BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris “ communication” yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin “communis” dalam bahasa Indonesia berarti “sama” dan menurut Sir. Gerald Barry “communicare” yang berarti “bercakap – cakap” (Effendy, Onong, 1993 Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan , dalam hal ini kesamaan dan pengertian makna. Menurut Hovland (Effendy, Onong, 1993:2), komunikasi didefinisikan sebagai berikut : ”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang – perangsang (biasanya lambang – lambang dalam bentuk kata – kata ) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang dikemukakan oleh Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : •
Komunikator (communicator)
Universitas Sumatera Utara
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang mulai memeberikan informasi kepad lawan bicaranya.
•
Pesan (message) Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator. •
Media (channel) Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan •
Komunikan (communicant) Komunikan (receiver) adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan
atau informasi dari komunikator. •
Efek (effect) Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
Berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulakn efek tertentu. (Effendy, 1992:10) Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan mempergunakan lambang – lambang yang berarti, baik verbal maupun non verbal, yang dapat terjadi secara langsung atau dengan menggunakan media, dengan tujuan agar orang lain dapat mengerti atau memahami pesan yang disampaikan serta pada taha selanjutnya komunikan tersebut mau melaksanakan isi
Universitas Sumatera Utara
pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komunikasi massa sebagai teori pendukung.
II.1.2 Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright , dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal, berjumlah banyak , bertempal tinggal yang jauh (terpencar), heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Media komunikasi yang termasuk dalam media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak, serta media film. Menurut ahli komunikasi lainnya yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito, yaitu pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancara – pemancar yang audio dan audio visual (Ardianto, 2004 : 6). Komunikasi massa juga dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada lima variabel dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel – variabel ini bekerja pada media massa. Variabel tersebut adalah : 1. Sumber Komunikator massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.
Universitas Sumatera Utara
2. Khayalak (Audience) Komunikasi massa ditujukan kepada massa dengan jumlah yang sangat besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak dan arena sangat penting bagi media untuk memberikan apa yang diingin khalayak, pesan dari komunikasi massa harus difokuskan pada pemirsa atau khalayak rata – rata.
3. Pesan Komunikasi massa merupakan milik umum. Setiap orang dapat mengetahui pesan – pesan komunikasi massa di media – media massa. Komunikasi juga berjalan cepat sehingga pesan sampai pada khalayak penerima hampir tanpa selisih waktu. 4. Proses Ada dua proses dalam komunikasi massa. Pertama, proses mengalirnya pesan, yang pada dasaranya satu arah. Kedua proses seleksi, dua arah. Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari sumber ke penerima. Dalam komunikasi massa, pesan mengalir dari media ke penerima tetapi tidak dikembalikan lagi, kecuali berupa umpan balik dalam bentuk surat pembaca, angket dan semacamnya. 5. Konteks Komunikasi massa
berlangusng
dalam suatu
konteks sosial.
Dimana
media
mempengaruhi konteks sosial dan begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain terjadi hubungan transaksional antara media dan masyarakat (Devito, 1997:505-507).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat – alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.
II.2 Televisi II.2.1 Pengertian Televisi Televisi adalah salah satu media dalam komunikasi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto dkk, 2004 : 125). Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelihannya yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya yang bisa dilihat serta didengar dlam waktu yang bersamaan (Suhandang, 2005 : 89). Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri – ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya bersifat heterogen. (Effendy,1992:21) Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yag bermuatan
Universitas Sumatera Utara
perubahan nilai – nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara goegrafis dan sosiologis, (Kuswandi, 1996 : 21). Televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan media elektronik lainnya diantaranya siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat.
