BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori 1. Kesiapan Kesiapan berasal dari kata “siap” mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003) kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu. Kesiapan seorang perempuan menghadapi masa menopause akan sangat membantu dalam menjalani masa menopause ini dengan lebih baik. Berdasarkan Kasdu (2002) terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan ketika perempuan hendak memasuki masa menopause antara lain: a. Mengkonsumsi makanan bergizi Sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi yang berimbang. Pemenuhan gizi yang memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering, serta berbagi penyakit lainnya. b. Menghindarkan Stres Usahakan untuk membiasakan gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang dapat mmembebani pikiran. Hal ini penting untuk mengatasi dampak psikologis akibat menopause. Perempuan yang memasuki menopause, tidak jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai perempuan. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan tidak diatasi akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada kehidupan berumah tangga dan sosial seorang perempuan. Kemampuan orang untuk mengatasi dampak menopause (stres, ketegangan, dan takut menjadi tua) tidak sama, ada yang mampu secara cepat adapula yang berkepanjangan. Dalam hal ini sedikitnya ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan bagi pemulihan dampak menopause, yaitu:
6
7
1) Rehabilitasi fisik, dapat dilakukan dengan olah raga yang teratur 2) Stabilitas kejiwaan/ mental-emosional, dapat berkonsultasi pada dokter atau psikiater, dimana akan diberikan terapi berupa obatobatan (anti depresi atau anti cemas dan lain sebagainya) atau dapat juga dengan psikoterapi (termasuk psikoterapi keagamaan): guna memulihkan rasa kepercayaan diri, rasa harga diri, tahu arti hidup yang guna (meaningful life) 3) Pengertian suami. Dari kedua upaya pemulihan menopause diatas, maka pengertian sang suami adalah penting. Sering kali karena ketidakpahaman sang suami terjadilah perselisihan. Ketidaktahuan (ignorancy), baik pada istri maupun pada suami, kesalahan dan perselisihan yang terjadi, kalau tidak ditangani dengan bijak dapat menjurus kepada ketidak harmonisan runah tangga dengan segala akibatnya. c. Menghentikan Merokok dan Minum-Minuman Beralkohol Bukan rahasia lagi, merokok dapat merusak kesehatan seseorang. Tidak hanya itu merokok juga akan merusak kecantikan. Asap nikotin dapat membuat kulit wajah kering dan kusam. Bibir dan gusi menghitam, bahkan kuku dan jemari akan kehilangan keindahannya karena kandungan nikotin yang dipegang setiap hari. d. Olahraga Secara Teratur Selain menguatkan tulang, olahraga juga sudah terbukti dapat mencegah penyakit jantung, jenis kanker tertentu, dan juga mengusir stres. Jika tidak memiliki alasan kuat untuk tidak bisa berolahraga khusus, maka sangat perlu menyediakan waktu untuk menggerakkan tubuh. e. Berkonsultasi Dengan Dokter Meskipun masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap perempuan, tetapi tidak ada salahnya jauh-jauh hari sebelum memasuki masa tersebut, anda cukup mendapat informasi
8
yang benar. Hal ini tentu saja bisa diperoleh dengan buku bacaan yang mudah diperoleh.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Menurut Notoadmodjo (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan individu dalam menghadapi perubahanperubahan yang terjadi dalam dirinya, faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Karakteristik Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada perbedaan-perbedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di RT atau RW kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan
dan
lain-lain.
Perbedaan
ras,
suku,
agama,
pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Notoadmodjo (2003), menjelaskan bahwa karakteristik pada tiap individu meliputi: 1). Pendidikan a). Pengertian Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang
atau
kelompok
orang
dalam
usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Purwadarminto, 2003). Sedangkan menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
9
terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peran dimasa yang akan datang. Dalam BAB UU tersebut menyebutkan tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi menengah. b). Tingkatan pendidikan Ditinjau dari sudut tingkatan, jalur pendidikan sekolah dibagi menjadi : (1) Pendidikan Dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah, Ibtida`iyyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat. (2) Pendidikan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri
atas
pendidikan
pendidikan
menengah
menengah
kejuruan.
umum
dan
Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.
