GERAKAN JAMA’AH DAN DAKWAH JAMA’AH
KATA PENGANTAR
Sekalipun telah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak tahun 1975, namun gerakan dakwah jama’ah belum terlihat
Oleh: Waharjani
wujud nyatanya. Di antara faktor penyebabnya adalah : 1. Informasi / penjelasan tak tersebar secara merata; 2. Pergeseran nilai kegotong-royongan keindividualistis; 3. Masih
adanya
pengurus
Persyarikatan
yang
tidak
mau
melaksanakan gerakan dakwah jama’ah;
GJDJ
4. Masih adanya sikap mental acuh tak acuh warga Muhammadiyah akan pelakanaan cita-cita luhur Muhammadiyah; 5. Belum semua warga Muhammadiyah siap melakukan perubahan; 6. Belum semua warga Muhammadiyah siap ittiba’ Rasul dalam hidup berjama’ah / bermasyarakat. Dari faktor-faktor itulah penyusun memulai menyusun buku ini dengan
harapan
konsep
brilian
Muhammadiyah
itu
dapat
disosialisasikan sehingga tujuan Muhammadiyah dapat tercapai.
MAJELIS TABLIGH DAN DAKWAH KHUSUS PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
Jogjakarta, 26 Dzulhijjah 1427 H. Penyusun,
2006
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR JATI DIRI MUHAMMADIYAH ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
2
REALISASI GJDJ ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
7
KOMPETENSI DA’I PENDAMPING ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
18
STRATEGI GJDJ ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
27
INDIKATOR KEBERDAYAAN JAMA’AH ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
33
MUBALLIGH HIJRAH SEBAGAI EMBRIO PEMBENTUKAN GJDJ ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
37
PENDANAAN GJDJ ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
51
SUMBER BACAAN ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
64
JATI DIRI MUHAMMADIYAH
⊂2⊃
JATI DIRI MUHAMMADIYAH A. Apakah Muhammadiyah itu Muhammadiyah adalah suatu Persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud gerakan ialah Dakwah Islam dan amar ma’ruf dan nahi munkar yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang pertama terbagi menjadi dua golongan : a. Kepada yang telah Islam bersifat pembaruan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni; b. Kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar bidang kedua ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah semata-mata. Dengan melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai. Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuan ialah mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. B. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah subhanahu wata’ala di mana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata. Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu: a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah;
⊂3⊃
b. Hidup manusia bermasyarakat; c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat. d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan; e. Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw; f. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi. C. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah Menilik dasar prinsip tersebut diatas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan RasulNya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah swt. D. Sifat Muhammadiyah Menilik: a. Apakah Muhammadiyah itu?; b. Dasar amal usaha Muhammadiyah; c. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah. Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifatsifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini: a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyah; c. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam;
⊂4⊃
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah; f. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan sesuai dengan ajaran Islam; g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam; h. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya; i. Membantu pemerintah serta kerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. j. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID Ciri-ciri Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid Menurut Prof. Dr. H. Thohari Musnawar ada sepuluh ciri Muhammadiyah dikatakan sebagai gerakan tajdid yaitu: 1. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah shahihah 2. Memelihara tauhid secara murni 3. Menggunakan pendekatan rasional 4. Terbuka untuk menyerap ide-ide yang positif dari manapun datangnya 5. Berwawasan jauh ke depan 6. Mengutamakan perpaduan antara iman, ilmu dan amal 7. Sangat peduli nasib kaum dhu’afa’ 8. Dimusyawarahkan dalam organisasi Persyarikatan 9. Terbuka untuk kritik, reorientasi dan reevaluasi 10. Bersikap dan bertindak istiqamah.
⊂5⊃
KELUARGA BESAR MUHAMMADIYAH Yang termasuk keluarga besar Muhammadiyah adalah: 1. Muhammadiyah Berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H / 18 November 1912 M 2. ‘Aisyiyah Berdiri pada 27 Rajab 1335 H / 22 April 1917 M 3. Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan Berdiri pada 15 Rabi’ulawwal 1337 H / 18 Desember 1918 M 4. Pandu Hizbul Wathan Berdiri pada 1918, dibubarkan pada 8 Juni 1961 dan berdiri lagi pada tahun 1998 5. Pemuda Muhammadiyah Berdiri pada 25 Dzulhijjah 1350 H / 2 Mei 1932 M 6. Nasyi’atul ‘Aisyiyah Berdiri pada 28 Dzulhijjah 1349 H / 16 Mei 1931 M 7. Ikatan Pelajar Muhammadiyah Berdiri pada 5 Shafar 1381 H / 18 Juli 1961 8. Tapak Suci Putra Muhammadiyah Berdiri pada 10 Rabiulawwal 1383 H / 31 Juli 1963 9. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Berdiri pada 29 Syawwal 1384 H / 14 Maret 1964 10. Ikatan Remaja Muhammadiyah Berdiri pada 22 Jumadillawwal 1413 H / 18 November 1992
⊂6⊃
REALISASI JAMA’AH DAN DAKWAH JAMA’AH POKOK-POKOK PENGERTIAN TENTANG GERAKAN JAMA’AH DAN DAKWAH JAMA’AH 1. Gerakan yang dimaksud dalam rangka gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah di sini adalah suatu usaha Persyarikatan Muhammadiyah, melalui anggotanya yang tersebar di seluruh tanah air, untuk secara serempak teratur dan terencana meningkatkan keaktifannya dalam membina lingkungannya ke arah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.
KONSEP GJDJ
2. Pengertian tentang jama’ah a. Jama’ah adalah suatu bentuk kehidupan bersama sekelompok orang yang tujuannya membina hidup berjama’ah. Pengertian sekelompok orang yang dimaksud adalah sekelompok keluarga yang tempat tinggalnya saling berdekatan, tidak membedakan golongan, baik agama, status sosial maupun mata pencaharian. b. Kelompok itu–oleh sekelompok kecil anggota Muhammadiyah yang ada di dalamnya–diusahakan dapat terwujud suatu kehidupan yang sejahtera, lahir dan batin, bagi segenap anggota kelompok, sehingga merupakan satu kesatuan kehidupan bersama dan serasi, yang selanjutnya
⊂7⊃
⊂8⊃
dapat menyumbangkan kemampuannya untuk ikut serta membangun bangsa dan negaranya. c. Sekelompok anggota Muhammadiyah yang mengambil inisiatif itu, disebut inti jama’ah, yang membentuk dirinya sebagai potensi penggerak kelompok (group dinamics). Alasan untuk menempatkan diri sebagai inti jama’ah bagi anggota Muhammadiyah ini, tidak lain karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya sebagai muslim yang melaksanakan ajaran agamanya, sebagai ibadahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. d. Oleh karena itu, niat untuk membentuk jama’ah adalah semata-mata untuk mendapat ridha Allah subhanahu wa ta’ala, tidak dikerjakan untuk menyusun kekuatan politik atau golongan, tidak pula untuk kepentingan pribadinya. Kesejahteraan hidup adalah milik dan kepentingan bersama bagi setiap orang, setiap keluarga, setiap kelompok. e. Jama’ah sebagai bentuk kehidupan bersama tidak selalu harus dimulai dengan membentuk organisasi jama’ah yang nyata (kongkrit). Titik berat gerakan ini adalah menyebarkan dan mengembangkan ide hidup berjama’ah. Bentuk organisasi jama’ah tidak boleh dipaksakan. Akan tetapi pengelompokan anggota Muhammadiyah menjadi inti jama’ah menjadi sarana yang paling dekat untuk dicapai oleh Persyarikatan. Dengan melalui pertemuan dan lain sebagainya inti-inti jama’ah ini melangkahkan kakinya untuk memprakarsai hidup berjama’ah di lingkungan tempat tinggalnya dan kalau situasi dan kondisi setempat mengizinkan, melangkah lebih jauh untuk mewujudkan jama’ah sebagai lembaga sosial yang terbukti memang dikehendaki dan dibutuhkan masyarakat (sosial need).
