28
BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Grand Teori 3.1.1 Arbitrage Pricing Theory Menurut Musdalifah (2009) Arbitrage Pricing Theory (APT) oleh Stephen Ross (1976) menyatakan bahwa harga suatu aset bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak hanya satu faktor (portfolio pasar) seperti yang dikemukakan pada teori CAPM. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam APT adalah inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang turut diperhitungkan dalam memprediksi return saham. Menurut Syahrial (2014:181), teori APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama, tidaklah bisa dijual pada harga yang berbeda, apabila dijual pada harga berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage. APT mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri. Azis, Mintarti, dan Nadir (2015:318), APT adalah sebuah model asset pricing yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat diprediksi dengan menggunakan hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan faktorfaktor resiko secara umum. Model APT ini didasarkan pada hukum satu harga (law of one price) dimana aset yang sama tidak bisa dijual dengan harga yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan arbitrase (membeli aset berharga murah, pada saat yang sama menjual dengan harga yang lebih tinggi sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
memperoleh laba tanpa risiko). Teori ini memprediksi hubungan tingkat pengembalian sebuah portfolio dan pengembalian dari aset tunggal melalui kombinasi linear dari banyak variabel makro ekonomi. Reilly (2000) dalam Rosalina (2009) mengemukakan tiga asumsi yang mendasari model Arbitrage Pricing Theory adalah: 1)
Pasar Modal dalam kondisi persaingan sempurna,
2)
Para Investor selalu lebih menyukai kekayaan yang lebih daripada kurang dengan kepastian,
3)
Hasil dari proses stochastic artinya bahwa pendapatan asset dapat
dianggap sebagai K model faktor. Dari asumsi yang menyatakan investor percaya bahwa pendapatan sekuritas akan ditentukan oleh sebuah model faktorial dengan k faktor risiko. Dengan demikian, dapat ditentukan pendapatan aktual untuk sekuritas i dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Ri,t = ai + bi1F1t + bi2F2t + .... ... + bikFkt + eit .....................................(3.1) Keterangan : Ri,t = Tingkat pendapatan sekuritas i pada periode t ai = Konstanta bik = Sensitivitas pendapatan sekuritas i terhadap faktor k Fkt = Faktor k yang mempengaruhi pendapatan eit = random error. Untuk menghitung pendapatan sekuritas yang diharapkan pada model APT dapat digunakan rumus sebagai berikut: E(Ri,t ) =ai +bi1F1t +bi2F2t +bikFkt + eit ................................................. (3.2)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Keterangan : E(Ri,t) = Tingkat pendapatan yang diharapkan sekuritas i pada periode t ai = Konstanta bik = Sensitivitas pendapatan sekuritas i terhadap faktor k pada periode t. Fkt = Faktor k yang mempengaruhi pendapatan pada periode t eit = random error Menurut Zubir (2013:228), model APT merupakan multi indeks model untuk menduga return suatu sekuritas. Pada kondisi keseimbangan yang mempengaruhi return suatu sekuritas hanya risiko sistematis, sedangkan risiko nonsistematis sama dengan nol.
3.1.2 Teori Signaling Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2006:46) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor
tentang
bagaimana
manajemen
memandang
prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Untuk itu, manajer perlu memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Jama’an, 2008:4). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi yang diterima oleh investor terlebih dahulu diterjemahkan sebagai sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang buruk (bad news). Tingkat laba yang dilaporkan perusahaan melalui laporan laba rugi dapat diterjemahkan menjadi sinyal baik maupun sinyal yang buruk. Apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan meningkat maka informasi tersebut dapat dikategorikan
sebagai
sinyal
baik
karena
mengindikasikan
kondisi
perusahaan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang dilaporkan menurun maka perusahaan berada dalam kondisi tidak baik sehingga dianggap sebagai sinyal yang buruk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Sinyal-sinyal dari informasi yang beredar dapat mempengaruhi tindakan yang diambil investor. Reaksi investor tercermin dalam harga saham dan volume perdagangan ketika informasi tersebut di release. Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi investor yang berkaitan dengan sinyal-sinyal informasi dari perusahaan dapat menggunakan studi peristiwa (event study).
