ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh Sofiatun NIM: 104051001766
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Juli 2008
Sofiatun
ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh Sofiatun NIM: 104051001766
Pembimbing,
Dra. Hj. Roudhonah M.Ag NIP: 150232920 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 19 September 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Murodi, MA NIP: 150254102
Wati Nilamsari, Msi NIP: 150293223 Anggota
Penguji I,
Penguji II,
Rubiyanah, MA NIP: 150286373
Umi Musyarrofah, MA NIP: 150281980 Pembimbing,
Dra. Hj. Roudhonah M.Ag NIP: 150232920
ABSTRAK Sofiatun Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta Dakwah kini tidak hanya dapat dilakukan dari mimbar ke mimbar saja, dakwah di era modern dapat dilakukan melalui media elektronik seperti televisi, radio, internet, bahkan telepon genggam. Namun dakwah melalui radio kiranya memiliki lebih banyak kelebihan, karena ia dapat menjangkau khalayak dengan jumlah banyak dalam satu waktu. Sehingga hal ini dapat memudahkan seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya. Salah satu program dakwah radio yang memiliki banyak pendengar adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City FM Jakarta. Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah bagaimana proses pelaksanaan dalam program Tazkia Qalbu, mulai dari proses pra produksi (perencanaan), produksi sampai pasca produksi? Kemudian bagaimana kegiatan dakwah dalam program tersebut? Setelah itu apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki program Tazkia Qalbu? Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Artinya peneliti melakukan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data utama, dan studi dokumentasi serta kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data sekunder. Setelah data-data diperoleh, barulah di analisis secara deskriptif dengan menggunakan teori-teori yang ada. Untuk menganalisis hasil temuan lapangan, peneliti menggunakan teori radio dan dakwah. Sehingga peneliti menggunakan teori radio, yang mencakup tentang karakteristik, fungsi, serta kelebihan dan kelemahan radio. Sedangkan teori dakwah yang digunakan adalah teori pengertian dakwah dan unsur-unsur dakwah, seperti da’i, mad’u, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan tujuan dakwah. Dalam program Tazkia Qalbu, proses perencanaannya hanya sebatas penentuan tema atau materi yang akan disampaikan. Sedangkan untuk proses produksi tidaklah rumit, karena hanya sebatas proses siaran itu sendiri. Untuk proses pasca produksi, program ini tidak memilikinya karena disiarkan secara langsung (live). Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu terdiri dari Ustadz Arifin Ilham sebagai da’i, pendengar Music City sebagai mad’u, materi yang terdiri dari hablun minnanas dan hablun minnallah, metode dakwah mau’idzatil hasanah, menggunakan radio sebagai media dakwah, dan memiliki tujuan membersihkan hati para pendengarnya. Kelebihan program ini antara lain waktu siarnya pada hari Senin pukul 17.00 sampai menjelang adzan Maghrib. Sedangkan kelemahannya antara lain pada durasi acara yang hanya satu jam. Program Tazkia Qalbu tidak memiliki proses pasca produksi untuk proses pelaksanaannya. Yang ada hanya proses pra produksi (perencanaan) dan produksi saja. Sudah terdapat unsur-unsur dakwah dalam kegiatan dakwah yang dimiliki oleh program ini, yaitu da’i, mad’u, materi, metode, media, dan tujuan dakwah. Program ini memiliki kelebihan dalam waktu siar, format acara, da’i, dan metode
dakwahnya. Sedangkan kekurangannya dalam hal durasi acara, penentuan materi, dan proses interaktif yang berlangsung.
KATA PENGANTAR
U Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT semata, Tuhan yang menggenggam langit dan bumi, yang Maha Besar dan Maha Pengasih. Tiada daya dan upaya tanpa seizin-Nya, segala yang mustahil menjadi mungkin atas kehendak-Nya. Tuhan yang memiliki raga dan ruh dari diri ini, dan karena belas kasih-Nya lah karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tak putus tercurahkan kepada Nabi yang agung, Rasul yang sangat mencintai hambanya melebihi kasihnya kepada makhluk lain, serta yang syafaatnya selalu dirindukan di hari akhir, Rasulullah yang senantiasa menjadi idola bagi setiap muslim sampai akhir zaman, Muhammad SAW. Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan juga. Hasil karya dari mengenyam pendidikan selama kurang lebih 17 tahun. Karya yang tentunya masih jauh dari kata sempurna, namun melalui karya ini penulis kiranya dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Agar nantinya, semoga tulisan ini bisa menjadi ladang amal jariyah untuk bekal penulis di akhirat kelak. Amiin.
Tentunya dalam penulisan ini penulis tak dapat melakukannya seorang diri. Banyak bantuan dari pihak lain, baik berupa doa, motivasi, materil, maupun keikhlasan hati untuk membantu sesama. Oleh karena itu, rasanya tidak berlebihan jika penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang begitu dalam, kepada: 1. Kedua orang tua, Ayahanda Taip dan Ibunda Dayem. Mama, Bapak, terimakasih yang teramat sangat Ananda ucapkan atas seluruh kasih sayang yang telah engkau berikan kepadaku, semenjak aku masih di dalam kandungan sampai aku sebesar ini. Subhanallah, hanya Allah yang dapat membalas jasajasamu wahai Mama, Bapak. Segala yang telah engkau berikan padaku berupa kasih sayang, doa, pengajaran, dan materi, tidak dapat aku bayar walau dengan jiwa dan raga sekalipun. Maafkan Ananda jika baru dapat mempersembahkan skripsi tak sempurna ini untuk kalian. Sungguh, semua ini aku lakukan hanya untuk membuat Mama dan Bapak bangga. 2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Murodi M.A., Pembantu Dekan I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal M.A., Pembantu Dekan II, Bapak Dr. Arief Subhan M.Ag., dan Pembantu Dekan III, Bapak Drs. Study Rizal L.K., M.Ag. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Drs. Wahidin Saputra M.A., Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Pembimbing KKS (Kuliah Kerja Sosial), Ibu Umi Musyarrofah M.A. 4. Dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, Ibu Dra. Hj. Roudhonah M.Ag., yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis
dalam hal pemikiran, memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat agar skripsi ini dapat selesai dengan baik. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak menumpahkan ilmunya serta memberikan arahan pengembangan intelektualitas kepada penulis dalam perkuliahan di kelas maupun di luar kelas. 6. Dosen praktikum Qira’ah, Ibu Rubiyanah, M.A., terimakasih atas bimbingan yang telah Ibu berikan kepadaku. Meskipun pertemuan yang Allah berikan singkat, namun pesan yang Ibu berikan sangat berarti untukku. 7. Seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, baik yang berada di bagian tata usaha, perpustakaan, sampai yang ada di pantry. 8. Mas Ari, Mba Melisa, Mas Sam, Pak Muji dan karyawan radio Music City yang telah sudi untuk direpotkan selama beberapa bulan oleh penulis. Khususnya Mas Adhie Taufik, terimakasih atas segala kebaikan, keluangan waktu, dan keikhlasan yang Mas berikan agar penulis bisa mengumpulkan data. 9. Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Awaludin, Ustadz Saefulloh dan pihak Majelis Az-Zikra yang dengan tulus ikhlas telah membantu penulis dalam memperoleh data untuk penulisan skripsi ini. 10. Seluruh keluarga besar yang ada di Tegal dan Jakarta yang tak pernah berhenti memberikan doa dan restunya pada penulis. Terutama buat embah-embahku, tanpa restu dari kalian penulis pasti belum tentu bisa seperti ini. Juga untuk embah dan saudara-saudara yang telah lebih dulu berpulang, semoga kalian dapat turut merasakan kebahagiaan ini dari alam sana.
11. Imron, adik penulis semata wayang dan tersayang yang kini telah beranjak dewasa. Terimakasih atas canda, tangis, dan doa yang telah diberikan selama ini, semoga Ade bisa melebihi prestasi dari apa yang Mba bisa capai kini. 12. Keluarga baru penulis, sahabat-sahabat KPI A angkatan 2004. Tempat di mana aku memperoleh pendewasaan emosi, merasakan canda tawa dan tangis haru, bahkan mengasah intelektual selama kurang lebih 3,5 tahun kita sekelas. Terimakasih Widy, Ratri, Muin, Umi, Ukasah, Deden, Iip, Ida, Lyna, Ela, Farah, Lia, Andi, Syadad, Ruli, Topik, Pitri, Wahyu, Taslim, Fuad, Adoy, Ade, Idrus, Adi, Abi, Agus, Eka, khususnya untuk Bunga (terimakasih bukubukunya) dan Miftah (terimakasih bantuan CPU komputernya). Sahabat karib: Pia, Ana, Upi, Desi, Aci, Evi, Zai, dan Riko (terimakasih MP4-nya). Spesial untuk Budi, teman dekat penulis yang kesabarannya sungguh luar biasa dalam membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat penulis: Lita, Arisanti, Aci, Neni, Hana, Firman, Nila, Noventa, Cici, terimakasih atas motivasi dan doanya, sampai kapanpun kalian tetap sobatku. 14. Kawan-kawan seperjuangan di HMI KOMFAKDA, Paduan Suara VOC, BEM-J KPI, Majalah Jeda, BEM FDK, radio RDK Station, UKM Bahasa FLAT, teman-teman KPI B, C, D, dan E angakatan 2004, juga adik kelas yang pernah aku pandu di Propesa, Wenti.
Akhirnya dengan mengharap ridho dari Allah SWT, penulis mendoakan semoga segala bantuan, dukungan, bimbingan dan doa restu yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penulisan skripsi ini, yang tak dapat disebutkan
semuanya namun tanpa mengurangi rasa hormat, semoga Allah SWT membalas amalan kalian dengan pahala disertai limpahan rahmat serta hidayah-Nya. Aamiin ya Robbal ‘aalamiin. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pembacanya, menambah wawasan keilmuan serta literatur perpustakaan. Karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca skripsi ini.
Jakarta, 16 Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 8 D. Metodologi Penelitian.............................................................. 9 E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 13 F. Sistematika Penulisan ............................................................ 14
BAB II
KERANGKA TEORI ................................................................ 16 A. Pengertian Dakwah ................................................................ 16 B. Unsur-unsur Dakwah ............................................................. 18 C. Ruang Lingkup Radio ............................................................ 27 1. Pengertian Radio .............................................................. 27 2. Karakteristik dan Fungsi Radio ........................................ 28 3. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa ......................... 30 4. Radio Sebagai Media Dakwah .......................................... 32
BAB III
GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA ................................................................................. 34 A. Sejarah dan Perkembangan Radio Music City ....................... 34 B. Visi dan Misi Radio Music City ............................................. 38 C. Struktur Organisasi Radio Music City .................................... 39 D. Sekilas Tentang Program Radio Music City Secara Umum .... 40 E. Sekilas Tentang Program Tazkia Qalbu .................................. 48
BAB IV
PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA ..................................................................................50 A. Proses Pelaksanaan Program Dakwah Tazkia Qalbu ............... 50 1. Proses Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ............... 50 2. Format Acara ................................................................... 56 3. Waktu Acara .................................................................... 61 B. Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu .................... 63 1. Da’i .................................................................................. 63 2. Mad’u .............................................................................. 65 3. Materi Dakwah ................................................................ 66 4. Media Dakwah ................................................................. 67 5. Metode Dakwah ............................................................... 68 6. Tujuan Dakwah ................................................................ 69 C. Kelebihan dan Kekurangan Program Tazkia Qalbu ................ 70 1. Kelebihan Program Tazkia Qalbu ..................................... 70 2. Kekurangan Program Tazkia Qalbu .................................. 72
BAB V
PENUTUP .................................................................................. 73 A. Kesimpulan ............................................................................ 73 B. Saran-saran ............................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Kelebihan dan kelemahan radio .................................................... 29 2. Tabel 2 Data pendengar radio Music City berdasarkan cakupan wilayah ......................................................................................... 37 3. Tabel 3 Rundown acara talk show Tazkia Qalbu ..................................... 58
BAB I PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah Dakwah awalnya hanya dapat dilakukan secara tradisional saja, yaitu ceramah dari mimbar ke mimbar di dalam mesjid, mushalla, atau tabligh akbar di lapangan. Namun kini, “perkembangan masyarakat yang semakin meningkat, tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional.”1 Perkembangan dakwah pun semakin maju, dakwah di era modern dapat dilakukan melalui media cetak seperti koran dan majalah, serta media elektronik seperti televisi, radio, internet, bahkan telepon genggam. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai program dakwah, khusunya
melalui ranah elektronik yang memiliki kelebihan dapat
menjangkau khalayak luas secara bersamaan. Misalnya di televisi, berapa banyak rumah produksi yang memproduksi judul sinetron yang bertemakan Islam. Walaupun tujuan awalnya hanya sekedar untuk mengejar rating misalnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan yang mereka lakukan adalah berdakwah. Sebab secara etimologi dakwah artinya menyampaikan, dan mereka telah menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui sinetronnya. Belum
lagi
meledaknya
film
Ayat-ayat
Cinta
yang
turut
mempopulerkan kepada masyarakat tentang ajaran Islam. Dakwah yang disampaikan melalui media film ini, tentu dapat menghipnotis jutaan pasang 1
Said Agil Husin Al Munawar, sambutan di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed., Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), h. xii.
1
mata yang menyaksikan film tersebut. Baik menonton melalui VCD/DVD player di rumah, melalui internet, apalagi yang menonton di bioskop. Efek yang di dapat setelah menyaksikan film tersebut membuat pemahaman orang Islam tentang agamanya menjadi bertambah, sedangkan bagi yang beragama non Islam, mereka menjadi tahu bagaimana ajaran-ajaran dalam Islam. Hal ini tentunya merupakan salah satu dari tujuan berdakwah, seperti yang diungkapkan oleh Said Agil Husin Al Munawar “Dakwah hendaklah dikemas agar selalu mampu menyentuh dan menyejukkan hati umat manusia sehingga dakwah Islam selalu up to date sepanjang masa, kapan pun dan di mana pun.”2 Perkembangan dakwah yang marak melalui media audio visual seperti televisi dan bioskop, ternyata tidak menyurutkan perkembangan dakwah melalui media auditif, salah satunya adalah radio. Dakwah melalui media radio ternyata tidak langsung surut ataupun kehilangan pamornya karena tersisih oleh media audio visual. Hal ini tentu tidak lepas dari kelebihan dan kelemahan masing-masing media, yang turut mempengaruhi eksistensi media tersebut. Televisi dan film sebagai media audio visual memiliki kelebihan antara lain dapat dilihat dan didengar, sedangkan kelemahannya adalah harganya relatif mahal dibanding radio. Selain itu, terkadang masyarakat dalam menonton (baik televisi maupun film) hanya bertujuan sebagai hiburan, sehingga selain untuk hiburan mereka tidak senang.3 Kemudian radio juga memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Kelebihan radio sebagai media auditif antara lain, siarannya mudah dijangkau oleh masyarakat dan 2 3
177-178.
