BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis dari konsep belajar sebagai proses knowledge management. Selain itu, akan dijabarkan pula konsep fundamental dari knowledge library yang mencakup: pemetaan posisi knowledge library di dalam proses belajar, apa yang membedakannya dari digital library, dan bagaimana konteks pengetahuan yang dimaksud dalam sistem ini.
3.1 Belajar sebagai Proses Knowledge Management (KM) Belajar sesungguhnya merupakan proses natural yang dilakukan oleh setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru. Belajar telah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar, sama seperti kebutuhan manusia untuk makan dan minum demi memenuhi kebutuhan fisiknya. Artinya, manusia akan mampu mempertahankan hidupnya hanya jika ia mampu belajar (berubah) - atau, belajar merupakan syarat untuk dapat hidup [TJA06]. Ditinjau dari berbagai definisi belajar di subbab 2.4, ada empat sudut pandang untuk memahami makna belajar, yaitu: 1. Dari sudut pelaku, belajar dilakukan oleh organisme atau individu. 2. Dari sudut pandang proses, belajar dilakukan melalui proses latihan, pembelajaran, menjelajahi, menelusuri, mengalami, modifikasi perilaku, penyesuaian kondisi, dan sebagainya. 3. Dari sudut pandang tujuan, belajar dilakukan untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan. 4. Dari sudut pandang hasil, hasil belajar dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku, kebiasaan, cara pandang, atau pribadi. Di dalam [SHA04] disebutkan beberapa komponen atau elemen belajar, di antaranya adalah pembelajar, instruktur, materi atau content, aktivitas, dan teknologi. Dalam proses belajar individual, kehadiran instruktur atau pendidik bukanlah sesuatu yang mutlak. Murid dapat belajar mandiri secara aktif menurut langkah-langkah tertentu atau menurut pemikirannya sendiri. Aktivitas ini disebut juga dengan proses belajar mandiri atau individual.
III-1
III-2 Keseluruhan komponen atau elemen belajar dibungkus dalam sebuah lingkungan belajar. Dari sudut pandang pelakunya, lingkungan ini dapat dibedakan menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal mencakup pribadi manusia yang belajar serta segala strategi yang dipikirkannya untuk belajar, misalnya tujuan, motivasi dan metode. Sedangkan, lingkungan eksternal adalah segala sesuatu di luar pribadi pembelajar yang turut memberikan kontribusi dalam proses belajar. Dilihat dari prosesnya, aktivitas belajar tak ubahnya seperti rangkaian proses knowledge management (KM) sebab dalam proses belajar terjadi aliran pengetahuan. Berikut ini adalah ilutrasi mengenai keterkaitan proses belajar terhadap tahapan aliran pengetahuan. 1. Knowledge creation (penciptaan pengetahuan) Dalam proses ini, pembelajar menyerap sejumlah informasi atau pengetahuan dan kemudian menyimpannya sementara di memori untuk kemudian diolah. Pengetahuan manusia akan terbentuk jika struktur informasi yang dimiliki dalam neuron-neuronnya cukup untuk memahami makna dari masalah yang dihadapinya [TJA06]. Oleh sebab itu, pada proses inilah pembelajar akan berusaha untuk memperoleh sumber belajar yang relevan sebagai modal untuk membentuk pengetahuan baru. 2. Knowledge retention (penyimpanan pengetahuan) Salah satu kunci untuk belajar adalah kemampuan otak untuk mengubah hasil pengalaman belajar (baik data, informasi maupun pengetahuan) yang ada menjadi sandi dan menyimpannya agar di kemudian hari dapat dipanggil kembali. Meskipun demikian, otak tak selalu menyandikan hasil pengalaman tersebut secara permanen, kecuali jika manusia memacu pikiran sadarnya untuk mengingat semua itu, misalnya dengan berusaha berulangulang menghapalkan data tertentu. Oleh sebab itu, pembelajar membutuhkan media yang dapat menjadi wadah untuk menyimpan hasil pengalaman belajarnya. Proses untuk menyimpan hasil pembentukan pengetahuan ini disebut dengan knowledge retention atau penyimpanan pengetahuan. Dalam proses belajar konvensional, media penyimpanan dapat berupa buku catatan atau tape recorder. Kini, keberadaan teknologi informasi juga dapat menjadi alternatif sistem yang mendukung kebutuhan knowledge retention. 3. Knowledge sharing (penyebaran pengetahuan) Pengetahuan hasil belajar akan lebih bermanfaat jika dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Oleh sebab itu, pengetahuan perlu dikomunikasikan kepada pembelajar lain. Dalam General Knowledge Model (lihat subbab 2.2.2), proses pemindahan pengetahuan ini disebut dengan istilah knowledge transfer. Namun, dalam konteks belajar yang dibahas dalam tugas akhir ini, akan digunakan istilah knowledge sharing karena lebih menggambarkan proses
III-3 pemindahan pengetahuan sekaligus pemanfaatannya secara menyeluruh - di mana pengetahuan tidak hanya dipindahkan, namun juga disebarkan. 4. Knowledge utilization (penggunaan pengetahuan) Esensi dari proses belajar baru dapat terlihat setelah manusia mengaplikasikannya dalam kehidupan. Dalam konteks organisasi bisnis, knowledge utilization terjadi ketika hasil belajar diintegrasikan dalam proses bisnis organisasi. Di luar konteks organisasi bisnis, knowledge utilization tetap dapat diterapkan dengan memandang masyarakat sebagai organisasi. Pembelajar dapat mengaplikasikan pengetahuan hasil belajarnya dengan memberikan konstribusi dalam kehidupan masyarakat, misalnya dengan mengarsipkan pengetahuan hasil belajar sehingga dapat dibaca orang lain atau membantu memecahkan persoalan yang dihadapi orang lain.