3.2 Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011, mulai 1 Januari 2012 seluruh bank umum di Indonesia sudah harus menggunakan pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru, yaitu metode RGEC yang merupakan singkatan dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings dan Capital. Metode tersebut mulai digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank posisi akhir bulan Desember 2011. Peraturan Bank Indonesia tersebut menggantikan peraturan terdahulu, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan metode CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liability dan Sensitivity to Market Risk). Perubahan peraturan tersebut merupakan langkah penyempurnaan penilaian kesehatan bank yang dilatarbelakangi oleh perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank. Secara substantif memang ada beberapa perubahan faktor-faktor penilaian, namun dari sisi prinsip dan proses perhitungan tingkat kesehatan, PBI Nomor 13/1/PBI/2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
tidak jauh berbeda dengan PBI Nomor 6/10/PBI/2004. Faktor penilaian tingkat kesehatan bank yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 antara lain mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut: 1) Risiko kredit Merupakan risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja peminjam dana (borrower). 2) Risiko pasar Merupakan risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. 3) Risiko likuiditas Merupakan risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). 4) Risiko operasional Merupakan
risiko
akibat
ketidakcukupan
dan/atau
tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya
kejadian
eksternal
yang
mempengaruhi
operasional bank. Risiko operasional dapat bersumber dari sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal. 5) Risiko hukum Merupakan risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. 6) Risiko stratejik Merupakan risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Risiko stratejik ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi
dan
ketidaktepatan
dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perumusan
strategi,
35
ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 7) Risiko kepatuhan Merupakan risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Risiko kepatuhan timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. 8) Risiko reputasi Merupakan
risiko
akibat
menurunnya
tingkat
kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
3.3 Risiko Kredit Kegiatan bank dalam penyaluran dana kepada pihak lain yang paling besar adalah kredit. Kredit merupakan salah satu jenis aktiva produktif yang menjadi sumber pendapatan terbesar bagi bank. Akan tetapi, seringkali kredit menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar karena adanya kemungkinan dana itu tidak kembali. Menurut Ismail (2010), kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur akan mengandung risiko adanya kemungkinan debitur tidak dapat mengembalikan dana pinjamannya. Hal ini menyebabkan timbulnya kredit bermasalah, di mana nasabah/debitur sudah tidak sanggup
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Menurut Ghozali (2007:12), risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya. Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal : 1) Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar 2) Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif. 3) Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivatif. Secara umum terdapat dua faktor penyebab terjadinya risiko kredit yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal bank, yaitu : 1) Ketidakmauan membayar (willingness to pay) terutama akibat masalah
karakter debitur/counterparty
dan dapat disebabkan
oleh kelemahan bank dalam melakukan identifikasi kelayakan debitur/counterparty dan atau itikad tidak baik bank dalam kegiatan penyaluran dana. 2) Ketidakmampuan
membayar
(ability
to
pay)
disebabkan
menurunnya kondisi usaha debitur/counter party baik akibat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
kesalahan pengelolaan (mismanagement) dan atau pengaruh faktor ekonomi makro atau sektor industri tertentu. Sedangkan faktor internal bank, yaitu : 1) Konsentrasi risiko kredit dalam portofolio asset. 2) Kelemahan sistem pengendalian dan proses manajemen risiko kredit. 3) Itikad tidak baik pengurus bank (antara lain: kesengajaan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam proses penilaian kelayakan kredit dan penyediaan dana lainnya; Kerjasama/kolusi dengan debitur/counterparty). Menurut Veithzal dan Rifki (2013:13), risiko kredit (credit risk ) didefinisikan sebagai risiko yang timbul akibat kegagalan dari pihak lain (nasabah) dalam memenuhi kewajibannya. Risiko ini dapat terjadi pada
aktivitas
perbankan
seperti
aktivitas
pembiayaan
dan
treasury/investasi. Perusahaan perbankan dapat menggunakan teknik dan kebijakan dalam mengelola risiko kredit untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari kerugian kredit yang dikenal dengan mitigasi risiko kredit. Teknis dan kebijakan tersebut adalah : 1) Model pemeringkatan (grading model) 2) Manajemen portofolio kredit 3) Agunan 4) Pengawasan arus kas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
5) Manajemen pemulihan (recovery management) NPL merupakan ukuran untuk kredit yang menunggak lebih dari 90 hari. NPL dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. NPL merupakan salah satu indikator dari risiko kredit yang dapat diukur dengan membandingkan kredit bermasalah dengan total kredit. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPL = Kredit Bermasalah X 100 Total Kredit
(3.3)
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian NPL Rasio NPL ≤ 2% 2% < NPL ≤ 5% 5% < NPL ≤ 8% 8% < NPL ≤ 11% NPL > 11%
Predikat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Sumber: Bank Indonesia (2012) 3.4 Risiko Pasar Menurut Ghozali (2007:13), risiko pasar adalah risiko kerugian pada naik turunnya posisi neraca yang muncul akibat pergerakan di pasar modal. Risiko ini merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal-hal lain yang menentukan harga pasar saham, maupun ekuitas dan komoditas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Menurut Veithzal dan Rifki (2013:15), risiko pasar (market risk) didefinisikan sebagai risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti: suku bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki bank turun. Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul dari perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dan hal lainnya yang di tentukan oleh pasar. Risiko pasar dapat diartikan juga sebagai risiko kerugian karena pergerakan asset yang dimiliki karena pengaruh volatilitas dalam harga pasar. Market risk dapat berupa dua bentuk yaitu absolut risk yang tolok ukurnya berdasar nilai dolar dan relative risk yang tolok ukurnya berdasarkan nilai indeks. Market risk dapat di klasifikasikan menjadi risiko directional dan non directional. Risiko directional melibatkan exposure pada arah pergerakan dalam variabel finansial seperti harga saham, suku bunga, nilai tukar rupiah dan harga komoditi. Risiko non directional melibatkan risiko lain yang terdiri dari non linear exposures dan exposures pada posisi yang telah dihedge.