Ibid., h. ix. Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
pesawatnya mudah dibawa. Sedangkan kelemahannya adalah siarannya hanya sekali di dengar (tidak dapat diulang).4 Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing media tersebut mengindikasikan bahwa meskipun media-media baru terus bermunculan, namun hal itu tidak membuat media lama terlupakan oleh masyarakat. Dapat dikatakan bahwa media telah mengalami mediamorphosis.5 “Ries dan Ries mengatakan, buku tidak digantikan surat kabar, surat kabar tidak digantikan majalah, majalah tidak digantikan radio, radio tidak digantikan televisi. Media baru berada pada lapis atas media sebelumnya.”6 Radio telah mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau “the fifth estate,” setelah pers (baca surat kabar) dianggap sebagai kekuasaan keempat atau “the fourth estate.”7 Sedangkan kekuatan pertama sampai ketiga berturutturut adalah pemerintah, rakyat, dan militer. Hal ini dikarenakan sifat radio yang dapat menembus jarak dan rintangan, selain itu harga pesawatnya relatif murah sehingga banyak masyarakat yang memilikinya, tidak memandang apakah ia berasal dari lapisan orang kaya atau orang miskin. ”... Bedanya, yang kaya mungkin memiliki seperangkat radio stereo yang canggih,
4
Ibid., h. 176-177. Istilah mediamorphosis dikemukakan oleh Roger Fidler, sebagaimana dikutip oleh Sifak Masyhudi dalam diktat perkuliahannya, “Produksi Siaran Radio dan Televisi,” (Diktat Perkuliahan S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), t.h., bahwa “Media baru memang akan senantiasa lahir bahkan mengalami mediamorphosis. Media akan mengalami transformasi sebagai konsekuensi kebutuhan dan inovasi yang lahir di masyarakat akibat dari kompetisi yang berkembang di masyarakat. 6 Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 132. 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), Cet. 2, h. 137. 5
sedangkan yang miskin hanya memiliki sebuah radio transistor kecil.”8 Seperti yang dikatakan oleh John Vivian, radio is everywhere.9 Masih bertahannya program dakwah melalui radio, dapat dibuktikan dengan masih banyaknya stasiun-stasiun radio yang tetap memproduksi dan menyiarkan program-program atau acara-acara yang bernafaskan Islam. Bahkan kini semakin baik perkembangannya dari masa ke masa, dengan berbagai macam format dari program dakwah yang telah ada di radio. Contohnya adalah program Manajemen Qalbu Pagi (MQ Pagi) yang disiarkan sejak tahun 2003 oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Program yang dalam proses penyiarannya bekerjasama dengan Daarut Tauhid Bandung ini,
menghadirkan
K.H.
Abdullah
Gymnastiar
sebagai
narasumber.
Pendengarnya pun sampai saat ini masih cukup banyak, bahkan program ini menjadi salah satu program unggulan di radio RRI. Akhirnya sejak tahun 2005 sampai sekarang, program MQ Pagi telah di-relay (disiarkan ulang pada waktu yang bersamaan) oleh beberapa stasiun radio swasta di Jakarta. Hal ini tentu membuktikan bahwa “perangkat auditif seperti radio, pada umumnya adalah alat-alat yang dapat dioperasionalkan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah.”10 Sebab “penyampaian materi dakwah melalui media auditif ini menyebabkan dapat terjangkaunya sasaran dakwah dalam
8
Amri Jahi, ed., Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Gramedia, 1988), h. 127. 9 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), Cet. 1, h. 17. 10 M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. 1, h. 36-37.
jarak jauh. Alat-alat auditif ini sangat efektif untuk kepentingan penyebaran informasi atau penyampaian kegiatan dakwah yang cenderung persuasif.”11 Selain program MQ Pagi tadi, masih banyak program lain yang disiarkan oleh stasiun radio di Indonesia yang bertemakan dakwah. Salah satunya adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City FM Jakarta, yang mengudara di gelombang 107,5 FM. Radio tersebut adalah radio yang memiliki segmentasi pendengar eksekutif muda, namun kendati segmentasinya adalah untuk eksekutif muda, radio ini tidak melupakan nilai agama dalam program siarannya, khususnya agama Islam. Nilai-nilai tersebut direalisasikan melalui berbagai macam program keseharian radio Music City yang bernafaskan religi. Program dakwah Tazkia Qalbu telah disiarkan sejak radio Music City pertama kali mengudara, yaitu sekitar tahun 1997. Acara ini masih disiarkan setiap hari Senin pukul lima sore sampai menjelang adzan maghrib secara live (langsung), dengan pendengar yang cukup banyak dan mendapat sambutan yang hangat di masyarakat hingga kini. Sambutan hangat ini dapat dilihat dari “… banyaknya responden yang merespon positif akan materi yang ditawarkan, waktu siar, metode ceramah, serta personality da’i”12 dari program Tazkia Qalbu. Sejak pertama kali siaran, program yang memiliki format dialog interaktif ini, menghadirkan Ustadz H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber utama. Ustadz Arifin terkenal di masyarakat dengan metode dakwah
11
Ibid., h. 36-37. Ana Sabhana Azmy, ”Respon Warga Depok Terhadap Program Tazkia Qalbu di Radio 107,5 FM Music City,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 90. 12
dzikirnya, ia juga memiliki kekhasan tersendiri dengan suara yang serak-serak basah serta selalu mengenakan pakaian serba putih. Di samping itu, Ustadz Arifin juga mengasuh majelis dzikir bernama Majelis Az-Zikra, sehingga jika Ustadz berhalangan hadir, maka ia kerap mengutus Ustadz pengganti dari majelis Az-Zikra. Sehingga program Tazkia Qalbu masih dapat menguadara hingga kini. Atas dasar pemikiran di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai program dakwah yang disiarkan melalui radio terkait dengan eksistensinya hingga kini. Selain itu program yang akan diteliti merupakan satu-satunya program dakwah di radio, yang menghadirkan Ustadz H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber. Sehingga peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul Analisis Program Dakwah Tazkia Qalbu Bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham di Radio Music City FM Jakarta.
H. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar hasil penelitian ini lebih terfokus, maka masalah hanya akan dibatasi pada siaran program Tazkia Qalbu selama bulan Maret sampai dengan April 2008 saja. Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program Tazkia Qalbu? 2. Bagaimana kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu? 3. Apa saja kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu?
I. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program Tazkia Qalbu. 2. Untuk mengetahui kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu.
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Akademis a. Memberikan tambahan informasi dalam ranah dakwah, khususnya dakwah modern melalui media elektronik (radio). b. Menambah wawasan dan referensi bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, tentang program keagamaan di radio yang bersegmentasi eksekutif muda. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan tambahan informasi dan referensi bagi para praktisi dakwah atau khalayak yang tertarik kepada ranah dakwah, khususnya dakwah melalui radio. b. Sebagai dokumentasi atau bahan evaluasi bagi pihak radio Music City tentang program Tazkia Qalbu. c. Sebagai bahan evaluasi bagi Ustadz H.M. Arifin Ilham mengenai dakwahnya melalui radio.
J. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menurut bahasa, “… kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data ...”13 Sedangkan Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14 Sehingga penerapan metode kualitatif dalam penelitian ini sangat mengutamakan hasil perolehan data yang didapat melalui metode wawancara dan observasi. Kemudian temuan-temuan tersebut dikritisi secara deskriptif, dengan maksud agar nantinya pembaca dapat memahami tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tentunya dengan menggunakan teori-teori yang telah didapat.
2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian.15 Sehingga subjek dalam penelitian ini adalah pihak radio Music City, khususnya yang terlibat dalam program Tazkia Qalbu. Seperti Manajer Operasional, Produser Acara, Penyiar, dan Operator Siaran. Selain itu Ustadz H.M. Arifin Ilham dan Ustadz Saefulloh sebagai
13
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), Cet. 1, h.
23. 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. 11, h. 3. 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, h. 122.
narasumber utama dan koordinator narasumber pengganti dari Majelis AzZikra. Objek penelitian (variabel) memiliki makna “apa yang akan diteliti.”16 Sehingga yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program Tazkia Qalbu yang disiarkan setiap hari Senin, pukul 17.00 sampai menjelang adzan maghrib di radio Music City.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (di lapangan), yakni pada bulan Maret sampai dengan April 2008 dengan hari dan waktu penelitian yang tidak menentu disesuaikan dengan kondisi peneliti. Sedangkan untuk pengolahan data selepas dari lapangan, penelitian ini kurang lebih memakan waktu dua sampai tiga bulan, yaitu pada bulan Februari, Mei, Juni 2008. Peneliti membagi lokasi yang digunakan dalam penelitian menjadi dua, yaitu lokasi primer dan sekunder. Lokasi primer (utama) penelitian ini adalah di radio Music City FM yang beralamat di jalan Puri Sakti I No. 22, Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, 12410, serta kediaman Ustadz Arifin Ilham dan Majelis Az-Zikra yang beralamat di Komplek Pesantren Az-Zikra, Perumahan Mampang Indah Dua, Pancoran Mas, Depok, 16435. Sedangkan lokasi sekunder (tambahan) penelitian ini antara lain Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama
16
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, dengan Pendekatan Kualitiatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 63.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Islam Iman Jama’ Lebak Bulus, dan Perpustakaan FISIP UI Depok.
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini terdiri dari dua macam sumber, yaitu: a. Sumber Primer 1) Wawancara Interviu atau wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian. 17 Sehingga data diperoleh dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka secara langsung antara interviewer (pewawancara), dalam hal ini peneliti dengan interviewee (yang diwawancara), dalam hal ini kru radio Music City (khususnya kru program Tazkia Qalbu) yang terdiri dari Mas Adhie Taufik sebagai Manajer
Operasional,
Mas
Aryadi
sebagai
Program
Director/Produser Acara, Mbak Melisa Razak sebagai Penyiar Tazkia Qalbu, dan Mas Syamlani sebagai Operator Siaran Tazkia Qalbu. Serta Ustadz H. M. Arifin Ilham dan Ustadz Saefulloh sebagai narasumber utama dan koordinator narasumber pengganti dari Majelis Az-Zikra.
17
Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 72.
2) Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.18 Yang diamati dalam observasi adalah segala sesuatu yang dapat dilihat oleh mata, kemudian yang dapat didengar oleh telinga, yang dapat dikecap oleh lidah, yang dapat dicium oleh hidung.19 Maksudnya dilakukan pengamatan langsung ke radio Music City, yaitu dengan mengikuti secara langsung proses siaran program Tazkia Qalbu untuk memperoleh data yang diperlukan. Juga dilakukan pengamatan yang sifatnya tidak langsung dengan cara mendengarkan program Tazkia Qalbu melalui pesawat radio.
b. Sumber Sekunder 1) Dokumentasi Studi dokumentasi adalah studi dokumen berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.20 Sehingga peneliti berusaha menerjemahkan ke dalam bentuk tulisan dari data-data yang diperoleh dari radio Music City, seperti profil perusahaan, struktur organisasi, dan sebagainya.
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), Cet. 19, h. 136. Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, h. 9. 20 Ibid., h. 77. 19
2) Studi Kepustakaan Untuk mendukung analisa dalam penelitian ini, maka perlu kiranya dikumpulkan teori-teori yang diperoleh dari buku bacaan, skripsi, tesis, juga tulisan dari internet yang berkaitan dengan dakwah dan radio yang sesuai dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, karena “… metoda deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual, biasanya dilakukan oleh peneliti yang menggunakan metoda kualitatif ...”21 Maksudnya peneliti berusaha untuk mendeskripsikan hasil wawancara, observasi, dokumen, juga temuan lainnya ke dalam tulisan penelitian skripsi ini secara jelas dan apa adanya, sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Data dilukiskan sedemikian rupa sehingga tampak hubungan-hubungan antar variabelnya. Setelah hubungan-hubungan kemudian dilakukan analisis berdasarkan logika.22
E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian skripsi ini terdapat beberapa judul yang terkait dengan judul peneliti. Namun dari sekian banyak judul skripsi yang terdapat di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, belum ada yang membahas tentang 21
Ibid., h. 60-61. Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 16.
22
program Tazkia Qalbu di Radio Music City ditinjau dari analisis programnya. Yang ada hanyalah skripsi milik Ana Sabhana Azmy, berjudul “Respon Warga Depok Terhadap Program Tazkia Kalbu di Radio 107,5 FM Music City,” tahun 2008, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Akan tetapi permasalahan yang dibahas dalam skripsi tersebut hanya sebatas respon warga Depok dan format siaran program Tazkia Qalbu saja. Sedangkan untuk skripsi dengan judul “analisis program,” peneliti membandingkannya dengan beberapa judul skripsi di bawah ini: 1. Dado Binagama, “Analisis Program Siaran Dakwah di Radio CBB 104,5 FM Jakarta, Pendekatan Organisasi Terhadap Program: “Ajang Membina Iman,” tahun 2005, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Non Reguler. Permasalahan yang dibahas mengenai proses persiapan (pra produksi), proses produksi, dan proses pasca produksi siaran dakwah di Radio CBB, pada program Ajang Membina Iman (AMIN). 2. Abdul Rozaq, “Radio SP FM Jakarta Sebagai Media Dakwah (Studi Analisis Program Acara Syiar Senja),” tahun 2005, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Non Reguler. Permasalahan yang dibahas mengenai format acara, sisi kelebihan dan kelemahan, serta respon pendengar terhadap nilai-nilai dakwah yang terkemas program Syiar Senja di Radio SP FM. 3. Helmy Syukriyah, “Analisis Program Siaran Keagamaan “Sentuhan Nurani” di radio Dakta 107 FM Bekasi,” tahun 2007, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
Permasalahan
yang
dibahas
mengenai
bentuk
penyusunan dan pelaksanaannya serta faktor-faktor yang menghambat dan mendukung acara Sentuhan Nurani di Radio Dakta 107 FM.