⊂9⊃
3. Pengertian tentang Jama’ah a. Bahwa hidup berjama’ah seperti yang dijelaskan di atas (2) bisa tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, apalagi bisa teratur dan berencana mudah kita duga. Manusia sebagai makhluk sosial, yang secara fitrahnya harus hidup berkelompok karena saling membutuhkan. Tetapi manusiapun disifati sebagai makhluk individual, yang terjadi dari jiwa raga yang tak terpisahkan, dengan cipta, rasa dan karsanya itu memiliki kemampuan untuk membebaskan dirinya dari ikatan lingkungannya, walapun hanya di dalam hatinya. Oleh karena itu sifat egoistis– mementingkan diri sendiri, sering lebih menonjol dari sifat sosialnya. Dari pokok pangkal pikiran ini, kita mudah menduga bahwa hasrat untuk hidup berjama’ah tidak bisa tumbuh dan berkembang sendiri. Harus ada sekelompok kecil di tengah-tengah kelompok yang lebih besar yang membentuk dirinya menjadi inti kelompok –dus inti jama’ah– mengajak untuk hidup sejahtera, membina kebaikan dan menjauhkan kemungkaran. b. Hidup berjama’ah harus dida’wahkan, tetapi tidak cukup hanya dengan khutbah-khutbah di masjid atau ceramahceramah di dalam pengajian-pengajian; pendeknya tidak cukup diomongkan. Hidup berjama’ah harus diprakarsai muballigh (inti jama’ah) dan umat yang dida’wahi (calon jama’ah)nya harus merupakan satu pernyataan hidup bersama. Apa yang dida’wahkan si muballigh – baik materi maupun sasarannya, baik langsung maupun tidak langsung akan menyangkut dan mengenai pribadi si muballigh. Oleh karena itu sistem da’wah dalam rangka menimbulkan hidup berjama’ah ini disebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
⊂ 10 ⊃
1) Tujuannya a) Menumbuhkan dan membina hidup berjamaah yaitu hidup bersama yang serasi, rukun dan dinamis; b) Menumbuhkan dan membina hidup sejahtera, yakni hidup yang terpenuhi kebutuhan lahir dan batin bagi segenap warga jama’ah; c) Kesemuanya itu untuk mengantarkan warga jama’ah dalam pengabdiannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kepada bangsa dan negara serta kemaslahatan manusia pada umumnya. 2) Materinya a) Bidang pendidikan: menumbuhkan kesadaran dan memberikan pengertian tentang mutlak perlunya pendidikan bagi anak-anak dan generasi muda, khususnya pendidikan agamanya, untuk menjadi pegangan hidup dan kehidupannya di masa depan; b) Bidang sosial: membina kehidupan yang serasi antara keluarga yang satu dengan yang lainnya, saling tolong menolong dan bantu membantu mengatasi kesulitan yang sedang dialami oleh anggota jama’ahnya. Menghilangkan sifat egois dan menutup diri; c) Bidang ekonomi: berusaha mencegah kesulitankesulitan ekonomi/ penghidupan yang dialami oleh anggota jama’ahnya, antara lain dengan membantu permodalan, mencarikan pekerjaan, memberikan latihan ketrampilan/ keahlian dan sebagainya; d) Bidang kebudayaan: membina kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam sebagai sarana / alat da’wah dan mengikis/ menghindarkan pengaruh kebudayaan yang merusak, dari manapun datangnya;
⊂ 11 ⊃
e) Bidang hukum: membina kesadaran dan memberikan pengertian tentang tertib hukum untuk kebaikan bersama dalam kemasyarakatan. Melaksanakan dan mempraktekkan ajaran-ajaran agama (Islam) yang berhubungan dengan mu’amalah duniawiyah; f) Bidang hubungan luar negeri (solidaritas): menumbuhkan rasa setia kawan dan simpati terhadap sesama umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya yang sedang mengalami musibah, penderitaan, penindasan dan sebagainya kemudian menyata-laksanakannya dengan mengumpulkan bantuan dan sebagainya. 3) Metodenya a) Dakwah jama’ah dilaksanakan oleh sekelompok kecil warga jama’ah (inti jama’ah) yang ditujukan kepada kelompok (jama’ahnya); b) Inti jama’ah bertindak sebagai penggerak kelompok yang merencanakan, melaksanakan dan menilai langkah-langkah dan materi da’wahnya; c) Dakwah jama’ah menggunakan teknik-teknik pembinaan masyarakat (community development). 4) Sifatnya a) Da’wah jama’ah dilaksanakan atas nama pribadi masing-masing muballigh; b) Da’wah jama’ah bersifat informil, artinya tidak mengikatkan dirinya kepada instansi / lembaga yang formil; c) Instansi/lembaga-lembaga masyarakat yang ada menjadi tempat menyalurkan kegiatan warga berjama’ah.
⊂ 12 ⊃
4. Pengertian tentang inti jama’ah a. Inti jama’ah terjadi dari anggota Muhammadiyah. Satu inti jama’ah terdiri dari sekitar 3 (tiga) sampai 7 (tujuh orang, dari pria dan wanita; b. Ruang gerak satu inti jama’ah sekurang-kurangnya meliputi satu rukun tetangga (RT), seluas-luasnya meliputi satu rukun kampung / warga / dukuh; c. Tugas inti jama’ah adalah melaksanakan dan merencakan da’wah jama’ah serta dinilai hasil-hasilnya untuk langkahlangkah perubahan; d. Inti-inti jama’ah di satu keluarga saling mengkoordinir dan menyeleraskan kegiatan menjadi satu unit gerakan jama’ah. Unit-unit ini yang menjadi salauran komunikasi dengan induk organisasi Muhammadiyah; e. Keanggotaan inti jama’ah serta pembagian tugas perhatiannya diatur/ dimusyawarahkan bersama oleh anggota Muhammadiyah dalam satu jama’ah. Apabila di dalam satu jama’ah terdapat kelebihan anggota Muhammadiyah, tugas inti jama’ah dapat digilirkan secara periodik. Anggota yang kebetulan tidak menjadi inti jama’ah berfungsi sebagai pendukung dan pelopor kegiatan jama’ahnya. Kelebihan anggota tersebut dapat ditugaskan untuk membina tempat lain yang tidak terdapat anggota Muhammadiyah di dalamnya; f. Apabila bentuk jama’ah sudah gatra (maujud), inti jama’ah mempersiapkan terbentuknya organisasi jama’ah dengan mempersiapkan pamong jam’ahnya; g. Di dalam hal organisasi jama’ah belum terwujud, inti jama’ah berfungsi sebagai pamong jama’ah sementara. Kalau organisasi jama’ah dan pamong jama’ah sudah terwujud, inti jama’ah dapat mengintegrasikan diri ke dalamnya atau berdiri di luar sebagai pembantu, aktif menjadi sumber inspirasi dan kreasi kegiatan jama’ahnya.
⊂ 13 ⊃
5. Pengertian tentang organisasi Jama’ah a. Organisasi jama’ah adalah organisasi yang informal, dalam arti tidak terikat dan bertanggungjawab kepada organisasi lain. Organisasi ini lahir sebagai proses yang wajar dari kebutuhan kelompok masyarakat di suatu tempat, sebagai akibat dari suksesnya dakwah jama’ah yang dilaksanakan oleh inti jama’ah. Organisasi jama’ah tidak dapat dipaksakan adanya. (Nama jama’ah itu sendiri tidak mutlak harus dipergunakan sekiranya justru akan menghambat pengertian hidup berjama’ah). b. Di dalam satu lingkungan tempat di mana semua atau sebagian besar penghuninya warga Muhammadiyah, masalah terbentuknya organisasi jama’ah tidak perlu dipersoalkan. Karena ide hidup berjama’ah memang sudah menjadi sebagian dari kepribadiannya; maka timbulnya organisasi jama’ah berfungsi sebagai intensifikasi semangat dan kegiatan hidup berjama’ah; c. Organisasi jama’ah dipimpin oleh pamong jama’ah yang terjadi dari warga jama’ah dan terdiri dari Bapak dan Ibu jama’ah dengan beberapa pembantu. Ibu dan Bapak jama’ah dipilih dari dan oleh warga jama’ah sebagai sesepuh/tertua lingkungan itu. Sedang pembantu-pembantunya terdiri dari tenaga-tenaga muda yang lincah dan penuh daya kreasi dan bertanggungjawab kepada Bapak dan Ibu jama’ah; d. Pamong jama’ah bisa terjadi, sebagian dari inti jama’ah atau seluruhnya, atau dapat pula inti jama’ah ada di luar pamong jama’ah (lihat 4-g.); e. Tugas pamong jama’ah adalah memimpin dan mengantarkan jama’ahnya menuju ke kehidupan berjama’ah yang sejahtera. Menampung dan menyalurkan ide-ide
⊂ 14 ⊃
kegiatan dan kebutuhan-kebutuhan hidup warganya yang sesuai dengan sasaran hidup berjama’ah yang sejahtera; f. Saluran ide-ide, kegiatan dan kebutuhan warga jamaah dapat ditumbuhkan dalam jama’ah atau memanfaatkan instansi / lembaga yang telah ada di luar jama’ah; g. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa secara resmi jama’ah tidak ada hubungannya dengan organisasi Muhammadiyah; yang ada hubungan secara organisatoris adalah antara anggota Muhammadiyah (sebagai warga jama’ah yang menjadi inti jama’ah) dengan Muhammadiyah (Ranting).
7. Hubungan vertikal (ke bawah) gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah dalam Persyarikatan. P.P. Biro OK. Pusat PWM Biro OK. Wilayah PDM
6. Lokasi gerak jama’ah dan dakwah Jama’ah a. Gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah bertitik tolak pada pembinaan mental pribadi warga jama’ah dalam keluarganya dan dalam lingkungan tetangganya; Pembinaan ini dapat melalui sarana-sarana intern jama’ah dan dapat memanfaatkan sarana/fasilitas di luar jama’ah. Secara rutin pamong jama’ah memperhatikan situasi dan kondisi warga jama’ahnya, mengamati rumah tangganya dan suasana hidup bertetangga. Masalah-masalah yang tampak segera ditangani, yaitu dicari pemecahannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Ide-ide yang positif dan kreatif diusahakan melalui musyawarah, sehingga menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama jama’ahnya. b. Selanjutnya gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah meluaskan pandangannya seluas batas-batas kelurahan tempat jama’ah-jama’ah. Ada inisiatif inti-inti jama’ah yang tergantung dalam unit gerakan jama’ah; Jama’ah-jama’ah diajak berpartisipasi dalam pembangunan kelurahannya (pembangunan desa/ kota).
⊂ 15 ⊃
Biro OK Daerah PCM Superviser Cabang
PMR
Jama’ah unit desa
PMR
Jama’ah unit desa
PMR
Jama’ah unit desa
PMR
Jama’ah unit desa
8. Penutup Gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah ini lebih mengutamakan pembinaan pribadi manusia daripada membuat proyek-proyek. Pamong jama’ah dan inti jama’ah selalu berusaha membimbing warga jama’ahnya agar dapat memiliki
⊂ 16 ⊃
pribadi yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, percaya kepada diri sendiri dan mapu mengatasi kesukaran pribadi serta memiliki kesediaan untuk mengulurkan tangannya guna menolong orang lain/membina kehidupan bersama yang penuh rahmat dan mahabbah. Dengan melaksanakan gerakan jama’ah dan dakwah jama’ah, warga Muhammadiyah secara positif melaksanakan dakwah Islam menyebarluaskan nikmat beragama dan sekaligus memberikan andilnya kepada pembangunan bangsa dan negaranya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala meridhai usaha kita ini, amin.