II.2.2 Pengaruh Televisi Kekhawatiran banyak orang terhadap televise terletak pada pengaruhnya. Seluruh muatan pesan siaran diduga mampu mengubah, mewarnai ataupun membentuk prilaku khalayak penontonnya. Pesan dalam bentuk informasi dinilai sebagai suatu energi yang mengalir dari media ke khalayak pemirsa. Energi yang berbentuk film, sinteron, iklan,berita dan sebagainya pada keadaan tertentu akan dipanuti oleh pemirsanya. Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari pengaruh terhadap aspek – aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia,sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan negatif, belum banyak diketahui. Televisi adalah sebuah sarana komunikasi, yang memiliki kekuatan pengaruh tertentu dalam menaburkan pesan kepada penontonnya. Pengaruh yang terjadi dapat positif atau negatif tergantung pada acara apa yang disiarkan, siapa yang menonton dan dalam kondisi bagaiman seseorang menonton. Penjelasan yang terlampau mekanistis yang merujuk bahwa televisi
Universitas Sumatera Utara
“merusak” mental penontonnya, tidaklah seluruhnya benar. Dalam keadaan inilah diperlukan kearifan dari berbagai pihak untuk memikirkan kebijakan apa yang mesti ditempuh agar televisi menjadi media yang dapat diterima oleh masyarakatnya. Hal ini juga harus mampu mengemban peran dan fungsi – fungsi idealnya media komunikasi massa. Dibutuhkan proporsi yang adil dalam menjalankan fungsi informasi, edukasi dan menghiburnya. Penonton berhak memperoleh keadilan informasi, memperoleh pendidikan sekaligus hiburan. Dan itu amat bergantung kepada siapa yang mengemban tugas mengelola televisi. Sangat arif tentunya jika terdaat curahan tenaga dan pikiran yang sungguh – sungguh untuk memberi yang terbaik baik masyarakat penonton Indonesia yang sangat pluralistik.
Walaupun belum cukup bukti yang medukung dampak negatif televisi, tapi masyarakat tampaknya percaya akan kemampuan dan daya pengaruh si “kotak ajaib” ini. Perdebatan dampak televisi tidak hanya di Indonesia, sejak lahirnya deregulasi di bidang penyiaran televisi, yang diiringi dengan hadirnya stasiun penyiaran televisi swasta, banyak bermunculan pendapat dan reaksi. Selain muncul berbagai respon positif yang dikemukakan para tokoh masyarakat,banyak juga yang mengkhawatirkan dampak atau efek negatif dari siaran televisi. Dengan demikian dalam memahami televisi sebagai media komunikasi tidak dapat dipadang sebagai aktifitas yang bersifat segregatif. Memandang pengaruh televisi haruslah menyeluruh tidak dapat hanya dipandang sebagai bagian dari persoalan dari keseluruhan aktifitas sosial. (Cahyana, 1996 : 33)
II.3 Situasi Komedi
Universitas Sumatera Utara
Sebuah komedi situasi, sering disingkat sitkom, adalah genre dari komedi yang memiliki karakter berulang dalam lingkungan umum seperti rumah atau tempat kerja. Sebuah komedi situasi dapat direkam sebelum penonton di studio. Beberapa fitur juga lagu tertawa. Program tersebut berasal di radio. Hari ini, komedi situasi yang ditemukan hampir secara eksklusif pada televisi sebagai salah satu yang dominan narasi bentuk. Berbeda dengan berdiri komedi dan sketsa komedi, komedi situasi memiliki alur cerita dan karakter yang sedang berlangsung, pada dasarnya, sebuah drama komedi. Situasi ini biasanya yang dari keluarga, tempat kerja, atau sekelompok teman-teman. Komedi tradisional disajikan dalam variety show dan dicampur dengan pertunjukan musik, seperti dalam vaudeville. Humor Sitkom sering karakter didorong dan karena sifatnya menjalankan gagasan sering berkembang pada suatu seri. Seringkali status quo situasi dipertahankan dari episode ke episode. Sebuah episode mungkin fitur gangguan untuk situasi biasa dan interaksi karakter, tetapi ini biasanya akan diselesaikan pada akhir episode dan situasi kembali ke bagaimana hal itu sebelum gangguan tersebut. Ada pengecualian untuk ini. Beberapa fitur busur menunjukkan cerita di episode di mana karakter dan situasi berubah dan berkembang. Komedi dari peradaban masa lalu, seperti orang-orang Aristophanes di Yunani kuno, Terence dan Plautus di Roma kuno, Śudraka di India kuno, dan banyak contoh termasuk Shakespeare, Molière, yang dell'arte Commedia dan Punch dan Judy menunjukkan dari pascaRenaisans Eropa, adalah nenek moyang komedi situasi modern. Beberapa karakter, pratfalls, rutinitas dan situasi yang disimpan dalam rekening saksi mata dan dalam teks dari drama itu sendiri, yang sangat mirip dengan yang di komedi situasi modern terdahulu seperti I Love Lucy
Universitas Sumatera Utara
dan pengantin. Yang pertama televisi sitkom dikatakan Kemajuan Pinwright, sepuluh episode yang disiarkan di BBC antara 1946-1947. Kebanyakan komedi situasi Amerika Utara umumnya program setengah-jam di mana cerita ini ditulis untuk menjalankan total panjangnya 22 menit, meninggalkan delapan menit untuk iklan. II.4.
