26
BAB III PANDANGAN ANNEMARIE SCHIMMEL TENTANG MUHAMMAD
A. BIOGRAFI DAN KARYA-KARYA ANNEMARIE SCHIMMEL 1.
Biografi Annemarie Schimmel Prof Annemarie Schimmel, seorang sarjana Indo-Muslim Jerman, yang terkenal, yang meninggal pada 25 Januari 2003, pada usia 80 tahun. Seorang yang ahli dalam bidang mistisisme Islam, Schimmel telah menerbitkan 80 buku, mempunyai 5 gelar, dan 26 penghargaan dalam kuliahnya di berbagai Universitas termasuk Harvard 1, Bonn, London dan Ankara. Ia telah menguasai 10 bahasa termasuk Arab, Farsi, Turki, Urdu, dan Dari. Selama hidupnya mempunyai misi “untuk membangun pengertian tentang Islam”, memperdebatkan bahwa “Islam adalah diantara agamayang paling tidak dimengerti”. Schimmel seorang Sarjana Jerman yang dikenal sebagai pendiri jembatan dengan dunia Islam. keahliannya dalam bidang ilmu-ilmu tasawuf terkenal di Barat. Schimmel dilahirkan di Erfurt, sebuah kota kecil di Jerman pada tahun 1922. pada waktu berumur 15 tahun dia kembali untuk belajar bahasa Arab. Pada umur 19m tahun, dia menerima gelar doktor di bidang bahasa dan Peradaban Islam dari Universitas Berlin. Dia menjadi Profesor dalam bidang ilmu-ilmu Islam di Universitas Marburg saat dia berusia 23 tahun dan ia pergi untuk mendapatkan gelar doktor yang kedua dan bidang Sejarah Agama-agama, pada tahun 1954 dia menjadi Profesor pada bidang Sejarag keagamaan di Universitas Ankara. Schimmel menghabiskan waktu selama 5 tahun untuk mengajar di Turki dan mengabdikan dirinya dalam kebudayaan dan tradisi tasawuf pada negara.
1
Harvard, Tempat dimana Schimmel menjadi seorang Profesor Culture Indo-Muslim dari
tahun 1970 sampai dengan tahun 1992.
27
Seorang
pengagum
Muhammad
Iqbal,
Schimmel
telah
menterjemahkan Javidnama ke dalam versi Jerman. Pada tahun 1958, untuk pertama kalinya dia berkunjung ke Pakistan, sebuah negara yang menjadi pusat untuk kerjanya, seorang Sarjana wanita yang terkenal namanya pada tahun 1988. Dr. Annemarie Schimmel dikenang oleh banyak orang sebagai petapa Sarjana, yang kegemarannya membaca tulisan Syeh Abdul Latif Bhitai, Rehman Baba, dan karangan sufi lain di Pakistan. Dan tulisantulisan Mansur Hallaj, Ghalib, orang-orang Persia dan karangan-karangan lain, Caligrafi dan Epigrafi, Numerologi, Turki, Orientalis Jerman dan terjemahan Ibnu Khaldun dalam Muqoddimah ke dalam bahasa Jerman.2 Schimmel memperoleh gelar Doktornya di Universitas Berlin dan Universitas Marbung. Dia juga menyandang gelar profesor dibidang studistudi Islam di Universitas Marbung, Universitas Boon. Sejak tahun 1967 ia di Universitas Harvard. Ia menjadi anggota beberapa masyarakat akademis, diantaranya anggota Midote East Studies Association, The Association For The Association. Di samping menjadi penyambung artikel-artikel untuk jurnal-jurnal profesional, dia juga pengarang beberapa buku tasawuf.3 Schimmel adalah seorang profesor yang konon menguasai lebih dari dua puluh bahasa asing dan memiliki photographik memory.4 Pada bulan Oktober 1945 ia pernah menjadi sasaran kecaman dari sekitar 200 penerbit, toko buku dan kaum terpelajar Jerman yang tergabung dalam kampium kebebasan berekspresi sehubungan dengan pengumuman German Book Traders yang menyatakan terpilih sebagai pemegang hadiah perdamaian. Lemabag ini memilih Schimmel berkat jasanya dalam membantu penciptakan saling pengertian antara orang Barat dan kaum muslim melalui puluhan buku dan ratusan karya tulisnya tentang Islam. Kecaman itu dituduhkan kepada Schimmel karena mereka, Schimmel 2
