BAB III DZIKIR DAN PEMBENTUKAN PERILAKU KEAGAMAAN JAMA’AH AZ-ZIKRA PIMPINAN USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM 3.1. Gambaran Umum Majelis Az-Zikra 3.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Majelis Az-Zikra Majelis Az-Zikra pada awalnya merupakan kumpulan dari berbagai majelis taklim yang berada di kawasan Mampang Depok yang pelaksanaan kegiatannya dikoordinasikan di masjid Al-Amru Bittaqwa. Masjid Al-Amru Bittaqwa sebelumnya adalah sebuah taman yang digunakan untuk sarana bermain oleh sebagian masyarakat perumahan tersebut. Karena daerah itu belum memiliki sarana ibadah, masyarakat setempat sepakat agar taman itu dijadikan sebuah masjid sebagai sarana ibadah dan dakwah di daerah tersebut, maka pada tahun 1995 didirikanlah sebuah masjid yang bernama Al-Amru Bittaqwa, nama masjid itu diambil dari nama salah satu guru ustadz H.M. Arifin Ilham yang bernama Ustadz Irfan Amara Bittaqwa. Pada saat itu kegiatan di masjid tersebut hanya digunakan sebagai sarana ibadah saja tanpa ada kegiatan yang lain. Bertitik tolak dari situlah, Ustadz H.M Arifin Ilham menyelenggarakan kegiatan dzikir, yang pada awalnya kegitan dzikir tersebut hanya dilakukan sendiri saja. Karena manfaat yang dirasakannya begitu besar maka beliau mengajak warga setempat untuk melakukan dzikir seperti yang ia lakukan setiap hari.
55
56
Pada mulanya jama’ah yang hadir jumlahnya hanya tujuh orang dan kegiatan dzikir tersebut dilakukan setiap hari sabtu usai pelaksanaan shalat shubuh berjama’ah dan kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Kemudian dalam waku yang tidak begitu lama jama’ah yang hadir semakin bertambah hingga memenuhi ruangan masjid Al-Amru Bittaqwa. (Wawancara, Arifin Ilham) Pada saat itu kegitan dzikir hanya bertempat di masjid Al-Amru Bittaqwa saja dan bentuknya hanya sebuah majelis. Pada tahun 2000 Ustadz H. M. Arifin Ilham mengembangkan kegiatan dzikir tersebut, seiring dengan perjalanan dakwah dan sosial yang dilakukan oleh Ustad H. M. Arifin Ilham. Melalui ceramahnya ia memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan dzikir dan doa yang telah dilakukannya (Ilham, 2004 : 55). Menurut Arifin Ilham, para jama’ah menginginkan agar kegiatan dzikir ini tidak hanya terfokus kepada satu kegiatan saja tetapi lebih mengembangkan kegiatan dakwahnya. Atas usulan tersebut, maka Utadz H.M. Arifin Ilham mendirikan majelis dzikir yang bernama AzZikra. Kata Az-Zikra itu sendiri artinya mengingatkan kembali kepada al-Qur'an dan as-Sunnah, yang kemudian dzikir ini dikenal dengan nama dzikir taubah. Arti taubah itu sendiri adalah “kembali” jadi orang yang bertaubat berarti dia telah kembali dari sesuatu yang dicela oleh Islam manuju sesuatu yang disenangi oleh Islam. (Wawancara, Arifin
57
Ilham). Tujuan berdirinya majelis Az-Zikra adalah menyelenggarakan majelis dzikir dan memasyarakatkan dzikir agar terbentuk masyarakat sebagai model masyarakat madani. Seiring
dengan
berjalannya
waktu,
dzikir
ini
semakin
berkembang dan respon dari masyarakatpun sangat positif. Sehingga kegiatan dzikir pun “melebarkan sayap” dengan menyelenggarakan dzikir di luar masjid al-Amru Bittaqwa. Dzikir pertama diselenggarakan di masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur pada tanggal 18 Agustus 2001 dan jumlah jama’ah yang hadir sekitar 7.000 orang. Kegiatan dzikir yang pada awalnya hanya dilakukan di satu tempat dan waktunya hanya satu bulan sekali kini seperti “bola salju” yang terus bergulir dan berkembang dengan pesat. Jama’ah yang hadir pun kini semakin banyak, mereka datang dari berbagai tempat dan daerah. Nuansa putih pun senantiasa menyelimuti majelis dzikir ini mulai dari tempat hingga pakaian pada jama’ahnya. Filosofinya tidak lebih, putih adalah warna yang melambangkan kesucian dan warna yang disukai oleh Rasulullah Saw. (Ilham, 2004 : 56) Majelis Az-Zikra sampai saat ini telah berhasil menarik ribuan jama’ah setiap menyelenggarkan kegiatan dzikirnya. Berawal dari kegiatan itulah ada sebagian jama’ah yang berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, karena mereka melihat bahwa Ustadz H.M.