Motivasi Apa saja yang diperbuat manusia yang penting maupun yang kurang penting, yang
berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasi. Demikian juga halnya dengan belajar, motivasi itu penting. Motivasi adalah mutlak. Motivasi merupakan "pendorongan", segala usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil/tujuan tertentu. Menurut Vroom, motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam defenisi tersebut dengan mengemukakn bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah itupun mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal tujuan), harapan (expectacy), dan sebagainya. Menurut kebanyakan defenisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakan, mengarahkan dan mendorong tingkah laku manusia. Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara
Universitas Sumatera Utara
tertentu, seperti kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif dan kecenderungan mendapat kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas, Hoy dan Mistel dalam buku Educational Administration mengemukakan bahwa motivasi dapat didefenisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang
kompleks,
dorongan-dorongan
dan
kebutuhan-kebutuhan,
pernyataan-pernyataan
ketegangan (tention states) atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi dilakukan. II.5
Motif menggunakan Media Massa Secara umum Katz, Guveritch dan Haas berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu : (1) Kebutuhan Kognitif Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat terpenuhi
Universitas Sumatera Utara
oleh adanya dorongan – dorongan seperti keingintahuan (curiosity) dan menjelejahan (exploratory) pada diri kita. (2) Kebutuhan Afektif Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan dengan usaha – usaha untuk memperkuat pengalaman – pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan, dan emosional. (3) Kebutuhan Integratif Personal Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan dengan usaha – usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri.
(4) Kebutuhan Integratif Sosial Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman – teman dan dengan alam sekelilingnya. Kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi. (5) Kebutuhan akan pelarian (eskapisme) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan, dan kebutuhan akan hiburan.
Universitas Sumatera Utara
II.6. Sikap Eskapisme Eskapisme adalah sebuah kehendak atau kecenderungan menghindar dari kenyataan dengan mencari hiburan dan ketenteraman di dalam khayal atau situasi rekaan. Kecenderungan sikap eskapis semacam ini bisa kita atasi dengan berbagai cara, antara lain dengan relaksasi. Relaksasi merupakan suatu bentuk eskapisme yang sehat dan banyak kita jalankan. Disini peneliti menaruh perhatian sikap eskapisme terhadap menonton film. Gagasan tentang eskapisme ini awalnya dikemukakan oleh Richard S. Lazarus dalam pandangan psikologis. Eskapisme ini termasuk dalam suatu tindakan penyelesaian terhadap masalah atau disebut sebagai coping. II.7 Proses Coping
Banyak hal yang dapat membuat seseorang untuk dapat berlari dari masalahnya. Salah satunya adalah stress. Stres yang muncul pada seseorang akan memotivasi untuk melakukan suatu coping (Mu’tadin, 2002). Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Coping yang dilakukan ini berbeda dengan perilaku adaptif otomatis, karena coping membutuhkan suatu usaha, yang mana hal tersebut akan menjadi perilaku otomatis lewat proses belajar. Coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, 1984).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lazarus & Folkman (1984), dalam melakukan coping, ada dua strategi yang dibedakan menjadi :