Akan tetapi, dari beberapa skripsi yang peneliti jadikan tinjauan pustaka di atas, belum pernah ada yang membahas permasalahan tentang analisis proses pelaksanaan, kegiatan dakwah, serta kelebihan dan kelemahan program dakwah Tazkia Qalbu di radio Music City FM Jakarta.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN yang meliputi: Latar belakang masalah, Batasan dan rumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan putaka, serta Sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI yang terdiri dari: Pengertian program, Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah yang meliputi da’i, mad’u, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah, Ruang lingkup radio yang meliputi pengertian radio, karakteristik dan fungsi radio, radio sebagai media komunikasi massa, dan radio sebagai media dakwah.
BAB III GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA yang meliputi: Sejarah dan perkembangan radio Music City, Visi dan misi radio Music City, Struktur organisasi radio Music City, Sekilas tentang program di radio Music City secara umum, serta Sekilas tentang program Tazkia Qalbu.
BAB IV ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA yang terdiri dari: Proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program Tazkia Qalbu yang meliputi format acara dan waktu acara, Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu, serta Kelebihan dan kekurangan program Tazkia Qalbu yang meliputi kelebihan program dan kekurangan program.
BAB V PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KERANGKA TEORI
D. Pengertian Program Selain itu untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan interpretasi terhadap pembahasan dalam skripsi ini, maka perlulah kiranya diberikan pengertian terhadap kata yang terdapat dalam judul, yaitu kata program. Secara etimologis, kata program berasal dari bahasa Inggris programme yang berarti acara atau rencana.23 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.24 Secara terminologis, Undang-undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah ‘siaran’ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.25 Sedangkan menurut Omar Abidin Gilang, program (radio) adalah rangkaian acara radio sepanjang hari. 26
23 Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), Cet. 1, h. 97. 24 Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 897. 25 Morissan, Media Penyiaran, h. 97. 26 Omar Abidin Gilang, “Format Siaran Radio” dalam Moeryanto Ginting Munthe, ed., Media Komunikasi Radio (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 62.
Jadi program adalah serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam berbagai bentuk oleh stasiun penyiaran. Menurut Direktorat Radio sebagai bagian dari Departemen Penerangan No.10/Kep/Menpen/1970, yang merujuk dari UNESCO, di Indonesia terdapat penggolongan jenis-jenis acara siaran (programme type classification) berdasarkan atas maksud dan tujuan. Di mana siaran agama (religious programme), yang menjadi objek dari pembahasan dalam skripsi ini termasuk ke dalam kategori siaran pendidikan (educational programme). Di samping itu terdapat beberapa penggolongan program lain, yaitu siaran pemberitaan dan penerangan (news and information programmes), siaran kebudayaan (culture programmes),
siaran
hiburan
(entertainments)
dan
siaran
lain-lain
(miscellaneous). 27
E. Pengertian Dakwah Kata dakwah secara semantik (bahasa) berasal dari Bahasa Arab, dari kata kerja (fi’il) yaitu da’a, yad’u ( )وع دي – اعدyang artinya mengajak, menyeru, mengundang, atau memanggil. Kemudian menjadi kata jamak yaitu da’watan ( )ة وع دyang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.28 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah artinya penyiaran, propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.29
27
Ibid., h. 116-118. M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. 1, h. 5. 29 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. 3, h. 232. 28
Sehingga dapat ditarik kesimpulan secara etimologis, dakwah memiliki arti ajakan atau seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran suatu agama, yang dapat dilakukan melalui penyiaran atau propaganda. Secara terminologis dakwah mengandung pengertian, sebagaimana dikemukakan oleh H.M.S. Nasarudin Latif, adalah setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garisgaris aqidah dan syari’ah serta akhlak islamiyah.30 Sedangkan menurut Tarmizi Taher, salah satu pengertian dakwah yang lebih meluas yaitu: dakwah itu bukanlah dari mulut ke telinga, akan tetapi dakwah itu dari hati ke hati. Sebagai upaya memanggil kembali hati nurani (fitrah) untuk menghilangkan sifat-sifat buruk, dan menggantinya dengan sifat-sifat mulia yang dikehendaki oleh Islam, di mana sifat-sifat itu adalah sifat-sifat yang sesuai dengan nurani (fitrah) manusia.31 Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Idris A. Shomad, dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam.32 Lain lagi pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir, dalam tulisannya sebagaimana dikutip oleh Abd. Rosyad Shaleh, ia menyebutkan kata ”media” sebagai salah satu cara untuk berdakwah. Definisi dakwah
30
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 24. 31 Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), Cet. 1, h. 97. 32 Idris A. Shomad, “Ilmu Dakwah,” (Diktat Perkuliahan S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004), h. 3.
menurutnya adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh ummat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.33 Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam pendapat mengenai dakwah secara terminologis, namun terdapat benang merah di antara perbedaan tersebut. Yaitu pada dasarnya dakwah adalah segala usaha untuk menyerukan, dan menyampaikan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga untuk mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, sebagimana tertuang dalam rukun iman serta rukun Islam. Cara untuk mengingatkan manusia agar tetap berada di jalan Allah dapat dilakukan melalui lisan maupun tulisan. Tentunya dengan cara yang baik yang disampaikan dari hati ke hati, bukan sekedar retorika lewat lisan atau kata-kata indah lewat tulisan. Salah satunya adalah melalui media, khususnya radio. Dakwah dapat dihantarkan melalui radio untuk didengarkan khalayak luas tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan daerah tempat tinggal.
33
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), Cet. 3, h. 8-9.
B. Unsur-unsur Dakwah Oleh karena sifat dakwah yang kompleks, tentunya terdapat unsurunsur di dalamnya. Unsur-unsur dakwah tersebut adalah: 1. Da’i Secara etimologis kata da’i berasal dari Bahasa Arab, bentuk isim fail (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata da’wah (da’awa) yang artinya orang yang melakukan dakwah. Secara terminologis da’i ialah orang yang berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT baik secara individual maupun berbentuk organisasi.34 Jadi kegiatan berdakwah atau menyampaikan ajaran yang sesuai dengan al-Quran dan Sunah Nabi Muhammad SAW, tidak hanya dapat dilakukan oleh seseorang saja. Bahkan setiap muslim yang telah dewasa, wajib berdakwah. Dakwah dapat dilakukan baik secara individu, kelompok atau pun berbentuk organisasi atau lembaga. Dakwah sekarang sudah berkembang menjadi satu profesi yang menuntut skill, planning dan manajemen yang handal. Maka dari itu diperlukan sekelompok orang yang secara terus-menerus mengkaji, meneliti dan meningkatkan aktivitas dakwah secara profesional.35 Hal inilah yang ditegaskan Allah dalam al-Quran surah ali-Imran ayat 104:
!"#$% !&' ($ !*+&,$$34
Hasanudin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, h. 57. Said Agil Husin Al Munawar, dalam sambutan di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed., Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), h. xii. 35
./0 1 2!" 3☺$% 5 .689:"' *; <=3">?3☺$% 1@AB “Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, dan menyuruh mereka melakukan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran: 104)
Seorang da’i atau subjek dakwah, mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian atau kepiawaian seorang da’i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da’i memiliki kekhasan masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kehidupannya.36 Oleh karena itu, setidaknya seorang da’i harus memiliki tiga bekal utama dalam menyampaikan dakwahnya, yaitu: 1) Pemahaman yang benar dan tepat serta mendalam (al-fahmu as-sadid ad-daqiq), ialah pengetahuan da’i tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan
konsekuensinya.
Pengetahuan tersebut mencakup
pengetahuan keislaman (mencakup ilmu dakwah) dan umum. 2) Keimanan yang kokoh (al-iman al-‘amiq), ialah keyakinan da’i tentang kebenaran Islam sebagai isu sentral dakwah. Yakni keimanan yang melahirkan kecintaannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam, serta mewujudkan rasa takut hanya kepada Allah dan rasa harap kepada rahmat-Nya.
36
Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, h. 102.
3) Hubungan yang kuat dengan Allah (al-ittishol al-watsiq), yaitu keterkaitan da’i kepada Allah dan sikap tawakal hanya kepada-Nya, serta keyakinan bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan alam semesta, pemeliharaan, dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.37
2. Mad’u Mad’u dalam bahasa Arab disebut sebagai isim maf’ul (kata berkonotasi obyek penderita) dari kata da’aa. Secara terminologis mad’u adalah orang yang didakwahi, ia adalah manusia pada umumnya, baik orang terdekat (bagi da’i) atau yang jauh, muslim atau non muslim, lelaki atau perempuan.38 Sehingga dapat dikatakan bahwa mad’u merupakan sasaran dakwah. Mad’u ialah manusia pada umumnya yang menerima dakwah yang dilakukan oleh da’i, tidak memandang apakah ia anak-anak atau dewasa, kaya atau miskin, muslim atau non muslim, laki-laki atau perempuan, berasal dari suku atau negara mana pun, semuanya dapat disebut sebagai mad’u. Al-Quran menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki variasi tingkat dan golongan, yang masing-masing mempunyai stratifikasi sosial tertentu. Masyarakat tersebut terdiri dari al-mala’ yakni kaum elit sosial politik, yaitu pemuka masyarakat dan penguasa, al-mutrofin yakni elit ekonomi, kalangan menengah ke atas atau tokoh konglomerat, jumhur
37 38
Shomad, “Ilmu Dakwah,” h. 8. Ibid., h. 10.
yaitu masyarakat umum biasa, dan al-mustad’afin yaitu masyarakat golongan lemah/dilemahkan.39 Bagi para da’i, biasanya kalangan al-mala’ dan al-mutrofin agak sulit untuk menerima dakwahnya. Sebab hal tersebut berkaitan dengan harta dan derajat yang mereka miliki di lingkungannya, sehingga mereka merasa enggan untuk menerima dan melaksanakan seruan tersebut. Sedangkan untuk kalangan jumhur dan al-mustad’afin agak mudah menerima dan melaksanakan ajakan dari da’i, karena mereka tidak memiliki harta dan pangkat di lingkungannya sehingga tidak memiliki rasa egoisme yang tinggi seperti kalangan al-mala’ dan al-mutrofin. Selain itu terdapat beberapa tipe dan variasi mad’u lain dalam tubuh umat Islam, yaitu golongan istimewa yakni sabiqun bil-khoirot (yang berlomba dengan kebaikan), zhalimun linafsihi (menzholimi diri sendiri, yang fasiq dan berdosa), dan muqtashid (biasa-biasa saja kurang istimewa).40 Karena terdapat bermacam-macam tipe dan variasi mad’u, maka diperlukanlah strategi yang efektif dan efisien dalam memperlakukan mad’u. Rasulullah SAW memberikan pesan abadi dalam hadits-haditsnya yang terangkum sebagai berikut: 1) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai kadar intelektualnya. 2) Berkomunikasilah dengan manusia sesuai dengan bahasa (budaya) mereka.
39 40
Ibid., h. 11. Ibid., h. 11.
3) Berkomunikasilah
dengan
manusia
sesuai
dengan
kondisi
sosiologisnya. 4) Tepat guna dalam komunikasi tersebut merupakan perintah Allah SWT yang disitir dalam al-Quran sebagai “Qoulan Sadidan” (perkataan yang benar dan tepat).41
3. Materi Dakwah Materi dakwah adalah suatu pesan yang biasa disampaikan dalam kegiatan dakwah. Materi yang disampaikan oleh da’i sebaiknya dikemas secara menarik agar mad’unya tertarik dan dengan senang hati melaksanakan yang diperintahkan oleh da’i. Penyampaian materi oleh da’i kepada mad’u tentu menggunakan bahasa sebagai pengantarnya. “Bahasa yang digunkan dalam berdakwah adalah bahasa manusia, hal tersebut tidak lain agar manusia memahaminya (la’alakum ta’qilun). Selain itu al-Quran mengarahkan manusia dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh manusia” agar mudah melaksanakan perintah dan larangan yang terdapat di dalamnya.42 Isi pesan atau materi yang disampaikan pada dasarnya bersumber dari al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama, meliputi akidah (keimanan), syari’ah (keislaman), dan akhlak (budi pekerti).43 Akidah dalam Islam mencakup masalah-masalah dengan keimanan, misalnya tentang rukun iman, perbuatan syirik, dan ketauhidan. Masalah syariah
41
Ibid., h. 12. Seminar Nasional Dakwah Sebagai Ilmu, 10-11 Agustus 1992, Fakultas Dakwah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 16. 43 Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, h. 109. 42
berhubungan erat dengan amal nyata dalam rangka mentaati hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan sesama manusia. Sedangkan perihal akhlak merupakan penyempurna keimanan dan keislaman seseorang.44 Artinya meskipun keimanan dan keislaman seseorang sudah sangat baik, namun jika ia memiliki akhlak yang buruk maka ia belum dapat dikatakan sebagai seorang hamba yang sempurna.
4. Media Dakwah Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. 45 Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa media dakwah adalah segala sesuatu (peralatan) yang digunakan untuk berdakwah. Media dakwah sangat beragam, pada zaman dulu biasanya berupa mimbar yang ada di masjid, mushalla, atau majelis taklim. Meskipun sudah ada yang berbentuk buletin Jumat, dan kaset rekaman namun masih dapat dikategorikan sebagai media dakwah yang tradisional. Sedangkan pada zaman modern seperti sekarang ini, media dakwah lebih bermacam jenisnya, misalnya televisi, radio, internet, video rekaman, tulisan di dalam majalah dan surat kabar, bahkan handphone.
5. Metode Dakwah
44
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
60-63. 45
Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, h. 157.