Data ini di down load dari : Http : www//Addal.Com
3
Muhammad Ibn Abbad, Surat-surat Sang Sufi, (Bandung : Mizan, 1993), hlm 7
4
Annemarie Schimmel, Rahasia Wajah Suci Illahi, (Bandung : Mizan, 1996), hlm 9
28
pernah mendukung dijatuhkannya hukuman mati atas Salman Rusdie (seorang penghujat Nabi SAW). Tuduhan itu dilakukan semata-mata karena Schimmel memperlihatkan simpatinya terhadap Islam. Simpati Schimmel terhadap Islam sangat kentara dalam beberapa karyanya yang begitu mengagumi Muhammad Iqbal dan Jalaluddin Rumi terlihat bahwa ia banyak mengambil dari literatur-literatur pengarang Islam.
2.
Karya-karya Annemarie Schimmel Sebagai seorang pemikir yang cukup produktif, Schimmel telah menghasilkan puluhan karya bahkan ratusan ditulisnya dengan cemerlang dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Karya-karyanya dalam bahasa Inggris antara lain : I am Wind Your Are Fire ; The Life and Work Of Rumi ; Look I This is Love ; Poems Of Rumi ; Mystical Dimensions Of Islam ; Islamic Names ; An Introduction ; Islam ; An Introduction ; Ibn Abbad Of Ronda ; Letters On The Sufi Path ; My Soul is a Woman ; The Feminine in Islam ; The Mystery Of Number ; And Muhammad is His Messenger ; The Veneration of the prophent in Islamic Prety ; Book of gifts & rarities.5 Diantara karya-karya Schimmel yang saat ini telah banyak dipelajari di Indonesia da telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia diantaranya : Dan Muhammad adalah utusan Allah : penghormatan terhadap Nabi SAW dalam Islam, dimensi mistik dalam Islam, ASPEK feminin dalam Spiritualisme Islam, rahasia wajah suci ilahi, dan akulah angin engkaulah api (kehidupan dan karya jalaluddin rumi). Sejak berumur belasan tahun Schimmel telah mulai diperkenalkan dengan sosok Nabi Islam dengan konsep tentang “Muhammad Sang Sufi”, yaitu ketika ia belajar bahasa arab di bawah bimbingan Dr. Hans Ellenberg. Pada saat itu ia banyak membaca buku-buku karya Syed Ameer Ali, The
5
Data ini didownload dari situs Http : // www ibis books.com
29
life and teachings of Muhammad, or the spirit of Islam, dan karya Tor Andrae, Die Person Muhammads in lehre und gloube seiner gemeinde.6
B. Corak dan Karakteristik Pemikiran Annemarie Schimmel Annemarie Schimmel asal Jerman ini adalah seorang profesor studi-studi agama pada Departemen of Near Eastern Languagees Harvard University. Amerika Serikat, ahli sufisme, guru besar ilmu kultur Indo-Muslim, dan ahli fenomenologi. Ia adalah seorang ahli dibidang ilmu-ilmu Islam yang terkemuka dan telah banyak mengahsilkan karya-karya berbobot dibidang studi-studi Islam. Pada Oktober 1995 dia menjadi sasaran kecaman 200 penerbit, toko buku dan kaum pelajar Jerman sehubungan dengan pengumuman “German Book Trades” yang menyatakan terpilih sebagai pemenang hadiah perdamaian. Lembaga ini memilih Schimmel berkat jasanya dalam membantu menciptakan saling pengertian antara orang Barat dan kaum muslim lewat puluhan buku dan ratusan karya tulisnya tentang Islam. Selain sebagai orang yang memiliki otoritas yang luar biasa dalam kajian sufisme di Barat, wanita jenius yang meraih gelar doktor di bidang studi Islam pada usia 21 tahun itu dihormati sebagai mutiara yang telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai Islam kepada sunia Barat. Schimmel adalah orang yang sangat simpatik terhadap Islam. Dialah orang yang berusaha memahami Islam melalui pendekatan Fenomologi. Buat Schimmel,
