1
Menikah Sesama Jama’ah
َال ًَ ث َهمنـهما َ هرج ََّ لله َالَّ هذي َخلقكمَ َهمنَ َنـفسَ َو هاحدةَ َوخلقَ َهمنـها َزوجها َوب َ َ َالـحَمَد ،َ اء َواتـَّقوا َاللَّهَ َالَّ هذي َتساءلونَ َبههَه َواْلرحامَ َإه ََّن َاللَّهَ َكانَ َعليكمَ َرقه ًيبا ًَ كثه ًريا َونهس ََاللهَصلَّىَاللَعلي ههَوسلَّمََوعلىَاۤلههه َ أشهد َأن َل َإهلۤه َإهلََّالل َوأشهدَأ َّنَُم َّم ًداَرسول َ :َََأ َّماَبـعد،َوأصحابههه
PENDAHULUAN Pernikahan sesama orang jama’ah harus selalu dinasihatkan secara rutin dan tersusun serta sistimatis. Yang dimaksud pernikahan sesama jama’ah adalah pernikahan antara muda dan mudi, antara janda dan duda, antara bujang dan janda, duda dan gadis atau orang jama’ah yang ingin menikah lagi. Banyak kasus dijumpai orang jama’ah menikah atau menikah lagi dengan orang luar jama’ah. Seharusnya orang jama’ah menikah dengan sesama orang jama’ah. Pernikahan dengan sesama orang iman, sesama jama’ah adalah perintah Allah, Rasul dan Keimaman. Pernikahan sesama jama’ah memudahkan orang jama’ah menetapi kewajiban-kewajiban dalam jama’ah. Pernikahan sesama jama’ah membawa banyak barokah dalam kehidupan berjama’ah untuk menuju surga selamat dari neraka. Sedangkan pernikahan orang jama’ah dengan orang luar adalah larangan Allah, Rasul dan Keimaman. Pernikahan dengan orang luar menyulitkan orang jama’ah menetapi kewajiban-kewajiban sebagai jama’ah. Pernikahan dengan orang luar membawa banyak mudharat dalam menetapi QHJ. Pernikahan dengan orang luar menurut firman Allah berarti diajak ke neraka. Para orang tua, keimaman, pengurus dan muda-mudi serta tokoh-tokoh jama’ah maupun jama’ah biasa harus berupaya supaya pernikahan sesama jama’ah semakin digalakkan dan semakin dilancarkan, serta diurus secara Qur`an Hadits. Begitu juga semua unsur tersebut harus berupaya sedemikian rupa agar tidak terjadi pernikahan orang jama’ah dengan orang luar. Pernikahan diawali rasa suka, rasa suka dawali dari pergaulan. Banyak bergaul dengan orang luar tanpa keimanan yang kuat akan menimbulkan rasa suka pada orang luar itu. Padahal rasa suka pada orang luar menyebabkan kemunafikan. Menjadikan orang luar sebagai kekasih berarti munafik, menghinakan diri sendiri, meletakkan diri di neraka yang paling bawah. Kalau terjadi menikahi orang luar berarti melanggar larangan Allah, berarti me-neraka-kan diri sendiri. Muda-mudi jama’ah pada khususnya harus bergaul dengan sesama jama’ah seperti yang disunnahkan dalam agama. Sehingga seandainya timbul rasa suka atau cinta maka yang disuka dan dicinta adalah orang jama’ah seperti yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sehingga jika mau menikah, maka yang dinikah orang jama’ah.
2
Bergaul dengan sesama muda-mudi harus akrab dengan batasan tidak boleh melanggar agama. Para muda mudi jama’ah sebenarnya bisa "dekat" tanpa harus melanggar. Para orang tua jangan risih atau apriori atau tidak suka apabila para muda-mudi sesama jama’ah "dekat". Kedekatan para muda-mudi sesama jama’ah insya Allah dibatasi dengan kefahaman agama dan mereka saling mengingatkan. Kedekatan muda-mudi sesama jama’ah Insya Allah akan melancarkan pernikahan sesama jama’ah. Kedekatan muda mudi jama’ah dengan muda-mudi luar akan sangat mengkhawatirkan terjadinya pelanggaran, karena satunya mengerti batasan agama dan yang satunya tidak. Kedekatan muda-mudi jama’ah dengan muda-mudi luar kemungkinan besar mengakibatkan pernikahan orang jama’ah dengan orang luar. Menikah mendatangkan rezeki dan menjauhkan diri dari pelanggaran had, yaitu pelanggaran berzina yang dilaknati Allah. Muda-mudi jama’ah jangan takut menikah karena takut tidak bisa mencukupi keperluan hidupnya tapi tidak takut melanggar. Tentu saja dengan bekal ilmu nikah dari Al-Qur`an dan Al-Hadits yang cukup. Orang tua jama’ah jangan takut menikahkan anak-anaknya karena takut membiayai selama anaknya belum mendapatkan pekerjaan, lebih takutlah anak-anaknya melanggar antara lelaki dan perempuan. Kalau terjadi pelanggaran, semua akan menyesal, apalagi konsekuensinya di akhirat akan lebih besar. Banyak contoh keberhasilan remaja jama’ah yang menikah waktu masih kuliah. Keberhasilan yang dimaksud adalah kehidupan dunia yang baik dan lancar dalam menetapi QHJ secara lima bab juga lancar.
TUJUAN PERNIKAHAN DALAM JAMAAH Menikah adalah sunnah para Rasul dan Nabi alaihimussalam. Allah menerangkan dalam kitabNya bahwa para RasulNya menikah dan punya anak-cucu.