KOMPETENSI DA’I PEDAMPING JAMA’AH
⊂ 17 ⊃
⊂ 18 ⊃
KOMPETENSI DA’I PENDAMPING JAMA’AH 1. Pengertian kompetensi da’i pendamping jama’ah Kompetensi da’i pendamping jama’ah adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan dan perilaku serta ketrampilan tertentu yang harus ada pada diri mereka, agar mereka dapat melakukan fungsinya dengan memadai. Dengan demikian kompetensi bagi seseorang adalah suatu penggambaran ideal dan sekaligus sebagai target yang harus mereka penuhi. Kompetensi da’i pendamping jama’ah dalam kajian ini disuguhkan dalam dua kategori, yaitu (a) kompetensi substantif; dan (b) kompetensi metodologis. Yang pertama berupa kondisi-kondisi da’i pendamping jama’ah dalam dimensi idealnya, sementara yang kedua adalah kondisikondisi da’i pendamping jama’ah yang berkaitan dengan aspek metodologi atau “ketrampilan profesionalnya”. 2. Kompetensi substantif Berikut ini digambarkan secara garis besar, beberapa kompetensi pokok bagi seorang da’i pendamping jama’ah a. Pemahaman agama Islam secara cukup, tepat dan benar Tugas da’i pendamping jama’ah adalah menyiarkan kebenaran-kebenaran Islam seperti diajarkan oleh AlQur’an dan As-Sunnah ke tengah masyarakat, baik lewat dialog (media) lisan, media cetak, dialog amal, dan sebagainya. Semakin luas pengetahuan agama seorang da’i pendamping jama’ah, semakin banyak ia dapat memberikan ilmu yang ia miliki untuk masyarakat. Jika ia miskin pengetahuan, maka yang ia berikan pada masyarakat juga menjadi sedikit. Di samping itu, perlu diingat bahwa pemahaman Islam itu harus tepat dan benar. Artinya berbagai bid’ah,
⊂ 19 ⊃
khurafat, takhayul yang sering kali ditempelkan pada Islam oleh sementara orang, harus dihilangkan sama sekali. Yang diajarkan dan disebarluaskan haruslah tauhid yang murni dengan segala macam pengertian dan implikasinya. b. Memiliki akhlaq karimah Setiap da’i pendamping jama’ah sebagai pendakwah ajaran-ajaran Ilahi tidak bisa tidak harus memelihara akhlaq yang mulia. Dakwah atau tabligh yang disampaikan akan memiliki bobot dan daya tembus yang tajam, bila da’i pendamping jama’ah itu sendiri konsekuen dan konsisten terhadap apa yang diucapkan atau ditulisnya. Bila konsekuensi dan konsistensi itu tidak ada, maka bukan saja dakwah atau tabligh yang disampaikan menjadi hambar, tetapi otomatis citra agama akan rusak. Mudah dimaklumi bahwa da’i pendamping jama’ah pasti berada dalam sorotan masyarakat. Ia akan selalu diikuti dan dinilai oleh umat, selain dengan mata kepala, juga dengan mata hati umat. Secara langsung atau tidak, umat menganggap para da’i pendamping jama’ah sebagai guru atau pemimpin informal yang terdengar, dihormati dan dalam batas yang cukup jauh, juga ditaati. Oleh karena itu, akhlaq karimah harus menjadi pakaian sehari-hari para da’i pendamping jama’ah. c. Mengetahui perkembangan pengetahuan umum yang relatif luas. Agar mampu menyuguhkan ajaran-ajaran Islam secara lebih menarik, ia harus memiliki pengalaman umum yang relatif luas. Ia tidak boleh malas membaca atau merasa telah cukup, karena membaca adalah cara paling mudah untuk menambah pengetahuan populer. Bacaan-bacaan itu dapat berujud surat kabar, majalah, jurnal-jurnal tertentu dan buku-
⊂ 20 ⊃
buku. Bila ia berhenti membaca maka kemampuan untuk merelevansikan ajaran Islam dengan perkembangan masyarakat pasti akan merosot dan pada gilirannya ia akan kehilangan inspirasi segar. Kenyataannya, para da’i pendamping jama’ah yang efektif dalam menerangkan pesan-pesan Islam, baik lewat lisan maupun tulisan adalah mereka yang rajin membaca dan mengikuti perkembangan situasi kemasyarakatan terakhir. Semakin luas pengetahuan kemasyarakatan seorang da’i pendamping jama’ah sebagai komunikator, akan semakin meningkat pula cakrawala pemikiran mereka yang menjadi audiens sebagai komunikan. Dalam kaitan ini perintah Al-Qur’an agar kita selalu membaca terasa sangat relevan. Membaca kitab, membaca kecenderungan masyarakat dan mambaca ayat-ayat Allah yang terhampar luas di alam semesta adalah kewajiban para da’i pendamping jama’ah. d. Pemahaman hakikat dakwah Apa yang perlu ditekankan di sini ialah bahwa dengan pemahaman yang adikuat (cukup) terhadap hakikat, perspektif dan proses kegiatan dakwah menjadi seorang da’i pendamping jama’ah dinamis dan responsif terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat. Di samping itu, kegiatan dakwah yang dilakukan juga akan terhindar dari rutinisme atau perulangan yang mubazir, serta budaya kaset. e. Mencintai audiens dengan tulus Pada dasarnya seorang da’i pendamping jama’ah adalah seorang pendidik umat. Oleh karena itu, sifatsifat seorang pendidik seperti tekun, tulus, sabar dan pemaaf juga harus dimiliki oleh seorang da’i pendamping jama’ah. Sesungguhnya umat memiliki
⊂ 21 ⊃
seribu satu perangai yang kadang-kadang cenderung menjengkelkan. Di kala da’i pendamping jama’ah sedang dalam kondisi kesehatan yang prima, banyak anggota umat yang cenderung memeras tenaga dan pikirannya. Seolah-olah da’i pendamping jama’ah tidak dapat menderita kelelahan fisik dan psikis, sehingga tidak boleh istirahat. f. Mengenal lingkungan dengan baik Menyampaikan pesan-pesan Islam tidak dapat berhasil dengan baik tanpa memahami lingkungan atau ekologi sosio budaya dan sosio politik yang ada. Dakwah Islam tidak dapat dilepas dari “setting” kemasyarakatan yang ada. Di sinilah da’i pendamping jama’ah dituntut untuk secara jeli dan cerdas untuk memahami kondisi umat ijabah dan umat dakwah yang dihadapi supaya dapat menyodorkan pesan-pesan Islam tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Dunia petani, dunia buruh, dunia pelajar, dunia mahasiswa, dunia pedagang, dunia birokrat dan lain sebagainya, memiliki tipologi atau kekhususan-kekhususan tersendiri dan aspirasi-aspirasi yang khas. Para da’i pendamping jama’ah harus berusaha mengetahui permasalahan mereka dengan simpati dan empati. Metode mujadalah, hikmah dan mau’idhah hasanah yang khusus diterapkan, di terapkan juga sesuai dengan sasaran dakwah. g. Mempunyai rasa ikhlas liwajhillah Last but not least, bahkan paling penting, seorang da’i pendamping jama’ah harus punya semboyan: “Innama muballighukum liwajhillah la nuriedu minkum jazaan wa la syukura” (Kami bertabligh kepadamu semata-mata hanya karena Allah, kami tidak meminta imbalan darimu dan tidak pula kami mengharapkan pujian). Semboyan
⊂ 22 ⊃
ini perlu menjadi niat tindakan bagi setiap da’i pendamping jama’ah dalam melancarkan dakwah Islam. Bila keikhlasan telah menjadi dasar paling dalam dari usaha dakwah seorang da’i pendamping jama’ah, maka rintangan apapun insya Allah akan menjadi ringan. Kompetensi da’i pendamping jama’ah, selain ditentukan oleh kualifikasi enam hal sebelumnya, terutama sekali akan ditentukan oleh kualifikasi terakhir ini. 3. Kompetensi metodologis Kompetensi metodologis adalah sejumlah kemampuan yang dituntut oleh seorang da’i pendamping jama’ah yang berkaitan dengan masalah perencanaan dan metode dakwah. Dengan ungkapan lain, kompetensi metodologis ialah kemampuan profesional yang ada pada diri da’i pendamping jama’ah sehingga ia: a. Mampu membuat perencanaan dakwah (persiapan, kegiatan dakwah) yang akan dilakukan dengan baik; dan b. Sekaligus mampu melaksanakan perencanaannya. Kompetensi metodologi ini menjadi terasa penting mengingat pokok-pokok pola kebijaksanaan dakwah. Kebijaksanaan tersebut, hanya mungkin terlaksana dalam praktek apabila didukung tenaga-tenaga da’i pendamping jama’ah yang mempunyai kompetensi tersebut. Dalam hal ini, hanya akan dikaji secara garis besarnya saja. Pertama, da’i pendamping jama’ah harus mampu mengidentifikasi permasalahan dakwah yang dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan mengemukakan kondisi “keberagamaan” obyek dakwah yang dihadapi, baik pada tingkat individu maupun tingkat masyarakat. Sebagaimana diketahui, langkah ini sangat menentukan sifatnya untuk menyusun metodologi maupun pesan/materi dakwah.