satu-satunya
metode
yang
sah
dalam
mempelajari
dan
mengungkapkan Islam adalah fenomenologi. Islam harus dilihat dan dipahami sebagaimana orang Islam memahaminya. Latar belakang kehidupannya, dimana sejak kecil ia telah terbiasa mendengarkan puisi Jerman klasik dan Perancis di bacakan ayahnya, sangat berpengaruh pada corak pemikirannya kemudian, kecintaannya pada bidang sastra, kemudian Schimel menerjemahkan puisi sastrawan arab, persia, urdu, turki, dan sidhi ke dalam bahasa jerman. Bahkan ia telah merampungkan 6
hlm 11
Annemarie Schimmel, Dan Muhammad adalah Utusan Allah, (Bandung : Mizan, 1992),
30
kumpulan puisi yang berjudul Nightingale Under The Snow, ketika ia mengajar di Universitas Harvard. Apalagi ketika Schimmel mengenal dan mempelajari karya-karya klasik para sufi, terutama melalui syair-syair Indo-Pakistan, semakin mengobarkan semangat Schimmel untuk mendalami ilmu-ilmu Islam. Tokoh-tokoh yang menjadi sumber inspirasinya antara lain ; Syah Abdul Latif, Rumi, Iqbal, Sana’i, Atthar, dll. Ini nampak sekali dalam karya-karya Schimmel yang sangat menonjolkan
tokoh-tokoh
tersebut.
Salah
satu
tokoh
yang
banyak
mempengaruhinya adalah Maulana Jalaluddin Rumi.7 Seorang penyair sufi yang luar biasa jenius di dunia mistissisme Islam. R.A.Nicholson menyebut Rumi sebagai “penyair mistis terbesar sepanjang zaman”. Pencapaian puitik dan mistis Rumi sebuah monumen penting dalam periwayatan dunia sastra spriritual. Dalam karya-karya besarnya, ia tidak hanya berhasil menangkap kebulatan mistisme Islam, namun juga memulasnya, memperindahnya, dan mentransformasikannya ke dalam suatu bentuk yang luar biasa indah. Kata-katanya hidup dan berjiwa. Setiap orang yang membaca karyanya akan dapat melihat kata-kata ungkapan batiniah yang telanjang (lugas dan apa adanya), meski pada mulanya kata-kata itu terselubungi pakaian dalam wujud lahiriah hidup manusia. Lewat puisi Rumi kita mendengar suara cinta yang murni, mendengar bisikan-bisikan mesra antara pecinta dan kekasihnya dan kita akan terhanyut merasakan hati riang yang meluncur ringan bersama aliran air yang mencair dari sang hati sendiri.8
7
Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair mistik terbesar Persia. Ia adalah pendiri tarekat
para darwis berputar. Dilahirkan tahun 1207 di Balkh, sebuah kota di propinsi khurasan Persia Utara dari keluarga bangsawan. Ia juga dijuluki “Sang Penyair Abadi” karena ia benar-benar mampu membuktikan sebagai sumber inspirasi dan kebahagiaan yang tak terlampaui oleh banyak penyair terkemuka lainnya dalam kesustraan dunia. Nama “Maulana” secara harfiah bermakna “Guru Kita”. 8
Jalaluddin Rumi, Jalan Menuju Cinta, Diterjemahkan oleh Asih Ratnawati, dari judul asli
In The Arms of the Belaved, Penerbit Tesompah, Yogyakarta, 2000, hlm 8-9
31