ولقدَ َأرسلنا َرس ًَ ه ه ََتَبهآية َ اجاَوذِّريًََّةَوماَكانََلهرسولََأنََيأه ً ل َمنَ َقـبلكََوجعلناََلمََأزو َّ َإهََّلَبهإهذ هَن َ ]38َ:الل هَهَلهك َِّلَأجلََكهتابََ[الرعد Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada ketentuan. Untuk bisa menetapkan hati dalam urusan menikah sesama orang jama’ah maka masing-masing jama’ah harus mengetahui secara mendasar tujuan menikah dalam jama’ah. Baik sebagai orang tua jama’ah yang punya kewajiban menikahkan anakanaknya atau sebagai pemuda pemudi jama’ah yang ingin menikah pada saat usia nikah. Tanpa mengetahui tujuan pernikahan dalam jama’ah maka pada saatnya tiba ingin punya menantu atau ingin menikah yang didahulukan adalah hawa nafsu, yaitu hawa nafsu terhadap lawan jenis yang dianggap menarik, hawa nafsu terhadap keduniaan, hawa nafsu terhadap pangkat atau penghormatan dan hawa nafsu lainya
3
yang bisa mengorbankan iman dan agama. Karena hawa nafsu tersebut berani menikah, mengambil menantu orang luar atau memaksa anaknya menikah dengan orang luar. Tujuan pernikahan dalam jama’ah berdasarkan Qur`an dan Hadits secara umum di antaranya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menetapi sunah Rasul Menyempurnakan agama. Menjaga diri dari pelanggaran had. Saling tolong-menolong antara suami dan istri supaya mudah masuk surga. Mendapatkan ketenteraman dalam mentapi Qur`an Hadits jama’ah. Mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihah.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas para jama’ah harus menikah sesama orang jama’ah. Dengan menikah sesama jama’ah sinergi untuk memcapai visi dan misi mudah terwujud karena ruhnya sesama orang iman akan menyatu.
َ َوما َتـناكرَ َهمنـها َاختـلفَ َ َ(رواه،اْلرواحَ َجنودَ َُمنَّدةَ َفما َتـعارفَ َهمنـها َائـتـلف َ )البخاري Beberapa ruh itu saling bolo-membolo maka apa-apa yang saling mengenal darinya akan menyatu, dan apa-apa yang saling mengingkari darinya maka akan berselisih
Perintah Menikah Dengan Sesama Jama’ah Dan Larangan Menikah Dengan Orang Luar Akhir-akhir ini dijumpai beberapa jama’ah menikah dengan orang luar. Hal ini sangat memprihatinkan karena pernikahan dengan orang luar adalah masalah besar, yaitu hilangnya surga dan masuk ke dalam neraka. Bagaimana orang jama’ah yang lahir atau tumbuh dalam pembinaan jama’ah, kedua orang tuanya juga jama’ah, mendapat pendidikan jama’ah sejak caberawit sampai muda-mudi, kemudian ketika tiba saat menikah yang dinikahi orang luar dengan bermacam-macam alasan, itu berarti menyia-nyiakan pembinaan panjang selama masa lajangnya, itu berarti kehilangan surga yang ditukar dengan pasangan yang belum tentu membahagiakan. Kalaupun bahagia, itu hanya kebahagiaan yang semu, ghurur, tipuan iblis yang menjerumuskan ke neraka. Padahal dalam jama’ah banyak jejaka dan gadis yang siap menikah, duda dan janda yang mencari pasangan lagi, gadis dan janda yang siap dinikah atau siap diwayuh. Mengapa harus menikah dengan orang luar???
Perintah menikah dengan orang jamaah
الص ه ََاِلهيََهمنََعهب هادكمََوإهمائهكمََإهنََيكونواَفـقراءََيـغنه ه مََاللَّه َّ وأنكهحواَاْليامىَهمنكمََو َ ]32َ:همنََفضله هَهَواللَّهََو هاسعََعلهيمََ[النور
4
Dan nikahilah orang-orang yang lajang dari kamu semua ( orang iman ) dan orangorang yang shalih dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberi kecukupan mereka dari keutamaan-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan orang iman supaya menikah dengan sesama orang iman yang lajang, baik itu orang merdeka atau hamba sahaya. Kemudian Allah menjanjikan kekayaan apabila yang dinikahi atau kedua orang yang menikah itu fakir keadaanya. Perintah Allah ini harus dianggap besar oleh orang jamaah, perkara besar di hadapan Allah, bukan perkara yang bisa dianggap sepele. Sampai-sampai Allah mengandaikan meskipun yang lajang dan siap dinikah adalah hamba sahaya lelaki atau perempuan maka tetaplah menikah dengan sesama iman, sesama jama’ah. Ini menunjukkan pentingnya menikah sesama orang jamaah.
Larangan menikah dengan orang luar
ََّت َيـؤهم ََّن َوْلمةَ َمؤهمنةَ َخيـرَ َهمنَ َمش هركةَ َولوَ َأعجبتكمَ َول ََّ ات َح َولَ َتـنكهحوا َالمش هرك ه ََّت َيـؤهمنوا َولعبدَ َمؤهمنَ َخيـرَ َهمنَ َمش هركَ َولوَ َأعجبكمَ َأولئهك ََّ تـنكهحوا َالمش هركهيَ َح َََّاس َلعلَّهم َي َآياتههَه َلهلن ه َ َِّّة َوالمغ هفرَةه َبهإهذنههَه َويـبـ َيدعونَ َإهلَ َالنَّا هَر َواللَّهَ َيدعو َإهلَ َاْلن ه َ ]221َ:يـتذَّكرونَ َ[البقرة
Dan janganlah kamu semua menikahi wanita-wanita musyrik sehingga mereka beriman. Sesungguhnya hamba sahaya wanita yang beriman lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia mengagumkanmu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita beriman ) sehingga mereka beriman. Sesungguhnya hamba sahaya lelaki yang mukmin lebih baik daripada lelaki musyrik, walaupun dia mengagumkanmu. Mereka ( orang-orang musyrik ) mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan idzin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
ََالزانهيةََلََيـنكهحهاََإهََّلَزانََأوََمش هركََوحِّرمََذلهك َ الزه َّ ان َلَ َيـنكهحَ َإهََّل َزانهي ًَة َأوَ َمش هرك ًَةَو َّ َ ]3َ:علىَالمؤهمنهيَََ[النور Laki-laki yang berzina tidak menikahi kecuali pada perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu (menikah dengan orang yang berzina atau wanita musyrik) diharamkan atas orang-orang yang beriman.