⊂ 23 ⊃
Kedua, da’i pendamping jama’ah harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri obyektif dan subyektif obyek dakwah serta kondisi lingkungannya. Kompetensi metodologik berkaitan erat dengan kompetensi subyektif butir (f) di atas. Ketiga, berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan kedua di atas, seorang da’i pendamping jama’ah akan mampu menyusun langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukan. Dengan perencanaan tersebut kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukan benar-benar dapat “menjawab” permasalahan dakwah yang ada. Untuk dapat mempunyai kompetensi ketiga, seorang da’i pendamping jama’ah dituntut untuk berpengetahuan luas terutama yang menyangkut ilmu-ilmu bantu perencanaan sebagaimana secara umum dimaksudkan oleh kompetensi substantif butir (d). Keempat, Kemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dakwah. Walaupun faktor-faktor bakat memegang peranan cukup menentukan, tetapi faktor latihan (dan pengalaman) akan sangat menunjang kompetensi ini. Untuk komptensi metodologi pertama, kedua dan ketiga di atas, sebenarnya bukan merupakan, “fardlu ‘ain” bagi seorang da’i pendamping jama’ah. Apabila sesudah tersedia informasi dan perencanaan dakwah yang memadai, da’i pendamping jama’ah tinggal memodifikasikannya saja, tergantung pada situasi yang dihadapi. Hal ini dapat terjadi kalau lembaga dakwah yang ada, khususnya pemimpin Persyarikatan setempat telah dapat melakukan fungsi perencanaannya dengan baik. Namun, fungsi perencanaan tersebut juga merupakan tugas bagi da’i pendamping jama’ah bila masalah informasi dan perencanaan tersebut belum ada. Di sini terlihat arti pentingnya laboratorium
⊂ 24 ⊃
dakwah, yang dengan penelitian dan pemantauannya siap dengan konsep-konsep perencanaan atau siap memberikan konsultasi informasi maupun perencanaan yang dibutuhkan da’i pendamping jama’ah. Bagian kajian akhir kajian tentang kompetensi da’i pendamping jama’ah ini dikemukakan beberapa kunci keberhasilan dakwah, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yang mestinya menjadi teladan bagi da’i pendamping jama’ah. Suatu keyakinan sikap dan perilaku sehingga Rasulullah mendapat pertolongan Allah dalam mengemban fungsi kerisalahannya: a. Rasulullah percaya dengan yakin bahwa agama yang disiarkan itu adalah agama yang haq yang dapat mengalahkan barang yang batal (Q.S. Al-Isra’/17:80). b. Rasulullah sangat yakin bahwa Allah akan menolong umat yang membela agama Allah (Q.S. Muhammad/47:7). c. Rasulullah beserta para sahabat benar-benar jihad dengan mengorbankan harta, tenaga jiwa untuk kepentingan tersiarnya agama Islam (Q.S. AlAnkabut/29:6) d. Rasulullah berkemauan keras/kuat dalam memikirkan umat agar mereka mau beragama secara benar, walaupun beliau tahu adanya orang-orang yang munafik (Q.S. Al-Furqan/25: 30). e. Rasulullah sangat merasakan penderitaan umat yang tidak tahu kebenaran, keras kemauannya untuk kesejahteraan umat dan sangat kasih sayang (Q.S. AtTaubah/9:128). f. Rasulullah sangat tinggi akhlaqnya dan mulia budi pekertinya (Q.S. Al-Qalam/68:4).
⊂ 25 ⊃
g. Rasulullah tidak pernah patah hati dan selalu memberi maaf kepada orang lain yang berbuat tidak senonoh (Q.S. Ali Imran/3:159). h. Rasulullah senantiasa berendah hati, tetap tenang tabah tidak gentar mengahadapi lawan (Q.S. Al-Anfal/8:45).
⊂ 26 ⊃
STRATEGI DAN PRINSIP PEMBINAAN JAMA’AH 1. Strategi Pembinaan Jama’ah
STRATEGI GJDJ
⊂ 27 ⊃
Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, maka ada dua hal yang perlu ditempuh sebagai sasaran pembinaan yaitu individu dan masyarakat. a. Pembinaan Individu Pembinaan individu diarahkan pada penanaman nilai-nilai agama yang dapat mendorong individu untuk dapat meningkatkan derajat kehidupan. Kerja dan usaha adalah cara pertama dan utama yang ditekankan dalam Al-Qur’an, karena usaha dan pekerjaan manusia yang sesuai dengan nalurinya adalah termasuk kehormatannya. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran 14, secara tegas Allah menggarisbawahi dua naluri manusia, naluri seksual yang dilukiskan sebagai kesenangan kepada syahwat perempuan dan naluri kepemilikan. Naluri kepemilikan mendorong manusia bekerja dan berusaha, bahwa hasil kerja tersebut apabila mencukupi kebutuhannya dinamakan rizki dan apabila melebihinya dinamakan kasb (hasil usaha). Pembinaan agama di desa tertinggal harus diarahkan pada upaya penanaman etos kerja islami kepada setiap peribadi muslim. Usaha dan kerja merupakan kewajiban individu, puluhan ayat yang memerintahkan bekerja, segala pekerjaan dan usaha yang halal dipujinya dan segala bentuk pengangguran dikecam dan dicelanya. b. Pembinaan Masyarakat Selain pembinaan individu juga ada pembinaan kepada masyarakat yang diarahkan kepada proses penyadaran sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.
⊂ 28 ⊃
Dalam Al-Qur’an walaupun dianjurkan sumbangan suka rela dan menekankan keinsyafan pribadi, namun dalam beberapa hal kitab suci ini ditekankan hak dan kewajiban, baik melalui kewajiban zakat, yang merupakan hal delapan kelompok yang ditetapkan (Q.S. At-Taubah ayat 60) maupun melalui sedekah wajib, yang merupakan hak bagi yang meminta atau yang tidak, namun membutuhkan (Q.S. Adzariyat ayat 19). Hak dan kewajiban tersebut mempunyai kekuatan tersendiri karena kebudayaan dapat melahirkan paksaan kepada yang berkewajiban bukan saja dari lubuk hatinya, tetapi juga atas dasarnya pemerintah dapat tampil memaksakan pelaksanaan kewajiban tersebut untuk diserahkan kepada pemilik hak. Dalam konteks inilah Al-Qur’an menetapkan kewajiban membantu keluarga atau rumpun keluarganya dan kewajiban setiap individu membantu anggota masyarakat. 2. Prinsip-prinsip pembinaan Jama’ah Dalam melaksanakan pembinaan agama maka pelaksanaan tugas dakwah di lapangan harus memperhatikan beberapa prinsip yaitu: a. Prinsip sinergi Setiap orang harus merasa bahwa apa yang kita lakukan sesungguhnya dapat lebih bermakna jika terintegrasikan dengan yang lain. b. Prinsip akumulasi Prinsip ini menggambarkan bahwa setiap titik akan berarti jika dipertemukan dengan yang lain. Pembinaan umat harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit, sehingga pada akhirnya berakumulasi dalam bentuk kesempurnaan iman c. Prinsip kovergensi Prinsip ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam pembinaan agama, meskipun kita berbeda jalannya akan
⊂ 29 ⊃
tetapi pada dasarnya kita menuju pada suatu titik yaitu tauhid yang sempurna. Prinsip ini dapat mendorong kita untuk memperkuat pembinaan agama yang telah dilakukan oleh orang lain. d. Prinsip tatolitas Pembinaan umat perlu dilihat sebagai multi dimensi, semua dimensi perlu disentuh. Jadi tidak hanya menyentuh soalsoal iman, ihsan tetapi juga aspek lainnya. Prinsip ini dapat ditambahkan bahwa isi kajian tidak hanya menyangkut kehidupan rohani tetapi juga bagaimana membina serta memperbaiki kehidupan duniawi. e. Prinsip inklusivitas Prinsip ini berarti kita harus memandang orang lain sebagai bagian dari kita, apa yang kita upayakan adalah maju bersama menuju kehidupan yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.
PERBEDAAN ANTARA DAKWAH MASSA, KELUARGA DAN GERAKAN DAKWAH JAMA’AH Diagram 1 Dakwah Masa M
c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c
⊂ 30 ⊃
DASAR PENGELOMPOKAN
Diagram 2 Dakwah Keluarga
ANGGOTA MUHAMMADIYAH
A. M
Diagram 3 Dakwah Jama’ah
M K I
G. M C. M
E. M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M
K
K
M
M
JAMAA’AH DALAM SATU WILAYAH
K I
I
K
= Anggota Muhammadiyah = Kufar (keluarga bukan Islam) = Keluarga Islam bukan anggota Muhammdiyah
K
M
M
I
I
K
I
M
M
I
I
K
SINERGI I. M
M O. M
K. M
I
I K
I
M. M Inti Jama’ah
Keterangan : M = Muballigh = Inti jama’ah
Pamong Jama’ah/Da’i Pendamping
⊂ 31 ⊃
⊂ 32 ⊃
INDIKATOR KEBERDAYAAN JAMA’AH
INDIKATOR KEBERDAYAAN JAMA’AH
⊂ 33 ⊃
I.
Yang Berkaitan Dengan Agama 1. Meningkatkan amaliyah islami dalam kehidupan jama’ah diukur makmurnya masjid / banyaknya forum-forum kajian Islam. 2. Bertambahnya kader-kader yang memiliki komitmen untuk mengembangkan jama’ah.
II.
Yang Berkaitan Dengan Organisasi 1. Distribusi informasi yang cepat dan akurat. 2. Munculnya sense of belonging terhadap jama’ah. 3. Lahirnya sifat ketaatan terhadap kebijakan jama’ah. 4. Semakin profesional dalam mengelola jama’ah.
III.
Yang Berkaitan Dengan Ekonomi 1. Meningkatnya kesejahteraan anggota jama’ah. 2. Tumbuhnya sentra-sentra ekonomi yang berbasis jama’ah.
IV.
Yang Berkaitan Dengan Sosial 1. Kuatnya rasa solidaritas sesama anggota jama’ah. 2. Semakin sedikitnya paket (molimo). 3. Timbulnya keharmonisan sosial dalam kehidupan jama’ah.
V.
Yang Berkaitan Dengan Hukum/politik 1. Memiliki kontribusi dalam kebijakan publik. 2. Sadar terhadap hak dan kewajiban dalam kehidupan berjama’ah. 3. Memiliki suatu kebersamaan dan aspirasi politik.
⊂ 34 ⊃
4. Memiliki posisi tawar yang tinggi (barjang) dalam kehidupan masyarakat. VI.
Yang Berkaitan Dengan Budaya 1. Munculnya budaya yang mencurahkan dan sesuai dengan konsep syiar. 2. Lahirnya budaya kritis dalam kehidupan jama’ah (amar ma’ruf nahi munkar).
VII. Yang Berkaitan Dengan Pendidikan 1. Konsep pendidikan yang terbangun secara islami. 2. Memperoleh kesempatan pendidikan yang mereka bagi anggota jama’ah.
