BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Konsep adalah abtraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orangtua sedangkan variabel dependennya perilaku seksual remaja. Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel Independen
Variabel Dependen
Pola asuh orangtua
Perilaku seksual remaja
Skema 1. Kerangka Konsep B.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu : - Ada hubungan pola asuh orang tua sterhadap perilaku seksual remaja
Universitas Sumatera Utara
C. No 1
Definisi Operasional
Definisi Operasional Pola Asuh bentuk pola asuh yang Orang tua menekankan pada otoriter pengawasan orang tua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Variabel
Pola asuh pola asuh yang orang tua bercirikan adanya hak Demokrasi dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin 2
Variabel Dependen : Perilaku seksual remaja
Segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik lawan jenis maupun sesama jenis
Alat Cara Ukur Ukur Kuesioner cheklist dengan 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban 2 = Sering terjadi 1= Jarang terjadi 0 = Tidak pernah terjadi
Hasil Ukur 1-10 = Otoriter
Kuesioner cheklist dengan 10 pertanyaan dengan 3 pilihan ST : 2 JT : 1 TPT : 0
1-10 = Otoriter
Kuisioner Dengan 10 pertanyaan , 5 pertanyaan Negatif dengan :
10-20
Skala Skala Ordinal
= Demokrasi
10-20 = Demokrasi
Cheklist 1-5 = Negatif 5-10 = Positif
Skala Ordinal
SS : 1 S:2 TS: 3 STS: 4 5 pertanyaan Positif dengan: SS : 4 S:3 TS: 2 STS: 1
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yaitu untuk
mengetahui
hubungan
yang
terjadi
pada
sebuah
fenomena
dengan
mengidentifikasi hubungan yang terjadi pada dua variabel (Suyanto & Salamah, 2009, hal. 33-34).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, selama bulan Mei sampai Oktober 2010 yaitu sebanyak 114 orang remaja. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Menentukan sampel dengan menggunakan ketetapan absolute dan menggunakan rumus :
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05)
Universitas Sumatera Utara
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah : Diketahui : N = 114 d = 0,05
n = 88 Jumlah sampel yang diperoleh adalah 88 orang. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 88 orang remaja. Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut. Dilakukan dengan cara membuat undian pada kertas-kertas kecil, yang telah ditulis nama-nama remaja pada satu kertas undian. Kemudian kertas undian diambil secara acak sebanyak 88 buah. Jadi nama remaja yang telah didapatkan dari kertas undian, dijadikan sampel pada penelitian ini. Dengan teknik pengambilan sampel acak ini, setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Universitas Sumatera Utara
Adapun Kriteria sampel yang dipakai adalah : 1. Remaja yang berusia 12-20 tahun, karena pada usia ini merupakan masa Terjadinya perilaku seksual pada remaja, sehingga hasilnya diharapkan lebih representatif. 2. Orang tua yang memiliki remaja 3. Tinggal serumah dengan orang tua 4. Bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden.
C. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Simalingkar B kecamatan Medan Tuntungan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi mudah dijangkau oleh peneliti, adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, serta dilokasi ini juga belum pernah ada penelitian yang sama sebelumnya.
D. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada September 2010 sampai dengan April tahun 2011.
E.
Pertimbangan Etik Penelitian Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Institusi Pendidikan
yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari kepala lingkungan setempat (Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila
Universitas Sumatera Utara
responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dalam penelitian. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Responden memiliki kebebasan dari tindakan yang merugikan atau resiko, dan mendapat keadilan tanpa adanya diskriminasi, apabila responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data – data yang
diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini terdiri dari 3 macam kuesioner : 1. Kuesioner data demografi remaja (identitas remaja) di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, dan suku. Kuesioner ini digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis. 2. Kuesioner untuk pola asuh orang tua, maka peneliti membuat kuesioner tentang pola asuh orang tua 20 soal dengan menggunakan, dengan 10 pertanyaan pola asuh otoriter, dan 10 pertanyaan pola asuh demokrasi, dengan menggunakan skala likert. 3. Kuesioner untuk perilaku seksual remaja, maka peneliti membuat kuesioner tentang perilaku seksual remaja 10 soal, dengan 5 pertanyaan positif, dan 5 pertanyaan negatif, dengan menggunakan skala likert.