3.2 Knowledge Library Sebagai Sistem Pendukung Proses Belajar Berkembangnya teknologi beberapa tahun terakhir ini telah menyediakan infrastruktur dasar yang dapat membantu proses belajar, salah satunya adalah digital library (DL). DL merupakan sumber daya yang dapat menyimpan koleksi suatu institusi. Saat ini DL juga menjadi gerbang atau portal yang menyediakan account dan password untuk masuk ke online resource prabayar, seperti IEEE Explore, ACM, dan Proquest. Di Indonesia sendiri, telah banyak institusi pendidikan yang mengimplementasikan DL sebagai sistem untuk menyediakan materi belajar, misalnya: ITB (http://digilib.itb.ac.id), Universitas Brawijaya (http://digilib.brawijaya.ac.id), dan Universitas Airlangga (http://digilib.unair.ac.id). Dalam proses belajar, DL berperan sebagai sistem pendukung yang menyediakan materi belajar. DL dibutuhkan khususnya pada tahap di mana pembelajar melakukan pencarian sumber belajar sebagai modal untuk membentuk pengetahuan baru. Dilihat dari aliran pengetahuannya, tahap tersebut merupakan bagian dari knowledge creation. Namun, dengan memandang aktivitas belajar sebagai suatu proses KM, kebutuhan pembelajar terhadap alat pendukung tidak lagi sebatas penyediaan materi belajar saja. Selain knowledge creation, pembelajar juga membutuhkan dukungan fasilitas yang dapat mengakomodasi knowledge retention, knowledge sharing, dan knowledge utilization. Untuk kebutuhan tersebut, peran atau fungsionalitas DL perlu diberdayakan menjadi lebih optimal - tidak lagi sekedar sistem untuk mengelola informasi seperti yang disebutkan di berbagai definisi DL (lihat subbab 2.3), melainkan sebagai sistem untuk mengelola pengetahuan. Oleh sebab itu,
III-4 dalam pengembangan sistem ini, DL yang telah diperluas perannya ini akan dikenalkan sebagai sebuah terminologi baru, yaitu knowledge library (KL).
Gambar III-1 Pemetaan posisi antara proses belajar, aliran pengetahuan dan knowledge library (dari sudut pandang pembelajar)
Melalui Gambar III-1 diperlihatkan bagaimana posisi KL dalam proses belajar. Penempatan posisi KL ini dilihat dari sudut pandang pembelajar. KL digambarkan sebagai bagian dari lingkungan eksternal bersamaan dengan komunitas. Dalam konteks pembahasan ini, yang dimaksud dengan komunitas adalah pembelajar lain yang juga ikut menggunakan KL secara aktif. KL berperan sebagai alat pendukung yang menyediakan layanan sehingga kebutuhan pembelajar untuk melakukan knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing, dan knowlegde utilization dapat terpenuhi. Sebagai contoh, ketika pembelajar membutuhkan referensi belajar, KL menjadi media yang menjembatani aliran pengetahuan dari komunitas kemudian menyediakannya kepada pembelajar untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Contoh proses ini terjadi ketika pembelajar melakukan knowledge creation. Itu sebabnya terjadi aliran pengetahuan dari komunitas ke KL dan dari KL ke pembelajar. Aliran pengetahuan ini disimbolkan dalam bentuk garis panah dengan label knowledge creation. Saat pembelajar telah memperoleh pengetahuan baru dan ingin menyimpannya untuk kebutuhan pribadi, maka akan terjadi knowledge retention. Pada proses ini terjadi aliran pengetahuan dari pembelajar ke KL. Knowledge sharing dan knowledge utilization ditandai dengan adanya aliran pengetahuan dari pembelajar ke KL dan dari KL ke komunitas.
III-5 Knowledge utilization juga mungkin diterapkan oleh pembelajar ke komunitas tanpa melalui KL, misalnya ketika berinteraksi langsung dengan pembelajar lain.