Tak heran jika Schimmel sangat mengagumi Maulana Rumi, hingga kekagumannya dituangkan dalam satu bukunya, Akulah angin Engkaulah Api, yang berisi tentang kehidupan dan karya-karya Maulana Jalaluddin Rumi. Memang pengaruh Rumi baik sekali dalam gagasan maupun secara tektual cukup besar di Barat. Karena semua karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Barat. Dari situ, memang jelas bahwa Schimmel adalah seorang orientalis, namun tidak adil rasanya jika Schimmel diposisikan seperti para orientalis lain yang hanya mengakji Islam dari kacamata Barat dan cenderung mendasarkan pada latar belakang blibikal mereka yang secara umum keliru dalam menangkap kata hati kaum muslim. Sedangkan Schimmel, dalam semua karyanya mendasarkan diri pada sumber-sumber asli setempat yang justru mampu mengungkap secara jernih, indah, apa adanya dan cermat tentang Islam. Metode yang digunakan Schimmel dalam memahami Islam adalah fenomenologi. Karena bagi Schimmel adalah satu-satunya metode yang sah untuk mempelajari dan mengungkapkan Islam. Islam harus dilihat dan dipahami sebagaimana orang Islam memahaminya. Concern para peneliti dan filosof agama mengenai fenomenologi, belakangan ini telah melahirkan suatu pendekatan yang dikenal sebagai “Fenomenologi Agama”. Berbekal kefasihannya dalam berbahasa Jerman, Inggris, Perancis, Urdu, Turki, Sinohi, Arab, dan penguasanya terhadap puluhan bahasa lain. Serta didukungnya oleh pengalamannya secara langsung dalam menjelajahi berbagai penjuru peradaban Islam, membuat buku-bukunya jernih seperti gelas kristal, orisinil, memperlihatkan keluasan dan kedalaman pengetahuan penulisannya. Tak heran jika ada orang menitikkan air mata, ketika membaca buku monumentalnya dan Muhammad adalah Utusan Allah. Dalam setiap bukunya, Schimmel berusaha mengurai berbagai aspek Islam melalui kata-kata yang indah, tidak berbelit-belit, mudah di pahami, puitis, namun sarat makna. Sehingga setiap orang akan tertarik dan tidak bosan untuk membacanya.
32
Dari berbagai kecenderungan yang nampak dalam tulisan-tulisan Schimmel dan mengkritis pemikirannya, sebagaimana di kemukakan juga oleh Haidar
Baqir,
Annemarie
Schimmel
adalah
seorang
Islamalog
yang
pemikirannya bersifat religius dan cenderung mistikal. Mungkin hal ini di pengaruhi oleh metode pendekatan yang ia gunakan, yaitu Fenomenologi, yang menuntut penyisian sikap menilai (Judgement) oleh peneliti terhadap objek yang ditelitinya. Sebaliknya, Fenomenologi menuntut portisipasi, empati, bahkan simpati dari sang peneliti terhadap objek penelitiannya. Satu kritik yang patut dilontarkan terhadap pemikiran Schimmel adalah karena metode pendekatan yang ia gunakan adalah Fenomenologi, maka Fenomena-Fenomena agama hampir dapat dipastikan (harus) selalu identik dengan pengalaman keagamaan mayoritas (maesa) penganutnya, Yaleni dengan manifestasi populernya. Karena itu tak aneh jika pemikirannya selalu mencakup mitos-mitos dan simbolisme-simbolisme sakral. Disamping itu, fenomena keagamaan yang dikaji Schimmel terbatas pada apa yang sepenuhnya bersifat subjektif dan personal, karena dipahami sebagai apa yang “menampakkan diri dalam jiwa orang-orang beriman”, sehingga agama cenderung di identikkan dengan mistisme.9 Oleh karena itu, bukan sesuatu