5
Dalam surat Al-Baqarah 221 di atas Allah melarang orang iman lelaki menikah dengan perempuan luar sampai mereka menjadi jama’ah. Begitu juga para orang tua atau wali dilarang menikahkan anak- anak perempuanya dengan lelaki luar sampai mereka menjadi jama’ah. Larangan Allah dikuatkan dengan pengandaian bahwa seandainya perempuan atau lelaki jama’ah yang akan dinikahi adalah hamba sahaya akan lebih baik dinikahi dari pada menikahi perempuan atau lelaki luar meskipun keadaan lahiriyahnya jauh lebih baik daripada orang jama’ah. Menikah dengan orang luar itu sama dengan diajak masuk neraka. Dan Allah mengajak orang iman untuk masuk surga dengan menikah sesama jama’ah. Bahkan pada surat An Nur ayat 32 di atas Allah mengharamkan orang jama’ah menikah dengan orang luar.
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN Usia dan kedewasaan antara lelaki dan perempuan yang tidak sama. Lelaki dan perempuan pada usia yang sama kedewasaanya berbeda. Umumnya lelaki usia 13-16 tahun baru jatuh cinta, ingin pacaran dan belum berfikir untuk menikah. Sedangkan umumnya perempuan usia 13-16 tahun sudah jatuh cinta dan berfikir akan membawa cintanya pada jenjang pernikahan. Lelaki usia 16 tahun menikah akan terlihat janggal. Perempuan usia 16 tahun menikah tidak terlihat janggal meskipun agak terlalu muda untuk masa sekarang. Lelaki usia 18 tahun menikah akan dibilang masih terlalu muda menikah. Perempuan usia 18 tahun menikah kata orang memang sudah waktunya. Lelaki menikah usia 25 tahun dianggap sudah waktunya. Perempuan menikah usia 25 tahun akan dibilang “menunda”. Lelaki akan menikah perlu kedewasaan, pekerjaan dan penghasilan untuk menafkahi istri dan anak. Perempuan menikah perlu kedewasaan untuk mendampingi suami dan mendidik anak. Itu semua adalah kelebihan dan kekurangan yang ada pada kaum lelaki dan perempuan yang sudah menjadi kodrat Ilahi yang tertera dalam Al Qur`an;
ََضلََاللَّهََبـعَضهمََعلىَبـعضََوهِباَأنـفقواَهمنََأمواَلههم َا ِّلرجالَ َقـَّوامونَ َعلى َالنِّس ه َّ اء َهِباَف َ ]34َ:َ[النساء...
Kaum laki-laki adalah pemimpin atas kaum wanita sebab apa-apa yang Allah berikan kelebihan sebagian mereka (laki-laki) di atas sebagiannya (perempuan) dan karena mereka memberi nafkah dari harta mereka. Karena keadaan itu dalam jama’ah banyak perempuan sudah usia nikah dan kekurangan lelaki yang sudah usia nikah namun di antara mereka belum siap menikah. Kalau tidak dicari solusinya kemungkinan para perempuan jama’ah yang siap nikah rentan melakukan pelanggaran atau dinikahi orang luar. Ironisnya banyak orang tua menyuruh anak-anak lelaki dan perempuan mereka untuk bersekolah sampai selesai dan diharap punya kerja dan melarang mereka menikah sebelum selesai kuliah. Ketika anak perempuannya dilamar jawabnya anak
6
saya belum selesai kuliah. Menyelesaikan kuliah memang baik, namun bagi perempuan, menikah dengan lelaki yang baik, akan jauh lebih baik daripada cuma selesai kuliah. Seharusnya kalau ada lelaki melamar dengan kefahaman agama dan akhlak yang baik serta sudah kufu` (layak atau sepadan atau cocok) maka segera nikahkanlah. Menunda pernikahan anak yang sudah waktunya menikah akan membawa banyak kerusakan.
فَاْلر ه َ،ض َ َإهََّلَتـفعلواَتكنََفهتـنةََه،إهذا َخطبَ َإهليكمَ َمنَ َتـرضونَ َ هدينهََوخلقهََفـزِّوجوه َ )وفسادََع هريضََ(رواهَالرتمذي Ketika melamar kepada kalian, orang yang kalian ridlai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, jika kalian tidak mengerjakannya (menikahkan) maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang merata di bumi. Dari zaman Abah H. Nurhasan Al-Ubaidah sudah dinasihatkan agar "gampanggampangan" ( memudahkan ) dalam hal menikah yang penting jama’ah. Kemudian pada masa keimaman Bapak H. Abdul Dhohir hingga Bapak H. Sulthon Auliya` sudah dinasihatkan dalam teks-teks daerahan agar pernikahan sesama jama’ah dilancarkan dan dimudahkan. Ijtihad Imam tentang Tri Sukses generus ( ‘Alim-faqih, berakhlaqul-karimah dan mandiri ) juga bisa menjadi solusi untuk pernikahan sesama jama’ah. Kalau pemuda jama’ah berilmu- faham agama, berakhlaqul-karimah dan mandiri, insya Allah banyak orang tua yang mau menjadikannya sebagai menantu. ( Faktor Biologis: Kedewasaan dan Kematangan Berpikir Secara biologis, pria akan cenderung memiliki kedewasaan 2 tahun lebih lambat daripada umurnya. Sebaliknya, wanita akan cenderung memiliki kedewasaan 2 tahun lebih cepat daripada umurnya. Nah, kalau dijumlahkan, 2 tambah 2 sama dengan 4 (tahun), sebagai jarak umur yang relatif bisa mengantisipasi perbedaan tingkat kedewasaan antara pria dan wanita ).