58
Arifin Ilham sebelumnya memang sudah membawa jama’ah haji sejak tahun 1995 maka dari situlah para jama’ah ingin beliau membimbing mereka untuk mengadakan program manasik haji dan umrah agar mereka dapat mengetahui dan memahami tata cara menunaikan ibadah haji dan umrah dengan melaksanakan rukun-rukun yang harus diketahui oleh orang yang ingin pergi ke tanah suci. Dalam hal ini majelis AzZikra bekerja sama dengan biro-biro perjalanan hari seperti PAS Travel, MC Travel dan Hikmah Tour. Untuk menjadikan organisasi kemasyarakayan ini mengikuti perkembangan zaman yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, para pengurus hendaklah tetap berpegang teguh pada ketentuan al-Qur'an dan as-Sunnah serta menjalankan syari'ah Islam dengan baik selain itu harus melengkapi dirinya dengan manajemen yang modern. Selain menyelenggarakan dzikir dan ibadah haji, majelis AzZikra juga memberikan pelayanan yang berupa konsultasi keluarga dan remaja serta mengelola panti yatim yang semua kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh Majelis Az-Zikra. Dengan adanya berbagai program yang dipaparkan di atas, reaksi masyarakat sangat mendukung, karena bermanfaat baik untuk individu, masyarakat umum dan juga membantu pemerintah dalam bidang kesejahteraan sosial yakni menyantuni fakir miskin dan anak yatim yang berasal dari daerah, khususnya daerah konflik.
59
3.1.2. Maksud dan Tujuan Berdirinya Majelis Az-Zikra Maksud dan tujuan berdirinya majelis Az-Zikra secara umum adalah
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
dzikir
dan
memasyarakatkan dzikir agar terbentuk masyarakat dzikir sebagai model masyarakat madani. Di samping itu juga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membantu program pemerintah dalam hal pembangunan guna meningkatkan pendidikan, khususnya keagamaan, kesejahteraan sosial, menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Untuk menerapkan tujuan tersebut, majelis Az-Zikra ini berusaha : 1.
Mengelenggarakan secara rutin dzikir, dakwah Islam, seminar dan diskusi-diskusi.
2.
Mendirikan dan mengelola pesantren yatim Az-Zikra
3.
Menyelenggarakan biro konsultasi keluarga dan remaja yang bernama Titian Keluarga Sakinah (TKS).
4.
Memberikan pelayanan dan program manasik haji dan umrah Dengan demikian jelas bahwa maksud dan tujuan didirikannya
majelis Az-Zikra bukan semata-mata untuk dikenal oleh masyarakat secara umum. Namun dilihat dari manfaatnya usaha-usaha yang dilakukan majlis Az-Zikra tidak lain adalah untuk membentuk masyarakat yang beriman dan bertaqwa. (Ilham, 2004 : 59 – 61). Untuk mencapai tujuan tersebut dukungan dari semua pihak sangat membantu untuk mengembangkan program yang ada. Di dalam mengembangkan programnya majelis Az-Zikra menitik beratkan pada
60
kegiatan
keagamaan,
memahami
serta
mempelajari
nilai-nilai
keagamaan dan menciptakan kader-kader Islam serta menerapkan ilmu yang diperoleh ke tengah-tengah masyarakat agar tercipta generasi Islami. 3.1.3. Struktur Organisasi Struktur adalah cara bagaimana sesuatu disusun. Sedangkan organisasi berarti susunan atau aturan dari berbagai bagian sehingga menjadi kesatuan yang tertur dan tersusun. Struktur organisasi mempunyai arti penting bagi pengelolaan kegiatan atau program kerja, sebab dengan adanya struktur organisasi tersebut maka rencana kagiatannya yang berkenaan dengan program dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Struktur organisasi Majelis Az-Zikra adalah sebagai berikut : A. Dewan Syura Ketua
: H. Amang Syafruddin
Wakil
: H. M. Bhakty Kasry
Anggota
: H. Ilham Mardjuki : H. Aminullah Tayyibnapis : H. Syamsulrizal Andi Pattiwiri : H. Ferry Nur : H. Ihsan Tandjung
B. Dewan Tanfidziyah Ketua Umum
: H.M Arifin Ilham
61
Sekretaris Jendral
: M. Abd. Syukur
Bendahara Umum
: Dijantono
C. Departeman Dakwah dan Tarbiyah Ketua
: H. Nanang
Wakil
: H. Asfa Daud Bya
D. Departeman Majelis Zikir Ketua
: H. Denny Ernadie
Wakil
: Asril
E. Departemen informasi, komunikasi dan Budaya
F.
Ketua
: H. Eddy Supadmo
Wakil
: H. Irham
Departeman Pengembangan Bisnis dan Pengambangan Umat Ketua
: H. Bambang Bernanthos
Wakil
: H. Zafruddin Antemas
Adapun tugas dan tanggungjawab dari masing-masing pengurus adalah : A. Dewan Syura Dewan Syura adalah lembaga tertinggi organisasi dan dalam pelaksanaannya didampingi oleh dewan Tanfidziyah yang terdiri dari ketua umum, sekretaris dan bendahara umum serta ketua departemen. Adapun tugas Dewan Syura
62
a. Membangun umat melalui budaya organisasi yang berdasarkan keikhlasan, keistiqamahan, kejujuran, amanah, hikmah dan penuh ukhuwah. b. Bersama dengan dewan tanfidziyah mempertimbangkan dan memutuskan kebijakan-kebijakan strategis bagi arah perjalanan organisasi c. Memilih dan menetapkan pengurus dewan tanfidziyah d. Menetapkan anggaran tahunan dan evaluasi akhir tahun dari laporan keuangan. B. Dewan Tanfidziyah Dewan Tanfidziyah adalah lembaga pelaksana pengurus harian yang terdiri dari ketua umum, sekretaris jendral dan bendahara umum. Tugas dan kewajiban dewan Tafidziyah adalah : a. Menyusun program dan anggaran tahunan untuk pengurus dan lembaga-lembaga di bawahnya. b. Menerima wakaf, hibbah dan dana sukarela yang sah dan halal c. Menyerahkan laporan keuangan dan evaluasi akhir kepada Dewan Syura. Tugas dan Kewajiban 1. Ketua Umum -
Bertanggungjawab kepada Allah Swt dan kepada Dewan Syura
63
-
Menjalankan seluruh kebijakan organisasi
-
Mengawasi perkembangan dan perjalanan setiap kegiatan.
