8
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Tumbuh Kembang 2.1.1 Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, Dian, 2011). Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap. Berat dan tinggi anak semakin bertambah secara simultan mengalami peningkatan untuk fungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000 ). Pertumbuhan adalah perubahan fisik tertentu dan peningkatan ukuran tubuh anak. Bertambahnya jumlah sel – sel, dan juga semakin besarnya sel – sel yang sudah ada, menyebabkan peningkatan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, ukuran sepatu, panjang lengan, kaki dan bentuk tubuh anak (Allen, Marotz, 2010).
8
9
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/indifidu.
2.1.2 Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. satu sisi menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ – organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkahlaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya ( Ardiana, Dian, 2011 ) Perkembangan adalah perubahan psikologi sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjuk oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari ligkungan yang banyak mempengaruhi dalam kehidupan anak menuju dewasa ( Soetjiningsih, 2000 ). Perkembangan merupakan produk dari interaksi sosial (nurture), interaksi sosial berperan penting dalam proses tumbuh kembang kognitif seorang anak, tahap tumbuh kembang seseorang bergantung pada zona of proximal development atau zona perkembangan terdekat. Dimana seorang anak belajar suatu konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka (area pertumbuhan dimana anak berada) (vygotsky, 1962)
10
Perkembangan adalah perubahan progresif yang menunjukan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan (Bijau dan Baer, 1961). Dalam perkembangan akan terjadi pertumbuhan secara bertambahnya kompleksitas, perubahan dari sesuatu yang sangat sederhana menjadi sesuatu yang lebih rumit dan rinci (Allen, Marotz, 2010). Perkembangan adalah bertambahya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur, dapat di perkirakan dan dapat diramalkan sebagai hasil dari diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistem yang terorganisasih (IDAI, 2002).
Perkembangan menyengkut
adanya proses
diferensiasi sel- sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya (Taniwijaya, 2002).Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat di putar kembali (Werner, 1969). Dalam Human Development 2009
2.2 Perkembangan Pada Anak Usia Toddler (1 – 3 tahun) Anak usia tooddler (1-3 tahun) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan prilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan di luar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku atau moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. Anak usia 1-3 tahun atau dikenal dengan istilah toddler yaitu masa yang melelehkan
11
bagi orang tua : Menarik rambut, banyak kemauan, berbohong. Apabila kita salah menyikapinya maka akan berdampak tidak baik bagi anak kita dalam perkembangan selanjutnya (Sutanto.2009). Kelahiran sampai usia enam tahun, banyak terjadi perubahan yang luar biasa. Perubahan ini, misalnya sebutan yang pada awalanya bayi kemudian menjadi anak – anak, munculnya reflek – reflek yang merupakan dasar kepekaan terhadap stimulus, munculnya celoteh yang akan berkembang menjadi kemanpuan berkomunikasi, adapun batasan anak usia dini adalah usia nol sampai enam tahun ( Pratisi, 2008 ). Usia dini juga merupakan masa yang penting sebagai landasaan untuk perkembangan pada masa – masa berikutnya. (Freud 1856, dalam prastisi 2008) mengatakan masa usia dini harus diberi landasan yang kuat agar terhindar dari gangguan kepribadian ataupun emosi. Piaget ( 1964 ) dalam Crain ( 2007 ) menamakan masa kanak – kanak awal dari sekitar dua sampai tujuh tahun sebagai tahap praoperasional, pada tahap ini pikiran anak berkembang cepat keseluruh tataran baru yaitu simbol – simbol (termasuk citraan dan kata – kata), akibatnya anak harus mengorganisasikan seluruh pemikiranya sekali lagi, manun hal ini tidak bisa di lakukan sekaligus. Pikiran anak pada dasarnya tidak sistematis dan tidak logis pada beberapa saat diseluruh periode praoperasional.