Orang tua enggan membiayai anaknya menikah Banyak orang tua jama’ah yang mampu atau kaya tetapi tidak memperbolehkan anaknya menikah gara-gara anaknya masih kuliah, atau belum bekerja, atau sudah bekerja namun gajinya belum dianggap cukup untuk menikah. Begitu mengetahui anaknya melanggar pacaran dibiarkan, bahkan tidak merasa khawatir kalau anaknya bisa keblablasan dalam pelanggaran. Tidak ada jeleknya membiayai anak sendiri untuk menikah ketika anak masih kuliah atau belum kerja atau masih mulai bekerja dengan gaji kecil. Dengan catatan kalau masih kuliah harus sungguh-sungguh kuliahnya sampai lulus dengan nilai yang baik, kalau masih belum kerja usahakan mencari kerja, kalau hasil kerjanya belum mencukupi harus sungguh-sungguh supaya bisa cukup. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa kewajiban orang tua kepada anak adalah memberi nama yang baik, mengajari adab dan menikahkan.
7
َإه َّن هَمــنَحـ ِّـقَالولـ هـدَعلــىَوالهـ هـدههَانَيـعلِّمــهَال هكتابــةَوانََ ِّســنَاْســهَوانَيـزِّوجــه َ إهذاَبـلغ*ََرواهَابنَالنجارَعنَاىبَهريرة
Sesungguhnya hak anak yang menjadi kewajiban kedua orang tua adalah mengajari tulis menulis, dan memberi nama yang baik serta menikahkan anaknya ketika sudah baligh. Jangan takut membiayai anak untuk menikah meskipun masih kuliah. Lebih takutlah anak-anaknya melanggar pacaran karena tidak boleh nikah. Lebih bahaya lagi kalau yang diajak pacaran orang luar. Dijumpai juga orang tua jama’ah yang menaruh standar tinggi kepada anak-anaknya yang mau nikah, misalnya anaknya boleh nikah kalau sudah mempunyai pekerjaan, rumah, kendaraan dll. Karena terhalang menikah akhirnya membuka peluang untuk melanggar (pacaran). Padahal kalau terjadi pelanggaran had atau anak perempuan terlanjur hamil akan terjadi dosa besar dan penyesalan yang lebih besar pula. Karena penyesalannya orang tua berandai-andai; seandanya waktu bisa dimundurkan dan anaknya bisa kembali menjadi perjaka atau perawan maka berani membayar berapapun. Para orang tua jama’ah harus memberi jalan keluar yang baik dan masuk akal berdasar dalil-dalil Qur`an dan Hadits kalau ada anaknya minta menikah atau minta dinikahkan. Anak berani minta menikah untuk menjaga agamanya, itu suatu kebaikan yang harus disyukuri dan dihargai oleh setiap orang tua jama’ah. Anak seperti itu lebih baik daripada anak yang tidak berani minta menikah tetapi diamdiam melakukan pelanggaran.
Perjaka dan gadis takut menikah Banyak muda-mudi jama’ah yang takut menikah gara-gara merasa belum mampu, tetapi melanggar (pacaran) karena hawa nafsu. Kalau merasa belum mampu untuk menikah padahal ingin menikah, hendaknya memperbanyak puasa sunah, karena puasa adalah penahan hawa nafsu. Pacaran melalui sms / telpon / media sosial atau nyepi dianggap dosa kecil dan remeh, padahal semua itu bisa berakibat fatal yaitu terjadinya pelanggaran besar. Dijumpai juga muda-mudi jama’ah yang sudah punya pekerjaan tetapi merasa belum mampu menikah tapi memilih pacaran daripada nikah. Seharusnya para muda-mudi jama’ah dengan berbekal ilmu nikah segera menikah kalau memang sudah ingin menikah, meskipun pekerjaanya belum dianggap cukup, atau masih bersekolah atau bahkan belum bekerja. Carilah rezeki dengan menikah. Carilah pertolongan Allah dengan menikah. Carilah keselamatan diri dari pelanggaran zina dengan menikah. Bicaralah kepada orang tua secara baik-baik tentang keinginan menikah untuk menjauhi pelanggaran. Bicaralah strategi apa yang harus dilakukan agar bisa menikah. Misalnya:
8
1. Menikah dulu sambil meneruskan kuliah, jika perlu tinggal bersama orang tua masing-masing. 2. Menikah dan kuliah sambil bekerja yang bisa dikerjakan dengan tetap kuliah. Misalnya kerja memberi les privat atau dagang atau IT project dll. Apalagi sekarang banyak peluang pekerjaan yang bisa dikerjakan secara online. 3. Menikah dulu kemudian salah satu cuti kuliah untuk kerja sampai pasangannya lulus. Setelah pasangannya lulus maka pasangan yang bekerja ganti kuliah sampai lulus kalau dikehendaki.
Penyebab orang jama’ah menikah dengan orang luar, antara lain : 1. Kurang faham agama.
2. Banyak bergaul dengan orang luar tanpa batas. 3. Mendahulukan kecukupan dan kemuliaan dunia mengalahkan agama. 4. Berwawasan sempit terhadap jama’ah yang telah tersebar di mana-mana. Kurang faham agama Kurang faham agama bisa menyebabkan orang jama’ah menikah dengan orang luar. Indikasi kurang faham agama sehingga orang jama’ah menikah dengan orang luar diantaranya; 1. Menganggap orang luar sama dengan orang jama’ah. Menganggap orang luar sama dengan orang jama’ah sangat bahaya untuk keimanan seseorang. Di antara bahayanya bisa menyebabkan orang jama’ah menikah dengan orang luar. Yang benar, orang jama’ah tidak sama dengan orang luar, orang iman tidak sama dengan orang yang tidak beriman, orang iman tidak sama dengan orang yang fasik ( keluar dari ketaatan ). Orang tidak mau berjama’ah yaitu tidak mau beramir, berbaiat bertoat karena Allah itu berarti bukan orang iman karena tidak menerima perintah Allah untuk berjama’ah, itu berarti fasik ( keluar dari ketaatan ) tidak mau taat untuk mengerjakan jama’ah. Padahal Allah melarang orang iman menikah dengan orang yang tidak beriman. Simaklah firman Allah dan sabda Rasulullah s.a.w bahwa orang iman yang dalam hal ini mau menjadi jama’ah dijanjikan surga, sedangkan yang tidak mau iman dalam hal ini tidak mau menjadi jama’ah diancam neraka. Firman Allah:
الص ه أفمنَ َكانَ َمؤهمًناَكمنََكانََف ه َات َاِل ه َّ ََأ َّماَالَّ هذينََآمنواَوع هملوا.ََاس ًقاَلََيستـوون ََوأ َّماَالَّ هذينََفسقواَفمأواهمََالنَّارََكلَّما.َ َفـلهمَ َجنَّاتَ َالمأوى َنـزًَل َهِبا َكانوا َيـعملون َأرادوا َأنَ ََيرجوا َهمنـها َأعهيدوا َفهيها َوقهيلَ ََلمَ َذوقوا َعذابَ َالنَّا هَر َالَّ هذي َكنتمَ َبههَه َ ]20َ-َ18َ:تك ِّذبونََ[السجدة
Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama. -Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan maka
9
bagi mereka surga sebagai tempat kediaman, sebagai ganti terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah neraka jahanam. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu dustakan".