2. Sekretris Jendral -
Bertanggungjawab kepada ketua umum
-
Mendampingi ketua umum menjalankan organisasi
-
Menggantikan ketua umum dalam hal keorganisasian
3. Bendahara Umum -
Bertanggngjawab kepada ketua umum
-
Mengatur keuangan
-
Mencatat keuangan yang masuk dan kekuar
C. Departeman Dakwah dan Tarbiyah Bertugas membuat kegiatan yang bersifit keagamaan, mendidik dan melatih bagi para pengurus dan jamaah majelis dzikir, seperti melakukan kaderisasi dai, memberikan pelatihan dan pendidikan zikir di seluruh lapisan masyarakat. D. Departemen Majelis Dzikir Bertugas menyelenggarakan majelis dzikir, memasyarakatkn dzikir ke seluruh lapisan masyarakat. E. Departeman Pelayanan dan Pengembangan Masyarakat Bertugas memberikan pelayanan kepada jama’ah seperti pelayanan konsultasi keluarga dan remaja dan bekerja sama dengan departemen majelis dzikir membuat zona dzikir.
64
F. Departemen Informasi, komunikasi dan budaya Bertugas dan membangun dan mengembangan pusat informasi dan teknologi Islami yang profesional G. Departemen pengembangan Bisnis dan Pengembangan Umat Bertugas mengembangkan berbagai bidang usaha Az-Zikra seperti mengadakan program haji dan umrah (Dokumen Majelis Az-Zikra). 3.2. Profil Muhammad Arifin Ilham 3.2.1. Biografi Muhammad Arifin Ilham Saat ini nama Utadz H.M. Arifin Ilham menjadi sebuah fenomena. Kahadirannya di tengah-tengah publik cukup mengejutkan di mana ia datang secara tiba-tiba, lalu ia muncul di tengah-tengah masyarakat yang secara psikologis membutuhkan suasana penyejuk jiwa. Arifin Ilham lahir pada 8 Juni 1969 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Ayahnya bernama Ilham Marzuki masih keturunan Ulama Besar Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Ia bertempat tinggal di Perum Mampang Indah Dua Rangkapan Jaya, Pancoranmas Depok. Arifin Ilham dikenal sebagai penyayang binatang. Awal April enam tahun silam, ia mendapat musibah digigit seekor ular kobra yang membuatnya tak sadarkan diri selama 21 hari. Inilah awal mula dari perjalanan spiritual Arifin Ilham, katika ia menyadari kondisinya dalam ketidakberdayaan, lalu ia sering larut dalam dzikir selama proses
65
penyembuhan. Meskpun harus merangkak menuju masjid dan menahan rasa sakit ketika berwudhu, ia tetap selalu mendekatkan diri kepada Allah dan Akhirnya sembuh total. Sekarang Arifin Ilahm bersama majelis dzikir Az-Zikra, yang didirikan pada tahun 1999, menjaring puluhan ribu jama’ah lewat ritual bersama diberbagai tempat. Inilah kekuatan dzikir yang mampu mengatasi kelumpuhan mental dan spiritual.(Saefullah,2003:16) Arifin
Ilham menikah dengan Wahyuningsih al-Waly pada
tahun 1998 dan dari hasil pernikahan itu, ia dikarunia rezeki berupa dua orang putera, yaitu Muhammad Alfi Faiz, (usia 4 tahun) dan Amwar Muhammad Zikro, (usia 2 tahun). Arifin Ilham dan majlis Az-Zikra yang dipimpinnya, mengusung aktivitas dakwahnya dengan memadukan pola dzikir dan dakwah. Di sela-sela
dzikir
masa,
Arifin
Ilham
menyampaikan
tausyiyah
dakwahnya. Materi dakwahya pun bervariatif, tapi yang sering disampaikanya di depan jama’ahnya yaitu berkaitan dengan dosa, taubat, introspeksi diri, selalu ingat kepada Allah, menjauhi hawa nafsu dan menjadikan Allah sebagai tujuan utama bagi setiap insan. Ritualisasi dzikir yang dilakukan Arifin Ilham dan jama’ahnya, bukan saja dapat meningkatkan kadar keimanan dan kualitas ibadah seseorang namun membawa dampak positif. Hal itu diakui oleh Arifin Ilham bahwa di kalangan jama’ahnya ada yang sembuh dari stress, keharmonisan rumah tangganya menjadi pulih.