12
Seorang anak yang diberikan rangsangan yang baik maka proses tumbuh kembangnya pun akan lebih baik jika dibandingkan dengan anak yang kurang diberi rangsangan (Nursalam, 2005). Pada masa ini banyak pola prilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk. Sehingga peranan ibu sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Seorang anak memerlukan perawatan yang terus menerus dari ibu, dimana seorang anak akan merasa aman dan nyaman (Nurihsan, 2009). Dijelaskan oleh Erikson, (Dalam “Human Development” 2009,) bahwa masa bayi merupakan individu belajar sikap – sikap percaya, menerima atau tidak menerima. Tergantung bagaimana lingkungan memuaskan kebutuhan akan makanan, perhatian dan kasih sayang. Akibat dari kurangnya kasih sayang, perhatian dan rangsangan seorang ibu dapat menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mengembangkan keterikatan emosi ibu terhadap anaknya dan dapat menyebabkan anak tersebut menjadi lesu dan pasif (hurlock, 1980, dalam Tedjasaputra, 2001) .
2.3. Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) Perkembangan
motorik
merupakan
perkembangan
pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Peningkatan kemampuan motorik memungkinkan anak balita untuk bergerak sendiri, menjelajahi dan menguji lingkungannya (Allan, Marotz, 2010)
13
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusar syaraf dan otot yang terorganisasih. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan dan kegiatan fetus yang ada pada waktu lahir. Secara umum perkembangan motorik bisa di bagi menjadi 2 bagian, yaitu motorik dan motorik halus ( Hurlock, 2001 ). 2. 3.2 Prinsip Perkembangan Motorik 1. Perkembangan motorik tergantung pada otot dan saraf Perkembangan
motorik sejalan dengan perkembangan sisitem
syaraf, Demikian juga perkembangan fetus yang ada pada waktu lahir, secara berlahan perkembangan menjadi kegiatan yang sederhana yang membentuk landasan bagi keterampilan. Gerakan terampil belum dapat dikuasai sebelum otot anak berkembang. 2. Belajar perkembangan motorik tidak terjadi sebelum otot dan syaraf berkembang, Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk mengajarkan gerakan terampil bagi anak akan sia – sia karna otot dan syaraf anak belum mampu untuk melakukan gerakan tersebut. 3. Perkembangan motorik meliputi pola yang dapat diramalkan. Perkembanga motorik dapat diramalkan, dibuktikan dengan usia anak ketika mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya lebih awal dari pada anak yang duduknya terlambat.
14
4. Umur memungkinkan menentukan norma perkembangan motorik kenyataan bahwa pada umur tertentu gerak reflek tertentu menurun sedangkan gerak reflek yang lain bertambah kuat dan terkordinasi lebih baik. Norma tersebut dapat di jadikan petunjuk bagi orang tua dan orang lain uantuk mengetahui apa yang dapat diharapkan dan pada umur berapa hal itu dapat diharapkan dari anak. 2.3.3. Fungsi Keterampilan Motorik Fungsi keterampilan motorik pada anak adalah : 1. Untuk mencapai kemandirian, 2. Anak akan menjadi lebih percaya diri, 3. Anak semakin yakin dalam mengerjakan sesuatu karena sadar akan kemampuaan fisiknya, 4. Anakanak yang kemampuan motoriknya baik, biasanya mempunyai keterampilan yang positif. (Hurlock, 2001).
2.4. Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) Bahasa sering didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol, secara lisan,tulisan dan dengan menggunakan gerak tubuh (melambai, mengerutkan dahi, gemetar ketakutan), yang memungkinkan kita berkomunikasi satu sama lain. Kemampuan menguasai bahasa, dalam arti belajar membuat suara – suara yang berarti dan berhubungan dengan orang lain melalui penggunaan suara – suara itu, merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa bayi (Havighurst, 1984).