ه ه ََوال هفرقة،َاْلماعةَرْحة:َِّبَصلىَاللَعليهَوسلمَأنَّهَقال ِّ ع هنَالنـعمانَب هنَبشريَع هنَالنه
َ عذابََرواهَأْحدَوالبيهقيَوالط َبان
Dari Nu'man bin Basyir dari Nabi SAW sesunguhnya Beliau telah bersabda: jama’ah itu rahmat ( surga ) dan firqah ( tidak berjamaah ) itu siksa ( neraka ). Apalagi kalau menyimak firman Allah yang menerangkan bahwa orang iman adalah sebaik-baiknya makhluk Allah sedangkan orang yang tidak beriman adalah sejelekjeleknya makhluk Allah. Maka sangatlah pantas orang iman menikah dengan sesama iman, orang baik menikah dengan orang yang sama-sama baik. Sangat tidak pantas orang jama’ah menikah dengan orang luar.
ََفَنا هَرَجهنَّمََخاله هدينََفهيهاَأولئهكََهم َ ابَوالمش هركهيََه َإه ََّن َالَّ هذينَ َكفروا َهمنَ َأه هَلَالكهت ه الص ه ]7َ،6َ:اتَأولئهكََهمََخيـرََال هبيَّهَةَ[البينة َاِل ه َّ َ َإه ََّنَالَّ هذينََآمنواَوع هملوا.َشرََال هبيَّهَة Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik di dalam neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburukburuk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
َ...َ ات َات َوالطَِّّيباتَ َلهلطَِّّيبهيَ ََوالطَِّّيبونَ َلهلطَِّّيب ه َاْلبهيثاتَ َلهلخبهيثهيَ َواْلبهيثونَ َلهلخبهيث ه ]26َ:اْليةَ[النور
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). 2. Pergaulan dengan orang luar yang tidak dibatasi aturan agama. Bergaul menyebabkan rasa suka, rasa suka bisa menyebabkan cinta, cinta bisa menyebabkan “buta dan tuli”, akhirnya terjadi pernikahan meskipun dengan orang luar. Orang jama’ah yang bergaul dengan orang luar karena sekolah, pekerjaaan, jualan di pasar dan lain-lain harus sadar bahwa dia adalah jama’ah yang mempunyai kewajiban dan batas-batas yang tidak boleh dilanggar dalam banyak hal. Waktunya shalat harus segera shalat, waktunya sambung harus pergi sambung, diajak
10
melanggar seperti melanggar antara lelaki dan perempuan, minum minuman keras, merokok, mengkonsumsi obat terlarang dll pelanggaran harus menolak dengan tegas.
َط َالنَّاسَ ََوهَديـَنَكَ َلَ َتَكََلهمََّنهَ َ(رواهَالبخاري ََخَ َاله ه:َقََالَ َابَنَ َمَسَعَودَ َرضيَاللَعنه َ )معَّل ًقا Ibnu Mas'ud RA berkata : merusak agamamu.
bergaullah dengan manusia dan jangan sekali-kali
Bergaul dengan orang luar ada batasnya yaitu baik pada lahiriyah saja, batiniyahnya orang jama’ah harus membenci ketidak-jama’ahan teman bergaulnya. Orang jama’ah harus berpengaruh tidak boleh terpengaruh. Orang yang tidak mau menjadi jama’ah itu kemungkaran yang sangat besar yang harus dibenci oleh semua orang jama’ah, tidak boleh disetujui, apalagi malah disukai, ingat sabda Nabi SAW.
مَنَرأ ه ََفإهنََلَيست هطعَفبهقلَبه هه،ََفإهنََلَيست هطعَفبهلهسانههه،َىَمنكمَمنكًراَفـليـغِّيـره َبهي هدهه َوذلهكَأضعف ه، َ .َ رواه َمسلم. َ ان ََاْلْي ه Barang siapa dari kamu semua melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangan, kalau tidak mampu maka dengan lisan kalau tidak mampu maka dengan hati, dan demikian itu selemah-lemahnya iman". Bergaul dengan orang luar dengan tanpa batasan agama akan menyebabkan rasa suka pada orang luar tersebut, padahal suka dengan orang luar bukan sifatnya orang iman.
َاد َاللَّهَ َورسولهَ َولوَ َكانوا ََّ لَ َ هَتدَ َقـوًما َيـؤهمنونَ َبهاللَّ هَه َواليـوهَم َاْل هخ هَر َيـوادونَ َمنَ َح فَقـلوِبههمََ ه ََاْلْيانََوأيَّدهم َ آباءهمَ َأوَ َأبـناءهمَ َأوَ َإهخوانـهمََأوََع هشريتـهمََأولئهكََكتبََه ََبهروحَ َهمنهَ َويد هخلهمَ َجنَّاتَ ََت هري َهمنَ ََتتهها َاْلنـهارَ َخاله هدينَ َفهيها َر هضيَ َاللَّهَ َعنـهم ]22َ:ورضواَعنهََأولئهكََ هَحزبََاللَّ هَهَألََإه ََّنَ هحزبََاللَّ هَهَهمََالمفلهحونََ[اجملادلة
Kamu ( Nabi Mohammad ) tidak akan menjumpai kaum yang beriman pada Allah dan hari akhir saling menyayangi dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudarasaudara ataupun keluarga mereka. Mereka ( yang imannya kuat itu ) adalah orangorang yang Dia ( Allah ) telah menulis keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan ruh dari-Nya. Dan Allah memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridla
11
terhadap mereka, dan merekapun ridha terhadap-Nya. Mereka itulah bala-tentara Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya bala-tentara Allah itu adalah golongan yang beruntung. Jatuh cinta pada orang luar karena rasa suka dan mengambil orang luar tersebut sebagai kekasih serta calon suami atau istri, sangat dilarang oleh Allah.