Dari segi bahasa, metode berasal bahasa Yunani yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Kemudian dalam bahasa Inggris kata itu mengandung makna: a way of doing anything… Regularity and orderliness in action (jalan untuk melakukan sesuatu… aturan dan ketentuan dalam berbuat).46
Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata
metode
“cara
mengandung
arti
teratur
yang
digunakan
untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”47 Dari segi istilah, metode dakwah adalah cara-cara tertentu melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 48 Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode dakwah adalah suatu cara yang digunakan atau dipilih oleh da’i dalam usahanya berdakwah kepada ma’u untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Yaitu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk (amar ma’ruf nahi munkar) dengan berlandaskan pada human oriented, menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual 46
Al Munawar, sambutan dalam Metode Dakwah, h. xiii-xiv. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 740. 48 Tim Penulis Rahmat Semesta, Metode Dakwah, h. 6-8. 47
dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.49 Terdapat tiga macam metode dakwah yang diajarkan oleh syariat Islam, yaitu al-hikmah, al-mau’idzatil hasanah, dan al-mujadalah bi-allati hiya ihsan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat AnNahl:
CD$% 5 BEFG.H .6-I
.☺ #$$ "K .☺$%
0LM#$% N O3/ :.P QARS$$TI ; 3LMU 5 .6V-I *; WO> .☺- EL@ X %FG.H N *; WO> YZ [/3☺$$1@\B “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Metode hikmah mengandung pengertian cara yang bijaksana, artinya dakwah dapat dilakukan dengan da’i dapat menjadi suri tauladan bagi mad’unya, bersikap adil di setiap kesempatan, dan bijaksana dalam pembicaraan dan perbuatan. Metode mau’idzatil hasanah mengandung pengertian nasehat yang baik, artinya memberikan materi dakwah dengan kata-kata yang baik dan mengandung ilmu, menyampaikan peringatan dengan baik, sehingga dapat menyentuh hati mad’unya. Metode 49
M. Yunan Yusuf, dalam pengantar di dalam buku: Tim Penulis Rahmat Semesta, ed., Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), h. xiii.
mujadalah bi-al-lati hiya ihsan mengandung pengertian berdebat dengan cara yang baik, artinya pembicaraan atau diskusi yang terjadi antara dua orang/kelompok atau lebih yang dilandasi rasa tidak ada yang lebih dominan antara yang satu dengan lainnya, tetapi lebih ditekankan pada kesetaraan dengan mengutamakan kebenaran.
6. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. “… Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musrik) kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.”50
Sedangkan tujuan khusus dakwah antara lain: a. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan takwanya kepada Allah SWT. b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf. c. Mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam. d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. 51 Oleh karena tujuan seorang da’i sangat kompleks dalam berdakwah, tentunya peran serta secara aktif dari lingkungan sangat 50 51
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 51. Ibid., h. 55-59.
diperlukan. Sehingga sikap terbuka dari mad’u dalam menerima apa yang disampaikan oleh da’i turut mendukung tercapainya tujuan dakwah yang hendak dicapai. Di samping itu, da’i pun harus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, berakhlak baik, menjunjung tinggi rasa kemanusiaan agar dakwahnya sampai ke hati, serta memilih metode yang tepat untuk kegiatan dakwahnya.
F. Ruang Lingkup Radio 5. Pengertian Radio Secara etimologi, pengertian radio (siaran) adalah (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara.52 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer, radio diartikan sebagai pesawat pengirim atau penerima gelombang siaran.53 Secara terminologi, radio artinya suatu alat yang memiliki gelombang frekuensi yang menyampaikan pesan atau informasi atau pernyataan yang bersifat umum ataupun khusus, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar dan heterogen.54 Menurut Ghazali, radio merupakan media komunikasi yang dipergunakan dalam mengirim warta jarak jauh yang dapat ditangkap oleh sekelompok orang yang mendengarnya melalui pemancar radio yang diinginkan.55
52
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 919. Pius A. Pratanto dan M. Dahlan Al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 684. 54 Jundah Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” Da’wah; Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan Budaya, Vol. X no. 2, 2003, h. 120. 55 Ghazali, Da’wah Komunikatif, h. 37. 53
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, radio adalah sebuah media yang bersifat auditif (dengar) saja, yang dapat mengirim atau menerima gelombang yang dipancarkan melalui udara. Gelombang tersebut bisa berisi kata-kata, musik, atau efek suara yang dapat didengarkan oleh khalayak luas, selama mereka memiliki pesawat radio untuk menerima gelombang siaran tersebut.
6. Karakteristik dan Fungsi Radio a. Karakteristik Radio Media radio memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Theater of mind, artinya merangsang indera pendengaran dan imajinasi. 2) Auditif, artinya bersifat dengar. 3) Personal, artinya bersifat lebih akrab. 4) Localize, artinya memiliki pendengar setia yang berada dalam jangkauan siar. 5) Mobile, artinya dapat dibawa ke mana-mana. 6) Harga produksi lebih murah. 7) Cepat menjangkau khalayak, khususnya di daerah-daerah. 56 Karakter-karakter yang dimiliki oleh radio tersebut, membuat seseorang yang mendengarkan radio mampu untuk mengembangkan imajinasinya, karena hanya suara yang dapat didengar. Selain itu sifat radio yang amat personal (pribadi), menjadikannya sebagai media yang 56
CBB News Team, “The Power of Radio,” (Makalah pelatihan radio, kerjasama P2KM dengan Radio CBB FM, 2006), h. 1.
efektif untuk komunikasi antarpribadi yang diliputi oleh sifat kehangatan dan keakraban. Di samping itu radio juga sangat fleksibel, artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan dapat didengarkan sambil lalu. Misalnya sambil tiduran, memasak, dan menyetir mobil. Selain karakteristik yang dimiliki oleh radio di atas, secara teknologis dan sosiologis ia memiliki sejumlah kelebihan sekaligus kelemahan. Kelebihan dan kelemahan radio tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1 Kelebihan dan Kelemahan Radio Kelebihan
Kelemahan
Sarana tercepat penyebar informasi dan hiburan.
Hanya bunyi, tidak ada visualisasi yang tampak nyata.
Dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan listrik. Produksi siarannya singkat dan biayanya murah. Merakyat. Buta huruf bukan kendala. Harga pesawat murah, mudah dibawa ke mana saja.
Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Tidak bisa mengirim pesan dan informasi secara mendetail. Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulangi. Hanya bisa didengar, tidak bisa didokumentasikan.57
b. Fungsi Radio Dalam Himpunan Istilah Komunikasi, disebutkan bahwa radio memiliki fungsi sebagai alat hiburan, penerangan, pendidikan, dan propaganda.58 Dr. SM. Siahaan, memberikan lima macam fungsi radio, yaitu: sebagai alat penerangan massa, sebagai alat hiburan, sebagai alat
57
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), Cet.
58
YS. Gunadi, ed., Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: PT Grasindo, 1998), h. 23.
1, h. 17.
pendidikan, sebagai alat mempengaruhi massa dan sebagai alat untuk perorangan dan masyarakat.59 Radio tidak hanya dapat berfungsi sebagai media hiburan, tapi juga sebagai media pendidikan. Sebagai media dengar, radio memang memiliki fungsi sebagai penyampai informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Selain itu ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat yang berbeda untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Bahkan dapat dijadikan mediator antara pemerintah dengan rakyat lewat program interaktif.
7. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa Kata komunikasi massa diterjemahkan dari bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang ”mass mediated.”60 Bittner mendefinisikan komunikasi massa sebagai pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.61 Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat
59
Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” h. 121. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet. 3, h. 2. 61 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), Cet. 1, h. 136.
60
tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.62 Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang menggunakan media massa, yang ditujukan kepada khalayak ramai yang bersifat heterogen secara serentak, dan dapat menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi massa tidak akan dapat berlangsung jika tidak ada media massa di dalamnya, yang mengantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan. ”Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.”63 Sehingga media radio dapat dikategorikan sebagai media massa karena salah satu sifatnya yang dapat menyebarkan pesan kepada khalayak luas secara bersamaan. 8. Radio Sebagai Media Dakwah Dalam kegiatan dakwah, keberadaan radio sangat penting dalam penyampaian materi dakwah dalam bentuk-bentuk pidato, ceramah atau kuliah. Pesawat radio dapat menjangkau mad’unya dalam jarak jauh dan meluas. Karena itu pesawat radio merupakan media yang efektif dalam penyampaian dakwah untuk semua kalangan.64 Selain itu, penggunaan
62
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet. 3, h. 3. 63 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. 1, h. 126. 64 Ghazali, Da’wah Komunikatif, h. 37.
radio sebagai media dakwah dimaksudkan agar pesan dakwah lebih efektif dan cepat sampai kepada masyarakat pendengar.65 Pemanfaatan media radio sebagai media massa dalam kegiatan dakwah ini dapat dibilang cukup penting. Apalagi di era modern seperti sekarang ini, di mana proses komunikasi antara da’i dan mad’u akan lebih dekat dan mudah diterima. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh A. Abdul Muis, bahwa “media massa mempunyai fungsi yang sangat relevan dalam upaya agama mengendalikan moral masyarakat karena media bisa menjangkau jumlah khalayak (audience) yang relatif tak terbatas dengan waktu yang cepat.”66 Oleh karena inti dalam tingkah laku dan ulah manusia adalah hatinya, maka media radio yang bersifat lebih personal dibanding media elektronik
lain,
akan
sangat cocok untuk seorang da’i dalam
menyampaikan dakwahnya kepada mad’u. Di samping itu, karena karakteristik radio yang hanya untuk konsumsi dengar saja, maka kepiawaian seorang da’i akan semakin teruji dan terasah. Sebab ”untuk seorang da’i yang profesional, ia harus mampu mengemas pesan-pesan dakwahnya dengan baik agar tidak menimbulkan kejenuhan dan ditinggalkan pendengarnya.”67 Jika kemampuan itu sudah dapat dikuasai oleh seorang da’i, maka pesan yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik oleh mad’unya. Pesan tersebut dapat merasuk ke dalam hati pendengar dengan mudah,
65 66
Ibid., h. 37. Andi Abdul Muis, Komunikasi Islami (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet.1,
h. 191. 67
Sulaiman, “Radio Sebagai Media Da’wah,” h. 123.
karena kelebihan dari media radio adalah dapat menimbulkan theater of mind (merangsang imajiansi). Hal ini tentu sangat efektif bagi da’i guna mencapai tujuan dakwahnya, mengingat mad’u yang dapat dicakup oleh radio sangatlah luas dan tersebar.
BAB III GAMBARAN UMUM RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA
F. Sejarah dan Perkembangan Radio Music City FM Jakarta 1. Sejarah Radio Music City FM Jakarta Ketika pertama kali mengudara sekitar tahun 1997, radio ini bukan bernama Music City melainkan radio 5 a Sec (dibaca: Seng a Sec). Cikal bakal pendiri radio adalah spasialisasi horizontal68 atau diversifikasi usaha dari sebuah perusahaan laundry (binatu), yaitu PT. Grita Arta Kreamindo yang memiliki Group Laundry 5 a Sec. Saat itu frekuensinya pun masih berada di gelombang 105,45 FM dengan studio yang masih terpisah dengan kantornya. Studio siaran radio 5 a Sec beralamat di Jl. Pringgondani, Cibubur, sedangkan kantor redaksinya beralamat di Kemang Selatan. Namun kini kedua bangunan tersebut sudah tidak dipergunakan lagi, setelah dibangunnya studio baru sekaligus kantor radio Music City yang mulai ditempati sekitar tahun 2004, yang beralamat di jalan Puri Sakti I No. 22, Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, 12410. Hanya studio Cibubur yang masih digunakan menara pemancarnya untuk menyiarkan radio Music City, karena ia memiliki pemancar yang cukup tinggi.
68
Spasialisasi artinya perpanjangan institusional dalam perusahaan di sebuah era dalam industri komunikasi. Spasialisasi dibagi menjadi dua, yaitu spasialisasi vertikal dan spasialisasi horizontal. Dalam spasialisasi vertikal, perpanjangan institusional dilakukan masih di dalam satu jenis usaha yang sama, contohnya perusahaan Televisi mendirikan perusahaan Radio. Sedangkan spasialisasi horizontal, perpanjangan institusional dilakukan dalam bidang usaha yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh Group 5 a Sec Laundry.
36
Perubahan kepemilikan dan nama siar radio terjadi ketika memasuki tahun 2000. Yaitu pada saat radio ini dibeli oleh Ibu Hj. Elisa Pusparini, MBA, dari Bapak Joes Noerdin. Sehingga nama siar radio pun berubah menjadi Radio Music City dan nama perusahaannya adalah PT. Radio Mitra Citra. Kemudian pada tahun 2004, pemerintah menetapkan gelombang frekuensi baru untuk masing-masing radio yang mengudara. Akhirnya sampai saat ini radio Music City mengudara di frekuensi 107,50 FM.69
2. Profil Radio Music City FM Jakarta Nama Perusahaan
: PT. Radio Mitra Citra.
Frekuensi
: 107,50 FM.
Nama Stasiun
: Music City.
Motto
: “Jakarta Hits Music.”
Call Sign / ID
: 107,5 Music City FM.
Panggilan Pendengar : MC Friends. Jangkauan
: Jabodetabek.
Waktu Siar
: 05.00-24.00 WIB.
Segmentasi
: Executive muda menengah ke atas.
Konsep Radio
: Entertainment, Informations, Religious and Lifestyle Radio Station.
Transmisi Antena
: 120 meter dari tanah dan 300 meter dari permukaan laut.
69
Wawancara pribadi dengan beberapa pegawai radio Music City tanggal 31 Maret 2008 dan data yang ada di radio Music City.
Kekuatan
: 20.000 Kilowatt.