3.5 Risiko Suku Bunga Risiko pasar adalah eksposur terhadap potensi kerugian yang disebabkan oleh perubahan atau variabel (rate) bunga pasar. Bentuk risiko pasar yang dihadapi oleh lembaga keuangan adalah eksposur terhadap perubahan suku bunga jika durasi dari aset dan kewajiban tidak sesuai atau tidak bersamaan jatuh temponnya (mismatched). Neraca bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
terdapat beberapa rekening yang peka (sensitive) terhadap perubahan tingkat bunga. Item-item tersebut berada di sisi asset maupun liabilities, jika tidak dikelola dengan baik maka akan berakibat menurunnya pendapat bersih dari bunga atau Net Interest Income (NII) (Choudhry, 2007:254-255). Rate sensitive berarti item asset (RSA) maupun liabilities (RSL) yang peka terhadap perubahan tingkat suku bunga. Riyadi (2006:134-155) menyatakan bahwa sensitive asset digolongkan berdasarkan jangka waktu penempatannya yang relatif pendek (kurang dari 1 tahun), diantaranya interbank call money placement, SBI, surat berharga yang jatuh temponya maksimal 12 bulan, dan kredit yang diberikan berjangka waktu kurang dari 1 tahun (short term loan). Sedangkan sensitive liabilities digolongkan berdasarkan atas kriteria penarikan jangka pendek, biasanya maksimal 1 tahun, diantaranya giro, tabungan, DOC (deposit on call), deposito yang berjangka sampai dengan 1 tahun, interbank call money borrowing dan kewajiban segera lainnya. Seringnya perubahan tingkat suku bunga mendorong manajemen bank memberikan perhatian yang lebih besar terhadap manajemen interest risk melalui ALMA (Asset and Liabilities Management). Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2012:254), fungsi ALMA dalam bank adalah Manajemen Likuiditas (Liquidity Management), Manajemen Gap (Gap Management), Manajemen Valuta asing (Foreign Exchange
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Management) dan Manajemen Pricing (Pricing Management). Dalam manajemen gap terdapat dua (2) pengertian periode: 1) Periode maturity Yaitu periode jatuh tempo untuk masing-masing item dalam neraca, yang menunjukkan tanggal dimana suatu principal jatuh tempo. 2) Periode repricing. Yaitu interval waktu yang melakukan penyesuaian tingkat bunga sesuai dengan perjanjian sebelumnya di kedua sisi neraca. Posisi gap yang kemungkinan terjadi antara lain : 1) Flat Position atau rasio GAP =1 Jika volume asset sama dengan volume liabilites yang akan berubah bunganya dalam periode tertentu. 2) Overlent ( Positif GAP) atau rasio GAP >1 Jika volume asset lebih besar daripada liabilities yang akan berubah bunganya dalam periode tertentu. 3) Overborrow (Negatif GAP) atau rasio GAP<1 Jika volume liabilities lebih besar dari pada asset yang berubah bunganya dalam periode tertentu. Risiko tingkat bunga naik jika GAP makin besar sementara tingkat bunga berfluktuasi berlawanan arah. Untuk membatasi risiko perubahan tingkat bunga dan meminimalisir eksposur tingkat bunga yang kurang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
menguntungkan itu, kebanyakan bank menerapkan GAP Limits atau range tertentu. Rumus untuk menghitung GAP adalah : GAP = RSA – RSL atau rasio GAP =RSA/RSL
(3.4)
Pengaruh perubahan suku bunga dan posisi GAP, dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Pengaruh Posisi Gap terhadap NIM Posisi GAP Suku bunga naik Suku bunga turun Positif (RSA>RSL)
NIM meningkat
NIM menurun
Negatif (RSA
NIM menurun
NIM meningkat
Zero (RSA=RSL)
NIM tetap
NIM tetap
Sumber : Manajemen Perbankan (Kuncoro dan Suhardjono, 2012:263)
3.6
Risiko Nilai Tukar Bank yang telah berstatus bank devisa, sebagian dana pihak ketiga dihimpun dalam bentuk valuta asing. Pengelolaan dana valuta asing, harus dilakukan secara lebih berhati-hati karena ada risiko lain selain risiko kredit, yakni risiko suku bunga dan nilai tukar. Prinsip pengelolaan dana valuta asing adalah fully matching artinya seluruh dana nasabah baik dalam bentuk volume, jangka waktu maupun currency harus ditempatkan di sisi asset secara totally matching. Dalam praktek perbankan pengelolaan tersebut di atas, sangat sulit dilakukan oleh bank. Manajemen bank dapat melakukan pengambilan posisi atau disebut dengan posisi terbuka (Open Position). Posisi terbuka adalah jumlah dana yang ada di posisi pasiva tidak sama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
dengan jumlah dana yang ada di sisi aktiva. Ada tiga jenis posisi terbuka dalam pengelolaan valuta asing yakni sebagai berikut (Kuncoro dan Suhardjono, 2012:273): 1) Aktiva
valas
>
pasiva
valas
atau
disebut
posisi
long
valas
atau
disebut
posisi
short
(Long/overbought position) 2) Aktiva
valas
<
pasiva
(Short/oversold position) 3) Aktiva valas = pasiva valas atau disebut posisi square (Square position) Pengaruh perubahan kurs dan posisi terbuka, dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.3 Pengaruh Per ubahan Kurs terhadap Non Interest Margin (NONIM) Posisi Terbuka Kurs menguat Kurs melemah Long