َون َالمؤهمنهيَ َأت هريدونَ َأنَََتعلوا َيا َأيـها َالَّ هذينَ َآمنوا َلَ َتـتَّ هخذوا َالكافه هرينَ َأولهياءَ َهمنَ َد ه َ ]144َ:لهَّل هَهَعليكمََسلطانًاَمبهيًناَ[النساء Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian semua mengambil orang-orang kafir menjadi kekasih selain orang-orang yang beriman. Apakah kalian semua menghendaki membuat alasan yang nyata bagi Allah atas kalian semua (untuk menyiksa kamu semua). Orang jama’ah yang mengambil kekasih orang luar hukumnya munafik. Sedangkan orang munafik itu tempatnya adalah neraka yang paling bawah, di bawah orangorang musyrik, orang kafir dan ahli neraka lainnya.
َون َ َالَّ هذينَ َيـتَّ هخذونَ َالكافه هرينَ َأَولهياءَ َهمنَ َد ه.َ ب ِّش هَر َالمنافه هقيَ َبهأ ََّن ََلمَ َعذابًا َأله ًيما المؤهمنهيََأيـبتـغونََعهندهمََالعهَّزةََفإه ََّنَالعهَّزةََلهلَّ هَهَ ه ]139َ،138َ:َج ًيعاَ[النساء Berilah kabar gembira kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi kekasih selain orang-orang iman. Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kemuliaan kepunyaan Allah.
]145َ:فَالدَّرهَكَاْلسف هَلَهمنََالنَّا هَرَولنََ هَتدَََلَمََن هص ًرياَ[النساء َ إه ََّنَالمنافه هقيََه Sesungguhnya orang-orang munafik di dalam lapisan paling bawah dari neraka, dan engkau ( Muhammad ) tidak akan menjumpai penolong bagi mereka. Jatuh cinta itu alami dan tidak dosa tetapi mencintai orang luar itu berdosa. Naluri orang lelaki kalau melihat perempuan cantik dan menarik serta mau menuruti kemauannya maka dia akan jatuh cinta. Begitu juga wanita jama’ah, apabila melihat lelaki yang ganteng, kaya dan mau menuruti kemauannya maka dia akan mudah jatuh cinta. Tetapi sebagai orang jama’ah harus sadar betul bahwa dia tidak boleh mencintai orang luar. Meskipun sudah terlanjur jatuh cinta pada orang luar maka harus dilupakan rasa cinta itu dengan segala daya. Melupakan rasa cinta pada orang luar itu memerlukan perjuangan yang sangat besar, tapi ingatlah! Derajat dan pahalanya jauh lebih tinggi dan lebih besar serta merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang apabila dijalankan dengan karena Allah.
12
ََرواه."َب هَف َاللَّ هه َوأبـغض هَفَاللَّ ههَوأعطىَلهلَّ ههَومنعَلهلَّ ههَفـق هدَاستكملَا هْلْيان َّ من َأح َ أبوَداود
Barang siapa mencinta di dalam urusan Allah dan membenci di dalam urusan Allah, dan memberi karena Allah dan mencegah (untuk memberi) karena Allah maka sungguh dia menyempurnakan iman. Mendahulukan kecukupan dan kemuliaan dunia mengalahkan agama Sangat wajar orang tua ingin punya mantu yang ganteng atau cantik, kaya, keturunan orang pangkat dan baik serta faham agama. Begitu juga prioritas para jejaka dan gadis ketika ingin menikah. Seperti hadits berikut ini:
َفاظفرَبهذَ ه،ََوله هدينهها،ََو هْلم هاَلا،ََو هِلسبههَا،ََلهم هاَلا:َ تـنكح َالمرأة هَْلربع َاتَالدِّي هن َ ت هربتَيداكَ رواهَالبخاري Seorang perempuan dinikah karena empat hal, karena hartanya, karena nasab (kemulian leluhur)nya, karena cantiknya atau karena agamanya, maka pilihlah yang mempunyai agama, (jika tidak) maka berdebu kedua tanganmu (rugi/fakir). Meskipun Nabi Muhammad SAW sudah menyerukan untuk memilih yang faham agama namun kenyataanya ada beberapa orang tua jama’ah yang memilih menantu orang yang punya pekerjaan (punya penghasilan) atau kaya meskipun tidak faham agama, atau bahkan orang itu belum jama’ah. Seharusnya yang dilakukan orang tua dalam merencanakan menikahkan anakanaknya adalah: 1. Menata hati dan mental bahwa menikahkan anak-anaknya harus dengan orang-orang jama’ah. 2. Memahamkan kepada anak-anaknya jika menikah harus dengan sesama jama’ah. 3. Memantapkan diri dan anak-anaknya bahwa menikah dengan sesama jama’ah jauh lebih baik daripada menikah dengan orang luar meskipun ganteng dan kaya. Ingin mempunyai menantu pegawai negeri Ada kasus jama’ah yang ingin sekali punya menantu pegawai negeri. Sehingga anakanaknya dipaksa dan diarahkan supaya jadi pegawai negeri meskipun harus meninggalkan acara-acara jama’ah. Yang lebih menyedihkan adalah anak-anaknya harus menikah dengan pegawai negeri meskipun bukan orang jama’ah. Keinginan ini timbul agar anak-anaknya hidup terjamin kehidupannya, mengingat pegawai negeri dijamin gaji dan pensiun. Juga sebagai gengsi agar anak-anaknya terhormat atau mulia dipandang orang. Tetapi apakah betul itu akan menjamin kecukupan dan
13
kemuliaan pada kehidupan anak-anaknya?. Yang menjamin kehidupan adalah Allah, yang menjamin kemuliaan adalah Allah.