Transmitter Data
: BE FM 20 B; Exiter FX 50; Audio Processor ORBAN 8300.70
3. Segmentasi Pendengar Music City FM Jakarta Radio Music City memiliki segmentasi pendengar kaum eksekutif muda, khususnya eksekutif muda yang aktif dan dinamis, berusia antara 24-35 tahun, dengan kelas sosial ekonomi A dan B. Selain itu eksekutif muda yang dituju adalah yang sangat mencintai musik seperti R n’ B, jazz, pop dan musik tahun 80 sampai 90-an, membutuhkan informasi masa kini dan mengikuti lifestyle, kosmopolitan atau sangat peduli terhadap lingkungannya dengan melakukan kegiatan sosial seperti donatur panti asuhan dan kegiatan orang tua asuh, family-oriented, hard working dan successful in career.71
4. Data Pendengar Music City FM Jakarta Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas pendengar radio Music City adalah perempuan dengan prosentase sebesar 58%. Sedangkan pendengar laki-laki radio Music City, prosentasenya hanya sebesar 42%.72 Dari segi usia, segmentasi pendengar radio Music City yang notabene kaum eksekutif muda dan berusia antara 24-35 tahun ini memiliki prosentase tersendiri. “Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa siapa pun bisa mendengarkan radio ini, termasuk pendengar yang 70
Disadur ulang dari pofil perusahaan radio Music City. Ibid. 72 Ibid. 71
usianya di bawah 24 tahun atau di atas 25 tahun, sebab radio merupakan media massa. Namun, karena masing-masing radio memiliki segmentasi tersendiri untuk sasaran pendengarnya, maka kami lebih fokus kepada usia eksekutif muda yaitu 24-35 tahun.”73 Sehingga prosentase usia pendengar dari 24 sampai 30 tahun adalah sebesar 61%, sedangkan untuk usia 30-35 tahun adalah sebesar 39%.74 Berdasarkan cakupan wilayah, radio ini memiliki pendengar yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Adapun prosentase pendengar tertinggi berada di wilayah Jakarta Selatan dengan prosestase sebesar 21%, dan prosentase pendengar terendah berada di wilayah Jakarta Utara dan Tangerang dengan prosentase masing-masing sebesar 5%.75 Untuk wilayah lain, masing-masing wilayah memiliki jumlah prosentase pendengar tersendiri. Seperti Jakarta Timur dengan prosentase pendengar sebesar 19%, Bekasi, Bogor, dan Depok dengan prosentase masing-masing sebesar 11%, Jakarta Barat prosentasenya sebesar 9%, dan Jakarta Pusat sebesar 8%.76 Hal ini tertuang dalam Tabel 2. Tabel 2 Data pendengar radio Music City berdasarkan cakupan wilayah
73
Jakarta Selatan : 21%
Jakarta Barat : 9%
Jakarta Timur
: 19%
Jakarta Pusat : 8%
Bekasi
: 11%
Jakarta Utara : 5%
Bogor
: 11%
Tangerang
Depok
: 11%
Wawancara pribadi dengan Mas Ari, Program Director radio Music City, Jakarta, 16
Juni 2008. 74
Disadur ulang dari pofil perusahaan radio Music City. Ibid. 76 Ibid. 75
: 5%
Data-data pendengar di atas diperoleh dari data sms atau pun telepon yang masuk dari pendengar. Selain itu data diperoleh dari data pemenang kuis berhadiah yang diadakan oleh radio Music City. Maksudnya jika radio Music City mengadakan kuis berhadiah, maka ketika si pemenang mengambil hadiah secara langsung di radio, identitas mereka akan dicatat terlebih dahulu sebagai dokumentasi. “Jadi itulah salah satu alasan mengapa ketika ada interaktif dengan pendengar, mereka harus menyebutkan terlebih dahulu identitasnya, seperti alamat, usia, dan lokasi. Supaya kita bisa mengetahui siapa saja pendengar dari radio Music City ini.”77
5. Komposisi Lagu Music City FM Jakarta Berdasarkan sasaran pendengar serta kebijakan dan format stasiun radio Music City, komposisi lagu-lagu yang diputar setiap harinya selama proses on air (siaran) berlangsung adalah: lagu Barat berbahasa Inggris prosentasenya sebesar 70%, lagu Indonesia sebesar 25%, dan lagu internasional di luar Bahasa Inggris sebesar 5%.78
G. Visi dan Misi Radio Music City FM Jakarta Visi Memberikan informasi yang inovatif, aktual, terpercaya, nyata, dan bermanfaat bagi seluruh pendengar. Meningkatkan aktifasi promosi untuk menjaring klien dan pendengar. Meningkatkan kualitas program dan siaran 77
Wawancara pribadi dengan Mas Ari, Program Director radio Music City, Jakarta, 16
Juni 2008. 78
Berdasarkan profil perusahaan radio Music City.
Music City, juga meningkatkan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam bidang manajemen siaran.
Misi Memberikan kepercayaan dari tujuan sebuah media terhadap masyarakat. Mengantisipasi dan menyesuaikan perkembangan taknologi untuk memenuhi kualitas siaran. Mengoptimalkan seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) maupun fasilitas perusahaan. Membuat pengembangan bisnis yang sesuai dengan visi perusahaan.79
H. Struktur Organisasi Radio Music City FM Jakarta Radio Music City sebagai wadah dari suatu organisasi memiliki struktur sebagai berikut: 1. Direktur Utama
: Elisa Pusparini, MBA.
2. Wakil Direktur Utama
: Mutia Puspasari, MBA.
3. Konsultan
: Ustadz H. Muhammad Arifin Ilham, Mumu Munajat (dari Sony BMG sebagai konsultan musik), dan Ir. Surya Sumantri (sebagai konsultan teknisi).
4. Sekretaris
: Ida.
5. Manajer Operasional dan Finance 6. HRD dan Umum Manajer
79
: Adhie Taufik. : Syaifuddin.
Berdasarkan profil perusahaan radio Music City.
7. Head of Promotion
: Ray Arya.
8. Marketing Support dan Traffic
: Agus Supriyanto.
9. Staff Promosi
: Dewi Elfida Yahya.
10. Administrasi
: Pia.
11. Akuntan
: Yuni.
12. Keuangan
: Udin Batam.
13. Program Director
: Murni dan Aryadi.
14. Produksi
: Ray dan Choky.
15. Staff Musik
: Adi.
16. Penyiar
: Egy, Rendy, Wibi, Melisa, Yoyok, Glen, Tia, Ira, dan Puji.
17. Operator Siaran
: Adi, Nandi, Syamlani, Abeng.
18. Teknisi
: Mantik dan Isnadi.
19. Keamanan
: Muji dan Yoyo Tanggo.
20. Office Boy
: Syam dan Kadin.
21. Supir
: Topo dan Arifin.80
I. Sekilas Tentang Program Radio Music City FM Jakarta Secara Umum Secara umum program-program di radio Music City terbagi menjadi enam kategori, yaitu:
80
Diperoleh dari data yang ada di radio Music City.
1. Music Program81 a. Zona Indonesia Ajang permintaan lagu Indonesia melalui SMS, setiap SeninJumat pukul 10.00-13.00 WIB. b. Made In Indonesia Ajang permintaan lagu Indonesia melalui SMS, diselingi oleh bintang tamu; artis, band, label. Setiap Senin-Kamis pukul 20.00-22.00 WIB. c. Walk of Fame Program musik biografi dan perjalanan karir musisi legendaris, setiap Sabtu pukul 21.00-22.00 WIB. d. Countdown 25 “Chart” lagu internasional, berisi 25 lagu-lagu tren yang sedang meningkat dari sisi penjualan internasional dan berdasarkan permintaan MC Friends, setiap Sabtu pukul 10.00-12.00 WIB. e. Request @ Night Ajang permintaan lagu internasional melalui SMS, setiap Senin-Kamis pukul 22.00-24.00 WIB. f. Boogie Night Pemutaran lagu-lagu R n’ B oldschool, setiap Jumat pukul 22.00-24.00 WIB.
81
Diperoleh dari data yang ada di radio dan profil perusahaan radio Music City.
g. Voice of The World Pemutaran lagu berbahasa Inggris dan asing (Perancis, Jepang, Latin, Spanyol, dll) setiap hari di menit ke 30. h. Double Harmony Pemutaran dua lagu dengan judul yang sama dengan penyanyi dan aransemen yang berbeda, setiap hari pukul 13.30 WIB. i. Journey to The Past Ajang pemutaran lagu-lagu tahun 70an dan 80an setiap hari Minggu sepanjang hari. j. Gita Khatulistiwa Tangga 10 lagu Indonesia terbaru “plus” 1 lagu Indonesia klasik setiap Sabtu, pukul 20.00-21.00 WIB.
2. Informations Program82 a. MC Drive In Insert berisi informasi tentang arus lalu lintas yang dikemas dalam bentuk “menghibur.” b. MC Headlines Insert berdurasi 2-3 menit, yang menyajikan materi berita aktual dalam dan luar negeri. c. Info Kurs Dollar Insert yang berisi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
82
Ibid.
d. Entertainment X-press Insert berupa informasi entertainment terbaru yang berdurasi 35 menit.
3. Entertainment83 a. Cinema Hour Program yang membahas film terbaru yang tampil di bioskop setiap Sabtu pukul 16.00-17.00 WIB. b. Welcome Weekend Program akhir pekan setiap Jumat pukul 17.00-18.00 WIB bersama artis-artis terkenal.
4. Regular Program84 a. Morning Spirit Program yang mengangkat tema atau topik menarik dengan mengundang interaktif dari MC Friends lewat SMS maupun telepon, diselingi dengan info lalu-lintas, breaking news, info kurs, dan lainlain. Setiap Senin-Jumat pukul 06.00-10.00 WIB. b. Rendevouz Program yang memiliki konsep mirip dengan Morning Spirit, hanya saja siaran untuk program ini tidak bersifat live melainkan recording sehingga tidak ada interaktif dengan pendengar. Penyiar terlebih dahulu direkam siarannya, kemudian di edit dengan adanya 83 84
Ibid. Ibid.
penambahan lagu-lagu, serta program-program insert seperti yang ada dalam program Morning Spirit, akan tetapi yang membedakannya lagi adalah disisipkannya program insert Mile Stones. Setiap Senin-Jumat pukul 13.00-16.00 WIB.
c. Street Life Program harian yang bersifat live dan biasanya disisipkan program talk show di dalamnya, selain program insert. Setiap SeninKamis pukul 16.00-20.00 WIB. d. Good Morning It’s Weekend Program khusus akhir pekan dari Morning Spirit setiap Sabtu pukul 06.00-10.00 WIB dan Minggu pukul 07.00-11.00 WIB.
5. Talk Show Program85 a. Tazkia Qalbu Mengulas tentang ‘hablun minnanas dan hablun minnallah’ dengan konsep berbagi rassa (sharing), bersama Ustadz H.M. Arifin Ilham. b. MC Travel Mengulas tentang wisata baik dalam maupun luar negeri serta tentang umroh dan haji setiap Selasa pukul 08.00-09.00 WIB, bersama H. Ajat Sudrajat.
85
Ibid.
c. Health and Beauty Program kesehatan, kecantikan dan kebugaran interaktif, dengan narasumber Bapak Nanang, MPS (ahli gizi). Setiap Rabu pukul 08.00-09.00 WIB. d. Bussines Hour Program tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan dengan narasumber Ibu Mike Sutikno. Setiap Rabu pukul 17.00-18.00 WIB. e. Medical Hotline Program tentang masalah kesehatan umum, kebidanan dan kandungan, kesehatan anak, jiwa, dan lain-lain, dengan narasumber dokter Farid Maulana serta dokter-dokter terkemuka. Setiap kamis pukul 08.00-09.00 WIB. f. Man O’ Man Program acara yang menelusuri dunia pria secara intim dan santai. Setiap Jumat pukul 20.00-22.00 WIB. g. MC Sport News Program yang mengulas informasi olahraga, setiap Sabtu pukul 09.00-12.00 WIB. h. Kemilau Hati Bersama Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri Program baru yang disiarkan sejak bulan Mei 2008, mengulas tentang program-program yang ada di Masjid Kubah Emas dan mengangkat tema-tema tentang keislaman yang diperbincangkan
dengan mengundang interaktif dari MC Friends. Setiap Kamis pukul 17.00-18.00 WIB.
6. Insert86 a. Mutiara Ilahi Intisari dari Al-Quran dan Hadits ssebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. b. MC Cares Berisi tentang hal-hal sosial dan kegiatan sosial Music City FM. c. Kultum Kuliah tujuh menit oleh Ustadz Cilik Akbar Halim Putra, setiap Jumat pukul 11.00-11.07 WIB menjelang sholat Jumat. d. Smart Management System Info dan tips dalam menjalankan bisnis. e. Info Teknologi Informasi seputar teknologi terkini serta ‘gadget-gadget’ terbaru. f. Mile Stones Insert berupa informasi yang bersifat flash back tentang kejadian di tanggal yang sama pada tahun yang berbeda.
86
Ibid.
Promo-promo Off Air Radio Music City FM Jakarta87 Selain memiliki program-program yang disiarkan secara langsung di radio atau on air, radio Music City juga memiliki program atau promo-promo yang bersifat off air, yaitu: 1. MC Why Not Acara kumpul bersama antara pendengar, klien, dan kru. Di dalamnya terdapat games, artis performance, juga perkenalan kru. Gamegame berhadiah yang diadakan di acara ini, diperoleh dari sponsor. Acara tersebut sudah dua kali diselenggarakan. 2. MC Cares Acara ini bersifat sosial dan selalu diadakan setiap tahun, tepatnya saat bulan puasa. Di dalamnya terdapat buka puasa bersama anak-anak yatim/terlantar. Atau pun ketika ada musibah yang melanda Jakarta, seperti banjir dan gempa bumi. Makanan, obat-obatan, juga alat penunjang diperoleh dari sponsor dan pendengar. Acara ini merupakan acara reguler yang diadakan oleh radio Music City. 3. Open House 2006 Merupakan acara perkenalan studio baru atau frekuensi baru, atau pun program baru. Target dari acara ini adalah klien. 4. Marketing Gathering Presentasi rate (spot iklan) maupun harga program bersama klien atau pendengar.
87
Ibid.
5. MC Birthday Acara yang mengundang klien atau pendengar untuk merayakan ulang tahun radio Music City (2005). Private party yang mengadirkan artis (2006). Nonton bareng di Plaza Senayan bersama seluruh klien (2007). Untuk event tertentu seperti 17 Agustusan, hari Pahlawan, dan sebagainya disisipkan dalam program-program yang ada di radio Music City. Sedangkan selama bulan Ramadhan siaran hadir lebih awal, mulai pukul 03.00 sampai 24.00 WIB.
J. Sekilas Tentang Program Tazkia Qalbu Program Tazkia Qalbu merupakan salah satu program yang masih disiarkan sampai sekarang sejak radio Music City pertama kali berdiri. Yaitu sejak tahun 1997, ketika masih bernama radio 5 a Sec dan beralamat di Jl. Pringgondani, Cibubur. Acara ini termasuk dalam kategori talk show dan selalu disiarkan setiap hari Senin, pukul 17.00 WIB sampai menjelang adzan maghrib. Sejak pertama kali mengudara, program ini selalu menghadirkan Ustadz H.M. Arifin Ilham sebagai narasumber, yaitu sejak Ustadz Arifin belum populer seperti sekarang, dan sebelum beliau rutin melakukan dzikirdzikir di Masjid At-Tien atau pun Masjid Istiqlal. Namun seiring dengan kesibukan sang Ustadz, jika beliau tidak dapat hadir maka Ustadz Arifin akan mengirimkan Ustadz utusan dari majelis Az-Zikra, sehingga program ini masih tetap berjalan sampai sekarang tanpa kehilangan pendengarnya.