10
(3) Pendidikan Tinggi Berdasarkan Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah jenjang pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan
tinggi
dapat
berbentuk
akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institusi atau universitas. Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
Pendidikan
diperlukan
untuk
mendapatkan informaasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakain tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Nursalam, 2008). 2). Umur Semakin tua umur seseorang, maka pengalaman akan bertambah sehingga akan meningkatkan pengetahuannya akan suatu obyek (Notoatmodjo, 2003). 3). Pekerjaan a) Pengertian pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, pencaharian (Purwadaminto, 2003).
11
b) Alasan Pekerjaan Dewasa ini perempuan mendapat kesempatan bekerja yang semakain terbuka. Alasan yang mendasar seseorang perempuan untuk memiliki pekarjaan tidak sama antara satu dengan yang lain. Alasan yang umum dijumpai adalah karena kebutuhan keuangan untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuan pribadi, hasrat berprestasi. c) Jenis pekerjaan Jenis-jenis pekerjaan antara lain: (1) Supervised (terbimbing) tingkatan awal dengan 02 tahun pengalaman, membutuhkan pengawasan dan petunjuk dalam pelaksnaan tugas. (2) Moderately
supervised,
tugas
kecil
dapat
dikerjakan oleh mereka tetapi tetap membutuhkan bimbingan untuk tugas yang lebih besar, 3-5 tahun pengalaman. (3) Independent (mandiri), memulai tugas tidak membutuhkan bimbingan dalam pelaksanaan tugas d) Faktor-faktor Pekerjaan (1) Kemahiran, pengetahuan dan keperluan pekerjaan dari aspek pendidikan,mental, pengalaman dan latihan. (2) Usaha berbentuk usaha mental, penumpuan tentang kerja secara fisikal/manual. (3) Tanggung
jawab
pekerjaan
terhadap
aspek
kewenangan, lahan, penyediaan. b. Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Perempuan yang berasal dari golongan ekonomi rendah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami menopause (Kasdu, 2002).
12
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor tersebut cukup baik, akan ngurangi beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.(Proverawati 2010). c. Pengetahuan 1) Pengertian Pengetahuan
menurut
Notoatmodjo
(2003),
adalah
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
obyek
tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk tindakan seseorang. Dalam Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang tentang kesehatan ada 3 faktor yaitu : a) Faktor predesposisi (predisposissing factor) Adalah suatu keadaan yang dapat mempermudah dalam mempengarui individu untuk berperilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, faktor demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, tinggkat pendidikan, pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
13
b) Faktor pendukung (enabling factor) Berkaitan dengan lingkungan fisik, tersedianya sarana dan fasilitas kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan dan lain-lain. c) Faktor pendorong (reinforcing factor) Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lain. 2) Tingkatan Pengetahuan Menurut (Notoatmodjo, 2003), pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif ada 6 tingkatan: a) Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kenbali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b) Memahami (Comprehension) Diartiakan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
14
c) Aplikasi (Aplication) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. d) Analisis (Analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. e) Sintesis (Synthesis) Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan
untuk
menyusun
formula
baru
dari
formulasi-formulasi yang telah ada. f)
Evaluasi (Evulation) Berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
15
3) Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2003) cara memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang
sejarah,
dapat
dikelompokkan
menjadi 2 yaitu: (1) Cara Tradisional Cara-cara penemuan pengatahuan pada periode ini antara lain: (a) Cara coba-coba Dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan
tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama. (b) Cara kekuasaan (otoritas) Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan. (c) Berdasarkan pengalaman Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu (d) Melalui jalan pikiran Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan (2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis danilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian. 4) Pengukuran Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi
16
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu: (1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 % (2) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 5675 % (3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai < 56 %
3. Premenopause a. Periode fase klimakterium Menurut (Baziad, 2003), klimakterium dibagi menjadi empat fase: 1) Premenopause Pada fase ini seorang perempuan akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik. Berlangsung selama antara 4-5 tahun. Terjadi pada usia 48-55 tahun. 2) Menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat. Produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Perubahan dan keluhan psikologi baik fisik makin menonjol. Terjadi pada usia 56-60 tahun. 3) Pasca Menopause Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat. Terjadi pada usia 60-65 tahun.