Universitas Sumatera Utara
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas (kesahihan) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur aspek yang perlu diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Menurut Davies dan Hodnett (2002 ), ( dalam Williams & Wilkins, 2004, hal. 312) besarnya sebuah koefisien menunjukkan bagaimana kesahan sebuah instrumen. Rentang koefisien, antara 0,00 sampai 1,00, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kriteria ke validan yang lebih besar. Nilai koefisien yang diharapkan adalah 0,70 atau lebih. Uji validitas sudah dilakukan secara conten validity kepada ahli dibidangnya. Dalam penelitian ini, peneliti telah berkonsultasi dengan salah satu staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu Dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc. , CMFM, hasilnya signifikan yaitu 0,80. Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama. Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Apabila dari waktu kewaktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel. Menurut Burn dan Grove (2001) suatu instrumen yang menggunakan pengukuran yang sudah berkembang dikatakan reliabel bila koefisien nya lebih dari 0,80, sedangkan untuk instrumen baru yang reliabel jika koefisiennnya lebih dari 0,70, dan dikatakan signifikan jika nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel (α = 0,05)
Universitas Sumatera Utara
Uji reliabilitas diujikan sebelum penelitian berlangsung, dan dilakukan kepada 10 orang remaja di kelurahan kuala berkala dengan memakai uji reliabilitas, yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang diteliti. Skor korelasi setiap diuji coba dicari dan dilihat signifikannya. Hasilnya signifikan yaitu 0.982.
H. Prosedur Pengumpulan Data Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Institusi Pendidikan (Program Studi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke tempat penelitian di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Setelah mendapat izin dari Kepala Lurah Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang dibuat sebelumnya. Peneliti menemukan calon responden yang memenuhi kriteria cukup banyak maka peneliti memilih calon responden secara acak. Setelah mendapat calon responden, selanjutnya peneliti menjumpai responden dari rumah ke rumah dan di bantu Bapak Kepala Lingkungan dan kebanyakan responden dijumpai pada siang dan malam hari, setelah itu peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah itu responden diminta mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Responden diberi kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner, bila ada yang tidak dimengerti sehubungan dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.
Universitas Sumatera Utara
I. Analisis Data Setelah seluruh data terkumpul, maka analisis data dilakukan melalui pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Editing Pada tahap ini dilakukan untuk memeriksa atau meneliti data yang telah diperoleh, dilakukan pembetulan data yang keliru/salah dan melengkapi data yang kurang. 2. Tabulating Di mana pada tahap ini peneliti memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan. 3. Processing Yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 12,0. 4. Cleaning Dimana pada tahap ini peneliti memeriksa atau mengecek kembali data yang telah dimasukkan (di-entry) untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. 5. Analisis Data Analisis data yang dipakai ada dua, yaitu: a. Univariat Data demografi dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan data hasil analisa pola asuh orangtua serta analisa perilaku remaja usia 12-20 tahun juga disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Perilaku seksual
Universitas Sumatera Utara
remaja dianalisa dalam bentuk skala nominal, yaitu skor data hasil kuesioner didistiribusikan kedalam 2 kategori, positif dan negatif. Untuk analisa Perilaku remaja dengan rentang sebesar 10 dan jumlah kategori 2 maka diperoleh panjang kelas sebesar 5. Dengan P = 10 dan nilai terendah = 5 sebagai batas bawah kelas interval pertama, pemberian skor adalah sebagai berikut : Pertanyaan Negatif
Nilai
Sangat Setuju : SS
1
Setuju :
2
Tidak Setuju : TS
3
Sangat Tidak Setuju : STS
4
Pertanyaan Positif: Sangat Setuju : SS
4
Setuju :
3
Tidak Setuju : TS
2
Sangat Tidak Setuju : STS
1
b. Bivariat Hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku remaja dianalisa dengan menguji hipotesi penelitian, kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian. Hipotesa diuji dengan menggunakan teknik analisis Chi-square. Teknik analisis korelasi ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi atau kekuatan hubungan. Dengan kata lain, disini akan diuji hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku remaja. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima hipotesis :