66
Bahkan menurut Arifin Ilham (2003 : 57) ada seorang jama’ah yang sembuh dari penyakit Aids. Hal ini diakui sebagai efek terapi yang ada dalam dzikir. Dadang Hawari (1996) mengungkapkan bahwa di bidang kedokteran dzikir sudah lama dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya terapi bagi pasien. Dadang Hawari juga mengatakan bahwa ketika jiwa yang tidak tenang dan jiwa yang khawatir dilepaskan dan dikembalikan kepada jiwa yang pasrah kepada Allah Swt, hal itu secara psikologis akan membantu (Saefullah, 2003 : 17). 3.2.2. Karya-karya dan Aktifitas Muhammad Arifin Ilham a. Karya yang diterbitkan 1. Hakekat Dzikir Jalan Taat Menuju Allah, Intuisi Prsess, 2003 2. Renungan-Renungan Dzikir, Intuisi Press, 2003 3. Hikmah Dzikir Berjamaah, Republika, Jakarta, 2003 4. Dzikir Berjamaah Sunnah atau Bid’ah, Hikmah, Jakarta, 2003 5. Mendzikirkan Mata Hati, Instuisi Press 6. Indonesia Berzikir, Instuisi Press b. Organisasi 1. Pelajar Islam Indonesia (PII) 2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 3. Pimpinan Majelis dzikri Az-Zikra c. Prestasi 1. Juara lomba pidato bahasa Inggris ASEAN 2. Juara bulutangkis antar Ponpes se-Jabatobek
67
3.3. Jama’ah Dzikir Az-Zikra 3.3.1. Profil Jama’ah Dilihat dari latar belakang jama’ah memang berbeda mulai dari usia, pendidikan, sampai tingkat ekonominya, ada yang tua dan ada yang muda,
setelah mengamati dan berpartisipasi langsung dalam
jamaah dzikir variasi jamaah sangat kelihatan. Ketika selesai berdzikir penulis menghampiri salah seorang jama’ah yaitu pak Andi kelahiran Padang Sumut, ia sekarang tinggal di Jombang Ciputat Jakarta, ia menuturkan sebelum ikut dzikir ia sangat kesusahan dalam hidupnya dari segi ekonomi, dan moral pun jauh dari norma agama, menjalankan kewajibanpun sering ditinggalkan. Tepatnya tahun 2002, ia tertarik dengan dzikirnya Arifin Ilham, kata beliau sangat menyentuh dalam hati karena dzikirnya pun tidak hanya kalimat-kalimat yang ada dalam bahasa Arab melainkan diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Setelah mengikuti dzikir dari hari kehari ia rasakan sangat nikmat, setelah rutin dan ia niatkan ikhlas karena Allah Swt. Sifat, moral dan perilakupun berubah dengan sendirinya. Hati menjadi tenteram dan damai (wawancara, Jamaah Dzikir). Latar belakang jamaah Dikir Az-Zikra berbeda-beda bahkan sekretaris pribadi Arifin Ilham sebelumnya, seorang pemalas, dimana dia sering meninggalkan shalat dan puasa. (Wawancara, Arifin Ilham). Ada juga yang pemabuk, penjudi bahkan lingkungan majelis dan masjid Az-Zikra itu lingkungan orang-orang penjudi dan pemabuk, tapi
68
sekarang semuanya sudah sadar dan mengikuti semua kegiatan dzikir Az-Zikra. Bahkan setiap malam rabu semua mengikuti Tarbiyah, ada juga jamaah sebut saja Farhan sebelum mengikuti zikir, ia pemabuk berat kata Arifin Ilham, ia pun penjudi nomor satu di wilayah Mampang. Ada juga jamaah mualaf, bahkan yang mengikuti dzikir banyak dari agama Hindu, Budha dan Kristen.(Pengamatan langsung,di majelis Az-Zikra) Mereka merasakan sesuatu yang berbeda setelah bergabung dengan majelis dzikir ini. Hati menjadi lebih tenang, lebih tenteram walaupun sejuta masalah tak henti-hentinya datang terutama masalah yang sedang melanda negara ini. Kita ketahui, sepanjang hidup manusia tidak pernah sunyi dari berbagai persoalan yang datang silih berganti. Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu tidak sama antara satu dengan
yang
lainnya,
baik
sifat-sifatnya
maupun
dalam
kemampuannya, maka manusia ada yang sanggup menghadapi persoalannya tanpa ada bantuan pihak manapun, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup menghadapi persoalan-persoalan tanpa ada bantuan atau pertolongan dari pihak lain. Hal inilah yang menjadi alasan bagi sebagian dari mereka untuk bergabung di majelis dzikir ini untuk mempelajari dzikir, mendapatkan wejangan-wejangan serta mempraktekkan dzikir tersebut dalam setiap shalatnya.