⊂ 35 ⊃
MUBALLIGH HIJRAH SEBAGAI EMBRIO PEMBENTUKAN JAMA’AH
⊂ 36 ⊃
MUBALLIGH HIJRAH SEBAGAI EMBRIO PEMBENTUKAN JAMA’AH Sebuah Kasus Penyelengggaran Program Muballigh Hijrah Oleh PWM DIY
memberikan andilnya kepada pembangunan bangsa dan negaranya (PP Muhammadiyah, 1975 : 29,33). Dari konsep itulah program muballigh hijrah itu dilaksanakan dan dikembangkan. B. Rancangan program muballigh hijrah Ramadhan 1420 1. Dasar Pemikiran
A. Muqaddimah Dalam lembar tanfidz keputusan muktamar Muhammadiyah ke-39 terbitan PP Muhammadiyah tertanggal 29 Muharam 1395/10 Februari 1975 yang ditandatangani oleh pejabat PP Muhammadiyah : H.M. Djindar Tamimy dan H. Djarnawi Hadikusuma pada halaman 29-33 lampiran I tentang realisasi jama’ah dan dan dakwah jama’ah dalam konsep Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah, dinyatakan bahwa gerakan yang dimaksud dalam rangka Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah ialah suatu usaha Persyarikatan Muhammadiyah melalui anggotanya yang tersebar di seluruh tanah air untuk secara serempak teratur dan berencana meningkatkan keaktifannya dalam membina lingkungannya ke arah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu yang dimaksudkan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah ini lebih mengutamakan pembinaan pribadi manusia daripada membuat proyek-proyek. Pamong jama’ah dan inti jama’ah selalu berusaha membimbing warga jama’ahnya agar dapat memiliki pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT, percaya kepada diri sendiri dan mampu mengatasi kesukaran pribadi serta memiliki kesediaan untuk mengulukan tangannya guna menolong orang lain/membina kehidupan bersama yang penuh rahmah dan mahabbah. Dengan melaksanakan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah, warga Muhammadiyah secara positif melaksanakan dakwah Islam, menyebarluaskan nikmat beragama dan sekaligus
⊂ 37 ⊃
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Di antara cara memwujudkan dakwah Islam dengan memobilitas da’i atau muballigh/muballighat ke daerah-daerah yang sangat membutuhkan bimbingan dan pembinaan keislaman terutama pada bulan Ramadhan. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Majelis Tabligh Daerah Istimewa Yogyakarta bermaksud mengadakan kegiatan pengiriman muballigh dan muballighat ke daerahdaerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama Muballigh Hijrah dalam rangka syiar dan menyemarakan aktivitas jamaah di bulan suci Ramadhan. 2. Maksud dan Tujuan Yang dimaksud muballigh hijrah adalah suatu aktivitas memobilitas muballigh dan muballighat ke daerahdaerah dalam rangka memenuhi tugas dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dalam bentuk bertabligh. Adapun tujuan aktivitas ini adalah untuk membimbing keislaman warga masyarakat Islam setempat selama bulan Ramadhan. 3. Manfaat Diharapkan kegiatan muballigh hijrah ini memberikan manfaat yang berupa : a. Motivasi moril bagi muballigh lokal (setempat); b. Terpenuhinya kekurangan muballigh;
akan
⊂ 38 ⊃
c. Kaderisasi muballigh dan muballighat secara langsung dan nyata; d. Semakin intensifnya masyarakat dalam melaksanakan amaliyah Ramadhan; e. Syiar Islam di daerah setempat. 4. Rekruitmen Muballigh Muballigh berasal dari siswa kelas lima Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta; Mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM); Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta; Siswi kelas V Madrasah Muallimat Yogyakarta; dan muballigh muda lainnya yang mendaftar melalui panita/Majelis Tabligh PWM DIY setelah program tersebut diumumkan secara terbuka dalam mingguan Risalah Jum’at pada tiga edisi sejak edisi secara berturut-turut. Rekrutmen muballigh berdasarkan jumlah permintaan dan seleksi dilakukan oleh masing-masing pengasuh atau lembaga keagamaan dan atau Dekan dengan prosedur yang telah dirapat-plenokan oleh anggota pengurus Pimpinan Majelis Tabligh PWM DIY. 5. Waktu Muballigh Hijrah a. Waktu Pembekalan Pembekalan dilaksanakan oleh Majelis Tabligh PWM DIY selama dua hari dengan materi : 1) Fiqih Ramadhan 2) Ibadah praktis 3) Wawasan lokasi 4) Kemuhammadiyahan 5) Tadarus Al Qur’an
⊂ 39 ⊃
6) Shalat malam Pemberi materi : 1) Pengurus Majelis Tabligh 2) Pengurus Majelis Tarjih PWM DIY 3) PDM atau PCM yang akan ditempati petugas muballigh hijrah. b. Waktu pengiriman muballigh dan penarikan Muballigh telah berada di lokasi/tempat tugas (paling lambat) sehari sebelum tanggal 1 Ramadhan dan ditarik lima hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan (namun bila masyarakat menghendaki hingga ‘Idul Fitri/ 1 Syawwal dan muballigh sepakat hal itu dapat berlangsung). Jadi muballigh berada di lokasi kurang lebih 25 hari. Pengiriman dan penarikan dilaksanakan bekerjasama antara PWM, Majelis Tabligh, PDM dan PCM/PRM setempat. 6. Organisasi Pelaksana Muballigh Hijrah Kegiatan muballigh hijrah ini dalam penyelenggaraannya dilaksanakan oleh anggota pimpinan Majelis Tabligh PWM DIY. 7. Pembiayaan Para muballigh dan para muballighat selama di lokasi, untuk tempat menginap/ mukim dan kebutuhan makan minum selama bertugas ditanggung oleh PCM, PRM dan atau umat Islam di mana mereka bertugas. Adapun rincian anggaran untuk pelaksanaan program muballigh hijrah Ramadhan 1420 H. sebagai berikut :
⊂ 40 ⊃
N O 1
2 3 4
5
URAIAN Kunjungan (menjenguk muballigh) ke lokasi 30 kali x Rp 20.000,00 dalam dua tahap Pemateri pembekalan 5 orang @ Rp 50.000,00 Uang saku dan transport muballigh 100 orang @ Rp 75.000,00 Biaya pembekalan a. Konsumsi (makan dan snack) b. Pemandu 6 orang @ Rp 20.000,00 (2 hari 1 malam) Dokumentasi dan administrasi (termasuk penggadaan makalah) JUMLAH
BIAYA
Rp
600.000
Rp
250.000
Rp 7.500.000 Rp 2.530.000 Rp
120.000
Rp
100.000
Rp 11.000.000
Sumber dana : a. Amal usaha Muhammadiyah : UAD dan UMY b. Anggaran Belanja PWM DIY c. PDM se–DIY. Demikian rancangan ini diajukan pada PWM DIY. Adapun halhal yang belum terinci dan menyangkut masalah teknis akan dimusyawarahkan dengan daerah pemohon muballigh atau muballighat. (Dalam naskah/sumber aslinya ditandatangani Ketua dan Sekretaris Majelis Tabligh serta dilengkapi stempel majelis).
a. Mengirim surat ke PDM se-DIY yang berisi tentang penyelenggaraan program muballigh hijrah. b. Mengirim surat kepada lembaga/instansi penyedia muballigh hijrah, seperti Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY); Madrasah Muallimin Muhammadiyah; Madrasah Muallimat Yogyakarta; Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) dan lain-lain disertai formulir kesanggupan dan pendaftaran. c. Mengumumkan tentang penerimaan petugas/peserta muballigh hijrah di mingguan Risalah Jum’at. 2. Seleksi calon Muballigh a. Petugas seleksi adalah pengurus Majelis Tabligh PWM DIY b. Seleksi dilaksanakan dengan wawancara c. Materi seleksi adalah materi keislaman terutama Fiqih Ramadhan dan Ibadah Praktis; Kemuhammadiyahan; Qira-atul Qur’an; Terjemah Al Qur’an; kemampuan berpidato dan kesehatan.
C. Pelaksanaan program muballigh hijrah 1. Rekruitmen Muballigh Rekruitmen muballigh ini meliputi kegitan-kegiatan sebagai berikut :
⊂ 41 ⊃
⊂ 42 ⊃
Daftar calon peserta yang mengembalikan kesanggupan formulir dan peserta seleksi
JUMLAH MUBALLIGH
JUMLAH MUBALLIGHAT
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
PUTM MadrasahMuallimin Muh. Madrasah Muallimat UAD STAIMS PDM Gunungkidul Umum IRM
23 40 4 4 20 11 4
28 8 4 6 1
23 40 28 12 8 20 17 5
105
47
153
JUMLAH
d. Hasil seleksi diumumkan pelaksanaan pembekalan.
satu
minggu
sebelum
NO
ASAL INSTANSI
JUMLAH MUBALLIGHAT
ASAL INSTANSI
JUMLAH MUBALLIGH
NO
Jumlah calon peserta yang lulus seleksi berdasarkan asal muballigh
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
PUTM Madrasah Muallimin Muh. Madrasah Muallimat UAD STAIMS PDM Gunungkidul Umum IRM
23 27 2 1 4 7 -
28 2 5 1
23 27 28 4 1 4 12 1
64
36
100
JUMLAH
3. Pembekalan Muballigh Hijrah Pembekalan dilaksanakan tiga hari sebelum penerjunan ke lokasi, selama dua hari satu malam dengan jadwal sebagai berikut :
⊂ 43 ⊃
⊂ 44 ⊃
Hari Sabtu, 4 Desember 1999 WAKTU
MATERI
13.30 – 14.00
Penyelesaian administasi
14.00 – 15.00
Upacara Pembukaan : 1. Pembukaan 2. Gema wahyu Ilahi 3. Pengarahan PWM DIY 4. Pengarahan Panitia 5. Penutup Shalat Ashar Fiqih Ramadhan
15.00 – 15.30 15.30 – 17.30 17.30 – 19.00 19.00 – 19.30
Shalat Maghrib Tadabur Al Qur’an Shalat Isya’ Makan malam
PENCERAMAH 1. HM. Ziyad Masykur 2. Muh. Jaiz Protokol Ali Masykur Ketua PMW DIY H. Sukidi Rahmat J. Protokol Pamong Pembekalan Drs. H. Muh. Kurdi, M.Pd Pamong Pembekalan Imam Pembekalan
MODERATOR
Deskripsi lokasi muballigh hijrah Drs. Subairi HM
Drs. Anwar S.