17
Perempuan sudah bisa beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikologis serta keluhan makin berkurang.
Bagan 2.1 : Fase Klimakterium (Baziad, 2003)
b. Gejala Sindroma Premenopause 1) Gangguan Vasomotor Hot flush (persaan panas dari dada hingga wajah), wajah dan leher menjadi berkeringat. Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan terasa panas (hot fluses) terjadi beberapa bulan
atau
tahun
sebelum dan
sesudah
berhentinya
menstruasi. 2) Night Sweat (berkeringat di malam hari) Keringat dingin dan gemetaran dapat terjadi selama 30 detik sampai dengan 5 menit. 3) Dryness Vaginal (Kekeringan pada vagina) Area genital yang kering dan bisa sebagai bahan perubahan kadar estrogen. 4) Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung Penurunan
kadar
estrogen
berpengaruh
terhadap
neurotransmitter yang ada di otak. Neurotransmitter yang
18
terdapat di otak antara lain: dopamin, serotonin,dan endorfin. Penurunan kadar dopamin, serotonin,dan endorfin tersebut mengakibatkan gangguan yang berupa menurunnya daya ingat dan suasana hati yang sering berubah atau mudah tersinggung. 5) Insomnia (Susah Tidur) Beberapa perempuan mengalami kesulitan saat tidur, mereka tidak dapat tidur dengan mudah atau mungkin bangun terlalu dini. Hot flushes juga dapat menyebabkan perempuan terbangun dari tidur. Selain itu, kesulitan tidur dapat disebabkan karena rendahnya kadar serotonin pada masa premenopause. 6) Gejala akibat kelainan metabolik Meliputi kelainan metabolisme lemak dihati. Penurunan kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL dan menurunnya kadar HDL. 7) Depresi (Rasa cemas) Depresi ataupun stess sering terjadi pada perempuan yang berada pada masa premenopause. Hal ini terkait dengan penurunan
hormon
estrogen
sehingga
menyebabakan
perempuan mengalami depresi atau stress. Turunnya hormon estrogen menyebabkan turunnya neurotransmitter di dalam otak, sehingga akan muncul perasaan cemas yang merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun stress. 8) Vatigue (Mudah Lelah) Rasa lelah seringkali muncul ketika menjelang masa premenopause karena terjadi perubahan hormonal pada perempuan yaitu terutama hormon estrogen. 9) Penurunan Libido Hal tersebut karena terjadi perubahan pada vagina, seperti kekeringan yang membuat area genital sakit dan selain itu
19
terjadi perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks. 10) Dispareunia (Rasa sakit ketika berhubungan seksual Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek, menyempit, hilang elastisitas, epitelnya tipis, dan mudah trauma karena kurang lubrikasi. 11) Incontinensia Urin (Beser) Beberapa perempuan menemukan bahwa kebocoran air seni selama bersin, batuk, tertawa dan berjalan. Gejala yang disebabkan oleh karena atropi urogenitalis, yang sering dirasakan kering pada vagina, rasa perih, keputihan, rasa panas pada vagina, selalu ingin kencing, dispareunia dan nokturia. 12) Ketidakteraturan Siklus Haid Adanya
gangguan
siklus
haid
seperti
polymenorhea,
Olygomenorhea, amenorhea, dan metroraghia. Hal ini terjadi karena kadar estrogen menurun. 13) Gejala Kelainan Metabolisme Mineral Mudah
terjadinya
fraktur
pada
tulang
akibat
ketidakseimbangan absorbsi dan resorbsi mineral terutama kalsium bila hal ini berlangsung lama, dapat mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis yang terjadi secara cepat paling sering terjadi pada tahun-tahun premenopause (Proverawati, 2010). c. Faktor yang mempengaruhi Gejala Premenopause Menurut Proverawati (2010), faktor yang berpengaruh terhadap gejala premenopause meliputi:
20
1) Faktor Psikis Perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, ketakutan tidak sabar, dll. Perubahan psikis ini berdeba tergantung dari kemampuan perempuan untuk menyesuaikan diri. 2) Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Apabila faktor tersebut cukup baik, akan mengurangi beban fisioligis maupun psikologis. 3) Budaya dan Lingkungan Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi perempuan untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini. 4) Faktor Lain Perempuan yang belum menikah, perempuan karier baik yang sudah atau belum berumah tangga, menarche yang terlambat, juga berpengaruh terhadap keluhan klimakterium yang ringan.