69
Sebagian jama’ah dalam ibadahnya minim sebelum mengikuti dzikir. Penulis bertemu dengan salah satu jamaah ia adalah Fauzan (nama Islam), ia seorang mualaf dulu ia seorang sekretaris gereja. Pertama kali ia mengikuti dzikir, hanya ikut-ikutan dan akhirnya masuk Islam dan sekarang ibadahnya dari hari ke hari makin meningkat. Tepatnya tanggal 8 bulan Maret tahun 2005 pada waktu Tarbiyah ada yang masuk Islam yaitu Henri Hanituo ia Kristen dan masuk Islam diberi nama Islam oleh Utadz H.M. Arifin Ilham yaitu Muhamamd Ridha. Ia sebelumnya sering lihat jamaah dzikir di depan rumahnya berduyun-duyun dan berdzikir dipimpin oleh ustadz akhirnya ia ikutikutan dan berkeinginan kuat untuk masuk Islam. 3.3.2. Proses Pembentukan Perilaku Keagamaan Dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka mengingat Allah Swt, mengagungkan asmanya dengan lafadz-lafadz tertentu baik yang dilafadzkan dengan lisan atau hanya diucapkan dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana saja dan tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pembentukan perilaku keagamaan yang dibentuk oleh dzikir hakekat dzikir itu sendiri mempunyai empat hakekat dzikir yang membentuk perilaku keagamaan, dzikir qalbiyah yaitu dzikir hati, seseorang yang berdzikir dengan dzikir hati ini akan menumbuhkan keimanan yaitu titik awal untuk meyakini atau mengingat Allah Swt, setelah itu diteruskan dengan dzikir aqliyah yaitu akal, setelah hati
70
meyakini dan akal menangkap untuk berfikir keesaan Allah Swt yang teraplikasi dari faedah dzikir yaitu ma’rifat dan diucapkan oleh lisan, yaitu dzikir lisan, setelah lisan mengucapkan atau melafadzkan asma (nama Allah) setelah ketiga dzikir tersebut, maka teraplikasi oleh dzikir amaliyah, sesungguhnya puncak dari dzikir adalah taqwa (dzikir amal) taqwa yaitu dibuktkan dalam perilaku keagamaan. Jadi jama’ah dzikir Az-Zikra yang melakukan dzikir secara rutin, yaitu dzikir individu maupun zikir secara berjama’ah, seorang jama’ah yang melakukan dzikir akan mengalami perubahan dalam sikap atau tindakannya. Sedangkan perilaku keagamaan itu sendiri adalah
suatu
keadaan
yang
ada
dalam
diri
individu
untuk
mendorongnya bertingkah laku bertindak sesuai dengan ajaran agamanya. Yang mendorong untuk bertingkah laku yang ada dalam diri individu tersebut adalah dzikir yang sudah menyatu dalam hati dan akal serta perbuatan keseharian yang sesuai dengan norma agama dan sosial. Dalam pembentukan perilaku keagamaan pun dzikir tidak hanya sekedar dzikir, Arifin Ilham pun memberikan tausyiah sebelum maupun sesudah dzikir dan setiap malam rabu, kegiatan tarbiyah di sana pembelajaran bagi orang-orang yang melaksanakan ajaran agama yaitu bertaqwa kepada Allah Swt. Maka
dengan
empat
hakekat
dzikir
tersebut,
proses
pembentukan perilaku keagaman sesuai dengan tujuan dzikir yaitu
71
untuk menjadikan manusia seutuhnya, agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka orang yang berdzikir akan terbentuk perilaku keagamaan berupa akidah seseorang karena melalui dzikir dan dzikir qalbiyah dari non muslim menjadi Islam, jadi puncak dzikir yaitu dzikir amal yaitu taqwa yang teraplikasi kepada perilaku keagamaan dan inilah proses pembentukan perilaku keagamaan yang dibentuk oleh dzikir. 3.3.3. Perilaku Keagamaan Jamaah Islam adalah jalan keselamatan dan kebahagiaan bagi segenap manusia. Untuk mencapai keselamatan/kebahagiaan dunia dan akhirat adalah dengan taqwa. Kita semua tentu ingin menjadi hamba Allah yang bertaqwa, taat dan saleh, menurut Arifin Ilham salah satu caranya adalah dengan menegakkan 7 (tujuh) sunnah Nabi Saw dalam kehidupan nyata sehari-hari (wawancara, Arifin Ilham) 7 (tujuh) sunnah Nabi Saw antara lain : 1) Shalat Tahajjud, 2) membaca al-Qur'an dengan terjemahnya, 3) memakmurkan masjid/shalat subuh di masjid, 4) shalat dhuha, 5) bersedekah, 6) menjaga wudhu, 7) istighfar. Ketika jama’ah berdzikir mereka bertekad dalam hati akan menjalankan 7 (tujuh) sunnah Nabi Saw, meskipun hanya sebagian yang dapat mereka laksanakan. Manfaat nyata yang dirasakan setelah berdzikir adalah shalat selalu berjama’ah, yang sebelumnya malasmalasan beribadah menjadi giat beribadah, sifat dan perilaku pun
72
berubah menjadi baik dengan sendirinya (Wawancara dan pengamatan langsung). Perilaku
keagamaan
ini
sama
dengan
dzikir
amaliyah
implementasi dari dzikir qalbiyah, aqliyah dan lisan. Bentuk perilaku keagamaan antara lain. a. Aspek ibadah Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Ia merupakan tiang agama. Di mana agama tidak dapat tegak kecuali dengan shalat. Shalat merupakan ibadah yang mula pertama diwajibkan oleh Allah, di mana perintah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara dengan berdialog dengan rasul-Nya pada malam Mi’raj. (Rasyid, 1988 : 64). Dalam menjalankan ibadah shalat sudah diatur waktunya dengan tujuan untuk melatih kedisiplinan, membiasakan hidup teratur, sehingga dalam mengarungi kehidupan ini akan terarah. Jama’ah dzikir dalam meningkatkan ibadah shalat ini dilakukan bertahap, tidak bisa langsung berubah dari malas menjadi giat. Bagitu juga dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, shadaqah dan lain-lain. Bahkan setelah berdzikir jamaah dzikir selalu ingin berbuat baik dan ibadah serta mencusikan dirinya. Tetapi, ada juga jama’ah yang biasa-biasa saja tanpa ada peningkatan.