NONIM meningkat
NONIM menurun
Short
NONIM menurun
NONIM meningkat
Square
NONIM tetap
NONIM tetap
Sumber:Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa (Loen dan Sonny Ericson, 2008:65)
Adanya posisi long atau short akan berpengaruh terhadap kinerja bank apabila terjadi perubahan kurs yang berlawanan. Bank Indonesia mengatur posisi valuta asing tersebut dengan peraturan yang disebut Posisi Devisa Neto (PDN) atau Net Open Position (NOP) dalam Peraturan Bank Indonesia no. 5/13/2003 tentang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Posisi Devisa Neto Bank Umum. Bank diperkenankan memelihara PDN nya setiap hari kerja maksimal 20% dari Modal Bank. PDN merupakan selisih bersih antara aktiva dan pasiva setelah memperhitungkan rekening-rekening administratifnya. Aktiva yang dimaksudkan adalah aktiva valuta asing terdiri dari kas, emas, giro (termasuk giro pada Bank Indonesia), deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, surat berharga, kredit yang diberikan, nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih, rekening antar kantor aktiva dan tagihan lainnya dalam valuta asing baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Sedangkan yang dimaksud pasiva ini adalah pasiva valuta asing sebagaimana giro, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, pinjaman yang diterima, jaminan impor, rekening antar kantor pasiva, pendapatan komprehensif lainnya dari surat-surat berharga valuta asing selain saham dan kewajiban lainnya dalam valuta asing baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk. Rekening administratif dalam ketentuan tersebut adalah rekening dalam valuta asing yang dapat menimbulkan tagihan dan atau kewajiban di masa mendatang yang merupakan komitmen dan kontinjensi yang mencakup spot, bank garansi maupun L/C yang dipastikan menjadi kewajiban bank setelah dikurangi margin deposit, serta transaksi derivatif antara lain transaksi forward, option, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
future maupun produk-produk lain yang sejenis baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk. Menurut
Charles
Goodhard
(2011:224),
seiring
dengan
berkembangnya pasar keuangan, khususnya di negara-negara maju, jenis risiko yang harus diantisipasi bank semakin bertambah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan dan mempertahankan sistem perbankan yang sehat, Basel Committee on Banking Supervision (Committee) memandang perlu untuk menyempurnakan pengaturan permodalan yang memperhitungkan unsur risiko pasar seperti risiko perubahan harga pasar yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank yang memiliki portofolio surat berharga, instrumen derivatif dan instrumen keuangan lainnya dalam jumlah besar.
3.7 Risiko Likuiditas Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/25/2009, pengertian risiko likuiditas adalah risiko bank akibat ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban bank yang telah jatuh tempo dari pendanaan arus kas dan atau aset yang likuid tanpa menggangu aktiva bank sehari-hari. Dari pengertian tersebut berarti bank harus mampu menyediakan dana cadangan bilamana ada penarikan dana nasabah yang bersifat mendadak dan aktiva yang diinvestasikan bank juga cukup likuid bilamana harus mencairkan untuk menutupi kebutuhan dana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Ghozali (2007:14-15) menyebutkan bahwa risiko likuiditas dibedakan menjadi dua yaitu risiko likuiditas aset dan risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas aset atau disebut juga dengan market/product liquidity risk, timbul karena
transaksi
tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi oleh karena besarnya nilai tukar relatif terhadap besarnya pasar. Risiko likuiditas pendanaan atau cash flow risk
adalah ketidakmampuan memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo sehingga mengakibatkan terjadinya likuidasi. Dua aspek dasar dari risiko likuiditas yaitu transformasi jatuh tempo (jatuh tempo kewajiban dan aset bank) dan likuiditas yang melekat pada aset suatu bank (sejauh mana suatu aset dapat dijual tanpa menimbulkan kehilangan nilai di bawah kondisi pasar secara signifikan). Bank tidak perlu khawatir tentang transformasi jatuh tempo jika mereka memiliki aset yang dapat dijual tanpa menanggung kerugian. Sedangkan, bank memiliki aset yang akan jatuh tempo dalam waktu lebih pendek mungkin tidak perlu untuk menjaga aset likuid. Terlepas dari maturity mismatch di atas, risiko likuiditas muncul karena kondisi resesi ekonomi, menyebabkan kurangnya sumber daya. Hal ini meningkatkan permintaan deposan dalam menciptakan risiko likuiditas sehingga dapat menyebabkan kegagalan bank atau bahkan seluruh sistem perbankan karena efek penularan. Oleh karena itu bank harus mempertimbangkan investasi ke aset