Tema-tema yang dibahas dalam program Tazkia Qalbu sangat beragam, mulai dari kasih sayang Allah kepada tiap hamba-Nya, bangkrut dalam beribadah, masalah perkawinan, membina keluarga sakinah, sampai kehidupan setelah mati. Semua hal tentang hablun minnanas dan hablun minnallah, dibahas bergantian setiap minggunya. Program ini disiarkan secara live dan merupakan salah satu program unggulan di radio Music City, karena mampu menarik perhatian khalayak luas untuk mendengarkannya. Tidak hanya MC Friends saja yang mendengarkan program ini, namun masyarakat pendengar radio lain pun akan memutar gelombangnya ke radio Music City setiap program Tazkia Qalbu disiarkan. Format program ini berupa acara talk show yang mengundang interaktif dengan pendengar, baik melalui SMS ataupun telepon. Selain itu, tanya jawab dan penyampaian materi yang dilakukan oleh Ustadz Arifin maupun Ustadz dari Majelis Az-Zikra, selalu diselingi oleh musik. Di mana musik yang diputar adalah musik Indonesia yang bernuansa religi maupun musik barat, selama musik yang diputar tidak berjenis musik keras. Sebab radio Music City tidak ingin melepaskan motto sekaligus jati dirinya sebagai “Jakarta Hits Music.” Sehingga perbandingan musik dan kata dalam program ini adalah sebesar 60% untuk prosentase musik, dan sebesar 40% untuk prosentase kata. Oleh sebab itu jika Ustadz Arifin yang menjadi narasumber dalam program ini, maka beliau tidak ditemani oleh penyiar, meskipun pada awalnya selalu ditemani. Hal ini bertujuan agar durasi selama satu jam tersebut dapat dimafaatkan secara maksimal untuk memberikan tausiyah dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang masuk dari pendengar, mengingat banyaknya jumlah SMS dan telepon yang masuk ketika Ustadz Arifin yang mengisi. Selain itu, hal ini merupakan permintaan dari Ustadz sendiri agar dakwah yang beliau sampaikan dapat lebih terasa, dapat menyentuh hati mad’u-mad’unya, sehingga tujuan dari Tazkia Qalbu atau penyucian hati dapat terwujud.
BAB IV ANALISIS PROGRAM DAKWAH TAZKIA QALBU BERSAMA USTADZ H.M. ARIFIN ILHAM DI RADIO MUSIC CITY FM JAKARTA
D. Proses Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi dalam program Tazkia Qalbu 1. Perencanaan Idealnya, semua program yang dimiliki oleh radio sebaiknya melewati tahap perencanaan, produksi, dan evaluasi. Atau dengan kata lain harus memiliki proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Karena hal ini akan lebih memudahkan kinerja tim yang memproduksi program tersebut dan untuk tercapainya hasil yang maksimal. Proses perencanaan dalam sebuah program meliputi: “penentuan target pendengar yang dituju agar topik yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pendengar, menentukan narasumber yang kompeten terhadap topik yang dibahas, serta memilih penyiar.”88 Begitu pula dengan program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City FM Jakarta, program ini pun memiliki proses perencanaan yang harus dilewati terlebih dulu sebelum ia mengudara. Sebetulnya tidak hanya program Tazkia Qalbu saja, program-program yang akan disiarkan di radio yang bersegmentasi eksekutif muda ini, harus melewati tahap perencanaan. Hal ini sesuai dengan visi dari radio Music 88
Morrisan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005), Cet. 1, h. 284.
53
City sendiri, yaitu memberikan informasi yang bermanfaat bagi seluruh pendengar dan meningkatkan kualitas program dan siaran Music City. Adapun tahap perencanaan sebuah program yang diterapkan di radio Music City adalah sebagai berikut: 1) Program dirancang atau dikonsep terlebih dahulu oleh tim program director. Mulai dari nama acara, rundown (susunan) acara, isi program, sampai target pendengarnya. 2) Setelah semua aspek tersebut dijalankan, lalu dibuat strategi untuk tema yang diangkat pada saat pemutarannya. Tema tersebut harus mengikuti keinginan atau kebutuhan masyarakat pada umumnya, misalnya ideologinya harus sesuai dengan segmen dari radio Music City. 3) Kemudian program tersebut dikategorikan ke dalam program harian, program mingguan, program spesial atau tailor made, ataukah program insidental. 4) Setelah itu ditinjau aspek marketing-nya, apakah program tersebut layak untuk dijual sesuai dengan segmen dari radio Music City dan dapat diterima di mata agency atau produsen iklan (klien). 5) Setelah semua proses di atas selesai dilalui, barulah dilakukan survey secara kuantitatif. Tentu bukan dengan cara menyebarkan angket kepada pendengar, melainkan dengan membuat promo program. Maksudnya, dibuat iklan dari program yang akan disiarkan untuk diputar di radio Music City sendiri. Cara ini tentu lebih efektif, karena radio adalah media yang kooperatif dan masyarakat pasti mencari
informasi melalui radio Sehingga dapat diketahui dengan mudah, bagaimana respon atau animo dari masyarakat terhadap promo program yang dijalankan, apakah mereka menanti-nantikan program tersebut atau dapat diterima di masyarakat umum. Hal ini bisa diketahui misalnya lewat lewat telepon dari pendengar. 6) Jika respon dari pendengar cukup baik dan semua tahap telah dilalui dengan baik pula, barulah sebuah program dapat disiarkan (on air).89
Hal-hal di atas adalah tahap perencanaan untuk sebuah program yang benar-benar baru di radio Music City sebelum ia disiarkan. Sedangkan untuk tahap perencanaan program yang telah berjalan, dalam hal ini untuk program talk show khususnya, proses perencanaan yang dimiliki hanyalah menentukan tema yang akan dibicarakan setiap minggu. Karena untuk hal format, penyiar, narasumber, operator dan lainlain telah dikonsep terlebih dahulu dalam poin-poin perencanaan di atas. Sehingga sebelum program talk show tersebut mengudara, ringkasan tema yang akan dibahas harus diserahkan terlebih dahulu kepada pihak radio Music City untuk keperluan persiapan penyiar dan produser acara untuk mempersiapkan bahan siaran. Akan tetapi program Tazkia Qalbu memiliki keunikan tersendiri, program ini tidak memiliki proses perencanaan tentang tema yang akan dibahas setiap minggunya. Jadi tema yang akan dibahas baru dapat diketahui oleh penyiar dan produser acara ketika Ustadz Arifin tiba di 89
Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 23 April 2008.
radio Music City pada hari Senin untuk mengisi acara Tazkia Qalbu, yaitu sekitar 30 menit atau satu jam sebelum program tersebut on air. Atau dengan kata lain, tema-tema yang diberikan oleh Ustadz bersifat dadakan. Namun hal ini dapat diterima oleh pihak radio Music City, meskipun mereka harus beradaptasi dengan cepat tentang penyampaian materi yang bersifat dadakan tersebut, tetapi mereka tetap dapat bersifat profesional. “Semua tema memang dari Ustadz langsung, jadi kami hanya sebagai mediator. Karena Ustadz yang lebih tahu tentang kondisi atau keadaan mad’unya, dan Ustadz paling tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat. Mereka sedang butuh pencerahan dan penyegaran seperti apa, Ustadz yang lebih kompeten, lebih paham dan lebih tahu. Jadi sebagai seorang Ustadz maka dia yang menentukan dan lebih paham tentang penentuan tema.”90
2. Pelaksanaan Setelah proses perencanaan untuk sebuah program selesai dilaksanakan, tahap produksi atau pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan akan menjadi proses selanjutnya. Tahap produksi di radio biasa disebut dengan proses siaran atau on air itu sendiri. Artinya, pengaplikasian dari konsep seperti apa program yang akan disiarkan, siapa narasumber dan penyiarnya, serta sasaran pendengar dari program tersebut.
90
Ibid.
Untuk program
Tazkia
Qalbu proses produksinya
sangat
sederhana, yaitu setiap hari Senin sore Ustadz Arifin datang ke radio Music City kemudian pada pukul lima sampai menjelang adzan Maghrib, Ustadz menyampaikan tausiyahnya di ruang siaran radio Music City. Di mana dalam proses siaran tersebut Ustadz Arifin tidak ditemani oleh penyiar, ia hanya ditemani oleh seorang operator untuk memutarkan lagu yang menyelingi penyampaian materi olehnya serta menyeleksi SMS dan telepon interaktif dari pendengar yang masuk. Meskipun pada awalnya ia ditemani oleh seorang penyiar, namun “beliau menyampaikan ke pimpinan radio Music City, bahwa beliau ingin siaran secara langsung tanpa MC atau penyiar, dan disetujui oleh pimpinan. Karena waktunya sangat-sangat sempit, sehingga kalau ada penyiar malah bisa lebih lama lagi. Jadi beliau inginnya langsung, agar interaktifnya ke jamaah lebih terasa. Jadi kalau ada yang tanya jawab, ada yang curhat, semuanya langsung. Hal ini sudah dilaksanakan cukup lama juga sejak dua atau tiga tahun yang lalu.”91 Selain itu, program Tazkia Qalbu merupakan program talk show yang ada di radio Music City yang selalu disiarkan dalam kesatuan program harian bernama Street Life. “Acara ini termasuk ke dalam acara Street Life yang disiarkan dari jam empat sore sampai delapan malam. Lalu dari jam empat sampai jam lima kita hanya ngobrol-ngobrol biasa, nah dari jam lima sampai jam enam baru ada program talk show yang
91
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008.
namanya Tazkia Qalbu. Jadi Tazkia Qalbu itu merupakan bagian dari acara Street Life, yang dari dulu memang sudah seperti ini.”92
a. Format Acara Dengan konsep berbagi rasa (sharing) serta mengulas tentang hablun minnanas dan hablun minnallah, pada dasarnya program Tazkia Qalbu memiliki format acara talk show (dialog interaktif). Yang disiarkan secara live dengan mengundang interaktif berupa tanya jawab antara MC Friends (nama panggilan untuk pendengar radio Music City), dengan Ustadz Arifin Ilham sebagai narasumber dan dipandu oleh seorang penyiar. Namun seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kini selama proses siaran program Tazkia Qalbu berlangsung, Ustadz Arifin tidak lagi ditemani oleh seorang penyiar. Sehingga kini program Tazkia Qalbu memiliki dua macam format siaran. Yang pertama, jika Ustadz Arifin yang mengisi sendiri maka formatnya adalah Ustadz berperan sebagai narasumber yang menyampaikan tausiyah, sekaligus penyiar yang membuka dan menutup acara serta membacakan SMS dan menjawab telepon yang masuk. Tentunya ditemani oleh seorang operator siaran yang memutarkan musik dan iklan. Format kedua adalah jika Ustadz Arifin berhalangan hadir, maka Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra (seperti Ustadz Saefulloh, Ustadz Soleh Hasan, Ustadz Ali Nurdin, Ustadz Muslih Aziz, dan 92
Wawancara Pribadi dengan Mbak Melisa Razak, Penyiar dalam Program Tazkia Qalbu, Jakarta, 28 April 2008.
Ustadz Huda Nurul Sidik) yang akan menggantikan beliau mengisi acara sebagai narasumber . Dalam format yang kedua ini, narasumber hanya berperan untuk menyampaikan tausiyah dan menjawab pertanyaan yang masuk dari pendengar lewat SMS atau pun telepon, melalui seorang penyiar yang bertindak sebagai moderator. Kemudian tetap ada operator yang memutarkan lagu dan iklan. Dalam hal ini, format yang diberlakukan untuk Tazkia Qalbu sudah cukup efektif, terutama format ketika Ustadz Arifin mengisi sendiri. Karena sudah sesuai dengan karakteristik radio yaitu bersifat personal dan theatre of mind (merangsang imajinasi). Artinya penyampaian materi yang diberikan Ustadz Arifin dapat langsung dirasakan oleh lubuk hati pendengar. Sebab selama kurang lebih satu jam siaran, Ustadz Arifin memberikan materi, menjawab pertanyaan yang masuk, dan membuka serta menutup acara seorang diri. Beliau tidak ditemani penyiar sehingga pendengar terasa langsung berhadapan dan bercakap-cakap dengan Ustadz Arifin, dalam hal ini theatre of mind berlaku. Durasi yang tersedia untuk acara ini kurang lebih satu jam, sehingga pembagian waktunya dibagi menjadi empat slot (lima belas menit pertama) untuk setiap kali siaran.93 Sebab program ini turut memasukan unsur musik yang menyelingi pembicaraan yang sedang terjadi.
93
Berdasarkan informasi dari Mas Ari, Produser Acara di radio Music City, Jakarta, 26 Maret 2008.
Lima belas pertama diisi untuk pembukaan acara, pendahuluan tema dari narasumber, diputar dua buah lagu dan promo/iklan. Kemudian lima belas menit ke dua diisi untuk pembahasan tema oleh Ustadz Arifin, serta memutarkan dua buah lagu dan promo/iklan. Hanya saja untuk slot kedua ini interaktif dengan pendengar melalui SMS dan telepon sudah mulai dilakukan. Lalu untuk lima belas menit ketiga dan keempat juga sama susunannya, yaitu memutarkan lagu, memutarkan promo/iklan, serta interaktif dengan MC Friends. Yang membedakan di slot ketiga dan keempat ini adalah, pada slot ketiga narasumber masih membahas tentang tema yang diangkat, sedangkan pada
slot
keempat
pembahasan
hanya
sedikit
karena
lebih
diprioritaskan untuk kesimpulan tema. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rundown (susunan acara) program talk show untuk radio Music City di bawah ini. Tabel 3 Rundown Acara Talk Show Tazkia Qalbu Durasi (menit)
Kegiatan
00-01
Penyebutan Stasiun ID dan Opening Program
01-06 06-09
Talk 1 dan Prolog (Perkenalan Narasumber dan Tema) Lagu 1
09-12
Promo/Iklan dan Penyebutan Stasiun ID
12-15
Lagu 2
15-23 23-26
Talk 2 (Pembahasan SMS/Telepon) Lagu 3
26-29
Promo/Iklan dan Penyebutan Stasiun ID
29-32
Lagu 4
Tema
dan
Buka
32-40 40-43
Talk 3 (Pembahasan SMS/Telepon) Lagu 5
43-46
Promo/Iklan dan Penyebutan Stasiun ID
46-49
Lagu 6
49-57
Talk 4 (Pembahasan dan Kesimpulan Tema dan Closing Program) Lagu 7
57-60
Tema
dan
Buka
Susunan dalam format talkshow radio Music City ini memang dirasa cukup baik. Karena meskipun program Tazkia Qalbu termasuk ke dalam kategori program dakwah, namun radio Music City tetap tidak ingin kehilangan jati dirinya. Yaitu sebagai radio yang bersegmentasi eksekutif muda dan memiliki konsep entertainment, informations, religious and lifestyle radio station (stasiun radio yang memiliki karakter hiburan, informasi, religi, dan gaya hidup). Sebab pada dasarnya “sebuah stasiun radio harus menyeimbangkan antara program informasi, pendidikan, dan hiburan. Di mana hal ini sudah diatur oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).”94 Sehingga radio Music City turut memasukkan unsur musik ke dalam program religi ini, bahkan musik yang diputar pun tidak harus musik yang bernuansa religi seperti program dakwah pada umumnya, terkadang pihak radio memutarkan lagu Barat dalam program ini. Bahkan ketika Ustadz Arifin yang menjadi narasumber, beliau terkadang suka memilih sendiri lagu yang akan diputar, dan biasanya beliau memilih lagu-lagu Barat tempo dulu. Hal tersebut tidak 94
Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 23 April 2008.