73
b. Aspek sosial 1) Hubungan Jama’ah dengan Sesama Manusia memiliki naluri untuk selalu hidup dengan orang lain, dan dalam hidup bersama itu akan menimbulkan interaksi, hubungan timbal balik yang saling pangaruh mempengaruhi (Soekanto, 1990 : 124). Interaksi antara yang satu dengan yang lain itu dapat dimanifestasikan dalam bentuk tolong-menolong, saling mengasihi, saling menghormati dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah Swt :
(2 : )اﻟﻤﺎﺋﺪة...ﻋﻠَﻰ اﻟْﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى َ َو َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮ ْا... Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa… (al-Maidah : 2) (Departeman Agama RI : 1985 : 156). Penjabaran bentuk tolong-menolong dalam kebaikan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan sehari-hari, baik dalam wujud kegiatan keagamaan maupun wujud kegiatan yang lain. 2) Hubungan Ustadz Dengan Jama’ahnya Setelah melakukan dzikir berjama’ah Utadz H.M. Arifin Ilham tidak hanya sekedar memimpin dzikir saja, bahkan banyak jama’ah yang mengadu tentang masalah keluarga, sosial dan lain-lain. Melalui handphone, majelis taklim, setiap senin
74
sore di radio, majalah Az-Zikra (wawancara jamaah III) (wawancara Arifin Ilham). Hubungan antara Ustadz dan jama’ahnya laksana adik dan kakak atau ayah dan anak. Saling mengisi dan saling membantu. Tidaklah berlebihan jika dikatakan guru/ustadz itu laksana pelita dalam gulita, yang tugasnya membimbing serta mendidik anak didiknya atau jama’ahnya agar dapat memahami sekaligus mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, demi kebahagiaan di masa mendatang baik di dunia maupun di akhirat nanti. Untuk itu sudah
menjadi kaharusan bagi anak
didik/jamaah untuk menghormati ustadznya. 3.4. Model Dzikir yang Diterapkan Metode pelaksanaan dan materi dzikir Az-Zikra pimpinan Utadz H.M. Arifin Ilham dibagi pada dua metode. Pertama, metode pelaksanaan dzikir untuk individu, metode dzikir ini dimulai dari individu-individu, ketika masing-masing individu merasakan nikmatnya berzikir, maka pengaruh dzikir tersebut berkembang terhadap lingkungannya yang lebih besar, yaitu keluarga. Ketika masing-masing mampu melaksanakan dzikir, maka dengan sendirinya dzikir akan menggerakkan lingkungan masyarakat sebagai lingkup kehidupan yang lebih luas. Dzikir individu ini dilakukan jama’ah sesudah melakukan shalat lima waktu, dan dilakukan dalam aktivitas sehari-hari di luar waktu shalat, penerapan metode dzikir secara individu, jama’ah datang langsung ke tempat
75
ustadz H. M. Arifin Ilham dan diberikan tuntunan tata cara dzikir dan dikontrol pada waktu shalat lima waktu, dengan metode dzikir individu ini, merupakan modal utama untuk melatih ke dzikir secara berjama’ah. Kedua, metode pelaksanaan dzikir secara berjama’ah. Dalam dzikir ini dipraktekan pada majelis dzikir Arifin Ilham. Dzikri secara berjam’ah ini dilakukan satu bulan sekali hari minggu pertama awal bulan, yang diikutu ribuan jama’ah dari berbagai pelosok Indonesia dan berpakain putih-putih. Sebelum dan sesudah dzikir yang dipimpin langsung oleh ustadz H. M Arifin Ilham berisi tausyiah, ini untuk memberikan pengarahan atau untuk mengintrospeksi diri sebalum atau sesudah melakukan dzikir. Dari dzikir yang dilaksanakan, baik secara individu maupun secara berjama’ah tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, hanya dalam hal muatan materi dzikirnya. Hanya saja di dalam pelaksanaan dzikir secara berjamaah di selasela dzikir sering kali Arifin Ilham menambahkan beberapa muatan tausyiyah, yang seringkali berisi ajakan untuk membersihkan diri, menyadari kesalahankesalahan yang diperbuat, meningkatkan kualitas ibadah dan melestarikan sunnah-sunnah Nabi serta mengajak peserta dzikir
betul-betul untuk
bertaubat kepada Allah. Menurut Arifin Ilham materi yang sering dibaca, baik untuk individu maupun untuk berjamaah semuanya petunjuk al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Saw. pelaksanannya dzikir tersebut diawali dengan membaca ta’awudz dan basmalah, yang diikuti surat al-Fatihah, kemudian membaca ayat kursi dan dua ayat al-Insyirah yang dikuti surat al-Zalzalah, surat al-
76