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
likuid namun memberikan keuntungan yang lebih rendah demi menjaga cadangan jika terjadi goncangan (Ikatan Bankir Indonesia, 2015:156) 3.8 Profitabilitas Profitabilitas
atau
kemampulabaan
merupakan
kemampuan
perusahaan didalam menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2012:505), pengukuran profitabilitas menggunakan ROE dan ROA. ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkn income dari pengelolaa aset yang dimiliki. Antara ROE dan ROA mempunyai kaitan yakni dengan menghubungkan dengan Equity Multiplier (EM). EM merupakan perbandingan antara aset dengan modal, sekaligus menjadi ukuran laba dan risiko. Semakin tinggi EM nya maka akan ROE suatu bank akan menjadi lebih tinggi. ROE memberikan ukuran kunci dari sudut pandang pemilik, sedangkan ROA
untuk menilai
kinerja manajemen. Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan ROE. Menurut Brigham (2006:90), ROE dirumuskan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan Houston
48
Net Income after tax ROE = x100% Shares Holder’s Equity
(3.3)
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar nilai profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan seberapa besar profit yang diperoleh perusahaan di mata investor. Apabila perusahaan berhasil membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini akan memotivasi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham, sehingga harga saham dan return saham akan meningkat .
3.9 Return Saham Menurut Jogiyanto (2010:222), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1)
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah
terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. 2)
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan
diperoleh
investor di masa yang akan datang. Return ekspektasi
sifatnya belum terjadi. Beberapa pengukuran return realisasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
banyak digunakan adalah return total (total return), return relatif (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total yang sering disebut dengan return saja terdiri atas capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Untuk saham, capital gain terjadi jika harga saham pada periode tertentu lebih tinggi dari periode sebelumnya. Sebaliknya jika harga saham pada periode tertentu lebih rendah dari periode sebelumnya maka akan terjadi capital loss, sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Rumus return saham adalah sebagai berikut: Return = (Pt -Pt-1) + Deviden Yield (Pt-1) Keterangan:
(3.4)
Pt = Harga saham penutupan (closing price) pada periode t Pt-1 = Harga saham penutupan (closing price) pada periode t-1
3.10 Penelitian Terdahulu Pertanyaan yang sering dihadapi oleh perbankan di Indonesia adalah apakah pada saat ini perbankan di Indonesia sudah secara utuh menerapkan risk management? Perbankan tentunya harus melakukan analisis-analisis dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
teknik yang berkaitan dengan upaya untuk mengurangi kerugian yang timbul dimasa mendatang melalui proses pengelolaan risiko-risiko di perusahaan seperti risiko kredit, risiko likuiditas dan lainnya. Kegiatan pengelolaan risiko-risiko oleh perbankan merupakan salah satu dalam proses pengendalian risiko, sehingga jika dikatakan bahwa perbankan di Indonesia sama sekali belum menerapkan pengendalian risiko maka juga tidak sepenuhnya valid. Namun demikian pendekatan dalam pengendalian risiko masih membutuhkan teknik dan metode yang bagus, sehingga efektivitasnya dapat diandalkan dan konsistensi dalam penerapannya perlu dijaga. Penelitian Arief dan Anees (2012) tentang Liquidity risk and performance of banking system, menyimpulkan bahwa risiko likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Sementara liquidity gap dan non-performing loan sebagai dua faktor yang memperburuk risiko likuiditas. Ravi (2012) meneliti dampak risiko kredit terhadap kinerja bank di Nepal, mengemukakan bahwa semua parameter risiko (rate, cost per loan assets and capital adequacy ratio) tidak mempunyai dampak terhadap kinerja keuangan perbankan. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak hanya risiko kredit saja yang akan mempengaruhi kinerja perbankan, namun ada beberapa risikorisiko lainnya. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lartey, et al (2013) dengan judul The Relationship between Liquidity and Profitability of Listed Banks in Ghana menyimpulkan bahwa hubungan likuiditas dan profitabilitas positif namun sangat lemah hubungannya. Penelitian yang sama dilakukan oleh Alshatti (2015) dengan judul The Effect of the Liquidity Management on
