Yosika Tri Santoso (2010), I Nyoman Ari Widayana (2013) yang menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil pengujian variabel financial leverage terhadap praktik perataan laba bahwa financial leverage tidak berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penjelasan hipotesis bahwa semakin tinggi nilai financial leverage maka semakin besar
46
terindikasi melakukan perataan laba. Tidak berpengaruhnya Financial leverage terhadap praktik perataan laba karena perusahaan dapat melunasi kewajiban sesuai jatuh tempo dengan modal yang dimiliki, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, risiko yang ditanggung pemilik modal juga semakin kecil. Dengan risiko yang semakin kecil tersebut, membuat manajemen tidak melakukan perataan laba. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Tuty dan Indrawaty (2007) dan Yosika Tri Santoso (2010) yang menyatakan bahwa financial leverage mempengaruhi faktor perataan laba.