dipermasalahkan oleh pihak radio Music City, “Asalkan lagunya sesuai dengan format musik kita, pada dasarnya ya tidak apa-apa. Yang penting lagunya tidak terlalu kontras seperti jenis rock, atau ada unsur ketuhanannya. Karena kita juga tidak punya semua lagu nasyid.”95 Hal ini pun disadari oleh Ustadz Arifin sebagai narasumber, karena dapat dikatakan bahwa itu merupakan salah satu metode yang digunakan oleh Ustadz Arifin untuk mendekati para mad’unya. “Begitu orang mendengarkan musik, eh ternyata ada dakwahnya. Yang mungkin tadinya dia tidak ingin mendengar dakwah, tapi akhirnya dia mendengarkan, dan akhirnya dia lebih menikmati dakwah itu ketimbang musik sendiri.”96 Pendekatan yang dilakukan oleh Ustadz Arifin dan radio Music City untuk berdakwah lewat radio ini sudah sesuai dengan fungsi radio, yaitu sebagai alat hiburan dan alat pendidikan/informasi. Artinya Ustadz Arifin dan radio Music City berusaha untuk melebur dengan sasaran pendengar (mad’u) yang notabene adalah eksekutif muda dan akrab dengan musik-musik dari Barat. Sehingga pendengar dapat memperoleh hiburan dan pendidikan (tausiyah) secara bersamaan. Namun jika melihat dari susunan lagu yang diputar, yaitu sekitar dua buah lagu setiap menyelingi sekali pembicaraan, hal ini agaknya kurang tepat. Sebab durasi untuk narasumber menyampaikan materi dan menjawab interaktif dari pendengar akan terpotong oleh
95 Berdasarkan informasi dari Mas Ari, Produser Acara di radio Music City, Jakarta, 31 Maret 2008. 96 Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008.
lagu-lagu tersebut. Belum lagi ditambahnya durasi untuk iklan atau promo, maka jika dikalkulasikan durasi untuk narasumber berbicara hanya sekitar delapan menit setiap satu slotnya. Tentunya waktu yang minim ini kurang efektif bagi mad’u menerima pesan dakwah yang disampaikan da’i.
b. Waktu Acara Waktu yang dipilih untuk menyiarkan program Tazkia Qalbu adalah hari Senin, selama kurang lebih satu jam yaitu dari pukul lima sore sampai menjelang adzan Maghrib. Pemilihan hari Senin, “tidak lepas dari kinerja bagian program, produksi, maupun tim manajemen untuk merancang sebuah program, termasuk menentukan hari yang cocok. Tapi di sisi lain juga harus diperhatikan aspek narasumber, atas kefleksibelan waktu yang mereka miliki. Jadi tidak tergantung hari Senin, kalau misalnya fleksibelnya di hari Selasa dan seterusnya, tentu akan dikomitmenkan seperti itu. Selain itu alasan pemilihan hari Senin adalah karena setiap hari Senin, orang biasanya merasa lelah untuk beraktifitas kembali setelah weekend dua hari, dan mungkin di sinilah mereka butuh penyejukan.”97 Sedangkan untuk waktu siarnya, yaitu sejak pukul lima sore sampai menjelang adzan Maghrib, memang dirasa cukup tepat. Meskipun biasanya program dakwah disiarkan pada pagi hari, yaitu sekitar pukul lima sampai enam pagi setelah waktu Subuh, akan tetapi 97
Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 23 April 2008.
radio Music City mencoba mencari celah lain untuk menyiarkan program dakwahnya. Pada pukul lima sampai enam sore, masyarakat (baik eksekutif muda ataupun karyawan) pada umumnya sedang berada di jalan menuju rumah setelah seharian beraktifitas. Sehingga program Tazkia Qalbu kiranya dapat menemani perjalanan MC Friends agar lebih bermanfaat dengan tausiyah dan lagu yang diputar, daripada hanya sekedar mendengarkan musik saja. Dan ini sesuai dengan karakteristik radio yang bersifat mobile (dapat dibawa ke mana-mana). Ternyata pemilihan waktu tersebut tidak hanya mampu menarik pendengar dari kalangan eksekutif muda atau karyawan saja yang menjadi sasaran pendengar dari radio Music City, namun masyarakat umum seperti ibu rumah tangga, pelajar SMA dan mahasiswa, banyak juga yang mendengarkan program Tazkia Qalbu. Pemilihan waktu siar pada sore hari memang cukup tepat, apalagi mendekati waktu Maghrib. Sehingga pendengar dapat mendengarkan Tazkia Qalbu sambil menunggu adzan Maghrib berkumandang. “Bahkan banyak pendengar dari radio lain yang turut mendengarkan program Tazkia Qalbu. Yang biasanya mereka tidak mendengarkan radio Music City, namun pada hari Senin, pukul lima sore, mereka akan memutar gelombang ke Music City FM untuk mendengarkan program Tazkia Qalbu.”98
98
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008.
3. Evaluasi Sedangkan untuk proses akhir, program ini tidak mempunyai tahap pasca produksi karena disiarkan secara live (langsung). Yang ada hanya tahap evaluasi, itu pun tidak khusus untuk program ini saja, sebab di radio Music City hanya terdapat rapat evaluasi karyawan sekaligus program secara keseluruhan yang diadakan kira-kira setiap tiga bulan sekali. “Kita cuma ada rolling tugas aja. Jadi setiap penyiar atau operator itu tidak selalu ada di satu program. Tapi itu juga tidak harus tiga bulan sekali, bisa lebih atau kalau misalnya ada operator yang jenuh di suatu acara maka dia bisa minta rolling ke atasan langsung, biasanya langsung ke produser. Sedangkan kalau penyiar itu tidak di-rolling setiap tiga bulan sekali, itu tergantung dari kesiapan mereka aja.”99 Selain agar semua penyiar dan operator bisa merasakan mengisi program-program yang ada di radio Music City, pertukaran jadwal untuk penyiar dan operator dilakukan karena mayoritas dari karyawan radio Music City adalah karyawan yang bekerja paruh waktu (part time), sehingga perubahan jadwal dirasa perlu. Jadi dalam pelaksanaannya, evaluasi untuk program dilaksanakan bersifat langsung. Artinya, ketika misalnya penyiar melakukan sedikit kesalahan dengan tidak fokus dengan tema yang dibicarakan, maka produser acara berhak untuk menegurnya. Kemudian ketika ada kekurangan-kekurangan lain dalam program ini maka secepatnya
99
Wawancara Pribadi dengan Mas Syamlani, Operator Siaran dalam Program Tazkia Qalbu, Jakarta, 28 April 2008.
dibicarakan dengan pihak-pihak yang terkait untuk segera dicari jalan keluarnya.100
E. Kegiatan Dakwah dalam Program Tazkia Qalbu Dalam pembahasan tentang kegiatan dakwah ini, peneliti akan membahasnya berdasarkan unsur-unsur yang ada dalam ruang lingkup dakwah, yaitu da’i, mad’u, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah. 1. Da’i Untuk program Tazkia Qalbu yang disiarkan oleh radio Music City, yang menjadi da’i adalah Ustadz Arifin Ilham. Atau jika beliau berhalangan hadir, maka Ustadz utusanlah yang menjadi da’inya. Sedangkan yang menjadi mad’unya adalah para pendengar radio Music City (MC Friends), khususnya yang mendengarkan program Tazkia Qalbu. Sebagai seorang da’i, Ustadz Arifin telah berperan cukup banyak untuk program ini, bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu ujung tombak dari berlangsungnya acara tersebut. Beliau telah cukup piawai dalam menyampaikan materi, sehingga pendengar (mad’u) yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (bukan hanya kaum eksekutif muda saja), dapat terbawa emosinya, terhipnotis, dan terus mendengarkan program Tazkia Qalbu tanpa merasa jenuh apalagi digurui. Ustadz Arifin mempunyai keyakinan bahwa dakwah yang sesungguhnya adalah mendakwahi diri sendiri, dan beliau pun menerapkan 100
Wawancara Pribadi dengan Mbak Melisa Razak (Penyiar program Tazkia Qalbu) dan Mas Ari (Produser Acara radio Music City).
dakwah yang bersifat lahir batin. Beliau memiliki prinsip, “Siapa yang tidak mampu me-manage dirinya dengan baik, dia tidak akan mampu memanage orang lain dengan baik.”101 Hal tersebut tentu sangat menarik perhatian mad’u. Meskipun mad’u tidak dapat menyaksikan secara langsung tausiyah yang disampaikan oleh da’i, namun karena program Tazkia Qalbu merupakan acara yang disiarkan melalui media radio yang bersifat dengar (auditif), di mana menurut beberapa pakar psikolog, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga.102 Tentulah perkataan seorang da’i akan langsung dapat menyentuh hati si mad’u. Sehingga pemilihan tutur bahasa yang baik, kata-kata yang mengandung hikmah, dan intonasi yang tepat menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Di samping itu, pada hakikatnya dakwah adalah mengajak manusia (muslim atau pun non muslim) kepada jalan Allah dengan menyampaikan dari hati ke hati. Sebab, “inti dalam tingkah laku dan ulah manusia adalah hati (qalbunya), dan pancaran wahyu serta sasaran agama tertuju ke hati manusia.”103 Maka tiga bekal utama seorang da’i, yaitu pemahaman yang benar dan tepat serta mendalam tentang ilmu dakwah, keislaman, dan pengetahuan umum, keimanan yang kokoh, dan hubungan yang kuat
101
Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008. 102 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. 1, h. 123. 103 Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), Cet. 1, h. 108.
dengan Allah, mutlak diperlukan untuk menyampaikan dakwahnya. Dan nampaknya Ustadz Arifin sebagai figur seorang da’i, sedikit banyak telah mampu memenuhi kriteria tersebut. Meskipun masih ada beberapa hal yang
perlu
ditingkatkan,
misalnya
seperti
penyampaian
tentang
pengetahuan umum yang kurang.
2. Mad’u Pada dasarnya, karakteristik pendengar Tazkia Qalbu sama dengan karakteristik pendengar radio Music City pada umumnya. Yaitu mayoritas adalah perempuan dan berusia antara 24-30 tahun, meskipun tidak tertutup kemungkinan terdapat pendengar yang usianya di bawah atau di atas 24 tahun.104 Kemudian berasal dari daerah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok, Bekasi, dan Bogor. “Banyaknya pendengar dari daerah-daerah tersebut karena mengingat pemancar radio Music City berada di daerah Cibubur. Di mana daerah Cibubur sangat berdekatan dengan daerah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok, Bekasi, dan Bogor.”105 Dengan latar belakang yang beragam dari mad’u tersebut, kiranya penyampaian materi yang disampaikan oleh Ustadz Arifin dengan cara tidak menggurui dan penuh kesabaran, memudahkan mad’u untuk menyerap pesan yang diberikan. Selain itu bahasa yang digunakan oleh Ustadz bukanlah bahasa ilmiah atau bahasa dari suku tertentu, tapi Ustadz Arifin menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari yang dimengerti oleh
104
Wawancara pribadi dengan Mas Ari, Program Director radio Music City, Jakarta, 16
Juni 2008. 105
Berdasarkan informasi dari Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City, Jakarta, 11 Juli 2008.
mad’unya yang berasal dari tingkat pendidikan beragam tersebut. Sehingga “banyak jamaah yang menjadi rutin mengikuti kegiatan-kegiatan dzikir yang diadakan oleh Ustadz Arifin atau pun Majelis Az-Zikra, yang pada awalnya adalah pendengar setia program Tazkia Qalbu.”106 Di samping itu, seringnya Ustadz Arifin menggantikan diri dengan Ustadz-ustadz dari Majelis Az-Zikra untuk menjadi narasumber, nampaknya tidak menjadi masalah yang berarti bagi pendengar (mad’u) program Tazkia Qalbu. Karena sampai saat ini program tersebut tetap diminati oleh MC Friends, dan telah menjadi salah satu program unggulan, bahkan didengarkan oleh pendengar yang aslinya bukan pendengar radio Music City.
3. Materi Dakwah Dalam hal materi dakwah, seperti telah disinggung dalam pembahasan mengenai proses pelaksanaan program Tazkia Qalbu di atas, pihak radio menyerahkan kepada Ustadz Arifin dalam hal penentuan tema atau materi yang akan disampaikan setiap kali siaran. Karena pihak radio menganggap Ustadz Arifin lebih paham tentang kondisi mad’unya, beliau lebih tahu apa yang sedang dibutuhkan oleh mereka. Jadi radio Music City lebih berperan hanya sebagai mediator. Ustadz Arifin pun kembali kepada konsep awal, yaitu Tazkia Qalbu atau membersihkan hati tersebut. Maka materi-materi yang akan disampaikan meliputi hablun minnanas dan hablun minnallah, yang terdiri 106
Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008.
dari akidah (keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (budi pekerti). Pada poin terakhirlah Ustadz lebih menekankan isi materinya, yaitu “lebih menekankan pada akhlak atau ikhsan. Jadi setelah hamba Allah itu beriman, kemudian dia melaksanakan syariat, lalu lebih banyak kepada pembersihan hati dan dzikir.”107 Tentunya isi pesan atau materi yang disampaikan pada mad’u tersebut, bersumber dari al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama.
4. Media Dakwah Seperti diketahui umum, bahwa Ustadz Arifin berdakwah tidak hanya menggunakan media radio. Beliau juga kerap menggunakan televisi sebagai media dakwahnya dan dzikir-dzikirnya yang bersifat personal. Namun ternyata Ustadz Arifin menganggap radio memang efektif untuk berdakwah. Meskipun kini banyak media lain yang lebih canggih daripada radio, tapi beliau berpendapat bahwa radio lebih efektif daripada televisi. Hal ini mengingat dari karakteristik radio yang bersifat personal, mobile, dan memiliki kelebihan dapat menjangkau khalayak secara lebih luas dan merakyat. “Karena kalau lewat radio orang bisa lebih santai, kemudian bersifat tidak sengaja, dan awal dzikir beberapa jamaah itu melalui radio, bukan dari TV.”108
107 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008. 108 Wawancara Pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu, Depok, 13 Mei 2008.