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Profitability in the Jordanian Commercial Banks, menunjukkan hasil pengaruh yang positif kenaikan Quick Ratio dan rasio investasi dana terhadap profitabilitas, dan pengaruh negative capital ratio dan liquid assets ratio terhadap profitabilitas bank-bank di Jordania. Risiko-risiko yang dihadapi oleh perbankan selain berdampak pada kinerja bank secara umum, namun risiko-risiko tersebut mempengaruhi juga profitabilitas bank yang tentunya mempengaruhi pula return saham perusahaan perbankan. Penelitian
Sugianto (2014) tentang Sensitivitas
Saham Perbankan terhadap Manajemen Risiko menyimpulkan bahwa semakin besar nilai provisi atau pencadangan penghapusan aktiva produksi (PPAP) maka akan mengurangi return saham perbankan. Sedangkan untuk variabel NONIM, apabila nilai NONIM makin besar maka akan menambah nilai return saham. Sementara penelitian Puspitasari (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR dan Suku Bunga SBI terhadap ROA, memberikan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan NIM, LDR
berpengaruh positif, sedangkan NPL dan Biaya Operasi
dibanding Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh negatif, PDN dan Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. Sementara Odeke dan Odongo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Interest Rate Risk Exposure And Financial Performance Of Commercial Banks In Uganda memberikan hasil bahwa GAP berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan di Uganda. Penelitian Saadet, et.al (2011) dengan judul The Impact Of Interest Rate And Exchange Rate Volatility On Banks Stock Returns And Volatility:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Evidence From Turkey menyimpulkan bahwa Interest rate and exchange rate mempunyai dampak negatif terhadap return saham perbankan, dimana sensitivitas return saham lebih dipengaruhi suku bunga dan nilai tukar. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa volatilitas tingkat suku bunga dan nilai tukar merupakan penentu utama terhadap volatilitas return saham bank. Sementara itu, Sukcharoensin (2013) meneliti tentang Time Variying Market, interest rate and exchange rate risk oh Thai Commercial Banks, menyimpulkan bahwa risiko nilai tukar tidak berpengaruh terhadap return saham bank menengah dan besar di Thailand. Tabel 3.4 Penelitian terdahulu No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Sumber
1
Ravi Prakash Sharma Poudel (2012)
The impact of credit risk management on financial performance of commercial banks in Nepal
International Journal of Arts and Commerce Vol. 1 No. 5 October 2012
Tingkat Kredit bermasalah mempunyai dampak negatif terhadap kinerja keuangan bank.
2
Kolapo, T. Funso, Ayeni, R. Kolade, Oke, M. Ojo (2012)
Credit risk and Commercial Bank’s performance in Nigeria: A Panel Model Approach
Australian Journal of Business and Management Research Vol.2 No.02 [31-38] | May-2012
Kenaikan NPL akan mengurangi profitabilitas, sementara kenaikan total kredit akan menaikkan profitabilitas.
3
Boahenel Samuel Hymore,Julius Dasah, Samuel Kwaku Agyei (2012)
Credit Risk and Research Journal Profitability of Selected of Finance and Banks in Ghana Accounting www.iiste.org ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol 3, No 7, 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Risiko kredit mempunyai hubungan positif terhadap profitabilitas bank.
53
4
Alshatti ,A li Sulieman (2015)
The Effect of the Liquidity Management on Profitability in the Jordanian Commercial Banks
International Journal of Business and Management; Vol. 10, No. 1; 2015. ISSN:1833-3850
LDR mempunyai dampak positif terhadap profitabilitas bank di bank komersial Yordania
5
Lartey, Victor Curtis, Samuel Antwi, Eric Kofi Boadi (2013)
The Relationship between Liquidity and Profitability of Listed Banks in Ghana
International Journal of Business and Social Science Vol. 4 No. 3; March 2013
Hubungan positif yang sangat lemah antara likuiditas dengan profitabilitas Bank di Ghana
6
Naser Ali Yadollahzadeh Tabari, Mohammad Ahmadi, Ma'someh Emami (2013)
The Effect of Liquidity Risk on the Performance of Commercial Banks (Iran)
International Research Journal of Applied and Basic Sciences © 2013 ISSN 2251-838X / Vol, 4 (6): 1624-1631
Risiko kredit dan risiko likuiditas akan menurunkan kinerja bank.
7
Arif Ahmed, Ahmed Nauman Anees (2012)
Liquidity risk and performance of banking system (Pakistan).
Science Explorer Publications Journal of Financial Regulation and Compliance Vol. 20 No. 2, 2012
Risiko likuiditas mempunyai hubungan negatif signifikan dengan profitabilitas.
8
Yong Tan, Christos Floros (2014)
Stock Market Volatility and Bank Performance in China.
Studies in Economics and Finance.Vol 29 No 3.pp 211228.ISSN 10867376.
Volatilitas Pasar saham bank merupakan perwujudan dari naik turunnya ROE.