1. Problem- focusedcoping Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan.
2. Emotion- focusedcoping. Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan.
Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984). Terkadang individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu (Taylor, 1991). Merujuk pada penelitian ini, penulis memfokuskan pambahasan eskapisme yang termasuk dalam emotion focused coping. Para peneliti menemukan bahwa penggunaan strategi emotion focused coping oleh anak-anak secara umum meningkat seiring bertambahnya usia mereka (Band & Weisz, Compas et al., dalam Wolchik & Sandler, 1997).
Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al. (dalam Taylor, 1991) mengenai kemungkinan variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan emotion focused coping.
Universitas Sumatera Utara
Hasil studi tersebut menunjukkan adanya lima strategi coping dalam emotion focused coping yang muncul, yaitu :
1. Self-control; usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan. 2. Distancing; usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandanganpandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon. 3. Positive reappraisal; usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius. 4. Accepting responsibility; usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut. 5. Escape/avoidance; usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, menonton televisi atau menggunakan obat-obatan.
II.7. Teori Uses and Gratifications Teori Uses and Gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan sangat selektif. Uses and gratifications ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada
Universitas Sumatera Utara
khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Artinya, anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Blummer, pendekatan Uses and Gratifications member pengertian bahwa komunikasi massa bermanfaat (utility), bahwa pengguna media diarahkan oleh motif (intentionality), dan perilaku media mencerminkan kepentingan dan selektifitas (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn). Oleh karenanya, penggunaan media hanyalah dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi keperluan psikologi dan efek media dianggap sebagai salah situasi pada saat kebutuhan tersebut dipenuhi(Rakhmat, 193:65). Konsep dasar pendekatan ini seperti yang diringkaskan oleh Katz, Blumler, dan Gurevitch dapat dismpulkan sebagai berikut: (1) sumber sosial dan psikologis dan (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harap – harapan dari (4) media massa sumber – sumber yang lain , yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media dan menghasilkan (6) pemenuhan dan (7) akibat – akibat lain, bahkan seringkali akibat – akibat yang tidak dikehendaki (Hoeta Soehoet, 2002:67).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suaru variabel berkaitan dengan variabel lain (Rakhmat, 2004 : 27 ). Dalam hal ini adalah acara situasi komedi “Opera Van Java” dan
Universitas Sumatera Utara
Eskapisme mahasiswa FISIP USU. Metode ini
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan diantara variabel-variabel tersebut. III.1.1 Populasi dan Sampel III.1.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi, 1995 :141). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 stambuk 2007-2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAA USU TA : 2009/2010, jumlah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 angkatan 2007/2009 adalah 1759 jiwa.
Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Fisip USU Stambuk 2007/ 2009 Departemen
Populasi
Sosiologi
203 jiwa
Universitas Sumatera Utara
Kesejahteraan Sosial
181 jiwa
Administrasi Negara
256 jiwa
Ilmu Komunikasi
373 jiwa
Administrasi Bisnis
159 Jiwa
Ilmu Politik
253 jiwa
Administrasi Perpajakan
334 jiwa
Antropologi
160 jiwa
Sumber data : BAA FISIP USU TA : 2009/2010, Juni 2010 III.1.1.2 Sampel Sampel adalah suatu bagian dari polulasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. David Nachmias dan Vhava Nachmias mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang dikarakteristiknya tidak berbeda dengan karakteristik populasi (Bulaeng, 2004 : 156). Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaaan 90%, yakni sebagai berikut : N n= n(d)2 +1