hal yang aneh jika pemikirannya Schimmel punya kecenderungan mistikal. Bagi para peneliti yang tidak sejalan dengannya, kelemahan-kelemahan dijadikan landasan kritik, bahwa Schimmel memahami Islam secara parsial, karena dalam Islam aspek –aspek Profon terbukti tidak kalah vital. Menurut mereka Schimmel juga tidak sepenuhnya Fair terhadap agama-agama lain yang lebih spiritual. Tapi yang jelas, Schimmel telah banyak membantu menyadarkan para peneliti agama, untuk bukan hanya mementingkan kompleksitas, melainkan juga watak khas objek penelitiannya. Mudah-mudahan lewat bukunya pemikiran Schimmel tidak hanya jernih, orisinil, dan indah tetapi juga mampu mencerahkan bagi orang yang membacanya. 9
Haidar Bagir (Kata Pengantar) dalam Annemarie Schimmel, Rahasia Wajah Suci Ilahi :
Memahami Islam Secara Fenomenologis, Mizan, Bandung, 1996, hlm 14
33
C. Pandangan Annemarie Schimmel Tentang Muhammad 1.
Muhammad Teladan Yang Baik Adat kebiasaan para leluhur merupakan salah satu ukuram kehidupan sosial dalam masyarakat Arab Pra-Islam. Setelah kedatangan Islam, Sunnah daripada pelopor agama mengatur semua aspek kehidupan. Apapun yang bertentangan atau tidak sesuai dengan sunnah yang ditetapkan atau tidak sesuai dengan sunnah yang ditetapkan sebagai contoh oleh Nabi akan dicampakkan, sebab itu barangkali menyesatkan dan membahayakan.
Penulis
akan
menguraikan
bagaimana
Schimmel
memandang umat Islam yang begitu mengagungkan Nabi Muhammad sehingga segala perilaku serta perkataannya senantiasa di ikuti dan dianggap mempunyai nilai moral. Sementara Muhammad dikatakan oleh Schimmel adalah seorang sufi yang sempurna dan merupakan mata rantai pertama dalam rangkaian rohani tasawuf.10 Penghormatan kepada Nabi dan perhatian kepada rincian yang paling kecil dari perilaku serta kehidupan pribadinya tambah sejalan dengan semakin jauhnya jarak waktu kehidupan kaum muslim dengan Nabi. Mereka ingin mengetahui secara mendalam tentang kepribadiannya, pandangan-pandangan
Nabi
dan
perkataan-perkataannya,
untuk
meyakinkan bahwa mereka telah mengikuti dengan cara yang benar.11 Dalam proses peniruan terhadap tindakan-tindakan Muhammad dan aktifitasnya yang disebarkan melalui hadis maka kehidupan Islam mempunyai keseragaman yang unik dalam perilaku sosial, suatu fakta yang telah selalu mengesankan orang-orang yang berkunjung keseluruh bagian dunia muslim.12
10
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, Mizan, Bandung, 1992, hlm
11
Annemarie Schimmel, Dan Muhammad adalah Utusan Allah, op.cit., hlm 52
12
Ibid, hlm 51
34
Schimmel menyadari bahwa Muhammad benar-benar merupakan contoh dan teladn bagi setiap penganut Islam, yang diseru untuk menirunya dalam setiap tindakan dan kebiasaan yang tampaknya remeh akan sama takjubnya melihat cara para sufi mengembangkan doktrin tentang nur (cahaya primordial) Muhammad dan memberikan kepadanya, dalam kedudukannya sebagai manusia sempurna, suatu status dan fungsi yang hampir kosmik.13 Sebab Muhammad, yang terakhir dari serangkaian Nabi yang dimuali oleh Adam sebagai bapak seluruh umat manusia, adalah yang membawa wahyu penghabisan yang mencakup seluruh wahyu sebelumnya dan sekaligus mengikhtisarkannya dalam kesuciannya yang murni. Dimasa sekarang ini, kesadaran