BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner& Suddarth, 2002). Stroke hemoragi adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti, 2011). Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin, 2008). 2. Etiologi a. Perdarahan intraserebral Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi memgakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
6
edema otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian
mendadak
karena
herniasi
otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum. b. Perdarahan Subarakhnoid Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan Malvormasi arteri – vena kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya mendadak, peningkatan intracranial (TIK), perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala (mungkin hebat), vertigo, kacau mental, stupor
sampai
koma,
gangguan
ocular,
hemiparesis
atau
hemiplegic, mual muntah, iritasi meningeal (kekakuan nukhal, kernig’s, Brudzinski’s positif, Fotofobia, penglihatan ganda, peka rangsang, kegelisahan, peningkatan suhu tubuh) c. Perdarahan Serebral Faktor risiko stroke Beberapa faktor penyebab stroke antara lain: 1) Hipertensi, merupakan faktor risiko utama 2) Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung. 3) Kolesterol darah tinggi. 4) Obesitas atau kegemukan. 5) Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral. 6) Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.
7
7) Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan kadar estrogen tinggi) 8) Merokok 9) Penyalahgunaan obat (khususnya kokain) 10) Konsumsi alkohol (muttaqin, 2008) 3. Manifestasi klinis Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala klinis meliputi : a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul secara mendadak b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma) d. Afasia (kesulitan dalam bicara) e. Disatria (bicara cadel atau pelo) f. Gangguan penglihatan, diplopia g. Ataksia h. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala (Tarwoto, 2007)
8
4. Patofisiologi Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kogestri disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
9
akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau rupture. Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan hipartensi pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular,karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak,peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer otak,dan perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke bataang otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus,thalamus dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia serebral.perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung. Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang relativ banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial
10
dan penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-eleman vaso aktiv darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya tekanan perfusi,menyebabkan saraf di area yg terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari 60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan logar. Sedangkan jika terjadi perdarahan seregral dengan volume antara 30 sampai 60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%,namun volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
11
5.
Pathways Keperawatan Faktor-faktor risiko stroke
Aterosklerosis, hiperkoagulasi, artetis
Tromosis serebral
Katup jantung rusak, miokard infark, endokarditis, fibrilasi Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara
Pembuluh darah oklusi, iskemik jar otak, edema dan kongesti jar sekitar
Aneurisma, malformasi, arteriovenous
Pendarahan intraserebral
Emboli serebral Stroke
Perembesan darah ke parenkim otak, penekanan jar otak, infark otak, edema, hemiasi otak
Defisit neurologis
Infark serebral 1. Perubahan perfusi jaringan serebral
Kehilangan kontrol volunter Hemiplegi dan hemiparesis 2. kerusakan mobilitas fisik
4. Defisit perawatan diri
Kehilangan tonus otot koma
Intake nutrisi tidak adekuat 5. perubahan pemenuhan nutrisi
Kelemahan fisik umum Penurunan tingkat kesadaran
Risiko peningkatan TIK Herniasi falk serebri dan ke foramen magrum
Kerusakan lobus frontal kapasitas,me mori/fungsi intelektual kortikal
Kompresi batang otak
Disfungsi bahasa, dan komunikasi Disartria, afasia, apraksia
3. Kerusakan komunikasi verbal
Depresi saraf kardiovaskuler dan pernapasan
Kegagalan kardiovaskuler dan pernapasan
-
kematian
Carpenito, 2001 Muttaqin, 2008
Penekanan jaringan setempat 6. Resiko kerusakan integritas kulit
12
6. Anatomi fisiologi otak
a. Otak Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa (sekitar 3 lbs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan
13
penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan ireversibel. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon. (Price, 1995) Serebrum merupakan letak pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, ingatan, dan intelegensi. Serebrum terdiri dari dua hemisfer, korteks serebri dan korpus kalosum. Hemisfer serebri merupakan bagian yang terbesar dari otk. Masing-masing terdiri atas korteks, suatu selaput bagian luar dari sel-sel saraf, tersusun dalam lapisan; dengan ketebalan sekitar 2 mm dan mengandung sekitar 70% dari semua neuron dalam system persarafan. (Price, 1995) Sereblum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Fungsi Sereblum adalah untuk mengatur sikap badan. Sereblum berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer serebri mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri. (Price, 1995) Brainstrem terdiri dari otak tengah (diensefalon), pons varoli, dan medula oblongata. (Pearce, 2002)
14