Keterangan :
N
:
Populasi
n
:
Sampel
Universitas Sumatera Utara
d
:
Presisi (digunakan 10% atau 0,1)
Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak : n =
1759 1759 (0.1)2 + 1
=
1759 17,59 +1
=
1759 17,60
=
100 Orang
Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah berjumlah 100 orang. III.2 Teknik Penarikan Sampel III.2.1 Sampel Alokasi Stratifikasi Proposional Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan kedalam kelompok atau ketegori yang disebut strata. Strata ini bisa berupa usia, kota, jenis kelamin, dan sebagainya. Sampel ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan ke dalam subpopulasi karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel yang relatif homogen. Dalam sampel strata proposional, dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap strata. Dalam penelitian ini populasi dikelompokkan berdasarkan fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Alokasi Stratifikasi Proposional sampling memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel dengan rumus : n1xn N= N Keterangan :
n1
:
jumlah jiwa
n
:
jumlah sampel
N
:
populasi
Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap Departemen, yaitu :
Tabel 2 Departemen
Populasi
Penarikan Sampel
Sampel
Sosiologi
203 jiwa
203 X 100
11
1759 Kesejahteraan Sosial
181 jiwa
181X100
10
1759 Administrasi Negara
256 jiwa
256X100
14
Universitas Sumatera Utara
1759 Ilmu Komunikasi
373 jiwa
373X100
21
1759 Administrasi Bisnis
159 Jiwa
159X100
9
1759 Ilmu Politik
253 jiwa
253X100
14
1759 Administrasi
334 jiwa
Perpajakan
Antropologi
334X100
19
1759 160 jiwa
160X100
9
1759 TOTAL
106
III.2.2 Accidental Sampling Setelah sampel alokasi stratifikasi proporsi peneliti juga melakukan accidental sampling sesuai dengan departemen dan stambuk 2007 dan 2009. Teknik penarikan sampel ini mencakup
Universitas Sumatera Utara
orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Accidental ampling dilakukan dengan cara mengambil subjek, bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Kriyanto, 2006 :154). Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : 1. Mahasiswa Fakultas ISIP USU program reguler S-1 stambuk 2007-2009 2. Pernah menyaksikan acara komedi “ Opera Van Java” di Trans 7.
III.2.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu; 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melelui kuesioner. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
3. Wawancara dilakukan oleh beberapa orang sampel.
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner disusun oleh peneliti disusun berdasarkan indikator – indikator masing – masing variabel. III.2.4 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 23). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa yaitu : a. Analisis Tabel Tunggal Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom-kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 :226). b. Analisis Tabel Silang Teknik yang dilakukan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut positif atau negatif (Singarimbun, 1995 : 273). c. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus korelasi Spearman. Rumus koefisien adalah :
Universitas Sumatera Utara
6 - ∑ d2 Rho =
1N (N2 – 1 )
Keterangan :
Rs (Rho)
:
Koefisien korelasi rank order
Angka 1
:
Angka satu; yaitu bilangan konstan
Angka 6
:
Angka enam ; yaitu bilangan konstan
d
:
Perbedaan antara pasangan jenjang
∑
:
Sigma atau jumlah
N
:
Jumlah individu atau sampel
(Kriyanto, 2006 : 174 ) Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi skala Guilford sebagai berikut (Kriyanto, 2006 : 168 ). Kurang dari 0,20 :
Hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,21-0,39
:
Hubungan rendah tapi pasti
0,40-0,70
:
Hubungan yang cukup berarti
0,71-0,90
:
hubungan yang tinggi; kuat
Lebih dari 0,90
:
Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus : Kp = (rs)2 x 100% III. 3 Deskripsi Lokasi Penelitian III.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus USU, yang berada di jalan Dr. T. Mansur 9, Kampus USU, Medan 20155, Sumatera Utara. Adapun penelitian ini dilakukan bulan April Mei 2010. III.3.1.1 Universitas Sumatera Utara III.3.1.2 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) didirikan atas prakarsa beberapa dosen dalam bidang ilmu sosial, administrasi dan manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tahun 1979. Proposal pendiriannya disusun oleh Drs. M Adhan Nasution, Asma Afan, MPA, Dr. Dr. A.P Parlindungan, SH, yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor USU, kemudian memperjuangkan proposal tersebut sehingga didirikan FISIP sebagai fakultas kesembilan di lingkungan USU. Pada tahun 1980, mulanya FISIP USU merupakan jurusan ilmu pengetahuan masyarakat di FH USU dengan ketua jurusan Dr. M. Adhan Nasution yang diangkat berdasarkan surat keputusan Rektor USU No. 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980. jurusan ini pertama kali menerima mahasiswa pada tahun ajaran 1980/1981 melalui ujian SIPENMARU dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kuliah perdana dimulai 18 Agustus 1980 di gedung perkuliahan
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran Gigi USU pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Dr. A. Parlindungan, SH. Perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun jurusan ilmu pengetahuan masyarakat adalah salah satu jurusan di FH USU, namun kegiatan perkuliahan dan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di fakultas tersebut. Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU (sekarang fakultas sastra USU). Kemudian pada tanggal 7 April 1983 dipindahkan ke gedung Biro Rakyat (sekarang gedung peusat komputer). Jurusan ilmu pengetahuan masyarakat yang merupakan ”embrio” FISIP USU terus mengalami perkembangan. Dua tahun sejak peresmiannya yakni tanggal 7 september 1982, keluarlah surat keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1982 yang sebagai fakultas kesembilan di USU. Dengan demikian jurusan ilmu pengetahuan masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU. Kemudian pada tahun 1983, dengan SK menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 77121/IC/83, diangkat Drs. M Adhan Nasution menjadi dekan pertama FISIP USU periode 1983-1986. pembantu Dekan (Pudek I) adalah Dra. Arnita Zainuddin, Pudek II Drs Haniful Chair, sementara Pudek III adalah Drs Arifin Siregar. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai lima jurusan dengan urutan sebagai berikut: 1. Jurusan Ilmu Administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi 3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Universitas Sumatera Utara
4. Jurusan Sosiologi 5. Jurusan Antropologi 6. Jurusan Administrasi Bisnis 7. Administrasi Perpajakan Dalam proses pengembangan FISIP, ketujuh jurusan tersebut tidak dibuka sekaligus, tetapi secara bertahap. Hal ini disesuaikan dengan kebutukan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang tersedia sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan untuk menindaklanjuti SK Menteri No. 0535/0/83, maka dibuka dua jurusan, yaitu: 1. Jurusan Ilmu Administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi Pada tanggal 18 Agustus 1984, semua kegiatan perkuliahan dan administrasi FISIP USU dipusatkan di gedung baru yang berada di jalan Dr. A Sofyan No. 1 pada tahun 1984/1985, kedua jurusan (ilmu administrasi dan ilmu komunikasi) menghasilkan sarjana S1 sebanyak 10 orang (7 sarjana ilmu administrasi dan 3 sarja ilmu komunikasi). Pelantikannya dilakukan pada tanggal 8 Maret 1985 di Gedubg Perkuliahan FISIP USU. Dalam perkembangan selanjutnya dibuka jurusan kesejahteraan masyarakat sosial yakni pada tahun 1985/1986. pada tahun yang sama jurusan antropologi sastra USU dipindah ke FISIP USU sehingga semua dosen dan mahasiswa yang terdaftar dijurusan tersebut menjadi bagian dari FISIP USU. Selanjutnya pada tahun akademik 1986/1987, dibukalah jurusan baru yaitu sosiologi. Tahun 1985/1986, tenaga pengajar tetap FISIP USU masih berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 staff pengajar tetap dan 10 orang lagi sebagai calon pegawai negeri, selebihnya