Universitas Sumatera Utara
Jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah melihat hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
1. HASIL PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B kec Medan Tuntungan, yang didapat dari pengumpulan data pada bulan 2011 di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Adapun jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 88 responden yang terdiri dari 43 responden laki-laki dan 45 responden perempuan. Berikut ini merupakan penjabaran deskripsi dan persentase karakteristik responden serta hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. 1.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1 yang terdiri atas usia remaja, jenis kelamin, agama, suku, dan tingkat pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Data Demografi Umur 12 – 13 (remaja awal) 14 – 16 (remaja pertengahan) 17 – 20 (remaja akhir)
1.2
Frekuensi
Persentase
32 21
36,4 23,8
35
39,8
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
43 45
48,9 51,1
Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik
24 46 18
27,3 52,3 20,4
Suku Batak karo Batak toba Jawa Batak Simalungun
41 36 7 4
46,7 40,8 8,0 4,5
Tingkat Pendidikan SMP SMA
43 45
48,9 51,1
Pola Asuh Orang tua di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan Data yang terkumpul menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh orang tua
responden adalah demokrasi (76,1%). Tabel
5.2. Pola Asuh Orang tua di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Pola asuh Otoriter Demokrasi Total
Frekuensi 23 65 88
Persentase 26,1 73,9 100
Universitas Sumatera Utara
1.3
Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingakar B Kec Medan Tuntungan Data yang terkumpul menunjukkan bahwa mayoritas perilaku seksual remaja
adalah berperilaku positif (95,5%). Tabel 5.3. Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan Perilaku Seksual Remaja Positif Negatif Total
Frekuensi 84 4 88
Persentase 95,5 4,5 100
1.4. Hubungan Pola Asuh Orang tua Otoriter terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan Analisis hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja diukur dengan menggunakan uji chi-square. Dari hasil analisis data didapat p= 0,569 ( α = 0,05) yang berarti Ho gagal ditolak, artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orangtua dengan perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Tabel 5.4. Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan Pola asuh orangtua Otoriter Demokrasi Total
Perilaku remaja positif n % 23 26,1 61 69,3 84 95,4
Perilaku remaja negatif n % 0 0 4 4,5 4 4,5
Jumlah n 23 65 88
% 26,1 73,9 100
P Value 0,569 0,569
Universitas Sumatera Utara
2. PEMBAHASAN 2.1 Pola Asuh Orang Tua di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pola asuh orang tua demokrasi yaitu 67 responden (76,1%). Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang (2007) yang menunjukkan bahwa dari 144 responden, sebanyak 135 responden (93,75%) yang memiliki pola asuh orang tua demokrasi. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh demokrasi banyak digunakan oleh orang tua. Menurut Shocib (dalam yuniati, 2003), orang tua yang menerapkan pola asuh demokrasi banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Menurut Astuti (2005), pola asuh demokrasi dapat mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol serta memiliki dampak positif yaitu anak-anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stress, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi dengan baik. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan berusaha mengajak anak agar terbiasa menerima konsekuensi secara logis dalam setiap tindakannya sehingga anak akan menghindari keburukan karena dia sendiri merasakan akibat perbuatan buruk itu, bukan karena desakan orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec. Medan Tuntungan Hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B
Kec Medan Tuntungan dari 84 responden (95,5%) mayoritas berperilaku positif. Hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang (2007), bahwa dari 144 responden, 125 responden (86,8%) yang memiliki perilaku remaja yang positif. Dan hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Estin (2009), dari 53 responden, 46 responden (86,8%) memiliki perilaku seksual positif. Menurut Sarwono (2007), perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentukbentik tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tetarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial.