4. Menopause a. Pengertian Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti, men dan pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menopause terjadi pada usia menjelang 50 tahun yang ditandai dengan berhentinya haid terakhir dari uterus yang dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel-sel telur (Kasdu, 2002). Menopause merupakan peralihan antara masa reproduksi ke masa
nonreproduksi
(tua)
dimana
kemampuan
alat-alat
21
reproduksinya mulai menurun yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang mulai memegang peranan sangat penting dalam berbagai aktivitas tubuh. Istilah menopause digunakan untuk mengatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah perempuan mengalami periode terakhir masa haid. Menopause adalah saat dimana tidak ada telur yang masuk lagi sehingga tidak direproduksi oleh indung telur, maka perempuan itu tidak dapat hamil lagi (Baziad, 2003). Masa
menopause adalah keadaan dimana seseorang
berhenti dari masa haidnya selamanya. Menopause berarti berakhir dari kesuburan dan peralihan menjadi seorang perempuan tua, pada suatu masa menopause berarti akhir daya tarik seksual dan dalam beberapa masyarakat primitif masih diartikan sebagai penurunan pada perempuan tua yang dianggap netral secara seksual. Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan
progesteron
seiring
dengan
bertambahnya
usia
(Takesihaeng, 2000). b. Faktor yang Mempengaruhi Menopause Menurut Faisal (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi menopause adalah: 1) Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarche) Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki
menopause. Semakin muda umur sewaktu
mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.
22
2) Kondisi kejiwaan dan pekerjaan Ada peneliti yang menemukan pada perempuan yang tidak menikah dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibandingkan dengan perempuan sebaya yang tidak bekerja dan menikah. 3) Jumlah anak Ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin
tua
baru
memasuki
menopause.
Kelihatannya
kenyataan ini lebih sering terjadi pada golongan ekonomi berkecukupan dibandingkan pada golongan masyarakat ekonomi kurang mampu. 4) Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB) Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatannya perempuan yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause. 5) Merokok Perempuan perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok. 6) Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukaan laut Perempuan yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan perempuan yang tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut. 7) Sosio-ekonomi Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosioekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan perempuan yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosio-ekonomi.
23
c. Gejala Fisik Menopause Ada beberapa gejala fisik yang banyak dialami oleh perempuan menopause. Takesihaeng (2000) mengungkapkan gejala fisik yang mungkin dialami saat mencapai masa menopause adalah berupa rasa panas yang tiba-tiba menyerang bagian atas tubuh, keluar keringat yang berlebihan pada malam hari, sulit tidur, iritasi pada kulit, gejala pada mulut dan gigi, kekeringan vagina, kesulitan menahan buang air kecil, dan peningkatan berat badan. Pada saat rasa panas menyerang bagian atas tubuh, wajah dan leher menjadi merah padam, kadang timbul juga noda kemerahan dikulit dada, punggung dan lengan. Keluar keringat yang berlebihan pada malam hari terjadi akibat turunnya kadar estrogen dalam pembuluh darah. Selain pada keadaan fisik timbul beberapa keluhan psikologis yang kerap kali muncul pada perempuan menopause.
