BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1.
Kerangka Berpikir Proses produksi kain endek tiga tahun belakangan ini mengalami
kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan dengan cara kerja manual dan alat kerja yang masih konvensional, lamanya waktu pengerjaan yaitu dua hari untuk empat bingkai midang, proses kerjanya berlangsung secara berulang dan monoton. Alat pemidangan konvensional adalah suatu alat yang sudah disepakati ukuran, bentuk, bahan untuk dipergunakan di kalangan perajin kain endek pada proses midang yang dipergunakan selama ini, terdiri atas : rak benang untuk menempatkan kon benang, terbuat dari kayu, konstruksi vertikal, tinggi satu setengah meter, lebar satu meter, tidak bisa dilepas atau dilipat. Pada rak benang terdapat tiga kon dalam satu as pemegang sehingga saat benang pada kon di tengah habis, mengharuskan perajin menggeser ke luar salah satu kon di sebelahnya untuk menggantikan kon yang benangnya habis. Rak benang yang konvensional dan penempatan yang menghalangi jalur benang, mengakibatkan perajin berulang kali mereposisi rak benang agar tak terhalang tubuh perajin. Bingkai penamplik, digerakkan dengan ditamplik oleh tangan perajin, dilakukan repetisi dan kombinasi rumit sesuai dengan kebutuhan desain motif kain, sehingga dibutuhkan ketelitian dan ketepatan dalam penyusunan benang. Posisi kerja perajin dengan penempatan alat kerja yang berbeda yaitu di depan dan 68
69
belakang tubuh perajin menyebabkan konsentrasi terpecah menjadi dua yaitu pada rak benang dan bingkai penamplik, membuat sikap tubuh terplintir atau mengalami twisting. Sikap kerja selama beraktivitas adalah berdiri selama proses kerja berlangsung. Waktu kerja perajin kain endek pada proses midang bekerja selama tujuh jam kerja dengan istirahat satu kali dari pukul 12.00-13.00 Wita, tanpa istirahat pendek di antara istirahat makan siang dan tanpa tersedianya air minum disekitar tempat kerja. Berdasarkan hasil wawancara dan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map diketahui terdapat keluhan pada jari-jari tangan perajin kain endek pada proses midang 100%, mengalami keluhan pada betis perajin kain endek pada proses midang 100%, pada telapak kaki perajin kain endek pada proses midang 90%, mengalami keluhan pada lengan perajin kain endek pada proses midang 80%, sakit pada punggung perajin kain endek pada proses midang 80%, dan pada pinggang perajin kain endek pada proses midang 60%. Kelelahan mengakibatkan konsentrasi berkurang, mengakibatkan terjadinya kesalahan kombinasi dalam pengelompokkan benang yang berpengaruh kepada desain motif. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, dilakukan intervensi ergonomi untuk meningkatkan kinerja yang dapat dilihat melalui penurunan tingkat kelelahan, penurunan keluhan muskuloskeletal, meningkatnya produktivitas kerja sehingga penghasilan perajin meningkat pula. Peningkatan produktivitas dan penghasilan berdampak kepada kualitas kerja dan kualitas hidup yang menjadi lebih baik. Intervensi ergonomi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
70
(1) intervensi ergonomi terhadap alat kerja yaitu merancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis; (2) intervensi ergonomi terhadap organisasi kerja dengan memperbaiki sikap kerja, mengatur waktu istirahat, dan dengan memberikan air minum kepada perajin. (3) intervensi ergonomi terhadap lingkungan yaitu intensitas suara yang ditimbulkan oleh kon benang. Dengan pendekatan ergonomi melalui penerapan TTG dan pendekatan SHIP yang menekankan pada proses mulai dari pemilihan masalah sampai pemecahannya mengikutsertakan pemilik dan perajin beserta para ahli dibidangnya. Proses kerja kedua alat pemidangan baik yang konvensional maupun yang ergonomi adalah sama, yang berbeda pada cara pengoperasiannya. Alat pemidangan konvensional dilakukan secara manual, sedangkan rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis bekerja
dengan otomatis yaitu
pemberian input data dari hard ware komputer melalui downloader program di upload ke IC mikrokontroler yang dapat dikontrol lewat layar LCD. Terjadi perubahan posisi dan sikap kerja dari sikap kerja berdiri menjadi duduk dinamis. Waktu kerja menjadi lebih pendek, di mana alat pemidangan konvensional membutuhkan waktu dua hari untuk menghasilkan empat bingkai midang, dengan rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dalam satu hari sudah dapat menghasilkan enam bingkai midang.
71
3.2.
Konsep Kerangka konsep penelitian seperti pada Gambar 3.1. INPUT Bahan Midang - Ais - Bulihan - Sawa - Benang - Ukuran bingkai
Subjek: - Umur - Jenis kelamin - Pengalaman kerja - Pendidikan - Antropometri
Lingkungan - Suhu basah - Suhu kering - Kelembaban relatif - Intensitas cahaya - Kecepatan angin - Intensitas suara
PROSES PEMIDANGAN
Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomatis Yang Ergonomis
OUTPUT
Keterangan: :
diteliti
:
tidak diteliti
Kinerja Perajin: - Kelelahan - Keluhan muskuloskeletal - Produktivitas - Penghasilan perajin Gambar 3.1 Konsep
72
3.3.
Hipotesis Dari uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut. 1. Rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis meningkatkan kinerja berdasarkan atas penurunan kelelahan kerja perajin kain endek. 2. Rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis meningkatkan kinerja berdasarkan atas penurunan keluhan muskuloskeletal
perajin kain
endek. 3. Rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis meningkatkan kinerja berdasarkan atas peningkatan produktivitas kerja perajin kain endek. 4. Rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis meningkatkan kinerja berdasarkan atas peningkatan penghasilan perajin kain endek.