Muh. Jaiz
WAKTU
MATERI
PENCERAMAH
MODERATOR
03.00 – 04.00 04.00 – 06.00
Shalat malam/Lail Shalat Shubuh dilanjutkan Tadarus Al Qur’an
H. Sukidi RJ. Drs. Subairi HM. H. Sahari Ws, BA. Drs. Ahzab Muttaqin Drs. Anwar Sanusi Panitia Drs. H. Moh. Sabbihis Drs. H. Kamiran Qomar
H.Sahari Ws.BA Pamong Pembekalan
H. Sukidi RJ
H.Sahari Ws,BA
H. Sukidi RJ
Drs. Waharjani
Mandi, dan makan pagi Ibadah Praktis II Kompetensi da’i
10.30 – 11.00 11.00 – 12.00
Penentuan lokasi Penutupan, Shalat dan Makan siang
Lokasi muballigh hijrah berada di empat kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya : a. Kabupaten Gunungkidul
Hari Ahad, 5 Desember 1999
06.00 – 07.30 07.30 – 09.00 09.30 – 10.30
4. Lokasi penempatan muballigh hijrah
Muh. Jaiz Drs. Waharjani H.Sahari Ws,BA
⊂ 45 ⊃
Di Gunungkidul ini petugas muballigh hijrah ditempatkan di Kecamatan Semanu. Daerah Semanu termasuk dataran tinggi yang bergunung-gunung tanahnya dari batuan kapur. Penduduknya berpencaharian sebagai petani tadah hujun dengan teknis penanaman model tumpangsari. Penghasilan mereka sangat minim, namun ditunjang usaha lain yaitu peternakan dalam skala kecil. Di antaranya peternak kambing, sapi, dan ayam. Dari berternak tersebut para penduduk mendapatkan dua keuntungan yaitu keuntungan dari penjualan ternak dan keuntungan dari kotoran ternak yang dimanfaatkan untuk pupuk kandang yang alami lagi murah. Mereka hidup kurang berkecukupan, namun mereka terlihat damai. Agama ia laksanakan secara sederhana mengikuti pembinanya, di antaranya : (a) pembinaan agama dilakukan oleh seorang kaum atau modin. Kaum atau modin membina umat Islam lewat upacara-upacara hajatan, seperti menyambut kelahiran seorang anak, khitanan atau tetesan, perkawinan, mitoni, dan upacara setelah kematian (bahasa jawa: nelung ndinan, mitung ndinan, matang puluh dina, nyatus dina, mendak pindo hingga nyewu). Seluruh hajatan tersebut diisi do’a dan dzikir/tahlilan yang dipimpin oleh seorang modin atau kaum. Mereka menganggap bahwa amalan seperti itu sudah dianggap pembinaan agama dalam
⊂ 46 ⊃
rangka mempertahankan iman dan taqwa mereka; (b) peringatan hari-hari besar Islam yang diselenggarakan secara bersama oleh para pemimpin/tokoh/pemuka agama yang dihadiri oleh petugas Kantor Urusan Agama Tingkat Kecamatan dan para lurah serta para pemuka agama sebagai panitia penyelenggara yang tergabung dalam PHBI Tingkat Kecamatan. Acara yang diselenggarakan PHBI adalah : Maulid Nabi Muhammad saw; Isra’ Mi’raj; Nuzulul Qur’an; halal bi halal; Hari Raya ‘Idul Qurban dan lain-lain. Seluruh peringatan tersebut diisi dengan ceramah pengajian dengan cara mendatangkan guru ngaji atau muballigh. Sedangkan pembinaan baca al Qur’an; shalat dan ibadah praktis yang lain di selenggarakan di masjid atau di langgar/musholla. b. Kabupaten Kulonprogo Lokasi yang ditempati para muballigh hijrah tergolong minus, namun penduduknya memiliki sifat nriman (menerima apa adanya). Mata pencaharian mereka juga bertani dan berternak baik milik sendiri maupun ternak orang lain dengan cara bagi hasil. Sifat nriman sangat dipengaruhi oleh keadaan alam yang melingkupinya. Pembinaan agama juga dilakukan oleh umat setempat melalui dua hal sebagaimana terjadi di Semanu, Gunungkidul. Maka dengan kedatangan para petugas muballigh hijrah mereka menyambutnya dengan antusias. Bagi jama’ah yang dewasa, mereka penuh semangat juga mengikuti bimbingan agama bahkan mereka bagaikan teman saat petugas muballigh hijrah memberikan bimbingan ibadah praktis, seperti cara mandi wajib : hal-hal yang menyebabkan mandi dan lain-lain. Hal itu memiliki dampak positif di antaranya komunikasi menjadi sangat intens dan familier.
⊂ 47 ⊃
c. Kabupaten Bantul Lokasi muballigh hijrah di Kabupaten Bantul relatif lebih baik sekalipun tidak terlalu jauh berbeda dengan kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul. Petugas muballigh hijrah ditempatkan di Kecamatan Dlingo, dusun Muntuk yang tidak terlalu jauh dari kota Yogyakarta. Umat Islam kebanyakan petani dan peternak serta ditambah hasil sampingan dari kerajinan anyaman bambu dalam bentuk alat-alat rumah tangga. Petugas muballigh hijrah bertugas membina jama’ah di masjid-masjid. Sedang petugas muballigh hijrah yang lain bertugas ikut membantu mengasuh santri pondok Asy Syifa’ Ganjuran, Bantul serta melayani pembinaan masyarakat sekitar terutama pada acara Pesantren kilat Ramadhan; pengajian takjil (menjelang buka puasa); shalat tarawih dan kuliah subuh. 5. Penerjunan/pengiriman muballigh Muballigh dikirim ke PDM Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo dengan kendaraan yang telah disiapkan oleh panitia. Panitia yang berada di lokasi masing-masing menjemput muballigh atau muballighat dari PDM kemudian dibawa ke lokasi (tempat tugas muballigh hijrah bertugas). 6. Monitoring dan penarikan Muballigh Selama bertugas, para muballigh dimonitoring oleh panitia sebanyak dua kali. Monitoring ini berupa bimbingan dan untuk mengetahui keadaan muballigh yang dikirim serta kesan jama’ah terhadap kegiatan dan penampilan muballigh.
⊂ 48 ⊃
Pada hari kedua puluh lima bulan Ramadhan seluruh petugas muballigh hijrah ditarik dari lokasi menuju ke PWM DIY dengan kendaraan yang telah disiapkan panitia. Penarikan disertai dengan pamitan dari PDM masingmasing. 7. Kesimpulan pelaksanaan program muballigh hijrah 1420 H Dari laporan kegiatan penyelenggaraan muballigh hijrah bulan Ramadhan 1420 H. menurut ketua panitia Sukidi Rahmat Jatmika dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Penyelenggaraan program muballigh hijrah berjalan sesuai dengan rencana b. Dari seratus muballigh/muballighat, 95 % dapat melaksanakan tugas dengan baik hingga dua puluh lima hari. Selebihnya kurang lebih 5 % mereka tidak selesai sempurna melaksanakan tugasnya dengan alasan di antaranya : tidak kerasan, dipanggil pulang orang tuanya, kematian orang tuanya, dan lain-lain. c. Kesehatan para muballigh selama di tempat lokasi tugas tetap segar dan prima. d. Para muballigh dapat melaksanakan tugas dengan tekun dan dapat diterima masyarakat, bahkan ada sebagian muballigh yang diminta kembali melanjutkan pembinaan di lokasi semula di luar Ramadhan. e. Hadirnya para muballigh mengantarkan tumbuh kembangnya kader Muhammadiyah di masa datang di pelosok-pelosok dusun yang rata-rata masih tergolong minim pengetahuan agama Islamnya. f. Pada dasarnya masyarakat/ warga Muhammadiyah/ warga muslim lainnya sangat antusias menerima kehadiran para muballigh dan sepenuhnya di antara
⊂ 49 ⊃
mau menanggung makan minumnya selama muballigh bermuqim/bertugas. g. Kesejahteraan para muballigh terutama dari PWM dirasa cukup namun perlu ditingkatkan jumlahnya pada pelaksanaan tahun mendatang. h. Di dalam monitoring para muballigh yang dilaksanakan PWM ke lokasi tugas atau PCM, diamanatkan agar peserta muballigh hijrah perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. i. Sosialisasi program muballigh hijrah perlu/wajib menjangkau sampai ke Ranting-ranting Muhammadiyah lewat koordinasi yang lebih harmonis antara PRM, PCM, PDM dan PWM. j. Penggalian sumber dana dari berbagai pihak amat sangat menentukan kinerja panitia dan keberhasilan program muballigh hijrah.