diri baru kaum muslim telah menjadi suatu kejutan besar di dunia Barat, yang disana Islam telah lama dianggap sudah hampir mati. Kesadaran diri yang baru ini bagaimana juga, telah memaksa dunia Barat untuk mempertimbangkan kembali beberapa gagasan keagamaan dan sosial yang mendasar tentang Islam. Untuk mencapai suatu pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai yang telah dan masih merupakan pegangan bagi kaum muslim.14 Kedudukan al-Qur’an secara fenomenologi, sejajar dengan kedudukan Kristus dalam agama Kristen. Kristus adalah Inkarnasi firman ilahi, al-qur’an adalah Inlibrasi firman ilahi. Oleh sebab itulah maka kedua perwujudan firman ilahi ini yang harus diperbandingkan, karena baik dalam pengertian teologikal maupun fenomenologikal Muhammad tidak dapat disamakan dengan Kristus dalam agama Kristen, sehingga kaum muslim menolak untuk dinamakan kaum “Muhammad”, yang menurut mereka mengisyaratkan kesejajaran yang keliru dengan konsep orangorang “Kristen”. Muhammad, seperti dalam “Jalan Muhammad”,
13
Ibid, hlm 14
14
Ibid, hlm 15
35
digunakan dalam kaitan-kaitan khusus, biasanya oleh para sufi yang berusaha menyamai contoh Nabi bahkan melebihi yang lain-lainnya.15 Peniruan terhadap tindakan-tindakan dan pemikiran-pemikiran luhur Muhammad, “teladan yang baik”, yang diajarkannya kepada umatnya melalui contoh pribadi, dimaksudkan untuk membentuk setiap orang muslim, seakan-akan seperti Rasul Allah itu. Demikianlah sehingga setiap orang, seperti juga dirinya harus memberikan kesaksian akan keesaan Tuhan melalui semua perbuatan dan eksistensinya.16 Kepatuhan kepada Nabi tampaknya telah memainkan suatu peranan penting, dan mungkin paling utama dalam suatu perkembangan tasawuf. Dalam dua kesaksian iman, la ilaha illa Allah Muhammadur rasul Allah, “tidak ada Tuhan kecuali Allah, (dan) Muhammad adalah utusan Allah”, paruhan kedua, yang mendefinisikan Islam sebagai suatu agama yang khas, merupakan seperti yang dinyatakan secara tepat oleh Can’twell Smith, “sebuah pernyataan mengenai Tuhan dalam aktifitasnya di dunia dan bukan tentang pribadi Nabi. Sebab dengan mengutus Nabi-Nya kepada dunia, Nabi adalah menurut Nathan Soderblom, “Suatu aspek dari aktifitas Tuhan”. Muhammad telah di tonjolkan oleh Tuhan ; dia benar-benar orang pilihan, Al-Musthafa, dan karena alasan ini maka sunnahnya, cara hidupnya, menjadi satu-satunya aturan perilaku yang sah bagi kaum muslim. Seperti dikatakan oleh Nabi : “siapa yang tidak mencintai sunnahku tidak termasuk dalam golonganku”. Sebab Muhammad adalah benar-benar sebagaimana dikatakan al-qur’an seorang uswatun khasanah, “teladan yang baik”.17
15
Ibid, hlm 41
16
Ibid, hlm 83
17
Ibid, hlm 43
36
Dalam pengertian teori keagamaan Islam klasikal sunnah Muhammad terdiri atas tindakan-tindakan nya (fi’il), kata-katanya (qawl), dan perseetujuannya yang diam-diam terhadap fakta-fakta tertentu (taqrir). Cara bertingkah lakunya yang dinilai baik atau setidaknya cara yang dianggap cukup baik dan terbukti secara historikal benar menjadi nilai normatif bagi generasi-generasi sesudahnya setidak-tidaknya sejak abad kedua Islam. Dikarenakan pentingnya teladan baik Nabi, ilmu hadis lambat laun menempati kedudukan utama dalam kebudayaan Islam.18
2.