Ikhlas, surat al-Falaq, surat an-Nas dan al-Asmaul Husna. Setelah itu pelaksanaan dzikir dilanjutkan dengan membaca tahlil, tasbih, tahmid, shalawat, istighfar melakukan sujud syukur dan diakhiri dengan doa. Sebelum dan sesudah memimpin dzikir berjamaah, Arifin Ilham menyampaikan tausyiahnya yaitu mengajak peserta dzikir untuk selalu membersihkan diri dan betul-betul untuk bertaubat kepada Allah. Adapun materi dzikir yang ditentukan dalam majelis dzikir Arifin Ilham, dimulai dari dzikir yang paling mudah, yaitu membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil. Hal ini didasarkan pada ayat al-Qur'an surat al-Qomar ayat 7:
(17 : ﻞ ﻡِﻦ ﱡﻡ ﱠﺪ ِآ ٍﺮ) اﻟﻘﻤﺮ ْ ن ﻟِﻠ ﱢﺬ ْآ ِﺮ َﻓ َﻬ َ ﺴ ْﺮﻧَﺎ ا ْﻟ ُﻘﺮْﺁ َوَﻟ َﻘ ْﺪ َﻳ ﱠ Artinya : Dan sungguh telah kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran (zikir), maka adakah orang yang mengambil pelajaran’ (Q.S alQomar : 17). (Departeman Agama RI, 1985 : 879). Menurut Arifin Ilham (2003 : 35) hakekat dzikir dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk. 1. Dzikir Qalbiyah. Dzikir qalbiyah ذآﺮ ﻗﻠﺒﻴﺔzikir hati adalah merasakan kehadiran Allah, jika hendak melakukan suatu tindakan perbuatan, maka ia meyakini dalam hatinya yang paling dalam bahwa Allah senantiasa bersamanya. Zikir qalbiyah merupakan aktifitas jiwa ke arah hati (qalbu) dengan cara menghentikan suasana batin dari segala hal yang dapat mengganggu perasaan. Sebagaiman dalam sarat al-A’raf ayat 205 :
77
ل ِ ﻦ ا ْﻟ َﻘ ْﻮ َ ﺠ ْﻬ ِﺮ ِﻡ َ ن ا ْﻟ َ ﻀﺮﱡﻋًﺎ َوﺧِﻴ َﻔ ًﺔ َودُو َ ﻚ َﺗ َ ﺴ ِ ﻚ ﻓِﻲ َﻧ ْﻔ َ وَا ْذ ُآﺮ ﱠر ﱠﺏ (205 : ﻦ )اﻷﻋﺮاف َ ﻦ ا ْﻟﻐَﺎ ِﻓﻠِﻴ َ ﻻ َﺗﻜُﻦ ﱢﻡ َ ل َو ِ ﺏِﺎ ْﻟ ُﻐ ُﺪوﱢ وَاﻵﺻَﺎ Artinya : Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merasakan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orangorang yang lalai. (Q.S. Al-A’raf : 205) (Departeman Agama RI, 1985 : 256). Dzikir di sini berarti selalu berhubungan dengan Allah. Dengan senantiasa berdzikir, maka hidup ini akan dipenuhi oleh rahmat, ketenangan, kedamaian, dan sifat-sifat terpuji dan pada saat yang sama berbagai kekacuan, konflik dan ketakutan dapat terhalau (Ilham, 2003 : 39). Sifat-sifat buruk dan tercela yang dialami manusia juga bisa diperoleh melalui berzikir (selalu ingat kepada Allah) begitu pula krisis yang menimpa mereka pun juga akan teratasi bilamana mareka selalu mengingat Allah dalam setiap aktifitas yang mereka kerjakan. 2. Dzikir Aqliyah Dzikir aqliyah adalah kemampuan menangkap bahasa Allah dibalik setiap gerak alam semesta ini. Hal ini terjadi dengan cara selalu menyadari bahwa Allah-lah yang menjadi sumber gerakan dari semua gerak dan peristiwa yang terjadi di alam semesta ini (Ilham, 2003 : 40). Menurut Arifin Ilham (2003 : 42) kalau seseorang sudah benarbenar melaksanakan dzikir aqliyah, maka ia akan sadar bahwa alam semesta ini dan segala sesuatunya, merupakan ciptaan dan kehendak
78
Allah. Jadi semua kejadian merupakan gerak, kehendak, dan keterlibatan Allah. Allah Swt berfirman dalam al-Qur'an surat al-A’la ayat 1-3.
وَاﱠﻟﺬِي َﻗ ﱠﺪ َر َﻓ َﻬﺪَى. ﺴﻮﱠى َ ﻖ َﻓ َ ﺧَﻠ َ اﱠﻟﺬِي. ﻋﻠَﻰ ْ ﻚ ا ْﻟَﺄ َ ﺱ َﻢ َر ﱢﺏ ْﺢ ا ِ ﺱﱢﺒ َ (3-1 : )اﻷﻋﻠﻰ Artinya : Sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi yang menciptakan dan menyempurnakan penciptaannya yang menunjukkan kadar masing-masing dan memberi petunjuk”. (Q.S. al-A’la : 1- 3). (Departeman Agama RI, 1985 : 42). Bagi orang yang mampu berdzikir aqliyah, sakit akan membawa rahmah, musibah akan membawa pelajaran, ilmu dan hikmah, kematian akan membawa ampunan dengan hati yang ikhlas dan ridha Allah. 3. Dzikir Lisan Dzikir lisan adalah buah dari dzikir hati (qalbiyah) dan akal (aqliyah). Setelah hati dan akal melakukan dzikir barulah lisan berfungsi untuk senantiasa berdzikir, mensucikan dan mengagungkan Allah Swt. Selanjutnya lisan berdoa dan berkata-kata dengan benar, jujur dan manfaat. (Ilham : 2003 : 46). Dapat dikatakan bahwa dzikir lisan adalah sebagai tahap pembersihan jiwa dari segala kotoran yang melekat pada batin manusia, maka dengan lafadz dzikir ini menggetarkan qalbu, tempat bersarangnya segala bentuk kejahatan, yang secara singkat fungsi lafadz dzikir tersebut dapat diistilahkan sebagai alat kurasi atau represi bagi jiwa (Ansori, 2003 : 40- 41).