5. Metode Dakwah Oleh karena dakwah yang dilakukan Ustadz Arifin kepada mad’u adalah melalui radio, maka tentu metode dakwahnya bersifat dakwah bil lisan (melalui ucapan), yang di dalamnya terdapat al-mau’idzatil hasanah atau nasihat-nasihat yang baik. Jadi dengan tema atau materi yang berbobot saja rasanya tidak akan efektif kalau penyampaiannya kurang tepat. Sehingga untuk mengajak seseorang (mad’u) senantiasa berada di jalan Allah, salah satu caranya adalah dengan memberikan nasihat atau membimbing mereka dengan lemah lembut. Agar nantinya mereka mau ber-amar ma’ruf nahi mungkar dengan tulus hati, tanpa merasa terpaksa. Karena tujuan seorang da’i berdakwah tentunya adalah mengajak umat manusia (baik mukmin, kafir, maupun musyrik) kepada jalan yang benar, yang diridhoi Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Selain itu, dengan penyampaian yang diselingi dengan sedikit humor, Ustadz Arifin menyampaikan tausiyahnya dengan bahasa yang lugas, tidak formal, dan berusaha mengimbangi pemahaman dari pendengar radio Music City. Agar pesan dakwah yang disampaikan olehnya lebih mudah di pahami oleh si mad’u. Contohnya ketika beliau menjawab sebuah pertanyaan melalui SMS yang masuk, beliau menerapkan metode yang bersifat lembut dan tidak menggurui. Begitu pula dalam komunikasinya dengan karyawan radio Music City, meski pada awalnya beliau disegani oleh karyawan, namun dengan pendekatan bersikap tidak eksklusif, kini para karyawan radio Music City
sudah cukup akrab dengan sosok Ustadz Arifin Ilham. “Bahkan terkadang mereka suka meminta agar dapat hadir ke radio lebih awal, agar dapat memberikan tausiyah kepada mereka terlebih dahulu sebelum siaran.”109
6. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah yang ingin Ustadz Arifin capai adalah “Tazkia Qalbu” itu sendiri, karena Tazkia Qalbu artinya adalah menyucikan hati maka beliau berharap agar hati umat dapat menjadi bersih. “Kalau hati sudah bersih maka pikiran akan jernih. Kalau hati bersih doa akan mustajab, firasat tajam, dan akhlak karimah tumbuh. Hati yang bersih mengundang perhatian para malaikat, hati yang bersih akan menjadi tenang, damai, bahagia. Negeri ini butuh hati yang bersih, apalagi keadaan carut marut seperti sekarang ini. Kita butuh Tazkia Qalbu.”110 Selain itu dalam kegiatan dakwahnya, Ustadz Arifin sangat mengedepankan proses kaderisasi atau regenerasi. Maka sejak tahun 2006 Ustadz Arifin mulai mengurangi jadwal tausiyahnya di radio Music City. Beliau kerap mengirimkan kader-kadernya atau bisa juga disebut sebagai Ustadz utusan dari majelis yang ia bina, yaitu Majelis Az-Zikra. Sahabatsahabatnya tersebut kerap didaulat untuk menjadi narasumber “pengganti” Ustadz Arifin, tentunya dengan jadwal yang telah diatur sedemikian rupa. Karena Ustadz berprinsip, dakwah tidak bisa bersifat one man show. Hal ini pun tidak hanya berlaku untuk dakwahnya melalui media radio saja,
109 110
Ibid. Ibid.
melalui media televisi, apalagi melalui ceramah langsung pun beliau menerapkan kaderisasi tersebut.
F. Kelebihan dan Kekurangan Program Tazkia Qalbu Dari pemaparan tentang proses pelaksanaan dan kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu di atas, tentu terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh program tersebut. Kelebihan itu antara lain: 3. Kelebihan Program Tazkia Qalbu a. Dimasukkannya unsur musik (lagu) ke dalam program dakwah ini cukup unik. Sebab terkadang lagu yang diputar bukanlah lagu religi, melainkan lagu Barat (berbahasa Inggris). Hal ini membuktikan bahwa dakwah tidak harus identik dengan lagu religi dan bersifat universal. b. Penempatan waktu yaitu hari Senin, dirasa sudah tepat. Karena pada hari itu masyarakat memang lebih membutuhkan spirit untuk mengawali rutinitasnya selama beberapa hari ke depan. Selain itu masih jarang sekali program dakwah di radio yang disiarkan pada hari Senin, karena biasanya program dakwah disiarkan pada hari Jumat. c. Pemilihan jam siar yang cukup efektif, yaitu pukul lima sore sampai menjelang adzan Maghrib. Sebab pada waktu tersebut, masyarakat sudah banyak yang selesai dengan rutinitas hariannya. Pukul 16.0018.00 masih bisa dikategorikan dalam waktu sore hari, di mana audien yang tersedia adalah karyawan yang pulang dari tempat kerja, remaja, dan ibu rumah tangga. Sehingga program Tazkia Qalbu dapat didengarkan oleh semua kalangan. “Soalnya penempatan waktunya itu
kan prime time, jadi dapat mengisi kekosongan orang yang ada di jalan misalnya, dan itu cocok banget.”111 d. Pemilihan Ustadz Arifin Ilham sebagai narasumber memang cocok untuk mengisi acara ini. Kekhasan yang dimiliki oleh Ustadz Arifin dalam menyampaikan tausiyahnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pendengar radio Music City. Di samping itu, Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra pun tidak kalah bagusnya dari Ustadz Arifin ketika menyampaikan materi. e. Pemilihan penyiar (Mbak Melisa Razak) yang dapat mengimbangi pembicaraan yang disampaikan oleh Ustadz dari Majelis Az-Zikra (seperti Ustadz Saefulloh, Ustadz Soleh Hasan, Ustadz Ali Nurdin, Ustadz Muslih Aziz, dan Ustadz Huda Nurul Sidik) sudah cukup tepat. f. Format acara yang diterapkan dalam program ini sudah cukup baik. Di mana narasumber (Ustadz Arifin) siaran seorang diri tanpa ditemani penyiar, sehingga penyampaian tausiyah terasa lebih personal dan tanpa jarak antara da’i dan mad’u. Sehingga mad’u pun tidak merasa sungkan untuk menanyakan hal yang tidak diketahui atau pun curhat dengan Ustadz.
4. Kekurangan Program Tazkia Qalbu Setelah melakukan observasi selama kurang lebih satu bulan dan berdasarkan hasil wawancara pribadi, juga analisis yang dilakukan
111
Wawancara Pribadi dengan Mbak Melisa Razak, Penyiar dalam program Tazkia Qalbu, Jakarta, 28 April 2008.
peneliti, program Tazkia Qalbu memiliki beberapa kekurangan, antara lain: a. Durasi waktu yang hanya kurang lebih satu jam dirasa kurang mencukupi kebutuhan mad’u untuk menerima tausiyah. Hal ini pun dirasakan oleh narasumber Tazkia Qalbu yang merasa “waktunya sangat-sangat sempit.”112 b. Tidak adanya penentuan tema secara sistematis, membuat tema-tema yang dibahas setiap minggunya kurang tersusun dengan baik. Akibatnya tema yang disampaikan tidak runut. c. Ada beberapa Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra yang karakternya agak berbeda dengan Ustadz Arifin. d. Isi pesan yang disampaikan terkadang tidak tersusun secara efektif dan sesederhana mungkin, sehingga tema yang diberikan kurang mengena karena terbatas durasi. e. Materi yang dibahas terkadang bersifat kurang up to date atau aktual. Bahkan terkadang materinya yang sudah sering didengar oleh mad’u dalam ceramah-ceramah yang disampaikan di masjid-masjid atau majelis taklim.
112
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra, Jakarta, 16 Juni 2008.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Proses perencanaan untuk program Tazkia Qalbu berupa penentuan tema yang akan dibicarakan setiap minggunya. Temanya tidak ditentukan oleh pihak radio, melainkan dari pihak Ustadz Arifin Ilham sendiri. Untuk proses produksinya sangat sederhana, yaitu proses siaran atau on air itu sendiri. Dalam proses ini Ustadz tidak ditemani oleh penyiar, beliau hanya ditemani oleh seorang operator untuk memutarkan lagu serta menyeleksi SMS dan telepon interaktif dari pendengar yang masuk. Sedangkan untuk tahap evaluasi, proses ini hanya sebatas evaluasi karyawan dan program secara menyeluruh. 2. Kegiatan dakwah dalam program Tazkia Qalbu meliputi da’i, mad’u, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah sudah cukup baik, apalagi radio memang cukup efektif digunakan sebagai media dakwah. Dari unsur da’i, Ustadz Arifin telah berperan cukup banyak untuk program ini, bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu ujung tombak acara. Dengan latar belakang beragam yang dimiliki mad’u, penyampaian materi yang meliputi hablun minnanas dan hablun minnallah, dan terdiri dari akidah (keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (budi pekerti), serta bersumber dari al-Quran dan Hadits disampaikan oleh Ustadz Arifin dengan
cara
tidak
menggurui.
Di
samping
itu
beliau
sangat
mengedepankan proses kaderisasi atau regenerasi, Ustadz Arifin kerap
76
mengirimkan kader-kadernya atau bisa juga disebut sebagai Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra. 3. Hal-hal yang menjadi kelebihan program Tazkia Qalbu antara lain dimasukkannya unsur musik yang menyelingi penyampaian materi, penempatan waktu dan jam siar yang tepat, pemilihan Ustadz Arifin Ilham sebagai narasumber, dan format acara yang diterapkan. Sedangkan kekurangan program Tazkia Qalbu antara lain durasi yang hanya kurang lebih satu jam, tidak adanya penentuan tema secara sistematis, dan materi yang dibahas terkadang bersifat kurang up to date atau aktual.
B. Saran-saran 1. Untuk pihak radio, sebaiknya durasi waktu selama satu jam agar ditambah lagi 30 menit. Misalnya dengan memajukan jam siaran menjadi pukul setengah lima sore sampai menjelang adzan Magrib. Agar program religi Tazkia Qalbu dapat berperan secara maksimal sebagai mediator bagi Ustadz Arifin menyampaikan materi dakwahnya kepada MC Friends. 2. Jika waktunya tidak ingin ditambah, maka sebaiknya jumlah lagu yang menyelingi pembicaraan agar dikurangi. Sehingga sisa waktu yang ada dapat digunakan untuk menambah durasi penyampaian materi atau interaktif narasumber dan pendengar. Sedangkan pemilihan waktu siar pada hari Senin sore agar tetap dipertahankan. 3. Untuk perbandingan musik dan kata dalam program Tazkia Qalbu yang berbanding 60% untuk musik dan 40% untuk kata, agar diperbaiki. Sebab karena format program Tazkia Qalbu adalah talk show, maka seyogyanya
prosentase untuk kata lebih besar. Selain itu supaya materi yang dibahas dapat dijelaskan secara tuntas, dan pertanyaan dari pendengar dapat terjawab dengan jelas sehingga tidak menimbulkan pertanyaan baru di benak MC Friends. 4. Sebaiknya diadakan evaluasi untuk program Tazkia Qalbu dan programprogram lain yang ada di radio Music City. Sebab manfaat evaluasi adalah agar pihak radio dapat mengetahui mutu program, dan dapat meningkatkan kualitas program dengan mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi. 5. Dari segi tema yang ditentukan oleh Ustadz Arifin Ilham atau pun Majelis Az-Zikra, sebaiknya diberikan tema atau materi yang bersifat lebih kekinian, agar dakwah tidak cenderung bersifat itu-itu saja. Misalnya dengan mengangkat tema pergaulan bebas, narkoba, AIDS, dan lain-lain. Atau paling tidak mengambil contoh kasus materi yang disampaikan dari hal-hal yang bersifat aktual. 6. Agar Ustadz Arifin Ilham dapat mengisi program Tazkia Qalbu paling tidak satu kali dalam sebulan. Sehingga kaderisasi tetap berjalan, namun pendengar tetap tidak kehilangan sosok Ustadz Arifin sebagai narasumber utama program ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Komala, Lukiati. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Azmy, Ana Sabhana. ”Respon Warga Depok Terhadap Program Tazkia Qalbu di Radio 107,5 FM Music City.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Badruttamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. CBB News Team. “The Power of Radio.” Makalah pelatihan radio, kerjasama P2KM dengan Radio CBB FM, 2006. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. Ghazali, M. Bahri. Da’wah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Gilang, Omar Abidin. “Format Siaran Radio.” Dalam Moeryanto Ginting Munthe, ed. Media Komunikasi Radio. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996: h. 62. Gunadi, YS., ed. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo, 1998. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset, 1989. Hasanudin. Manajemen Dakwah. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah, dengan Pendekatan Kualitiatif. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Jahi, Amri, ed. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negaranegara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia, 1988. Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004.
79
Masyhudi, Sifak. “Produksi Siaran Radio dan Televisi.” Diktat Perkuliahan S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Morissan. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005. Muis, Andi Abdul. Komunikasi Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001. Pratanto, Pius A. dan Al-Barri, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994. Rafi’udin dan Djaliel, Maman Abdul. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Kumpulan Makalah Seminar Nasional Dakwah Sebagai Ilmu, 10-11 Agustus 1992, Fakultas Dakwah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Da’wah Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993. Shomad, Idris A. “Ilmu Dakwah.” Diktat Perkuliahan S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004. Sulaiman, Jundah. “Radio Sebagai Media Da’wah.” Da’wah; Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan Budaya, Vol. X no. 2. 2003: 120-123. Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Tim Penyusun Kamus Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor: Ghalia Indonesia. Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo, 2006.
Wawancara dan Lainnya Profil perusahaan radio Music City. Wawancara Pribadi dengan Mas Adhie Taufik, Manajer Operasional radio Music City. Jakarta, 23 April 2008. Wawancara pribadi dengan Mas Ari, Produser Acara di radio Music City. Jakarta, 31 Maret 2008. Wawancara pribadi dengan Ustadz H.M. Arifin Ilham, Narasumber program Tazkia Qalbu. Depok, 13 Mei 2008. Wawancara Pribadi dengan Mba Melisa Razak, Penyiar dalam program Tazkia Qalbu. Jakarta, 28 April 2008. Wawancara pribadi dengan Ustadz Saefulloh, Koordinator Ustadz utusan dari Majelis Az-Zikra. Jakarta, 16 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Mas Syamlani, Operator Siaran dalam Program Tazkia Qalbu. Jakarta, 28 April 2008.