BAB III ANALISA PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR PEMUKIMAN 3.1 Permasalahan Umum Secara umum kondisi infrastruktur Kelurahan Padangkerta tergolong baik. Dipandang dari sisi jalan provinsi, jalan kabupaten serta jalan desa yang rata-rata keadaannya baik. Namun apabila dilihat secara rinci masih terdapat beberapa masalah umum yang biasa terjadi dalam suatu Desa. Masalah umum tersebut yakni: a. Jalan Rusak 1. Masih terdapat jalan rusak di Dausa (baru masuk lingkungan Dausa) sepanjang ±1 km dan belum mendapat penanganan perbaikan pada tahun 2016 ini. Jalan rusak juga masih terdapat di Lingkungan Kertasari yang tepatnya di lingkungan Perumahannya. 2. Masih terdapat jalan rusak di Temega Pekarangan, dekat dengan perempatan Temega Pekarangan dan Temega Sukra. 3. Masih terdapat jalan desa yang belum di aspal tepatnya di Lingkungan Temega Pekarangan. 4. Diperlukannya pengaspalan jalan ditambah sanderan menuju Pura Ulun Sui. 5. Perbaikan jalan dan pengaspalan jalan di depan Rumah Makan Pondok Mina. Dokumentasi Permasalahan Jalan Rusak:
Gambar 3.1 Jalan Rusak di Lingkungan Dausa
Gambar 3.2 Jalan Rusak di Lingkungan Kertasari
10
b. Kerusakan Drainase 1. Terdapat drainase yang harus diperbaiki karena kondisinya tidak layak di Lingkungan Dausa. 2. Diperlukannya pembuatan jalan gorong-gorong (Jalan Untung Surapati) di Lingkungan Dukuh, karena apabila hujan terdapat genangan air yang mengganggu jalan di wilayah dukuh. Dokumentasi Drainase yang Rusak:
(Drainase Dausa)
(Selokan rusak di Lingkungan Dukuh)
Gambar 3.3 Drainase Di Lingkungan Padangkerta
c. Persampahan 1. Masih terdapat masyarakat yang membuang sampah sembarangan tidak pada TPS serta masih sedikitnya jumlah TPS yang ada di setiap lingkungan Kelurahan Padangkerta. 2. Jumlah TPS saat ini belum mampu menanggung semua sampah warga sehingga ini merupakan pokok masalah terjadinya lingkungan kumuh di beberapa titik yang ada di Kelurahan Padangkerta. 3. Masih terdapat kebiasaan warga yang tidak memilah sampah pada saat membuangnya (organik,anorganik dan residu). 4. Masih terdapat kawasan yang tidak ada truk sampah mengangkat sampah di TPS terutama di Lingkungan Padang Kerta Kaler. Dokumentasi Masalah Persampahan :
11
Gambar I dan II merupakan contoh permasalahan persampahan yang terjadi di Lingkungan Kerta Sari.
(I)
(II)
3.2 Permasalahan Di Bidang Air Minum Air minum di kawasan Kelurahan Padangkerta bersumber dari satu mata air yang terdapat dilingkungan Padangkerta Kaler dengan nama Beji. Masyarakat biasanya menampung air dengan menggunakan galon air. Air tersebut kualitasnya sangat baik dan sudah teruji di laboraturium. Hampir sebgaian besar masyarakat memanfaatkan air tersbut untuk minum dan memasak. Namun, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan tempat air minum tersebut. Permasalahan identifikasi masalah air minum difokuskan pada permasalahan keberlanjutan berdasarkan aspek sosial, aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek keuangan dan aspek lingkungan disajikan dalam tabel berikut: Masalah Aspek Teknis
Faktor Penyebab
Infrastruktur jalan menuju tempat air
Kawasan air minum terletak
tersebut masih kurang baik, karena
di lokasi pertanian sehingga
masih tebuat dari tanah belum di aspal akses jalan menuju ke arah atau disemen. Jikalau hujan juga jalan
air minum belum maksimal
menuju air minum menjadi becek dan
terbenahi.
agak sulit dijangkau. Aspek Sosial
Masalah aspek sosial tidak terlalu ada pada air minum, hanya saja harus diberikan tindakan preventif kepada masyarakat untuk mengurangi resiko
-
kerusakan air minum dikemudian hari. Aspek Kelembagaan
Kelembagaan air minum masih dikelola oleh masyarakat.
Aspek Keuangan
-
Aspek keuangan untuk air minum Kurang diberikannya iuran
12
tidak dipungut biaya apapun sehingga wajib dana
untuk
pemeliharaan
untuk
warga
yang
dan menggunakan air minum ini
peremajaan juga terkendala.
(harganya harus disepakati). Hanya disediakan kotak dana punia
yang
besar
dana
punianya tidak distandarisasi jumlahnya. Aspek Lingkungan
Lingkungan lokasi air minum masih Masih kurangnya kesadaran berada pada jalan yang berdebu, warga untuk menjaga sehingga hal ini dapat menganggu kelestarian tempat, karena kebersihan tempat air tersebut.
beberapa waktu lalu sempat terlihat sedikit mampet pada pembuangan air disekitar air minum.