Otak tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueduktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi otak tengah ini. (Pearce, 2002) Talamus, berkenaan dengan penerimaan impuls sensorik yang dapat di tafsirkan pada tingkat subkortikal atau di salurkan pada daerah sensorik kortex otak dengan tujuan mengadakan kegiatan penting mengatur perasaan dan gerakan pada pusat-pusat tertinggi. (Pearce, 2002) Medulla oblongata adalah sehelai jaringan saraf yang sempit bersambungan dengan pons di sebelah atas dan medulla spinalis disebelah bawah. Medulla oblongata sebagian besar terdiri dari saraf. Medulla oblongata mengandung sel-sel pusat jantung dan pusat pernapasan tempat jantung dan paru-paru dikendalikan. Medulla oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf otak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital” yang berfungsi mengendalikan pernapasan dan system kardiovaskular. Oleh karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak, dapat membawa akibat yang sangat serius. (Price, 1995) b. Nervus Cranialis 1) Nervus olvaktorius Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi , membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak, 2) Nervus optikus Mensarafi bola mata , membawa rangsangan penglihatan ke otak. 3) Nervus Okulomotoris
15
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital(otot penggerak bola mata). Didalam saraf ini terkandung serabutserabut saraf otonom(para simpatis).saraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkai otak dan menuju ke lekuk mata yang berfungsi mengangkat kelopak mata atas, selain itu mensarafi otot miring atas mata dan otot lurus sisi mata. 4) Nervus troklearis Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital.saraf pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata. 5) Nervus trigeminus Bersifat majemuk (sensoris motoris), saraf ini mempunyai tiga buah cabang. Fungsinya saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu: a) Nervus oltamikus; sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata atas ,selaput lendir kelopak mata,dan bola mata. b) Nervus maksilaris; sifatnya sensoris mensarafi gigi-gigi atas,bibir atas, palatum, batang hidung,rongga hidung, dan sinus maksilaris. c) Nervus mandibularis; sifatnya majemuk(sensori dan motoris). Mensarafi otot-otot pengunyah.serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dan dagu. 6) Nervus abdusen Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata. 7) Nervus fasialis Sifatnya
majemuk(sensori
dan
motoris),
serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga mulut. Di dalamn saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya sebagai mimic wajah dan menghantarkan rasa pengecap.
16
8) Nervus auditoris Sifatny sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsanya sebagai saraf pendengar. 9) Nervus glosofaringeus Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris),mensarafi faring,tonsil, dan lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak. 10) Nervus vagus Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris), mengandung serabutserabut saraf motorik, sensorik, dan parasimpatis faring, laring, paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen dan lain-lain. Fungsinya sebagai saraf perasa. 11) Nervus asesorius Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus sternokleidomsatoid dan muskulus trapezius. Fungsinya sebagai saraf tambahan. 12) Nervus hipoglosus Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah. Fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat didalam sumsum penyambung. (Syarifuddin, 2003) 7. Komplikasi a. Hipoksia serebral Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. b. Penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan itegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat
17
(cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi luasnya area cedera. c. Embolisme serebral Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus lokal. Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki. (Suddarth, 2001) 8. Pemeriksaan diagnostik a. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler b. CT scan Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti c. Lumbal pungsi
18
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial d. MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik e. USG Doppler Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis) f. EEG Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak g. Sinar tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid. (Batticaca, 2008) 9. Penatalaksanaan medis a. Penatalaksanaan umum 1) Pada fase akut a) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator
19
b) Monitor peningkatan tekanan intrakranial c) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG e) Evaluasi status cairan dan elektrolit f)
Kntrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri
g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan pemberian makanan h) Cegah
emboli
paru
dan
tromboplebitis
dengan
antikoagulan i)
Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial, dan refleks
2) Fase rehabilitasi a) Pertahankan nutrisi yang adekuat b) Program management bladder dan bowel c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang gerak sendi (ROM) d) Pertahankan integritas kulit e) Pertahankan komunikasi yang efektif f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari g) Persiapan pasien pulang
20
3) Pembedahan Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan
pintasan
ventrikulo-peritoneal
bila
ada
hidrosefalus obstruktif akut 4) Terapi obat-obatan Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke : Stroke hemoragik a) Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium b) Diuretik
: manitol 20%, furosemide
c) Antikonvulsan : fenitolin (Tarwoto, 2007)
B. Konsep Keluarga 1. Pengertian keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu tergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka dari bagian keluarga (Friedman,1998). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dalam suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan ketergantungan (Depkes RI,2000).