⊂ 50 ⊃
PEMBERDAYAAN EKONOMI JAMA’AH MELALUI ZAKAT A. Latar Belakang Ada dua kewajiban ibadah mahdlah yang selalu disebut beriring, baik di dalam Al-Qur’an maupun di dalam Sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wassalam, yaitu Shalat dan Zakat. Umat Islam yakin bahwa kedua ibadat itu memiliki bobot yang sama, mutlak ditunaikan, tanpa persyaratan Qur’ani tertentu. Tidak seperti puasa yang dikaitkan dengan bulan Ramadhan dan haji yang dihubungkan dengan manistatha’a ilaihi sabilan. Namun kebanyakan umat Islam belum bersemangat dan berupaya keras untuk menunaikan zakat setinggi semangat dan sekeras ikhtiar mendirikan shalat. Adalah tidak dapat dimengerti seorang muslim yang aktivitas pengabdiannya kepada Allah hanya mengambil bentuk ritual, seperti shalat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, membaca kalimat thayyibah, tanpa diimbangi pengabdian sosial. Syariat zakat ialah sarana mendekatkan diri kepada Allah sosial sebuah kebutuhan asasi setiap orang bukan beban yang memberatkan. Perlu disadari bahwa harta yang dilepas melalui zakat, infaq dan shadaqah adalah sebuah simpanan yang tidak pernah hilang. Sebaliknya harta yang dihitung dan ditumpuk untuk kesenangan duniawi adalah harta yang hilang dan terlepas ketika pemiliknya meninggal. Kini dakwah bil hal lidhu’afa menjadi lebih penting setelah melihat kenyataan bahwa kelompok non-muslim termasuk berbagai aliran kepercayaan sangat sibuk, gencar dan tidak putus-putusnya melakukan ajakan dan bujukan untuk memeluk agama syirik dan atau nativisme mereka. Dengan tersedia materi yang cukup banyak dan sangat melimpah menurut ukuran muslimin. Alasan resmi mereka adalah sebagai bantuan
PENDANAAN GJDJ
⊂ 51 ⊃
⊂ 52⊃
B. Tujuan dan Target 1. Terbentuknya Lembaga Amil Zakat/Infaq di tiap Pimpinan Ranting Muhammadiyah;
⊂ 53 ⊃
2. Terpungutnya dan terdistribusikannya zakat mal melalui LAZ sehingga harta kita bersih dan suci hingga berdampak pada ketenangan batin, sebagai modal meningkatnya etos kerja menuju citra diri keluarga muslim. C. Dasar Pemungutan Zakat 1.
Model Bazis DKI Jakarta Dengan perhitungan sebagai berikut:
N O
JENIS HARTA
1
Zakat fitrah (makanan pokok)
2
Barang simpanan Emas Perak Uang
3
Barang dagangan
4
Hasil tambang Emas Perak Minyak Tembaga Dll.
NISHAB
WAKTU
Punya kelebihan makanan dan yang menjadi tanggungan pada hari idul fitri
Akhir Ramadhan (sejak terbenam s.d. sebelum shalat Id)
KADAR
kemanusiaan, beasiswa anak cemerlang yang orang tuanya tidak mampu, beras simpatik dan kerukunan, meningkatkan kualitas manusia, memanusiakan manusia seutuhnya dan sebagainya. Umat Islam terutama persyarikatan Muhammadiyah cukup menyadari kenyataan tersebut. Karena itu Muhammadiyah berminat dan bertekad membentuk ketahanan diri dan melakukan antisipasi yang sebenarnya cukup mudah. Namun masalah dana menjadi kendala serius yang harus dicari jalan keluarnya. Umat Islam, kebanyakan sosial ekonominya di samping lemah juga sangat semrawut. Riba merajalela di kalangan umat Islam. Namun keresahan yang terjadi di kalangan umat Islam agak sedikit terobati dengan munculnya gerakan zakat Muhamamdiyah di wilayah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal. Gerakan tersebut dibidani oleh K.H. Abdul Bari Shoim (1938 – 1995) dengan mendirikan Lembaga Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM) pada tahun 1979. Gerakan tersebut semakin maju dan berkembang, hal itu terlihat dari laporan pertama tahun 1979 jumlah muzakki (pembayar zakat) ada 65 orang dengan terkumpul uang Rp 41.500,00 dan pada tahun 2001 jumlah muzakki 775 orang dengan jumlah uang Rp 172.950.000,00. Para muzakki datang tidak hanya dari kalangan Muhammadiyah tetapi juga dari warga NU. Mereka telah percaya kepada Bapelurzam, sebab terlihat manfaatnya terutama bagi pengentasan kemiskinan maupun bagi pemberdayaan ekonomi umat Islam.
2,5 Kg (3,3 ltr)
2,5% 85 gram 595 gram senilai 85 gram emas
Setelah berjalan 1 tahun
Senilai 85 gram emas Senilai 85 gram emas
KET. Bisa dikeluarkan sejak awal bulan Ramadhan Setelah dipotong hutang dari kebutuhan primer selama 1 tahun
2,5%
Setelah berjalan 1 tahun
5-10 %
Saat diperoleh
⊂ 54⊃
⊂ 55 ⊃
5
Hasil pertanian makanan pokok
853 Kg/640 liter
Setiap panen
5-10%
6
Rikaz/ temuan
Tidak harus senishab(tanpa batas tertentu)
Saat diperoleh
20%
7
Gaji, upah, dsb
Senilai 85 gram emas
Saat diperoleh
2,5%
8
Hasil investasi (gedung pabrik, dll)
Senilai 85 gram emas
Saat diperoleh
10%
9
Saham usaha dagang
Senilai 85 gram emas
Saat diperoleh
2,5%
10% jika air gratis 5% jika air diusahakan Nishab diperhitungkan setelah dikurangi biaya pemeliharaan pengupasan kulit
Nishab dihitung setelah dikurangi hutang dari kebutuhan pokok
Nilai kekayan 6.000.000,00–Rp 3.300.000,00 = Rp 2.700.000,00 Apabila telah melebihi nishab, maka besarnya zakat yang harus dibayarkan Rp 2.700.000,00 x 2.5% = Rp 67.500,00 b. Kadir memiliki sebuah toko / perusahaan yang kekayaannya pada akhir tahun I sebagai berikut: Sisa dagangan Rp 6.250.000,00 Keuntungan bersih Rp 500.000,00 Jumlah Rp 6.750.000,00 Apabila melebihi nishab, maka besarnya zakat 6.750.000,00 x 2.5% = Rp 168.750,00. Pada akhir tahun II menjadi sebagai berikut: Sisa dagangan Rp 1.750.000,00 Keuntungan bersih Rp 1.000.000,00 Rp 2.750.000,00 Apabila melebihi nishab*), maka besarnya diperhitungkan: Rp 2.750.000,00 x 2.5% = Rp 68.750,00. *) Nishab zakat = 85 gram emas.
Modal dari laba dari keuntungan
Sumber : Dr. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Bandung, 1999. Contoh menghitung zakat a. Abdul memperoleh gaji Rp 500.000,00 per bulan atau Rp 6.000.000,00 per tahun. Kebutuhan pokok (sewajarnya) Rp 275.000,00 perbulan atau Rp 3.300.000,00 per tahun
⊂ 56⊃
zakat
2. Model Zakat Profesi: Kenyataan membuktikan bahwa pada akhir-akhir ini banyak orang yang karena profesinya, dalam waktu yang relatif singkat, dapat menghasilkan uang yang begitu banyak. Kalau persoalan ini dikaitkan dengan pelaksanaan zakat yang berjalan di masyarakat maka terlihat adanya kesenjangan atau ketidakadilan antara petani yang memiliki penghasilan kecil dan mencurahkan tenaga yang banyak dengan para profesional (misalnya: dokter, akuntan, konsultan, notaris, insinyur dan lain-lain) yang hanya dalam waktu relatif pendek
⊂ 57⊃
memiliki hasil yang cukup besar tanpa harus mencurahkan tenaga yang banyak. Karena hal di atas, banyak warga Muhammadiyah yang mempertanyakan mengenai zakat bagi hasil profesi tersebut. Bahkan di beberapa tempat zakat profesi ini sudah dilaksanakan walaupun belum melembaga. Pengertian profesi dan zakat profesi Profesi adalah usaha yang halal dan dapat mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah, baik melalui suatu keahlian ataupun tidak. Bentuk usaha tersebut bisa berupa: (1) usaha fisik, seperti pegawai dan buruh; (2) usaha pikiran, seperti konsultan dan dokter; (3) usaha kedudukan, seperti komisi dan tunjangan jabatan; dan (4) usaha modal, seperti investasi. Adapun hasil usaha profesi bisa berupa: (1) hasil yang teratur dan pasti setiap bulan, minggu atau hari; seperti upah pekerja dan gaji pegawai; (2) hasil yang tidak tetap dan tidak dapat diperkirakan secara pasti; seperti kontraktor dan royalti pengarang.