Keluhan
psikologis itu adalah adanya penurunan daya ingat terhadap halhal yang sebelumnya mudah untuk diingat, rasa cemas tanpa ada sebab yang jelas, mudah marah, serangan rasa panik (bentuk kecemasan yang lebih khusus, melibatkan bukan hanya sekedar perasaan tapi juga fisik), dan depresi (Takesihaeng 2000). Sedangkan
Baziad
(2003)
menjelaskan
tanda-tanda
dan
gejalanya adalah sebagai meliputi gejolak panas, jantung berdebar-debar, gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, merasa takut, gelisah dan lekas marah, sakit kepala, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga, berkunangkunang, kesemutan, gangguan libido, obstipasi, berat badan bertambah dan nyeri tulang serta otot. d. Proses Fisiologis Menopause Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal senium (usia tua) dari terjadi
24
pada perempuan berumur 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai keluhan endokrinologi dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah henti haid pada seorang perempuan yang dikenal dengan menopause (Faisal, 2001). Menopause adalah terhentinya ovulasi yang disebabkan tidak adanya respon oosit indung telur (ovarium) dan secara umum pada usia antara 47-53 tahun. Menopause secara biological
didefinisikan
sebagai
berakhirnya
menstruasi,
pertanda bahwa hilangnya kemampuan untuk memilki anak. Menopause bersamaan dengan penurunan estrogen (hormon seks perempuan yang utama) menjadi 1/10 dari jumlah sebelummya (Camellia, 2008). Kurun waktu 4-5 tahun setelah menopause disebut pramenopause, sedangkan kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause disebut sebagai masa pasca menopause. Masa pramenopause,
menopause
dan
pascamenopause
dikenal
sebagai masa klimakterium sedangkan keluhan-keluhan yang terjadi pada masa tersebut disebut sebagai sindroma klimakterik (Camellia, 2008). Menopause dapat terjadi juga segera setelah pembedahan pembuangan ovarium. Perimenopause mengacu pada tahuntahun sekitar menopause dimana fungsi ovarium mulai berubah. Jumlah sel telur menurun dan ovarium menjadi lebih resisten terhadap aksi Follicie-Stimulating Hormon (FSH), ovarium mulai menghasilkan penurunan jumlah estrogen, progesteron dan androgen. Hilangnnya negative feedback dari estrogen ovarium menyebabkan peningkatan sekresi FSH dan Luteinizing Hormon (LH).
Terdapat juga penurunan sekresi inhibin
glikoprotein (secara selektif menghambat FSH). Aksi peristiwa ini mengakibatkan peningkatan FSH menjadi menetap, yang
25
dapat menjadi tanda bahwa menopause sudah dekat (Thompson, 2003). Gejala vasomotor mulai terjadi pada masa ini. Penyebab pasti dari gejala ini tidak diketahui. Mungkin terkait pada sekresi LH. Gejala ini memperlihatkan terjadi secara bersamaan dangan jumlah LH yang naik turun dan tidak FSH. Gejala didahului adanya tanda prodromal secara subjektif bahwa flush sedang dimulai. Keadaan ini dapat diukur, terjadi peningkatan panas diseluruh permukaan tubuh, dan temperatur pusat yang menurun pada waktu singkat, flush tidak dilepaskan dari panas tubuh yang terakumulasi tapi lebih merupakan eksitasi yang tidak sesuai secara tiba-tiba dari mekanisme pelepas panas. Hubungan ini terhadap naik-turunnya LH dan perubahan temperatur dalam otak tidak dimengerti. Pengamatan bahwa flush
terjadi
setelah
hipofliksetomi
mendukung
bahwa
mekanisme ini tidak dibangkitkan secara langsung oleh pelepasan LH (Thompson, 2003). Hot Flush digambarkan berupa onset yang tiba-tiba dari memerahnya kulit bagian kepala, leher dan dada bersamaan dengan perasaan panas tubuh yang hebat dan diakhiri oleh (kadang-kadang)
keringat
yang
banyak.