15
Pertambahan yang pesat dalam penguasaan kata dan kegunaannya terjadi antara usia satu sampai dua tahun (Allen, Marotz, 2010). Perkembangan bahasa yang normal bersifat teratur, bertahap dan bergantung pada kematangan dan kesempatan belajar (MacWhinney, 1999). Pada masa ini anak menyadari bahwa bahasa efektif untuk membuat orang lain merespons terhadap kebutuhan dan keinginananya : membuat permintaan sederhana, ‘kue lagi” menolak permintaan orang dewasa, “Tidak” (Didow & Eckerman, 2001). Perkembangan bahasa dan aturan – aturan pemakaiannya juga dipengaruhi oleh jenis bahasa yang anak dengar di rumah, sekolah dan masyarakat (Bowerman, Levinson, & levinson, 2001). Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Bayi sudah mengembangkan sistem – sistem tindakan yang koheren secara logis selama periode sensori – motorik sebelum mereka bisa berbicara, sehingga logika sesungguhnya tindakan – tindakan yang cukup terorganisasikan dari jenis tindakan yang lebih internal (Piaget dan Inhelder, 1966). Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
16
2.5. Perkembangan Kognitif Pada Anak usia Toddler (1-3 tahun) Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Kognisi adalah istilah umun yang mencangkup segenap model pemahaman, yakni persepsi, penangkapan magna, penilaian dan penalaran (Kuper & Kuper, 2002). Perkembangan kognitif merupakan perluasan dari kemampuan mental atau intelektual anak. Kegnisi meliputi pengenalan, pemprosesan, dan pengaturan informasi serta penggunaan informasi dengan tepat (Flavell, Miller, & Miller, 2001). Menurut Estes (dalam Gage, 1998) Cognitive ability/inteligence :
“
Adaptive behavior of the individual usually characterized by some element of problem solving and directed by cognitivive procesess and operations” Tingkah laku adaptif dari individu yang umumnya didasari oleh beberapa elemen pemecahan masalah dan diarahkan oleh proses kognitif dan pengoperasiannya. Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.
17
Menurut pendekatan Behaviourisme (dalam Papalia, Diane, & Olds, 2009) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berkonsentrasi pada bagaimana tingkah laku berubah sebagai respons terhadap pengalaman. Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Menurut Piaget (dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989), kognitif adalah suatu pikiran yang dapat menyusun aktivitas dan dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan. (Piaget) Perkembangan kognitif seorang anak meliputi empat tahapan yang terdiri dari : sensormotorik (0-2 tahun), Pra-operasional (2-6 tahun), operasional kongkret (6-11 tahun), orerasional formal (11 tahun sam[pai denngan dewasa). Pada Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas Kognisi adalah konsep umum yang mencangkup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membyangkan, memperkirakan, memduga dan menilai. (Dalam Dictionary of psychology karya Chaplin 2002 ). Anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri, pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa (piaget).
18
Anak – anak secara konstan mengeksplorasi, memanipulasi dan berusaha memahami
lingkungannya,
dan
di
dalam
proses
ini
mereka
aktif
mengkonstruksikan struktur – struktur baru yang lebih elaboratif agar bisa menghadapinya (Kohlberg, 1968).
2.6. Perkembangan Psikososial pada anak usia Toddler (1-3 tahun) Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan – perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu (Erikson, 1950 ). Keterapilan baru dipelajari dengan cepat sebagai akibat dari minat yang besar terhadap pencarian diri sendiri dan kemandiriannya (Stipek, Gralinski, & Kopp, 1990). Anak sudah umur satu tahun segera akan menunjukan tingkah laku lekat terhadap orang – orang dewasa maupun pada anak – anak sebaya yang lain (Maccoby dan Masters, 1970).
19
Pada usia satu tahun anak mulai meniru tingkah laku orang dewasa saat bermain (Rusher, Cross, & Ware, 1995). Anak menunjukan rasa igin tahu yang sangat besar tentang orang – orang dan sekelilingnya : mendekati dan berbicara pada orang asing, berjalan – jalan kesana ke mari ketika tidak diawasi, mencari – cari sesuatu di lemari. Anak juga sulit untuk menunggu atau bergiliran, sering tidak sabar (Allan, Marotz, 2010) Anak sering bermain sendiri, walaupun sudah menunjukan ketertarikan terhadap anak-anak lainnya ; banyak melihat. Kadang ikut bermain dalam permainan paralel (bermain disamping mereka tetapi tidak bergabung dengan mereka), masih belum bisa koperatif dalam baermain (perkecualian mungkin pada anak
yang
banyak
berinteraksi
dalam
kelompok
anak-anak)
(Brownell & Carringer, 1990). Pada usia tiga tahun anak masih sulit berbagi namun mulai memahami konsepnya, mulai bisa bekerja sama dalam bermain, ingin dilibatkan dalam segala hal : masa dimana anak sering bilang “aku juga” (Allan, Marotz, 2010). Pada usia ini anak mulai tumbuh perasaan kebutuhan akan orang lain dan mualai ada pengendalian terhadap prilaku sendiri (Denham, et al, 2003).