Muhammad Rahmat Bagi Alam Semesta Riwayat-riwayat yang menonjolkan kelembutan dan kebaikan Muhammad selalu mengacu kepada pernyataan al-qur’an bahwa Muhammad di utus “sebagai Rahmat bagi seluruh alam semesta (Q S AlAnbiya, 21 : 107).19 Schimmel mengatakan bahwa “kalimat-kalimat alQur’an semacam itu merupakan dasar bagi pemuliaan Muhammad yang jauh melampaui penghormatan yang biasanya diberikan kepada seorang Nabi, dan bahkan kini kaum muslim yang taat tidak akan pernah menyebutkan sesuatu yang dimiliki oleh atau berkaitan dengan Nabi tanpa menambahkan atribut syarif (“mulia”). Meskipun beribu-ribu doa dan syair membicarakan tentang harapan kaum muslim akan upaya penengahan Muhammad untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka,20 ada satu sarana untuk mencapai tujuan ini yang jauh lebih kuat dibanding yang lain-lainnya : memohon kepada allah agar memberkahi Muhammad dan keluarganya. Al-Qur’an sendiri menyatakan (Q.S 33 : 56) bahwa Allah dan para malaikat-nya 18
Ibid, hlm 44
19
Ibid, hlm 119
20
Demikianlah, dalam sebuah sajak yang mengharukan dari Siharfi dalam bahasa Sindh oleh
Gul Muhammad, dalam Balach, Tih Akharyun, : Selamatkan juga ibu, ayah, saudari, saudara, ponakan, Bawalah mereka semua pada Hari Kebangkitan ke Surga !
37
“mendoakan”, yaitu bersholawat atas Nabi. Dapatkah orang beriman melakukan sesuatu yang lebih baik daripada mengikuti contoh yang diberikan oleh Allah sendiri ? dalam kenyataannya, Rumi menjelaskan bahwa “perbuatan menghamba dan memuja serta memperhatikan ini, tidak berasal dari kita, dan kita tidak bebas melakukannya, itu milik Allah ; itu bukan milik kita, tetapi milik-Nya. Kalimat shalawat sholla Allahu ‘alaihi wa
sallam,
“Allah
memberkahinya
dan
memberikan
kedamaian
kepadanya” dikenal sebagai tashliyah, sholat ‘ala Muhammad atau (dalam bentuk jamak) sholawat syarifah, telah digunakan sejak masa paling awal, dan kaum muslim yang saleh tidak akan pernah menyebut nama Nabi atau mengacu kepadanya tanpa menambahkan kata-kata itu.21 Salah satu makna shalawat adalah “rahmat”. Jadi, ketika Allah bershalawat kepada Nabi mengandung arti bahwa dia senantiasa mencurahkan
rahmat-Nya
kepada
Nabi.