21
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978) dikutip dari Setyowati, 2008). 2. Tipe Keluarga Menurut Friedman, 1998 : a.
Keluarga inti (Nuclear family) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri darisuami, istri, dan anak
b.
Keluarga besar (Extended family) Keluarga besar adalah keluarga inti yang di tambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya nenek, kakek, paman, bibi, dll
c.
Keluarga dyad (Dyad family) Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak
d.
Keluarga berantai (Serial family) Terdiri dari keluarga dimana wanita dan pria menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti
e.
Single parent (single family) Keluarga dimana dalam satu rumah terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung/angkat) terjadi karena perceraian atau kematian
22
f.
Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari orang tua usia lanjut
3. Struktur Keluarga Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas : a.
Struktur komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi: bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
b.
Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.
c.
Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.
d.
Nilai-nilai keluarga
23
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola
perilaku
yang
baik,
menurut
masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. 4. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) : a.
Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. b.
Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. individu
untuk
belajar
Keluarga merupakan tempat bersosialisasi.
Keberhasilan
24
perembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar normanorma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. c.
Fungsi Reproduksi Keluarga
berfungsi
untuk
meneruskan
keturunan
dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. d.
Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggoat
keluarga seperti memenuhi
kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang antara suami
dan istri
hal
ini
menjadikan
permasalahan yang berujung pada perceraian. e.
Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
25
kesehatan
mempengaruhi
status
kesehatan
keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. 5. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 1998 : a. Mengenal masalah kesehatan b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit d. Memodifikasi
lingkungan
(menciptakan
dan
mempertahankan suasana rumah yang sehat) e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat 6. Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah : 1) Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
26
2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan . 3) Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun. 4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. 5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. 6) Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir
dengan
“rumah
kosong”
ketika
anak
terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
27
7) Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. 8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah stu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Pasca Stroke A. Pengkajian Menurut Friedman, 1998 1. Identitas data a) Usia Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi resiko terkena stroke. Setelah berusia 55tahun, resikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65tahun. Tetapiitu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur. (Vitahealth, 2006)
28
b) Jenis kelamin Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang mninggal karena stroke. Resiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tuasehingga kemungkinan meninggal lebih besar. (Vitahealth, 2006) c) Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga Stroke terkait dengan keturunan, faktor genetik yang berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh di bandingkan faktor risiko stroke yang lain. (Vitahealth, 2006) d) Ras dan etnik Ada perbedaan stroke di antara kelompok ras dan etnik. Timbulnya stroke yang menyebabkan kematian di antara orang Afro-Amerika hampir dua kali lipat di bandingkan orang Amerika kulit putih. Pada usia antara 45 hingga 55 tahun tingkat kematian yang di sebabkan stroke pada orang Afro Amerika mencapai empat hingga
29
lima kali lipat jika dibandingkan pada orang Amerika kulit putih. Tetapi setelah usia 65 tahun, tingkat kematian karena stroke pada orang Amerika kulit putih meningkat dengan pesat dan menyamai tingkat kematian pada orang Afro-Amerika. Orang Afro-Amerika cenderung terpengaru penyakit genetik seperti diabetes dan anemia sel sabit yang lebih memungkinkan terjadinya serangan stroke. Orang Amerika keturunan Spanyol dan Indian mempunyai risiko stroke dan tingkat kematian yang mirip dengan orang Amerika kulit putih.pada orang Asia-Amerika risiko stroke dan kematian juga mirip dengan orang Amerika kulit putih, walau orang Asia di Jepang, Cina dan negara lain di Timur jauh memiliki risiko stroke dan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada orang Amerika kulit putih. (Vitahealth, 2006) e) Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat di bandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. (Vitahealth, 2006) f) Kebiasaan makan Penelitian menunjukan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti daging, telur, dan produksi susu dapat
30
meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar kolesterol di bawah 200mg/dl di anggap aman sedangkan di atas 240mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke. (Vitahealth, 2006) g) Kebiasaan merokok Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah untuk di ubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar di
bandingkan
dengan
perokok
ringan.