Universitas Sumatera Utara
merupakan staff pengajar luar biasa yang direkrut dari berbagai instansi pemerintah yang ada di propinsi Sumut,
Kakanwil Departemen Perindustrian, PWI Sumut, IKIP Medam dan staff
pengajar yang berada di lingkungan USU. Setelah berakhirnya periode dekan yang pertama, Prof. M Adhan Nasution kembali diangkat menjadi Dekan FISIP USU periode kedua berdasarkan SK MENDIKBUD No. 79511/A2.1.2/1986 tanggal 23 Oktober 1986, dengan susunan Pudek I Dra. Nurhaina Burhan, Pudek II Drs. Armyn Sipahutar dan Pudek III Dra. Irmawati. Periode berikutnya (1990-1993), diangkat Prof. Asma Affan, MPA sebagai Dekan FISIP USU berdasarkan SK Mendikbud No. 20208/A.212/C/1990 tanggal 14 Maret 1990, dengan susunan Pudek I Rahim Siregar, Pudek II Dra. Arnita Z dan Pudek iii Drs Siswo S. Selanjutnya, berdasarkan SK Mendikbud No. 520931/AA2.12C/1993 tanggal 20 Agustus 1993 diangkatlah Drs. Amru Nasution sebagai Dekan FISIP USU periode 1993-1996. dengan susunan Pudek I Dra. Nurwida Nuru, Pudek II Dra. Irmawatu dan Pudek III Drs. Sakhyan Asmara. Pada tahun akademik 1995-1996, FISIP USU berkerjasama dengan Direktorat Jendral Pajak membuka program Diploma 1 (D1) dan program Diploma III (DIII). Namun setelah melahirkan alumni berjumlah 153 orang, program D1 Administrasi Perpajakan tidak lagi menerima mahasiswa baru tahun ajaran 2000/2001. Periode 1996-1999, Drs Amru Nasution diangkat kembali menjadi Dekan FISIP USU berdasarkan SK Mendikbud No. 51141/A.2.1/KP/96 tanggal 23September 1996 dengan susunan Pudek I Dra. Burwida Nuru, pudek II Drs Sublihar, MA dan Pudek III Drs. Sakhyan Asmara.
Universitas Sumatera Utara
Sementara untuk periode 1999-2003, jabatan Dekan Fisip USU dipegang oleh Drs. Sublihar, MA yang diangkat berdasarkan SK Rektor No.1998/J05/SK/KP/1999 tanggal 9 Desember 1999. adapun susunan Pembantu Dekan ditetapkan dengan SK Rektor No. 69/J05/SK/KP/2001 tanggal 2 Februari 2001 sebagai berikut: Pudek I Suwardi Lubis, Pudek II Drs Mukti Sitompul, Msi dan Pudek III Drs. R. Hamdani Harahap, Msi. Pada tahun akademik 2001/2002 Fisip USU membuka program studi ilmu politik berdasarkan SK No. 616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima mahasiswa yang berjumlah 60 orang. Sejak mulai berdirinya hingga tanggak 27 April 2002, FISIP USU telah menghasilkan 2996 orang sarjana dengan rincian: alumni jurusan administrasi 1265 orang. Jurusan ilmu komunikasi 593 orang. Jurusan Ilmu kesejahteraan social 449 orang. Jurusan sosiologi 317 orang dan ilmu antropologi 317 orang. III.3.1.3 Visi, Misi, Tujuan, Fungsi dan Tugas FISIP USU a. Visi Visi yang diemban oleh FIFIP USU adalah menjadi pusat pendidikan dan rujukan dalam bidang ilmu sosial dan politik di Asia Tenggara b. Misi Misi yang diemban oleh FIFIP USU adalah menghasilkan alumni-alumni yang mampu bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset dan studi-studi ilmu sosial dan ilmu politik c. Tujuan 1. Menciptakan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki akademika dan profesionalitas yang mampu menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan keterampilan tinggi, disertasi budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara, serta sesama manusia sesuai dengan falsafah 2. Mengembangkan,
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
dan
mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya khasanah kebudayaan nasional sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
d. Fungsi 1. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran 2. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya bidang ilmu sosial 3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat 4. Melaksanakan kegiatan pelaksanaan administratif e. Tugas FISIP USU bertugas menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut di atas, dengan berpedoman pada : 1. Tujuan pendidikan nasional 2. Kaedah, moral, dan etika ilmu pengetahuan 3. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan, dan prakarsa kepribadian
Universitas Sumatera Utara