2.7. Peran Orangtua Terhadap Perkembangan anak Toddler Orangtua harus mengembangkan potensi diri dengan cara memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi, sehingga orang tua bisa menjadi tempat bertanya
20
yang baik bagi anak dan memberikan stimulasi yang tepat bagi anak (F.Hutabara,2008). Stimulasi sebaiknya dilakuakan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan Toddler, Cara melakukan stimulasi dini pada Toddler adalah sebagai berikut (Soejatmiko,2008) : 1. Umur 12-18 bulan, Latihan memcoret-coret mengunakan pensil warna, menyusun
kubus,balok-balok,potongn
gambar
sederhana,
(puzzle),
memasukan dan mengeluarkan benda-beda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap,. Latihan berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, dan menendang bola. 2. Umur 18-24 bulan, Bermain melempar bola, melompat, latihan menggambar garis-garis, melatih memakai celana sendiri. 3. Latihan menggambar garis, lingkaran, manusia. Latihan berdiri dari satu kaki, buang air besar/kecil ditoilet. Cara pengasuhan memberikan kontribusi terhadap perkembangan kognitif. Keterlibatan langsung orang tua dalam tingkah laku bermain dan pembalajaran anak mungkin lebih adaptif bagi komunitas urban kelas menengah, di mana orang tua atau pengasuh memiliki lebih banyak waktu, keterampilan verbal lebih meluas, dan mungkin minat lebih besar terhadap tingkah laku bermain dan belajar anak, dari pada komunitas rural di negara berkembang, dimana anak sering
21
mengamati dan berpartisipasi dalam berbagai aktifitas orang tua (Rogoff, dkk, 1993). Anak – anak yang sering mendapat sentuhan orang tuanya dan sentuhan banda – banda akan lebih berkembang kognitifnya, dibandingkan anak – anak yang dibiarkan tanpa sentuhan orang tua maupun benda – benda sekitarnya (Piaget dalam psikologi perkembangan: Abubakar Baraja). Menurut Ericsen (1950) tahap pertama dari delapan tahap perkembangan psikososial adalah basic trust versus mistrus yaitu dimana Anak yang menjalin kelekatan aman mencerminkan rasa percaya, sedangkan anak yang memiliki kelekatan tak aman akan mencerminkan rasa tidak percaya. Dalam sebuah penelitian terhadap 70 bayi berusia 15 bulan, mereka yang memiliki kelekatan aman dengan ibu mereka, seperti terukur oleh situasi asing, menujukan lebih sedikit stres dalam beradaptasi dalam pengasuhan dibanding pada anak yang kelekatanya kurang aman (Ahnert, Gunnar, Lamb, dan Barthel, 2004). Antara usia 3 dan 5 tahun, anak dengan kelekatan aman tumbuh lebih ingin tahu, kompeten, empati, ulet, dan percaya diri, lebih akur dengan anak lain, dan menjalin persahabatan yang erat dari pada anak dengan kelekatan tak aman ketika bayi (Arend, Gove, dan Sroufe, 1979; Yougblade & Belsky, 1992). Mereka berinteraksi lebih pasif dengan orang tua, guru prasekolah dan teman sebaya, serta kurang mampu menyeleseikan konflik (Elicker et al, 1992; Verschueren, Marcoen, dan Schoefs,1996).
22
Keuntungan
ini
terus
berlanjut.
Kelekatan
aman
tampaknya
mempersiapkan anak untuk mempersiapkan keintiman persahabatan (Carlson, Sroufe, dan Egeland, 2004). Sedangkan mereka dengan kelekatan tidak teratur cendrung mengalami masalah pada semua tingkat pendidikan dan mengalami gangguan psikiatrik pada usia 17 tahun (Carlson,1998). Akibat dari kurangnya kasih sayang, perhatian dan rangsangan seorang ibu dapat menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mengembangkan keterikatan emosi ibu terhadap anaknya dan dapat menyebabkan anak tersebut menjadi lesu dan pasif (Hurlock, 1980, dalam Tedjasaputra, 2001) .
2.8. Kerangka konsep Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menggabungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang dibahas (Setiadi, 2007). Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Ibu yang bekerja
Ibu yang tidak bekerja
Perkembangan anak toddler :
Motorik Bahasa Kognitif Psikososial