Meroko
hampir
melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok memicu produksi fibrinogen yang lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. (Vitahealth, 2006) h) Pekerjaan Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy, 1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga. (Suprajitno, 2004)
31
i) Aktivitas Aktivitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga. (Friedman, 1998) j) Pendidikan Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar. 2. Riwayat perkembangan keluarga Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan (Friedman, 1998). 3. Data lingkungan a. Karakteristik rumah Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
32
b. Karakteristik lingkungan Derajat kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi dan stroke. (Friedman, 1998) c. Karakter tetangga dan komunitas
Lingkungan tetangga dan komunitas yang lebih luas memliki efektifitas
yang
pasti
terhadap
kesehatan
masyarakat.
Pembentukan suatu sikap dan kebiasaan tidak sedikit dipengaruhi adanya karakteristik-karakteristik dari masingmasing komunitas disuatu tempat tertentu sehingga kebiasaan yang ada dalam masyarakat sedikit banyak berpengaruh terhadap komunitas kecil didalamnya. (Friedman, 1998) d. Mobilitas geografis keluarga
Meskipun lingkungan sosialnya lebih mengikuti selera pribadi orang desa dan lingkungan tenang, nampaknya lingkungan pedesaan mempunyai beberapa masalah unik dan khusus. Komunitas pedesaan secara langsung dipengaruhi oleh sumber ekonomi primer dari suatu daerah seperti pertanian, peternakan, perhutanan. (Friedman, 1998) e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Untuk memperoleh informasi tentang bagaimana pergaulan dan transaksi dari anggota keluarga dan kelompok komunitas referensi mereka dengan mengkaji presepsi (perasaan dari
33
keluarga dalam hubungannya dengan pergaulan dengan kelompok komunitas dan organisasi. (Friedman, 1998) f. Sistem pendukung keluarga Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga dan dukungan sosial yang dapat diakses / diadakan untuk keluarga dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan seperti dukungan dari suami, isteri, orang tua, saudara kandung atau dukungan sosial dalam keluarga external. Dukungan sosial dalam keluarga inti dalam jaringan kerja sosial keluarga. Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga inti itu sendiri. (Friedman, 1998) Berbagai usaha di lakukan untuk pengobatan stroke, di antaranya : terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara, latihan mental, terapi okupasi, psiko-terapi, memberi alat bantu, ortotik prostetik, olahraga, dll. (Lumbantobing, 2004) 4. Struktur keluarga a. Struktrur komunikasi Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk
34
bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. (Friedman, 1998) b. Struktur peran Anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga. (Friedman, 1998) c. Struktur kekuasaan Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke. d. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. (Friedman, 1998) 5. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif
35
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita stroke, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan stroke karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998) b. Fungsi sosialisasi Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress. c. Fungsi perawatan kesehatan Menuju pada kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak mal nutrisi dengan pemberian asupan makanan yang seimbang sehingga dengan perawatan keluarga yang maksimal mungkin maka akan menjadikan anak sehat baik fisik, mental, sosial maupun spiritualnya. (Effendy,1998) Fungsi kehatan keluarga yaitu : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang berhubungan dengan : kurangnya pengetahuan
36
keluarga tentang stroke, tentang pengertiam, penyebab, tanda gejala dan penatalaksanaan stroke. 2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan serta dalam melakukan tindakan yang tepat tentang stroke berhubungan dengan : tidak memahami tentang sifat, berat dan luasnya masalah stroke, ketidakmampuan keluarga dalam
memecahkan
masalah
karena
kurangnya
pengetahuan dan sumber daya keluarga (latar belakang pendidikan dan penghasialan keluarga), ketidakmampuan keluarga memilih tindakan di antaranya beberapa alternatif perawatan dan pengobatan terhadap stroke 3) Ketidakmampuan
keluarga
dalam
merawat
anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan stroke, misal : sifat stroke, penyebab stroke, dan tanda gejala stroke 4) Ketidakmampuan
keluarga
dalam
memelihara
dan
memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi stroke berhubungan dengan : kurang pengetahuan akan manfaat dan keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah, kurangnya sumber daya keluarga, misal : keuangan, keadaan fisik rumah, yang kurang memenuhi syarat, ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan
37
5) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk pengobatan stroke berhubungan dengan
:
tidak
tahu
bahwa
fasilitas
itu
ada
(rumahsakit,tempat pengobatan tradisional cina, fisioterapi) tidak memahami tentang keuntungan dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, tidak da fasilitas kesehatan yang di perlukan di sekitar tempat tinggal. 6. Koping keluarga Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. 7. Masalah keperawatan keluarga yang muncul a. Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000) b. Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000) c. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2000) d. Defisit perawatan diri ( Carpenito, 2006) e. Resiko kerusakan integritas kulit ( Carpenito, 2006) f. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ( Carpenito, 2006) g. Risiko cidera atau trauma (Doengoes, 2000) 8. Fokus intervensi a. Perubahan perfusi jaringan serebral 1) Respon kognitif
38
a) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang sebab peningkatan TIK dan akibatnya b) Berikan penjelasan tentang tanda gejala terjadinya gangguan perfusi serebral 2) Respon afektif a) Motivasi keluarga untuk mengurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masae punggung, lingkungan yang tenang, dan suasana atau permbicaraan yang tidak gaduh b) Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari c) Anjurkan klien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur d) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan 3) Respon psikomotor a) Anjurkan keluarga untuk membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal b) Anjurkan keluarga untuk memonitor keadaan umum klien c) Berikan terapi sesuai instruksi dokter, seperti steroid, aminofel, antibiotik, dll
39
b. Kerusakan mobilitas fisik 1) Respon kognitif a) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang tanda gejala dari kerusakan mobilitas fisik b) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita stroke 2) Respon afektif a) Anjurkan keluarga untuk mengubah posisi klien setiap 2 jam b) Anjurkan keluarga untuk membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari c) Motivasi keluarga untuk selalu mengajarkan latihan gerak ROM pasif kepada anggota keluarga sakit rutin setiap hari 3) Respon psikomotor a) Ajarkan kepada keluarga untuk melakukan gerakan ROM pasif secara teratur setiap hari b) Anjurkan keluarga untuk membawa ke fisioterapi dan pengobatan tradisional , seperti akupuntur, terapi pijat dll c) Anjurkan keluarga untuk melakukan latihan di tempat tidur. Lakukan latihan sebanyak 5 kali kemudian di tingkatkan perlahan sebanyak 20 kali setiap latihan
40
c. Komunikasi, kerusakan verbal, tertulis 1) Respon kognitif a) Mengkaji tipe disfungsi, misalnya klien mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri b) Berikan penyuluhan kepada keluarga untuk memilih metode komunikasi alternatif, misalnya menulis di kertas, menggambar, dan mendemonstrasikan secara visual gerakan tangan 2) Respon afektif a) Anjurkan keluarga untuk berkomunikasi dengan klien b) Ucapkan langsung kepada klien untuk berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ dan perhatikan respon klien c) Motivasi
keluarga
untuk
membantu
memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang sakit d) Perhatikan percakapan klien dan hindari berbicara secara sepihak 3) Respon psikomotor a) Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu klien untuk berespon b) Anjurkan keluarga untuk konsul ke ahli terapi bicara
41
d. Defisit perawatan diri 1) Respon kognitif a) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang defisit perawatan diri pada anggota keluarga yang sakit b) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan klien dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL c) Anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas 2) Respon afektif a) Motivasi keluarga untuk menyadarkan tingkah laku/ sugesti
tindakan
Pertahankan
pada
dukungan
perlindungan pola
pikir
kelemahan.