Lamanya
flush
bervariasi dari beberapa detik sampai beberapa menit, frekuensi yang jarang dapat berulang tiap menit. Akhirnya flush menjadi lebih sering muncul dan hebat pada malam hari, ketika perempuan terjaga dari tidur atau selama masa-masa stess. Meskipun flush dapat terjadi pada pramenopause, pada kebanyakan perempuan ini berkahir 1-2 tahun, tetapi sebanyak 25% lebih lama dari 5 tahun. Siklus
menstruasi
mungkin
anovulasi,
menimbulkan
menstruasi hilang atau perdarahan yang ireguler. Dengan penurunan jumlah estrogen perempuan dapat mengalami
26
insomnia, masalah dengan konsentrasi, kehilangan memori jangka pendek dan iritabel, akhirnya produksi estrogen dan progesteron ovarium berhenti. Dan hal ini memperisposisi untuk terjadinya osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular. Pada menopause yang alami ovarium tetap utuh dan terus mensekresi androgen termasuk testosteron dan androspenedion yang dapat diubah
menjadi estron (estrogen
lemah)
tapi produksi
testosteron ovarium turun menjadi 30% (ini menerangkan 40% produksi
testosteron
pasca
menopause)
dimana
sisanya
dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Androgen dari kedua sumber diaromatisasi pada beberapa jaringan perifer, khususnya sel lemak menjadi estron. Oleh karena itu perempuan yang obesitas dapat memilki jumlah estrogen endogen pascamenopause yang lebih tinggi dan lebih sedikit gejala defisiensi estrogen yang muncul (Thompson, 2003). Estrogen memilki efek yang luas pada system saraf pusat, memperlihatkan kemampuannya untuk merubah konsentrasi dan ketersediaan
neurotransmitter
noradrenalin.
Contohnya
seperti
estrogen
serotonin
meningkatkan
dan jumlah
pemecahan dari monoamine oxiduse, sehingga menghasilkan jumlah katekolamin juga serotonin lebih tinggi. Estrogen juga meningkatkan ikatan dari agonis GABA dan reseptor GABA yang upregulasi menjadi berubah pada keadaan depresi. Dalam hal efeknya terhadap sistem dopamin beberapa penelitian mendukung bahwa estrogen meningkatkan sensitifitas dari sistem dopaminergik. Namun penelitian-penalitian lain telah menunjukkan estrogen dapat juga memilki efek penghambat aktifitas dopamin, khususnya reseptor D2. Meskipun estrogen memilki beberapa pengaruh pada sistem dopamin, ini belum jelas apakah efek ini bermakna atau relevan secara klinis (Camellia, 2008).
27
Bukti-bukti yang ada mendukung bahwa hormon-hormon perempuan memiliki pengaruh pada kerentanan gangguan mood pada perempuan. Perempuan yang menstruasi pada masa premenopause, usaha bunuh diri lebih sering pada minggu pertama setelah minggu keempat dari siklus menstruasi dimana dijumpai produksi esradiol (E2) menurun (Camellia, 2008). e. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause 1) Perubahan pada organ reproduksi a) Perubahan Fisik (1)Uterus (Rahim) Uterus mengecil selain disebabkan oleh menciutnya selaput lender rahim (atrofi endometrium) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat antar sel. (2) Tuba Falopii Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut, endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia) menghilang. (3) Ovarium (Indung Telur) Semakin tua jumlah folikel primodial tersebut akan makin
berkurang
sehingga
siklus
haid
menjadi
anovulasi. (4) Servik Servik akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek sehingga ukuran servik pada perempuan dalam masa menopause menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen. (5) Vagina (Liang Senggama) Terjadinya
penipisan
dinding
vagina
yang
menyebabkan hilangnya lipatan vagina, berkurangnya
28
pembuluh darah yang mensuplai ke vagina, penurunan elastisitas, sekret vagina menjadi encer dan indek koriopiknotik menurun. (6) Vulva (mulut kemaluan) Jarinagn vulva menipis karena jaringan lemak dan elastis berkurang, lipatan vulva mengerut. Hal ini berhubungan
dengan
dispareunea
(nyeri
waktu
senggama), mengerutnya introitus (lubang masuk kemaluan), serta berkurangnya serabut pembuluh darah dan serabut elastik. (7) Dasar panggual Kekuatan dan elastisitas dasar panggul menghilang karena melemahnya daya sokong akibat turunnya alatalat kelamin bagian dalam. (8) Perubahan tubuh lainnya (a) Anus (Lubang pelepasan) dan jaringan sekitarnya (Perineum) Lemak di bawah kulit menghilang, tonus sfingter ani melemah dan terjadi inkontinesia alvi vagina. (b) Vesika urinaria (Kandung kemih) Aktifitas kendali sfingter dan otot kandung kemih hilang. (c) Kelenjar payudara Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang, payudar mendatar dan mengendor. b) Perubahan Kejiwaan Perubahan