“Yaitu orang yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagain rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. 3. Surat At-Taubah, ayat 34 “...... dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka itu mendapat siksa yang pedih” 4. Surat At-Taubah, ayat 103 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka ......”. 5. Surat Al-Hasyr, ayat 7 ”...... Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orangorang kaya saja di antara kamu .....” 6. Surat Al-Maidah, ayat 3 “....... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridlai Islam itu menjadi agama bagimu". Al-Hadits
Landasan hukum Al-Qur’an 1. Surat Al-Baqarah, ayat 267 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu ......” 2. Surat Al-Baqarah, ayat 3
1. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abas tentang kewajiban zakat harta Nabi telah mengutuskan Mu’adz ke Yaman – maka dituturkanlah hadits itu dan di dalamnya ada kata-kata: “Sesungguhnya telah menfardlukan zakat pada harta kekayaan mereka, yang diambil dari harta orang-orang kaya mereka dan dikembalikan (diberikan) kepada orang-orang fakir (di kalangan) mereka” (HR. Bukhari dan Muslim). 2. Hadits riwayat Bukhari dari Anas Ibnu Malik tentang zakat onta
⊂ 58⊃
⊂ 59⊃
Abu Bakar Ash-Shiddiq telah menulis kepadanya: “Ini shadaqah wajib yang telah diwajibkan oleh Rasulullah saw. pada kaum muslimin dan itu yang diperintahkan oleh Allah kepada Rasulnya yakni pada setiap 24 ekor onta dan dibawahnya dengan zakat berupa kambing, yakni setiap 5 ekor dengan zakat seekor kambing ...” (HR. Bukhari). 3. Hadits riwayat Abu Dawud dari Az-Zuhri dari Salim dari Ayahnya tentang zakat kambing Dahulu Rasulullah telah menetapkan kewajiban zakat dan belum mengeluarkannya untuk pegawainya sehingga beliau wafat. Berkata perawi: maka Abu Bakar sepeninggal Nabi, memberi bagian pekerja dan menugaskannya sehingga beliau wafat pula. Kemudian ‘Umar pun demikian. Berkata perawi: “Pada waktu ‘Umar gugur dihari kecelakaan (tertusuk di waktu shalat), sekalipun gugur beliau mempunyai wasiat. Berkata perawi: “Di dalam wasiatnya itu terdapat ketentuan, dalam zakat onta dalam setiap 5 onta zakatnya seekor kambing sampai berhenti pada bilangan 24 ... dan dalam ketentuan zakat kambing, setiap 40 kambing zakatnya seekor kambing sampai hitungan 120 ...” (HR. Abu Dawud). 4. Hadits riwayat Ahmad dari Muaz Ibn Jabal tentang zakat sapi “Nabi Muhammad SAW. mengutusku ke Yaman dan memerintahkan kepadaku untuk memungut zakat setiap 30 ekor sapi seekor anak sapi (1 tahun) jantan atau betina dan setiap 40 ekor zakatnya seekor anak sapi (2 tahun) ....” (HR. Ahmad). 5. Hadits riwayat Abu Dawud dari Ali Ibn Abi Thalib tentang zakat emas dan perak Bersabda Rasulullah SAW: “Apabila bagimu uang 200 dirham dan berlaku masa satu tahun maka terhadapnya
⊂ 60⊃
dikenakan zakat 5 dirham dan tidak apa-apa lagi sampai engkau memiliki 20 dinar dan berlalu sampai satu tahun maka dikenai zakat 0,5 dinar, dan selebihnya menurut perhitungan itu (0,25 dinar)”. 6. Hadits riwayat Abu Dawud dan Samurah Ibn Jundab tentang zakat harta perniagaan “Dahulu Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengeluarkan zakatnya dari harta yang kami pergunakan untuk berdagang” (HR. Abu Dawud). 7. Hadits riwayat At-Tabrani dari Abu Musa Al-Asy’ari tentang zakat hasil pertanian Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Engkau berdua jangan mengambil zakat kecuali empat macam ini, yakni semacam padi, gandum, kismis dan kurma” (HR AthThabrani). 8. Hadits riwayat al-Jama’ah dari Abu Hurairah tentang zakat barang tambang dan harta terpendam Kerusakan yang disebabkan hewan itu tidak dikenakan ganti rugi, (akibat kecelakaan) sumur tidak dikenakan ganti rugi dan harta rikaz (dikenai zakat). 9. Hadits riwayat al-Bazar dan al-Hakim dari Abu Darba’ Hal-hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an dan asSunnah tentang kehalalan dan keharamannya termasuk yang dimaafkan: “Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitabNya maka hukumnya halal, dan apa yang diharamkan maka hukumnya haram, dan apa yang didiamkan maka hukumnya dimaafkan” (HR. Bazar).
⊂ 61⊃
Kaidah Usul 1. Menyebutkan sebagian satuan dari lafald ‘am yang bersesuai dengan hukumnya tidak mengandung takhshish. 2. Lafadl ‘am yang telah ditakhshish tetap dapat dijadikan hujjah pada makna yang masih tertinggal 3. Menggunakan dalil lafadl ‘am yang telah ditakhshish tidak diterima 4. Mengakhirkan keterangan dari waktu diperlukan tidak diterima 5. Pada prinsipnya hukum yang terkandung dalam amar (perintah) itu wajib 6. Pada pokoknya dalam urusan ibadah itu diam (menunggu adanya dalil) 7. Makna ibarat lafadz itu mengambil pada umumnya makna lafadz, bukan terbatas pada khususnya sebab (terjadinya lafadz). Pembahasan Dalam pembahasan mengenai profesi dikemukakan beberapa definisi profesi: 1. Usaha manusia yang menghasilkan uang 2. Apa yang dituntut oleh seseorang dari hasil pekerjan baik dilakukan secara bebas atau atas dasar keahliannya atau yang dilakukan dengan izin resmi seperi dokter atau pengacara 3. Profession (is one) occupation, esp, requiring advanced education and special training. 4. Profesi adalah segala usaha yang dilakukan secara halal dan mendatangkan manfaat. Bentuk-bentuk usaha itu bisa berupa: (a) usaha fisik, seperti pegawai dan buruh; (b)
⊂ 62⊃
usaha pikiran, seperti konsultan dan dokter; (c) usaha kedudukan, seperti komisi dan jabatan; dan (d) usaha modal, seperti investasi. Adapun hasil usaha profesi bisa berupa: (a) hasil yang teratur dan pasti setiap bulan, minggu atau hari, seperti upah pekerja dan pegawai; (b) hasil yang tidak tetap dan tidak bisa diperkirakan secara pasti, seperti kontraktor dan royalti pengarang. Setelah mengadakan pembahasan dan analisa terhadap definisi-definisi tersebut, maka diperoleh rumusan sementara mengenai definisi profesi, yaitu usaha yang halal melalui suatu keahlian. Sedang zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil yang halal melalui suatu keahlian. Hukum zakat profesi Dalam pembahasan mengenai hukum zakat profesi, telah diputuskan dalam Munas Tarjih Pra Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000 sebagai berikut : Zakat profesi hukumnya wajib, alasannya adalah: (a) kata an fiquu dalam surat al-Baqarah ayat 267 itu berarti zakat, seperti halnya juga dalam al-Baqarah ayat 3 dan at-Taubah ayat 34. Kata an fiquu mefaedahkan wajib sesuai dengan kaidah usul : Pada asalnya perintah itu mefaedahkan hukum wajib; (b) Kata dalam surat al-Baqarah ayat 267 itu bersifat umum dan memang sudah ada takhshishnya yaitu hadits Rasulullah SAW (lihat terjemah hadits nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 di atas), tetapi karena hukum pada ‘am dan khas ini maka keumuman itu tetap berlaku secara utuh untuk menetapkan wajibnya zakat profesi sesuai, dengan kaidah usul: Menyebutkan sebagian sesuatu dari lafadl’am yang sesuai dengan hukumnya tidak mengandung ketentuan takhshish.
⊂ 63⊃
Lafadl ‘am yang telah ditakhshish tetap dapat dijadikan hujjah pada makna yang masih tertinggal; (c) Mengambil keumuman lafadl dari ayat 267 surat al-Baqarah lebih tepat daripada mempertahankan kekhususan sababun nuzulnya, sebab kaidah mengatakan: Makna ibarat lafadl itu mengambil pada umumnya makna lafadl bukan terbatas pada khususnya sebab (terjadinya lafadl); (d) Meskipun zakat itu adalah termasuk ibadah, tetapi bukan ibadah mahdlah melainkan ibadah ijma’iyah. Zakat pada dasarnya adalah untuk merealisasikan keadilan yang menjadi tujuan hukum Islam. Zakat berfungsi untuk mensucikan harta dan menpersempit jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Si kaya mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada si miskin. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an surat at-Taubah ayat 103 dan surat al-Hasyr ayat 7 serta hadits nabi saw. (lihat terjemah nomor 1 dia atas). Dengan demikian seluruh amal usaha dan warga Muhammadiyah dianjurkan untuk melaksanakan kewajiban tersebut yang berupa menunaikan zakat profesi. 3.
Model Bepelurzam PDM Kendal Yang dimaksud adalah penghitungan zakat berdasarkan harta kita seluruhnya (zakat al-amwal).
⊂ 64⊃
Mekanisme Pemungutan dan Pembagian Zakat MUZAKKI (Pembayar zakat)
LAZ Jama’ah Staf Amil
MUSTAHIQ PENERIMA ZAKAT
MUSTAHIQ KONSUMTIF
Mustahiq (penerima zakat) :
BANK SYARIAH / MUAMALAT
MUSTAHIQ PRODUKTIF
I. Dhu’afa: 1. Fakir miskin (untuk konsumtif) 2. Fakir miskin (untuk produktif) a. ada proposal rencana usaha b. ada studi kelayakan pada calon mustahiq c. ada tim pendampingan bagi pelaksanaan usahanya. Pemberdayaan ekonomi jama’ah melalui dhu’afa produktif dapat bermanfaat : 1. merubah mustahiq penerima zakat menjadi muzaki (menerima zakat) 2. bagi terlaksananya gerakan dakwah jama’ah (GDJ) II. Sabilillah - Untuk kepentingan dakwah islamiyah Catatan: Penerimaan mustahiq produktif melalui Bank Syari’ah Prinsip dzawil qurba (untuk kepentingan dhu’afa’ dan sabilillah setempat)
⊂ 65⊃
SUMBER BACAAN Ali Mahfudz. (1961) Hidayatul Mursyidin, Beirut, Dar al Fikr. Departemen Agama RI. (1984/1985) Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an Departemen Agama RI. Keputusan Forum Dialog Pemuka-pemuka Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 9 Juni 1993 dan Musyawarah antar Umat Beragama Propinsi DIY, 5 s.d. 7 November 1984, Dasar pembinaan kerukunan hidup beragama di DIY., yang dikeluarkan Depag. Kodya Yogyakarta. Lembar tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-39 terbitan PP Muhammdiyah tertanggal 29 Muharam 1395/10 Februari 1975 yang ditandatangani oleh pejabat PP Muhammadiyah: H.M. DJindar Tamimy dan H. Djarnawi Hadikusuma, hlm. 29-33 lampiran I tentang realisasi GJDJ. Masyhur
Amin. (1980) Sumbangsih.
Metode
Dakwah
Islam,
Yogyakarta
Mulyanto Sumardi. (1982) Metode-metode Peneltian Agama, Jakarta, Sinar Harapan. Nur Syam. (1991) Metode Penelitian Dakwah, Solo Ramadhani. PP Muhamadiyah Majelis Tabligh, Dialog Dakwah Nasional, kumpulan makalah, 5 s.d. 7 September 1986. Yunahar Elyas, Kepemimpinan dan Keteladanan Rasulullah saw. dalam Risalah Jum’at edisi 20/III.21 Oktober 1994. Waharjani, Telaah Terhadap Penyelenggaraan Muballigh Hijrah, Laporan Penelitian, UAD 2000.
GERAKAN JAMA’AH DAN DAKWAH JAMA’AH Oleh: Waharjani
MAJELIS TABLIGH DAN DAKWAH KHUSUS PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH 2006