3.3 Perbedaan Knowledge Library dan Digital Library Sebagai hasil dari perluasan fungsionalitas DL, KL memiliki perbedaan terhadap DL. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: 1. Tujuan perancangan Dilihat dari berbagai definisi DL pada subbab 2.3.1, DL dirancang sebagai sistem untuk mengelola koleksi informasi berbentuk digital serta menyediakan layanan untuk mengakses koleksi tersebut. Dalam hal ini, koleksi digital ini disebut sebagai sumber primer (primary resource). Sedangkan, KL dirancang sebagai sistem yang mengelola tidak hanya informasi, melainkan juga pengetahuan yang dialirkan selama proses belajar. Selain itu, konsep DL tidak eksplisit ditujukan sebagai alat pendukung proses belajar. Hal ini berbeda dengan KL yang memang digagas sebagai alat untuk mendukung proses belajar. 2. Fungsinya dalam proses belajar Dalam konteks belajar, DL menjadi sistem yang berfungsi untuk menyediakan sumber belajar, seperti: dokumen tekstual, video, audio, dan gambar. Dengan demikian, DL berperan dalam proses knowledge creation. Beberapa DL juga sudah mengakomodasi knowledge sharing di mana pengguna dapat menyumbangkan artikel sehingga bisa dijadikan
sumber
belajar
oleh
orang
lain,
misalnya
IlmuKomputer
(http://ilmukomputer.com). Dibandingkan dengan DL, KL tidak hanya memainkan peran sebagai penyedia sumber belajar saja, melainkan juga memberikan layanan untuk kebutuhan belajar secara lebih menyeluruh, mulai dari knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing, dan knowledge utilization. 3. Layanan yang disediakan KL mengakomodasi aliran pengetahuan secara menyeluruh. Sebagai kompensasinya, KL perlu menyediakan layanan yang juga lebih kompleks dari DL. Layanan KL juga harus dapat menjadi solusi bagi masalah yang umumnya dihadapi pembelajar dalam proses belajar, misalnya: kesulitan mencari sumber belajar, kebutuhan untuk menyimpan catatan hasil belajar, dan sebagainya. Ringkasan mengenai perbedaan antara DL dan KL dapat dilihat pada Tabel III-1.
3.4 Konteks Pengetahuan dalam Knowledge Library Jika KL dirancang sebagai sistem untuk mengelola pengetahuan, maka perlu dijelaskan mengenai konteks pengetahuan yang dimaksud dalam sistem ini. Pengetahuan dapat dipahami sebagai bagian tacit dari akumulasi tradisi dan pengalaman yang dimiliki seorang manusia.
III-6 Ketika pengetahuan diartikulasikan menjadi sesuatu yang explicit, maka selanjutnya disebut sebagai informasi. Asumsi ini dibangun berdasarkan pendapat dari Stenmark (lihat subbab 2.1.2). Selain berdasarkan asumsi tersebut, konteks pengetahuan dalam KL akan ditinjau dari community view. Menurut sudut pandang ini, pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari pemiliknya (knower) dan oleh sebab itu tidak mungkin disimpan dalam bentuk digital. Pengetahuan hanya dapat dideskripsikan melalui proses sosial, yaitu berupa aktivitas dan interaksi antar individual. Dengan demikian, pernyataan mengenai definisi pengelolaan pengetahuan dalam sebuah KL dapat dirangkum sebagai berikut: Knowledge library (KL) merupakan sistem yang mengelola pengetahuan yang dialirkan selama proses belajar berlangsung, mulai dari knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing dan knowledge utilization. Di dalam proses belajar, ‘objek’ pengetahuan itu sendiri dapat mengalir sebagai pengetahuan ketika berada di dalam pikiran pembelajar, namun dianggap sebagai informasi ketika diartikulasikan ke dalam bentuk yang explicit.
Selain itu, berdasarkan ruang lingkupnya, pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi pengetahuan individual dan kolektif. Lebih jauh lagi, pengetahuan kolektif dapat didekomposisi menjadi pengetahuan kelompok (group), organisasional, dan interorganisasional [PRA06]. Dalam KL, pengetahuan yang dikelola ada di level individual dan kelompok. Pengetahuan ada di level individual ketika pembelajar mengalirkan pengetahuan tersebut dalam proses belajar yang baru melibatkan dirinya sendiri, seperti knowledge creation dan knowledge retention. Sedangkan, pengetahuan kolektif muncul saat pembelajar juga melibatkan komunitas ataupun pembelajar lain, misalnya dalam aktivitas knowledge sharing dan knowledge utilization.
III-7 Tabel III-1 Perbedaan Digital Library (DL) dan Knowledge Library (KL)
Sudut Pandang Perbedaan
Digital Library (DL)
Knowledge Library (KL)
Menjadi sistem untuk mengelola koleksi informasi dalam berbagai format digital, baik teks, video, audio, gambar, dsb. Tujuannya tidak eksplisit untuk mendukung proses belajar.
Menjadi sistem untuk mengelola aliran pengetahuan yang terjadi di dalam proses belajar.
Fungsinya dalam proses belajar
Sebagai sistem yang mengakomodasi knowledge creation. Beberapa DL telah mengakomodasi knowledge sharing.
Sebagai sistem yang dapat mengakomodasi kebutuhan dalam proses belajar secara menyeluruh, mulai dari knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing, dan knowledge utilization.
Layanan yang disediakan
Pengelolaan dan pengaksesan koleksi informasi dalam format digital.
Perluasan dari layanan yang disediakan oleh DL menjadi sistem yang dapat mengelola pengetahuan yang dialirkan selama proses belajar.
Tujuan perancangan
Tujuannya eksplisit untuk mendukung proses belajar.