2.3
Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan Pada penelitian ini pola asuh dibagi atas dua tipe yaitu otoriter dan demokrasi.
Untuk menghubungkan kedua pola asuh diatas dengan perilaku seksual remaja peneliti menggunakan uji chi-square.
Universitas Sumatera Utara
Dari analisis statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,569 sehingga lebih besar dari (α) = 0,05. Ini berarti Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang (2007), bahwa dari analisis statistika diperoleh nilai signifikan (p value) sebesar 0,700 sehingga lebih besar dari nilai (α) = 0,05. Hal ini menunjukkan Ho gagal ditolak sehingga disimpulkan tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja. Dari hasil penelitian di atas, berbading terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Estin (2009), bahwa dari analisis statistika diperoleh nilai signifikan (p value) sebesar 0,000 sehingga lebih kecil dari nilai (α) = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja. Menurut pendapat Lauritsen (1994) bahwa pola asuh orang tua baik otoriter maupun demokrasi tidak ada hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual remaja. Karena seperti pola asuh otoriter yang diterapkan di kalangan keluarga yang artinya berdampak buruk pada remaja, ketika diteliti bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter tidak berdampak apa-apa pada anak remajanya. Remaja tersebut juga tidak ada berpengaruh terhadap pergaulan bebas, yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Sebaliknya, orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis didalam teori mengatakan berdampak lebih baik pada remaja, artinya remaja menjadi mandiri, anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stress, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
baik, tetapi dari hasil penelitian orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis pada anak
remaja,
mengakibatkan remaja tersebut
menjadi ketergantuan terhadap
orangtuanya. Tidak bisa mengambil keputusan atau pun tindakan yang tepat untuk dirinya. Anak remaja tersebut karena banyak nasehat tentang perilaku-perilaku remaja yang menyimpang terhadap seksual akan lebih ingin mengetahui lebih jauh apa yang hal apa yang dijelaskan orang tuanya tersebut
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia antara 17 – 20 tahun (39,8%), dengan jenis kelamin perempuan (51,1%), agama Kristen Protestan (52,3%), dengan suku Batak Karo (46,7%), jenjang pendidikan SMA (54,5%). Pola asuh yang digunakan orang tua responden mayoritas memiliki pola asuh demokratis yaitu sebanyak 67 responden. Perilaku seksual remaja mayoritas berperilaku positif sebanyak 84 responden. Hasil uji chi-square diperoleh nilai probabilitas (p = 0,252) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja.
2. Saran 2.1
Untuk Pelayanan Kebidanan Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, diharapkan bidan lebih meningkatkan
mutu dan kualitas pelayanan kebidanan yang mencakup memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan kepada remaja-remaja dalam mencegah penyimpangan seksual yang tidak diinginkan seperti penyuluhan perilaku seksual apa yang sepantasnya dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh remaja. Tujuannya agar remaja dapat mengantisipasi dan memahami hal-hal yang dapat merugikan remaja itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Untuk Pendidikan Kebidanan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu cerminan agar remaja
khususnya diinstitusi pendidikan lebih mengetahui perilaku-perilaku remaja yang menyimpang, untuk itu mahasiswa kebidanan, melalui pendidikan kebidanan terdorong untuk melakukan kegiatan pencegahan penyimpangan perilaku seksual remaja dalam kegiatan praktek kebidanan dan dapat mengaplikasikan ilmunya khususnya tentang kesehatan reproduksi pada remaja dimasyarakat.
2.3
Untuk Peneliti Kebidanan Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 88 orang dikelurahan. Jumlah
ini dirasakan peneliti belum cukup untuk mewakili remaja-remaja lainnya yang mengalami perilaku seksual remaja yang menyimpang. Oleh sebab itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan lebih banyak responden dan meneliti dibeberapa tempat yang berbeda agar hasilnya lebih representatif.
Universitas Sumatera Utara