ijinkan
klien
melakukan tugas, beri umpan balik, positif untuk usahanya b) Motivasi keluarga untuk menghindari apa yang tidak dapat di lakukan klien dan bantu bila perlu c) Anjurkan keluarga untuk memberi kesempatan klien menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisau garpu, sikat dengan pegangan panjang, ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi 3) Respon psikomotor a) Anjurkan keluarga untuk melakukan oral hygiene b) Ajarkan kepada keluarga dalam membantu klien mandi, mengganti dan berpakaian, menyisir rambut, dll
42
c) Rencanakan tindakan untuk defisit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding d) Konsul ke dokter terapi okupasi e. Resiko kerusakan integritas kulit 1) Respon kognitif a) Berikan penjelasan tentang resiko kerusakan integritas kulit 2) Respon afektif a) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin trauma dan panas terhadap kulit b) Motivasi keluarga untuk menggunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah di daerah yang menonjol 3) Respon psikomotor a) Anjurkan keluarga untuk mengubah posisi anggota keluarga yang sakit setiap 2 jam sekali b) Anjurkan keluarga untuk melatih ROM pasif pada anggota keluarga yang sakit setiap hari secara rutin c) Anjurkan keluarga melakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
43
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 1) Respon kognitif a) Berikan
penyuluhan
kepada
keluarga
tentang
pentingnya nutrisi dan pemberian makanan b) Berikan penjelasan kepada keluarga untuk memusatkan pada makanan yang padat ketimbang cairan karena cairan secara umum kurang di toleransi dengan baik c) Kaji kebiasaan makan klien 2) Respon afektif a) Anjurkan keluarga untuk memposisikan klien duduk tegak di kursi dengan leher sedikit fleksi b) Anjurkan keluarga untuk menghindari mulut yang terlalu penuh, karena hal tersebut dapat menurunkan keefektifan menelan c) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan padat dan cairan secara terpisah d) Ajarkan kepada keluarga untuk memodifikasi penyajian makanan dalam porsi sedikit tapi sering 3) Respon psikomotor a) Ajarkan kepada keluarga untuk memberi makan dengan lambat, pastikan gigitan sebelumnya telah di telan b) Konsulkan pada ahli patologi wicara
44
c) Anjurkan keluarga untuk mengamati saat klien menelan dan priksa pengosongan mulut d) Kolaborasi dengan tim gzi dan dokter untuk penentuan kalori. Diet melindungi dengan penyebab stroke seperti hipertensi, DM, dan penyakit lainnya g. Risiko cidera atau trauma 1) Respon kognitif a) Berikan penyuluhan tentang resiko cidera atau trauma yang mungkin terjadi 2) Respon afektif a) Anjurkan keluarga untuk menggunakan cahaya yang cukup b) Motivasi keluarga untuk melakukan kewaspadaan keamanan untuk klien c) Anjurkan periode istirahat pada klien saat berjalan d) Anjurkan klien untuk meminta bantuan selama malam hari 3) Respon psikomotor a) Anjurkan keluarga untuk menggunakan tempat tidur pada klien yang rendah, dngan pagar tempat tidur terpasang.
45