]7َ:ضَولكه ََّنَالمنافه هقيََلََيـفقهونََ[املنافقون َاتَواْلر ه َالسماو ه َّ َََولهلَّ هَهَخزائهن... Dan bagi Allah adalah simpanan harta langit dan bumi dan tetapi orang-orang munafiq tidak faham.
َونَالمؤهمنهيََأيـبتـغونََعهندهمََالعهَّزةََفإه ََّنَالعهَّزةََلهلَّ هَه َالَّ هذينََيـتَّ هخذونَ َالكافه هرينََأولهياءََهمنََد ه ه َ ]139َ:يعاَ[النساء ً َج Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi kekasih selain orang-orang iman. Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi mereka kafir itu? Maka sesungguhnya semua kemulian kepunyaan Allah. Menikah dengan sesama orang jama’ah menandakan ketakwaan dan ketawakkalan kepada Allah. Siapa yang takwa pada Allah maka Dia akan mencukupinya dan memberinya rezeki yang tidak disangka-sangka. Siapa yang tawakkal pada Allah maka Dia akan mencukupinya.
َ َويـرزقهَ َهمنَ َحيثَ َلَ ََت هسبَ َومنَ َيـتـوَّكلَ َعلى.َ َومنَ َيـتَّ هَق َاللَّهَ ََيعلَ َلهَ ََمر ًجا... َ ]3َ،2َ:َاْليةَ[الطلق...ََاللَّ هَهَفـهوََحسبه Berwawasan sempit terhadap jama’ah yang telah tersebar di mana-mana Ada bebarapa jama’ah yang ketika akan menikah merasa dalam jama’ah ini tidak ada calon yang sepadan dengannya di Kelompoknya, Desanya atau Daerahnya, yang keadaan dirinya ganteng atau cantik, sarjana, pegawai negeri, pegawai swasta dengan gaji besar, dari keluarga terhormat dll. Karena merasa tidak ada yang sepadan dengannya maka dia nekat menikah dengan orang luar yang dianggap sepadan dengannya. Ini salah besar dan berpandangan sempit terhadap jama’ah yang besar dan tersebar di mana-mana. Kalau di Kelompoknya tidak ada yang sepadan dengannya maka carilah di Kelompok lain, kalau di Desanya tidak ada yang sepadan dengannya maka carilah dari Desa lain, kalau di Daerahnya tidak ada yang dianggap sepadan dengannya maka carilah di Daerah lain sak indonesia atau bahkan luar negeri di mana dia tinggal, bisa melalui tim pernikahan Kelompok, Desa, Daerah atau bahkan tim pernikahan antar Daerah. Insya Allah akan menemukan jodoh yang bukan hanya sepadan dengannya, bahkan yang melebihi kriterianya. Tinggal seberapa besar usaha dan doa untuk mendapatkan calon pasangan yang diidamidamkan. Di pondok-pondok jama’ah, PPM ( Pondok Pesantren Mahasiswa ) dan PPPM ( Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa ) banyak muballigh-muballighot dan calon muballigh-muballighot, sarjana dan calon sarjana serta muballighmuballighot yang tersebar di seluruh tanah air yang insya Allah cukup pantas untuk
14
dijadikan pasangan hidup yang komplit kemampuan agama dan dunianya. Bahkan banyak gadis atau perjaka mahasiswa jama’ah yang sudah ikatan dinas. Mengapa masih harus menikah dengan orang luar??? Menikahi orang luar adalah pelanggaran agama. Menikah dengan orang luar berarti mendhalimi atau menganiaya diri sendiri dan bagi orang tuanya berarti kehilangan anak yang shalih/shalihah. Alasan apapun kalau orang jama’ah menikah dengan orang luar tidak akan diterima oleh Allah.
َف َ إه ََّنَالَّ هذينََتـوفَّاهمََالملئهكةََظاله هميَأنـف هس ه مََقالواَفهيمََكنتمََقالواَكنَّاَمستضع هفيََه الل هَهَو هاسع ًَةَفـتـه ه َّ ََضَقالواَأَلََتكنََأرض ََاجرواَفهيهاَفأولئهكََمأواهمََجهنَّمََوساءت َاْلر ه َ ]97َ:م هص ًرياَ[النساء Sesungguhnya orang-orang yang dimatikan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang lemah / tidak berdaya". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu sejelek-jeleknya tempat kembali.