kejiwan
yang
dialami
perempuan
menjelang menopause meliputi meras tua, memiliki rasa tertekan karena takut menjadi tua, mudah tersinggung sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa, rasa takut bahwa suami
29
akan menyeleweng, merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa menberatkan keluarga dan orang lain. Semua gejala yang mengganggu itu pada umumnya diiringi suasana hati yang cepat berganti atau berubah. Perempuan tersebut menjadi sangat sulit, banyak menuntut, rewel, gelisah dan cerewet (Proverawati, 2010).
B. Kerangka Teori Menurut Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2003) dijelaskan bahwa secara lebih rinci, perilaku kesehatan manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, kesiapan, minat, motivasi, persepsi, dan sikap. Selanjutnya, perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : a. Faktor-faktor predisposisi (predispossing factors) Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, pendidikan, umur, pekerjaan, sosial ekonomi masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. b. Faktor-faktor pendukung (Enabling Factors) Faktor-faktor ini mencakup fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Hal ini bukan berarti memberikan sarana dan prasarana kesehatan dengan cumu-Cuma tetapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan tehnik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. c. Faktor-faktor pendorong (Reinforcing Factors) Faktor-faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh mesyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat terkadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
30
positif, serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, terlebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Kesiapan menghadapi menopause yang didasarkan pada pengetahuan ibu dapat digambarkan dari kerangka teori sebagai berikut : Predispossing Factors • • • • • • • •
Pengetahuan Sikap Kepercayaan Nilai Pendidikan Umur Pekerjaan Sosial Ekonomi Kesiapan Menghadapi Masa Menopause
Enabling Factors • •
Ketersediaan sarana dan prasarana Akses pelayanan kesehatan
Reinforcing Factors • • • •
Tenaga kesehatan Keluarga Pemimpin komunitas Pembuat keputusan Bagan 2.2 Kerangka Teori Sumber: Lawrence Green 1980 dalam Notoatmodjo, (2003)
31
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Umur Pekerjaan
Kesiapan dalam menghadapi Masa Menopause
Pendidikan Pengetahuan Sosial Ekonomi
Bagan 2.3. Kerangka konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan Perempuan Premenopause tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause
D. Variabel Penelitian Menurut Notoatmodjo (2005) variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tersebut. 1. Variabel Independent (bebas) Yaitu suatu stimulus aktifitas yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada dependen variabel atau variabel yang mempengaruhi (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah
karakteristik
sosial
ekonomi
dan
pengetahuan
ibu
premenopause. 2. Variabel Dependent (terikat) Yaitu variabel atau output (dampak dari manipulasi) suatu variabel independen atau variabel yang diasumsi terpengaruh variabel lain (Nursalam, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan ibu dalam menghadapi masa menopause.
32
E. Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1. Ha (Hipotesis Kerja) Hipotesis kerja atau Ha adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul (Notoatmodjo, 2005). Adapun Ha dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Perempuan Premenopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause Di Dusun Putat Kulon Desa Putat Gede Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal”. 2. Ho (Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik (Ho) Hipotesis nol (Ho) adalah rumusan hipotesis untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan (Notoatmodjo, 2005). Adapun Ho dalam penelitian ini adalah “Tidak Ada Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Perempuan Premenopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause Di Dusun Putat Kulon Desa Putat Gede Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal”.