3.3 Permasalahan Di Sanitasi Permasalahan Sanitasi difokuskan pada permasalahan keberlanjutan berdasarkan aspek sosial, aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek keuangan dan aspek lingkungan. Permasalahan di sektor sanitasi ini kami buat berdasarkan kondisi eksisting infrastruktur sanitasi umum (MCK umum) yang ada di lingkungan Kelurahan Padangkerta. Informasi disajikan dalam tabel berikut: Masalah Aspek Teknis
Faktor Penyebab
1. Jumlah bangunan MCK lokasi Kurangnya
kesadaran
sanitasi umum masih sangat masyarakat
terhadap
kurang
jumlahnya
untuk pentingnya
memelihara
menampung masyarakat yang bangunan MCK umum untuk tidak memiliki MCK pribadi.
kepentingan bersama.
2. Sarana MCK yang rusak dan kotor menjadikannya kumuh dan tidak dapat digunakan. 3. Lantai yang penuh dengan sampah belum
serta
lantai
dikeramik
yang
sehingga
13
berlumut dan licin. 4. Tembok MCK umum yang sudah tidak kokoh dan mulai berlubang. 5. Kloset atau jamban yang tidak befungsi dengan semestinya. Aspek Sosial
Dilihat dari kondisi bangunan MCK Kurangnya sosialisasi untuk umum
yang
rusak,
kepedulian mencintai dan merawat MCK
masyarakat terhadap hal ini masih yang sudah ada. sangat kecil dan belum antusias untuk merawat dan membenahi MCK umum yang
rusak
dengan
swadaya
masyarakat masing-masing. Aspek Kelembagaan
Kelembagaan MCK umum masih Kurangnya belum ada yang menangani, rata-rata kelembagaan masih
dalam
keadaan
tidak
ada umum
dibentuk bagi
sehingga
MCK dapat
kelembagaan resmi yang langsung menjadi kontrol yang baik menjadi kontrol dari MCK umum itu untuk kelangsungan MCK sendiri. Aspek Keuangan
umum tersebut.
Aspek keuangan untuk MCK umum Kurang diberikannya iuran tidak dipungut biaya apapun sehingga wajib dana
untuk
pemeliharaan
peremajaan juga terkendala. Aspek Lingkungan
untuk
warga
yang
dan menggunakan MCK umum (harganya harus disepakati).
Aspek lingkungan yang masih tidak Kurangnya kesadaran bersih, banyak tumbuhan liar tumbuh masyarakat untuk di pekarangan MCK umum sehingga memelihara lingkungan menganggu lokasi MCK tersebut.
MCK dengan baik.
14
Dokumentasi Permasalahan MCK:
Gambar 3. Kerusakan Sarana MCK di Lingkungan Dausa
Gambar 3. Kerusakan Sarana MCK di Lingkungan Dukuh
3.4 Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan Data bangunan rumah yang terdapat di kelurahan Padangkerta dengan jumlah 1.618 Pekarangan Rumah yang dihuni rata-rata oleh 1-3 KK. Persebaran bangunan rumah yang mengikuti letak geografis Kelurahan Padangkerta menyebabkan di bagian utara Kelurahan khususnya Lingkungan Peladung dan Temega memiliki struktur perumahan yang tinggi, dan bertingkat antara rumah satu dengan rumah lainnya. Kondisi perumahan yang sangat pada terjadi di Lingkungan Kertasari mengingat disana terdapat Perumnas dan banyak pendatang yang tinggal disana. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya kepemilikan IMB tergolong baikm karena sangat sedikit masyarakat yang belum memiliki IMB atas rumah atau bangunan yang mereka miliki. Namun ada beberapa masyarakat (yang pekarangannya sudah turun temurun dan tradisional) masih belum memiliki IMB karena mereka kurang tau mengenai manfaat, cara mencari dan pentingnya kepemilikan IMB bagi bangunan mereka.
15
3.5 Permasalahan Penataan Kawasan Permukiman Permasalahan penataan kawasan pemukiman di Kelurahan Padangkerta terletak pada persebaran jumlah bangunan pemukiman yang tidak merata antara lingkungan satu dengan lingkungan lainnya. Hal ini dipicu oleh keadaan geografis lingkungan Kelurahan Padangkerta yang mana kondisi geografisnya ada yang dataran rendah dengan daerah landai, dan ada beberapa wilayah lingkungan yang terdapat di dataran tinggi dengan kondisi curam. Contoh nyata dari hal tersebut adalah Lingkungan Kertasari, Dukuh,jika dibandingkan dengan Lingkungan Peladung. Di Lingkungan Kertasari, Dukuh, wilayahnya datar sehingga pemukiman banyak berkonsentrasi pada daerah tersebut, khususnya Lingkungan Kertasari. Jarak rumah satu dengan rumah lainnya saling berdekatan dan rata-rata padat penduduk. Jika dibandingkan dnegan di Peladung, dengan wilayah berkontur rapat yang artinya daerah curam, mereka memiliki struktur pemukiman tidak merata dan bertingkat-bertingkat, jarak rumah satu dengan rumah lainnya ada yang dekat ada yang jauh. Struktur pemukiman yang tidak merata ini menyebabkan terlihat tidak tertata rapinya lingkungan. Namun dilihat dari sisi kebersihan lingkungan Lingkungan Peladung jauh lebih bersih jika dibandingkan dengan Lingkungan Kertasari dan Dukuh.
16