YANG HARUS DILANCARKAN UNTUK MENIKAH SESAMA JAMA’AH Orang-orang jama’ah yang di bawah ini harus segera ditolong untuk bisa menikah dengan orang jama’ah. Jangan sampai karena kelalaian dan ketidak pedulian para jama’ah, terutama tim P&KB ( tim pernikahan dan keluarga bahagia ) akhirnya orangorang di bawah ini menikah dengan orang luar. Remaja jama’ah usia nikah Remaja jama’ah harus dilancarkan pernikahannya kalau memang sudah waktunya, terlebih lagi yang sudah ingin menikah tetapi punya kendala, baik dari orang tua, atau masih kuliah atau belum bekerja atau sudah kerja tetapi merasa belum cukup untuk menghidupi istri. Pernikahan antara remaja jama’ah yang utama agar mereka terhidar dari pelanggaran had. Kalau kendalanya orang tua maka para pengurus atau tokoh-tokoh jama’ah harus berusaha membantu menjembatani dialog antara anak dengan orang tua. Kalau kendalanya yang lain maka semua jama’ah terutama pengurus mencarikan solusinya agar remaja jama’ah tersebut bisa segera menikah dengan sesama jama’ah. Pengurus, khususnya team P&KB ( pernikahan dan keluarga bahagia ) harus proaktiv memfasilitasi agar pernikahan dalam jama’ah lancar, tidak hanya menunggu SL datang, tetapi bergerak menasihati orang jama’ah yang sudah mampu menikah untuk bikin SL. Janda atau duda dalam jama’ah. Beberapa janda atau duda dalam jama’ah ingin menikah lagi tetapi terhalang oleh anak-anaknya yang sudah besar atau penyebab lainya. Anak-anaknya melarang
15
orang tuanya yang janda atau duda untuk menikah lagi dengan berbagai alasan. Kata anak kepada bapak yang duda; jangan nikah lagi, bapak ini tidak setia pada ibu yang meninggal dll. Kata anak kepada ibunya yang janda, jangan menikah lagi, nanti dapat suami yang tidak sederajat dengan al-marhum bapak, atau kami malu ibu yang sudah tua kok "ngebet" minta nikah lagi. Seharusnya kendala itu tidak ada khususnya untuk janda yang ditinggal mati oleh suaminya. Ingatlah pada apa yang dilakukan oleh Umar bin Kattab RA Ketika Hafshah binti Umar bin Khattab ditinggal mati oleh suaminya karena perang. Umar bin Khattab langsung mencarikan suami untuk Khafshah. Ditawarkan pada Utsman bin Afan, kepada Abu Bakar Assiddiq dan akhirnya dinikah oleh Nabi SAW. Ingatlah lagi ketika Umar Bin Khattab bertanya pada Khafshah: berapa lama orang perempuan tahan ditinggal suami? Khafshah menjawab paling lama 6 bulan. Ini menunjukkan urgensinya janda untuk mendapat suami lagi. Jama’ah yang ingin menikah lagi. Jama’ah lelaki yang ingin menikah lagi supaya dilancarkan asalkan jama’ah tersebut sudah siap secara ilmu dan mentalnya. Siap secara ilmu adalah mempunyai ilmu tentang menikah lagi dengan segala jalan keluar. Adapun siap mental adalah bahwa wayuh itu berpahala besar karena cobaanya pun besar. Jangan sampai ingin menikah lagi tetapi tidak mempunyai ilmu dan tidak siap mental sehingga nafsu yang didahulukan, karena nafsu yang didahulukan sehingga kalau terjadi cobaan tidak bisa mengatasi dan akhirnya menimbulkan janda-janda bekas wayuhan dalam jama’ah. Pengurus juga jangan melancarkan lelaki mau wayuh dengan tujuan icip-icip dan tak berilmu. Kalau sudah siap secara ilmu dan mental maka jangan dihalang-halangi. Penghalang ini yang lazim adalah istri, kemudian anak-anaknya, saudara-saudaranya atau bahkan para jama’ah/pengurus yang belum faham. Halangan-halangan itu juga bisa menyebabkan orang jama’ah wayuh dengan orang luar. Naudzubillah mindzalik. Perempuan jama’ah yang bersedia diwayuh. Banyak perempuan jama’ah yang siap diwayuh baik perawan atau janda. Bahkan ada yang hanya ingin punya suami, bukan mencari penghidupan dari suami karena sudah punya penghasilan yang lebih dari cukup meskipun suami mampu menafkahi. Tetapi kendalanya sering datang dari orang tua, keluarga, kawan-kawan dekat, para jama’ah atau bahkan para pengurus yang tidak faham. Halangan itu bisa menyebabkan juga orang tersebut diwayuh oleh orang luar. Naudzubillah mindzalik
PENUTUP Menikah dengan sesama jama’ah adalah keberhasilan dan menikah dengan orang luar adalah kegagalan Pendidikan anak-anak jama’ah mempunyai tujuan yang sangat besar yaitu agar mereka masuk surga, juga mengajak anak cucunya masuk surga, sehingga QHJ ini sambung-bersambung, turun-temurun ila yaumil qiyamah. Pendidikan anak-anak jama’ah ini melibatkan banyak fihak, memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang tidak ternilai. Hasilnya adalah anak-anak jama’ah yang shalih shalihah yang
16
diharapkan meneruskan perjuangan QHJ ila yaumil qiyamah. Anak-anak jama’ah adalah generasi unggul yang baik lahir batin, sepantasnya dan seharusnya mereka menikah dengan sesama jama’ah, sesama generasi unggul, sesama orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi calon ahli surga. Pernikahan sesama jama’ah adalah keberhasilan yang insya Allah akan membawa kebahagian dunia dan akhirat. Sebaliknya pernikahan orang jama’ah dengan orang luar adalah kegagalan. Karena menikah dengan orang luar adalah larangan Allah, Rasul dan Imam. Pendidikan jama’ah yang begitu panjang dan penuh perjuangan disia-siakan dengan menjerumuskan diri ke dalam neraka. Menikah dengan orang luar adalah menerakakan diri sendiri karena mereka ( orang luar ) mengajak ke neraka sedangkan Allah mengajak ke surga. Menikahi orang luar berarti menyamakan diri dengan orang luar, menggolongkan diri sendiri dengan orang luar.
ََيا َأيـها َالَّ هذينَ َآمنوا َلَ َتـتَّ هخذوا َاليـهودَ َوالنَّصارى َأولهياءَ َبـعضهمَ َأولهياءَ َبـعضَ َومن َ ]51َ:يـتـوََّلمَ َهمنكمََفإهنَّهََهمنـهمََإه ََّنَاللَّهََلََيـه هديَالقومََالظَّاله هميََ[املائدة Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi kekasih; sebagian mereka adalah kekasih bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kalian mengambil mereka menjadi kekasih, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Semoga Allah menjaga anak-anak jama’ah dan orang-orang jama’ah tetap dalam keimanan sehingga masuk surga selamat dari neraka. Semoga Allah memberi orangorang jama’ah yang ingin menikah segera dapat jodoh orang jama’ah yang barokah yang bisa menolong perkara dunia dan agama mereka. Semoga Allah memberi pada orang-orang tua jama’ah yang ingin punya menantu segera dapat menantu jama’ah yang barokah dan besan-besan yang barokah serta anak-cucu yang barokah dan menjadi hiburan yang membahagiakan dunia akhirat. Amin ya Rabbal Alamin.