Dengan
demikian,
Nabi
Muhammad dapat disebut sebagai “manusia rahmat”, karena dalam dirinya selalu tercurah rahmat Allah dan kemudian rahmat tersebut dia sebarkan bagi seluruh umat manusia. Sehingga, dengan demikian layaklah kalau beliau disebut sebagai pembawa “rahmat bagi semesta alam”. Sementara itu, agar manusia dapat menyerap rahmat Nabi, tidak ada jalan lain kecuali dengan mencintai dan mengikuti teladan beliau. Untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi, maka kitapun diperintahkan pula oleh Allah untuk bersholawat kepadanya. Jadi, sholawat atas Nabi merupakan sarana bagi kita untuk menerima curahan rahmat Allah sebagai konsekwensi dari keimanan kepada Allah dan Nabinya. Kecintaan kita kepada Nabi agar memperoleh rahmat Allah, pertama-tama harus ditujukan kepada kecintaan dan keterikatan kita pada al-qur’an. Dan untuk dapat mengikuti al-Qur’an mestilah mengikuti Nabi. Karena, seperti dinyatakan dalam hadis, akhlak Nabi adalah al-qur’an. Ini mengandung arti bahwa seluruh kepribadian Nabi merupakan gambaran
21
Annemarie Schimmel, Dan Muhammad ……, op.cit., hlm 133
38
hidup dari al-qur’an, dan dengan demikian ini merupakan bentuk kongret dari pengalaman ajaran Islam. Kecintaan kepada Nabi dan risalah yang dibawanya harus diikuti dengan kecintaan kepada keluarga Nabi (Ahlul Bait). Al-Qur’an mengatakan, “katakan (hal Muhammad), tidaklah aku meminta upah atas setuanku, melainkan kecintaan kepada keluargaku”. (Q.S Asy-Syuro :23). Ahlul Bait Nabi merupakan pasangan dari Al-Qur’an, kesucian mereka dijamin oleh Allah, sehingga mereka menjadi tolak ukur dalam pengalaman ajaran al-qur’an dan sunnah Nabi Jalaluddin Rakhmat dalam “membuka tirai kegaiban” : Renungan-renungan sufistik “mengatakan”, inilah logika kecintaan yang agung. Dari kecintaan kepada Allah, kita mencintai Rasulullah dari kecintaan kepada Rasulullah, kita mencintai keluarganya. Dari kecintaan kepada keluarganya, kita akan mencintai apa yang mereka cintai”. Al-Qur’an dan ahlul bait adalah dua rakhmat Allah yang ditinggalkan Nabi kepada kita untuk dijadikan pegangan hidup yang akan menuntun manusia pada jalan keselamatan melalui al-qur’an kita dapatkan kebenaran ajaran dan risalah ilahiah yang dibawa Rasulullah, dan melalui ahlul bait Nabi kita dapatkan contoh nyata penerapan ajaran al-qur’an dan sunnah Nabi secara benar dan konsekwen.22 Arti dan makna maulid Nabi bagi umat Islam adlah sebagai sarana untuk memupuk dan menanamkan kecintaan kepad Nabi dengan mengingat kembali sejarah perjuangan beliau dan meneladani akhlak serta kepribadian beliau, melalui dua pusaka yang ditinggalkannya. Seorang darwisy Turki abad ke 17 berpantun : Malam kala rasul lahir Sungguh serupa dengan laylat Al Qadr (malam ketentuan). Yaitu serupa dengan malam ketika Al-Qur’an diwahyukan untuk pertama kalinya. Satu abad kemudian, Mufti Mazhab Maliki Aljazair, Ibn ‘Ammar, mengemukakan tiga hujjah ilmiah untuk gagasan ini : (1) hari 22
Abdul Hakim, Muhammad Rakhmat Bagi Alam Semesta, Keterangan Labih Lanjut di www
Amazonl .com
39
kelahiran (maulid) telah mempersembahkan Nabi kepada seluruh dunia, sedangkan Laylat Al-Qadr di khususkan baginya : (2) kehadiran Muhammad lebih penting bagi umat, daripada “turunnya para malaikat” dan (3) Maulid adalah sebuah hari yang sangat penting bagi segenap alam semesta, sedangkan pewahyuan pertama Al-Qur’an dikhususkan bagi orang-orang Muslim saja. Dua pernyataan ini dengan jelas menunjukkan derajat penghormatan kepada Nabi di sepanjang akhir zaman-zaman pertengahan dan betapa hal itu mewarnai kesalehan orang kebanyakan dan ulama.23
23
Annemaria Schimmel, Dan Muhammad ………, op cit., hlm 200