9
Odeke Samuel and James Odongo (2014)
Interest Rate Risk Exposure And Financial Performance Of Commercial Banks In Uganda
Research Journal of Finance and Accounting www.iiste.org ISSN 2222-1697 Vol.5, No.2, 2014
Eksposure risiko suku bunga mempunyai hubungan positif dengan kinerja bank.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
10
Khan, Waseem Ahmad, Abdul Sattar (2014)
Impact of Interest Rate Changes on the Profitability of four Major Commercial Banks in Pakistan
International Journal of Accounting and Financial Reporting ISSN: 2162 – 3082, 2014, Vol.4, No. 1
Tingkat suku bunga mempunyai hubungan positif yang kuat dengan profitabilitas bank komersial.
11
Kolapo F. T. and DapoFapetu (2015)
The Influence of Interest risk on Performance of deposit money banks in Nigeria
International Journal of Economics, Commerce and Management Vol. I I I, Issue 5, May 2015 Page 1218 ISSN: 2348 0386
Risiko tingkat suku bunga mempunyai dampak yang tidak signifikan terhdap kinerja bank.
12
Kamau Philip, EnoL.Inanga and Kami Rwegasira (2015)
Currency risk impact on the financial performance of multilateral banks
Journal of Financial Reporting and Accounting Vol.13No.1,2015 pp.91-118 ©Emerald Group Publishing Limited 19852517
Hubungan antara risiko mata uang dengan kinerja keuangan tidak signifikan.
13
He, Ling T., Alex Fayman and K. Michael Casey (2014)
Bank Profitability: The Impact of Foreign Currency Fluctuations
Journal of Applied Business and Economics Vol.16 No. 2,
Fluktuasi nilai tukar berhubungan positif dengan keuntungan yang diperoleh bank-bank terbesar di Amerika.
pp: 98-104 14
Taiwo Owoeye, Ogunmakin Adeduro Adesola (2015)
Assessing the Impact of Exchange Rate Risk on Banks Performance in Nigeria
Journal of Economics and Sustainable Development ISSN 2222-2855 (Online) Vol.6, No.6, 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengelolaan nilai tukar mempunyai hubungan positif signifikan dengan kinerja lembaga keuangan, khususnya bank.
55
15
Sukcharoensin, Pariyada (2013)
Time Variying Market, interest rate and exchange rate risk oh Thai Commercial Banks
16
Yong Tan and Christos Floros (2012)
Stock market volatility and bank performance in China
17
Saadet Kasman, Gülin Vardar, Gökçe Tunç (2011)
The impact of interest rate and exchange rate volatility on banks' stock returns and volatility: Evidence from Turkey
18
Tsolas Ioannis E (2011)
Relative profitability and stock market performance of listed commercial banks on the Athens Exchange: a nonparametric approach
19
Liadaki Aggeliki dan Chrysovalantis Gaganis (2010)
Efficiency and stock performance of EU banks: Is there a relationship?
20
Jane Radianti Sugianto (2014)
Sensitivitas Saham Perbankan terhadap Manajemen Risiko
Asian Academi of Management Journal of Accounting and Finance. Vol 9.No 1.pp 25-45 Studies in Economics and Finance Vol. 29 No. 3, 2012 pp. 211-228 , ISSN:1086-7376
Economic Modelling Volume 28, Issue 3, May 2011, Pages 1328– 1334 IMA Journal of Management Mathematics (2011) 22, pp.323−342 Omega The International Journal of Management Science,Volume 38, Issue 5,2010, pp. 254–259
FINESTA: Journal of Finance,Vol. 2, No. 1, pp:7-13, 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tidak ada hubungan antara risiko nilai tukar terhadap return saham bank menengah dan besar di Thailand. Volatilitas yang tinggi pada saham bank diwujudkan pada tingginya ROE.
Tingkat suku bunga dan nilai tukar mempunyai hubungan negatif dengan return saham bank. Tidak menunjukkan hubungan positif antara efisiensi profitabilitas dengan kinerja harga saham bank. Efisiensi profitabililias mempunyai hubungan positif signifikan dengan harga saham Semakin besar nilai PROV, maka akan mengurangi return saham perbankan. NONIM makin besar, maka akan menambah nilai return saham.
56
21
Ni Nym. Karisma Dewi Paramitha, I Wayan Suwendra, dan Fridayana Yudiaatmaja. (2014)
Pengaruh Risiko Kredit dan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Go Public Periode 2010-2012.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, Vol. 2, No. 1, hal 1-8.
Risiko kredit berpengaruh negatif secara parsial dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang go public.