79
4. Dzikir Amaliyah Ilham (2003 : 51) menegaskan bahwa cita-cita dari dzikir adalah dzikir amaliyah, yaitu tercapainya kualitas akhlak yang mulia pada diri seseorang. Dan ini sebenarnya merupakan hasil akhir yang akan dicapai dari dzikir. Dengan kata lain dzikir amaliyah yang dilakukan oleh seseorang merupakan manifestasi puncak dari dzikir qalbiyah, dzikir aqliyah dan dzikir lisan. Keempat macam dzikir tersebut merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling terkait dan tidak boleh dipisah-pisahkan, sehingga hikmah dari dzikir yang diamalkan seseorang dapat tercapai. Orang yang sedang berzikir pada dasarnya dirinya sedang melakukan proses interopeksi diri dan proses pembersihan hati. Setiap lafadz dzikir yang dikumandangkan mempunyai kekuatan yang dapat menggetarkan hati dan menghubungkan kesadaran diri seseorang dengan kekuatan yang maha Agung, yakni Allah Swt (Ilham, 2003 : 54) dengan demikian melalui dzikir, baik qalbiyah, aqliyah, lisan maupun amaliyah tersebut, segala aktifitas seorang dapat diarahkan menuju jalan yang benar dan diridhoi Allah Swt. 3.5. Hikmah Pelaksanaan Dzikir Terhadap Jamaah Dari semua dzikir baik dzikir qalbiyah, aqliyah, lisan maupun amaliyah, akan mendatangkan hikmah, antara lain : 1.
Dzikir sebagai sarana canggih untuk mengenal dan mencintai Islam, selain merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Ia juga merupakan
80
suatu sistem hidup yang mengatur segala dimensi/aspek kehidupan manusia. Dzikir yang merupakan “sarana supra canggih” untuk berhubungan, berdialog dan unuk lebih bisa mengenal Allah Swt, yang sebenarnya (ma’rifatullah ) ﻡﻌﺮﻓﺔ اﷲ
Hamba yang telah mencapai
ma’rifatullah, dia akan diberi peluang oleh Allah Swt untuk dapat mencitai-Nya (mahabatullah) ﻡﺤﺒﺔ اﷲ. Dengan mengenal dan mencintai seperti inilah akhirnya menjadi sarana bagi manusia agar bisa dibukakan tabir yang menutup dirinya. Dengan terbukanya tabir itu maka barulah ada kesempatan dan peluang untuk mengenal mana jalan yang benar (haq) ﺡﻖdan mana jalan yang salah (bathil) ﺏﺎﻃﻞ. dengan kata lain dia mengetahui jalan yang harus ditempuh (aman) dan jalan yang harus ditinggalkan (membahayakan). (Ilham, 2003 : 113). 2.
Dzikir Sebagai Perbaikan Akhlak Pelaksanaan dzikir berjamaah yang dijalankan di majelis AzZikra menjadikan juma’ah yang berakhlak baik, seorang jamaah harus selalu memperhitungkan setiap perilaku yang diperbuatnya. Jika perilaku yang diperbuatnya ternyata menimbulkan fitnah bagi orang lain atau bertentangan dengan ajaran agama, maka dirinya harus segera kembali kepada aturan agama dengan berdzikir bersama. Dengan berdzikir, orang akan terhindar dari perbuatan atau perilaku-perilaku yang menyimpang dan keluar dari norma-norma agama, seperti ; pembunuhan, perjudian, dan lain sebagainya. Karena orang yang dzikrullah, dalam segala keadaan akan selalu teringat dan
81
mampu menahan diri dari perbuatan keji dan munkar serta perilaku yang sesuai dengan norma sosial dan agama (wawancara, Jamaah II AzZikra) dan
karena dirinya selalu ingat kepada Allah,dalam setiap
gerakan dan tindakan, maka ia akan menjadi tenang dalam hidupnya. 3.
Dzikir Sebagai Penyembuh Penyakit dan Taubat Menurut Arifin Ilham dzikir mempunyai sejuta manfaat dan terbukti telah dirasakan oleh orang yang berdzikir. Antara lain sebagai penyembuh penyakit, menurut Ilham ada yang sembuh dari penyakit Aids, merukunkan rumah tangga yang tidak harmonis. Arifin Ilham sendiri sembuh dari gigitan ular dan keluar dari maut (Wawancara : Arifin Ilham). Seseorang yang memperbanyak dzikir akan berubah perilaku dan aqidahnya dari kafir menuju muslim. Dan orang berdzikir itu menurut Arifin Ilham mempunyai ciri pribadi berdzikir antara lain: 1)
Allah sebagai tujuan
2)
Rasulullah sebagai panutan
3)
Dunia adalah surga
4)
Bumi adalah masjid
5)
Rumah, kantor dan hotel adalah mushalla
6)
Meja kerja dan tempat tidur berpijak pada hamparan sajadah
7)
Bicaranya dakwah
8)
Diamnya dzikir
9)
Nafasnya tasbih
10) Matanya rahmat 11) Telinganya terjaga
82
12) Pikirannya baik sangka (optimis, tidak sinis, dan tidak memvonis, selama hidup ada peluang hidayah). 13) Hatinya berdoa 14) Tangannya sedekah 15) Langkah kakinya jihad 16) Kekuatannya silaturrahmi 17) Kerinduannya syari'ah Allah 18) Cita-citanya syuhada Kesibukannya asyik memperbaiki diri, tidak mencari aib orang lain (Ilham, 2004 : 67 ; 68). Manusia
sekarang
banyak
yang
telah
kehilangan
visi
keilahiannya dan pemikirannya pun menjadi tumpul terhadap realita hidup dan kehidupan. Dengan selalu berdzikir kepada Allah maka manusia akan selalu bertaubat kepada Allah, sehingga dirinya dapat mengendalikan nafsu dan kemauan jahatnya. Selain itu orang yang selalu berdzikir kepada Allah akan memiliki kesadaran untuk selalu menjauhkan diri dari berbagai perbuatan yang dilarang oleh agama.