3.11 Kerangka Pemikiran 3.11.1 Pengaruh Risiko Kredit terhadap Profitabilitas Risiko kredit atau sering disebut default risk merupakan risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari perusahaan beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Salah satu bentuk risiko kredit adalah kredit bermasalah, yang digolongkan atas kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Tingkat risiko kredit yang diproksikan dengan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2010:134 ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
3.11.2 Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Profitabilitas Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Apabila tingkat likuiditas sebuah bank tinggi, maka tingkat profitabilitas akan menurun. Sebaliknya jika bank tersebut mengalami tingkat likuiditas yang rendah, maka akan menyebabkan meningkatnya profitabilitas (Choudry,2007:225) . Risiko likuiditas terjadi karena penyaluran dana dalam bentuk kredit lebih besar jika dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat sehingga menimbulkan resiko yang harus ditanggung oleh bank ketika harus mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Penelitian yang telah dilakukan oleh Pratama (2011) dan Elviani (2012) menyimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. 3.11.3 Pengaruh Risiko Pasar terhadap Profitabilitas Risiko tingkat bunga (interest rate risk) merupakan risiko yang dihadapi bank umum karena perubahan tingkat bunga. Risiko ini akan terjadi ketika bank mempunyai simpanan/kewajiban untuk jangka waktu yang lebih lama dengan tingkat bunga yang tinggi, kemudian tingkat bunga mengalami penurunan yang drastis. Atau sebaliknya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
ketika bank mempunyai kredit/aset untuk jangka waktu yang lebih lama dengan tingkat bunga yang rendah, kemudian tingkat bunga mengalami peningkatan yang drastis.
Kegiatan utama perbankan pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya dan hasil bunga. NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar dimana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2006:24). NIM ditentukan dari tingkat bunga, semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank akan semakin meningkat. Namun, kepekaan
asset dan liability terhadap perubahan tingkat suku
bungalah yang mempengaruhi pendapatan bank. Pendapatan utama bank adalah selisih (spread) pendapatan dari bunga kredit dengan biaya bunga yang dibayarkan kepada deposan. Selisih pendapatan bunga ini disebut NII atau NIM (NII dibagi total aset produktif yang digunakan).
3.11.4 Pengaruh Risiko Kredit, Likuiditas dan Pasar terhadap Return Saham Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
(Tampubolon, 2005:12). Besarnya reaksi perubahan return saham terhadap perubahan faktor yang mendasari return saham itu sendiri disebut sebagai sensitivitas saham (Brigham dan Houston, 2006:68 ). Sensarma dan Jayadev (2009) menyatakan bahwa manajemen risiko merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas saham. Selain faktor manajemen risiko itu sendiri, sensitivitas saham juga dapat dipengaruhi oleh risiko lain, yaitu risiko pasar dan risiko operasional. Risiko pasar dapat dilihat dari perubahan return pasar dan risiko operasional dapat dilihat dari perubahan unexpected earning perusahaan. Berkenaan dengan manajemen risiko, Sensarma dan Jayadev (2009) melakukan penelitian pada perbankan di India dan mengemukakan bahwa manajemen risiko dapat digambarkan dengan menggunakan empat indikator, yaitu interest rate risk, credit risk, solvency atau capital risk, serta natural hedging strategy.
3.11.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham Laporan keuangan memberikan beberapa informasi keuangan yang dibutuhkan oleh para investor maupun kreditor. Melalui analisis keuangan yang cermat dari laporan keuangan suatu perusahaan akan mampu menyoroti kekuatan serta kelemahan perusahaan tersebut. Tujuan para investor atau pemegang saham berinvestasi yaitu untuk mendapatkan keuntungan, selain dividen investor juga mengharapkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
return saham. Maka sebelum berinvestasi, para investor melakukan analisis keuangan untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang agar nantinya memperoleh tingkat return dan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Return merupakan hasil yang diperoleh melalui kegiatan berinvestasi yang dapat berupa
return
yang sudah terjadi (realisasi) atau return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2010:205). Penilaian harga saham
dapat
dilakukan melalui
analisis
fundamental dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan di dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga mencerminkan tingkat efektivitas manajemen perusahaan yang menghasilkan dari laba yang dihasilkan melalui penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir, 2010:196). Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas juga merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Sofyan, 2010:304). Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang utama dalam mengukur profitabilitas suatu bank. Menurut Kasmir (2010:204), hasil pengembalian ekuitas (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, ROE merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang menjadi salah satu ukuran utama yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Kerangka pemikiran dalam tesis ini adalah :
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
Non Performing Loan (NPL)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Return On Equity (ROE)
GAP: RSA/RSL
Posisi Devisa Neto (PDN )
Sumber: Ghozali (2011)
3.3 Hipotesis Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah : Ha1: Risiko Kredit berpengaruh terhadap Profitabilitas. Ha2: Risiko Likuiditas berpengaruh terhadap Profitabilitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Return Saham
62
Ha3: Risiko Suku Bunga berpengaruh terhadap Profitabilitas. Ha4: Risiko Nilai Tukar berpengaruh terhadap Profitabilitas. Ha5: Profitabilitas berpengaruh terhadap Return Saham. Ha6: Profitabilitas berpengaruh memediasi Risiko Kredit terhadap Return Saham. Ha7: Profitabilitas berpengaruh memediasi Risiko Likuiditas terhadap Return Saham Ha8: Profitabilitas berpengaruh memediasi Risiko Suku bunga terhadap Return Saham Ha9: Profitabilitas berpengaruh memediasi Risiko Nilai Tukar terhadap Return Saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/